LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK 18
Disusun oleh : Kelompok B2
Anggota 1. Rahmatul Ikbal
(04111401009)
2. Atia Julika
904111401010)
3. Chynta Rahma Vanvie
(04111401014)
4. Shelvia Chalista
(04111401024)
5. Lia Mahdi Agustiani
(04111401027)
6. Julianda Dini Halim
(04111401061)
7. Keyshia Nur Yazid
(04111401070)
8. Anna Adika Putri
(04111401075)
9. Jaskeran Kaur Dhaliwal Avtar Singh
(04111401092)
10. Gnanambhikaiy Ganaphati
(04111401098)
Tutor : dr. H. Syahril Aziz, DAFK.,Sp.FK., M.Kes.
PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tutorial Skenario B Blok 18 ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu sumbangan pemikiran dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan agar di lain kesempatan laporan tutorial i ni akan menjadi lebih baik. Terima kasih kami ucapkan kepada dr. selaku tutor kelompok yang telah membimbing kami semua dalam pelaksanaan tutorial kali ini. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu tersusunnya laporan tutorial ini. Semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi semua pihak.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tutorial Skenario B Blok 18 ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu sumbangan pemikiran dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan agar di lain kesempatan laporan tutorial i ni akan menjadi lebih baik. Terima kasih kami ucapkan kepada dr. selaku tutor kelompok yang telah membimbing kami semua dalam pelaksanaan tutorial kali ini. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu tersusunnya laporan tutorial ini. Semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………. Daftar Isi ………………………………………………………………………………..… BAB I
BAB II
: Pendahuluan 1.1
Latar Belakang………………………………………………………..
1.2
Maksud dan Tujuan……………………………………………….…..
: Pembahasan 2.1
Data Tutorial…………………………………………………………...
2.2
Skenario Kasus ……………………………………………………......
2.3
Paparan I.
Klarifikasi Istilah. ............…………………………………........
II.
Identifikasi Masalah...........…………………………………..... Masala h...........………………………………….....
III.
Analisis Masalah Ma salah ...............................…………………….......... ...............................……………………..........
IV.
Learning Issues ...………………...……………………........... ...………………...……………………............. ..
V.
Kerangka Konsep..................………………………………..... Konsep..................……………………………….....
BAB III : Penutup 3.1
Kesimpulan ........................................... ................................................................. ............................................ ............................ ......
DAFTAR PUSTAKA ............................................... ..................................................................... ............................................ ..................................... ...............
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang diberikan mengenai
B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari scenario ini.
BAB II PEMBAHASAN
A. Data Tutorial
Tutor
: dr . H. Syahril Aziz, DAFK.,Sp.FK., M.Kes.
Moderator
: Rahmatul Ikbal
Sekretaris Papan : Keyshia Nur Yazid Sekretaris Meja
: Chynta Rahma Vanvie
Hari, Tanggal
: Senin, 17 juni 2013
Peraturan
: 1. Alat komunikasi di nonaktifkan. 2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif).
B. Skenario kasus
Anisa, usia 10 bulan, dibawa ibunya ke klinik anak karena panas tinggi sejak 2 hari yang lalu. Tidak ada keluhan batuk atau pilek maupun diare. Sejak kira-kira 1 minggu sebelumnya, anak sering tampak kesakitan setiap mau buang air kecil. Ibunya juga mengeluhkan daerah sekitar kemaluan yang tampak makin merah (ruam popok) sejak 2 minggu yang lalu. Riwayat sejak bayi, ibu penderita selalu memakaikan popok sekali pakai dan biasanya diganti 2 kali pada siang hari dan hanya 1 kali pada malam hari.
Pemeriksaan fisik
Anak tampak sakit berat, suhu 39.5°C, nadi 100x/menit, pernapasan 36x/menit, TD 90/60 mmHg, BB 10kg, TB 75cm. Pemeriksaan paru dan jantung dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa, bising usus normal, nyeri ketok costovertebral, dan nyeri tekan suprapubic susah dinilai. Regio anogenital : hiperemis dan ruam makulopapular di area yang ditutupi popok.
Hasil pemeriksaan laboratorium rutin
Hematologi : Hb 11g/dl, leukosit 23000/mm3, hitung jenis 0/1/4/80/13/2, LED 40 mm/jam.
Urinalisis : warna kuning, agak keruh, leukosit penuh, eritrosit 5-6/lpb, leukosit esterase positif, nitrit positif.
Hasil pemeriksaan lanjutan
Kultur urine : Proteus mirabilis >100.000/µl, sensitive dengan cotrimoxazole dan cefotaxime (cara pengambilan dengan urine pancar tengah/midstream). USG TUG : pembengkakan parenkim ginjal serta batas corticomedulla tidak jelas.
C. Paparan I.
Klarifikasi istilah
Ruam popok
: iritasi yang disebabkan oleh karena pemakaian popok dari bagian yang pemakaian popok
Panas tinggi
: Keadaan dimana suhu badan melebihi batas normal (36,5ºC-37,2ºC)
Batuk
: Eksplusi udara dari dalam paru yang tiba-tiba sambil mengeluarkan suara berisik
Pilek
: Influenza, gangguan berlendir pada saluran nafas bagian atas, yang dapat disebabkan oleh virus, infeksi campuran, atau reaksi alergi dan ditandai oleh hidung berlendir, peningkatan temperature badan yang kecil, menggigil dan rasa kurang enak badan.
Diare
: mencret frekuensi bab lebih dr 3 kali /hari dimana kosistensi cair > drpd padat
Nyeri ketok CVA
: Nyeri pada saat mengetok bagian costovertebra angle
Nyeri tekan suprapubic
: rasa nyeri di abdomen tepat di atas symphisis pubis ketika palpasi.
Hiperemis
: Kelebihan darah pada suatu bagian
Ruam makulopapular
: kemerahan disertai peninggian permukaan kulit dengan ukuran bervariasi
Leukosit esterase positif
: Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit
esterase positif mengindikasikan kehadiran selsel lekosit (granulosit). Nitrit positif
: Nitrit adalah hasil reduksi nitrat dalam urin menjadi
nitrit
yang
bakteri(Escherichia
dilakukan
coli,
Citrobacter,
Klebsiella,
megandung
enzim
oleh
Enterobakter, Proteus)
yang
reduktase.Penundaan
pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit. Proteus mirabilis
: Bakteri berbentuk batang, ditemukan pada daging busuk, abses, dan feces. Merupakan salah satu, penyebab utama infeksi saluran kemih.
Cotrimoxazole
: Campuran trimetoprim dan sulfametoksazol, suatu anti bakterial yang terutama digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih dan pneumonia pneumosistisis. (Dorland:262)
Cefotaxime
: salah satu varian antibiotic broad spectrum golongan cephalosporin generasi ketiga yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri
dengan
menginhibisi
pembentukan
peptidoglikan pada tahap transpeptidase dinding sel. Urine midstream
: Urin porsi tengah, cara pengambilan urin di mana urin yang pertama keluar dibuang, urin selanjutnya ditampung, dan urin terakhir tidak ditampung.
Batas kortikomedulla
: Batas antara korteks dan medula ginjal, jika batas tidak jelas biasanya terdapat pembesaran pada ginjal dan infiltrat di medula dikarenakan infeksi.
Regio anogenital
: daerah anus dan genitalia, terutama alat kelamin eksternal
Parenkim ginjal
: jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal
II.
Identifikasi Masalah KENYATAAN
KESESUAIAN
KONSEN
Anisa, usia 10 bulan, dibawa ibunya ke klinik
TSH
VVV
TSH
VV
TSH
V
TSH
VV
anak karena panas tinggi sejak 2 hari yang lalu. Tidak ada keluhan batuk atau pilek maupun diare.
Sejak kira-kira 1 minggu sebelumnya, anak sering tampak kesakitan setiap mau buang air kecil. Ibunya juga mengeluhkan daerah sekitar kemaluan yang tampak makin merah (ruam popok) sejak 2 minggu yang lalu.
Riwayat sejak bayi, ibu penderita selalu memakaikan popok sekali pakai dan biasanya diganti 2 kali pada siang hari dan hanya 1 kali pada malam hari.
Pemeriksaan fisik
Anak tampak sakit berat, suhu 39.5°C, nadi 100x/menit, pernapasan 36x/menit, TD 90/60 mmHg, BB 10kg, TB 75cm. Pemeriksaan paru dan jantung dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa, bising usus normal, nyeri ketok costovertebral, dan nyeri tekan suprapubic susah dinilai. Regio
anogenital
:
hiperemis
dan
ruam
makulopapular di area yang ditutupi popok.
Hasil pemeriksaan laboratorium rutin
TSH
VV
TSH
VV
Hematologi : Hb 11g/dl, leukosit 23000/mm 3, hitung jenis 0/1/4/80/13/2, LED 40 mm/jam. Urinalisis : warna kuning, agak keruh, leukosit penuh,
eritrosit
5-6/lpb,
leukosit
esterase
positif, nitrit positif.
Hasil pemeriksaan lanjutan
Kultur urine : Proteus mirabilis >100.000/µl, sensitive dengan cotrimoxazole dan cefotaxime (cara
pengambilan
dengan
urine
pancar
tengah/midstream). USG TUG : pembengkakan parenkim ginjal serta batas corticomedulla tidak jelas.
III.
Analisis Masalah 1. Anisa, usia 10 bulan, dibawa ibunya ke klinik anak karena panas tinggi sejak 2 hari yang lalu. Tidak ada keluhan batuk atau pilek maupun diare.
a. Jelaskan etiologi dan mekanisme dari panas tinggi! Penyebab: Infeksi bakteri Proteus mirabilis Mekanisme: Infeksi mikroorganisme merangsang makrofag/ PMN kemudian membentuk PE (faktor pirogen endogenik) lalu merangsang hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase
untuk membentuk prostaglandin,
Prostaglandin itulah yang meningkatkan set point hipotalamus yang kemudian terjadilah demam
b. Jelaskan keterkaitan antara usia dan jenis kelamin dengan kasus ini! Anak perempuan dan perempuan dewasa memiliki insiden UTI dan pielonefritis yang lebih besar dibandingkan anak laki-laki dan laki-laki dewasa, dimungkinkan karena letak uretranya yang lebih pendek dan
berdekatan dengan anus. (Patofisiologi Prince and Wilson edisi 2 volume 2,
919) Neonates dan infant, pada beberapa bulan awal memiliki faktor resiko untuk terjadinya UTI, dikarenakan belum terbentuk system imunnya secara sempurna. Pemberian ASI esklusive diperlukan untuk membantu pembentukan imun anak. ( Pediatric Urinary Trac Infection, Department of Urology, Stanford University School of Medicine)
Resiko pada anak sebelu pubertas: 3-5% pada anak perempuan, 1-2% pada anak laki-laki
Prevalensi pada bayi <24 bulan yang mengalami demam yaitu 35%
Pada bayi yang telah disirkumsisi yang mengalami demam yaitu 0,2% <1tahun
> 1 tahun
Laki-laki
3%
2%
Perempuan
7%
8%
c. Apa makna klinis dari tidak ada keluhan batuk dan pilek maupun diare? Makna klinis tidak ada batuk pilek adalah tidak ada infeksi pada sistem respirasi dan makna klinis tidak ada diare adalah tidak ada infeksi pada sistem digestif. Hal ini dimungkinkan bahwa keluhan yang dialami bukan dikarenakan oleh bakteri pada saluran nafas ( streptococcus, staphylococcus, dll) dan bakteri pada saluran cerna( E.coli, dll) yang dapat menyebar secara hematogen
maupun
limfogen.
Tetapi
keluhan
dimungkinkan
karena
penggunaan popok yang tidak benar.
2. Sejak kira-kira 1 minggu sebelumnya, anak sering tampak kesakitan setiap mau buang air kecil. Ibunya juga mengeluhkan daerah sekitar kemaluan yang tampak makin merah (ruam popok) sejak 2 minggu yang lalu.
a. Mengapa anak sering tampak kesakitan setiap buang air kecil sejak 1 minggu yang lalu?
Anak tampak kesakitan setiap buang air kecil karena telah terjadi infeksi saluran kemih bawah yaitu urethritis dan cystitis. Apabila dilihat dari riwayat penyakit, 2 minggu yang lalu terlihat ruam popok di sekitar kemaluan menunjukkan bahwa telah terjadi dermatitis infeksiosa terlebih dahulu di permukaan kulit anak. Setelah itu terjadi proses infeksi ascending yaitu bakteri masuk dari kulit ke saluran kecing anak dan naik ke urethra dan vesica urinaria sehingga menyebabkan urethritis dan cystitis 1 minggu terakhir ini.
b. Mengapa daerah sekitar kemaluan tampak merah sejak 2 minggu yang lalu? Ruam popok pada kasus ringan kulit mnjdi merah pada ksus yang lebih berat mgkn terdapat rasa sakit biasanya ruam terlihat di perut kemaluan dan lipatan paha dan pantat. Ruam popok bisa disebabkan karena :
bokong bayi yang terus menerus tertutup popok sehingga lembab bisa menimbulkan masalah jika terjadi
gesekan antara kulit dan popok
,timbul ruam (bintil bintil merah pada kulit )
Permukaaan kulit terlalu lama terkena air seni dan tinja ,kotoran tidak segera dibersihkan bisa membentuk amonia
dan meingkatkan
keasaman kulit bayi ,iritasi pada kulit pun muncul dan tambah
Kulit bayi alergi terhadap popok
Kulit bayi teriritasi popok kain yang dicuci dengan deterjen atau diberi pemutih tetapi tidak dibilas sempurna
3. Riwayat sejak bayi, ibu penderita selalu memakaikan popok sekali pakai dan biasanya diganti 2 kali pada siang hari dan hanya 1 kali pada malam hari.
a. Jelaskan hubungan dari jarang mengganti popok dengan kasus ini! pemakaian popok sekali pakai yang biasanya diganti 2 kali pada siang hari dan hanya 1 kali pada malam hari daerah perineal menjadi lembab mikroorganisme berkumpul menginflamasi diapers dermatitis daerah sekitar kemaluan tampak merah Mikroorganisme ke saluran kemih sampai ke ginjal ISK
Bakteri dari saluran kemih dapat naik ke ureter sampai ke ginjal, melalui suatu lapisan tipis cairan (films of fluid), bertambah lagi bila ada refluks vesiko ureter dan refluks intrarenal. Hal ini sering terjadi pada anak oleh karena kurangnya kontraksi pada dasar pelvis sehingga setiap habis berkemih masih ada sisa urin yang tertahan sehingga mengakibatkan refluks bakteri dari uretra ke kandung kemih.
Selain itu bakteri usus yang keluar dari anus juga tertahan di daerah perineal yang lembab akibat penggantian popok yang lama. Deangan adanya stasis urin, kesempatan bakteri untuk berkembang biak meningkat, karena urin merupakan medium biakan yang sangat baik. Lebih-lebih lagi, pembesaran kandung kemih yang sangat akan mengurangi aliran darah ke dinding kandung kemih dan dapat menurunkan resistensi alami kandung kemih terhadap infeksi. Hal lain yang dapat menyebabkan munculnya bakteri tipe uropatogenik adalah obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis, benda asing, refluks, dan lain-lain.
b. Jelaskan dampak buruk dari pemakaian popok!
Sebenarnya pemakaian popok pada anak terutama popok yang bisa dipakai buang atau disposable diapers tidak berbahaya dan jauh lebih baik daripada pemakaian popok kain. Popok diaper ini mempunyai daya serap yang lebih baik daripada popok kain dan tidak perlu dicuci ulang. Namun kurangnya pengetahuan orang tua yang justru membuat penggunaan popok diaper menjadi salah karena bagaimana pun juga popok diaper ini mempunyai daya tampung urine maksimum dan kalau tidak sering diganti akan memicu tumbuhnya bakteri. Popok diaper yang lebih kedap dan ketat juga mendukung pertumbuhan bakteri dan jamur lebih cepat di tempat yang lembab. Kalau hal ini sudah terjadi, tidak ada lagi perbedaan antara penggunaan popok diaper dan popok kain.
c. Berikan edukasi cara memakai popok yang benar!
Gantilah popok segera setelah anak BAK/BAB. Hal ini mencegah lembab pada kulit.
Jangan memakai popok dengan ketat khususnya sepanjang malam hari. Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah dan terkena feses tidak menggesek kulit lebih luas.
Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air, tidak perlu menggunakan sabun setiap kali mengganti popok atau setiap kali buang air besar. Gunakan sabun hanya bila tinja tidak mudah keluar.
Jangan menggunakan bedak bayi/talk karena dapat menyebabkan
masalah dengan pernapasan pada bayi. Hindari membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan
kulit. Alkohol/parfum pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit bayi.
4. Pemeriksaan fisik Anak tampak sakit berat, suhu 39.5°C, nadi 100x/menit, pernapasan 36x/menit, TD 90/60 mmHg, BB 10kg, TB 75cm. Pemeriksaan paru dan jantung dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa, bising usus normal, nyeri ketok costovertebral, dan nyeri tekan suprapubic susah dinilai. Regio anogenital : hiperemis dan ruam makulopapular di area yang ditutupi popok.
a. Jelaskan interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik! Pemeriksaan
Pada Kasus
Nilai normal
Interpretasi
Keadaan
Tampak sakit
Tampak tdk sakit
Anak mengalami sakit
umum
berat
berat
Suhu
39,5 oC
36-37 oC
Febris
Nadi*
100x/menit
80-150 x/menit
Normal
RR*
36x/menit
30-60 x/menit
Normal
TD*
90/60 mmHg
90/60 mmHg
Normal
BB
10 kg
6,7-10,9 kg
Normal
TB
75 cm
56,5-70,5 cm
Normal
Datar, lemas,
Datar lemas, tidak
Normal
tdk teraba massa
teraba massa
Hepar
Tidak teraba
Tidak teraba
Normal
Lien
Tidak teraba
Tidak teraba
Normal
BU
normal
Normal
Normal
Nyeri ketok
Tidak nyeri ketok
Pembengkakan pada
Abdomen:
CVA
ginjal
Suprapubik
nyeri tekan
Tidak nyeri tekan
Ada kemungkinan
suprapubik sulit
cystitis
dinilai Regio
hiperemis dan
Tidak hiperemis dan
Adanya radang dan
ruam
tidak ada ruam
infeksi
anogenital:
makupopular di area yang ditutupi popok
Keterangan : Laju jantung/nadi normal pada bayi dan anak, dalam buku diagnosis fisis pada anak hal :25
Umur
Laju(denyut/menit) Istirahat(bangun)
Istirahat(tidur)
Aktif/demam
Baru lahir
100-180
80-160
Sampai 220
1 minggu-3
100-220
80-200
Sampai 220
80-150
70-120
Sampai 200
70-110
60-90
Sampai 200
bulan 3 bulan-2 tahun
2 tahun -10 tahun
Laju pernapasan normal menurut WHO bila : Usia
< 2 bulan 2-12 bulan
Frekuensi pernpasan/menit ≤ 60
≤
x/menit
50 x/menit
1-5 tahun
≤ 40
x/menit
>5 tahun
≤ 30
x/menit
Laju pernapasan normal per menit, dalam buku diagnosis fisis pada anak hal : 205 Usia
Rentang
Rata-rata waktu tidur
Neonatus
30-60
35
1 bulan-1 tahun
30-60
30
1 tahun-2 tahun
25-50
25
3 tahun-4 tahun
20-30
22
5 tahun-9 tahun
15-30
18
10 tahun atau lebih
15-30
15
>10 tahun
55-90
50-90
Sampai 200
Tekanan darah normal per menit, dalam buku diagnosis fisis pada anak hal : 206 Usia
Sistolik mmHg
Diastolik mmHg
Neonatus
80
45
6 bulan-12 bulan
90
60
1 tahun-5 tahun
95
65
5 tahun-10 tahun
100
60
10 tahun-15 tahun
115
60
b. Jelaskan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik! suhu 39.5°C
infeksi exogenous pirogenic (benda asing) menstimulasi makrofag endogenous pirogen (IL-1, TNF a) masuk kedalam
hipotalamus melespakan asam arakidonat yang dimetabolisme menjadi prostaglandin E2 peningkatan thermostat hipotalamus demam (suhu 39,5) nyeri ketok costovertebral dan nyeri tekan suprapubic susah dinilai. nyeri ketok costovertebral
Mikroorganisme infeksius masuk ke saluran kemih menginfeksi ginjal terjadi pembengkakan parenkim ginjal saat pemeriksaan fisik terdapat nyeri ketok costovertebral nyeri tekan suprapubic
Mikroorganisme infeksius masuk ke saluran kemih menginfeksi buli-buli terjadi respon inflamasi pada buli-buli overdistensi buli-buli saat pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan suprapubic\ Regio anogenital : hiperemis dan ruam makulopapular di area yang ditutupi popok.
hiperemis dan ruam makulopapular di area yang ditutupi popok. Akibat pemakaian popok yang jarang diganti, menyebabkan area sekitar yang ditutupi popok menjadi lembab, dan berkumpul mikroorganisme. Terjadi inflamasi kemudian hiperemis dan terdapat ruam makulopapular di area yang ditutupi popok.
c. Jelaskan langkah-langkah pemeriksaan fisik nyeri ketok CVA pada bayi! Pemeriksaan Fisik nyeri Ketok Costovertebralis Ada 2 cara palpasi :
-
Jari telunjuk diletakkan pada angulus costovetrebralis dan menekan keras ke atas, akan teraba ujung bawah ginjal kanan
-
Tangan kanan mengangkat abdomen anak yang telentang, jari jari tan gan kiri diletakkan diletakkan di bagian belakang sedemikian hingga jari telunjuk di angulus kostovertebralis kemudian tangan kanan dilepaskan. Waktu abdomen jatuh ke tempat tidur, ginjal teraba oleh jari-jari tangan kiri
d. Jelaskan tujuan dari pemeriksaan fisik nyeri ketok CVA dan nyeri tekan suprapubic! Nyeri ketok suprapubik : Untuk mengetahui nyeri yang terjadi
akibat overdistensi buli-buli yang mengalami retensi urin atau untuk mengetahui adanya inflamasi pada buli-buli (sistitis interstisial, tuberculosis atau sistosomiasis)’ CVA adalah salah satu dari dua sudut yang menguraikan ruang atas ginjal. Sudut dibentuk oleh kurva lateral dan ke bawah dari tulang rusuk terendah dan kolom vertikal dari tulang belakang itu sendiri. Nyeri ketok CVA saat perkusi adalah umum untuk menemukan pielonefritis dan infeksi
lain dari ginjal dan struktur lain yang berdekatan
5. Hasil pemeriksaan laboratorium rutin Hematologi
:
Hb
11g/dl,
leukosit
3
23000/mm ,
hitung
jenis
0/1/4/80/13/2, LED 40 mm/jam. Urinalisis : warna kuning, agak keruh, leukosit penuh, eritrosit 56/lpb, leukosit esterase positif, nitrit positif.
a. Jelaskan interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium! Jenis
Normal
Hasil
Keteragan
Hb (gr/dl)
6-12 bln : 11,5 – 15,5
11g/dl
Rendah sedikit
leukosit (/mm )
Bayi/anak:
9000- 23000/mm
12000
Tinggi (Leukositosis)
hitung jenis Basofil
0-1
0
Normal
Eosinofil
0-4
1
Normal
Net. Batang
3-5
4
Normal
Net. Segmen
50-70
80
Tanda infeksi akut
Limfosit
20-40
13
Menurun
Monosit
3-9
2
Sedikit Menurun
LED
Baru lahir : 0-2mm/h
40 mm/jam
Meningkat, tanda infeksi
12 hari-14 tahun : 313 mm/h (±9mm/h)
Sumber :Clinical Hematology, Wintrobe & Penuntun Lab Kl inik Gandasoebrata Urinalisis : warna
Kuning
muda-tua,
Kuning,
agak
Tidak normal
jernih
keruh
leukosit
-
Penuh
Infeksi
eritrosit
0-3 /lpb
5-6/lpb
Hematuria
mikroskopik
biasa terdapat pada sistitis akut. leukosit esterase
positif
ISK,
leukosit
adalah
enzim
ditemukan
di
(neutrofil). leukosit
esterase yang leukosit
Hasil
esterase
tes positif
mengindikasikan kehadiran
sel-sel
(granulosit),
baik
lekosit secara
utuh atau sebagai sel yang lisis.
nitrit
positif.
ISK, nitrit adalah hasil reduksi nitrat dalam urine menjadi
nitrit
dilakukan
oleh
yang bakteri,
biasanya bakteri basil gram negatif.
b. Jelaskan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan laboratorium! Urin keruh :
Keruh karena Adanya infeksi bakteri yang merusak sel epitel dan menunjukkan adanya kerusakan pada bagian glomerulus dan tubulus ginjal yang berfungsi sebagai filtrasi leukosit menigkat
leukosit meningkat dikarenakan adanya infeksi sehingga leukosit di keluarkan banyak untuk mempertahankan tubuh dengan memfagosit fagosit bakteri yang ada di dalam tubuh. leukosit meningkat menandakan adanya infeksi bakteri. nitrit (+)
Karena dalam pemeriksaan labor sebagai pemeriksaan penunjang pada penyakit ginjal. Dasar tes ini adalah bakteri yang dapat mengubah nitrat menjadi nitrit melalui enzim reduktase nitrat. Enzim ini banyak pada bakteri gram negative dan tidak ada pada bakteri jenis pseudomonas, staphylococcus albus dan enterococcuss.
6. Hasil pemeriksaan lanjutan Kultur urine : Proteus
mirabilis
>100.000/µl, sensitive dengan
cotrimoxazole dan cefotaxime (cara pengambilan dengan urine pancar tengah/midstream). USG
TUG
:
pembengkakan
parenkim
ginjal
serta
batas
corticomedulla tidak jelas.
a. Jelaskan interptretasi dari hasil pemeriksaan lanjutan! Proteus mi r abili s >100.000/µl, sensitive dengan cotrimoxazole dan
cefotaxime (cara pengambilan dengan urine pancar tengah/midstream).
Interpretasi (tidak normal ) terjadi infeksi oleh bakteri USG
TUG
:
pembengkakan
parenkim
ginjal
serta
batas
corticomedulla tidak jelas.
Interpretasi (tidak normal )
b. Jelaskan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan lanjutan! Kultur urine : Proteus mi r abili s >100.000/µl, sensitive dengan cotrimoxazole dan
cefotaxime
Biakan >105 koloni/µl organisme tunggal lebih dari 90% disebabkan oleh ISK.
USG TUG : Pembengkakan parenkim ginjal serta batas corticomedulla tidak jelas.
Pembengkakan parenkim ginjal disebabkan oleh refluks vesikoureter menyebabkan mudahnya bakteri ke ginjal (pielonefritis) dan mengganggu ginjal karena memaparkan pelvis ginjal (tekanan normal kurang dari 10 mmHg) dari tekanan vesica yang jauh lebih tinggi yang dihasilkan selama berkemih.
c. Jelaskan langkah-langkah pengambilan sampel urine midstream! Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :
-
Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
-
Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan
potongan
kasa
steril
yang
mengandung
sabun.
Arah
pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
-
Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
-
Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
d. Jelaskan golongan dan criteria pemilihan antibiotic!
-
Golongan penisilin
bersifat bakterisid dan bekerja mengganggu
sintesis dinding sel.
-
Golongan sefalosporin
hampir sama dengan golongan penisilin
karena mempunyai cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman gram positif dan gram negatif.
-
Golongan amfenikol
mencakup senyawa induk kloramfenikol
maupun derivat-derivatnya yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini aktif terhadap kuman gram positif dan gram negatif maupun ricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang belakang, terutama anemia aplastika, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. thypi dan H. influenzae.
-
Golongan Tetrasiklin
merupakan
antibiotik spektrum luas bersifat
bakteriostatik untuk kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi indikasi pemakaiannya sudah sangat terbatas oleh karena masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini masih merupakan pilihan utama untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh klamidia, riketsia, dan mikoplasma.
-
Golongan aminoglikosida
merupakan golongan antibiotika yang
bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk kuman Gram negatif. Beberapa mungkin aktif terhadap Gram positif. Termasuk disini adalah amikasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmesin, dan tobramisin, antibiotika ini mempunyai sifat khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik.
-
Golongan makrolida
hampir sama dengan penisilin dalam hal
spektrum antikuman, sehingga merupakan alternatif untuk pasien pasien yang alergi penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman.
-
Golongan linkosamid
termasuk disini adalah linkomisin dan
klindamisin, aktif terhadap kuman Gram postif termasuk stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap kuman anaerob, misalnya bakteroides.
-
Golongan peptida Merupakan
meliputi polimiksin A, B, C, D, dan E.
kelompok
antibiotika
yang
terdiri
dari
rangkaian
polopeptida dan secara selektif aktif terhadap kuman Gram negatif, misalnya pseududomonas maupun kuman-kuman koliform yang lain.
Pada kasus ini Pemilihan antibiotic tergantung infeksi mikroba yang terdapat pada pemeriksaan kultur urin . hasil dari pemeriksaan kultur urin pathogen yang menginfeksi adalah proteus mirabilis . Jadi pemberian antibiotic yang tepat adalah golongan Sefalosporin. Sefalosporin bekerja menghambat sintesis dinding sel bakteri.
e. Jelaskan golongan dan kirteria pemilihan analgesic antipiretik! Obat saraf dan otot golongan analgesik atau obat yang dapat menghilangkan rasa sakit/ obat nyeri sedangkan obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh. Analgesik sendiri dibagi dua yaitu :
-
Analgesik
opioid
/
analgesik
narkotika
Analgesik
opioid
merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. a. Obat yang berasal dari opium-morfin, b. Senyawa semisintetik morfin, dan c. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. Tetap
semua
analgesik
opioid
menimbulkan
adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi. Ada 3 golongan obat ini yaitu :
-
Analgesik lainnya, Seperti golongan salisilat seperti aspirin,
golongan para amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti ibuprofen, asam mefenamat, naproksen/naproxen dan banyak lagi.
Paracetamol/acetaminophen
Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
Ibuprofen
Ibuprofen
merupakan
derivat
asam
propionat
yang
diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.
Asam mefenamat
Asam
mefenamat
digunakan
sebagai
analgesik.
Asam
mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
Tramadol
Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang memerlukan waktu yang lama. Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg sehari.
Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.
Fentanyl
Fentanyl
termasuk
obat
golongan
analgesik
narkotika.
Analgesik narkotika digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker. Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl
bekerja
di
dalam
sistem
syaraf
pusat
untuk
menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan. Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.
Naproxen
Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen
bekerja
dengan
cara
menurunkan
menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh.
Obat lainnya
hormon
yang
Metamizol,
Aspirin
Dypirone/Methampiron,
(Asetosal/
Floctafenine,
Asam
asetil
salisilat),
Novaminsulfonicum,
dan
Sufentanil.
f. Mengapa pada kasus ini dipilih antibiotic cotrimoxazole dan cefotaxime? Cefotaxime merupakan antibiotika golongan sefalosprin generasi ke
tiga yang memiliki cakupan gram-negative yang lebih luas, serta dapat merusak dinding sel bakteri, konsentrasi dalam darah dan urin sama (masih active diurin), tahan terhadap enzim beta laktamase (enzim yang dihasilkan bakteri nanah) : tidak bisa diberikan secara peroral karena dirusak oleh enzim hcl lambung Cortimoxazole, Campuran trimetoprim dan sulfametoksazol, suatu
anti bakterial yang terutama digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih: kadar didalam urin mirip dengan cefotaxime (tidak berubah dalam urin), sensitive terhadap coli dan proteus mirabilis. Tetapi efek cortimoxazole lebih kurang cepat dibandingkan cefotaxime
g. Jelaskan dampak dari pembengkakan parenkim ginjal terus menerus! Tanda telah terjadi pembengkakan parenkim ginjal adalah adanya nyeri ketok daerah costovertebral. Apabila pembengkakan ini terjadi terus menurus, akan menimbulkan kerusakan parenkim ginjal yang makin parah yang nantinya berujung pada gagal ginjal.
7. Apa diagnosis banding untuk kasus ini? Radang genitalia eksterna, vulvitis, dan vaginitis yang disebabkan oleh ragi dan cacing kremi (pinworm), DBD
8. Apa saja pemeriksaan tambahan yang diperlukan pada kasus ini? a. Kultur urin dan tes sensitivitas antimikobia Untuk infeksi, diberikan antibiotika. Sedapat mungkin antibiotik diberikan sesuai dengan hasil uji sensitivitas antimikrobia yang diketahui dari hasil biakan urin.
Untuk mendeteksi infeksi berulang, perlu dilakukan pemeriksaan kultur urin secara berkala. b. USG Pemeruksaan
USG
ginjal
dilakukan
untuk
menyingkirkan
hidronefrosis dan abses ginjal. Indikasi lainnya untuk USG adalah bila respon pengobatan antibiotika tidak cepat, bila anak sakit berat, dan toksik, dan bila kadar kreatinin serum meningkat. c. Pencitraan ginjal dengan asam 2,3 – dimerkaptosuksinat yang dilabel dengan teknetium Bila diagnosis pielonefritis akut tidak pasti, lakukan pencitraan ginjal dengan asam 2,3 – dimerkaptosuksinat yang dilabel dengan teknetium atau glukoheptanat. Adanya gangguan pengisian parenkim pada pencitraan ginjal mendukung diagnosis pielonefritis, tetapi tidak dapat membedakan proses akut atau kronis. CT (tomografi terkomputasi) merupakan uji diagnostik definitif untuk pielonefritis akut. d. Kistouretrografi Kira-kira 3 minggu sesudah pengobatan infeksi akut, semua anak harus sudah mempunyai kistouretrografi polos untuk mengetahui refluks. Karena refluks akan ditemukan pada 25% dari semua anak dibawah umur 10 tahun yang telah mengalami bakteriuria. e. Skening radioisotop ginjal dengan DMSA atau glukohepanat Jika ada refluks vesikoureter, deteksi jaringan parut ginjal dengan skening radioisotop ginjal dengan DMSA atau glukohepanat.
9. Bagaimana cara menegakkan diagnosis untuk kasus ini? Anamnesis, keluhan harus benar-benar ditelusuri untuk mengetahui nyeri apa yang dirasakan oleh pasien dapat digunakan oleh dokter untuk menegakan diagnosis. Pemeriksaan Fisik, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik khusus. Pemeriksaan tanda vital yang dinilai, yaitu tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi, serta suhu tubuh. Pada pemeriksaan khusus, dilakukan 4 tahap pemeriksaan yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Dan ditemukan juga nyeritekan pada suprapubik, maupun nyeri ketok CVA.
Pemeriksaan penunjang, yaitu dimana pada pemeriksaan urinalisis banyak ditemukan leukosit pada urin.
10. Apa diagnosis kerja untuk kasus ini? Infeksi Saluran Kemih ascendering et causa dermatitis infeksiosa akibat pemakaian popok sekali pakai yang lama diganti.
11. Apa saja manifestasi klinis yang dapat terjadi pada kasus ini?
12. Jelaskan pathogenesis kasus ini!
13. Jelaskan epidemiologi kasus ini! Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun pertama pada anak. Selama tahun pertama kehidupan, prevalensi bakteriuria 0,9% pada anak perempuan dan 2,5% pada anak laki-laki. Prevalensi ISK pada anak usia 2 bulan sampai 2 tahun adalah 5%. Insidens ISK pada anak usia kurang dari 6 tahun adalah 37% pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki-laki. Insidens ISK pada anak remaja adalah 10%, dimana 7,8% diantaranya dijumpai pada anak perempuan.
10-12
Suatu penelitian mendapatkan prevalensi yang lebih tinggi terjadi pada anak malnutrisi yaitu sekitar 8-35%.
13
Penyebab terbanyak ISK baik yang simtomatik maupun yang asimtomatik, 1
termasuk pada neonatus adalah Escherichia coli (70-80%).
14. Jelaskan penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi untuk kasus ini!
Farmakologi
1. Antibiotika sesuai hasil kultur dan resistensi selama 10-14 hari, sementara menunggu hasil kultur, bisa diberikan antibiotika empiris: Tersangka ISK simtomatis ringan bisa diberikan:
Amoksisilin 50mg/kgBB/hari atau Trimetroprim atau Sulfametoksazol (kortimoksazol) 8/40mg/kgBB/hari Tersangka ISK berat bisa diberikan:
Ampisilin 200mg/kgBB/hari dibagi atas 4 dosis + gentamisin 5mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis 2.
Untuk ruam kulitnya bisa diberi antibiotik dan kortikosteroid
3.
Demam tinggi : paracetamol 15ml/kgBB/kali Antibiotik (injeksi) cefotaxime 100mg/kgBB
Non Farmakologi
1. Ganti popok yang sesuai dengan kulit bayi. Atau bisa diganti dengan menggunakan kain. 2. Dermatitis: hindari kontak dan penyebabnya 3. Edukasi terhadap orang tua bayi untuk menjaga kebersihan sang bayi dan sering mengganti popok sang bayi agar tidak terjadi infeksi berulang. 4. Untuk melihat apakah pasien sudah sembuh atau tidak, bisa dilakukan kultur ulang, jika steril berarti pasien sudah benar benar dinyatakan sembuh.
15. Jelaskan cara pencegahan untuk kasus ini!
-
Cucilah tangan sebelum dan sesudah mengganti popok.
-
Usahakan untuk selalu menyediakan segala keperluan saat mengganti popok, ini untuk mencegah bayi berjalan-jalan atau menyentuh permukaan lain.
-
Pastikan bayi selalu berada dalam kondisi tubuh yang bersih dan tidak lembab.
-
Saat melepaskan popok, bersihkan seluruh permukaan kulit secara merata dari depan ke belakang untuk menghindari infeksi. Usahakan untuk selalu membersihkan lipatan-lipatan di kulit bayi.
-
Jika terdapat ruam, maka hentikan penggunaan popok dan oleskan salep untuk menghilangkan ruam.
-
Buanglah popok dan tisu atau kapas yang digunakan untuk membersihkan kulit dengan benar.
-
Sering-seringlah mengganti popok dan usahakan untuk selalu menjaga agar popok tidak terlalu basah atau tetap kering.
16. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ini? Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, dangangguan fungsi ginjal. Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik.
17. Apa prognosis untuk kasus ini? ISK tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis lebih baik bila dilakukan pengobatan pada fase akut yang adekuat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi berulang. Prognosis jangka panjang pada sebagian besar penderita dengan kelainan anatomis umumnya kurang memuaskan meskipun telah diberikan pengobatan yang adekuat dan dilakukan koreksi bedah, hal ini terjadi terutama pada penderita dengan nefropati refluks. Deteksi dini terhadap adanya kelainan anatomis, pengobatan yang segera pada fase akut, kerjasama yang baik antara dokter, ahli bedah urologi dan orang tua penderita sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya perburukan yang mengarah ke fase gagal ginjal kronis. Quo ad vitam
: bonam
Quo ad fungsionam
: bonam
18. Apa KDU yang tepat untuk kasus ini? Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau x-ray). dokter dapat mmutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.
IV. 1.
Learning Issue Anatomi dan fisiologi traktus urinarius
Tractus Urinarius atau Sistem Urinaria adalah suatu sistem sistem kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau Homeostatis, selain itu dalam sistem ini terjadi proses penyaringan darah sehingga darah bebas dan bersih dari zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh.Hasil keluaran sistem urinari berupa urin atau air seni. Sistem ini terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Ginjal
Ginjal biasa juga disebut dengan renal, kidney, terletak di belakang rongga peritoneum dan berhubungan dengan dinding belakang dari rongga abdomen, dibungkus lapisan lemak yang tebal. Ginjal terdiri dari dua buah yaitu bagian kanan dan bagian kiri. Ginjal kanan lebih rendah dan lebih tebal dari ginjal kiri, hal ini karena adanya tekanan dari hati. Letak ginjal kanan setinggi lumbal I sedangkan letak dari ginjal kiri setinggi thorakal XI dan XII. Bentuknya seperti biji kacang tanah dan margo lateralnya berbentuk konveks dan margo medialnya berbentuk konkav. Panjangnya sekitar 4,5 inchi (11,25 cm), lebarnya 3 inchi (7,5cm), dan tebalnya 1,25 inchi (3,75cm). Bagian luar dari ginjal disebut dengan substansia kortikal sedang bagian dalamnya disebut substansia medularis dan dibungkus oleh lapisan yang tipis dari jaringan fibrosa.
Nefron merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal, lengkung hendle, tubulus distal, dan tubulus urinarius (papilla vateri). Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter, arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal. Lubang-lubang yang terdapat pada pyramid renal masing-masing membentuk simpul dan kapiler suatu badan malphigi yang disebut glomerulus. Pembuluh afferent bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior. Fungsi ginjal antara lain :
-
Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun
-
Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
-
Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
-
Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh
-
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin, dan amoniak.
Ureter
Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis yang panjangnya antara 10 sampai 12 inchi (25-30 cm), dan diameternya sekitar 1 mm sampai 1 cm. Ureter terdiri atas dinding luar yang fibrus, lapisan tengah yang berotot, dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter mulai sebagai pelebaran hilum ginjal, dan letaknya menurun dari ginjal sepanjang bagian belakang dari rongga peritoneum dan di depan dari muskulus psoas dan prosesus transversus dari vertebra lumbal dan berjalan menuju ke dalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara ke kandung kemih melalui bagian posterior lateral. Pada ureter terdapat 3 daerah penyempitan anatomis, yaitu :
-
Uretropelvico junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal pelvis sampai bagian ureter yang mengecil
-
Pelvic brim, yaitu persilangan antara ureter dengan pembuluh darah arteri iliaka
-
Vesikouretro junction, yaitu ujung ureter yang masuk ke dalam vesika urinaria (kandung kemih).
Ureter berfungsi untuk menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih. Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal
dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan muskulus membrane yang berbentuk kantong yang merupakan tempat penampungan urine yang dihasilkan oleh ginjal, organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di dalam panggul besar, sekitar bagian postero superior dari simfisis pubis. Bagian kandung kemih terdiri dari fundus (berhubungan dengan rectal ampula pada laki-laki, serta uterus bagian atas dari kanalis vagina pada wanita), korpus, dan korteks. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan peritoneum (lapisan sebelah luar), tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Kandung kemih bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan posisinya, tergantung dari volume urine yang ada di dalamnya. Secara umum volume dari vesika urinaria adalah 350-500 ml. Kandung kemih berfungsi sebagai tempat penampungan sementara (reservoa) urine, mempunyai selaput mukosa berbentuk lipatan disebut rugae (kerutan) dan dinding otot elastis sehingga kandung kencing dapat membesar dan menampung jumlah urine yang banyak.
Uretra
Uretra adalah saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane dengan muskulus yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari kandung kemih. Letaknya agak ke atas orivisium internal dari uretra pada kandung kemih, dan terbentang
sepanjang 1,5 inchi (3,75 cm) pada wanita dan 7-8 inchi (18,75 cm) pada pria. Uretra pria dibagi atas pars prostatika, pars membrane, dan pars kavernosa. Fungsi uretra yaitu untuk transport urine dari kandung kencing ke meatus eksterna, uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke lubang air.
2.
Infeksi saluran kemih pada anak
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit yang sering ditemukan pada anak, di samping infeksi saluran cerna. ISK merupakan penyakit penting pada anak, karena menyebabkan gejala tidak menyenangkan pada anak. Bila tidak ditanggulangi secara serius, ISK dapat menyebabkan komplikasi berupa batu saluran kemih, hipertensi, ataupun gagal ginjal yang memerlukan tindakan cuci darah atau cangkok ginjal. Karena itu, perlu mengenal ISK sedini mungkin agar dapat ditata laksana dengan adekuat untuk menghindari akibat yang lebih buruk. ISK dapat mengenai semua orang, mulai bayi baru lahir sampai dengan orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. ISK lebih sering dtemukan pada bayi atau anak kecil dibandingkan dengan dewasa. Pada bayi sampai umur tiga bulan, ISK lebih sering pada laki-laki daripada perempuan, tetapi selanjutnya lebih sering pada perempuan daripada laki-laki. ISK terjadi sebagai akibat masuknya kuman ke dalam saluran kemih. Biasanya kuman berasal dari tinja atau dubur, masuk ke saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal. Kuman dapat juga masuk ke saluran kemih melalui aliran darah dari tempat lain yang melebar, terdapat sumbatan saluran kemih, kandung kemih yang membesar dan lain-lain. Sama seperti penyakit infeksi lainnya, ISK akan lebih mudah terjadi pada anak dengan gizi buruk atau sistem kekebalan tubuh anak rendah. Anak yang mengalami sembelit atau sering menahannahan air kemih (kencing) pun dapat berisiko terkena ISK. Gejala: Kadang tanpa gejala, dan didiagnosis setelah terjadi komplikasi gagal ginjal. Pada bayi baru lahir, gejalanya tidak khas, sehingga sering tidak terpikirkan, misalnya suhu
tidak stabil (demam atau suhu lebih rendah dari normal), tampak sakit, mudah terangsang atau irritable, tidak mau minum, muntah, mencret, perut kembung, air kemih berwarna kemerahan atau tampak kuning. Pada bayi lebih dari satu bulan, dapat berupa demam, air kemih berwarna kemerahan, mudah terangsang, tampak sakit, nafsu makan berkurang, muntah, diare, perut kembung atau tampak kuning. Pada anak usia prasekolah atau sekolah, gejala ISK dapat berupa demam dengan atau tanpa menggigil, sakit di daerah pinggang, sakit waktu bermih, buang air kemih sedikit-sedikit tetapi sering, rasa ingin berkemih, air kemih keruh atau berwarna kemerahan. Pengobatan: Jika terdapat kecurigaan terhadap ISK, maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan air kemih, rutin dan biakan air kemih.
Hasil
pemeriksaan urinalisis dapat segera diketahui, sedangkan hasil biakan air kemih memerlukan waktu satu minggu. Ada tiga hal yang penting yang biasa dilakukan jika pasien sudah didiagnosis sebagai ISK, yaitu pertama, memberantas infeksi: kedua, mendeteksi, mencegah, dan mengobati infeksi berulang dan ketiga mendeteksi kelainan anatomi dan fungsional saluran kemih serta menanggulanginya jika ada. Untuk memberantas infeksi, diberikan obat pembunuh kuman (antimikroba atau antibiotik) selama 7-10 hari. Sedapat mungkin obat pembunuh kuman ini diberikan sesuai dengan hasil uji kepekaan kuman yang diketahui dari hasil biakan air kemih. Untuk mendeteksi infeksi berulang, perlu dilakukan pemeriksaan biakan air kemih secara berkala, dan kalau terdapat infeksi, maka infeksi ini diobati dengan antibiotik yang sesuai. Untuk mendeteksi kelainan anatomi dan fungsional saluran kemih, biasanya dokter melakukan pemeriksaan fisik yang lebih teliti dan kalau perlu dilakukan pemeriksaan pencitraan/radiologis seperti USG atau pemeriksaan rontgen terhadap ginjal dan saluran kemih. Jika ditemukan kelainan pada saluran kemih, maka tata laksana selanjutnya disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan apakah memerlukan tindakan pembedahan atau tidak.
Kesimpulan Dengan mengenali ISK sedini mungkin, mengatasi infeksi serta mendeteksi dan menanggulangi kelainan yang ditemukan, maka akibat yang lebih berat, yaitu gagal ginjal yang memerlukan cuci darah atau cangkok ginjal dapat dicegah.
3.
Antibiotik
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan
penyakit infeksi, meskipun dalam
bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut. Antibiotika oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotika intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadangkala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep. Klasifikasi : a) penisilin & sefalosporin b) tetrasiklin & kloramfenikol c) aminoglikosida d) eritromisin e) makrolida
Golongan penisilin : Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu sintesis dinding sel. Antibiotika pinisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi adanya nukleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam. Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif. Beberapa golongan penisilin ini juga aktif terhadap kuman Gram negatif. Golongan penisilin masih dapat terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni: Penisilin yang rusak oleh enzim penisilinase, tetapi spektrum anti kuman terhadap Gram positif paling kuat. Termasuk di sini adalah Penisilin G (benzil penisilin) dan derivatnya yakni penisilin prokain dan penisilin benzatin, dan penisilin V (fenoksimetil penisilin). Penisilin G dan penisilin prokain rusak oleh asam lambung sehingga tidak bisa diberikan secara oral, sedangkan penisilin V dapat diberikan secara oral. Spektrum antimikroba di mana penisilin golongan ini masih merupakan pilihan utama meliputi infeksi-infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A, pneumokokus, meningokokus, gonokokus, Streptococcus viridans, Staphyloccocus, pyoneges (yang tidak memproduksi penisilinase), Bacillus anthracis, Clostridia, Corynebacterium diphteriae, Treponema pallidum, Leptospirae dan Actinomycetes sp. Penisilin yang tidak rusak oleh enzime penisilinase, termasuk di sini adalah kloksasilin, flukloksasilin, dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan metisilin, sehingga hanya digunakan untuk kuman-kuman yang memproduksi enzim penisilinase. Penisilin dengan spektrum luas terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi rusak oleh enzim penisilinase. Termasuk di sini adalah ampisilin dan amoksisilin. Kombinasi obat ini dengan bahan-bahan penghambat enzim penisiline, seperti asam klavulanat atau sulbaktam, dapat memperluas spektrum terhadap kumankuman penghasil enzim penisilinase. Penisilin
antipseudomonas
(antipseudomonal
penisilin).
Penisilin
ini
termasuk karbenisilin, tikarsilin, meklosilin dan piperasilin diindikasikan khusus untuk kuman-kuman Pseudomonas aeruginosa. Golongan sefalosporin : Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotika sangat beragam, terbagi menjadi 3 kelompok, yakni:
Generasi pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in vitro. Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi pertama kurang aktif terhadap kuman Gram negatif. Generasi kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol dan sefaklor. Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk Enterobacteriaceae dan kadang-kadang peudomonas. Termasuk di sini adalah sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan moksalatam. Golongan amfenikol : Golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivatderivatnya yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif maupun ricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemia aplastika, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenzae. Golongan tetrasiklin : Merupakan antibiotika spektrum luas bersifat bakteriostatik untuk kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi indikasi pemakaiannya sudah sangat terbatas oleh karena masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini masih merupakan pilihan utama untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh klamidia, riketsia, dan mikoplasma. Mungkin juga efektif terhadap N. meningitidis, N. gonorhoeae dan H. influenzae., termasuk di sini adalah tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, metasiklin dan demeklosiklin. Golongan aminoglikosida : Merupakan golongan antibiotika yang bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk kuman Gram negatif. Beberapa mungkin aktif terhadap Gram positif. Streptomisin dan kanamisin juga aktif terhadap kuman TBC. Termasuk di sini adalah amikasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin, antibiotika ini punya sifat khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik. Golongan makrolida : Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum antikuman, sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien yang alergi penisilin.
Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Aktif secara invitro terhadap kuman-kuman Gram positif, Gram negatif, mikoplasma, klamidia, riketsia dan aktinomisetes. Selain sebagai alternatif penisilin, eritromisin juga merupakan pilihan utama untuk infeksi pneumonia atipik (disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit Legionnaires (disebabkan Legionella pneumophilla) termasuk dalam golongan makrolida selain eritromisin juga roksitromisin, spiramisin, josamisin, rosaramisin, oleandomisin dan trioleandomisin. Golongan linkosamid : Termasuk di sini adalah linkomisin dan klindamisin, aktif terhadap kuman Gram positif termasuk stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap kuman anaerob, misalnya bakteroides. Sering dipakai sebagai alternatif penisilin antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta infeksi-infeksi abdominal. Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C. difficile, dalam bentuk kolitis pseudomembranosa yang fatal. Golongan polipeptida : Antibiotika golongan ini meliputi polimiksin A, B, C, D dan E. Merupakan kelompok antibiotika yang terdiri dari rangkaian polipeptida dan secara selektif aktif terhadap kuman Gram negatif, misalnya psedudomonas maupun kuman-kuman koliform yang lain. Toksisitas polimiksin membatasi pemakaiannya, terutama dalam bentuk neurotoksisitas dan nefrotoksisitas. Mungkin dapat berperan lebih penting kembali dengan meningkatnya infeksi pseudomonas dan enterobakteri yang resisten terhadap obat-obat lain. Golongan antimikobakterium : Golongan antibiotika dan kemoterapetika ini aktif terhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain. Golongan sulfonamida dan trimetropim : Kepentingan sulfonamida dalam kemoterapi infeksi banyak menurun karena masalah resistensi. Tetapi beberapa mungkin masih aktif terhadap bentuk-bentuk infeksi tertentu misalnya sulfisoksazol untuk infeksi dan infeksi saluran kencing. Kombinasi sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing, salmonelosis, kuman bronkitis, prostatitis. Spektrum kuman mencakup kuman-kuman Gram positif dan Gram negatif. Golongan kuinolon :
Merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer dengan spektrum antikuman yang luas terutama untuk kuman-kuman Gram negatif dan Gram positif, enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama dipakai untuk infeksi-infeksi nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin, pefloksasin dan lain-lain.
BAB III PENUTUP I.
Simpulan
Anisa, 10 bulan menderita infeksi saluran kemih (pyelonephritis dan sistitis) disebabkan dermatitis infeksiosa karena penggunaan popok yang kurang higienis.