BAB I PENDAHULUAN
Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak berbentuk atau dalam konsistensi cair dengan frekwensi yang meningkat, umumnya frekwensi > 3 kali/hari, atau dengan perkiraan volume tinja > 200 gr/hari. Durasi diare sangat menentukan diagnosis, diare akut jika durasinya kurang dari 2 minggu, diare persistent jika durasinya antara 2-4 minggu, dan diare kronis jika durasi lebih dari 4 minggu
1-3
. Diare
merupakan permasalahan permasalahan yang umum diseluruh dunia, dengan insiden yang tinggi tin ggi baik di negara industri maupun di negara berkembang. Biasanya ringan dan sembuh sendiri, tetapi diantaranya ada yang berkembang menjadi penyakit yang mengancam nyawa. Diare juga dikatakan penyebab morbiditas, penurunan produktifitas kerja, serta pemakaian sarana kesehatan yang umum
2-3
.
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih, sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah, kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan mengindikasikan adanya pencemaran pencemaran tinja manusia. Kontaminasi Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini1 Namun
secara
umum
penangan
1-2
.
diare
akut
ditunjukkan
untuk
mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta
1-2
.
Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada efek samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek didasarkan pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut
2-3
.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Diare Akut Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang
tidak berbentuk ( unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung berlangsung kurang kurang dari 2 minggu, di di sebut sebagai sebagai Diare Akut. Apabila Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan pada Diare Kronik. Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, demam dan tanda-tanda dehidrasi. Sebagian besar diare berlangsung selama 7 hari dan biasanya sembuh sendiri (self limiting 1,2
disease).
2.2 Epidemiologi
2,3
Sampai saat ini penyakit diare pada balita masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
2.3 Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi menjadi 2, yaitu infeksi dan non infeksi.
2
1. Infeksi
a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Diare infeksi akut dapat dengan inflamasi atau non 2,4
inflamasi:
- Non inflamasi disebabkan enterotoksin yang dihasilkan beberapa bakteri, destruksi sel-sel vilus (permukaan) oleh virus, dan translokasi 2,4
bakteri .
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Diare Akut Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang
tidak berbentuk ( unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung berlangsung kurang kurang dari 2 minggu, di di sebut sebagai sebagai Diare Akut. Apabila Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan pada Diare Kronik. Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, demam dan tanda-tanda dehidrasi. Sebagian besar diare berlangsung selama 7 hari dan biasanya sembuh sendiri (self limiting 1,2
disease).
2.2 Epidemiologi
2,3
Sampai saat ini penyakit diare pada balita masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
2.3 Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi menjadi 2, yaitu infeksi dan non infeksi.
2
1. Infeksi
a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Diare infeksi akut dapat dengan inflamasi atau non 2,4
inflamasi:
- Non inflamasi disebabkan enterotoksin yang dihasilkan beberapa bakteri, destruksi sel-sel vilus (permukaan) oleh virus, dan translokasi 2,4
bakteri .
2
- Inflamasi yaitu terjadi invasi langsung pada saluran cerna atau produksi 2,3
sitotoksin oleh bakteri . Mekanisme transmisi patogen diare adalah fekal-oral, dengan perantara makanan dan air pada sebagian besar episode. Enteropatogen seperti Shigella, Giardia lamblia atau virus enterik bersifat infeksius sehingga sangat mungkin menular melalui kontak antarorang.
2
Infeksi enteral ini meliputi: -
Infeksi bakteri
1,2
:
Toksin yang dihasilkan bakteri (enterotoksigenik E.Coli [ETEC], S.Aureus, Bacillus cereus, C.perfringens) merusak absorpsi normal dan proses sekresi pada usus halus, menyebabkan diare yang encer dan tanpa darah. Keadaan ini sering bersamaan dengan adanya pembengkakan, mual, atau muntah (diare non inflamasi). Adanya demam atau diare berdarah (disentri) mengindikasikan adanya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh invasi (Shigellosis, Salmonellosis, Campylobacter) atau toksin (C.difficile, E.coli), yang merupakan diare inflamasi. Karena organisme ini sebagian besar di kolon, maka volume diarenya sedikit. 1,2
- Infeksi virus : Enterovirus menghancurkan enterosit sel villus yang menyebabkan diare, keadaan ini biasanya berhubungan dengan adanya demam, muntah dan bentuk manifestasi respirasi. Agen virus utamanya yaitu Rotavirus, Enterik Adenovirus dan Norwalk agent . Di Brasil, Rotavirus adalah penyebab kausatif utama dari diare infeksi pada infant, terutama pada anak yang masih disusui (6 sampai 24 bulan). Mekanisme tansmisinya yaitu fekal-oral. - Infeksi parasit
1,2
:
Enteropatogen parasit utama yaitu Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum dan dan Entamoeba histiolytica. Selain Selain itu jamur (Candida Albicans) juga dapat menyebabkan menyebabkan diare. Di Brasil, Ascaris lumbricoides dan Strongyloides stercoralis memiliki prevalensi yang tinggi.
3
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan infeksi dengan 1,2
enteropatogen : -
Usia muda
-
Defisiensi imun
-
Lemas
-
Malnutrisi
-
Perjalanan ke daerah endemik
-
Kesalahan dalam pemberian ASI
-
Terpapar pada sanitasi lingkungan yang buruk
-
Kandungan makanan dan air
-
Level pendidikan ibu
-
Keberadaan pusat pelayanan kesehatan masyarakat
b) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak 2,3
berumur dibawah 2 tahun . 2. Non Infeksi
3
a) Kesulitan asupan makanan b) Kelainan anatomi: malrotasi, duplikasi intestinal, penyakit Hirsprung, atropi mikrovilus, short bowel syndrome. c) Malabsorpsi: -
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
-
Malabsorsi lemak
-
Malabsorbsi protein
d) Endokrinopati: tirotoksikosis, penyakit Addison. e) Keracunan makanan: jamur, makanan basi, logam berat. f) Neoplasma: neuroblastoma, ganglioneuroma, Zollinger-Ellison syndrome. g) Lainnya: alergi susu, penyakit Crohn, colitis ulseratif, gangguan motilitas, penyalahgunaan laksatif. h) Psikologis: rasa cemas dan takut. Terutama pada anak besar, walaupun jarang menyebabkan diare. 4
Infeksi
Bakteri Virus
Malabsorpsi Penyebab Diare
Alergi
Imuno defisiensi Keracunan Sebab lain
Infeksi
Parasit
Bhn Kimia Keracunan oleh racun yg dikandung & diproduksi
Bakteri
Malabsorpsi Penyebab Diare
Ikan, buah sayur
Shigella, Salmonela, E coli, Vibrio, Bacillus Cereus, Cl.Perfringeum Camphylo. Aeroginosa
Alergi Virus
Rotavirus, Norwalk virus, Norwalk like agent , Adeno virus
Parasit
Protozoa, E. histolytica G. lamblia Balantidium coli
Imuno defisiensi Keracunan Sebab lain
Gambar 1 : Etiologi Diare
2.4 Fisiologi Usus
Jasad Renik --> algae
3,4
1-3
Diare cair disebabkan oleh gangguan pada mekanisme transport air dan elektrolit di usus halus. Dalam keadaan normal absorbsi dan sekresi cairan air dan elektrolit tinja terjadi di sepanjang usus, contohnya seorang dewasa sehat menyerap 2 liter cairan setiap hari, air ludah dan sekresi lambung, pankreas dan hati berjumlah 5
lebih kurang 7 liter, sehingga cairan yang masuk usus setiap hari semuanya sekitar 9 liter. Sekitar 90% cairan diserap di usus halus dan sekitar 1 liter sampai di usus besar
3,4
.
Di usus besar terjadi penyerapan lebih lanjut dan hanya 100-200 ml air di keluarkan setiap hari dalam bentuk tinja. Bila terjadi perubahan dalam air dan elektrolit dalam usus halus (seperti bertambah sekresi atau berkurang absorbsi) mengakibatkan peningkatan volume cairan yang masuk kedalam usus besar. Bila volume cairan ini 4
melebihi kapasitas absorbsi usus besar terjadilah diare . Absorbsi di usus halus disebabkan oleh derajat osmolaritas yang terjadi apabila bahan terlarut diabsorbsi secara aktif dari lumen usus oleh sel epitel vili. Ada beberapa 4
cara agar Na diabsorbsi dari usus halus : 1) Natrium terkait dengan penyerapan ion klorida 2) Diabsorbsi langsung sebagai natrium 3) Ditukar dengan ion hidrogen 4) Terkait dengan absorbsi bahan organik seperti glukosa atau asam amino tertentu. Penambahan glukosa kelarutan elektrolit meningkatkan penyerapan natrium di usus halus sebanyak tiga kali. Setelah diabsorbsi, natrium dikeluarkan dari sel epitel melalui pompa ion yang disebut +
+
sebagai Na K phase. Ini menyebabkan peningkatan osmolaritas di cairan ekstraselular dan menyebabkan air dan elektrolit mengalir secara pasif dari lumen usus halus ke saluran interseluler ke dalam cairan ekstraselular.
2.5 Patogenesis
2,3
3,4
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah: 1) Diare akibat gangguan sekretorik Disebabkan oleh karena sekresi air dan elektrolit kedalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Akhirnya terjadi sekresi cairan yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare infeksi, perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti Escerichia coli dan Vibrio cholera atau virus.
6
2) Diare akibat gangguan osmotik Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lain isi usus dengan cairan ekstraseluler. Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 3) Diare akibat gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengaibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Patogenesis diare akut:
2-4
1. Masuknya jazad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. 2. Jazad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus. 3. Oleh jazad renik akan dikeluarkan toksin (toksin diaregenik). 4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
7
MEKANISME PATOGENESIS Sekresi air & elektrolit
Rotavirus
kerusakan epitel Enzim disakaridase
Malabsorpsi
Diare
Gambar 2. Patogenesis diare oleh karena virus
3
Penumpukan pada mukosa Kapasitas penyerapan Sekresi cairan
Mengeluarkan toksin
Bakteri
Absorpsi Na :
sekresi Cl
Sekresi air dan elektrolit Invasi mukosa Mikroabses/ulkus
diare berdarah
Gambar 3. Patogenesis diare oleh karena bakteri
3
8
Penempelan mukosa Pemendekan Villi Diare
Protozoa Invasi mukosa
Mikroabses Diare + darah
Gambar 4. Patogenesis diare oleh karena protozoa
3
4
Sebagai akibat diare akan terjadi : -
Kehilangan air dan elektrolit dengan akibat terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya).
-
Gangguan gizi sebagai akibat masukan makanan yang kurang dan pengeluaran yang bertambah.
-
Gangguan sirkulasi darah (syok hipovolemik).
Tabel 1 : Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen
4
Enteropatogen
Acute Watery
Dysentry
Persistent
Bakteri : V.cholerae ETEC, EPEC EIEC EHEC Shigella,Salmonella C.jejuni,Y.enteroclitica C.defficile M.tuberculosa Aeromonas
(+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (-)
(-) (-) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)
(-) (-) (-) (+) (+) (+) (+) (+) (-)
9
Virus : Rotavirus Adenovirus (type 40,41) Smaal Bowel Structured virus Cytomegalovirus Protozoa : G.lamblia E.histolytica C.parvum Microsporidium spp Isospora belli Cyclospora cayatenensis Cacing : Strongyloides stercoralis Schistosoma spp Capilaria philippinensis Trichuris trichuria
(+) (+)
(-) (-)
(-) (-)
(+) (+)
(-) (-)
(-) (-)
(+) (+) (+) (+) (+)
(-) (+) (-) (-) (-)
(+) (+) (+) (+) (+)
(+)
(-)
(+)
(-) (-) (+)
(-) (+) (-)
(+) (+) (+)
(-)
(+) (+)
2.6 Klasifikasi dan Patofisiologi
2-4
Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning), alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis.Berikut ini akan diuraikan klasifikasi dan patofisologi diare akut yang disebabkan oleh proses infeksi pada usus atau Enteric Infection. Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut berdasarkan proses patofisiologi enteric infection, yaitu membagi diare akut atas mekanisme Inflamatory, Non inflammatory, dan Penetrating. (Tabel 2) Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan
manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan abdominal
seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau
darah,
secara
mikroskopis
didapati
leukosit
polimorfonuklear.
10
Mikroorganisme penyebab seperti, E. histolytica, Shigella, Entero Invasive E.coli (EIEC),V. parahaemolitycus, C.difficile, dan C. jejuni. Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian
proksimal, Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah, yang disebut dengan Watery diarrhea. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun
gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit. Mikroorganisme penyebab seperti, V. cholerae, Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Salmonella. Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit ini disebut
juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis demam disertai diare. Pada pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear. Mikrooragnisme penyebab
biasanya
S.thypi,
S.parathypi
A,B,
S.enteritidis,
S.cholerasuis,
Y.enterocolitidea, dan C.fetus.
Tabel 2 : Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut Karakteristik
Non Inflamatory
Inflamatory
Penetrating
Watery Volume >> Leukosit (-)
Bloody, mukus Volume sedang Leukosit PMN
Mukus Volume sedikit Leukosit MN
-
+ +
+ +/-
+++ Hipovolemik
+ + Toksik
+/Sepsis
Gambaran Tinja :
Demam Nyeri Perut Dehidrasi Tenesmus Komplikasi 2.7 Manifestasi Klinis
2
3-4
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Adanya lendir atau darah menunjukkan adanya proses inflamasi, biasanya disebabkan invasi bakteri ke mukosa saluran cerna. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, terutama pada anak kecil. Tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat,
11
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare (malabsorpsi karbohidrat sekunder). Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Selain itu muntah biasanya dihubungkan dengan neuroenterotoksin pada makanan beracun dari Staphylococcua aureus atau Bacillus cereus. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
1-4
Tabel 3. Karakteristik Tinja dan Membedakan Sumbernya
5
Karakteristik Tinja
Usus kecil
Usus besar
Penampakan
Berair
Mucoid dan/atau berdarah
Volume
Banyak
Sedikit
Frekwensi
Meningkat
Sangat meningkat
Darah
kemungkinan positif tapi tidak
Biasanya terdapat gross blood
pernah gross blood pH
<5.5
>5.5
Substansi tersisa
Positif
Negatif
WBC
<5
Biasanya >10/lebih
Serum WBC
Normal
Kemungkinan leukositosis, bandemia
Organisme
Viral, enterotoksigenik bakteri,
Invasif bakteri, toksik bakteri,
parasit
parasit
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil dan tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, dan kadang-kadang sampai soporokomateus). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernapasan yang 5
cepat dan dalam (pernapasan kussmaul) .
12
Asidosis metabolik terjadi karena : 1). Kehilangan NaHCO3 melalui tinja. 2). Ketosis kelaparan. 3). Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (oleh karena oliguri atau anuri). 4). Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel. 5). Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh). Malnutrisi juga dapat terjadi pada penderita diare. Massa lemak dan otot yang berkurang atau edema perifer menunjukkan adanya malabsorpsi karbohidrat, lemak, dan/atau protein. Organisme Giardia dapat menyebabkan diare intermiten dan malabsorpsi lemak. Selain itu bisa juga terdapat gejala nyeri perut yang non spesifik dan non fokal. Nyeri perut biasanya tidak meningkat jika ditekan. Jika nyeri perut fokal dan semakin berat jika ditekan serta hilang timbul, maka waspada kemungkinan adanya komplikasi atau diagnosa non infeksi lainnya. Borborygmi terdengar karena 5
peningkatan signifikan dari aktivitas peristaltik .
Tabel 4. Organisme and Frekuensi Gejala Organisme
Inkubasi
1
Durasi
Muntah
Demam
Nyeri perut
Rotavirus
1-7 hari
4-8 hari
Ya
Rendah
Tidak
Adenovirus
8-10 hari
5-12 hari
Lambat
Rendah
Tidak
Norwalk virus
1-2 hari
2 hari
Ya
Tidak
Tidak
Campylobacter species
2-4 hari
5-7 hari
Tidak
Ya
Ya
C difficile
Bervariasi
Bervariasi
Tidak
Sedikit
Sedikit
C perfringens
Minimal
1 hari
Ringan
Tidak
Ya
Enterohemorrhagic E coli
1-8 hari
3-6 hari
Tidak
+/-
Ya
Enterotoxigenic E coli
1-3 hari
3-5 hari
Ya
Rendah
Ya
Salmonella species
0-3 hari
2-7 hari
Ya
Ya
Ya
Shigella species
0-2 hari
2-5 hari
Tidak
Tinggi
Ya
Giardia species
2 minggu
1+ minggu
Tidak
Tidak
Ya
Entamoeba species
5-7 hari
1-2+ minggu
Tidak
Ya
Tidak
Diare terbagi atas tiga derajat :1-3 a. Diare dengan dehidrasi ringan, dengan gejala sebagai berikut:
1) Frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari 2) Keadaan umum baik dan sadar 3) Mata normal dan air mata ada 4) Mulut dan lidah basah 13
5) Tidak merasa haus dan bisa minum
b. Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari berat badan, dengan gejala sebagai berikut :
1) Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan sering 2) Kadang-kadang muntah, terasa haus 3) Kencing sedikit, nafsu makan kurang 4) Aktivitas menurun 5) Mata cekung, mulut dan lidah kering 6) Gelisah dan mengantuk 7) Nadi lebih cepat dari normal, ubun-ubun cekung.
c. Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, dengan gejala:
1) Frekuensi buang air besar terus-menerus 2) Muntah lebih sering, malas minum 3) Tidak kencing, tidak ada nafsu makan 4) Sangat lemah sampai tidak sadar 5) Mata sangat cekung, mulut sangat kering 6) Nafas sangat cepat dan dalam 7) Nadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba 8) Ubun-ubun sangat cekung
2.8 Penatalaksanaan
5
2.8.1 Derajat dehidrasi dan penanganan menurut MTBS 1) Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut ini : -
Letargis atau tidak sadar
-
Mata cekung
-
Tidak bisa minum atau malas minum
-
Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
Jika tidak ada klasifikasi berat lainnya : -
Beri cairan untuk dehidrasi berat (rencana terapi C)
Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya : 14
-
Rujuk segera dan selama perjalanan mintalah agar ibu terus memberikan oralit
-
Anjurkan ibu agar tetap memberi ASI
-
Jika ada kolera di daerah tersebut, beri antibiotik untuk kolera
2) Dehidrasi ringan sedang Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut ini: -
Gelisah, rewel/ mudah marah
-
Mata cekung
-
Haus, minum dengan lahap
-
Cubitan perut kembalinya lambat
Jika anak tidak ada klasifikasi sedang lainnya : -
Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi B
Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya : -
Rujuk segera dan selama perjalanan mintalah agar ibu terus memberikan larutan oralit sedikit demi sedikit.
-
Anjurkan ibu agar tetap memberi ASI
-
Nasehati ibu kapan harus kembali segera
-
Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
3) Tanpa dehidrasi Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang -
Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi A
-
Nasehati ibu kapan harus kembali segera
-
Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan.
2.9 Prinsip pengobatan diare
3-5
Prinsip dari pengobatan diare adalah : 1) Mencegah terjadi dehidrasi 2) Mengobati dehidrasi dengan cepat dan tepat 3) Memberi makan pada anak 15
Peranan obat pada penatalaksanaan diare : - 95% sembuh dengan oralit dan makanan yang diteruskan - Pemberian obat mempunyai efek samping yang merugikan
4
2.9.1 Pemberian antimikroba yang tepat :
a) Kolera -
Umur 7 tahun : Tetrasiklin 50mg/KgBB/hari, dibagi 4 dosis selama 2-3 hari.
-
Semua umur : Trimethoprim-Sulfamethoxazol. TMP 8 mg/KgBB/hari – SMX 50mg/KgBB/hari, dibagi 2 dosis, selama 3 hari.
b) Disentri dan shigella -
Anak-anak : TMP 10 mg/kgBB/hari - SMX 50 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis selama 5 hari atau Ampisilin 50mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 5 hari.
-
Bayi : Eritromisin 25 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis selama 3 hari.
c) Amoebiasis -
Metronidazole30 mg/kg/hr dibagi 3 dosis selama 5-10 hari
-
Kasus BeratDehidroemetin HclDosis : 1 - 1,5mg/kg/hr selama 5 hari
d) Giardia lamblia -
Metronidazole 15 mg/kg/hr selama 5 hari
e) Lain-lain -
Obat spasmolitika dan antisekretorik tidak boleh diberikan. Obat pengeras tinja tidak bermanfaat, tidak perlu diberikan.
2.9.2 Pengobatan cairan/elektrolit
4,5
Rencana pengobatan A untuk mengobati diare di rumah :
Gunakan cara ini untuk mengajar ibu: - Teruskan mengobati anak diare di rumah - Berikan pengobatan awal bila terkena diare lagi
16
Menerangkan 3 cara pengobatan diare di rumah : 1. Berikan anak lebih banyak cairan dari biasanya untuk mencegah dehidrasi -
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan yang cair (sup, air tajin) dan air matang
-
Gunakan larutan oralit seperti tabel di bawah (Jika anak usia < 6 bulan dan belum makan padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan cair
-
Beri larutan oralit sebanyak anak mau.
-
Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti
2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi. -
Teruskan ASI
-
Bila anak tidak mendapat ASI beri susu yang biasa diberikan. Untuk anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat diberi susu cair yang dicairkan dengan air yang sebanding selama 2 hari.
-
Bila anak ≥ 6 bulan / telah mendapat makanan padat:
-
Beri bubur/campuran tepung lain, bila perlu campur dengan kacangkacangan, sayur, daging atau ikan. Tambah 1-2 sendok teh minyak sayur pada tiap porsi
-
Beri sari buah segar/pisang halus/untuk menambah kalium
-
Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 5 x sehari
-
Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan tambahan setiap hari selama seminggu
3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari / menderita sbb: -
BAB cair sering kali
-
Makan/minum sedikit
-
Muntah berulang-ulang
-
Demam
-
Sangat haus sekali
-
Tinja berdarah
17
Rencana terapi B untuk mengobati dehidrasi :
Jumlah oralit yang harus diberikan dalam 3 jam pertama : ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan BERAT BADAN enderita KG den an 75 ml
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan, berikan oralit “paling sedikit” sesuai tabel di bawah ini : Umur
<1 tahun
1-5 tahun
>5 tahun
dewasa
Jumlah oralit
300 ml
600 ml
1.200 ml
2.400 ml
-
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah
-
Dorong ibu untuk meneruskan ASI
-
Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama ini
Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit : -
Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
-
Tunjukkan cara memberikannya, sesendok teh tiap 1 - 2 menit untuk anak di bawah 2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua
-
Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
-
Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2 - 3 menit
-
Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana terapi A bila pembengkakan telah hilang.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B atau C untuk melanjutkan pengobatan : -
Bila tidak ada dehidrasi ganti ke Rencana A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tertidur
-
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana B tetapi tawarkan makanan, susu, sari buah seperti Rencana A
-
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana C 18
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana pengobatan B : -
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam di rumah
-
Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana A
-
Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit
-
Jelaskan 3 cara dalam Rencana A untuk mengobati anak di rumah
-
Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti
-
Memberi makanan anak
-
Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu
Rencana terapi C
•
Mulai diberi cairan iv segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu cairan iv dimulai. Beri 100 mg/kg cairan Ringer Laktat (atau garam normal), dibagi sebagai berikut: Umur
Pemberian pertama
Kemudian 70 ml/kg dalam
30 ml dalam Bayi
<
12
1 jam*
5 jam
½ - 1 jam*
2 ½ - 3 jam
bulan Anak
>
1
tahun
* Ulangi nadi bila masih lemah atau tidak teraba -
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan iv.
-
Juga berikan oralit (5 mg/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
-
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan penilaian.
-
Kemudian pilihlah rencana yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan 19
Anak harus diberi oralit di rumah bila : -
Setelah mendapat Rencana Pengobatan B atau C
-
Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare memburuk
-
Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas kesehatan merupakan kebijaksanaan pemerintah
Jika anak diberi oralit dirumah, tunjukkan kepada ibu jumlah oralit yang diberikan setiap habis BAB dan beri oralit yang cukup untuk 2 hari: Umur
<
12
Jumlah oralit yang diberi @
Jumlah oralit yang disediakan
BAB
di rumah
50-100 ml
400 ml/hari (2 bungkus)
100-200 ml
600-800 ml/hari, 3-4 bungkus
200-300 ml
800-1000 ml/hari, 4-5 bungkus
300-400 ml
1200-2800 ml/hari
bulan 1-4 tahun >
5
tahun Dewasa
-
Tunjukkan kepada ibu cara mencampur oralit
-
Tunjukkan kepada ibu cara memberikan oralit
-
Perkirakan kebutuhan oralit untuk 2 hari
-
Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah 2 tahun
-
Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
-
Bila anak-anak muntah tunggulah 10 menit kemudian berikan cairan lebih sedikit
-
Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan cairan lain seperti dijelaskan dalam cara I atau kembali ke petugas kesehatan untuk mendapat tambahan oralit
20
2.9.3 Pengobatan dietetik
4,5
a) ASI/makanan dilanjutkan b) Susu formula kalau perlu diencerkan c) Beri makanan yang mudah dicerna
2.10 Komplikasi
1,5
1. Hipernatremia : (Na serum > 150 mmol/L) · Oleh karena muntah dengan intake cairan/makan menurun · Sangat haus dengan tanda dehidrasi tidak jelas, kejang
2. Hiponatremia : (Na serum < 130 mmol/L) · minum cairan sedikit / tanpa Na · lemas, kejang (jarang) · kematian > tinggi dari no.1 3. Demam · Bisa oleh karena : mikroorganisme penyebab diare, dehidrasi, penyakit lain yang menyertai · Cegah kejang dengan kompres dingin, antipiretika 4. Overhidrasi (Keracunan Air) · Pemasukan air terlalu banyak · tanda: kelopak mata bengkak, odema paru (jarang) · tindakan : cairan oral / iv stop 5. Asidosis Metabolik · Oleh karena bertambahnya asam atau hilangnya basa ekstraseluler oleh karena dehidrasi · Tanda : nafas cepat dan dalam Pemberian oralit yg cukup bikarbonat atau sitrat dapat memperbaiki asidosis. 6. Hipokalemia (serum K < 3 mmol/L) · tanda : lemas,ileus,aritmia jantung,kerusakan ginjal · terapi oralit (20 mmol/L) 7. Ileus Paralitik · Fatal oleh karena hipokalemia, obat anti motilitas 21
· Tanda : perut kembung, peristaltik menurun / tidak ada muntah · Tindakan : cairan oral stop
iv
8. Kejang · Oleh karena hipoglikemia, kejang demam, hiper/hipo Na · oleh karena penyakit SSP : meningitis, ensefalitis, epilepsi, makanan yg mengandung K. 9. Malabsorpsi dan intoleransi laktosa · Diare oleh karena infeksi bakteri invasif menyebabkan mukosa usus rusak, produksi laktase menurun, laktosa dalam makanan tidak dicerna dengan baik, sehingga terjadi osmotik diare. 10. Malabsorpsi Glukosa · terjadi diare ok infeksi bakteri, gizi buruk · pada kasus ini, oralit stop, beri cairan iv 11. Muntah · Ok dehidrasi, iritasi usus, gastritis ok infeksi, ileus, pemberian cairan oral dengan cepat · Pada anak kecil, bayi jangan diberi anti emetik karena kesadaran menurun, intake berkurang 12. Gagal ginjal akut · Oleh karena dehidrasi berat dan syok Bila pengeluaran urine tidak terjadi dalam 12 jam setelah rehidrasi cukup, perlu perawatan intensif
2.11 Prognosis
3,5
Di negara berkembang, dengan manajemen yang lebih baik, prognosisnya sangat baik. Kematian sebagian besar disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi sekunder. Dehidrasi berat harus ditangani dengan cairan parenteral. Sekali malnutrisi dari malabsorpsi sekunder terjadi, prognosis menjadi jelek kecuali penderta dirawatinapkan di rumah sakit dan diberikan suplemen nutrisi parenteral. Neonatus dan infant muda merupakan kelompok yang beresiko terjadinya sindrom dehidrasi, malnutrisi, dan malabsorpsi. Meskipun angka kematian rendah di negara berkembang, anak-anak dapat meninggal karena komplikasi yang ada, prognosis anak-anak di negara tanpa perawatan kesehatan modern harus lebih berhati-hati.
2,5,6
22
2.12 Pencegahan
5
Tujuh Intervensi Pencegahan Diare yang Efektif: 1. Pemberian ASI 2. Memperbaiki makanan sapihan 3. Mempergunakan air bersih yang cukup banyak 4. Mencuci tangan 5. Menggunakan jamban keluarga 6. Cara membuang tinja bayi yang baik dan benar 7. Pemberian imunisasi campak
23
BAB III Laporan Kasus I. Identitas penderita
Nama
: Bayi Ni Ketut Ariani
Umur
: 1 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Gili Selang Seraya
Agama
: Hindu
MRS
: 30 September 2011
II. Heteroanamnesis Keluhan utama
Mencret
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dikeluhkan mencret selama 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi mencret 10 kali selama 24 jam, warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-), cacing (), volume ± ¼ gelas tiap mencret. Muntah (+) sekali. Isi muntah berwarna putih. Panas badan (+) Batuk (-), pilek (-), sesak (-), BAK (+) sedikit Pasien rewel setelah sakit Pasien dikatakan susah minum.
Riwayat Penyakit sebelumnya
Pasien tidak pernah menderita mencret sebelumnya. Riwayat panas, batuk, muntahmuntah kronis disangkal Riwayat Penyakit di keluarga:
Salah satu anggota keluarga di lingkungan rumah pasien pernah menderita mencret, tetapi tidak sampai opname.
Riwayat Sosial dan Lingkungan
Pasien tinggal di daerah yang kering dan susah mendapatkan air bersih.
24
Riwayat Pengobatan
Pasien sempat dibawa ke bidan, dan diberi obat. Riwayat Persalinan:
Penderita lahir spontan di bidan, cukup bulan dengan berat badan lahir 2200 gram, panjang badan 49 cm, segera menangis. Riwayat Imunisasi:
Penderita dikatakan mendapat imunisasi sebanyak 1 kali, namun lupa jenis imunisasi tersebut.
Riwayat Nutrisi:
ASI
: tidak diberikan selama 2 minggu.
Susu formula : 0 bulan - sekarang Bubur Susu
: 3 bulan
Bubur Nasi
:-
Makanan Dewasa
:-
Riwayat tumbuh kembang:
Mengangkat kepala
: belum bisa
Balik badan
: belum bisa
Duduk
: belum bisa
Berdiri
: belum bisa
Berjalan
: belum bisa
25
III. Pemeriksaan fisik
Status present KU
: tampak sakit sedang
Kes
: iritabel
Nadi
: 120x/menit, reg isi cukup
RR
: 40x/menit
Tax
: 37,8º C
BB
: 2,2 kg
BBI
: 4,5 kg
PB
: 48 cm
LK
: 32 cm
LLA
: 11 cm
Status Gizi Nelson : 48% (Gizi buruk)
Status general
Kepala
: LK 32 cm, normocephali
Mata
: anemia -/- ,ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor, cowong +/+, air mata (+) saat menangis
Telinga
: sekret (-)
Hidung
: NCH (-), sekret (-)
Thorax
:
Cor
: Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis Palpasi : Tidak teraba ictus cordis Perkusi : Batas atas jantung ICS II, Batas kanan jantung PSL dextra, batas kiri MCL sinistra. Auskultasi : S1S2 tunggal reguler. Murmur (-)
Pulmo
: Inspeksi : Simetris Palpasi : Vokal fremitus N/N Perkusi : Sonor/sonor Auskultasi : bronkovesikuler +/+, rhonki -/-. Wheezing -/-
Abdomen
: distensi (-), BU (+) meningkat H/L ttb, turgor menurun.
Extrimitas
: sianotik (-), akral hangat (+) 26
IV. Pemeriksaan Laboratorium Parameter
Waktu Pemeriksaan 30 September 2011 17.7 53.1 33.9 9.4 6.0 3.09 9.3 30.3 98.2 30.1 30.7 16.40 590 7.40
WBC - Lym% - Gra% - Lym# - Gra# RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW PLT MPV
Nilai Rujukan 6.00 – 14.00 30.00 – 34.00 40.0 – 74.0 1.0 – 3.7 1.5 – 7.00 3.6 – 6.3 11.2 – 22.0 34.0 – 64.0 90.0 – 122.0 30.0 – 50.0 32.0 – 36.0 0.0 – 18.0 140 – 500 0.0 – 0.0
V. Diagnosis kerja:
Diare akut + Dehidrasi Berat
VI. Planning :
Pemeriksaan penunjang -
Darah Lengkap
-
Faeses Lengkap
Terapi: -
MRS
-
Oralit 2.2 x 75ml apada 3 jam pertama.
-
IVFD RL, kebutuhan cairan 220 cc/hari 66cc 1 jam pertama, diteruskan 154cc 5 jam berikutnya (jika tidak mau minum)
-
Anjurkan ASI.
Monitoring : -
Vital sign
-
Keseimbangan cairan
-
Derajat dehidrasi, Produksi urine
27
VII. Perkembangan Pasien Waktu 30-9-2011
Subjektif
Objektif
Assesmen
Terapi
Mencret
St.Present
Diare Akut dengan
-IVFD RL,
5xsehari,
KU lemah, ATR
Dehidrasi Berat.
kebutuhan cairan
Cair(+), darah
Lemah,
(-), Panas(+)
merintih
minum
HR: 100 x/mnt,
kurang.
RR:
TGS
220 cc/hari 66cc 1 jam pertama,
27
x/mnt, 0
Tax : 37,9 C
diteruskan 154cc 5 jam berikutnya
St.General
- Oralit 75ml tiap
Kepala:
BAB.
anencephali, ubun-ubun
- Paracetamol
cekung
Kalau Perlu.
Mata:
anemi-/-,
Ikterus-/-RP+/+,
- Coba ASI.
Mata cowong (+)
- Observasi Vital
THT:
Sign.
NCH (-),
Secret (-) Toraks : Simetris (+), Retraksi (-), Cor : S1S2 N reg M (-) Po : Bves +/+, Rh -/-, Wh-/Abdomen
:
Distensi (-), BU (+) N Ext:Hangat
(+),
ikterus
(-),
sianosis (+)
28
1/10/2011
Mencret
St.Present
Diagnosis:
-IVFD RL,
3xsehari,
KU lemah, ATR
Diare Akut dengan
kebutuhan cairan
Cair(+), darah
Lemah,
Dehidrasi
220 cc/hari
(-), Panas(-)
merintih
Mulai
HR: 100 x/mnt,
- Oralit 75ml tiap
RR:
BAB.
mau
ASI.
TGS
Sedang
(terehidrasi)
27
x/mnt, 0
Tax : 36,9 C
-Paracetamol
St.General
Kalau Perlu.
Kepala: anencephali,
- Lanjutkan ASI.
ubun-ubun
- Observasi Vital
cekung Mata:
Sign.
anemi-/-,
Ikterus-/-RP+/+, Mata cowong (+) THT:
NCH (-),
Secret (-) Toraks : Simetris (+), Retraksi (-), Cor : S1S2 N reg M (-) Po : Bves +/+, Rh -/-, Wh-/Abdomen
:
Distensi (-), BU (+) N Ext:Hangat
(+),
ikterus
(-),
sianosis (+)
4/10/2011
Mencret
(-),
St.Present
Diagnosis:
- Lepas Infus
darah
(-),
KU lemah, ATR
Diare Akut dengan
- Oralit 75ml tiap
cukup,
Dehidrasi
BAB.
Panas(-) Mulai ASI.
mau
TGS
merintih.
Sedang
(terehidrasi)
HR: 100 x/mnt,
-Paracetamol
RR:
Kalau Perlu.
27
x/mnt,
29
Tax : 36,70C
- Lanjutkan ASI.
St.General
- Observasi Vital
Kepala:
Sign.
anencephali, ubun-ubun cekung Mata:
anemi-/-,
Ikterus-/-RP+/+, Mata cowong (+) mulai membaik. THT:
NCH (-),
Secret (-) Toraks : Simetris (+), Retraksi (-), Cor : S1S2 N reg M (-) Po : Bves +/+, Rh -/-, Wh-/Abdomen
:
Distensi (-), BU (+) N Ext:Hangat
(+),
ikterus
(-),
sianosis (+)
30
BAB IV PEMBAHASAN Pada kasus diatas, pasien mengalami diare akut. Berdasarkan anamnesis pasien
dikeluhkan mencret selama 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi mencret 10 kali selama 24 jam, warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-), cacing (-), volume ± ¼ gelas tiap mencret. Beberapa gejala tersebut menunjukkan gejala diare. Muntah (+) sekali. Isi muntah berwarna putih. Panas badan (+) Batuk (-), pilek (-), sesak (-), BAK (+) sedikit, pasien rewel setelah sakit. Pasien dikatakan susah minum. Ini dikarenakan gangguan pada mekanisme transport air dan elektrolit di usus halus. Muntah pada pasien dikarenakan terjadi iritasi pada lambung yang menyebabkan gastritis akut. Pada gastritis terjadi peningkatan sekresi asam lambung yang menyebabkan pasien muntah. Panas badan disebabkan karena terjadi invasi mikroba yang masuk melalui dinding usus. Proses peradangan infeksi ini menyebabkan terjadinya panas badan pada bayi. Dari pemeriksaan fisik yang mengacu pada diare, ditemukan gejala yang sesuai dengan keadaan pasien yaitu, ubun-ubun cekung, mata cowong, cubitan perut kembali lambat, mencret cair, tidak ada ditemukan darah. Ketiga gejala khas diatas disebabkan oleh karena sekresi air dan elektrolit kedalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Akhirnya terjadi sekresi cairan yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare infeksi, perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti Escerichia coli dan Vibrio cholera atau virus. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil dan tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, dan kadang-kadang sampai soporokomateus). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernapasan yang cepat dan dalam (pernapasan kussmaul).
31
Pada pemeriksaan darah lengkap yang dilakukan sebagai septik marker tidak ada ditemukan adanya peningkatan dan penurunan nilai yang signifikan. Ini menandakan diare ini tidak disebabkan oleh bakteri, melainkan oleh virus. Pasien perlu dirawat inap di rumah sakit agar mendapat penangan, tindakan dan perawatan secara komprehensif. Pada diare dengan dehidrasi derajat berat diperlukan rehidrasi yang sesuai. Pasien yang susah minum tidak mampu mendapat intake cairan dari oral sehinggal dibutuhkan masukan cairan intravena. Demam pada pasien juga perlu dimonitoring setiap 4 jam agar tidak sampai terjadi bangkitan kejang. Diare dapat dicegah dengan pemberian ASI, ibu mencuci tangan sebelum memberikan makanan kepada bayi, imunisasi campak dan menjaga lingkungan agar tetap bersih.
32