BORANG STATUS PORTOFOLIO KASUS EMERGENCY
No. ID dan Nama Peserta
dr. Afni Apla Rizka Hamid
No. ID dan Nama Wahana
RS Bhayangkara Jitra Tk. III Bengkulu
Topik
Parafimosis
Tanggal (kasus)
29 Agustus 2017
Nama Pasien
An. J
No. RM
15 September
Tanggal Presentasi
2017
Tempat Presentasi
Pendamping
12.14.03 dr. Maryatul Aini dr. Debby
RS Bhayangkara Jitra Tk. III Bengkulu
Objektif Presentasi □ Keilmuan
□ Keterampilan
□ Penyegaran
□ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik
□ Manajemen
□ Masalah
□ Istimewa
□ Neonatus □ Deskripsi □ Tujuan Bahan Bahasan
□ Bayi
□ Anak
□ Remaja
□ Dewasa
□ Lansia
□ Bumil
Anak laki-laki, usia 11 tahun, nyeri pada ujung penis, kulit penis tertarik ke atas karena dikejutkan oleh teman saat buang air kecil Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Parafimosis □ Tinjauan Pustaka
□ Riset
□ Diskusi
□ Presentasi dan Diskusi
□ Kasus
□ Audit
Cara Membahas Data Pasien
No.
Nama : An. J
Nama RS : RS Bhayangkara Jitra Tk. III Bengkulu
□ E-mail E-mail
□ Pos
Registrasi
:
12.14.03
Telp :
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Parafimosis / Anak laki-laki 11 tahun datang ke IGD RS Jitra Bhayangkara Polda Bengkulu dengan: Keluhan utama : nyeri pada penis sejak 1 jam yang lalu Riwayat penyakit sekarang •
Nyeri pada penis sejak 1 jam yang lalu, nyeri disekitar ujung penis dirasakan setelah buang air kecil. Saat buang air kecil anak dikejutkan oleh temannya sehingga reflek menarik kulit penis ke atas dengan cepat. Kulit penis tidak bisa dikembalikan ke posisi
semula. •
•
Bengkak (+), kebiruan (+), mati rasa (-), gatal (-) Nyeri pada kantong kemaluan (-)
•
Buang air kecil biasa, darah (-), nanah (-)
•
Anak belum disunat
•
Demam (-)
2. Riwayat Pengobatan : - Anak belum mendapatkan pengobatan sebelumnya, oleh keluarga langsung dibawa ke rumah sakit 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : - Tidak pernah merasakan nyeri pada penis sebelumnya 4. Riwayat Keluarga : 5. Riwayat kebiasaan, social, pekerjaan : - Pekerjaan Siswa 6. Lain lain :7. Pemeriksaan fisik a. Vital sign
KU
Kesadaran
: CMC
Tekanan darah
:-
Frekuensi nadi
: 88 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x /menit
Suhu
Sianosis (-), pucat (-), ikterik (-)
: Sedang
: 36,5 0C
b. Pemeriksaan sistemik
Kulit
Kepala
Mata
: Teraba hangat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor baik : Bentuk normal, rambut hitam : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 2 mm, refleks cahaya +/+ Normal
Telinga
: Kelainan bawaan (-), sekret (-), nyeri tekan (-), bengkak daerah mastoid (-)
Hidung
: Tidak ditemukan kelainan
Mulut
: Mukosa mulut dan bibir basah
Tenggorok
: Tonsil T1 – T1 tidak hiperemis
Faring
: tidak hiperemis
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks Paru :
Jantung:
Inspeksi
: normochest
Palpasi
: fremitus kiri=kanan
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Inspeksi
: iktus tidak terlihat
Palpasi
: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi
: batas jantung dalam batas normal
Auskultasi
: irama teratur, bising tidak ada
Abdomen Inspeksi
: Distensi (-)
Palpasi
: Defance muscular (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Ekstremitas
: Akral hangat, perfusi baik
Status Lokalis Regio Genitalia Eksterna Inspeksi : prepusium menjerat penis di proksimal sulkus coronarius, edema gland penis (+), kebiruan (+) Palpasi : nyeri tekan (+), preputium tidak bisa direposisi
c. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah rutin : Hb
: 10,8 gr/dl
Leukosit
: 7.800 /mm 3
Ht
: 37 %
Trombosit : 313.000/mm3 GDR
: 105 mg/dl
8. Diagnosis : Parafimosis
9. Penatalaksanaan Tatalaksana awal :
Reposisigagal Konsul dr. Irwan, Sp. B IVFD RL 20 tts/i OK Citosirkumsisi
Daftar Pustaka :
1. Purnomo, Basuki B. 2008. Dasar-Dasar Urologi. SMF/Lab Ilmu Bedah RSU Dr. Saiful Anwar Fakultas Kedokteran Univ. Brawijaya Malang. 2. Santoso, Adi, dkk. 2005. Panduan Penatalaksanaan Urologi Anak . Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Http://iaui.or.id/ast/file/pediatric_urology.doc. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2016. Hasil Pembelajaran :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Parafimosis 2. Gejala Klinis Parafimosis 3. Diagnosis Parafimosis 4. Tatalaksana Parafimosis Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio 1.
Subjektif : •
Nyeri pada penis sejak 1 jam yang lalu, nyeri disekitar ujung penis dirasakan setelah buang air kecil. Saat buang air kecil anak dikejutkan oleh temannya sehingga reflek menarik kulit penis ke atas dengan cepat. Kulit penis tidak bisa dikembalikan ke posisi semula, bengkak (+), kebiruan (+), nyeri pada kantong kemaluan, buang air kecil biasa, anak belum disunat.
2.
Objektif :
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan : •
Gejala Klinis : nyeri disekitar ujung penis setelah kulit penis tertarik ke belakang,
kulit penis tidak bisa dikembalikan ke posisi semula, bengkak (+), kebiruan (+) •
Pemeriksaan fisik :
Status Lokalis Genitalia Eksterna Inspeksi : prepusium menjerat penis di proksimal sulkus coronarius, edema gland penis
(+), kebiruan (+) Palpasi : nyeri tekan (+), prepusium tidak bisa direposisi
3. Assesment (penalaran klinis) :
Telah dilaporkan kasus seorang anak laki-laki usia 11 tahun dengan diagnosis kerjaParafimosis. Dasar diagnosis pada pasien adalah dari anamnesis didapatkan nyeri pada penis sejak 1 jam yang lalu, nyeri disekitar ujung penis dirasakan setelah buang air kecil. Saat buang air kecil anak dikejutkan oleh temannya sehingga reflek menarik kulit penis ke atas dengan cepat. Kulit penis tidak bisa dikembalikan ke posisi semula, bengkak (+), kebiruan (+), nyeri pada kantong kemaluan, buang air kecil biasa, anak belum disunat. Pada pemeriksaan fisik genitalia eksterna didapatkan prepusium menjerat penis di proksimal sulkus coronarius, edema gland penis (+), kebiruan (+), nyeri tekan (+), prepusium tidak bisa direposisi. Tatalaksana awal yang dilakukan di IGD adalah dengan mereposisi secara langsung prepusium yang menjepit di belakang sulkus koronarius, setelah dicoba mereposisi langsung, upaya tersebut tidak berhasil dan akhirnya pasien anak tersebut dikonsulkan ke dokter spesialis bedah dan dianjurkan untuk dilakukan operasi cito dengan informed consent tindakan sirkumsisi. Ditakutkan jika prepusium tidak dikembalikan ke tempat semula akan menyebabkan nekrosis glans penis. Pukul 17.30 WIB pasien mulai dianestesi dengan teknik general anestesi dan dilanjutkan dengan tindakan sirkumsisi. Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi sampai si sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis di belakang sulkus koronarius. Retraksi prepusium biasanya dilakukan saat bersenggama/masturbasi atau setelah pemasangan kateter. Jika prepusium tidak bisa dikembalikan ke tempat semula, menyebabkan gangguan aliran balik vena superficial sedangkan aliran arteri berjalan normal. Hal ini menyebabkan edema glans penis dan dirasakan nyeri. Jika dibiarkan bagian penis di sebelah distal jeratan makin membengkak yang akhirnya bisa mengalami nekrosis glans penis. Diagnosis parafimosis dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik, yaitu didapatkan prepusium yang tidak dapat diretraksi kembali. Terapi yang dilakukan adalah prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara normal dengan teknik memijat glans selama 3-5 menit. Diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium dikembalikan pada tempatnya. Jika tidak berhasil, maka dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya.
Plan : Diagnosis : Parafimosis Pengobatan : Tatalaksana awal yang dilakukan di IGD
Reposisigagal
Konsul dokter spesialis bedah IVFD RL 15 tts/i OK Citosirkumsisi
Pendidikan :
Kepada
pasien
dan
keluarga
dijelaskan
mengenai
parafimosis
dan
penatalaksanaannya.
Konsultasi :
Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis bedah untuk penatalaksanaan parafimosis.