DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI SEDANG PADA ANAK BLOK 16 SISTEM DIGESTIVUS 2
Alamat Korespondensi : NAMA
: LANNY ARDIANNY
NIM
: 102011425
KELOMPOK D7
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. ARJUNA UTARA NO:6, JAKARTA 11510, TELP: 021-5694 2061, FAX: 021-563 1731
PENDAHULUAN
Secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari tiga kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Bayi dikatakan diare bila volume tinja lebih dari 15 gram/kg/24 jam dan pada anak usia 3 tahun volume tinja lebih dari 200 gram/24 jam. Volume tinja anak usia 3tahun sama dengan volume tinja orang dewasa . Sedangkan ahli lain, memberi batasan kasar diare sebagai produksi tinja harian melebihi 250gram, mengandung 70%-90% air, yang menyebabkan bertambahnya volume tinja dan frekuensi buang air besar.
PEMBAHASAN
Anamn esis Mengumpulkan data-data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan sering merupakan hal yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dengan anamnesis yang baik dokter dapat memperkirakan penyakit yang diderita pasien.Anamnesis yang baik harus lengkap, rinci (detail), dan akurat sehingga dokter bukan saja dapat mengenali organ atau sistem apa yang terserang penyakit , tetapi juga kelainan yang terjadi dan penyebabnya .Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal yangdiperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.Ada beberapa point penting yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis, antara lain 1 : 1. Identitas pasien Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, namaorang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat pendidikan, pekerjaan,suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yangdihadapi adalah benar pasien yang dimaksud. Selain itu identitas ini juga perlu untuk data penelitian, asuransi dan sebagainya. 2. Keluhan Utama ( Presenting Symptom) Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien, yang membawa pasien tersebut pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien merasakan hal tersebut. 3.
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhatan utama sampai pasien datang berobat. 4. Riwayat penyakit dahulu Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang. 5. Riwayat kesehatan Berupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan ( berat badan tinggi badan), riwayat makanan dan imunisasi 6. Riwayat keluarga
7. Riwayat Pribadi
Meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Pada anak-anak perlu juga dilakukan anamnesis gizi yang seksama, meliputi jenis makanan, kuantitas dan kualitasnya. Kebiasaan pasien yang juga harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok ,minum alkohol, termasuk penyalahgunaan obat-obat terlarang (narkoba).1
PEMERIKSAAN Pemeriksaan Fisik 2 Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadaran (compos mentis sampai koma),suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat. Pemeriksaan sistematik : -
Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
-
Perkusi : adanya distensi abdomen.
-
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
-
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium yang meliputi : -
Pemeriksaan tinja secara makroskopis dan mikroskopis.
-
Pemeriksaan pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus bila diduga terdapat intoleransi gula.
-
Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
-
Pemeriksaan Darah
-
Pemeriksaan pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
-
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
Doudenal Intubation
-
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik. 3
Diagnosa Working Diagnostic (DISENTRI) Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut , nyeri dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Penyebab yang paling umum yaitu adanya infeksi parasit Entamoeba histolytica yang menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler. Kuman-kuman tersebut dapat tersebar dan menular ke orang lain melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan juga lalat.
Parasit Entamoeba hystolytica hidup dalam usus besar, parasit tersebut mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk yang bergerak dan bentuk yang tidak bergerak. Parasit yang berbentuk tidak bergerak tidak menimbulkan gejala, sedangkan bentuk yang bergerak bila menyerang dinding usus penderita dapat menyebabkan mulas, perut kembung, suhu tubuh meningkat, serta diare yang mengandung darah dan bercampur lendir, namun diarenya tidak terlalu sering.4 Disentri basiler biasanya menyerang secara tiba – tiba sekitar dua hari setelah kemasukan kuman/bakteri Shigella. Gejalanya yaitu demam, mual dan muntahmuntah, diare dan tidak napsu makan. Bila tidak segera diatasi, dua atau tiga hari kemudian keluar darah, lendir atau nanah dalam feses (tinja) penderita. Pada disentri basiler, penderita mengalami diare yang hebat yaitu mengeluarkan feses yang encer
hingga 20-30 kali sehari sehingga menjadi lemas, kurus dan mata cekung karena kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Hal tersebut tidak bisa dianggap remeh, karena bila tidak segera diatasi dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala lainnya yaitu perut terasa nyeri dan mengejang.
Keadaan Dehidrasi dapat dinilai dari keadaan pada anak, yaitu : Penilaian
Tanpa
Dehidrasi Ringan-
Dehidrasi
sedang
Keadaan Umum
Baik, sadar
*gelisah,rewel
*kesadaran↓/ tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung & kering
Airmata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut dan lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa Haus
Tidak haus
Haus, bnyk minum
*sedikit minum
Periksa Turgor
Kembali cepat
*kembali lambat (2
Kembali sangat lambat
detik)
(>2 detik)
Dehidrasi ringan-
Dehidrasi berat (bila ada
sedang (bila ada 1
1 tanda * ditambah 1 atau
tanda * ditambah 1
lebih tanda lain)
Kulit Derajat Dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi Berat
atau lebih tanda lain) Terapi
Rencana A
Rencana B
Rencana C
Rencana A : Diare tanpa dehidrasi, diberikan cairan secukupnya untuk mencegah dehidrasi Rencana B : Diberikan cairan oralit 3 jam pertama 75ml/kgBB Rencana C : Diberikan cairan IV Ringer Laktat , kemudian mengulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba. Menilai kembali keadaan penderita dengan menggunakan bagan penilaian serta melanjutkan dengan rencana terapi A dan B.7
Penyakit ini umumnya lebih cepat menyerang anak-anak. Kuman – kuman masuk ke dalam organ pencernaan yang mengakibatkan pembengkakan dan pemborokan sehingga timbul peradangan pada usus besar. Kemoterapi dengan preparat sulfa dari golongan sulfonamid misalnya sulfadiazin, gantrisin dengan dosis 100-200 mg/kgbb/hari. Bila didapatkan kesulitan pemberian oral karena misalnya penderita muntah-muntah, dapat dipertimbangkan pemberian kotrimoksazol intravena.4
Differential Diagnostic
Kolera Penyakit kolera adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh
bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi. Kolera adalah penyakit diare akut, yang disebabkan oleh infeksi usus akibat terkena bakteria Vibrio cholerae. Kurang lebih 1 dari setiap 20 penderita mengalami sakit yang berat dengan gejala diare yang sangat encer, muntah-muntah, dan kram di kaki. Bagi mereka ini, kehilangan cairan tubuh secara cepat ini dapat mengakibatkan dehidrasi dan syok atau reaksi fisiologik hebat terhadap trauma tubuh. Kalau tidak diatasi, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam.5 Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu, Penderita kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline). Masa inkubasi 6 jam-5 hari a.
Keluhan pokok •
Tiba-tiba diare
•
Tinja yang encer/lembek
b.
•
Diikuti oleh cairan yang menyerupai air cucian beras, berbau amis
•
Mual – muntah menyusul diare.
Tanda penting
c.
•
Dehidrasi (turgor kulit jelek, mata dan pipi cekung)
•
Jari-jari keriput
•
Asidosis
•
Syok : nadi cepat dan kurang berisi, tensi turun, keringat dingin
Pemeriksaan laboratorium •
Hipokalemi
Komplikasi : lesu, kejang-kejang, hipoglikemia dan kematian terjadi lebih sering pada anak. Penggantian cairan dan elektrolit yang tidak adekuat dapat menyebabkan gagal ginjal akut karena nekrosis tubuler akut. Penatalaksanaan Penyakit Kolera A. Terapi umum •
Penggantian cairan dan elektrolit
•
Keadaan ringan dan sedang cukup minum oralit, aqua atau air kelapa.
•
Kalau dehidrasi berat harus dengan cairan infuse
B. Istirahat
•
Istirahat di rumah sakit
•
Larutan ringer laktat dan larutan garam fisiologis5
Gastroentritis et causa virus dengan dehidrasi
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen. Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.6
Penularan Gastroenteritis bisa melalui fecal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah. 6
Manifestasi Klinis Nyeri perut (abdominal discomfort), rasa perih di ulu hati, mual, kadang-kadang sampai muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
Komplikasi Dehidrasi, renjatan hipovolemik, kejang, bakterimia, mal nutrisi, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Tingkat derajat Dehidrasi -
Dehidrasi ringan Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
-
Dehidrasi Sedang Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
-
Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-
tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.7
Etiologi 1. Faktor Infeksi
8
a. Infeksi Enteral → infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi: Infeksi bakteri: E. Coli, Salmonella, Shigella,Campyobacter, Yersinie Aeromonas,Vibrio Infeksi Virus: Entero Virus (Virus Echo, Cocsackie,Poliomielitis), Adenovirus, Rotavirus Infeksi Parasit: Cacing (Askaris,Trichuris,Strongloides) Protozoa: Entamoeba Histolitika, Giardia lambria, Trichomonas hominis Jamur : Candida albican dan Manita phalloides b.Infeksi Parenteral → infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronchopneumonia, Ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. 2. Faktor Noninfeksi
a. Faktor Mal Absorbsi - Mal absorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), Monosakarida (intoleransi Glukosa, Fruktosa dan galaktosa) pada bayi dan anak yang terpenting dan sering adalah intoleransi laktosa. - Mal absorbsi lemak - Mal absorbsi protein (asam amino, laktoglobulin) b. Faktor makanan: makanan beracun (timbal, sianida, alergi terhadap makanan.) c. Faktor Psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang. 3. Vektor Mekanik
a. Musca domestica Vektor mekanik : amebiasis, disentry bacilaris, dan penyakit cacing usus di indonesia. Cara infeksi : melalui makanan & minuman yang terkontaminasi
b. Periplaneta Americana Vektor bakteri : Eschericia coli, Salmonela spp, dan Shigella. Vektor mekanik : amebiasis, lambliasis, ascariasis, dan isosporiasis Cara Infeksi : melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi c. Parasarcophaga crassipalpis Gejala Klinik : myiasis Vektor mekanik : disentri basiler , amebiasis, cacing Cara Infeksi : melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi 8
Patofisiologi Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah: - Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
- Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
- Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare. 9
Fecal – Oral, inhalasi → invasi setempat pada epitel permukaan → sirkulasi darah → viraemi → invasi hingga sel sasaran → infeksi sel – sel dalam vili usus halus → berkembang biak dalam sitoplasma, merusak mekanisme transportnya → vili usus atrofi
tidak dapat mengabsorbsi makanan dan cairan
motilitas meningkat
DIARE4
tekanan osmotik naik
Patogenesis diare akut Yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu berkembang biak didalam usus halus. Kemudian jasad renik mengeluarkan toksin. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Patogenesis diare kronik Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain. Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman penyebab diare. Tinja tersebut dikeluarkan oleh orang sakit atau pembawa kuman yang BAB disembarang tempat. Tinja tadi mencemari lingkungan misalnya tanah, sungai, air sumur. Orang sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah tercemari,kemudian menderita diare. Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan. 6
Klasifikasi Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu: 1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari, tinja bersifat cair/lunak, tanpa disertai darah 2. Disentri: yaitu diare yang disertai lendir dan darah dalam tinjanya 3. Diare persisten : yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus 4. Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Diare adalah peningkatan pengeluaran volume cairan melalui feses yang diikuti oleh peningkatan frekuensinya. Diare dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan ganggunan fisiologisnya.5 ·Osmotic diarrhea Osmotic diarrhea disebabkan oleh malabsorbsi nutrient dan elektrolit yang merupakan
pertikel osmotik aktif. Apabila partikel-partikel osmosis aktif terdapat dalam jumlah berlebihan dalam di lumen usus, partikel-partikel ini akan menyebabkan cairan masuk ke lumen sehingga akhirnya feses menjadi lebih encer. ·Secretory diarrhea Secretory diarrhea terjadi ketika terdapat peningkatan transportasi zat-zat makanan sehingga tidak cukup waktu untuk penyerapan. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan motilitas usus. · Malabsorbtive diarrhea Malabsorbtive diarrhea disebabkan tidak mampunya usus menyerap makanan. Misalnya karena kurangnya enzim-enzim pencernaan yang mengakibatkan zat makanan tidak dapat dicerna dan diserap. · Motility disorder Diare karena kelainan motilitas misalnya pascabedah. · Inflamatory exudation Diare karena adanya inflamasi pada gastrointestinal, misalnya shigellosis
Epidemiologi Penyakit gastroentritis (diare) hingga kini merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di negara-negara berkembang. Diperkirakan 100 juta episode diare terjadi setiap tahun pada anak dibawah 5 tahun. Di Indonesia diperkirakan angka kesakitan berkisar antara 150 - 450 per 1000 penduduk per tahun.
Penatalaksanaan •
Medikamentosa –
Antidiare •
Loperamid dan bismut subsalisilat digunakan untuk mengatasi diare yang tidak disertai panas dan tidak terdapat pus pada tinja.
•
Preparat hidrofilik, cth : psilium, akan menyerap air dan meningkatkan konsistensi feses
•
Preparat antidiare opiat, cth : difenoksilat dan loperamid, membantu mengatasi diare sekretorik dengan intensitas ringan hingga sedang.
•
Kodein atau tinctura opii digunakan untuk mengatasi diare sekretorik hingga intensitas berat.
•
Kolestiramin digunakan untuk mengatasi diare yang disebabkan oleh malabsorpsi garam empedu
Terapi cairan
–
•
Oralit diberikan untuk mencegah kematian karena dehidrasi
•
Terapi cairan intravena untuk pasien dehidrasi berat (cth : pada kolera,shigella,rotavirus)
–
Antipiretik hanya diberikan pada pasien diare yang disertai demam, contohnya: paracetamol
Indikasi rawat inap –
Berumur kurang dari 4 bulan
–
Mengalami dehidrasi
–
Menderita KEP sedang dan berat
–
Menderita infeksi berat
–
Indikasi berdasarkan penyakit penyerta lain
–
Penderita diperkirakan tidak akan dapat mengkonsumsi makanan sesuaidengan jenis, bentuk, dan jumlah yang direkomendasikan.
•
Non Medikamentosa dan Edukasi Bagi sebagian besar kasus diare, obat-obatan tidak diperlukan. Jika diare dalam skala besar, bahaya yang paling besar adalah dehidrasi. Jadi, bagian paling penting dalam pengobatannya adalah memberikan cukup cairan dan makanan yang baik untuk mencegah atau mengatasi dehidrasi.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
- BAB di kakus, tidak di kali, pantai, sawah atau sembarang tempat. -
Cuci tangan sebelum makan, dan sesudah buang air besar.
- Minum air dan makanan yang sudah dimasak - Susui anak anda selama mungkin, di samping makanan lainnya sesuai umur. Bayi yang minum susu botol lebih mudah diserang diare dari pada bayi yang disusui ibunya. -
Tetaplah anak disusui walaupun anak menderita diare.
4
Komplikasi Hilangnya cairan melalui diare dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Pada tahun 2009 diare diperkirakan telah menyebabkan 1,1 juta kematian pada orang berusia 5 dan lebih dan 1,5 juta kematian pada anak di bawah usia 5 tahun. Dapat terjadi malnutrisi dan bila dehidrasi lebih berbahaya jika tidak diberikan cukup cairan untuk menggantikan cairan yang hilang yang berakibat kematian. Diare dapat mengakibatkan hilangnya sejumlah air dan elektrolit, terutama natrium dan kalium. Kebanyakan penderita diare dapat sembuh tanpa mengalami kesulitan, tetapi apabila tidak dirawat dengan benar akan mengalami komplikasi.10 Komplikasi diare dapat berupa : -
Dehidrasi
-
Hipokalemia
-
Hipokalsemia
-
Disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia)
-
Hiponatremia, dan syok hipovolemik
Prognosis Pada umumnya prognosisnya baik, bila penderita tidak mengalami dehidrasi dan apabila mengalami dehidrasi diberikan cairan dan asupan gizi yang cukup.
Kesimpulan Diare yang diderita oleh anak tersebut adalah diare akut dengan dehidrasi sedang.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Setiyohadi,B. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI ; 2006, h.20-25
2. Welsby, P.D. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC,2009.h.83-85 3.
A.Sacher, Ronald, Hartanto , Huriawati, editor. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.Ed.11. Jakarta : EGC,2004
4.
A.Husein.dr, H.Rusepno Hassan, editor.Buku Kuliah 1 dan 2 Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: Infomedika,2000
5.
Behrman E, Kliegman R, Arvin M. Nelson Ilmu Kesehatan Anak vol 2 ed.15. Jakarta: EGC, 2000.h.983-987
6. Silbernagl S, Lang F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC, 2006 7. Tim PMPT IDAI. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan-5 tahun. Buku Pedoman Pendidikan Medik Pediatrik Terpadu 8.
Jawetz, dkk.Mikrobiologi Kedokteran.Jakarta: Salemba.2000
9. Robbins &Cotran. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Ed:7. Jakarta: EGC, 2008 10. Corwin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, Ed:3. Jakarta:EGC, 2009