LAPORAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG
Disusum Oleh Hesty dwi wulandari N320174301
PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan
dan
kematian
akibat
diare.
WHO
(World
Health
Organization)
memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 8 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Harianto, 2004). Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita (Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut yang timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan oleh makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi, 1981). Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih, sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah, kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air 2004).
B. Tujuan penulisan Tujuan umum 1. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan diare akut dehidrasi ringan sedang Tujuan khusus 1. Mahasiswa mengerti tentang diare 2. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada anak dengan diare 3. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan serta tindakan pada pasien anak dengan diare
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999). Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980). Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yangdisebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang pathogen (Whaley & Wong’s,1995). Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ). B. Etiologi
1. Faktor infeksi Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi : a) infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb). b) infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), c)
infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trischuris, Oxyuris, Etamoba. hystolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis) dan jamur (Candida albicans).
Infeksi parenteral : merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. 2. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. 2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu. 4. Faktor psikologis Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapatditemukan pada anak yang lebih besar.
C. Pathofisiologi Dan Pathway
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya pertama faktor infeksi proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus dan dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian akan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Kedua faktor malabsorbsi
merupakan
kegagalan
dalam
melakukan
absorbsi
yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.ketiga faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare. keempat faktor
psikologis dapat memenuhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi
proses
penyerapan
makanan
yang
dapat
menyebabkan diare sehingga muncul masalah-masalah keperawatan seperti kekurangan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, perubahan pola eliminasa BAB (diare), dan ansietas (Hidayat. AA, 2006: 12 13 ). D. Gambaran klinik
Diare terjadi dalam kurun waktu atau sama dengan 15 hari disertai dengan demam, nyeri abdomen dan muntah. Jika diare berat dapat disertai dehidrasi, muntah- muntah hampir selalu disertai diare akut, baik yang disebabkan bakteri. Gambaranklinik diare akut yang disebabkab infeksi dapat disertai dengan muntah, demam,nyeri perut sampai kram (Triadmodjo,1993). Karena kehilangan cairan maka penderita merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, mulut kering, turgor kulit berkurang.akibat asidosis metabolic dan menyebabkan frekuensi pernafasan cepat, nadi yang cepat, tekanan darahmenurun, akral dingin.
E. Pemeriksaan penunjang dan Diagnostik
Menurut Hassan dan Alatas (1998) pemeriksaan laboratorium pada diare adalah: a. Feses 1. Makroskopis dan Mikroskopis 2. pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula. 3. uji resisten. a. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas darah. b. Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. c. Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium. d. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit. F. PENATALAKSANAAN 1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah : a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya. 1) Cairan per oral Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringansedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa. 2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut: Untuk anak umur 1 bln-2 tahun berat badan 3-10 kg • 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). • 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). • 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit b. Pengobatan dietetic Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan: 1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh 2) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim ) 3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh. c. Obat-obatan Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2. Keperawatan Pengkajian (Pola Fungsi Kesehatan ) a. Identitas Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua. b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten (Suriadi, 2010). c. Riwayat penyakit sekarang Menurut Suharyono (2004), yaitu: 1. Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan timbul diare. 2. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu. 3. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam. 4.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. 6. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam pada dehidrasi berat. d. Riwayat kesehatan Menurut Suharyono (2004), yaitu: 1. Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien. 2. Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotik) karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare. 3. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare.
e. Riwayat nutrisi Menurut Suharyono (2004), yaitu: 1. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius. 2. Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran. 3. Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus dan minum seperti biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus dan banyak minum. Pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum. f.
Pemeriksaan fisik Menurut Suharyono (2004), yaitu: 1. Keadaan umum a. Baik, sadar (tanpa dehidrasi). b. Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang). c. Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat) 2. Berat badan Menurut Nursalam (2005), anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan sebagai berikut:
Tabel 2 Tingkat Dehidrasi
Tingkat Dehidrasi
Kehilangan Berat Badan Dalam % Bayi
Anak Besar
Dehidrasi ringan
5% (50 ml/kg)
3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang
5-10% (50-100 ml/kg)
6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat
10-15% (100-150 ml/kg)
9% (90 ml/kg)
Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di rumah sakit. Sedangkan di lapangan, untuk
menentukan dehidrasi, cukup dengan menggunakan penilaian keadaan anak. 3. Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (< 2 detik), berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (= 2 detik), ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (> 2 detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi berat. 4. Kepala Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubunubunnya biasanya cekung. 5. Mata Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung. Apabila mengalami dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung 6. Mulut dan lidah a.
Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
b.
Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).
c.
Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
7. Abdomen a.
Kemungkinan distensi
b.
Mengalami kram
c.
Bising usus yang meningkat
8. Anus Apakah ada iritasi pada kulit karena frekuensi BAB yang meningkat 2. Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA (2013), yaitu: a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan. c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare. d. Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan. e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan keterbatasan kognitif. 3. Intervensi keperawatan Menurut NANDA (2013), yaitu: a. Diagnosa I : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan. NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Tidak terjadi dehidrasi 2. TTV dalam batas normal 3. Turgor kulit kembali elastic 4. Kulit tidak kering 5. Mukosa bibir basah 6. Tidak pucat lagi NIC : Manajemen cairan dan elektrolit 1. Guidance Kaji dan pantau tanda dan gejala dehidrasi dan intake output cairan. Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit. 2. Support Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi. Rasional : Sebagai upaya mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit dan upaya rehidrasi cairan yang telah keluar akibat BAB yang berlebihan. 3. Teaching
Ajarkan keluarga untuk sering memberikan minum air putih pada pasien. Rasional : Agar keluarga mengetahui memberikan air minum yang sering untuk mengganti cairan yang hilang. 4. Environment Buat lingkungan yang tenang dan nyaman. Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyamandan menurunkan kebutuhan metabolic 5. Collaboration Kolaborasi dengan analis dan dokter dalam pemberian obat. Rasional : Mengetahui penyebab diare dengan pemeriksaan tinja dan pemberian obat yang tepat sesuai hasil laboratorium. b. Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan. NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Pasien tidak lagi mual muntah 2.
Pasien sudah bisa makan
3. BB pasien kembali normal NIC : Manajemen nutrisi 1. Guidance Kaji dan pantau pemasukan makanan dan status nutrisi pasien Rasional : Deteksi dini untuk pemberian terapi nutrisi yang tepat dan memperbaiki defisit. 2. Support Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
3. Teaching Ajarkan keluarga untuk pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet. Rasional : Agar keluarga mengetahui program diet pasien untuk memperbaiki status nutrisinya. 4. Environment Buat lingkungan yang tenang dan nyaman. Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan metabolik. 5. Collaboration Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan yang tepat sesuai kondisi pasien. Rasional : pemberian makanan yang tepat mempercepat proses pemenuhan nutrisi pasien. c. Diagnosa III : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare. NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Suhu tubuh pasien tidak meningkat 2.
Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 37,5’C)
3. Tidak terdapat tanda- tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtiolaesa) NIC : Manajemen suhu tubuh 1. Guidance Kaji dan pantau suhu tubuh pasien setiap 2 jam Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal suhutubuh untuk mengetahui adanya infeksi, 2. Support Berikan pasien kompres dengan kompres hangat. Rasional : Untuk merangsang pusat pengatur panas tubuh menurunkan produksi panas tubuh.
3. Teaching Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bahaya suhu tubuh yang meningkat pada diare. Rasional : Agar keluarga mengetahui bahaya suhu tubuh yang meningkat pada diare dan dapat waspada. 4. Environment Buat lingkungan yang tenang dan nyaman. Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan metabolic 5. Collaboration Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan penurun panas. Rasional : pemberian obat-obatan penurun panas untuk mengurangi suhu tubuh yang meningkat pada pasien. d. Diagnosa IV : Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan. NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Mau menerima tindakan keperawatan 2. Klien tampak tenang dan tidak rewel NIC : Manajemen ansietas 1. Guidance Kaji kecemasan klien terhadap tindakan keperawatan dan hindari persepsi yang salah pada perawat dan rumah sakit. Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan rumah sakit. 2. Support Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal. Rasional : Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada klien. 3. Teaching Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan.
Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga. 4. Environment Buat lingkungan yang tenang dan nyaman. Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan ansietas. 5. Collaboration Kolaborasi dengan orang tua dengan memberikan mainan pada anak. Rasional : sebagai rangsangan sensori pada anak. e. Diagnosa V : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan keterbatasan kognitif. NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Keluarga pasien mengetahui kondisi penyakit pada klien 2. Keluarga klien bisa menjelaskan proses penyakit dan pencegahannya NIC : Manajemen informasi 1. Guidance Kaji
kesiapan
keluarga
klien
mengikuti
pembelajaran,
termasuk
pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya. Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya. 2. Support Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi. Rasional : Meningkatkan kemandirian dan control keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya. 3. Teaching jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan aktivitas sehari-hari. Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dalam proses perawatan klien.
4. Environment Buat lingkungan yang tenang dan bersih. Rasional : agar keluarga dapat aktif mengikuti penkes yang diberikan perawat. 5. Collaboration Kolaborasi
dengan
perawat
lain
dalam
memberikan
kesehatan. Rasional : agar penkes yang diberikan dapat berjalan efektif.
pendidikan