Analisis Portofolio Efisien Menggunakan Model Markowitz pada Perusahaan
Kontruksi di BEI
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Seminar Pasar Modal dan Investasi
Kelas A
Disusun oleh :
Trisna Ayu Oktavia 160820301017
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2016
STATEMENT OF AUTHORSHIP
"Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas
terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan
orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas
bahwa saya menggunakannya.
Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak
dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme"
Nama : Trisna Ayu Oktavia 160820301017
Tandatangan : 1.
Mata Kuliah : Seminar Pasar Modal dan Investasi
Judul Makalah/Tugas: Analisis Portofolio Efisien Menggunakan Model
Markowitz pada Perusahaan Kontruksi di BEI
Tanggal : 15 April 2017
Dosen : Dr. M. Miqdad
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi ke dalam
surat berharga di pasar modal sangat mengandung resiko dan ketidakpastian.
Calon investor sebelum mengambil keputusan harus mempertimbangkan resiko
(entah itu resiko negative maupun resiko positif). Perilaku investor di
Indonesia sangat tidak dapat diprediksi, dikarenakan mereka dalam
menentukan investasinya mengikuti naluri spekulasi. Seharusnya investor
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai resiko. Hal ini dianggap penting
Karena akan dapat memprediksi keuntungan yang akan didapatkan dan seberapa
jauh kemungkinan adanya penyimpangan dari hasil yang diharapkan (Andriani,
2015). Faktor yang perlu diperhatikan investor dalam berinvestasi adalah
seberapa besar modal yang akan ditanamkan, berapa lama jangka waktu
penanaman modal, berapa tingkat resiko yang akan datang, dan berapa besar
tingkat pengembalian (return) yang akan diterima. Banyak penelitian yang
mengatakan bahwa semakin besar return yang diharapkan maka semakin besar
pula resiko yang akan ditanggung.
Resiko dalam investasi membuat investor melakukan analisa terlebih
dahulu agar dapat meminimalisir resiko di masa yang akan datang, atau
sering disebut dengan diversifikasi. Diversifikasi ini dapat dilakukan
dengan mengkombinasikan berbagai sekuritas di bursa efek sehingga membentuk
portofolio. Para investor tentunya akan memilih portofolio optimal yang
terdiri dari portofolio-portofolio efisien. Portofolio yang optimal
merupakan bagian dari portofolio efisien, tidak berlaku sebaliknya, yakni
jika portofolio efisien belum tentu portofolio optimal (Jogiyanto,
2014:343).
Salah satu model yang dapat digunakan dalam melakukan portofolio saham
adalah Model Markowitz dan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Penggunaan
model ini dapat membuktikan diversivikasi secara sistematis, dan jika
semakin banyak sekutritas yang dimasukan dalam portofolio maka resiko
portofolio akan semakin kecil (jogiyanto, 2014:339). Bursa efek menawarkan
berbagai sektor yang dapat dijadikan pilihan investasi, terutama dalam
membentuk portofolio. Melihat fenomena pesatnya perusahaan property dan
real estate seperti meningkatnya pembangunan apartemen, perumahan mewah
akan selalu bertambah besar seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
serta bertambahnya kebutuhan manusia akan tempat tinggal, perkantoran,
pusat perbelanjaan, taman hiburan dan lain lain. Melihat fenomena-fenomena
tersebut menimbulkan banyaknya investor yang ingin menginvestasikan dananya
pada perusahaan property dan real estate di BEI. Akan tetapi investor yang
akan menanamkan modalnya pada sektor tersebut belum mengetahui lebih rinci
tentang bagaimana cara menginvestasikan dananya pada perusahaan property
dan real estate yang mereka ketahui hanya sektor tersebut memiliki prospek
yang menguntungkan. Ada juga risiko yang dihadapi oleh investor yang akan
menanamkan modalnya pada sektor tersebut sebab banyak perusahaan property
dan real estate yang terdaftar di BEI. Dengan pertimbangan yang sudah
dijabarkan diatas, maka penulis ingin mengambil judul "Optimalisasi
Portofolio dengan Model Markowitz pada Perusahaan Property dan Real Estate
yang Listed di BEI Tahun 2011-2015.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang
dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: "Bagaimana optimalisasi potofolio
terbentuk dengan model markowitz sebagai keputusan investasi pada
perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia?"
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan dan menganalisis portofolio
optimal dengan menggunakan model Markowitz sebagai dasar penentuan
keputusan investasi pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek
Indonesia.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Investasi
Menurut Tandellin (2001), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana
atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan
memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Sedangkan menurut Tjiptono
dan Hendy (2001), investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen
penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan
mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Pengambilan keputusan haruslah
tepat, maka harus menentukan langkah-langkah terlebih dahulu, diantaranya
: tujuan investasinya, analisis sekuritas, pembentukan portofolio
portofolio, evaluasi kinerja portofolio (Husna, 2009: 47)
2.2 Teori Pasar Modal Indonesia
Pasar modal Indonesia, menurut Jogiyanto (2014) dapat dijelaskan
sebagai berikut. Bursa efek (pasar modal) yang terbesar di Indonesia adalah
Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang juga dikenal dengan nama asingnya sebagai
Jakarta Stock Exchange (JSX). Sekuritas yang diperdagangkan di BEJ adalah
saham preferen (preferred stock), saham biasa (common stock), hak (rights)
dan obligasi konvertibel (convertible bonds). Saham biasa mendominasi
volume transaksi di BEJ. Bursa efek terbesar setelah BEJ adalah Bursa Efek
Surabaya (BES) atau Surabaya Stock Exchange (SSX). Sekuritas yang terdaftar
di BEJ juga diperdagangkan di BES. Efektif mulai November 2007, setelah
diadakannya RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) yang diadakan
pada 30 Oktober 2007, BEJ dan BES bergabung menjadi BEI (Bursa Efek
Indonesia).
2.3 Teori Portofolio Saham
Menurut Rodoni dan Ali (2010), portofolio merupakan sekumpulan
instrument investasi yang dibentuk untuk memenuhi sasaran umum investasi.
Portofolio juga dapat diartikan gabungan dari berbagai aktiva/surat-surat
berharga/saham/kesempatan investasi.
2.4 Teori Portofolio Markowitz
Pada tahun 1952, Harry Markowitz telah membentuk satu pendekatan
investasi saham yang baru dianggap sebagai suatu revolusi pemikiran untuk
menjadi bahan diskusi para akademik. Pendekatan ini merupakan satu unsur
asas teori portofolio modern yang pertama yang diciptakan oleh Markowitz
tentang perilaku rasional investor. (Rodoni & Yong,2002:9). Asas pendekatan
markowitz adalah menggunakan perubahan atau variabeliti keuntungan sebagai
taksiran untuk risiko investasi. Markowitz mencoba membentuk konsep
statistik yaitu varians. Teori portofolio dibentuk apabila tahap risiko
investor telah ditetapkan. Model teoritikal dengan komputer boleh digunakan
sebagai asas pilihan sistematik portofolio optimum yang dapat memaksimumkan
tingkat keuntungan. Model portofolio Markowitz adalah berdasarkan empat
kenyataan berikut : a) Dua ciri yang relevan untuk sesuatu portofolio
investasi ialah keuntungan yang diharapkan dan risiko, b) Investor yang
rasional akan memilih untuk memegang portofolio yang efisien, yaitu
portofolio yang memaksimumkan keuntungan pada tahap risiko tertentu atau
meminimumkan risiko pada keuntungan yang diharapkan tertentu, c) Secara
teorinya ada kemungkinan untuk mendapatkan portofolio yang berkesan dengan
menganalisis setiap sekuritas berdasarkan keuntungan yang diharapkan,
varians keuntungan, dan koefisien korelasi antara keuntungan setiap
sekuritas dalam portofolio tersebut, d) Program komputer tertentu boleh
menggunakan informasi dalam setiap sekuritas untuk menunjukkan satu
kedudukan portofolio yag efisien yang disebut sebagai Efficient Frontier.
Program itu juga dapat menunjukkan aliran dana ke atas setiap sekuritas
untuk mencapai keefisienannya yaitu memaksimumkan keuntungan pada tahap
risiko tertentu atas meminimumkan risiko pada keuntungan diharapkan
tertentu.
Satu masalah dengan model markowitz jika digunakan secara praktikal
adalah untuk mengidentifikasi satu kedudukan portofolio yang efisien.
Menurut Markowitz, jika seseorang investor berkeinginan untuk memaksimumkan
keuntungan yang diharapkan daripada portofolio, dana sebaiknya diletakkan
dalam sekuritas yang mempunyai harapan keuntungan yang maksimum. Hal ini
menyatakan bahwa investor perlu melakukan diversifikasi keuntungan yang
maksimum. Jadi harus menetapkan : a) Keuntungan diharapkan E(r), b) Varians
(Var). Pembentukan portofolio dengan tujuan untuk memaksimumkan
keuntungan yang diharapkan dan meminimumkan risiko.
2.4 Penilaian Investasi Saham
Ada dua pendekatan analisa yang sering digunakan dalam analisis
saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Kedua teknik
analisis dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Analisis Fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki
nilai instrinsik. Nilai instrinsik inilah yang diestimasi oleh para pemodal
atau analis. Nilai instrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel
perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang
diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut; 2) Analisis
Teknikal Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan saham tersebut di waktu yang
lalu.
2.5 Return Yang Diharapkan dan Resiko Portofolio
Investasi merupakan komitmen sejumlah dana untuk tujuan memperoleh
keuntungan dimasa datang. Harapan keuntungan dimasa datang. Harapan
keuntungan dimasa datang tersebut merupakan kompensasi atas waktu dan
risiko yang terkait dengan investasi yang dilakukan. Dalam konteks
investasi, harapan keuntungan tersebut sering disebut sebagai return.
(Tandelilin, 2010:47). Disamping return, dalam investasi juga dikenal
adanya konsep risiko. Risiko investasi bisa diartikan sebagai kemungkinan
terjadinya perbedaan antara return aktual dengan return yang diharapkan.
Risiko maupun return, bagaikan mata uang yang selalu berdampingan.
Artinya, dalam berinvestasi, disamping menghitung return yang diharapkan,
investor juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Oleh
karena itu, investor harus pandai-pandai mencari alternatif investasi yang
menawarkan tingkat return diharapkan yang paling tinggi dengan tingkat
risiko tertentu, atau investasi yang menawarkan return tertentu pada
tingkat risiko terendah. (Tandelilin, 2010:47)
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return tanpa
melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan
salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan
imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya. Investor juga perlu mempertimbangkan tingkat risiko suatu
investasi (Tandelilin, 2010:47) . Menurut Husnan,(2009,22) Risiko
merupakan banyak sedikitnya penyimpangan dari nilai rata-rata dalam hal ini
nilai harapan. Adapun risiko-risiko yang berhubungan dengan portofolio
menurut Husnan,(2009,102) terdapat tiga, yaitu: 1) Risiko Sistematis
(Systematic Risk) risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan
diversifikasi atau pembentukan portofolio. Risiko sistematis berkorelasi
dengan pasar (market yang akan mempengaruhi semua surat berharga yang
beredar seperti perubahan pada ekonomi, politik, sosiologi lingkungan).
Dan risiko ini yang selalu mengikuti saham individu maupun portofolio; 2)
Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk) adalah risiko yang bisa
dikurangi dengan pembentukan portofolio. Bahwa risiko ini berkaitan erat
dengan sifat unik yang memiliki perusahaan dan keadaan intern seperti
perubahan dalam intern manajemen perusahaan, kesalahan manajerial pemogokan
buruh dan kampanye periklanan. Faktor independent terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi industri lain dan pasar secara umum; 3) Risiko Total
(Total Risk) merupakan penjumlahan dari kedua risiko diatas yaitu : risiko
sistematis + risiko tidak sistematis dan biasanya mengikuti pada saham
individu. Dalam situasi ketidakpastian, investor hanya bisa mengharapkan
keuntungan yang akan diperoleh tanpa bisa mengetahui dengan pasti tingkat
keuntungan yang sebenarnya akan diterima.
2.6 Model diversifikasi
Diversifikasi risiko ini sangat penting untuk investor, karena dapat
meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima.
(Tandelilin,2010:115) : 1) Diversifikasi Secara Random Diversifikasi
secara random (random atau naive diversification) merupakan pembentukan
portofolio dengan memilih sekuritas-sekuritas secara acak tanpa
memperhatikan karakteristik dari investasi yang relevan seperti misalnya
return dari sekuritas itu sendiri; 2) Diversifikasi Secara Markowitz, untuk
memperoleh manfaat dari pengurangan risiko yang lebih optimal dari
diversifikasi, tentunya kita tidak bisa mengabaikan begitu saja informasi-
informasi yang penting tentang karakteristik aset-aset yang akan dimasukkan
dalam portofolio. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke dalam
portofolio, semakin kecil risiko portofolio dengan menggunakan metode
markowitz, diversifikasi ini dapat dibuktikan secara sistematis.
Diversifikasi markowitz lebih efisien dari pada diversifikasi random
dimana markowitz mengatakan "janganlah menaruh semua telur dalam
keranjang". Karena kalau keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang
ada dalam keranjang tersebut akan pecah.
2.7 Portofolio Efisien
Untuk membentuk portofolio yang efisien, kita harus berpegang pada
asumsi tentang bagaimana perilaku investor dalam pembuatan keputusan
investasi yang paling penting adalah bahwa semua investor tidak menyukai
risiko (Tandelilin, 2010:157).
Suatu portofolio dikategorikan sebagai portofolio efisien apabila
portofolio tersebut terletak pada permukaan yang efisien (efficient
frontier). Efficient frontier adalah kurva yang menghubungkan efisiensi
portofolio yang memiliki deviasi standar terendah dengan efisien portofolio
yang memiliki expected return tinggi. Sedangkan portofolio efisien adalah
bila dibandingkan dengan portofolio lainnya, portofolio ini memenuhi
kondisi berikut: (a) Memberikan expected return terbesar dengan risiko yang
sama, (b) Memberikan risiko terkecil dengan expected return yang sama.
2.8 Portofolio Optimal
Menurut Tandelilin (2010:157) portofolio yang optimal merupakan
portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang
ada pada kumpulan portofolio efisien. Tentunya portofolio yang dipilih
investor adalah portofolio yang sesuai dengan preferensi investor yang
bersangkutan terhadap return maupun terhadap risiko yang bersedia
ditanggungnya.
BAB 3
METODELOGI MODEL MARKOWITZ
Data berupa harga saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Wijaka Karya
(Persero) Tbk, dan PT PP (Persero) Tbk periode 2011-2015 dan harian .
Adapun data-data yang dikumpulkan akan dianalisa dengan metode markowitz
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung Tingkat Keuntungan Masing-Masing Saham (Rit)
Untuk menghitung tingkat keuntungan masing-masing saham digunakan rumus
:
Keterangan : Rit :Tingkat Keuntungan Saham Pt: Harga Saham individu
akhir periode Pt-1 : Harga Saham individu awal periode Dt : Dividen
saham yang diterima pada saham i
2. Menghitung Expected Return (Keuntungan Yang Di Harapkan) Dari Masing-
Masing Saham E(Ri) digunakan rumus :
Keterangan : E (Ri) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham
i , Rit : Tingkat keuntungan saham i pada periode i N : Banyaknya
periode pengamatan
3. Menghitung Risiko Dari Masing-Masing Saham (σ)
Untuk menghitung risiko dari masing-masing saham digunakan rumus
Keterangan : σᵢ : Risiko saham Rit : Tingkat keuntungan saham i
pada periode t E (Ri) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham
i N : Banyaknya periode pengamatan
4. Menghitung Kkombinasi Portofolio Yang Terdiri Dari Dua Saham
Untuk menghitung kombinasi portofolio yang terdiri dari dua saham
digunakan rumus :
Keterangan : C(r,n) : Kombinasi tingkat r dari n saham n! :
Faktorial jumlah saham r! : Faktorial jumlah saham yang
dikombinasikan Berdasarkan jumlah sampel yang penulis gunakan (5
saham), maka diperoleh 10 kombinasi.
5. Bobot Investasi Dana
Setelah diperoleh saham-saham yang termasuk kombinasi pembentuk
portofolio, penulis ingin menentukan bobot 50% : 50% dan bobot 70% : 30%
berdasarkan preferensi investor yaitu : menawarkan tingkat keuntungan yang
lebih besar atau tertinggi dengan risiko sama atau menawarkan risiko lebih
kecil atau terendah dengan tingkat keuntungan yang sama
6. Menghitung Expected Return (Keuntungan Yang Di Harapkan) Portofolio
Untuk menghitung expected return (keuntungan yang di harapkan)
portofolio digunakan rumus :
E (Rp) = Σ XA . E(RA) + ΣXB . E (RB)
Keterangan : E(Rp) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari
portofolio XA: Bobot dana yang diinvestasikan pada saham A XB : Bobot
dana yang diinvestasikan pada saham B E (RA) : Tingkat keuntungan
yang diharapkan dari saham A E(RB) : Tingkat keuntungan yang
diharapkan dari saham B
7. Menghitung Risiko Saham Portofolio
Untuk menghitung risiko saham portofolio digunakan rumus :
σp2 = XA2.σA2+ XB2.σB2 + 2 (XA.XB.ρABσAσB)
Keterangan : σρ2 : Varian portofolio σp : Risiko saham portofolio
σA,σB : Risiko saham A,B ρAB : Koefisien korelasi saham A dan B XA
: Bobot dana yang diinvestasikan pada saham A XB : Bobot dana yang
diinvestasikan pada saham B.
8. Pemilihan Portofolio Yang Efisien
Investor dapat menentukan kombinasi dari efek-efek untuk membentuk
portofolio,baik yang efisien maupun yang tidak efisien. Yang penting bagi
investor adalah bagaimana menentukan portofolio yang dapat memberikan
kombinasi return dan risk yang optimum. Suatu portofolio dikatakan efisien
apabila portofolio tersebut bila dibandingkan dengan portofolio lain
memenuhi kondisi : a) Memberikan expected return yang terbesar dengan
risiko sama b) Memberikan risiko yang terkecil dengan expected return sama
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Saham PT Wijaka Karya (Persero) Tbk
Data analisis untuk WIKA diperoleh dari harga saham rata-rata tahunan
di periode 2011 hingga 2015. Secara keseluruhan untuk analisis saham WIKA
dapat di tunjukan dalam grafik berikut :
Grafik 1. Analisis Saham Individi PT WIKA
Dapat kita lihat bahwa untuk harga saham WIKA dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan yang cukup baik, berawal Rp. 546 di tahun 2011 hingga
Rp. 2.773 (harga saham tertinggi) di tahun 2015 . WIKA di setiap tahunnya
pun juga selalu membagikan deviden kepada investor jika dilihat grafiknya
deviden mengalami kenaikan dimana deviden tertinggi adalah 20.02 per lembar
sahamnnya di tahun 2015. Ketika kita ingin melihat bagaimana saham ini akan
memberikan tingkat keuntungannya maka kita bias melihat return, WIKA secara
keseluruhan memiliki return positif namun fluktiatif. Dimana return
tertinggi pada tahun 2012 yakni sebesar 0.876, hal ini dikarenakan adanya
kenaikan harga saham yang cukup signifikan sebesar Rp. 460 per lembar
sahamnnya. Berbicara mengenai tingkat keuntungan, perlu kita perhatikan
pula ekspekted return saham tersebut. E ( R) untuk WIKA sebesar 0.4823
(table 4). Mempertimbangkan expected return saja tidak cukup untuk
memutuskan investasi. Namun perlu dipertimbangkan juga resiko, resiko yang
melekat pada saham WIKA sebesar 0.344 hal ini tercermin pada standar
deviasinya. Melihat kondisi expected return dan standar deviasi ini sejalan
dengan teori investasi yakni semakin tinggi return yang diberikan semakin
besar pula resiko yang melekat pada saham WIKA.
Tabel 1. Perhitungan Saham Individu PT WIKA
Harus dipertimbangkan secara sama sama juga antara return expectation
dengan resiko aktiva menggunakan koefisien variasi. Dengan koefisien
variasi (CV) dapat diketahui seberapa besar resiko dan ekspectasi return
saham tersebut, untuk saham WIKA CV nya sebesar 0.71.
4.2 Analisis Saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk
Data analisis untuk ADHI diperoleh dari harga saham rata-rata tahunan
di periode 2011 hingga 2015. Secara keseluruhan untuk analisis saham WIKA
dapat di tunjukan dalam grafik berikut :
Dapat kita lihat bahwa untuk harga saham ADHI dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan yang cukup baik namun terjadi penurunan diujung tahun
yakni ditahun 2015 sebesar Rp.250, berawal Rp. 533 di tahun 2011 hingga Rp.
2.267 di tahun 2015 . ADHI di setiap tahunnya pun juga selalu membagikan
deviden kepada investor jika dilihat grafiknya deviden namun fluktuatif.
Mengalami kenaikan dimana deviden tertinggi adalah 67.61 per lembar
sahamnnya di tahun 2014 dan terendah di tahun 2015 sebesar 20.02 per lembar
sahamnnya. Ketika kita ingin melihat bagaimana saham ini akan memberikan
tingkat keuntungannya maka kita bias melihat return, return ADHI menunjukan
angka negative ditahun 2015 sejalan dnegan terjadinya penurunan saham dan
pembagian devidennya. Dimana return tertinggi pada tahun 2013 yakni sebesar
1.36, hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga saham yang cukup signifikan
sebesar Rp. 1.194 per lembar sahamnnya. Berbicara mengenai tingkat
keuntungan, perlu kita perhatikan pula ekspekted return saham tersebut. E (
R) untuk ADHI sebesar 0.4724 (table 4). Mempertimbangkan expected return
saja tidak cukup untuk memutuskan investasi. Namun perlu dipertimbangkan
juga resiko, resiko yang melekat pada saham ADHI sebesar 0.577 hal ini
tercermin pada standar deviasinya. Melihat kondisi expected return dan
standar deviasi ini sejalan dengan teori investasi yakni semakin tinggi
return yang diberikan semakin besar pula resiko yang melekat pada saham
ADHI.
Tabel 1. Perhitungan Saham Individu PT ADHI
Harus dipertimbangkan secara sama sama juga antara expected return
dengan resiko aktiva menggunakan koefisien variasi. Dengan koefisien
variasi (CV) dapat diketahui seberapa besar resiko dan ekspectasi return
saham tersebut, untuk saham WIKA CV nya sebesar 1.221.
4.3 Analisis Saham PT PP (Persero) Tbk
Data analisis untuk PTPP diperoleh dari harga saham rata-rata tahunan
di periode 2011 hingga 2015. Secara keseluruhan untuk analisis saham PTPP
dapat di tunjukan dalam grafik berikut :
Grafik 3. Analisis Saham Individu PT PTPP
Dapat kita lihat bahwa untuk harga saham PTPP dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan yang sangat baik, berawal Rp. 462 di tahun 2011 hingga
Rp. 3.494 (harga saham tertinggi) di tahun 2015 . Namun PTPP membagikan
deviden tahunan kecuali di tahun 2015. Jika dilihat grafiknya deviden
mengalami kenaikan dimana deviden tertinggi adalah 26.06 per lembar
sahamnnya di tahun 2014. Ketika kita ingin melihat bagaimana saham ini akan
memberikan tingkat keuntungannya maka kita bias melihat return, PTPP dari
tahun ke tahun memiliki return positif namun fluktiatif. Dimana return
tertinggi pada tahun 2011 yakni sebesar 1.031, hal ini dikarenakan adanya
kenaikan harga saham yang cukup signifikan sebesar. Berbicara mengenai
tingkat keuntungan, perlu kita perhatikan pula ekspekted return saham
tersebut. E ( R) untuk PTPP sebesar 0.7616 (table 4). Mempertimbangkan
expected return saja tidak cukup untuk memutuskan investasi. Namun perlu
dipertimbangkan juga resiko, resiko yang melekat pada saham PTPP sebesar
0.474 hal ini tercermin pada standar deviasinya. Melihat kondisi expected
return dan standar deviasi ini sejalan dengan teori investasi yakni semakin
tinggi return yang diberikan semakin besar pula resiko yang melekat pada
saham PTPP.
Tabel 1. Perhitungan Saham Individu PTPP
Harus dipertimbangkan secara sama sama juga antara return expectation
dengan resiko aktiva menggunakan koefisien variasi. Dengan koefisien
variasi (CV) dapat diketahui seberapa besar resiko dan expected return
saham tersebut, untuk saham PTPP CV nya sebesar 0.6229.
4.4 Analisis Portofolio Saham Tahunan
Setelah melakukan Analisa saham individu, sekarang saatnya melakukan
analisis saham portofolio yang terdiri dari 2 saham. Terdapat 3 kombinasi
saham, yani : AB yakni PT Wijaka karya dengan PT Adhi Karya, AC yakni PT
Wijaka karya dengan PT PP, dan BC yakni PT Adhi Karya dengan PT PP. Berikut
perhitungan portofolio untuk ketiga kombinasi saham :
Tabel 4. Perhitungan Analisis Portofolio Kombinasi
Bobot investasi untuk dana yang digunakan dalam analisa ini terdiri
dari 2, yakni 50% : 50% dengan 70% : 30% berdasarkan preferensi investor
yakni : menawarkan tingkat keuntungan yang lebih besar atau tertinggi
dengan resiko sama atau menawarkan resiko lebih kecil atau terencah dengan
tingkat keuntungan yang sama. Maka tingkat keuntungan portofolio dengan
bobot sama dapat ditunjukkan dalam tabel 5 sedangkan tingkat keuntungan
portofolio dengan bobot berbeda dapat dilihat dalam tabel 6 :
Tabel 5. Tingkat Keuntungan Portofolio 50% : 50%
Dapat dilihat dari hasil perhitungan diatas, dapat dilihat bobot dana
sama (50%:50%) tingkat keuntungan portofolio saham tertinggi adalah dengan
kombinasi investasi saham AC yakni PT Wijaya Karya dengan PT PP sebesar
0.6219 sedangkan yang terendah adalah kombinasi AB yakni PT Wijaya Karya
dengan PT Adhi Karya sebesar 0.47.
Tabel 6. Tingkat Keuntungan Portofolio 70% : 30%
Tabel kedua menunjukan bobot dana sebesar 70% : 30%, dimana salah satu
saham lebih besar proporsi investasinya. Tingkat keuntungan terbesar
ditunjukan kombinasi anatara AC yakni PT Wijaya Karya dengan PT PP sebesar
0.566 sedangkan yang terendah adalah kombinasi AB yakni PT Wijaya Karya
dengan PT Adhi Karya sebesar 0.47. Hasil ini tidak jauh beda dengan
proporsi yang sama.
Tabel 7. Perhitungan Resiko Portofolio
Setelah mengetahui tingkat keutungan yang dihasilkan atas kombinasi
portofolio dengan proporsi kombinasi yang berbeda, sekarang kita lihat
bagaimana resiko yang melekat pada ketiga kombinasi tersebut. Terlihat
bahwa resiko tertinggi dalam bobot dana 50% adalah AB yakni PT Wijaya Karya
dengan PT Adhi Karya sebesar 0.402, sedangkan resiko terendah kombinasi
anata AC yakni PT Wijaya Karya dengan PT PP sebesar 0.13.
Sedangkan untuk bobot dana 70% : 30% tidak jauh beda hasilnya dengan
bobot 50%. Yakni resiko terbesar adalah kombinasi AB sebesar 0.403 yang
terkecil adalah kombinasi AC yakni sebesar 0.207.
4.5 Pemilihan Portofolio yang Efisien
Analisa portofolio saham kombinasi sesuai dengan bobot dana sudah
dilakukan. Sekarang saatnya menentukan portofolio yang paling efisien
diantara ketiga kombinasi yang sudah dilakukan. Portofolio dikatakan
efisien jika memberikan expected return yang terbesar dengan resiko sama
serta memberikan resiko yang terkecil dengan expected return sama. Kita
bandingkan melalui table 8 berikut :
Dari ketiga kombinasi saham antara PT Wijaya Karya, PT Adhi Karya, dan
PT PP portofolio paling efisien di tunjukan kombinasi AC yakni PT Wijaya
Karya dan PT PP baik bobot yang sama maupun bobot yang lebih tinggi salah
satunya.
4.6 Analisis Portofolio Saham Harian
Kita sudah menganalisa bagaimana portofolio saham tahunan, sekarang
kita lihat bagaimana dasar pengambilan keputusan investasi berdasarkan data
histori harian selama 5 hari. Tabel 9 menampilkan data historis harga saham
untuk ketiga perusahaan:
"List Harga Saham Harian 03-07 April 2017 "
" "WIKA "ADHI "PTPP "
" "2410 "2370 "3310 "
"senin "2390 " 2,360 "3300 "
"selasa "2,360.00 " 2,340 "3270 "
"rabu "2,300.00 " 2,250 "3230 "
"kamis "2,260.00 " 2,290 "3240 "
"jumat "2,260.00 " 2,230 "3160 "
Dari data harga saham ini dapat kita lihat bahwa terjadi penurunan
harga saham secara terus menerus untuk kesemua harga saham perusahaan..
Tabel 10. Analisis portofolio Saham Harian
Tabel 10 secara garis besar, untuk kombinasi portofolio paling efisien
adalah BC dengan bobot dana sebesar 50% : 50% ataupun 70% : 30%. Hal ini
tercermin dari resiko yang melekat pada kombinasi saham PT Adhi Karya
dengan PT PP terkecil sebesar 0.039 di bobot 50% dan 0.084 di bobot 70% :
30%. Disertai return yang cukup optimal yakni 0.061 di bobot 50% sedangkan
0.084. Pertanyaan selanjutnya muncul yakni, kenapa tidak kombinasi AC yang
paling efisien. Karena kombinasi AC memang memberikan tingkat keuntungan
yang positif namun resiko yang melekat pada kombinasi tersebut cukup
tinggi. Tidak ada bedanya jika melakukan investasi saham tunggan, Karena
tujuan potofolio efisien adalah mengurangi resiko dengan cara
diversifikasi.
BAB 5
KESIMPULAN
5. 1 Kesimpulan
Investasi di pasar sekurtas memang cukup menjanjikan, terlebih lagi
jika diinvestasikan kepada perusahaan kontruksi (real estate). Dewasa ini
perusahaan ini mengalami pekembangan dan pertumbuhan yang cukup baik
dikarenakan pembangunan di Indonesia semakin meningkat. Langkah yang tepat
sebelum menentukan investasi adalah melakukan analysis portofolio dengan
tujuan untuk mengurangi resiko yang melekat pada saham tersebut. Kombinasi
antara ketiga perusahaan yakni; PT Wijaya Karya, PT Adhi Karya, dan PT PP
yang paling efisien dan menjadi portofolio optimal adalah kombinasi
perusahaan PT Wijaya Karya dengan PT PP. dengan bobot 50% : 50% memberikan
expected return tertinggi yakni sebesar 0.621 dengan resiko yang sama
sebesar 0.13. sedangkan untuk bobot 70% : 30% expected return tertinggi
yakni sebesar 0.56 dengan resiko yang sama sebesar 0.207.
Untuk investasi portofolio kombinasi saham harian, yang paling efisien
adalah BC dengan bobot dana sebesar 50% : 50% ataupun 70% : 30%. Hal ini
tercermin dari resiko yang melekat pada kombinasi saham PT Adhi Karya
dengan PT PP terkecil sebesar 0.039 di bobot 50% dan 0.084 di bobot 70% :
30%. Disertai return yang cukup optimal yakni 0.061 di bobot 50% sedangkan
0.084. Pertanyaan selanjutnya muncul yakni, kenapa tidak kombinasi AC yang
paling efisien. Karena kombinasi AC memang memberikan tingkat keuntungan
yang positif namun resiko yang melekat pada kombinasi tersebut cukup
tinggi. Tidak ada bedanya jika melakukan investasi saham tunggan, Karena
tujuan potofolio efisien adalah mengurangi resiko dengan cara
diversifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadji, T., dan Fakhruddin, M. (2001). Pasar Modal di Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Emban Patria.
Fabozzi, F. J. (2000). Manajemen Investasi. Buku Satu. Jakarta: Salemba
Empat.
Halim, A. 2005. Analisis Investasi, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.
Hasnawati, S. (2006). Penilaian Saham, Memahami Cara Berinvestasi Saham di
Pasar Modal.
Husnan, S. 2009. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi
Ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Husnan, S., dan Pudjiastuti, E. (2004). Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi keempat. Yogyakarta: AMP YKPN.
Jogiyanto, H. (2014). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi
Kesembilan. Yogyakarta: BPFE.
Jurnal Bisnis & Manajemen. Volume 2 No. 3 Mei 2006 hal 213-237.
http://lemlit.unila.ac.id/file/JURNAL%20Bisnis%20dan%20Manajemen%20(JB
M).p df. 10 Juni 2010.
Keown, A. J., Martin J. D., Petty J. W., & Scott D. F. (2005). Financial
Management: Principles and Applications. 10th ed. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.
Martono Dan Agus Harjito, 2010. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama,
Ekonisia, Yogyakarta.
Purwanti, D. (2009). Simulasi Lindung Nilai Portofolio dengan Mini LQ
Futures Periode 1 Agustus, 28 November 2008. Tesis tidak
dipublikasikan. Jakarta: Universitas Bina Nusantara.
Rodoni, A. Dan Othman Yong, 2002, Analisis Investasi Dan Teori Portofolio,
Edisi Pertama, Cet. Pertama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Rodoni, A., dan Ali, H. (2010). Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Siregar, Selly Uli. 2014. Analisis Pembentukan Portofolio pada Perusahaan
Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu & Riset
Manajemen : Vol. 3 No. 11
Soeratno Dan Lincolin Arsyad, 2008, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi Dan
Bisnis,Edisi Revisi, UPP AMP YKPN. Subiyanto, I. 2000, Metodologi
Penelitian (Manajemen Akuntasi), Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN.
Subagyo, 2002, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua, Yogyakarta,
STIE YKPN.
Sugiyono, 2007 Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta Bandung
Sunariyah, 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Keempat, UPP AMP
YKPN.
Suprihatin, Ika. 2014. Analisis Portofolio Saham Menggunakan Metode
Markowitz pada Perusahaan Retail di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu
& Riset Manajemen : Vol. 3 No. 11
Sutrisno, 2003, Manajemen Keuangan Teori, Konsep Dan Aplikasi, Edisi
Pertama, Ekonisia, Yogyakarta.
Syamsir, H. (2004). Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia: Pendekatan
Analisis Teknikal melalui Studi Kasus Riil dengan Dilengkapi
Formulasi MetaStock. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Tandelilin, E. 2010, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, Edisi
Pertama, Kanisius IKAPI Yogyakart
Tjiptono, D., & Hendy, M. F. (2001). Pasar Modal Di Indonesia: Pendekatan
Tanya jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Weygandt, J., Kieso, D., & Kimmel, P. (2005). Accounting Principles. 7th
ed. New York: John Wiley & Sons.
-----------------------
Grafik 2. Analisis Saham Individi PT ADHI
Tabel 8. Portofolio Efisien