BAB I TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Respiratory distress syndrome (RDS) atau Sindroma Gawat Nafas (SGN) tipe 1, yaitu gawat napas yang umumnya terjadi pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa saat setelah lahir, ditandai adanya kesukaran bernafas, (pernafasan uping hidung, grunting, tipe pernapasan dispnea ! takipnea, retraksi dada, dan sianosis) yang menetap atau menjadi progresif dalam "# $ %& jam pertama kehidupan' enyebabnya adalah kurangnya surfaktan' Gagal nafas dapat didiagnosa dengan analisis gas darah' dema sering didapatkan pada hari ke*+, disebabkan oleh retensi airan dan kebooran kapiler' Diagnosa dapat dikonfirmasi dengan foto rontgen' ada pemeriksaan pemeriksaan radiologis radiologis ditemukan pola retikulogr retikulogranuler anuler yang uniform, uniform, gambaran gambaran ground ground glass appearance dan appearance dan air bronchogram' bronchogram' Namun gambaran ini bukan patognomonik RDS'1,+
2.2 Epidemiologi
Respiratory Distress Sydnrome merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi baru lahir' Di S, RDS terjadi pada sekitar "-'--- bayi per tahun' .urang lebih /- 0 dari semua kematian pada neonatus disebabkan oleh RDS atau komplikasinya' RDS pada bayi prematur bersifat primer, insidensinya berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat lahir' nside nsidensi nsinya nya sebesa sebesarr &-*#-0 &-*#-0 pada pada bayi kurang dari dari +# minggu minggu,, 12*/-0 12*/-0 pada bayi bayi /+*/& /+*/& minggu, 20 pada bayi kurang dari /3 minggu, dan sangat jarang terjadi pada bayi matur'1 4rekuensinya meningkat pada ibu yang diabetes, kelahiran sebelum usia kehamilan /3 minggu, kehamilan dengan lebih dari 1 fetus, kelahiran dengan operasi aesar, kelahiran yang diper diperepa epat, t, asfiks asfiksia, ia, stress stress dingin dingin,, dan riwaya riwayatt bayi bayi terdahu terdahulu lu mengal mengalami ami RDS' RDS' ada ada ibu diabetes, diabetes, terjadi penurunan penurunan kadar protein surfaktan, surfaktan, yang menyebabkan menyebabkan terjadinya terjadinya disfungsi disfungsi surfaktan' Selain itu dapat juga disebabkan peahnya ketuban untuk waktu yang lama serta hal* hal yang menimbulkan stress pada fetus seperti ibu dengan hipertensi ! drug abuse, abuse, atau adanya infeksi kongenital kronik'1,+ nsiden tertinggi didapatkan pada bayi prematur laki*laki atau bayi kulit putih' ada laki* laki, androgen menunda terjadinya maturasi paru dengan menurunkan produksi surfaktan oleh
1
sel pneumosit tipe ' nsidensinya berkurang pada pemberian steroid ! thyrotropin releasing hormon pada hormon pada ibu'+
2.3 Etiologi dan Patofisiologi 2.3.1 Pembent!an Pa" dan S"fa!tan
embentukan paru dimulai pada kehamilan / * " minggu dengan terbentuknya trakea dari esofagus' ada +" minggu terbentuk rongga udara yang terminal termasuk epitel dan kapiler, serta diferensiasi pneumosit tipe dan ' Sejak saat ini pertukaran gas dapat terjadi namun jarak antara kapiler dan rongga udara masih + */ kali lebih lebar dibanding pada dewasa' Setelah /minggu terjadi pembentukan bronkiolus terminal, dengan pembentukan al5eoli sejak /+ $ /" minggu'+ Surfaktan munul pada paru*paru janin mulai usia kehamilan +- minggu tapi belum menapai permukaan paru' 6unul pada airan amnion antara +#*/+ minggu' 7e5el yang matur baru munul setelah /2 minggu kehamilan' Surfaktan mengurangi tegangan permukaan pada rongga al5eoli, memfasilitasi ekspansi paru dan menegah kolapsnya al5eoli selama ekspirasi' Selain itu dapat pula menegah edema paru serta berperan pada sistem pertahanan terhadap infeksi'+ .omp .ompone onen n utam utamaa surf surfakt aktan an adal adalah ah Dipalmitylphosphatidylcholine Dipalmitylphosphatidylcholine ( (lecithin lecithin)) $ # 0, phosphatidylglycerol 0, phosphatidylglycerol $ $ 3 0, phosphatidylethanolamine 0, phosphatidylethanolamine $ $ / 0, apoprotein ( surfactant protein protein 8, 9, :, D) dan cholesterol ' Dengan bertambahnya usia kehamilan, bertambah pula produksi fosfolipid dan penyimpanannya pada sel al5eolar tipe ' rotein merupakan 1- 0 dari surfaktan', fungsinya adalah memfasilitasi pembentukan film fosfolipid pada perbatasan udara*airan di al5eolus, dan ikut serta dalam proses perombakan surfaktan'+
2
Gambar 1' 6etabolisme surfaktan Sumber ; www.ttuhsc.edu
Surfaktan Surfaktan disintesa disintesa dari prekursor prekursor di retikulum retikulum endoplasma endoplasma dan dikirim ke aparatus aparatus Golgi melalui badan multi5esikular' multi5esikular' .omponen*komponennya tersusun dalam badan lamelar, yait yaitu u penyi penyimp mpana anan n intr intras asel el berbe berbent ntuk uk granu granull sebe sebelu lum m surf surfak akta tan n dise disekr kres esik ikan' an' Setel Setelah ah disekresikan (eksositosis) ke perbatasan airan al5eolus, fosfolipid*fosfolipid surfaktan disusun menjadi struktur kompleks yang disebut mielin tubular' 6ielin tubular meniptakan fosfolipid yang yang mengha menghasil silkan kan materi materi yang melapis melapisii perbat perbatasa asan n airan airan dan udara udara
di al5eolus, al5eolus, yang
menurunkan menurunkan tegangan tegangan permukaan' permukaan' .emudian .emudian surfaktan surfaktan dipeah, dan fosfolipi fosfolipid d serta serta protein protein dibawa kembali ke sel tipe , dalam bentuk 5esikel*5esikel keil , melalui jalur spesifik yang melibatkan endosom dan ditransportasikan ditransportasikan untuk disimpan sebagai badan lamelar untuk didaur ulang' 9eberapa surfaktan juga dibawa oleh makrofag al5eolar ' Satu kali transit dari fosfolipid melalui lumen al5eoli biasanya membutuhkan beberapa jam' 4osfolipid dalam lumen dibawa kembali ke sel tipe dan digunakan kembali 1- kali sebelum didegradasi' rotein surfaktan disint disintesa esa sebaga sebagaii poliri poliribos bosom om dan dimodi dimodifik fikasi asi seara seara eksten ekstensif sif di retiku retikulum lum endopl endoplasm asma, a, aparat aparatus us Golgi Golgi dan badan badan multi multi5es 5esikul ikular ar'' rotei rotein n surfak surfaktan tan didete dideteksi ksi dalam dalam badan badan lamela lamelar r sebelum surfaktan disekresikan ke al5eolus'+ .egagalan mengembangkan functional mengembangkan functional residual capacity (4R:) capacity (4R:) dan keenderungan dari paru yang terkena untuk mengalami atelektasis berhubungan dengan tingginya tegangan
3
permukaan
dan
absennya
phosphatydilglyerol,
phosphatydilinositol,
phosphatydilserin,
phosphatydilethanolamine dan sphingomyelin' embentukan surfaktan dipengaruhi p< normal, suhu dan perfusi' 8sfiksia, hipoksemia, dan iskemia pulmonal= yang terjadi akibat hipo5olemia, hipotensi dan stress dingin= menghambat pembentukan surfaktan' pitel yang melapisi paru*paru juga dapat rusak akibat konsentrasi oksigen yang tinggi dan efek pengaturan respirasi, mengakibatkan semakin berkurangnya surfaktan'+,/
2.3.2 Patofisiologi
maturitas paru seara anatomis dan dinding dada yang belum berkembang dengan baik mengganggu pertukaran gas yang adekuat' embersihan airan paru yang tidak efisien karena jaringan interstitial paru imatur bekerja seperti spons' dema interstitial terjadi sebagai resultan dari meningkatnya permeabilitas membran kapiler al5eoli sehingga airan dan protein masuk ke rongga al5eoli yang kemudian mengganggu fungsi paru*paru' Selain itu pada neonatus pusat respirasi belum berkembang sempurna disertai otot respirasi yang masih lemah'+ 8l5eoli yang mengalami atelektasis, pembentukan membran hialin, dan edema interstitial mengurangi compliance paru*paru= dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi untuk mengembangkan saluran udara dan al5eoli keil' Dinding dada bagian bawah tertarik karena diafragma turun dan tekanan intratorakal menjadi negatif, membatasi jumlah tekanan intratorakal yang dapat diproduksi' Semua hal tersebut menyebabkan keenderungan terjadinya atelektasis' Dinding dada bayi prematur yang memiliki ompliane tinggi memberikan tahanan rendah dibandingkan bayi matur, berlawanan dengan keenderungan alami dari paru*paru untuk kolaps' ada akhir respirasi 5olume toraks dan paru*paru menapai 5olume residu, enerung mengalami atelektasis'+ .urangnya pembentukan atau pelepasan surfaktan, bersama dengan unit respirasi yang keil dan berkurangnya compliance dinding dada, menimbulkan atelektasis, menyebabkan al5eoli memperoleh perfusi namun tidak memperoleh 5entilasi, yang menimbulkan hipoksia' 9erkurangnya compliance paru, tidal 5olume yang keil, bertambahnya ruang mati fisiologis, bertambahnya usaha bernafas, dan tidak ukupnya 5entilasi al5eoli menimbulkan hiperarbia' .ombinasi hiperkarbia, hipoksia, dan asidosis menimbulkan 5asokonstriksi arteri pulmonal dan meningkatkan pirau dari kanan ke kiri melalui foramen ovale, ductus arteriosus, dan melalui 4
paru sendiri'
8liran darah paru berkurang, dan jejas iskemik pada sel yang memproduksi
surfaktan dan bantalan 5askuler menyebabkan efusi materi protein ke rongga al5eoli'+ ada bayi imatur, selain defisiensi surfaktan, dinding dada ompliant, otot nafas lemah dapat menyebabkan kolaps al5eolar'
2.# $anifestasi Klini!
>anda dari RDS biasanya munul beberapa menit sesudah lahir, namun biasanya baru diketahui beberapa jam kemudian di mana pernafasan menjadi epat dan dangkal (&-? !menit)'9ila didapatkan onset takipnea yang terlambat harus dipikirkan penyakit lain' 9eberapa pasien membutuhkan resusitasi saat lahir akibat asfiksia intrapartum atau distres pernafasan awal yang berat (bila berat badan lahir sangat rendah)'+,/ 9iasanya ditemukan takipnea, grunting, retraksi interkostal dan subkostal, dan pernafasan uping hidung' Sianosis meningkat, yang biasanya tidak responsif terhadap oksigen' Suara nafas dapat normal atau hilang dengan kualitas tubular yang kasar, dan pada inspirasi dalam dapat terdengan ronkhi basah halus, terutama pada basis paru posterior' >erjadi perburukan yang progresif dari sianosis dan dyspnea'+,/ 9ila tidak diterapi dengan baik, tekanan darah dan suhu tubuh akan turun, terjadi peningkatan sianosis, lemah dan puat, grunting berkurang atau hilang seiring memburuknya 5
penyakit'apnea dan pernafasan iregular munul saat bayi lelah, dan merupakan tanda perlunya inter5ensi segera'+,/ Dapat juga ditemukan gabungan dengan asidosis metabolik, edema, ileus, dan oliguria' >anda asfiksia sekunder dari apnea atau kegagalan respirasi munul bila ada progresi yang epat dari penyakit' .ondisi ini jarang menyebakan kematian pada bayi dengan kasus berat' >api pada kasus ringan, tanda dan gejala menapai punak dalam / hari' Setelah periode inisial tersebut, bila tidak timbul komplikasi, keadaan respirasi mulai membaik' 9ayi yang lahir pada /+ $ // minggu kehamilan, fungsi paru akan kembali normal dalam 1 minggu kehidupan' ada bayi lebih keil (usia kehamilan +& $ +# minggu) biasanya memerlukan 5entilasi mekanik'+ erbaikan ditandai dengan diuresis spontan, dan kemampuan oksigenasi pada kadar oksigen lebih rendah' .ematian jarang terjadi pada 1 hari pertama, biasanya terjadi pada hari kedua sampai ketujuh, sehubungan dengan adanya kebooran udara al5eoli (emfisema interstitial, pneumothora?) perdarahan paru atau intra5entrikular'+ .ematian
dapat
terjadi
setelah
beberapa
minggu
atau
bulan
bila
terjadi
bronchopulmonary displasia (9D) pada penderita dengan 5entilasi mekanik (RDS berat)'+
2.% Diagnosis 2.%.1 &e'ala !linis
9ayi kurang bulan (Dubowit@ atau New 9allard Sore) disertai adanya takipneu (A&-?!menit), retraksi kostal, sianosis yang menetap atau progresif setelah "#*3+ jam pertama kehidupan, hipotensi, hipotermia, edema perifer, edema paru, ronki halus inspiratoir' 6anifestasi klinis berupa distress pernafasan dapat dinilai dengan Sil5erman Sore'
6
Gambar +' Sil5erman sore Sumber ; Silverman W, Anderson D. Pediatrics 1!1, 1"#$. American Academy of Pediatrics. Sore 1- B Se5ere respiratory distress Sore C 3 B mpending respiratory failure Sore -
B No respiratory distress
Peme"i!saan
S!o"
>abel 1' 5aluasi gawat nafas pada neonatus dengan skor downes 1
+
4rekuensi nafas
&- ?!menit
&-*#- ?!menit
#- ?!menit
Retraksi
(*)
Retraksi ringan
Retraksi berat
Sianosis
(*)
Sianosis
hilang Sianosis menetap
dengan -+ 8ir entry
dara masuk
enurunan ringan >idak ada udara 7udara
6erintih
(*)
walau dengan -+
Dapat
masuk
masuk
didengar Dapat
dengan stetoskop
didengar
tanpa alat bantu
>otal ; 1*/
Sesak nafas ringan
"*2
Sesak nafas sedang
C&
Sesak nafas berat
5entilator
Sumber ; http!%%ocw.usu.ac.id
2.%.2 &amba"an (ontgen
9erdasarkan
gambaran
rontgen,
paru*paru
dapat
memberikan
gambaran
yang
karakteristik, tapi bukan patognomonik, meliputi gambaran retikulogranular halus dari parenkim dan gambaran air bronchogram tampak lebih jelas di lobus kiri bawah karena superimposisi dengan bayangan jantung' 8walnya gambaran rontgen normal, gambaran yang tipikal munul dalam &*1+ hari'+," Gambaran rontgen RDS dapat dibagi menjadi " tingkat ;" Stage
; berak retikulogranuler dengan air bronhogram
Stage
; berak retikulogranuler menyeluruh dengan air brohogram
Stage
; opasitas lebih jelas, dengan air bronhogram lebih jelas meluas ke abang di perifer= gambaran jantung menjadi kabur
Stage E
; seluruh lapangan paru terlihat putih (opak), tidak tampak air bronhogram, jantung tidak terlihat, disebut juga Fwhite lung
8
Gambar /' Rontgen RDS Sumber ; http!%%www.&inderradiologie'online 2.%.3 )abo"ato"im
Dari pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
2.* Diagnosis Banding 2.*.1 Pnemonia neonatal
neumonia neonatal disebabkan infeksi intrauterin atau selama persalinan, umumnya infeksi bakterialis' ada bayi prematur, infeksi ' oli merupakan penyebab yang biasa ditemukan' Dalam diagnosis banding, sepsis akibat Streptoous grup 9 kurang bisa dibedakan dengan RDS' ada pneumonia yang munul saat lahir, gambaran rontgen dada dapat identik dengan RDS, namun ditemukan ous gram positif dari aspirat lambung atau trakhea, dan apus buffy oat' >es urin untuk antigen streptoous positif, serta adanya netropenia'1,"
9
Gambar "' Rontgen pneumonia 8 Sumber ; http!%%www.aafp.org%(ournals%afp.html 2.*.2 T"ansient Ta+,-pnea of T,e Nebo"n
>akipnea transien dari bayi yang baru lahir adalah penyebab paling umum dari gangguan pernapasan neonatal, yang merupakan lebih dari "- persen kasus' >erjadi ketika airan paru residual tetap dalam jaringan paru*paru janin setelah melahirkan' 9iasanya pada bayi ukup bulan atau sedikit prematur, lahir dengan operasi aesar, preipitous labour' 8nak mengalami distres pernapasan ringan segera setelah lahir yang membaik dalam beberapa jam kemudian, umumnya kurang dari +" jam' 9ila tidak segera membaik pikirkan kemungkinan neonatal pneumonia' >N (kebalikan dari RDS $ hipoaerasi)' Densitas retikulogranular bilateral akan hilang bilang diberi 5entilasi, sementara pada RDS gambaran opak menetap minimal / $ " hari'1,"
10
Gambar 2' Rontgen dada >>N Sumber ; http!%%www.aafp.org%(ournals%afp.html 2.*.3 Sind"oma aspi"asi me!onim
Sindrom 8spirasi 6ekonium merupakan penyebab terbanyak distres pernapasan pada bayi ukup atau lebih bulan' 6ekonium yang masuk ke dalam saluran napas menyebabkan terjadinya obstruksi bronkial, air*trapping (akibat partikel mekonium menyumbat bronkus keil di
perifer)
dan
pneumonitis
kimiawi'
Dapat
terjadi
komplikasi
pneumotoraks,
pneumomediastinum, hipertensi pulmonal, pirau kanan ke kiri serta kerusakan otak akibat anoksia' >erlihat adanya air trapping, gambaran opak noduler kasar difus, serta area emfisema fokal' 9erbeda dengan gambaran opak granuler halus pada RDS' aru*paru biasanya hiperaerasi'1,"
Gambar &' Sindrom aspirasi mekonium Sumber ; http!%%www.aafp.org%(ournals%afp.html
11
>abel +' erbedaan >N, RDS, 68S
Sumber ; http!%%www.aafp.org%(ournals%afp.html 2.*.# )ain/lain
enyakit jantung sianotik (anomali total aliran balik 5ena pulmonal), sirkulasi fetal yang persisten, sindroma aspirasi, pneumotora? spontan, efusi pleura, e5entrasi diafragma, dan hernia diafragma, atau emfisema lobaris harus dipertimbangkan, dan untuk membedakannya diperlukan gambaran rontgen'1,2 roteinosis al5eoli kongenital adalah kelainan familial yang jarang dan kadang munul sebagai respiratory distress syndrome (RDS) yang berat dan mematikan' erdarahan paru, sepsis'
12
Hang terpenting adalah menegah prematuritas, seperti menghindari operasi aesar yang tidak perlu, penganan yang baik dari kehamilan dan persalinan yang berisiko tinggi, prediksi dan terapi intra uterin dari imaturitas paru*paru' 6enurut Goldenberg, hal*hal yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kelahiran prematur adalah, ibu yang merokok, abnormalitas dutus 6ulerian, ibu yang bekerja terlalu keras selama kehamilan' emberian preparat 4e menegah ibu mengalami anemia, hal ini ternyata dapat mengurangi angka kelahiran prematur' ada 1- 0 wanita hamil yang menjalani apus 5agina pada kehamilan +" $ +3 minggu, ditemukan fibronektin yang merupakan penanda terjadinya infeksi' nfeksi dapat menimbulkan kelahiran yang prematur, oleh karena itu sedang dilakukan penelitian apakah aman bila ibu hamil dengan infeksi diberikan terapi metronida@ol'2 ada saat menentukan waktu untuk induksi persalinan atau operasi aesar, perkiraan lingkar kepala fetus dengan SG dan penentuan konsentrasi leithin pada airan amnion dengan rasio leithin ; sphingomyelin, menurunkan kemungkinan lahirnya bayi prematur' emantauan intrauterin antenatal dan intrapartum menurunkan kemungkinan terjadinya asfiksia, yang dikaitkan dengan meningkatnya insidensi dan beratnya RDS' 2.0.2 $embant pematangan pa"
6enurut Gulk dan .ulo5ih (1%3/), airan paru*paru fetus merupakan bagian yang penting dari airan amnion' nsidensi RDS hanya -,2 0 bila rasio leithin ; sphingomyelin A +' :lements et al (1%3+) menentukan ada tidaknya surfaktan pada airan amnion dengan melakukan tes kook' Dasar dari tes ini adalah sifat surfaktan yang membentuk buih yang stabil bila ada ethanol' Sejumlah airan amnion dienerkan berseri dengan ethanol %2 0' 6asing*masing dikook 12 detik, diamkan 12 menit' 8danya inin buih yang tidak terputus pada meniskus pada tiga tabung pertama atau lebih berarti positif (paru*paru matur)'2 ntuk mengetahui maturitas paru, dapat juga dilakukan pemeriksaan ada tidaknya phosphatydilglyerol dari airan amnion' hosphatydilglyerol munul di airan amnion pada usia kehamilan /& minggu' .eberadaannya menunjukan kematangan paru' 13
>abel /' 9iohemial assays untuk kematangan paru 7eithin!sphingomyelin .onsentrasi 7 total .onsentrasi 7 disaturasi hosphatydilglyerol
6atur A+ A +,2 mg!1-- ml A /2 n6!ml resent
• ellet pada 1-'---?gr
A/0
•0
dari
Sumber ;
phospholipids A 1- n6!ml
total • Determinasi en@imatik
.onsentrasi as' almitat 8s' palmitat!as' Stearat .onsentrasi 7 total 7 phosphorus total 8ase Surfaktan dengan 6I*
A -,-3+ n6!7 A 2,A +,# mg ! 1-- ml A -,1"- mg ! 1-- ml A -,2A /- 0 term pool
apoprotein tinggi http!%%www.aafp.org%(ournals%afp.html 2.0.2.1 Ko"ti!oste"oid
emberian de?amethasone atau betamethasone pada ibu hamil "# $ 3+ hari sebeum melahirkan fetus berusia /+ minggu kehamilan atau kurang menurunkan insidensi, mortalitas dan morbiditas RDS' :ortiosteroid dapat diberikan seara intramuskular pada wanita hamil yang kadar leithin pada airan amnionnya menunjukan imaturitas paru*paru, dan bagi yang direnanakan akan melahirkan 1 minggu kemudian, atau persalinan akan ditunda "# jam atau lebih' Steroid berikatan dengan reseptor spesifik di sel paru*paru dan merangsang produksi phosphatydilcholine oleh sel tipe ' roses ini membutuhkan waktu, karena itulah efektifitas steroid berkurang bila diberikan kurang dari +" jam sebelum melahirkan' fektifitasnya juga berkurang bila diberikan pada usia kehamilan lebih dari /" minggu, dan efeknya hilang pada 3 *1- hari setelah pemberian' .euntungan terbesar didapatkan bila inter5al pemberian dengan kelahiran lebih dari "# jam namun kurang dari 3 hari' emberian steroid tidak mempengaruhi insidensi penyakit paru kronis namun menurunkan kejadian perdarahan intraranial sehingga menurunkan insidensi cerebral palsy di kemudian hari'+,2 14
Semua wanita dengan usia kehamilan +/ $ /" minggu yang diperkirakan beresiko akan melahirkan dalam 3 hari, diberikan kortikosteroid' Dapat diberikan bethametasone 1+ mg 6 diulang setelah +" jam (total dosis +" mg selama +" $ "# jam diperbolehkan)' Dapat juga diberikan de?amethasone & mg 6 tiap 1+ jam untuk " dosis' >erapi tidak disarankan untuk diulang dalam jangka waktu 3 hari' .ontraindikasi pemberian steroid adalah ibu dengan tirotoksikosis, kardiomiopati, infeksi aktif atau horioamnionitis' Diabetes, preeklamsi, preterm prelabour rupture of the membran, dan horioamnionitis dalam terapi bukan merupakan kontraindikasi pemberian steroid'+,2 >erapi glukokortikoid prenatal menurunkan deratnya RDS dan menurunkan insidensi komplikasi
prematuritas
arteriosus (D8),
yang
lain
pneumothora?,
dan
seperti
perdarahan
enterokolitis
intra5entrikular, patent
nekrotikan,
tanpa
ductus
mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan neonatus, mekanisme atau pertumbuhan paru, ataupun insidensi infeksi' Glukokortikoid prenatal dapat beraksi sinergis dengan terapi surfaktan eksogen posnatal'+,2
2. Te"api
>erapi terutama ditujukan pada pertukaran J+ dan :J+ yang tidak adekuat di paru*paru, asidosis metabolik dan kegagalan sirkulasi adalah manifestasi sekunder' 9eratnya RDS akan berkurang bila dilakukan penanganan dini pada bayi 997R, terutama terapi asidosis, hipoksia, hipotensi dan hipotermia' .ebanyakan kasus RDS bersifat self'limiting , jadi tujuan terapi adalah untuk meminimalkan kelainan fisiologis dan masalah iatrogenik yang memperberat' enanganan sebaiknya dilakukan di N:' +,2 2..1 (essitasi di tempat mela,i"!an
Resusitasi adekuat di kamar bersalin untuk semua kelahiran prematur' 6enegah perinatal asfiksia yang dapat mengganggu produksi surfaktan' 6enegah terjadinya hipotermia dengan menjaga suhu bayi sekitar /&,2*/3,2 derajat :elius di mana kebutuhan oksigen berada pada batas minimum'+,& emberian obat selama resusitasi ;+,& • 8drenalin 1- mirogram !kg (-,1 ml!kg larutan 1 ; 1-'---) bila bradikardi persisten setelah
5entilasi dan kompresi yang adekuat' Dosis pertama dapat diberikan intratrahea atau
15
intra5ena, 1 dosis lagi diberikan intra5ena bila bayi tetap bradikardi, dosis ketiga dapat diberikan sebesar 1-- mirogram!kg bila situasi sangat buruk' • emberian biarbonat " mmol!kg merupakan setengah koreksi untuk defisit basa +- mmol
(larutan biarbonat #,"0 mengandung 1 mmol!ml), atau + mK!kg dari konsentrasi -,2 mK!ml' emberian dilakukan seara intra5ena dengan hati*hati' • Eolume e?pander 1- ml!kg • 9olus glukosa 1- 0 1 ml!kg 99'
2..2 S"fa!tan E!sogen
nstilasi surfaktan eksogen multidosis ke endotrakhea pada bayi 997R yang membutuhkan oksigen dan 5entilasi mekanik untuk terapi penyelamatan RDS sudah memperbaiki angka bertahan hidup dan menurunkan insidensi kebooran udara dari paru sebesar "- 0, tapi tidak menurunkan insidensi bronchopulmonary dysplasia (9D) seara konsisten' fek yang segera munul meliputi perbaikan oksigenasi dan perbedaan oksigen al5eoli $ arteri dalam
"#$3+
jam
pertama
kehidupan,
menurunkan
tidal
5olume
5entilator,
meningkatkan compliance paru, dan memperbaiki gambaran rontgen dada' emberian surfaktan eksogen menurunkan insidensi 9D, namun tidak berpengaruh terhadap insidensi D8, perdarahan intrakranial, dan neroti@ing enteroolitis (N:)' >erdapat peningkatan insiden perdarahan paru pada pemberian surfaktan sintetik sebesar 2 0'& Surfaktan dapat diberikan segera setelah bayi lahir (terapi profilaksis) atau beberapa jam kemudian setelah diagnosa RDS ditegakkan (terapi penyelamatan)' >erapi profilaksis lebih efektif dibandingkan bila diberi beberapa jam kemudian' 9ayi yang mendapat surfaktan eksogen sebagai terapi profilaksis membutuhkan oksigen dan 5entilasi mekanik lebih sedikit disertai angka bertahan hidup yang lebih baik' 9ayi yang lahir kurang dari /+ minggu kehamilan harus diberi surfaktan saat lahir bila ia memerlukan intubasi' >erapi biasa dimulai +" jam pertama kehidupan, melalui >> tiap 1+ jam untuk total " dosis' emberian + dosis atau lebih memberikan hasil lebih baik dibanding dosis tunggal' antau radiologi, 9G8, dan pulse o?ymetri'& 8da " surfaktan yang memiliki lisensi di . untuk terapi' Hang berasal dari binatang adalah :urosurf, diekstrak dari paru*paru babi, diberikan 1,+2*+,2 ml!kg, dan Sur5anta, ekstrak dari paru*paru sapi dengan penambahan / jenis lipid (phosphatidylholine, asam palmitat, dan 16
trigliserid), diberikan " ml!kg' .edua surfaktan ini mengandung apoprotein S*9 dan S*: dengan proporsi yang berbeda dengan yang dimiliki manusia' 8poprotein S*8 dan S*D tidak ditemukan'
Surfaktan
sintetik
tidak
mengandung
protein'
?osurf
merupakan
gabungan phospholipid dipalmitoylphosphatidylholine (D:), he?adeanol dan tylo?apol, diberikan 2 ml!kg' abel "' 6aam*maam surfaktan Tipe Sur5anta
Asal
Surfatant >8
mine
9o5ine
8l5eofat b7S (bo5ine lipid
e?trat
surfaktan)
Dosis " m7
tripalmitin
mg)!kg,
S (9-'20,A
1*" doses K&h
9o5ine
lung %%0 7, 10
la5age
S*9 and S*:
9o5ine
lung
la5age
:alf
nfasurf
lung
Komposisi D:,
la5age
refrigerate 4ederal
"2 mg!m7
Republi of Germany
10 S*9 and
tripalmitin, S
(9+%-
g!m7,
:/&-
g!m7) :alf
(1--
320 : and
S*: D:, lung
Kete"angan
:anadian
/
m7
(1-2
mg)!kg,
&
m7
5ials,
1*" doses, K&* refrigerate 1+h
lung
surfatant
Sama seperti nfasurf
e?trat (:7S)
:urosurf
?osurf
6ined lung Syntheti
pig
+'2 m7 (+--
D:, S*9 and S*: (Lamount) #20
mg)!kg 1'+2 m7 (1--
mg)!kg D:, 2 m7
%0
mg)!kg, 17
1'2 and / m7
(&3'2 7yophili@ed= dissol5e in #
Surfa?an (.7")
Syntheti
he?adeanol,
1*"
&0 tylo?apol D:,
K1+h
doses,
syntheti peptide 3-0 D:,
87:
Syntheti
6l
/-0
unsaturated G Sumber ; http!%%www.nlm.nih.gov%medlineplus
ossibly disontinued
Studi yang membandingkan antara surfaktan natural dan sintetik menunjukan bahwa oksigenasi arteri lebih epat pulih (onset of ation surfaktan natural lebih epat dari surfaktan sintetik) dan komplikasi kebooran udara lebih jarang terjadi pada bayi yang diterapi dengan surfaktan natural'2 .omplikasi pemberian surfaktan antara lain hipoksia transien dan hipotensi, blok >>, dan perdarahan paru' erdarahan paru terjadi akibat menurunnya resistensi pambuluh darah paru setelah pemberian surfaktan, yang menimbulkan pirau kiri ke kanan melalui duktus arteriosus'2
2..3 !sigenasi dan monito"ing analisa gas da"a,
Jksigen lembab hangat diberikan untuk menjaga agar kadar J+ arteri antara 22 $ 3mm
.ateter radioopak harus selalu digunakan dan posisinya diperiksa melalui foto rontgen setelah pemasangan' jung dari kateter arteri umbilikalis harus berada di atas bifurkasio aorta atau di atas aksis eliaa (>& $ >1-)' enempatan harus dilakukan oleh orang yang ahli' .ateter harus diangkat segera setelah tidak ada indikasi untuk penggunaan lebih lanjut, yaitu saat aJ+ stabil dan +raction of nspiratory J+ (4J+) kurang dari "- 0'+,2 engawasan periodik dari tekanan oksigen dan karbondioksida arteri serta p< adalah bagian yang penting dari penanganan, bila diberikan 5entilasi buatan maka hal $ hal tersebut harus dilakukan' Darah diambil dari arteri umbilikal atau perifer' 8rteri temporalis merupakan kontra indikasi karena menimbulkan emboli erebral retrograd' J+ jaringan harus selalu dipantau dari elektroda yang ditempatka di kulit atau pulse o)imetry (saturasi oksigen)' Darah kapiler tidak berguna untuk menentukan J+ tapi dapat digunakan untuk memantau :J+ dan p<'+,2
2..# lid and Nt"ition
.alori dan airan diberikan seara intra5ena' Dalam +" jam pertama berikan infus glukosa 1-0 dan airan melalui 5ena perifer sebanyak &2*32 ml!kg!+" jam' .emudian tambahkan elektrolit, 5olume airan ditingkatkan bertahap sampai 1+-*12- ml!kg!+" jam' :airan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya Patent Ductus Arteriosus(D8)' emberian nutrisi oral dapat dimulai segera setelah bayi seara klinis stabil dan distres nafas mereda' 8S adalah pilihan terbaik untuk nutrisi enteral yang minimal, serta dapat menurunkan insidensi N:'+
2..% 4entilasi 2..%.1 5ontinos Positi6e Ai"a- P"ess"e 75PAP8
:8 memperbaiki oksigenasi dengan meningkatkan funtional residual apaity (4R:) melalui perbaikan al5eoli yang kolaps, menstabilkan rongga udara, menegahnya kolaps selama ekspirasi' :8 diindikasikan untuk bayi dengan RDS aJ+ 2-0' emakaian seara nasopharyngeal atau endotraheal saja tidak ukup untuk bayi keil, harus diberikan 5entilasi mekanik bila oksigenasi tidak dapat dipertahankan' ada bayi dengan berat lahir di atas +--- gr 19
atau usia kehamilan /+ minggu, :8 nasopharyngeal selama beberapa waktu dapat menghindari pemakaian 5entilator' 6eski demikian obser5asi harus tetap dilakukan dan :8 hanya bisa diteruskan bila bayi menunjukan usaha bernafas yang adekuat, disertai analisa gas darah yang memuaskan'2 :8 diberikan pada tekanan &*1- m <+J melalui nasal prongs'
2..%.2 4entilasi $e!ani!
9ayi dengan RDS
berat
atau disertai komplikasi, yang berakibat
timbulnya
apnea persisten membutuhkan 5entilasi mekanik buatan' ndikasi penggunaannya antara lain ;2 1 8nalisa gas darah menunjukan hasil buruk • p< darah arteri 3,+2 • p:J+ arteri A &- mm
+ .olaps ardiorespirasi / apnea persisten dan bradikardi 6emilih 5entilator mekanik Eentilasi tekanan positif pada bayi baru lahir dapat diberikan berupa 5entilator kon5ensional atau 5entilator berfrekuensi tinggi (12- ? ! menit)'2 Eentilator kon5ensional dapat berupa tipe F5olume atau Ftekanan, dan dapat diklasifikasikan lebih lanjut dengan dasar cycling mode $ biasanya siklus inspirasi diterminasi' ada modus pressure limited time cycled ventilation, tekanan punak inspirasi diatur dan selama inspirasi udara dihantarkan untuk menapai tekanan yang ditargetkan' Setelah target terapai, 5olume gas yang tersisa dilepaskan ke atmosfer'
berakhir bila aliran telah menapai le5el pre'set atau sangat rendah ( flow ventilators)' 8da juga 5entilator
yang
mampu
menggunakan
baik
5olume
atau pressure
controlled
ventilation bergantung pada keinginan operator'2 Eentilasi dengan fekuensi tinggi biasanya diberikan dengan high fre-uency oscillatory ventilators (<4JE)' >erdapat piston pump atau vibrating diaphragmyang beroperasi pada frekuensi sekitar that 1- <@ (1 <@ B 1 cycle per second , &-cycles per minute)' Selama <4JE, baik inspirasi maupun ekspirasi sama*sama aktif' >ekanan osillator pada jalan udara memproduksi 5olume tidal sekitar +*/ ml dengan tekanan rata*rata jalan udara dipertahankan konstan, mempertahankan 5olume paru eki5alen untuk menggunakan :8 dengan le5el sangat tinggi' Eolume gas yang dipindahkan pada 5olume tidal ditentukan oleh ampiltudo tekanan jalan udara osillator ()'
Eentilator kon5ensional
darah' berlebih dapat menyebabkan paru mengalami distensi berlebihan dan meningkatkan resiko baro!5olutrauma dan menimbulkan kebooran udara'2 b. Positive 0nd 0)piratory Pressure P00P/ yang adekuat menegah kolaps al5eoli dan dengan mempertahankan 5olume paru saat akhir respirasi, memperbaiki keseimbangan E!M' eningkatan memperbesar 68 dan memperbaiki oksigenasi' Sebaliknya, berlebih (A # m <+J) menginduksi hiperkarbia dan memperburuk compliance paru dan mengurangi hantaran 5olume tidal karena al5eoli terisi berlebihan ( B * )' berlebih juga dapat menimbulkan efek sampping pada hemodinamik karena paru mengalami distensi berlebih, menyebabkan penurunan venous return, yang kemudian menurunkan urah jantung' >ekanan / $ & m <+J memperbaiki oksigenasi pada bayi baru lahir dengan RDS tanpa mengganggu mekanisme paru*paru, eliminasi :J+ atau stabilitas hemodinamik'2
' 4rekuensi >erdapat + metode dasar, frekuensi rendah dan frekuensi tinggi 4rekuensi rendah dimulai pada keepatan /- * "- nafas ! menit (bpm)' 6etode epat sekitar &- bpm dan dapat ditingkatkan hingga 1+- bpm bila bayi bernafas lebih epat dari 5entilator' Iaktu ekspirasi harus lebih panjang dari inspirasi untuk menegah al5eoli mengalami distensi berlebihan, waktu inspirasi harus dibatasi maksimum -,2 detik selama 5entilasi mekanik keuali dalam keadaan khusus' ada frekuensi tinggi terjadi penurunan insidensi pneumotoraks , mungkin karena frekuensi ini sesuai dengan usaha nafas bayi' Iaktu inspirasi memanjang akan meningkatkan 68 dan memperbaiki oksigenasi, dan merupakan alternati5e dari peningkatan ' Namun hal ini merupakan predisposisi dari distensi berlebihan pada paru serta air trapping karena waktu ekspirasi berkurang'2 d' .eepatan 8liran 8liran minimum setidaknya + kali minute ventilation bayi (normal ; -'+ $ 1 7 ! menit) ukup adekuat, tapi dalam prakteknya digunakan " $ 1- 7 ! menit' 9ila digunakan frekuensi nafas lebih tinggi dengan waktu inspirasi lebih pendek, keepatan aliran di atas kisaran harus diberikan untuk menjamin penghantaran 5olume tidal' .eepatan aliran yang tinggi memperbaiki oksigenasi karena efeknya pada 68' 9eberapa 5entilator memiliki keepatan aliran yang tetap, yaitu sebesar 2 7 ! menit'2 22
.egagalan surfaktan 9ila oksigenasi arteri tetap rendah setelah pemberian + dosis surfaktan, bayi dikatakan tidak berespon terhadap surfaktan' enyebabnya antara lain sepsis, hipertensi pulmonal, pneumotoraks, atau pulmonary interstitial emphysema ()' Segera naikan 4iJ+ hingga %-0, kemudian naikan and sambil mengobser5asi pergerakan dada' 7akukan roentgen thoraks' sahakan menjaga waktu inspirasi agar terjadi sinkronisasi' 9ila tetap asinkron setelah pemberian sedasi dan analgesi lakukan paralysis (pankuronium bromide E -,-" $ -,1 mg!kg)' Iaktu inspirasi dapat diperpanjang A-,2 detik, dengan frekuensi 5entilator diturunkan hingga /-*&- nafas ! menit' 9eberapa bayi berespon terhadap <4JE'2 8kti5itas pernafasan bayi 9ernafas tidak selaras dengan 5entilator merupakan fator resiko dari beberapa komplikasi seperti pertukaran udara yang tidak efektif, air trapping , pneumothora), dan perdarahan intra5entriular' Sedasi dapat mengurangi akti5itas pernafasan bayi atau dapat digunakan penghambat musular non'depolarising (tidak disarankan)' ilihan lain adalah dengan menaikan keepatan 5entilator atau menggunakan patient triggered ventilation (>E)'2
2..0 Antibioti!
.arena sulit untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi streptokokus grup 9 atau infeksi lain dari RDS, diindikasikan untuk memberikan antibakteri sampai hasil kultur darah selesai' enisilin atau ampisilin dengan kanamisin atau gentamisin dapat diberikan, tergantung pola sensiti5itas bakteri di rumah sakit tempat perawatan'
2.9 Kompli!asi da"i (DS dan Pe"aatan intensif
9erdasarkan waktu terjadinya, komplikasi dapat dibagi menjadi akut dan kronis' Hang tergolong akut adalah kebooran udara, infeksi, perdarahan intrakranial, dan D8' Sedangkan yang tergolong kronis adalah penyakit paru kronis, retinopathy of prematurity (RJ), serta kelainan neurologis'+,2 2.9.1 Kompli!asi a!t 23
atent Dutus 8rteriosus .onstriksi dan penutupan duktus biasanya terjadi dalam "# jam setelah lahir pada bayi term dan preterm tanpa distress nafas' D8 terjadi sebanyak /&0 pada bayi prematur dengan 5entilasi buatan' D8 memberikan gejala bila diameter duktus A 1,2 mm' emberian steroid antenatal atau indometasin profilaksis menegah terjadinya D8' nsidensi D8 pada bayi prematur dengan RDS sekitar %-0' Dengan meningkatnya angka bertahan hidup bayi sangat keil disertai penggunaan surfaktan eksogen, D8 sebagai komplikasi RDS merupakan masalah dari penanganan RDS pada awal kehidupan' ransfusi R: dan 44 mungkin diperlukan untuk mengganti 5olume yang hilang, namun restriksi airan diindikasikan bila perdarahan terjadi akibat kegagalan 5entrikel kiri' 9ila penyebabnya D8, maka D8 harus diterapi' ulmonary nterstitial mphysema () 9ila terjadi ruptur al5eolus atau saluran napas terminal, udara akan masuk ke ruang interstitial paru menyebabkan ' .emudian udara masuk bronho5asular sheat menyebar ke perifer' dapat terjadi simetris, asimetris atau terlokalisasi pada satu bagian paru' yang terletak di perifer dapat menimbulkan bleb subpleura yang bila peah akan menimbulkan pneumotoraks'
9isa
juga
menyebabkan
terjadinya
pneumomediastinum
atau
pneomoperiardium' 9ila al5eoli ruptur, udara dapat terlokalisasi dan bersatu di parenkim membentuk pseudokista' Rupturnya al5eoli dapat menyebabkan udara masuk ke 5ena pulmonalis, menimbulkan emboli udara' 6erupakan komplikasi RDS setelah terapi 5entilasi
24
buatan' Gambaran linear berbatas tegas serta kumpulan udara berbentuk kistik dan radiolusen di paru kanan' nfeksi nfeksi dapat bermanifestasi sebagai kegagalan untuk membaik, perburukan mendadak, perubahan jumlah leukosit, trombositopenia' >erdapat peningkatan insidensi septiemia sekunder terhadap staphylooal epidermidis dan!atau andida' 9ila uriga akan adanya septiemia, lakukan kultur darah dari + tempat berbeda dan berikan antibiotik erdarahan intraranial dan leukomalasia peri5entrikuler erdarahan intrakranial didapatkan pada +-*"-0 bayi prematur dengan frekuensi lebih tinggi pada bayi RDS yang membutuhkan 5entilasi mekanik' ltrasound kepala dilakukan dalam minggu pertama' >erapi indometasin profilaksis dan pemberian steroid antenatal menurunkan insidensinya'
2.9.2 Kompli!asi K"oni!
9ronhopulmonary Dysplasia (9D) 9ronhopulmonary Dysplasia (9D) pada awalnya didefinisikan sebagai penyakit paru kronik pada bayi prematur dengan distres pernapasan yang mendapat terapi oksigen dengan 5entilator mekanik sekurang*kurangnya 1 minggu' Definisi lain menyebutkan adanya kebutuhan oksigen dalam +# hari kehidupan untuk mempertahankan tekanan oksigen arteri A 2- mm
trauma atau toksisitas oksigen)' 8ngka kejadian 9D 1+0 pada neonatus usia gestasi // minggu' Jksigen bersifat toksik bagi paru*paru, terutama bila diberikan dengan respirator tekanan positif, menyebabkan terjadinya 9D' 9eberapa bayi yang mendapat bentuan nafas berupa intermittent positive 2 pressure seara berkepanjangan dengan konsentrasi oksigen yang ditingkatkan, menunjukkan perburukan paru pada gambaran rontgen' Distres nafas menetap ditandai hipoksia, hiperkarbia, ketergantungan pada oksigen, dan terjadinya gagal jantung kanan' Gambaran rontgen berubah, sebelumnya menunjukan gambaran opak hampir menyeluruh disertai air bronchogram dan emfisema interstitial, menjadi area lusen bulat keil berselang $ seling dengan area dengan densitas yang iregular, seperti gambaran spons'" Retinopathy of prematurity (RJ) 9ayi dengan RDS dan aJ+ A 1-- mmerjadi pada 1-*3- 0 bayi, dan dikaitkan dengan usia kehamilan, tipe patologi intraranial, adanya hipoksia, serta adanya infeksi' Gangguan pendengaran dan penglihatan dapat mengganggu perkembangan bayi di kemudian hari' Dapat terjadi gangguan belajar dan perilaku'
2.1: P"ognosis
6elakukan obser5asi intensif dan perhatian pada bayi baru lahir beresiko tinggi dengan segera akan mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat RDS dan penyakit neonatus akut lainnya' erapi surfaktan telah mengurangi mortalitas "- 0' 6ortalitas dari bayi dengan berat lahir rendah yang dirujuk ke : menurun dengan pasti, 32 0 dari bayi dengan berat +'2-- gr bertahan' 6eski #2 $ %- 0 bayi yang selamat setelah medapat bantuan respirasi dengan 5entilator adalah normal, penampakan luar lebih baik pada yang berat badannya A 1'2-- gr, sekitar #- 0 dari yang beratnya 12-- gr'2 26
BAB II I)UST(ASI KASUS
>elah dirawat pasien perempuan umur # hari selama # hari rawatan di ruang perinatologi RS86 9ukittinggi dengan ; Kel,an Utama ;
9ayi tidak menangis sejak lahir' (ia-at pen-a!it se!a"ang saat mas! ;
27
• N997: /--- gram, panjang badan "3 m, lahir / jam sebelum masuk rumah sakit, lahir
•
spontan, ditolong bidan, ukup bulan (/#*/% minggu), 8!SB (+!/) bu baik, ketuban hijau kental dan tidak berbau' 9ayi tidak menangis sejak lahir 9adan biru sejak lahir 6ekonium tidak jelas njeksi 5itamin . belum diberikan Demam tidak ada, kejang setelah lahir tidak ada' 6ual tidak ada, muntah tidak ada' Riwayat ibu keputihan, gatal, dan berbau selama hamil dan menjelang persalinan tidak
•
ada' Riwayat ibu demam selama kehamilan dan menjelang persalinan ada, + hari menjelang
• • • • • • •
• • • • •
persalinan, tidak tinggi, tidak diobati' Riwayat ibu nyeri buang air keil selama kehamilan tidak ada 8nak tidak tampah kuning' Demam tidak ada, kejang tidak ada 6untah tidak ada, sesak nafas tidak ada 9ayi merupakan rujukan dari uskesmas akan kamis ke GD RS86 dengan keterangan asfiksia'
(ia-at !e,amilan se!a"ang ; G/ / 8- <+ resentasi ; kepala Peme"i!saan Antenatal ; pemeriksaan teratur ke bidan O "? dalam masa kehamilan Kela"ga ; bu Nama; 7eni mur ; /# tahun endidikan ; S68 ekerjaan ; bu Rumah >angga erkawinan ; enghasilan ; * 8yah Nama; Nasrul mur ; "1 tahun endidikan ; S68 ekerjaan ; Swasta erkawinan ; enghasilan ; * Peme"i!saan fisi! saat di te"ima (dilakukan pada tanggal 11 4ebruari +-12) 28
.esan umum ; .eadaan ; tidak aktif 9erat badan ; /--- gr (berat badan naik dari saat masuk, saat masuk 99 B +1-- gram) 4rekuensi jantung ; 1"&?!menit (saat masuk nadi 1/1?! menit) 4rekuensi nafas ; &&?!menit (saat masuk nadi #2?! menit) anjang badan ; "3 m Sianosis ; tidak ada (saat masuk sianosis) kterus ; tidak ada Suhu ; /3P : (saat masuk /+,# P :) .epala bun*ubun besar ; + m ? + m bun*ubun keil ; 1 m ? 1 m Qelas persalinan ; aput suadaneum 6ata ; konjungti5a tidak anemis, sklera tidak ikterik >elinga ; tidak ditemukan kelainan oraks 9entuk ; normohest, retraksi dinding dada tidak ada (saat masuk retraksi epigastrium ada) Qantung ; irama teratur, bising tidak ada aru ; bronko5esikuler, rhonki (*), whee@ing (*) 8bdomen ermukaan ; datar .ondisi ; lemas ali pusat ; segar mbilikus ; tidak hiperemis, pus tidak ada Genetalia ; kelainan ; tidak ada 7abia mayora menutup labia minora kstremitas ; atas ; akral hangat, :R> + detik (saat masuk akral dingin) 9awah ; akral hangat, :R> + detik (saat masuk akral dingin) .ulit ; teraba hangat (saat masuk teraba dingin) 8nus ; ada >ulang*tulang ; tidak ditemukan kelainan Refleks neonatal ; 6oro ; Rooting ; sap ; * egang ;
kuran ; 7ingkaran kepala ; /% m 7ingkaran dada ; //,2 m 29
7ingkaran perut ; +/ m anjang lengan ; 12 m anjang kaki ; 13 m Simpisis*kaki ; 1# m .epala*simpisis ; +" m rombosit ; 1/%--- mm ritrosit ; 2'-#-'--- mm Retikulosit ; &,+ 0
Diagnosis Ke"'a
*
Respiratory distress e suspek asfiksia neonatorum dd e suspek aspirasi mekonium
ollo p 12 e"a"i 2:1%
S!
Demam tidak ada, kejang tidak ada, sesak nafas tidak ada 8nak tampak kuning sampai dada 98. biasa 989 biasa
J!
.urang aktif, ; /&P: 6ata ; konjungti5a tidak anemis, sklera tidak ikterik .ulit ; ikterik sampai bagian dada dan perut (ikterik kramer ) >hora? ; retraksi dinding dada tidak ada 8bdomen ; distensi tidak ada, bising usus normal ?tremitas ; akral hangat, :R> + detik
8!
!
rawat inubator suhu >erpasang :8 4iJ+ 1--0, peep # mm
E4D D 1-0.:7 1- :a Glukonas 1- ( % tetes!menit) 8S #? # JG> nj ampiillin "?12- mg nj sefolfo?asin /?+-- mg nj sibital +?3,2 mg nj fenitoin +?3,2 mg .ondistatin drop "?-,"
re5entif ; •
8gar tidak lagi terjadi bayi dengan berat lahir rendah, jelaskan ibu untuk menjaga nutrisi dan kesehatan selama hamil berikutnya
•
eriksakan kehamilan seara teratur ke bidan atau dokter spesialis kandungan'
•
ehatikan gi@i anak untuk tumbuh dan kembang
•
.ontrol ke poli anak untuk imunisasi dan ath up tumbuh dan kembang
romotif ; •
8jarkan ara menyusui yang benar yaitu bayi digendong diletakan berhadapan, perut ibu menempel dengan perut bayi, pastkan kepala, lengan dan bayi berada pada 1 garis lurus lingkarkan kaki merapat ke badan ibu untuk menegah hidung tertutup oleh payudara'
DATA( PUSTAKA
31