LAPORAN H A ZA ZA R D A N A L Y S I S C R I TI TI C A L C O N NT T R O L P O IN IN T (HACCP) “TELUR BALADO”
TANGGAL 23 - 24 OKTOBER 2017
Disusun Oleh : Enziana Maharani
P2.31.31.114.013
Innelina Purnamasari
P2.31.31.114.016
Irhamna Fauziah
P2.31.31.114.017
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II JURUSAN GIZI 2017
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Point (HACCP) “Telur Balado ” di Unit Produksi Makanan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Disusun Oleh:
Enziana Maharani
P2.31.31.114.013 P2.31.31. 114.013
Innelina Purnamasari
P2.31.31.114.016 P2.31.31.114.016
Irhamna Fauziah
P2.31.31.114.017 P2.31.31.114.017
Laporan ini telah mendapat persetujuan dari pembimbing utama laporan Penelitian Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Unit Produksi Makanan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo.
Jakarta, Maret 2018 Pembimbing Utama
Halim Kusnadi, AMG, S.Gz 198210072006041007
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) “Telur Balado” di Unit Point (HACCP) Produksi
Makanan
Rumah
Sakit
Umum
Pusat
Nasional
Dr.
Cipto
Mangunkusumo tanggal 25-26 Oktober 2017.
Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Terima kasih
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii DAFTAR ISI........................................................................................................ iv BAB I ...................................................................................................................1 PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 A.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.
Tujuan ....................................................................................................... 2 1.
Tujuan Umum ........................................................................................ 2
2.
Tujuan Khusus....................................................................................... 2
C.
Manfaat ................................................................................................. 2
1.
Bagi Unit Produksi Makanan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ........... 2
2.
Bagi Mahasiswa .................................................................................... 2
3.
Bagi Konsumen (Pasien) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ................. 3
BAB II ..................................................................................................................4 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4 A.
Pengertian HACCP ................................................................................... 4
B.
Tujuan HACCP ......................................................................................... 5
E.
Bahan Baku Daging Balado .................................................................... 12
BAB III ............................................................................................................... 29 METODOLOGI .................................................................................................. 29 A.
Ruang Lingkup ........................................................................................ 29
B.
Jenis Data ............................................................................................... 29
C.
Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 29
A.
Hasil Pengamatan ................................................................................... 30
B.
Pembahasan........................................................................................... 54
BAB V ................................................................................................................ 56 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 56 A.
Kesimpulan ............................................................................................. 56
B.
Saran ...................................................................................................... 56
iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Unit
Produksi
Makanan
RSUP
Nasional
Cipto
Mangunkusumo
merupakan salah satu penunjang yang menyelenggarakan makanan bagi pasien
rawat
dilaksanakan
inap. untuk
Penyelenggaraan menyediakan
makanan
makanan
di
yang
rumah
sakit
berkualitas
ini
sesuai
kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal (PGRS,2013). Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan penampilan, rasa, tekstur, aroma dan sanitasi dari makanan tersehut. Salah satu cara pengawasan mutu makanan yaitu dengan menerapkan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), sehingga makanan yang disajikan terjaga keamanannya untuk dikonsumsi. HACCP adalah
suatu
alat
(tools)
yang
digunakan
untuk menilai
tingkat bahaya, menduga perkiraan risiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan, dengan menitikberatkan pada pencegahan dan pengendalian proses dari pada pengujian produk akhir yang biasanya dilakukan dalam cara pengawasan tradisional (Suklan, 1998 dalam Sudarmadji,2005). Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. Penerapan HACCP tersebut meliputi semua kegiatan yang dimulai dari penanganan dan pemilihan bahan mentah, persiapan, pengolahan, penyimpanan dan penyajian makanan matang. Salah satu hidangan lauk hewani yang disediakan oleh bagian Unit Produksi Makanan RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo sebagai menu biasa bagi pasien adalah Telur Balado (diberikanpada siklus menu ke 3 untuk menu makan siang kelas I, II dan III). Pada lauk hewani ini perlu dilakukan tindakan HACCP mengingat bahan bakunya berupa telur ayam yang rentan terhadap bahaya biologi, fisik, dan kimia. Selain bahaya yang berasal dari bahan baku, bahaya juga dapat timbul pada saat penerimaan
1
atau persiapan bahan baku. Bahaya tersebut timbul bila kualitas bahan tidak sesuai standar, ada kontaminasi dengan bahan makanan yang lain dan kebersihan alat pada waktu digunakan. Oleh karena itu, untuk menerapkan HACCP kami mencoba melakukan pengamatan mengenai "Pengawasan Mutu Makanan (HACCP) pada Lauk Telur Balado”.
B. Tujuan 1.
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan pengawasan mutu makanan (lauk telur balado) sesuai tahapan proses penyelenggaraan makanan.
2.
Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu membuat diagram alir proses produksi telur balado b. Mahasiswa mampu melakukan pengawasan mutu bahan baku telur balado c. Mahasiswa mampu melakukan pengawasan mutu tahap persiapan bahan telur balado d. Mahasiswa
mampu
melakukan
pengawasan
mutu
tahap
penyimpanan telur balado e. Mahasiswa mampu melakukan pengawasan mutu tahap pengolahan telur balado f. Mahasiswa
mampu
melakukan
pengawasan
mutu
tahap
pendistribusian telur balado C.
Manfaat 1.
Bagi Unit Produksi Makanan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Sebagai bahan evaluasi terhadap hasil olahan yang disajikan dan dapat mengatasi atau mengurangi penyimpangan-penyimpangan kualitas dan keamanan makanan yang ada.
2.
Bagi Mahasiswa Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah
diperoleh
dan
menambah
pengawasan mutu produksi makanan.
2
pengalaman
dalam
melakukan
3.
Bagi Konsumen (Pasien) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Mendapat makanan yang aman untuk dikonsumsi sehingga terhindar dari keracunan dan melindungi hak konsumen untuk mendapat produk yang berkualitas.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian HACCP HACCP adalah suatu piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan system pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir.
HACCP dapat
diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer sampai pada konsumsi akhir dan penerapannya harus dipedomani dengan bukti secara ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia. HACCP
merupakan
salah
satu
bentuk
manajemen
resiko
yang
dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. Kunci utama HACCP adalah
antisipasi
bahaya
dan
identifikasi
titik
pengawasan
yang
mengutamakan kepada tindakan pencegahan dari pada mengandalkan kepada pengujian produk akhir. Menurut Codex Alimentarius Commission 1997, HACCP adalah suatu sistem yangnmengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahayabahaya yang signifikan dalam keamanan pangan. HACCP menjadi begitu penting sebagai suatu komponen dari cara-cara berproduksi pangan secara komersil, misalnya di bidang pertanian dan produksi. Keberhasilan dalam penerapan HACCP membutuhkan tanggung jawab penuh dan keterlibatan manajemen serta tenaga kerja. Keberhasilan penerapan HACCP juga membutuhkan pendekatan tim, tim ini harus terdiri dari tenaga ahli yang tepat.
Menurut Winarno (2004), definisi dari batasan dalam HACCP yaitu:
Hazard
:
Merupakan
ancaman
yang
potensial
terhadap
keselamatan dan keamanan konsumen atau yang dapat mendatangkan kerusakan pada produk.
Analsys
: Sistem apa saja yang dapat digunakan untuk menganalisis
adanya hazard yang berkaitan
dengan keselamatn konsumen atau penerimaan produk.
4
Critical Control : Suatu lokasi, tingkat, atau proses yang bila tidak
dikendalikan ancaman
dengan
bagi
baik
dapat
konsumen.
memberikan
Contohnya
bahan-
bahan mentah merupakan critical control point bila tidak ada tahap yang dilakukan membebaskan makanan dari mikroba patogen yang terdapat dalam bahan mentah tersebut. Monitoring
: Suatu verifikasi bahwa proses pengolahan atau cara penanganan pada setiap control point telah dilaksanakan dengan benar.
Resiko
: Suatu kemungkinan bahwa hazard akan dirasakan.
B. Tujuan HACCP Tujuan utama sistem HACCP sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi massal dan didistribusikan untuk mengetahui potensi bahaya-bahaya yang ada yang berhubungan dengan jenis bahan pangan yang akan diolah demi terciptanya makanan yang sehat untuk konsumen. Menurut Winarno (2004), tujuan beberapa. industri menggunakan sistem HACCP diantaranya: 1. Untuk memproduksi produk pangan yang aman setiap saat. 2.
Untuk memberikan bukti sistem produksi dan penanganan produk yang aman.
3. Untuk memberikan rasa percaya diri pada produsen akan jaminan keamanannya. 4. Untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan akan konformitasnya terhadap standar nasional maupun internasional. 5. Untuk memenuhi standar dan regulasi pemerintah. 6. Penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien. Penerapan HACCP dalam industri pangan memerlukan komitmen yang
tinggi
dari
pihak
manajemen
perusahaan
yang
bersangkutan.
Disamping itu, agar penerapan HACCP ini sukses maka perusahaan perlu memenuhi prasyarat dasar industri pangan yaitu, telah diterapkannya Good
5
Manufacturing
Practices (GMP)
dan Standard
Sanitation
Operational
Procedure (SSOP). C. Ruang Lingkup Analisa Hazard Terdapat tiga bahaya (hazard) yang dapat menyebabkan makanan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi, yaitu hazard biologis, kimiawi, dan fisik, yaitu :
a. Hazard Biologis Hazard seperti ini muncul dalam bentuk mikroorganisme patogen yang dapat memberikan pengaruh langsung, akibat tumbuh dalam atau mengkontaminasi makanan yang kemudian tertelan, maupun tidak langsung
akibat
memproduksi
racun
(keracunan
makanan/ food
poisoning ), menyebabkan penyakit infeksi atau infestasi. Misalnya : E. coli pathogenik, Listeria monocytogenes, Bacillus sp., Clostridium sp., Virus hepatitis A, dan lain – lain. Mikroorganisme memiliki kebutuhan dasar yang berhubungan dengan: -
Suhu optimum pertumbuhan
-
Kelembaban
- Asiditas optimum -
Sumber makanan Karena jika tumbuh dalam kondisi yang tepat mikroorganisme akan
menimbulkan masalah. Tindakan pengendalian dan pencegahan harus difokuskan disekitar pemusnahan kebutuhan dasar ini. Tim HACCP akan membandingkan informasi yang dikumpulkan selama tahap deskripsi produk dengan kondisi pertumbuhan yang dilakukan
oleh
mikroorganisme
patogen.
Kemampuan
untuk
menafsirkan data mikrobiologi semacam ini memang penting untuk produk yang sensitif terhadap kontaminasi dan pertumbuhan mikroba.
b. Hazard Kimiawi Kontaminasi zat kimia pada bahan makanan dapat terjadi melalui ingredient, saat produksi atau selama distribusi/penyimpanan, dan dampaknya pada konsumen bisa berupa dampak jangka panjang (misalnya karsinogenik), jangka pendek (misalnya reaksi alergi) atau dampak teratogenik (misalnya BSE pada hewan).
6
Beberapa contoh kontaminasi zat kimia antara lain : - Pada
bahan
mentah :
Pestisida/herbisida,
racun (alami atau
dihasilkan oleh mikroba), alergen, antibiotic, residu hormon, dan logam berat - Selama proses : Agen pembersih, pelumas, zat pendingin, zat kimia
pengendali hama, toksin, alergen - Dari kemasan : Bahan plastik dan zat aditif, tinta, zat perekat,
peluruhan logam dari kaleng Berdasarkan bentuk senyawanya bahaya kimia dalam system HACCP telah membedakan bahaya kimia tersebut, yaitu anorganik dan organik. - Bahaya kimia inorganic : metal, dan senyawa-senyawa seperti merkuri, copper, iron oxide, lead sulphate, zinc phosphate; asam inorganik seperti asam sulfur, asam hidroklorik, asam nitric; alkalis inorganik seperti sodium hydroxide, potassium hydroxide; non metal seperti carbon,
sulphur,nitrogen,
chlorine,
bromine, hydrogen; dan gas-gas inorganic seperti CO,CO2, Ammonia, H2S. - Bahaya Kimia organic
: Pada umumnya kimia organik adalah senyawa- senyawa yang terdiri dari satu atau lebih atom karbon. Kimia organik yang hanya
terdiri
dari
atom
carbon
dan
hydrogen disebut hidrokarbon. Senyawa
organik
berdasarkan
dapat
fungsinya
dikelompokkan yang
berikatan
dengan rantai karbon. Tim HACCP perlu mengkaji ulang setiap zat kimia toksik yang ada pada bangunan juga mempertimbangkan semua kontaminasi potensial dalam bahan mentah atau kemasan.
c.
Hazard Fisik Hazard fisik merupakan zat atau benda asing yang dapat mengkontaminasi bahan makanan kapan saja selama berlangsungnya
7
produksi. Kajian HACCP dapat mengidentifikasi semua zat asing potensial
dan
kajian
tersebut
dapat
diperluas
untuk
mencakup
permasalahan mutu dan legalitas, tetapi pengendalian di bidang itu harus dipisahkan dengan tegas dari tindakan yang memang sangat menentukan di dalam keamanan makanan.
Zat asing dapat dipandang sebagai hazard pada keamanan makanan jika zat tersebut masuk dalam kategori sebagai berikut. Sesuatu yang tajam dan menyebabkan nyeri dan cedera (misalnya
-
serpihan kayu, pecahan gelas) Sesuatu yang dapat menyebabkan kerusakan gigi yang parah
-
(misalnya logam, batu) Sesuatu yang dapat menyebabkan tersedak (misalnya tulang atau
-
plastik)
Alasan lain untuk mengatasi kontaminasi zat asing adalah bahwa zat
dapat
bertindak
sebagai
sarana
untuk
kontaminasi
silang
mikrobiologi. Contohnya adalah keberadaan lalat dalam kue krim yang baru matang. Disini hazard muncul akibat perpindahan mikroorganisme patogen dari lalat ke dalam kue, bukan lalat itu sendiri yang menjadi hazard. Berikut ini sumber informasi yang dapat sangat berguna saat melakukan analisis hazard dalam ketiga kelompok diatas. -
Informasi yang diterbitkan dalam buku, jurnal ilmiah, dan internet
-
Konsultan/ spesialis
-
Lembaga penelitian
-
Pemasok/pelanggan Semua informasi harus dikaji dan dievaluasi secara menyeluruh
sebelum membuat kesimpulan.
D.
Tahapan dan Prinsip HACCP Ada 12 tahapan implementasi sistem HACCP menurut pedoman yang diterbitkan oleh CAC (Codex Alimentarius Commision) yang terdiri dari 5 langkah awal persiapan dan diikuti dengan 7 langkah berikutnya yang
8
merupakan Prinsip HACCP (Thaheer, 2005). Tahapan-tahapan tersebut yaitu:
1. PEMBENTUKAN TIM HACCP Tim
terdiri dari tenaga ahli yang bertanggung jawab dan terlibat
langsung
dalam
suatu
unit
proses.
Tim
terdiri
dari
seorang
manajer/pengawas yang bertanggung jawab langsung pada proses, seorang ahli teknik, seorang manajer penjamin kualitas, seorang ahli mikrobiologi, dan beberapa anggota. Jumlah tim sebaiknya minimal 3 orang dan maksimal 5 orang (Winarno, 2004). Tim HACCP harus mempunyai pengetahuan yang cukup akan produk dan prosesnya. 2. DESKRIPSI PRODUK Tim HACCP Tim bertugas untuk mendeskripsikan produk, mendeskripsikan cara distribusi,
menjelaskan
penggunaan,
dan
menjelaskan
target
konsumen. Deskripsi produk yang lengkap harus digambarkan, termasuk
informasi
mengenai
komposisi,
struktur
kimia/fisika,
perlakuan yang dilakukan (pemanasan, pembekuan, penggaraman, pengasapan, dsb), pengemasan, kondisi penyimpanan, daya tahan, persyaratan standar, metode pendistribusian, dan lain-lain agar segala informasi tentang produk yang dibutuhkan jelas. 3. IDENTIFIKASI TUJUAN PENGGUNAAN Setiap
produk
penggunaannya
harus dan
ditentukan diidentifikasi
terlebih sasaran
dahulu
rencana
konsumennya.
Pengelompokkan konsumen penting dilakukan untuk menentukan tingkat resiko dari setiap produk. Tujuan penggunaan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi apakah produk tersebut dapat diberikan kepada semua populasi atau hanya populasi tertentu (balita, ibu hamil, dsb). 4. MENYUSUN DIAGRAM ALIR Langkah selanjutnya tim HACCP harus membuat diagram alir. Diagram alir adalah suatu alur proses yang disusun dalam suatu diagram secara sederhana namun lengkap dan jelas menguraikan proses dari awal hingga akhir produksi. Diagram tersebut juga harus mencakup data yang diperlukan untuk analisis bahaya mikrobiologis.
9
Apabila suatu tahapan tidak tercantum, besar kemungkinan akan muncul bahaya yang tidak dapat dikendalikan. 5. VERIFIKASI LAPANGAN DIAGRAM ALIR Tim HACCP harus melakukan konfirmasi proses produksi apakah sesuai dengan bagan alir pada seluruh tahapan operasi pengolahan berdasarkan GAP (Good Agricultural Practices), GHP (Good Handling Practices),
GMP
(Good
Manufacturing
Practices),
GDP
(Good
Distribution Practices), dan GCP (Good Katering Practices). 6. IDENTIFIKASI BAHAYA (PRINSIP 1) Identifikasi
bahaya/hazard
adalah
proses
pengumpulan
dan
penilaian informasi mengenai bahaya dan keadaan sampai dapat terjadi bahaya, untuk menentukan mana yang berdampak nyata terhadap keamanan pangan, dan harus ditangani dalam rencana HACCP (Thaheer, 2005). Bahaya itu sendiri adalah suatu agen baik biologis, kimiawi, maupun fisik, yang berpotensi menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan (Mortimore, 2001). Ada 3 tujuan dari proses analisis bahaya, yaitu:
Teridentifikasinya bahaya-bahaya yang penting
Menganalisa bahaya berbasis resiko untuk memilih bahaya yang
potensial
Memilih
cara
teridentifikasi
pencegahan untuk
berdasarkan
meyakinkan
dan
bahaya
meningkatkan
yang
telah
keamanan
pangan Bahaya dapat berupa kontaminan biologis, kimiawi, dan fisik. Beberapa contoh yang tergolong kontaminan biologis adalah bakteri, parasit, fungi, dan virus. Yang tergolong kontaminan kimiawi diantaranya pestisida, formalin, boraks, dan lain-lain. Yang termasuk cemaran fisik adalah plastik, isi staples, pecahan kaca, dan lain-lain. 7. MENENTUKAN PENGENDALIAN TITIK KRISIS (PRINSIP 2) Titik kendali kritis (CCP) adalah titik di dalam tahapan pengelolaan makanan dimulai dari bahan mentah hingga makanan matang, yang apabila
tidak
dikendalikan
memungkinkan
timbulnya
resiko
keamanan pangan (Thaheer, 2005). Titik-titik dalam pengelolaan makanan
yang
mungkin
10
menjadi
CCP
berupa
pemasakan,
pembekuan, prosedur sanitasi tertentu, kontrol formulasi produk, pencegahan kontaminasi silang, dan lain-lain. Banyak titik-titik yang terdapat
dalam
pengelolaan
makanan,
tetapi
tidak
semua
merupakan titik control kritis. 8. MENETAPKAN BATAS KRITIS (PRINSIP 3) Setelah semua CCP teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah
menetapkan batas kritis (cut of point) antara “aman” dan “tidak aman” untuk setiap CCP. Batas kritis ini didapatkan dari berbagai sumber misalkan petunjuk dan standar pemerintah, literatur, studi keilmuan, dan konsultasi dengan ahli. Pastikan semua CCP sudah
tergolong “aman” sebelum menuju ke langkah selanjutnya. 9. MENETAPKAN PROSEDUR SISTEM MONITORING (PRINSIP 4) Monitoring adalah kegiatan memastikan seluruh CCP dalam proses berjalan
sesuai
dengan
batasan-batasan
kritis.
Kegiatan
ini
menjamin bahwa batas kritis tidak terlampaui. Dalam menyusun prosedur monitoring, diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang terdiri dari what, who, where, when, dan how seperti apa yang harus dievaluasi, dengan metode apa, siapa yang melakukan, dan lainlain. Ada 5 cara monitoring CCP, yaitu: 1. Observasi visual 2. Evaluasi sensori 3. Pengujian fisik 4. Pengujian kimia 5. Pengujian mikrobiologi Umumnya prosedur monitoring CCP harus dilakukan dengan cepat dan kontinyu. Jika pemantauan tidak dilakukan secara terus menerus, maka jumlah atau periode pemantauan harus cukup untuk menjamin CCP berada dalam pengendalian. Semua dokumen dan pencatatan yang berhubungan dengan monitoring CCP harus ditandatangani oleh seseorang yang melakukan monitoring dan oleh penanggung jawab. Data monitoring yang diperoleh harus dinilai oleh orang yang berkompeten untuk memberikan perbaikan jika diperlukan. 10. TINDAKAN KOREKTIF (PRINSIP 5) Jika
hasil
pemantauan
menunjukkan
adanya
penyimpangan
terhadap batasan kritis suatu CCP, maka perlu dilakukan tindakan
11
korektif (perbaikan). Tindakan korektif adalah prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan ketika terjadi kesalahan serius, kritis ditemukan,
batas
kritis
terlampaui,
dan
kegagalan
dalam
pengawasan pada CCP (Winarno, 2004). Fungsi tindakan korektif adalah mengeliminasi potensi bahaya dan resiko yang akan ditimbulkan dari kegagalan-kegalan di atas. Tindakan harus menjamin bahwa seluruh CCP telah berada di dalam pengendalian. Prosedur adanya penyimpangan dan pengaturan produk harus didokumentasikan dalam record keeping HACCP. 11. MENETAPKAN PROSEDUR VERIFIKASI (PRINSIP 6) Prosedur
verifikasi
menekankan
kepada
kesesuaian
antara
pelaksanaan program HACCP dengan rencana HACCP. Dalam pelaksanaannya terdapat 2 tipe verifikasi yaitu verifikasi internal dan verifikasi eksternal. Verifikasi internal dilakukan oleh produsen, sedangkan verifikasi eksternal dilakukan oleh lembaga verifikasi atau sertifikasi. Baik verifikasi internal maupun eksternal, secara umum memiliki 4 jenis kegiatan yaitu: 1. Validasi HACCP 2. Peninjauan kembali hasil pemantauan 3. Pengujian produk 4. Auditing 12. MENETAPKAN SISTEM PENCATATAN (PRINSIP 7) Ini merupakan tahap akhir dari langkah-langkah penerapan HACCP. Prosedur pencatatan dan dokumentasi HACCP pada semua tahapan harus tercakup dan tersusun dalam satu pedoman, tujuannya
adalah
sebagai
bukti
keamanan
produk,
jaminan
pemenuhan peraturan, kemudahan pelacakan produk, rekaman pengukuran, dan sumber tinjauan data yang diperlukan untuk audit.
E.
Bahan Baku Daging Balado 1. Telur Ayam Telur merupakan bahan pangan yang padat gizi, mudah diolah, dan harga relatif murah jika dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Dalam satu butir telur dengan ukuran yang besar dapat
12
mengandung kolesterol sampai 186 mg, yang semuanya terdapat dalam kuning telur serta terdapati 1/3 asam lemak jenuh dan 2/3 asam lemak tak jenuh didalam telur . selain itu, telur adalah sumber protein penting karena mengandung 8 asam amino esensial dan mempunyai daya cerna yang tinggi. Tabel 2.1 Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Telur Ayam Segar
Komposisi kimia
Telur ayam segar utuh
kuning
putih
Kalori (kkal)
162
361
50
Protein (g)
12,8
16,3
10,8
Lemak (g)
11,5
31,9
0
Karbohidrat (g)
0,7
0,7
0,8
Kalsium (g)
54
147
6
Fosfor (g)
180
586
17
Vitamin A (SI)
900
2000
0
Vitamin B (SI)
0,1
0,27
0
Sumber: Komposisi Bahan Makanan, Departemen Kesehatan, 1972 Sebelum melakukan penyimpanan telur ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
Telur yang dicuci dengan air bersih sebelum disimpan dalam lemari pendingin/kulkas, akan tetap baik sampai sekitar 14 hari.
Simpanlah telur pada tempat yang bersih, ventilasi cukup dengan suhu di bawah 15oC dan kelembaban 75% - 90%
Telur sebaiknya disimpan pada baki telur (egg tray) yang bersih dan telur yang baik disimpan terpisah dengan telur yang rusak.
Pemasakan telur harus dilakukan dengan benar agar terhindar dari kontaminasi selama pengolahan, pemasakan telur yang baik diantaranya dapat dilakukan dengan cara :
pemasakan telur sebaiknya dilakukan secara sempurna pada suhu minimum 85 oC selama minimum satu menit.
13
Hindari mengonsumsi telur dalam keadaan mentah. Apabila direbus (setengah matang) harus pada suhu minimal 70o C.
14
a. Persyaratan Mutu Telur Ayam (SNI 3926 : 2008) 1)
Mutu fisik Tingkatan mutu telur ayam secara fisik dapat dilihat pada tabel di berikut ini Tabel 2,2 Tingkatan Mutu Fisik Telur Ayam
No.
Faktor Mutu Mutu I
1
Normal Halus Tebal Utuh Bersih
Normal Halus Sedang Utuh Sedikit noda kotor (stain)
Abnormal Sedikit kasar Tipis utuh banyak noda dan kotor
Kondisi kantung udara (dilihat dengan peneropongan) Kedalaman kantong Kebebasan bergerak
3
Mutu III
Kondisi kerabang Bentuk Halus Ketebalan Ketebalan Kebersihan
2
Tingkatan Mutu Mutu II
<0,5 cm Tetap ditempat
0,5 - 0,9 cm Bebas bergerak
>0,9 cm Bebas bergerak dan terdapat kantung udara
Kebersihan
Bebas bercak darah atau benda asing lainnya
Kekentalan
Kental
Bebas bercak Ada sedikit darah atau bercak darah, benda asing tidak ada lainnya benda asing lainnya Sedikit encer encer, kuning telur belum tercampur dengan putih telur 0,092 – 0,133 0,05 – 0,091
Kondisi putih telur
0,134 – 0,175
Indeks 4. Kondisi kuning telur Bentuk Posisi
bulat di tengah
Penampakan batas Kebersihan 5. Bau
tidak jelas bersih khas
15
agak pipih sedikit bergesar dari tengah agak jelas bersih Khas
pipih agak kepinggir jelas ada sedikit bercak darah khas
2) Mikrobiolgis Tabel 2,3 Tingkatan Mutu Mikrobiologis Telur Ayam No
1
Jenis Cemaran
count
Satuan
Mutu mikrobiologis (Batas Maksimum Cemaran Mikroba/BMCM)
Cfu/g
1x105
Cfu/g
1x102
2
Total plate (TPC) Coliform
3
A. Colli
MPN/g
5x101
4
Salmonella sp
Per 25 g
Negative
1. Bawang merah Bawang merah merupakan tanaman famili Liliaceae yang terdiri dari lebih dari 500 spesies. Komponen sulfur yang paling banyak terkandung dalam tanaman bawang adalah dari kelompok allyl, sehingga bawang dinamakan Allium. Diduga tanaman ini berasal dari Asia Tengah, Barat dan Mediterania yang kemudian diusahakan secara luas di daerahdaerah Asia yang beriklim tropis. Bawang merah mempunyai daun agak bulat, lurus memanjang, berlubang pada bagian tengahnya seperti pipa dan memiliki umbi yang tersusun atas lapisan-lapisan pelepah daun yang bervariasi bentuk, ukuran dan warnanya untuk masing-masing varietasnya. Kandungan bahan kering dalam bawang merah dan bawang bombay sekitar 10 –15 persen. Kandungan kadar gula (berat kering) adalah 41.5 – 74 persen, gula pereduksi 12 – 23 persen dan phenol 1.8 – 3.0 persen. Semakin merah warna bawang semakin tinggi kadar phenol.
16
Tabel 2.4 Kandungan zat gizi dalam 100 gram bawang merah
a.
No.
Kandungan
satuan
Berat
1
Air
G
81
2
Kalori
kkal
67
3
Protein
G
1,9
4
Lemak
G
0,3
5
Karbohidrat
G
15
6
Serat
G
0,7
7
Kalsium
mg
36
8
Fosfor
mg
45
9
Besi
mg
0,8
10
Beta carotene
ug
Kelumit
11
Tiamin
mg
0,04
Persyaratan Mutu Bawang Merah (SNI 3159 : 2013) Standar mutu bawang merah yang telah ada digolongkan dalam dua jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II. Tabel 2.5. Standar Mutu Bawang Merah Syarat
Karakteristik
Mutu I
Mutu II
Kesamaan sifat varietas
Seragam
Seragam
Ketuaan
Tua
Cukup tua
Kekerasan
Keras
Diameter (cm)
Min. 1,7
Min. 1,3
Maks. 5
Maks. 8
Maks. 1
Maks. 2
Tidak ada
Tidak ada
Kerusakan (% bobot/bobot) Busuk (% bobot/-bobot) Kotoran (% bobot/bobot)
17
Cukup keras kompak
2. Bawang Putih Bawang putih merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 30-60 m dan membentuk rumpun sebagaimana warga kelompok monokotil, sistem perakarannyaa tidak berupa akar tunggang, melainkan akar erabut yang tidak panjang. Dengan perakaran yang demikian bawang putih tidak tahan terhadap kekeringan. Akar bawang putih mempunyai panjang maksimum sekitar 10 cm. Tanaman bawang putih diduga berasal dari Cina, kemudian menyebar ke daerah laut tengah, dan beberapa negara di dunia. Budidaya bawang putih telah ada sejak abad ke 16, dan kini sentra primer dari tanaman ini adalah Cina, India, Asia Tengah, Meksiko Selatan, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tanaman bawang putih diduga masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke 19, bersamaan dengan arus lalulintas pedagangan antar negara ke Indonesia, terutama dari pedagang Cina dan India. Menurut Dr. Paavo Airola, seorang peneliti gizi dan pendiri The International Academy of Biological Medecine, seperti dikutip oleh Santoso (1991), telah berhasil ditemukan dan diisolasikan sejumlah komponen aktif dari bawang putih, yaitu sebagai berikut :
Allisin, zat aktif yang mempunyai daya bunuh terhadap bakteri dan daya anti radang
Alliin, suatu asam amino yang bersifat antibiotik. • Gurwithcrays, (sinar
gurwich),
radiasi
mitogenetik
yang
merangsang
pertumbuhan sel tubuh dan mempunyai daya peremajaan (rejuvenating effect) pada semua fungsi tubuh.
Antihemolytic factor, faktor anti lesu darah atau anti kekurangan sel-sel darah merah.
Antiarthritic Antiarthr itic factor, (faktor antirematik), antirematik ), yang dibuktikan dalam penelitian- penelitian di Jepang, terutama di rumah sakit angkatan darat.
Sugar regulating factor, (faktor pengatur pembakaran gula secara
normal
efisien
dalam
tubuh),
menunjang
untuk
pengobatan diabetes.
Allitiamin, suatu sumber sumber ikatan-ikatan ikatan-ikatan biologi biologi yang yang aktif aktif serta vitamin B1.
18
Selenium, suatu mikro mineral yang merupakan faktor yang bekerja
sebagai
antioksidan.
Selenium
juga
mencegah
terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah jantung dan otak.
Germanium, seperti selenium, merupakan mineral anti kanker yang ampuh, yang dapat menghambat dan memusnahkan selsel kanker dalam tubuh.
Antioksidan, anti racun racun atau pembersih pembersih darah dari racun-racun bakteri ataupun polusi logam-logam berat.
Metilallil trisulfida, mencegah pengentalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah jantung dan otak. Tabel 2.6 Kandungan zat gizi dalam 100 gram bawang putih
No.
Kandungan Kandungan
Satuan
berat
1
Air
G
6,6
2
Kalori
Kkal
122
3
Protein
G
7
4
Lemak
G
0,3
5
Karbohidrat
G
25
6
Serat
G
1,1
7
Kalsium
Mg
26
8
Fosfor
Mg
109
9
Besi
Mg
1,2
19
a.
Persyaratan Mutu Bawang Putih (SNI 3160 : 2013) Standar mutu bawang merah yang telah ada digolongkan dalam dua jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II. Tabel 2.7. Standar Mutu Bawang Putih Syarat
Karakteristik
Mutu I
Mutu II
Kesamaan sifat varietas
Seragam
Seragam
Tingkat ketuaan
Tua
Tua
Kekompakan siung
Kompak
Kurang kompak
Kebernasan siung
Bernas
Kurang bernas
Kekeringan
Kering simpan
Kering simpan
Sempurna menutup
Kurang sempurna
umbi
menutup umbi
Diameter (cm)
Min. 3,0
Min. 2,5
Kerusakan (% bobot/-bobot)
Maks. 5
Maks. 8
Busuk (% bobot/-bobot) bobot/-bob ot)
Maks. 1
Maks. 2
Kotoran (% bobot/-bobot) bobot/-bobot)
Tidak ada
Tidak ada
Kulit luar pembungkus umbi
3. Cabai Merah Cabai (Capsicum annuum L.) adalah tanaman yang termasuk ke dalam keluarga tanaman Solanaceae. Cabai mengandung senyawa kimia yang dinamakan capsaicin (8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide). Tanaman cabai pada mulanya diketahui berasal dari Meksiko, dan menyebar di negara-negara sekitarnya di Amerika Selatan dan Amerika Tengah pada sekitar abad ke-8. Dari Benua Amerika kemudian menyebar ke benua Eropa diperkirakan pada sekitar abad ke-15. Kini tanaman cabai sudah menyebar ke berbagai negara tropik terutama di benua Asia, dan Afrika (Tim Bina Karya Tani, 2009). Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Vitamin A, B, dan Vitamin C
20
Tabel 2.8 Kandungan zat gizi dalam 100 gram cabai merah No.
Kandungan
satuan
berat
1
Air
G
2
Kalori
kkal
311
3
Protein
G
15,9
4
Lemak
G
6,2
5
Karbohidrat
G
61,8
6
Kalsium
mg
160
7
Fosfor
mg
370
8
Besi
mg
370
9
Vit a
SI
576
10
Vit. B
mg
0,05
11
Vit. C
mg
70
Sumber: Depertemen Kesehatan a.
Persyaratan Mutu Cabai Merah (SNI 4480 : 1998) Kualitas cabai merah besar segar berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 4480-1998) dijelaskan pada tabel di berikut ini Tabel 2.9. Kualitas Cabai Merah Segar
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Uji Keseragaman warna Keseragaman Bentuk Keseragaman ukuran : - Panjang buah - Garis tengah pangkal Kadar kotoran Tingkat kerusakan dan busuk
Mutu I Merah >95% Seragam (98%) 98% Normal
Syarat Mutu II Merah ≥95% Seragam (96%) 96% Normal
Mutu III Merah ≥95% Seragam (95%) 95% Normal
12 – 14 cm 1,5 – 1,7 cm 1%
9 – 10 cm 1,3 – 1,5 cm 2%
<9 cm <3 cm 5%
0%
1%
2%
4. Tomat Tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.) adalah tumbuhan dari
keluarga Solanaceae, yang pada mulanya banyak tumbuh di Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Dilihat dari masa
21
pertumbuhannya, tomat merupakan tumbuhan dengan siklus hidup singkat, yakni tidak hanya dapat hidup tidak lebih dari 1 tahun (Duriat, 1997). Varietas tomat yang ada di Indonesia adalah varietas Intan, Ratna, Berlian, Mutiara, Mirah, Opal, Zamrud, Moneymaker, Precious F1 hybrid (TW-375), varietas Farmers 209 F1 hybrid (TW-369), Sugar Pearl F1 hybrid (TW-373) dan masih banyak varietas lainnya.
Penamaan
tersebut merupakan penamaan yang resmi dikeluarkan pemerintah, sedangkan nama-nama lain yang sering dipakai dalam perdagangan diantaranya adalah tomat biasa, tomat apel, tomat kentang, dan tomat keriting (Setiawan, 1994). Definisi tomat segar menurut SNI 01-3162-1992 adalah buah dari tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dalam keadaan utuh, segar dan bersih. Kesamaan sifat varietas dinyatakan seragam apabila terdapat keseragaman dalam bentuk tomat normal (bulat, bulat lonjong, bulat pipih, lonjong dan beralur) dan warna kulit buah. Buah tomat dinyatakan tua apabila buah tomat telah mencapai tingkat perkembangan
fisiologi
yang
menjamin proses
pematangan
yang
sempurna, dan isi dari dua atau lebih rongga buah telah berisi bahan yang mempunyai konsistensi/kekentalan serupa jeli dan biji-biji mencapai
tingkat
perkembangan
dinyatakan
terlalu
matang
dan
yang lunak
sempurna. apabila
buah
Buah
telah tomat
tomat
telah
mencapai kematangan penuh dengan tekstur daging yang lunak dan dianggap telah lewat waktu pemasarannya. Tabel 2.10. Kandungan Gizi Buah Tomat dalam 100 g No.
Zata Gizi
Jumlah Kandungan
1.
Kalori
20 kkal
2.
Vitamin C
40 milligram
3.
Vitamin A
1.500 SI (Satuan Indonesia)
4.
Kalsium
5 milligram
5.
Protein
1,0 gram
6.
Lemak
0,3 gram
7.
Karbohidrat
4,2 gram
22
Sumber : Departemen Kesehatan RI tahun 2000 dalam Supriyono (2012)
a. Persyaratan Mutu Tomat Merah Segar (SNI 01-3162-1992) Kualitas
cabai
merah
besar
segar
berdasarkan
Standar
Nasional Indonesia (SNI 4480-1998) dijelaskan pada tabel di berikut ini. Tabel 2.11 Kualitas Tomat Merah Segar No.
Jenis Uji
Satuan
1 2
Kesamaan sifat, varietas Tingkat ketuaan
-
3 4 5 6
Ukuran Kotoran Kerusakan (jumlah/jumlah) Busuk (jumlah/jumlah)
% %
Persyaratan Mutu I Mutu II Seragam Seragam Tua, tapi Tua, tapi tidak tidak terlalu terlalu matang, matang, tidak terlalu tidak terlalu kunak kunak seragam seragam Tidak ada Tidak ada Maks 5 Maks 10 Maks 1 Maks 1
5. Gula pasir Gula pasir adalah jenis gula yang berbentuk butiran kecil seperti pasir. Warnanya putih kecoklatan. Gula jenis ini paling banyak digunakan untuk konsumsi sehari-hari. Karena bentuknya yang berupa butiran kecil, gula pasir mudah larut dalam makanan dan minuman sehingga mudah digunakan.
a). Persyaratan Gula Pasir (SNI 3140.3:2010) Kualitas Gula Pasir berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 3140.3:2010) dijelaskan pada tabel di bawah berikut ini.
23
Tabel 2.12 Kualitas Gula Pasir
No. 1 1.1 1.2 2 3 4 5 6 6.1 7 7.1 7.2 7.3
Parameter Uji
Satuan
Warna Warna Kristal CT Warna larutan 1U (ICUMSA) Besar jenis butir Mm Susut pengeringan % (b/b) Polarisasi (°Z, 20°C), “Z Abu konduktiviti (b/b) %” Bahan tambahan pangan Belerang dioksida Mg/kg (SO2) Cemaran logam Timbal (Pb) Mg/kg Tembaga (Cu) Mg/kg Arsen (As) Mg/kg
Persyaratan GKP 1 GKP 2 4,0 -7,5 81 – 200
7,6 - 10,0 201 – 300
0,8 - 1,2 maks 0,1
0,8 - 1,2 maks 0,1
min 99,6 Maks 0,1
min 99,5 maks 0,15
Maks 30
Maks 30
Maks 2 Maks 2 Maks 1
Maks 2 Maks 2 Maks 1
6. Garam Garam beryodium adalah garam konsumsi yang ditambah dengan senyawa yodium. Jumlah yodium yang dihitung sebagai kalium iodat (KIO3) tidak kurang dari 30 mg/kg. Sumber yodium lain yang dapat ditambahkan selain kalium iodat ((KIO3) adalah kalium iodida (KI), natrium iodida atau natrium iodat (NaO3). Karakteristik dasarnya adalah kadar natrium klorida (NaCl) tidak kurang dari 94,7% dan kadar air tidak lebih dari 7%.
a. Persyaratan Mutu Garam Beryodium (SNI 3556 : 2010) Persyaratan mutu garam beryodium yang aman dikonsumsi akan dijelaskan pada tabel di bawah berikut ini.
24
Tabel 2.13 Syarat Mutu Garam Konsumsi Beryodium Kriteria Uji Kadar air (H2O) (b/b) Kadar NaCl (Natrium Chlorida) dihitung dari jumlah klorida (Cl -) (b/b) adbk Bagian yang tidak larut dalam air (b/b) adbk Yodium dihitung sebagai kalium iodidat (KIO3) adbk Cemaran logam - Kadmium (Cd) - Raksa (Hg) - Timbal (Pb) Arsen (Ar)
Satuan %
Syarat Maks.7
%
Min. 94
%
Maks. 0,5
mg/kg
Min. 30
mg/kg mg/kg mg/kg %b/b
Maks. 0,5 Maks. 0,1 Maks. 10,0 Maks. 0,1
7. Penyedap makanan Suatu makanan mempunyai rasa asin,manis,asam atau pahit dengan aroma yang khas,sehingga dapat dikatakan bahwa rasa sedap (flavor) merupakan gabungan dari perasaan yang terdapat dalam mulut termasuk mouth feel. Mouth feel saat makan adalah perasaan kasar-licin, lunak-liat, ataupun cair-kental. Bahan penyedap secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Bahan penyedap alami, seperti bumbu/herba, minyak essensial dan turunannya, oleoresin, penyedap sari buah, isolat penyedap, dan ekstrak tanaman atau hewan. 2. Bahan penyedap sintesis atau penyedap artificial. Penyedap jenis ini merupakan komponen atau zat-zat yang dibuat menyerupai flavor penyedap alami. Penyedap ini dapat dibuat dari bahan penyedap (flavor) yang berasal dari gabungan penyedap alami atau komponen penyedap itu sendiri. Penyedap makanan buatan atau yang dalam MSG (Monosodium Glutamate) adalah bahan yang digunakan untuk menyedapkan makanan supaya terasa gurih dan lebih terasa di lidah.MSG juga kita kenal dengan sebutan Vetsin atau Micin yang rumus kimianya HCOCPCH (NH2) 2 COO-NA
hasil
campuran
asam
glutamat
dan
natrium
Hidruksid. Berdasarkan Joint FAO/WHO
Expert
Committee
on
Food
Additives (JECFA) tahun 1987, MSG dimasukkan ke dalam kategori
25
Acceptable Daily Intake (ADI) not specified, artinya MSG dapat digunakan secukupnya yang diatur sesuai dengan cara produksi pangan yang baik. Jumlah bahan tambahan makanan ini dikonversikan per kg berat badan yang juga dikonsumsi setiap hari seumur hidup tidak akan memberikan risiko bagi kesehatan. Meskipun demikian, MSG tidak diperkenankan untuk dikonsumsikan kepada bayi berumur kurang dari 12 minggu (3 bulan).
8. Minyak kelapa sawit Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality ) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid ) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % ‐ 2,1 % (terendah). Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty acids, esterified , serta glycerol yang masih banyak lemaknya. Didalam keduanya tinggi serta penuh akan fatty acids, antara 50% dan 80% dari masing ‐masingnya. Minyak kelapa sawit mempunyai 16 nama carbon yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan dalam minyak kelapa minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid. Minyak kelapa sawit sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian dari vitamin E. Minyak kelapa sawit didalamnya banyak mengandung vitamin K dan magnesium. Napalm a.
Persyaratan Mutu Minyak Kelapa Sawit (SNI 3741 : 2013) Adapun standar mutu minyak goreng di Indonesia diatur dalam SNI 01-3741-2013 menurut (Wijana, dkk., 2005). Standar mutu minyak goreng telah dirumuskan dan ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) yaitu SNI 01-3741-2013, SNI ini merupakan revisi dari SNI 01-3741-2002, menetapkan bahwa
26
standar mutu minyak goreng seperti dijelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 2.14 Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit Kriteria Uji Keadaan bau, warna, rasa Air Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam larut) Bahan Makanan Tambahan Cemaran logam - Besi (Fe) - Tembaga (Cu) - Raksa (Hg) - Timbal (Pb) - Timah (Sn) Arsen (Ar) Angka peroksida
Satuan %b/b
Syarat Normal Maks. 0,30
%b/b
Maks. 0,30
Sesuai SNI 022 – M dan Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/88 mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg %b/b mg O2%
Maks. 1,5 Maks. 0,1 Maks. 0,1 Maks. 40,0 Maks. 0,005 Maks. 0,1 Maks. 1
9. Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehinggaapabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990.) Syarat
–
Syarat
air
bersih
menurut
Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990 :
1. Syarat-syarat fisik. Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25 oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25 oC ± 3oC. 2. Syarat-syarat Kimia. Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2 agresif,
27
kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat. 3. Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis. Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air. 4. Syarat-syarat
Radiologis.
Persyaratan
radiologis
mensyaratkan
bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
28
BAB III METODOLOGI
A. Ruang Lingkup Analisis bahaya dan pengawasan titik kritis (HACCP) telur balado ini dilakukan selama 2 hari, yaitu pada tanggal 13 – 14 Oktober 2017. Pelaksanaan pengamatan dilakukan di Unit Produksi Makanan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang meliputi : 1) Ruang Penerimaan Bahan Makanan 2) Ruang Penyimpanan Gudang Kering 3) Ruang Penyimpanan dan Persiapan Bumbu 4) Ruang Penyimpanan Lauk Hewani 5) Ruang Pengolahan Makanan Kelas I,II,III (Dapur Umum) 6) Ruang Distribusi Makanan B.
Jenis Data Data primer diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan yang dilakukan dari tahap awal penerimaan bahan makanan, penyimpanan, persiapan bahan, pengolahan telur balado hingga tahap akhir distribusi. Data sekunder diperoleh melalui wawancara langsung kepada petugas pelaksana mulai dari tahap awal hingga akhir proses distribusi.
C.
Cara Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui teknik pengamatan dan wawancara kepada petugas penerimaan, pramugudang, petugas persiapan, pengolahan daging balado (juru masak) dan distributor (pramusaji).
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan Dalam melakukan pengawasan mutu makanan menggunakan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point ) hal pertama yang harus dilakukan yaitu membuat lembar kerja (worksheet) yang berhubungan dengan deskripsi produk, karakteristik bahan baku, analisis bahaya (hazard ) bahan baku, analisis bahaya proses dan rencana kegiatan terhadap proses produksi makanan. Lembar kerja yang telah dibuat akan digunakan sebagai alat pengawasan mutu dalam produksi makanan. Pengawasan mutu yang telah kami lakukan di Unit Produksi Makanan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yaitu pengawasan terhadap produk telur balado dilakukan dengan cara mengamati setiap proses, dimulai dari persiapan hingga pemasakan salah satunya yaitu melihat pengupasan telur yang termasuk CCP dan mencatat hasil pengamatan dan temuan dalam proses produksi telur balado. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penerapan HACCP Telur Balado. 1.
Pembentukan Tim Tim kami yang telah ditentukan terdiri dari tiga orang sebagai pelaksana pengawasan mutu produk telur balado di Dapur Umum RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Penentuan tim dilakukan oleh pihak manajemen Unit Produksi Makanan (UPM) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, yang terdiri dari
2.
Ketua Tim
: Enziana Maharani
Anggota
: Innelina Purnamasari dan Irhamna Fauziah
Deskripsi Produk Dalam langkah deskripsi produk kegiatan yang kami lakukan yaitu mendeskripsikan produk, proses, informasi gizi dan komposisi, karakteristik
keamanan
pangan,
umur
simpan,
kondisi
penyimpanan, metode distribusi, rencana penggunaan, dan target pengguna. Tabel 4.1 merupakan deskripsi produk telur balado yang telah kami buat. 3. Identifikasi Tujuan Penggunaan Produk
30
Produk telur balado ditunjukan untuk pasien rawat inap yang diberikan diet makanan biasa untuk pasien dewasa kelas I,II, dan III. 4. Penyusunan Diagram Alir Diagram alir yang dibuat dimulai dari penerimaan bahan baku sampai penyajian ke pasien. Gambar 4.1 merupakan diagram alir proses pembuatan telur balado. 5. Verifikasi Diagram Alir Diagram alir telah diverifikasi dengan mengamati dan menanyakan kepada panitia penerimaan, pramugudang, juru masak, pramusaji mengenai proses pembuatan telur balado. Gambar 4.2 merupakan verifikasi diagram alir proses pembuatan telur balado. 6.
Analisis Bahaya Analisis bahaya yang telah dibuat yaitu analisis bahaya bahan baku dan analisis proses. Tabel 4.2 akan menjelaskan tentang analisis bahaya bahan baku dan tabel 4.3 akan menjelaskan tentang analisis bahaya proses. Dalam analisis bahaya bahan baku dan analisis bahaya proses juga telah ditetapkan critical control point .
7.
Penetapan Critical Control Point (CCP) Menentukan CCP bahan baku yang terdiri dari dua pertanyaan dan CCP proses menggunakan pohon keputusan yang terdiri dari empat pertanyaan. Setiap proses yang merupakan CCP diberikan kode CCP.
8. Penetapan C ritical Limit (CL) Critical limit ditentukan berdasarkan batas keamanan pangan (acceptable level in end product ) sesuai standar atau batas yang diharapkan. Critical limit harus dibuat untuk setiap bahan dan setiap proses. 9. Prosedur Pemantauan CCP Dalam langkah ini kegiatan yang kami lakukan yaitu membuat rencana pemantauan CCP yang terdiri dari aspek hal yang dipantau, waktu, tempat, cara, dan petugas pemantauan. 10. Penetapan Tindakan Koreksi Dalam langkah ini kami membuat rencana tindakan koreksi yang terdiri dari kegiatan koreksi langsung dan tindakan koreksi. Tabel 4.5 merupakan tabel rencana CCP (CCP Plan) tertulis yang
31
mencakup proses yang termasuk CCP, CL, pemantauan, tindakan koreksi, tanggung jawab dan wewenang, dokumen, verifikasi, dan validasi. 11. Verifikasi Program HACCP Dalam langkah ini kegiatan yang kami lakukan yaitu mengikuti proses yang merupakan CCP pada produksi telur balado dan menerapkan rencana CCP (CCP Plan) yang telah dibuat. 12. Perekaman Data dan Dokumentasi Dokumentasi kegiatan verifikasi program HACCP telah tercatat pada formulir pemantauan suhu yang ada di setiap unit produksi makanan dan laporan harian mengenai kejadian pada produksi telur balado.
32
Tabel 4.1 Deskripsi Produk Telur Balado Nama Produk
Telur Balado
Deskripsi Produk
Produk yang berbahan dasar telur dengan bumbu yang terdiri dari cabe merah, tomat, bawang merah iris, bawang putih iris, gula, penyedap rasa dan garam. Diolah dengan cara digoreng dan ditumis menggunakan minyak goreng kelapa sawit
Deskripsi Proses
Proses meliputi penerimaan: penimbangan, perhitungan, pengecekan suhu, dan pengecekan spesifikasi penyimpanan : suhu chiller ( 4 - 10 ° C) dan suhu ruang (20 - 25 ° C) persiapan : pencucian, pemotongan, penggilingan pengolahan : perebusan, penggorengan, penumisan, dan pencampuran komposisi : telur, bawang merah, bawang putih, cabe merah, tomat, gula, garam,penyedap makanan, air, dan minyak. Nilai gizi 1 butir telur balado :
Informasi Nutrisi)* & Komposisi
Kalori 143 kkal
Karbohidrat 1,94 g
Lemak 11,4 g
Kalsium 35,8 g
Protein 7,38 g
Vitamin C 3,55 g
produk dimasak pada suhu lebih dari 80 ° C selama 15 menit Karakteristik Keamanan Pangan (Biologi, Kimia, Fisik)
biologi : Salmonella sp negatif, Esherhecia coli 5x10¹ MPN/g, TPC 1x105cfu/g fisik : tidak terdapat benda asing (cangkang telur) kimia : tidak terdapat pestisida
Umur Simpan
3 - 4 jam setelah pemasakan
Kondisi Penyimpanan
Disimpan dalam suhu ruang (25 - 30 ° C)
Kemasan
Menggunakan alat makan berbahan porselen dan melamin, dibungkus menggunakan plastik wrapping (food grade), menggunakan nampan kayu
Informasi Pada Label
Tidak ada
Metode Distribusi
Pengiriman ke pasien menggunakan troli dan tertutup
Rencana Penggunaan
Langsung dikonsumsi pasien
Target Pengguna
Pasien rawat inap kelas reguler ( I, II, dan III) dengan usia lebih dari 18 tahun (dewasa) dan diberikan untuk diet makanan biasa
33
Tabel 4.2 Karakteristik Bahan Baku
No
1
2
Nama bahan baku
telur
bawang merah
Karakteristik Keamanan Pangan (biologi, kimia, fisik)
Deskripsi bahan baku
Informasi gizi & Komposisi
segar, kulit bersih, warna kulit coklat, berat minmal @ 60 g/btr, 15 - 16 btr/kg pengirima n mengggun akan krat plastik (datang dgn pack plastik isi 30 butir) segar, bersih, tua, tidak busuk, dalam kemasan plastik
satu butir telur mengandu ng 75 kkal energi 7 g protein,
Biologi : Escherichia coli, 1 x 10¹ koloni/g Salmonella sp negatif Fisik : noda dan kotoran ayam Kimia : alergen (SNI 3926:2008)
peternak an
dalam suhu chiller 14 hari.
pada suhu chiller (4 10°C) dengan kelembapan 60 - 70%
mengggunakan krat plastik (datang dgn pack plastik isi 30 butir)
kalsium dan fosfor
Biologi : Kapang maks. 2 x 104 koloni/g Fisik : N/I Kimia : - Tidak ada
pertanian
dalam suhu chiller 5 - 8 hari
suhu chiller (4 - 10°C)
kemasan plastik transparan
Metode produksi
Umur simpan
34
Kondisi penyimpanan
Kemasan
Informasi pada label (berkaitan dengan food safety, instruksi penanganan, preparasi, kegunaan) tidak ada
tidak ada
Metode distribusi
Supplier
(nama & lokasi) Mobil box tertutup
Mobil box tertutup
PT. Anugrah Aji Lokasi : Pamulang Tanggerang Selatan
CV. Charly Kirana Persada Lokasi : Cakung Jakarta Timur
pestisida (SNI 3159 : 2013)
No
3
4
5
Nama bahan baku
Deskripsi bahan baku
Informasi gizi & Komposisi
bawang putih
kering,ber sih, tua, tidak busuk, dalam kemasan plastik
antioksidan
tomat
segar, bersih, tidak berulat, masak merata, jumlah 10 per kg segar, bersih, tidak berulat, merah merata,tid
vitamin A
cabe merah besar
vitamin C
Karakteristik Keamanan Pangan (biologi, kimia, fisik)
Metode produksi
Biologi : - Kapang (Aspergillus niger)maks. 2 x 104 koloni/g Fisik : N/I Kimia : - Tidak mengandung pestisida (SNI 3160 : 2013) Biologi : busuk 1% dari bobot Fisik : N/I Kimia : N/I (SNI 01-31621992)
pertanian
Biologi : - Coliform maks. 100/g Fisik : N/I Kimia : - Tidak
pertanian
pertanian
Umur simpan
Kondisi penyimpanan
Kemasan
Informasi pada label (berkaitan dengan food safety, instruksi penanganan, preparasi, kegunaan) tidak ada
dalam suhu chiller 5 - 8 hari
suhu chiller (4 - 10°C)
kemasan plastik transparan
dalam suhu chiller 5 - 8 hari
suhu chiller (4 - 10°C)
kemasan plastik transparan
tidak ada
dalam suhu chiller 5 - 8 hari
suhu chiller (4 - 10°C)
kemasan plastik transparan
tidak ada
35
Metode distribusi
Supplier
(nama & lokasi) Mobil box tertutup
Mobil box tertutup
Mobil box tertutup
CV. Charly Kirana Persada Lokasi : Cakung Jakarta Timur
CV. Charly Kirana Persada Lokasi : Cakung Jakarta Timur
CV. Charly Kirana Persada Lokasi : Cakung
ak busuk, berat 12 15 buah/ons, tanpa batang
No
6
7
Nama bahan baku
mengandung pestisida (SNI 4480 : 1998)
Deskripsi bahan baku
Informasi gizi & Komposisi
gula pasir
kering, bersih, murni, lokal, 1 kg per bungkus, kemasan tidak rusak dan gula tidak hancur, merek "Gulaku"
dalam 13 g gula terdapat 12 g Karbohidrat
garam
kering, bersih, berat @0,5 kg perbungku s, beryodium
yodium
Karakteristik Keamanan Pangan (biologi, kimia, fisik) Biologi : kapang dan khamir maks 1 x 102 koloni/g Fisik : N/I Kimia : - Timbal (Pb) maks 2 mg/kg - Tembaga (Cu) maks 2 mg/kg Arsen (As) maks 1 mg/kg (SNI 3140.3:2010) Biologi : N/I Fisik : N/I Kimia : - Timbal : maks.10 mg/kg - Tembaga :
Jakarta Timur
Metode produksi
pabrik
pabrik
Umur simpan
Kondisi penyimpanan
Kemasan
suhu ruang (penyim panan kering) 20-25°C
suhu ruang (penyimpanan kering) 20-25°C dengan kemasan tertutup
kemasan plastik
suhu ruang (penyim panan kering) 20-25°C
suhu ruang (penyimpanan kering) 20-25°C dengan kemasan tertutup
kemasan plastik
36
Informasi pada label (berkaitan dengan food safety, instruksi penanganan, preparasi, kegunaan) Nama produk, merk dagang, no. BPOM,berat perkemasan, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, sertifikat Halal
Nama produk, merk dagang, no.BPOM,berat per kemasan, kandungan iodium, tanggal kadaluarsa
Metode distribusi
Supplier
(nama & lokasi) Mobil box tertutup
Mobil box tertutup
CV.Rizky Abadi Lokasi : Harapan Jaya Bekasi
CV.Rizky Abadi Lokasi : Harapan Jaya Bekasi
ex PN, ada kadaluars a
No
8
9
Nama bahan baku
Deskripsi bahan baku
penyedap rasa
isi 50 gram per bungkus, kualitas baik, produk PT Ajinomoto
minyak
minyak kelapa sawit, tidak tengik, dalam kemasan botol, isi @2 liter/btl atau @ 1
maks. 10 mg/kg - Raksa : maks. 0,1 mg/kg - Arsen : maks.0,1 mg/kg (SNI 3556 : 2010)
Informasi gizi & Komposisi
dalam 10 g minyak terdapat 5 g lemak
Karakteristik Keamanan Pangan (biologi, kimia, fisik) Biologi :Kapang dan khamir maks 2 x 102 koloni/g Fisik : N/I Kimia : N/I (SNI 01-02221995) Biologi : N/I Fisik : N/I Kimia : - Besi : maks 1,5 mg/kg - Tembaga : maks. 0,1 mg/kg - Raksa : maks. 0,1 mg/kg
Metode produksi
pabrik
pabrik
Umur simpan
Kondisi penyimpanan
Kemasan
suhu ruang (penyim panan kering) 20-25°C
suhu ruang dengan kemasan tertutup
kemasan plastik
suhu ruang (penyim panan kering) 20-25°C
suhu ruang (penyimpanan kering) 20-25°C dengan kemasan tertutup
kemasan botol plastik
37
Informasi pada label (berkaitan dengan food safety, instruksi penanganan, preparasi, kegunaan) Nama produk, merk dagang, no. BPOM,berat perkemasan, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, sertifikat Halal Nama produk, merk dagang, no. BPOM,berat perkemasan, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, sertifikat Halal
Supplier Metode distribusi
Mobil box tertutup
Mobil box tertutup
(nama & lokasi) CV.Rizky Abadi Lokasi : Harapan Jaya Bekasi
CV.Rizky Abadi Lokasi : Harapan Jaya Bekasi
liter/botol, asli
- Timbal : maks. 40 mg/kg - Timah : maks.0,005 mg/kg - Seng : maks. 40 mg/kg - Arsen : maks. 0,1 %b/b (SNI 3741 : 2013)
38
Gambar 4.1 Diagram Alir Pembuatan Telur Balado Bahan Baku Telur Ayam
Bawang Merah Kupas
Bawang Putih Kupas
Gula Pasir
Tomat Merah
Garam
Penyedap Rasa
Cabe Merah Besar
Minyak Goreng
1.Penerimaan Bahan Baku 1.1 Pengecekan Sesuai Spesifikasi
1.2 Pengecekan Jumlah
1.3 Penimbangan
2. Penyimpanan 2.1 Suhu Ruang
2.2 Chiller T = 4 – 10oC
T = 20 - 25oC ,Kelembapan = 60-80
3. Persiapan 3.1 Pencucian
3.2 Penimbangan Bumbu
3.3 Pemotongan Bumbu
3.4 Penggilingan Bumbu
4. Pengolahan 4.1 Perebusan Telur
4.2 Pengupasan Telur
4.4 Penumisan Bumbu
4.3 Penggorengan Telur
4.5 Pencampuran Bumbu dengan Telur
5. Penyimpanan sebelum distribusi 5.1 Penyimpanan di kontainer steril
6. Distribusi 6.1 Sentralisasi
6.2 Desentralisasi
Pengecekan Etiket di Alat Makan
Penyajian di Alat Makan
Distribusi dengan Mobil
Distribusi dengan troli
Distribusi dengan troli
Penyajian ke pasien 39
l 4.3 Analisis Bahaya Bahan Baku Hazard Identification No.
1
Bahan Baku
telur
Category
Hazard
biologi
salmonella, esherhecia coli
bahan baku, kontaminasi lingkungan
negatif, 5x10¹ per MPN
noda dan kotoran
bahan baku
banyak noda dan sedikit kotor
alergen
bahan baku
fisik
kimia
biologi 2
Kapang
bawang merah Fisik
Kotoran
kimia
N/I Kapang (Aspergillus niger)
biologi 3
bawang putih
Source (bahan baku/kontaminasi suplier)
Acceptable Level in end product (batas yg dapat diterima)
Fisik
kotor
kimia
N/I
Decision Tree Control Measures Q1
pengaturan suhu saat penyimpanan dan pemasakan penyortiran bahan sesuai dengan spesifikasi bertanya kepada pasien, memisahkan saat penyimpanan gudang kering, apabila dalam satu lemari letakkan bahan alergen di posisi bawah
Q2
CCP/ Not CCP
Ya
Ya
Not CCP
Ya
Ya
Not CCP
Ya
Ya
Not CCP
bahan baku
maks 2x 104 koloni/g
tempat dan suhu penyimpanan
Ya
Ya
Not CCP
kontaminasi lingkungan
tidak ada kotoran
penyortiran bahan sesuai dengan spesifikasi
Ya
Ya
Not CCP
bahan baku
maks. 2 x 104 koloni/g
tempat dan suhu penyimpanan
Ya
Ya
Not CCP
kontaminasi lingkungan
tidak ada kotoran
penyortiran bahan sesuai dengan spesifikasi
Ya
Ya
Not CCP
40
Hazard Identification No.
Bahan Baku
Category biologi
4
Fisik
N/I
kimia
N/I
Fisik
kotor
kimia
N/I kapang dan khamir
gula pasir
fisik kimia biologi
7
garam
fisik kimia
8
Coliform
cabe Merah
biologi 6
Busuk
Source (bahan baku/kontaminas i suplier)
penyedap rasa
biologi fisik
Decision Tree Control Measures Q1
Q2
CCP/ Not CCP Not CCP
Bahan baku
maks 1% dari bobot
penyortiran sesuai dengan spesifikasi
Ya
Ya
bahan baku
maks. 100/g
tempat dan suhu penyimpanan
Ya
Ya
bahan baku, kontaminasi lingkungan
5% dari bobot
penyortiran bahan sesuai dengan spesifikasi
Ya
Ya
bahan baku
maks 1 x 102 koloni/g
tempat dan suhu penyimpanan
Ya
Ya
Not CCP
Bahan baku
2 mg/kg 2 mg/kg 1 mg/kg
Disertai Sertifikat CoA
Ya
Ya
Not CCP
bahan baku
Maks. 0,5 mg/kg Maks. 0,1 mg/kg Maks. 10,0 mg/kg
Disertai Sertifikat CoA
Ya
Ya
Not CCP
bahan baku
maks 2 x 102 koloni/g
tempat dan suhu penyimpanan
Ya
Ya
Not CCP
tomat
biologi 5
Hazard
Acceptable Level in end product (batas yg dapat diterima)
Not CCP Not CCP
N/I Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Arsen (As) N/I N/I Kadmium (Cd) Raksa (Hg) Timbal (Pb) Kapang dan khamir N/I
41
kimia
No.
9
Bahan Baku
Category
N/I Hazard Identification Source (bahan Hazard baku/kontaminas i suplier)
biologi
N/I
fisik
N/I
minyak kelapa sawit Kimia
besi, tembaga, raksa, timbal, timah, arsen
bahan baku
Acceptable Level in end product (batas yg dapat diterima)
Besi : maks 1,5 mg/kg Tembaga : maks. 0,1 mg/kg Raksa : maks. 0,1 mg/kg Timbal : maks. 40 mg/kg Timah : maks.0,005 mg/kg Seng : maks. 40 mg/kg Arsen : maks. 0,1 %b/b
42
Control Measures
pada saat pengolahan di pabrik bahan kimia diminimalisir
Decision Tree CCP/ Q1 Q2 Not CCP
ya
tidak
Not CCP
Tabel 4.4 Analisis Bahaya Proses
Hazard Identification No.
Process Step Category
1
Hazard
Source
Acceptable Level in end product
Decision Tree Control Measures
Q1
Q2
Q3
Q4
CCP/ Not CCP
Penerimaan bahan baku
fisik
bahan baku
Salmonella
bahan baku
bahan baku diterima dalam keadaan bersih
penerimaan sesuai spesifikasi
N/I
N/I
N/I
N/I
Not CCP
N/I
N/I
N/I
N/I
Not CCP
N/I
N/I
N/I
N/I
Not CCP
N/I
N/I
N/I
N/I
Not CCP
N/I
N/I
N/I
N/I
Not CCP
N/I
N/I
N/I
N/I
Not CCP
Kotoran
pengecekan spesifikasi biologi
kimia
Not CCP
bahan baku diterima dalam keadaan bersih
penerimaan sesuai spesifikasi
Y
N
N
Not CCP Y
N
Y
Y
1.1 Fisik pengecekan jumlah
Kimia
1.2 penimbangan 1.3
Biologi
Fisik Biologi
43
N/I
Kimia
N/I
Hazard Identification No.
Process Step Category
2
2.2
3
3.1
Source
Not CCP
N/I
Acceptable Level in end product
Decision Tree Control Measures
Q1
Q2
Q3
Q4
CCP/ Not CCP
Penyimpanan fisik
2.1
Hazard
N/I
penyimpanan suhu ruang
penyimpanan suhu chiller
N/I
N/I
N/I
biologi
munculnya mikrobiolog i akibat penyimpan gan makanan
penyimpana n dalam suhu dan kelembapan yang kurang baik
suhu penerimaan 20-25˚C
suhu 20-25˚C disimpan pada suhu dan tempat yang sesuai
kimia
N/I
N/I
N/I
N/I
fisik
N/I
N/I
N/I
N/I
biologi
Mikroba
penyimpana n dalam suhu dan kelembapan yang kurang baik
suhu 4-10˚C
suhu 4-10˚C disimpan pada suhu dan tempat yang sesuai
kimia
N/I
N/I
N/I
N/I
fisik
N/I
N/I
N/I
N/I
E.coli
kontaminasi dari air
tidak timbul ciri - ciri kerusakan akibat
persiapan yang dilakukan sesuai dengan prosedur perlakuan
Not CCP
N/I
CCP
Y
Y
Not CCP Not CCP CCP
Y
Y
Not CCP
Persiapan
pencucian biologi
44
Not CCP Not CCP
Y
N
Y
Y
perubahan biologis
kimia
N/I
N/I
Hazard Identification No.
Process Step Category
3.2
3.3
penimbangan bumbu
Decision Tree Control Measures
N/I
N/I
N/I
Biologi
N/I
N/I
N/I
N/I
Kimia
N/I
N/I
N/I
N/I
fisik
N/I
N/I
N/I
N/I
biologi
N/I
N/I
N/I
N/I
adanya perubahan kimia dalam makanan N/I
ketidaktepat an alat pemasakan
tidak timbulnya penyimpangan kimia
persiapan yang dilakukan sesuai dengan prosedur perlakuan
N/I
N/I
N/I
biologi
N/I
N/I
N/I
N/I
kimia
N/I
N/I
N/I
N/I
fisik
4
Acceptable Level in end product
N/I
pemotongan bumbu
penggilingan bumbu
Source
Not CCP
N/I
Fisik
kimia
3.4
Hazard
N/I
Pengolahan
45
Q1
Q2
Q3
Q4
CCP/ Not CCP Not CCP Not CCP Not CCP Not CCP Not CCP Not CCP
Y
N
Y
Y
Not CCP Not CCP Not CCP
4.1
perebusan telur
Fisik
N/I
N/I
Biologi
Salmonella
bahan baku
80-100˚C
Kimia
N/I
N/I
N/I
N/I
Process Step Category
4.2
4.3
4.4
pengupasan telur
penggorengan telur
penumisan bumbu
N/I perebusan telur dilakukan selama 2030 menit dalam suhu 80-100˚C
Hazard Identification No.
N/I
Hazard
Source
Acceptable Level in end product
Not CCP Not CCP
Y
N
Y
Y Not CCP
Decision Tree Control Measures
Q1
Q2
Q3
Q4
Y
N
Y
N
CCP/ Not CCP Not CCP
cangkang telur
bahan baku
Tidak ada sisa cangkang telur
mengupas telur secara teliti
biologi
N/I
N/I
N/I
N/I
Not CCP
kimia
N/I
N/I
N/I
N/I
Not CCP
fisik
N/I
N/I
N/I
N/I
Not CCP
biologi
Bakteri
udara
suhu 60-80˚C
pemasakan hingga suhu 60-80 ˚C
kimia
N/I
N/I
N/I
N/I
Not CCP
fisik
N/I
N/I
N/I
N/I
Not CCP
Bakteri
udara
suhu 60-80˚C
pemasakan hingga suhu 60-80 ˚C
fisik
biologi
46
Y
Y
Y
Y
CCP
CCP
4.5
pencampuran bumbu dengan telur
kimia
N/I
N/I
N/I
N/I
fisik
N/I
N/I
N/I
N/I
biologi
Bakteri
udara
suhu 80-100˚C
pemasakan hingga suhu 80-100 ˚C
kimia
N/I
N/I
N/I
N/I
Hazard Identification No.
Process Step Category
adanya benda asing (rambut, kuku)
biologi kimia
fisik 5
6
penyimpanan sebelum distribusi
distribusi sentralisasi
Hazard
fisik
biologi
Source
Acceptable Level in end product
Not CCP
Y
N
Y
Y
Not CCP
Not CCP
Decision Tree Control Measures
Q1
Q2
Q3
Q4
CCP/ Not CCP Not CCP
penjamah makanan
tidak terdapat benda asing dalam makanan
penggunaan APD sesuai prosedur
N/I
N/I
N/I
N/I
N/I
N/I
N/I
N/I
adanya benda asing (rambut, kuku)
penjamah makanan
tidak terdapat benda asing dalam makanan
penggunaan APD sesuai prosedur
N/I
N/I
N/I
N/I
47
Not CCP
Y
N
Y
Y
Not CCP Not CCP Not CCP
Y
N
Y
Y
Not CCP
kimia
cairan kimia
pembersih alat cuci
tidak ada busa dari cairan pembersih alat makan
48
Not CCP
alat makan sudah dibilas hingga bersih
Y
N
Y
Y
Gambar 4.2 Konfirmasi Diagram Alir Proses PembuatanTelur Balado Bahan Baku Telur Ayam
Bawang Merah Kupas
Bawang Putih Kupas
Gula Pasir
Tomat Merah
Garam
Penyedap Rasa
Cabe Merah Besar
Minyak Goreng
1.Penerimaan Bahan Baku 1.1 Penyortiran Sesuai Spesifikasi
1.2 Pengecekan Jumlah
1.3 Penimbangan
CCP 2
2. Penyimpanan
CCP 1
2.1 Suhu Ruang
2.2 Chiller T = 4 – 10oC
T = 20 - 25oC ,Kelembapan = 60-80
3. Persiapan 3.1 Pencucian
3.2 Penimbangan Bumbu
3.3 Pemotongan Bumbu
3.4 Penggilingan Bumbu CCP 3 CCP 4
4. Pengolahan 4.1 Perebusan Telur
4.2 Pengupasan Telur
4.4 Penumisan Bumbu
4.3 Penggorengan Telur
4.5 Pencampuran Bumbu dengan Telur
5. Penyimpanan sebelum distribusi 5.1 Penyimpanan di kontainer steril
6. Distribusi 6.1 Sentralisasi
6.2 Desentralisasi
Pengecekan Etiket di Alat Makan
Penyajian di Alat Makan
Distribusi dengan Mobil
Distribusi dengan troli
Distribusi dengan troli
Penyajian ke pasien 49
Tabel 4. 5 CCP Plan
CCP
Bahaya yang dikendali kan Penyimpa nan suhu ruang
Tindakan Pengendalian
Pengecekan suhu sebanyak 2 kali sehari (jam 8 dan jam 13)
Critical Limit
Pemantauan
Suhu ruang 20-25˚C,
Apa : pengecekan suhu Dimana : bahan makanan kering Kapan :
2.1
pagi hari sebelum menggunakan bahan makanan jam 8 dan siang hari jam 13
Koreksi Langsung Merubah suhu yang ada apabila tidak sesuai dengan cara menjaga suhu dan melapor pengawas
Siapa : pramugudang Bagaimana :
melihat suhu yang tertera pada alat pengukur suhu
50
Tindakan Koreksi Menelusuri penyebab suhu tidak sesuai standar dan melakukan tindakan perbaikan
Tanggung Jawab dan Wewenang Diperiksa : pramugudang Koreksi langsung : pramugudang Tindakan koreksi : pramugudang Diverifikasi : Ketua Tim Keamanan Pangan
Dokumen / Catatan Form Pemantau an suhu di gudang bahan makanan
Verifikasi
Validasi
Pengecekan Pengumpulan data normal form Pemantauan suhu oleh pramugudan g dan diverifikasi oleh tim keamanan pangan setiap harinya
CCP
Bahaya yang dikendali kan Penyimpa nan suhu chiller
Tindakan Pengendalian
Pengecekan suhu sebanyak 2 kali sehari (jam 8 dan jam 13)
Critical Limit
Pemantauan
Suhu chiller 4-10˚C
Apa : pengecekan suhu Dimana : gudang sayuran dan bahan makanan kering Kapan :
2.2
Koreksi Langsung Merubah suhu yang ada apabila tidak sesuai dengan cara menjaga suhu dan melapor pengawas
pagi hari sebelum menggunakan bahan makanan jam 8 dan siang hari jam 13
Siapa : pramugudang Bagaimana :
melihat suhu yang tertera pada alat pengukur suhu
51
Tindakan Koreksi Menelusuri penyebab suhu penyimpan an chiller tidak sesuai standar dan melakukan tindakan perbaikan
Tanggung Jawab dan Wewenang Diperiksa : pramugudang Koreksi langsung : pramugudang Tindakan koreksi : pramugudang Diverifikasi : Ketua Tim Keamanan Pangan
Dokumen / Catatan Form pemantaua n suhu di gudang bahan makanan
Verifikasi
Validasi
Pengecekan Pengumpulan data form normal Pemantauan suhu oleh pramugudan g dan diverifikasi oleh tim keamanan pangan setiap harinya
CCP 4.3
Bahaya yang dikendali kan Penggore ngan telur
Tindakan Pengendalian
Pengecekan suhu
Critical Limit
Pemantauan
Suhu 140 190 ˚C
Apa : suhu penggorenga n
Koreksi Langsung Melapor ke pengawas
Dimana : ruang pengolahan
Tindakan Koreksi
Tanggung Jawab dan Wewenang
Menelusuri Diperiksa : juru masak penyebab suhu tidak Koreksi sesuai langsung : standar juru masak Tindakan koreksi : juru masak
Kapan : saat pengolahan siapa : juru masak
Diverifikasi : Ketua Tim Keamanan Pangan
Bagaimana :
mengukur suhu dengan termometer minyak
52
Dokumen / Catatan Form pencatatan suhu
Verifikasi
Validasi
Pengecekan Pengumpulan data form Pemantauan suhu oleh pramugudan g dan diverifikasi oleh tim
keamanan pangan setiap harinya
CCP 4.4
Bahaya yang dikendali kan Penumisa n bumbu
Tindakan Pengendalian
Critical Limit
Pengecekan suhu
Suhu 60 - 80 ˚C
Pemantauan Apa : suhu penumisan
Koreksi Langsung Melapor ke pengawas
Dimana : ruang pengolahan
Tindakan Koreksi
Tanggung Jawab dan Wewenang
Menelusuri Diperiksa : penyebab juru masak suhu tidak Koreksi sesuai langsung : standar juru masak Tindakan koreksi : juru masak
Kapan : saat pengolahan
Diverifikasi : Ketua Tim Keamanan Pangan
Siapa : juru masak Bagaimana : mengukur suhu dengan termometer minyak
53
Dokumen / Catatan Form pencatata n suhu
Verifikasi
Validasi
Pengecekan Pengumpulan data form Pemantaua n suhu oleh pramuguda ng dan diverifikasi oleh tim keamanan pangan setiap harinya
B. Pembahasan Bagian yang menjadi CCP dalam proses pengolahan telur balado adalah penyimpanan suhu ruang, penyimpanan suhu chiller, penggorengan telur, dan penumisan bumbu . Penyimpanan suhu ruang adalah CCP karena jika suhu ruang yang ada tidak sesuai dapat meningkatkan naiknya atau menurunkan kelembapan yang menyebabkan timbulnya mikrobiologi yang tidak diinginkan. Penyimpanan suhu chiller adalah CCP karena jika suhu chiller yang ada tidak sesuai dapat menyebabkan timbulnya mikrobiologi yang tidak diinginkan. Penggorengan telur adalah CCP karena jika suhu minyak tidak sesuai dapat menyebabkan timbulnya mikrobiologi yang tidak diinginkan dan merusak protein yang terdapat dalam telur. Penumisan Bumbu adalah CCP karena jika suhu penumisan tidak sesuai dapat menyebabkan timbulnya mikrobiologi yang tidak diinginkan. Proses Produksi Telur Balado dijelaskan sebagai berikut : 1. Penerimaan Bahan Baku Pada
penerimaan
bahan
makanan
sudah
sesuai
dengan
spesifikasi yang ada. Namun pada penerimaan bawang merah ada beberapa bawang yang terdapat kapang. Pada saat penerimaan telur, masih ada beberapa telur yang terdapat kotoran ayam yang menempel pada kulit telur. 2. Penyimpanan Tidak ada penyimpangan suhu pada chiller telur, sayur dan buah. Ruang gudang kering pada 25 Oktober 2017, suhu ruang pada gudang kering pada jam 08:00 adalah 21,0ºC dengan kelembapan 64%. Suhu pada gudang kering terbilang lebih rendah dari standar pada saat pengamatan hal ini bisa dikarenakan karena gudang kering baru dibuka sehingga suhu masih terbilang rendah. 3. Persiapan Pada tahap persiapan,
bumbu yang akan digunakan ditimbang
sesuai dengan kebutuhan dan dihaluskan satu hari sebelum proses pemasakan lalu disimpan dalam chiller dengan suhu 4-10 ˚C. Akan tetapi pada saat dilakukan pengamatan ada beberapa petugas yang tidak menggunakan talenan dan pisau sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan UPM. 54
4. Pengolahan Pada proses pengolahan telur balado menggunakan stoom dengan suhu 82°C, suhu tersebut sudah sesuai dengan standar keamanan makanan. Namun pada saat pengupasan telur, masih terdapat serpihan cangkang yang menempel di telur dan pengupasan telur yang tidak baik, sehingga terdapat beberapa telur yang tidak utuh serta adanya cangkang telur yang masih menempel padahal sudah memasuki proses pencampuran bumbu dan terlur. Sebaiknya proses pengupasan cangkang telur dilakukan dengan teliti sehingga menghindari adanya bentuk telur yang tidak utuh serta cangkang yang masih menempel pada telur. Pada saat pengolahan, sebaiknya juru masak menggunakan APD lengkap (celemek, topi, sarung tangan, masker dan sepatu), karena kontaminan dapat ditularkan melalui tubuh manusia ke makanan. 5. Pendistribusian Ketika telur balado matang (pukul 10:00), tidak langsung di wrapping tapi dibiarkan terbuka di ruang pengolahan hingga saat pemorsian dilakukan (pukul 10:45), hal ini dapat menyebabkan masuknya benda asing (debu dan kotoran) ke dalam telur balado, Pada saat pendistribusian makanan di UPM juru masak dan pramusaji tidak menggunakan APD lengkap, yaitu tidak menggunakan masker, dan sarung tangan. Suhu troli makanan yang digunakan untuk mendistribusikan makanan dari dapur ke ruang pasien memliki suhu 70ºC Karena keterbatasan peneliti, kami tidak melakukan pengamatan selanjutnya pada proses pendistribusian ke gedung A dan ke ruang pasien.
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan a. Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan pada menu telur balado di siklus menu hari ke III, bagian yang menjadi CCP dalam proses pembuatan telur balado yaitu pada proses penyimpanan suhu ruang, penyimpanan suhu chiller, penggorengan telur, dan penumisan bumbu b. Pada diagram alir proses produksi telur balado terdapat CCP
yaitu
pembuatan telur balado yaitu pada proses penyimpanan suhu ruang, penyimpanan suhu chiller, penggorengan telur, dan penumisan bumbu b.
pengawasan mutu bahan baku telur balado tidak terdapat bahan baku yang menjadi CCP
c.
Pada pengawasan mutu tahap persiapan bahan telur balado beberapa petugas persiapan tidak menggunakan talenan dan pisau sesuai ketentuan yang ditetapkan
d.
pada pengawasan mutu tahap penyimpanan telur balado,
suhu
penyimpanan di chiller menjadi CCP dikarenakan pengontrol suhu chiller saat itu sedang rusak sehingga suhu tidak dalam standar 4- 10˚C e.
pada pengawasan mutu tahap pengolahan telur balado, proses yang menjadi CCP adalah penggorengan telur dan penumisan bumbu karena dibutuhkan suhu 60-80 ˚C untuk memastikan bakteri yang terdapat pada bahan baku sudah mati
f.
pada pengawasan mutu tahap pendistribusian telur balado masih ada pramusaji yang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dengan lengkap dan tepat
B. Saran 1. Rumah Sakit Berdasarkan hasil kegiatan HACCP, kami menyarankan 1. Melakukan pencatatan dan monitoring suhu secara berkala pada chiller telur, sayur dan buah, serta ruang kering. 2.
Memantau kepatuhan penggunaan APD lengkap(celemek, penutup kepala, sarung tangan, dan masker) secara tepat pada penjamah makanan (juru masak dan pramusaji)
3.
Meningkatkan ketelitian juru masak dalam proses pengupasan kulit telur.
56
4.
Memberikan materi penyuluhan sederhana terkait CCP atau Food Safety untuk penjamah makanan (juru masak dan pramusaji)
2. Mahasiswa 1. Setiap tim HACCP perlu memahami dengan baik teori – teori yang berkaitan dengan HACCP sehingga dapat menerapkan HACCP dengan baik dan tepat.
57