KAJIAN JURNAL
Penelitian Acak Terkontrol dari Zat Seng Sebagai Terapi Tambahan untuk Pneumonia Berat pada Anak Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Penyakit Anak Rumah Sakit Moh. Ridwan Meuraksa
Diajukan kepada : Pembimbing : dr. Christina K.N Sp.A
Disusun Oleh : Iga Faldini Gazali
1102013130
Kepaniteraan Kepaniteraan Klinik Departement Ilmu Penyakit Anak FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS UNIVERSITAS YARSI JAKARTA Rumah Sakit Moh. Ridwan Meuraksa 2018
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan kajian jurnal dengan judul “Penelitian Acak Tekontrol dari Zat Seng Sebagai Terapi Tambahan untuk Pneumonia Berat pada Anak ”. Kajian journal ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Anak Rumah Sakit Moh. Ridwan Meuraksa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan jurnal ini banyak terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga kajian jurnal ini dapat bermanfaat bagi teman-tem an dan semua pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran.
Jakarta, 10 Februari 2018
Iga Faldini Gazali
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT ANAK dengan judul :
Penelitian Acak Terkontrol dari Zat Seng Sebagai Terapi Tambahan untuk Pneumonia Berat pada Anak
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Penyakit Anak Rumah Sakit Moh. Ridwan Meuraksa
Disusun Oleh :
Iga Faldini Gazali
1102013130
Telah disetujui Oleh Pembimbing
Nama Pembimbing
Tanda Tangan
Dr. Christina K.N, Sp.A
……………………..
Tanggal
………………
Penelitian Acak Terkontrol dari Zat Seng Sebagai Terapi Tambahan untuk Pneumonia Berat pada Anak
Abstrak Latar Belakang dan Tujuan
Diare dan pneumonia adalah penyebab utama dari penyakit dan kematian pada anak usia kurang dari 5 tahun. Pemberian suplemen seng efektik untuk pengobatan diare akut dan dapat mencegah pneumonia. Pada penelitian ini diukur kemampuan dari seng yang diberikan terhadap anak yang dirawat di rs dan diberikan antibiotik untuk pneumonia akut. Metode
Kami mendaftarkan 610 anak usia 2 sampai 35 bulan yang telah didiagnosa dengan pneumonia berat yang didefinisikan oleh WHO sebagai batuk dan/ kesulitan bernafas yang dikombinasikan dengan retraksi iga. Semua anak – anak menerima standar pengobatan antibiotik dan diberikan seng secara acak ( 10 mg untuk umur 2 – 10 bulan dan 20 mg untuk anak – anak yang lebih tua ) atau diberikan plasebo setiap hari selama 14 hari . Tujuan utama adalah mengetahui waktu penyembuhan pneumonia berat. Hasil
Pasien yang menerima seng mengalami penyembuhan sedikit lebih cepat t etapi perbedaan ini tidak signifikan secara statistic ( Hazard ratio = 1.10 1,10, 95% CI 0,941,30). Demikian pula resiko kegagalan pengobatan terdapat sedikit perbedaan tapi tidak signikan lebih rendah dari yang menerima seng. (rasio risiko = 0,88 95% CI 0,711,10). Kesimpulan
Pasien yang menerima seng mengalami penyembuhan sedikit lebih cepat t etapi perbedaan ini tidak signifikan secara statistic (hazard ratio = 1.10 1,10, 95% CI 0,941,30). Demikian pula terdapat resiko kegagalan pengobatan tapi tidak signikan lebih rendah dari yang menerima seng. (risk ratio= 0,88 95% CI 0,71-1,10).
Latar Belakang
Perkiraan jumlah kematian pada anak – anak usia kurang dari 5 tahun di dunia adalah 8,8 juta pada tahun 2008. Pneumonia dan diare bertan ggung jawab untuk ± 45% dari kematian. Diperkirakan bahwa kekurangan seng pada diare, pneumonia dan malaria berkontribusi terhadap 4,4% kematian dan 3,8% dari kehilangan kemampuan menyesuaikan hidup pada anak usia 6 – 59 bulan di Afrika , Amerika Latin dan Asia. Dalam metaanalisis dari percobaan klinis mengevaluasi fungsi dari peran pencegahan seng. Pemberian suplementasi harian berujung pada 14% dan 8% mengurangi resiko diare dan pneumonia. WHO sekarang merekomendasikan seng untuk pengobatan diare pada anak-anak dikarenakan terdapat bukti konkrit bahwa suplementasi seng mengurangi keparahan dan durasi dari kejadian diare. Manfaat dari pemberian seng pada pneumonia itu tidak jelas meskipun terapi tambahan seng untuk anak yang di rawat dengan pneumonia ditemukan bahwa memberikan efek yang baik pada 1 pengujian klinis di Bangladesh. Percobaan lain di India dan Australia tidak menunjukan efek . Pada negara berkembang diperkirakan kejadian pneumonia klinis pada anak-anak dibawah 5 tahun yaitu 0,29 kejadian per anak dalam setahun. Meskipun ada kecendurungan menurunnya kejadian pneumonia di Nepal 0,13 kejadian per anak per tahun dengan pneumonia berat yang mencakup 1,2 % dari semua kasus infeksi saluran pernafasan akut. Kami sebelumnya telah menunjukan bahwa kekurangan seng itu umum pada anak – anak dan pada wanita usia reproduksi di lembah Kathmandu. Pada percobaan besar di komunitas Bhaktapur Nepal pemberian seng tidak dapat mengurangi waktu penyembuhan atau resiko dari kegagalan pengobatan pada anak – anak dengan pneumonia. Apakah penggunaan seng memiliki efek keuntungan kepada anak- anak yang dirawat dengan keluhan pneumonia berat masih perlu di klarifikasi, oleh sebab itu kami mengadakan percobaan klinis untuk membuktikan efesiensi dari seng sebagai terapi tambahan pada pengobatan standar antibiotik untuk mengurangi waktu penyembuhan dan resiko dari kegagalan pengobatan pada kejadian pneumonia akut.
Metode
Ini adalah percobaan buta ganda acak terkontrol plasebo pada anak – anak yang didesain untuk mengukur efek dari pemberian seng selama 14 hari untuk penyembuhan dari pneumonia berat. Hasil sekunder yang penting adalah resiko kegagalan pengobatan. Izin di dapatkan dari dewan etik Institut Kesehatan Universitas Trikufan dan Konsil Penelitian Kesehatan Kamandu.
Perhitungan Besar Sampel
Penelitian ini berdasarkan hipotesa bahwa penambahan seng sulfat pada pengobatan standar antibiotik dapat menimbulkan pengurangan durasi perawatan di rs selama 1 hari. Pada penelitian yang sama di Bangladesh , rata- rata waktu penyembuhan untuk pneumonia berat yang diberikan seng adalah 3 hari dan 4 hari pada group plasebo. Dengan bahaya resiko minimal yang dideteksi sebesar 1,30 dari waktu penyembuhan pneumonia berat, kami memperkirakan total sampel dari 500 anak . Perhitungan telah dilakukan dengan kekuatan 80% dan kesalahan 5% dengan asumsi 20% tidak dapat di tindak lanjuti. Kami mendaftarkan 610 anak ke dalam penelitian ini.
Pendaftaran, Tindakan Klinis Dasar , dan Pemberian Terapi Antibiotik
Anak usia 2 sampai 35 bulan dibawa ke IGD anak RS Kanti atau ke poli dengan keluhan batuk <14 hari dan/ sulit bernafas < 72 jam dengan retraksi iga yang diperiksa oleh dokter terlatih. Management penyakit terintegrasi digunakan untuk mendiagnosis pneumonia berat. Anak – anak yang memenuhi syarat awalnya dinilai untuk hipoksemia dengan menggunakan oksimeter (Nellcor Puritan Bennett NPB-40, Pleasanton, CA) dengan sensor anak (Nellcor Pedichek D-YSPD ) dan adanya mengi. Saturasi oksigen di catatat 2 kali setelah stabilisasi dan pembacaan selama 1 menit hasil tertinggi yang dipakai. Untuk anak – anak dengan tingkat saturasi oksigen < 90% mereka diberikan oksigen terlebih dahulu sebelum evaluasi lebih lanjut. Anak dengan mengi diberikan 3 kali dosis nebulisasi salbutamol dengan jarak 15 menit dan ditinjau ulang dan dikeluarkan dari subjek penelitian jika retraksi menghilang. Riwayat penyakit dahulu ditinjau dan dilakukan pemeriksaan fisik dengan bentuk standar. Anak – anak ditimbang menggunakan skala elektronik 890 ( SECA, Hamburg, Germany) yang memastikan sampai 100g terdekat. Tinggi badan diukur menggunakan papan
pengukur dan pengukuran pada anak usia <2 tahun diukur dengan posisi terlentang menggunakan infantometer keduanya mendekati 0,1 cm. dan diukur menggunakan tabel pertumbuhan WHO 2006. Kami mengukur kadar hemoglobin menggunakan Hemocue (Angelholm, Swedia). Foto toraks yang diambil pada semua anak di interprestasikan oleh radiologis dengan menggunakan standar WHO apakah ada konsolidasi, infiltrat, atau pun normal. Anak – anak dengan mengi berulang ( yang didenisikan sebagai > 3 episode kejadian selama 6 bulan dan diobati dengan bronkodilator) serta retraksi menghilang setelah nebulisasi menggunakan salbutamol). Anemia berat ( Hb < 7 g/dl), penyakit jantung, riwayat tuberkolosis, atau diare akut dengan dehidrasi , serta mereka yang mempunyai penyakit parah yang memerlukan perawatan khusus dan operasi dikeluarkan dari subjek penelitian. Informed consent diberikan kepada anak – anak yang memenuhi syarat. Orangtua mereka menandatangani formulir persetujuan setelah membaca lembar informed consent dalam Bahasa Nepal. Bagi orang tua yang buta aksara informed consent secara verbal diterima di hadapan saksi. Setelah mendapatkan persetujuan sampel darah diambil untuk penelitian dan dosis pert ama antibiotik secara intravena diberikan. Hal ini diikuti oleh pengambilan aspirasi nasofaring untuk mengidentifikasi 7 virus pernafasan. Rincian teknik sampel dan hasil analisis telah dijelaskan dalam publikasi terpisah.
Randomisasi , Intervensi, dan Pensamaran
Perlakuan yang diberikan adalah tablet yang mengandung 10 mg seng sulfat atau plasebo yang di produksi dan di kemas oleh Nutriset (Malaunay, France) tablet terdiri dari kemasan strip yang berisi 15 tablet. Tablet dari kedua kelompok obat dibuat kemasan, penampilan, dan komposisi yang sama. Untuk setiap anak dalam penelitian ini diberikan 3 strip seng atau plasebo yang diberi label dengan nomor seri agar sesuai dengan nomor identifikasi anak. Daftar pengacakan yang menghubungkan kelompok perlakuan dengan nomor identifikasi ini dihasilkan oleh dan disimpan dengan orang yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Anak – anak di alokasikan ke salah satu kelompok dari 2 kelompok intervensi dengan pengacakan di blok 16 dalam rasio 1:1. Pengacakan dilakukan berdasarkan usia < 12 bulan atau
≥ 12 bulan dan
berdasarkan status mengi sebelum dilakukan nebulisasi. Dokter memilih tablet dengan nomor terkecil untuk menentukan obat yang diberikan kepada subjek. Anak < 12 bulan diberikan 1 tablet dan anak dengan usia ≥ 12 bulan diberikan 2 tablet yang di larutkan
dengan 5 mL air putih atau asi. Dosis pertama diberikan oleh dokter kemudian dilanjutkan oleh asisten yang terlatih yang tidak terlibat dalam perawatan pasien. Seng atau plasebo di berikan 1 kali sehari sampai discharge atau maksimal 14 hari. Semua anak diamati untuk kemungkinan muntah setiap anak yang muntah dalam 15 menit pertama diberikan dosis ulangan. Anak-anak yang muntah kedua kalinya diberi jumlah yang dipersyaratkan dalam 2 dosis terbagi selama 24 jam dari hari ke hari dan seterusnya.
Definisi Hasil
Hasil primer adalah waktu penyembuhan untuk pneumonia berat yang dilihat dari tidak ada nya retraksi , hipoksia , dan tanda bahaya apapun mulai dari awal penelitian sampai 24 jam berturut – turut. Kami menggunakan pedoman WHO untuk mendefinisikan hipoksia yaitu ( SpO2 < 90% ) dan tanda – tanda bahaya seperti ketidakmampuan untuk menyusu atau minum , muntah , kejang , lesu atau tidak sadarkan diri. Hasil sekunder, kegagalan pengobatan, didefinisikan sebagai persyaratan untuk perubahan antibiotik, pengembangan komplikasi, seperti empiema atau pneumotoraks yang memerlukan intervensi bedah, atau masuk ke ICU untuk ventilator atau dukungan inotropik. Prosedur Tambahan
Anak-anak yang terdaftar masuk ke rumah sakit dipantau oleh dokter dan dipantau selama 8 jam. Benzyl penisilin (50.000 U / kg intravena setiap 6 jam) dan gentamisin (7,5 mg / kg intravena sekali sehari) diberikan sampai perbaikan klinis, yang didefinisikan sebagai tidak adanya tanda bahaya, hipoksia selama 24 jam berturut-turut dan retraksi iga untuk periode 48 jam. Pasien kemudian dipulangkan dengan saran untuk melanjutkan amoksisilin oral untuk menyelesaikan pengobatan dengan total waktu 10 hari. Antibiotik diubah menjadi cefotaxime pada anak-anak dengan kegagalan perbaikan klinis yang didefinisikan sebagai bertahannya retraksi dan terdapat tanda tanda bahaya yang muncul meskipun setelah pengobatan 48 jam atau muncul tanda bahaya atau hipoksia dengan kemunduran status klinis kapan saja setelah pengobatan dilakukan.
Keputusan
untuk
mengganti
antibiotik
hanya
dilakukan
setelah
berkonsultasi dengan dokter spesialis yang terlibat dalam penelitian ini. Untuk anak – anak yang tidak bisa makan minum ataupun menyusu cairan melalui intravena
diberikan berdasarkan kebutuhan harian. Oksigen diberikan kepada pasien yang mempunyai riwayat hipoksia sebelumnya. Selama kunjungan dokter saturasi oksigen dicatat setelah 5 menit dan oksigen dihentikan jika sudah tidak terjadi hipoksia. Tidak adanya hipoksia dipastikan setelah menilai ulang yang dilakukan 30 menit kemudian. Dokter yang terlibat dalam penelitian ini dilatih untuk menilai dan mengatasi anak – anak dengan pneumonia akut dan kinerja mereka dipantau setiap hari oleh dokter spesialis anak yang juga merupakan peneliti dalam penelitian ini. Setiap dokter bertugas untuk mencatat suhu axilla , mengukur laju pernafasan , dan mengobservasi retraksi iga , dan mendengarkan wheezing dan krepitasi setidaknya pada 10 anak. Penemuan mereka di cocokan dengan dokter spesialis anak sampai tujuan yang diingkinkan tercapai.
Pengelolaan Data dan Analisis
Formulir lengkap dengan data pasien dikumpulkan oleh asisten setiap hari. Semua formulir diperiksa secara manual oleh klinisi sebelum data di masukan ke dalam sistem yang dilakukan dalam waktu 48 jam. Data tersebut dimasukan dua kali kedalam database (Visual FoxPro 6.0, Microsoft Corp, Redmond, WA) dengan inbuiltlogic , range , dan consistency check . Analisis statistik menggunakan Stata, versi 10 (Stata Corp, College Station, TX). Pembersihan data, definisi variabel hasil, pengecualian kasus serta pemrograman skrip dalam paket statistik dilakukan sebelum file analisis digabung dengan daftar penelitian. Kami menggunakan Cox proportional hazard regression model untuk membandingkan waktu penyembuhan pneumonia berat diantara kelompok percobaan yang dinyatakan sebagai hazard ratio.
Kegagalan
pengobatan, resiko penyakit berkepanjangan dan muntah setelah pemberian dosis pertama kali dibandingkan dengan menggunakan model regresi linear umum dengan fungsi log link dan distribusi binomial menghasilkan Risk Ratio . Kami menandakan hasil intervensi dengan hazard ratio >1 dan relative risk <1 menunjukan manfaat zink. Terdapat perbedaan yang significant jika P value < 0,5.
Hasil
Dari tanggal 8 januari 2006 – 30 juni 2008 kami telah melakukan skrining terhadap 2199 anak yang cocok dengan kriteria inklusi ditemukan 1589 ( 72% ) yang tidak memenuhi syarat untuk dimasukan dalam penelitian, dari 1282 ( 58% ) yang memenuhi kriteria ekslusi awal ( Gambar 1 ), 227 ( 10 %) tidak setuju dan 80 ( 4% ) telah terdaftar sebelumnya. Setelah proses pendaftaran dan randomisasi dari sisa 610 anak kami menemukan bahwa 11 dengan penyakit jantung 1 dengan batuk > 14 hari telah diikut sertakan . Percobaan ini memiliki deviasi yang di distribusikan merata pada kedua cabang studi ( Gambar 1 ) dan telah dikeluarkan dari analisis. Dari sisa 598 anak 299 diantaranya menerima seng secara acak dan 299 menerima plasebo . Pada kelompok seng 199 dari 245 ( 81 % ) bayi dan 45 dari 54 anak yang lebih besar memiliki mengi pada grup plasebo 208 dari 248 ( 84% ) dibandingkan dengan 40 dari 51 (78%) anak yang lebih besar memiliki mengi. 11 anak pada kelompok seng dan 7 anak pada kelompok placebo gagal di follow up . Sisa 580 ( 288 pada kelompok seng dan 292 pada kelompok plasebo) tetap berada pada penelitian sampai sembuh dari pneumonia berat. Virus di isolasi dari nasofaring pada 29% dengan rincian di jelaskan dibagian lain. Diantara 533 rontgen paru yang tersedia untuk diinterpretasi , 520 memiliki kualitas yang cukup , konsolidasi akhir paru di identifikasi pada 126 ( 24%) , 196 (38%) memiliki infiltrat lain dan 198 (38%) normal. Karateristik dasar di distribusikan diantara kelompok ( Tabel 1 dan 2 ). Analisa dilakukan dengan niat untuk mengobati. Waktu penyembuhan pneumonia berat pada kelompok penerima seng dengan hazard ratio 1.10 , 95 % CI 0,94 ke 1,30 P = 0.22 ( Tabel 3 ) kami mengkaji apakah efek seng berbeda di dalam sub grup berdasarkan umur, jenis kelamin, adanya demam, hipoksia, mengi dan krepitasi , isolasi virus pada aspirasi nasofaring dan konsolidasi pada rontgen paru., postur lebih kurus dan lebih pendek . Pada sub grup yang terdiri dari anak-anak dengan konsolidasi paru penerima seng mengalami penyembuhan yang lebih cepat secara signifikan dari group plasebo ( Gambar 2 ). Efek seng tidak berbeda secara signifikan antara kelompok dengan gambaran radiografi dengan dan tanpa pneumonia dengan demikian interaksi tidak berbeda secara statistik. Kami juga membandingkan proporsi anak2 dengan pneumonia berat pada 72, 96 dan 120 jam setelah perawatan diantara
kelompok penelitian. Perbandingan ini juga mendukung manfaat seng tetapi tidak ada yang mencapai angka statistik yang signifikan ( Tabel 3 ) . Resiko kegagalan pengobatan lebih rendah dari kelompok penerima seng meskipun demikian hal ini juga tidak signifikan secara statistik ( risk ratio 0,88; 95% confidence interval: 0,71 – 1,10). Penyesuaian terhadap faktor yang mempengaruhi hasil penelitian tidak besar. Proporsi anak yang mengalami muntah setelah dosis pertama suplemen lebih tinggi ( 14%) pada kelompok seng dari pada kelompok plasebo ( 9% ; P = 0.052 % ) Diskusi
Pada penelitian ini pemberian seng sebagai terapi pelengkap pada anak dengan pneumonia berat menunjukan hasil yang menjanjikan tetapi tidak signifikan secara statistik efek pemberian seng perhari dalam menurunkan waktu penghentian pneumonia berat yang ditandai sebagai hilangnya retraksi per 24 jam hipoksia dan tanda- tanda bahaya lainnya. Pada penelitian yang dilakukan di Bangladesh anak-anak yang mendapatkan seng sembuh lebih cepat dan angka kegagalan terapi yang lebih rendah dan lama pengobatan pneumonia . >72 , 96, atau 120 jam . Hasil dari penelitian kami berada pada arah yang sama namun lebih kecil. Penelitian lain di India selatan gagal menunjukan keuntung pemberian efek seng dan durasi perjalanan penyakit pada anak – anak dengan pneumonia berat. Pada penelitian la in di Kolkatta, India. Meskipun seng memiliki efek pada anak laki – laki akan tetapi efek keseluruhan serta interaksi antar gender dan pemberian seng tidak signifikan. Semua penelitian sebelumnya seperti penelitian kami memakai percobaan terkontrol acak dan dibutakan untuk menilai efek seng pada pneumonia berat. Perbedaan pada populasi penelitian yang diteliti perbedaan karateristik penyakit serta durasi mengikuti penelitian dan definisi dari penyembuhan penyakit akan menjelasakan perbedaan antara penelitian. Dalam penelitian ini proporsi anak-anak dengan mengi sebanyak 82% dibandingkan dengan Bangladesh 37% dan 62,5% di India Selatan. Karena anak-anak dengan penyakit saluran pernafasan ula ngan akan memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian kami. Kami mengecualikan anak-anak dengan riwayat mengi berulang dan mendaftarkan orang lain hanya jika retraksi iga bertahan setelah pemberian salbutamol. Brooks dkk melaporkan bahwa anak tanpa mengi mengalami perbaikan klinis lebih awal setelah pemberian seng. Pengaruh seng tidak dipengaruhi oleh status mengi pada kelompok dalam analisis kita ( Gambar 2 ).
Penemuan yang serupa dilaporkan dari India Selatan. Namun karena hanya 106 anak tanpa mengi, kami tidak mencukupi kekuatan untuk mendeteksi efek seng dalam subkelompok ini. Penelitian ini melibatkan 610 anak dan sepengetahuan kami adalah percobaan terbesar yang dilakukan sampai saat ini mengenai seng yang diberikan kepada pneumonia berat. Penelitian dilakukan di daerah di mana kekurangan seng sering terjadi dan di negara di mana pneumonia pada anak kecil merupakan masala h kesehatan yang signifikan. Tempat penelitian adalah satu-satu nya rumah sakit pemerintah dan pusat rujukan untuk anak-anak yang tinggal di luar Kathmandu. Kami memiliki dokter yang terlatih dan berdedikasi hanya untuk penelitian ini. Dosis suplemen harian disediakan oleh asisten dan bukan dokter yang direkrut untuk penelitian ini. Kami membatasi kesulitan bernafas ≤ 72 jam dan memasukan anak dengan pneumonia akut. Kami menggunakan hasil yang objektif untuk menuntukan keputusan hilangnya retraksi dan SpO2 ≥ 90% adalah temuan yang dapat di ulang. Dalam sebuah tinjauan yang menilai ketepatan tanda klinis dalam diagnosis pneumonia Margolis dkk menyimpulkan bahwa ada kesepakatan antara pengamat untuk tanda klinis yang dapat diamati, seperti retraksi usaha pernapasan (k = 0,48), daripada tanda auskultasi, seperti adanya suara adventif (k = 0,3) . Tingginya proporsi anak-anak dengan mengi adalah keterbatasan penelitian ini, kemungkinan besar karena penggunaan kriteria WHO dalam menentukan pneumonia berat. Definisi ini memiliki spesifitasi yang tinggi untuk infeksi saluran pernafasan bawah yang berat tapi tidak mendefinisikan etiologi. Pneumonia berat mempunyai faktor resiko dan penyebab yang luas yang mungkin memberikan respon berbeda beda terhadap pemberian seng. Heterogenitas ini juga dapat mengakibatkan hasil s pesifitas yang buruk. Menggunakan rontgen
thorak
untuk
mengidentifikasi hanya
memperbaiki
diagnosis
memungkinkan
kami
untuk
24% pneumonia radiografi. Hal ini patut di catat bahwa
terdapat manfaat yang signifikan terhadap kelompok ini pada sub group ini. Penelitian selanjutnya perlu membahas lebih lanjut efek seng pada pneumonia berat dan anak dengan mengi di masukan ke kriteria inklusi . Pemeriksaan radiografi , mikrobiologi, dan penanda inflamasi digunakan dalam upaya mendiagnosis yang lebih spesifik.
Kesimpulan
Percobaan ini memberikan sedikit hasil tapi tidak signifikan secara statistik pada percobaan pemberian seng untuk pengobatan pneumonia berat pada anak umur 2 – 35 bulan yang di rawat di Rumah Sakit. Semua peserta penelitian menerima pengobatan antibiotik secara optimal dan terapi lainnya, sebuah aspek yang perlu di perhitungkan pada hasil dari penelitian ini dan juga penelitian – penelitian yang telah selesai , sedang berjalan , dan yang sedang di rencanakan telah di interprestasikan dan dirangkum untuk medeterminasi peran dari seng pada pengobatan pneumonia berat.
Lampiran