BAB I PENDAHULUAN
Degen De gener eras asii mak makul ulaa ada adala lah h su suat atu u ke keada adaan an di dima mana na ma maku kula la me menga ngala lami mi kemunduran sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral. Makula merupakan pusat dari retina dan merupakan bagian retina yang memungkinkan mata melihat detil-detil halus pada pusat lapang pandang. Perjal Perjalan an penyaki penyakitt ini biasanya berkembang berkembang secar secaraa perlahan, tetapi kadang berkembang secara progresif, sehingga menyebabkan kehilangan penglihatan yang sangat berat pada satu atau kedua bola mata. Berdasarkan American Academy of Oftalmology penyebab utama penurunan penglihatan atau kebutaan di A yaitu umur yang lebih dari !" tahun. Data di Amerika erikat menunjukkan, #! persen penduduk usia $! tahun ke atas mengalami degener deg enerasi asi mak makula ula itu itu.. Men Menuru urutt %& %&O, O, A' A'MD MD ada adalah lah peny penyeba ebab b kebu kebutaa taan n keke-( ( didunia )*,$+ setelah katarak )$,*+ dan glaukoma )#,(+. /erdapat jenis tipe dasar dari penyaki penyakit-peny t-penyakit akit tersebut yakni Standar Macular Degenerationdan Degenerationdan Age Related Macular Degeneration Degeneration )A'MD. )A'MD. Bentuk yang paling sering terjadi adalah A'MD. Degenerasi makula terkait usia merupakan kondisi generatif pada makula. /erda /e rdapat pat mac macam am dege degenar narasi asi mak makula ula yai yaitu tu tip tipee ker kering ing )at )atrof rofik ik dan tip tipee bas basah ah )eksudatif. 0edua jenis degenerasi tersebut biasanya mengenai kedua mata secara bersamaan. 1ejala klinis biasa ditandai terjadinya kehilangan fungsi penglihatan secara tiba-tiba ataupun secara perlahan tanpa rasa nyeri. 0adang gejala a2alnya berupa gangguan penglihatan pada salah satu mata, menilai garis yang sesungguhnya lurus terlihat bergelombang. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan oftalmologi. ejauh ini belum ada terapi untuk degenerasi makula tipe kering. 3ntuk
beberapa kasus tipe basah, terapi laser bisa b isa membersihkan pembuluh darah abnormal sehingga kekaburan penglihatan dapat dicegah.
BAB II STATUS PASIEN
1. Iden Identi tita tass Pasi Pasien en
4ama
5 /n. M
3mur
5 *( tahun
6enis 0elamin
5 7aki-laki
Pekerjaan
5 Petugas 0ebersihan
Alamat
5 ukapura, 6akarta 3tara
2. Keluh eluha an Uta Utama
Mata kanan dan kiri buram sejak bulan yang lalu
3. Riwa Riwaat at Pen Pena! a!it it Se! Se!a"a a"an# n#
Mata kanan dan kiri pasien buram dua bulan yang lalu. ebenarnya pasien sudah merasakan keluhan ini sejak sekitar #" bulan yang lalu setelah menjalani operas operasii katara katarak k mata mata kiri, kiri, disusu disusull operasi operasi katarak katarak mata mata kananny kanannyaa minggu minggu kemudian. 4amun pasien mengabaikan keluhannya tersebut dan baru sekiar bulan yang ya ng lalu keluhan penglihatannya benar-benar mengganggu. menggan ggu. 0eluhan yang saat ini pasien rasakan adalah merasa pandangannya seperti tertutup asap pada seluruh seluruh luas pandangannya. pandangannya. Mata pasien tidak merah. merah. Pasien Pasien merasa merasa keluhan keluhan ini cukup cukup mengga mengganggu nggu pandang pandanganny annyaa 2alau 2alau pasien pasien masih masih bisa bisa bekerja bekerja.. Pasien Pasien merasa penglihatannya pada malam hari lebih baik dibanding siang hari. Pasien menyangkal adanya penglihatan ganda. Pasien juga menyangkal adanya rasa silau atau sensitif terhadap cahaya. Pasien menyangkal melihat lingakaran pelangi di sekitar bola lampu atau disekitar sumber cahaya. 7uas pandangan yang berkurang
dan penglihatan seperti melihat le2at lubang kunci disangkal. Pasien juga menyangkal sering tersandung saat berjalan. 0eluhan mata berat, pegal atau seperti tertekan disangkal. 0eluhan pusing, mual dan muntah juga disangkal. Pasien juga menyangkal pandangan tengahnya lebih buram dibanding pandangan pinggir, melihat 2ajah orang lain menjadi tak beraturan disangkal, melihat garis lurus menjadi tak beraturan disangkal dan melihat benda yang dirasa ukurannya menjadi lebih besar atau lebih kecil dari biasanya disangkal. Pasien juga tidak melihat bintik-bintik hitam terbang pada pandangannya.
$. Riwaat Pena!it Dahulu
Pasien sudah operasi katarak mata kiri dan kanannya dan memakai lensa tanam. 0eluhan penglihatan buram yang pasien rasakan sebelum operasi sama seperti yang saat ini pasien rasakan, sehingga menurut pasien tidak ada perubahan sebelum dan sesudah operasi. Pasien tidak memiliki ri2ayat diabetes mellitus, hipertensi, ataupenyakit sistemik lainnya.
%. Riwaat Pena!it Kelua"#a
'i2ayat penyakit mata pada keluarga tidak ada.
&. Riwaat Pen#'(atan
esudah operasi #" bulan lalu, pasien kontrol karena merasa penglihatan masih buram dan diberi obat tetes mata yang pasien lupa nama obatnya yang menurut pasien dokter berkata obat tersebut untuk menghilangkan pandangan buramnya. aat ini obat sudah habis dan pasien tidak memakainya lagi.
). Status *ene"alis
/ekanan darah
5 #*8*" mm&g
9rekuensi nadi
5 *: kali8menit
9rekuensi napas
5 kali8menit
uhu
5 afebris
+. Status ,-talm'l'#i
,D ;8(" <-#,!" = :" ;8#f Ph )-
Peme"i!saan /ajam penglihatan
,S ;8(" <-#,!" = :" ;8#f Ph )-
Adisi5 > (,""
Orthophoria 1erakan bola mata ;, mm&g ?dema )-,spasme)-, hiperemis )- ekret )-, hiperemis )-,
/ekanan intraokular Palpebra
#!.; mm&g ?dema )-,spasme)-, hiperemis )- ekret )-, hiperemis )-,
jaringan fibro@askular )> 0onjungti@a
jaringan fibro@askular )>
di sisi temporal 6ernih. nfiltrat )-,
di sisi temporal 6ernih. nfiltrat )-,
sikatrik )-,
0ornea
arcus senilis )> Dalam Bilik mata depan Bulat, sentral, rugae )> ris dan pupil refleks cahaya baik O7 )> 7ensa 6ernih 'efleks fundus )>, Papil
itreous
bulat dan batastegas, cupdisk ratio ",(, aa8@@ 8(, refleks makula )-
sikatrik )-, arcus senilis )> Dalam Bulat, sentral, rugae )>, refleks cahaya baik O7 )>, kesan kekeruhan kapsul posterior )P
6ernih 'efleks fundus )>, Papil bulat dan batastegas, cup-
9unduskopi
disk ratio ",(, aa8@@ 8(, refleks makula )-,
/es konfrontasi ama dengan pemeriksa
ama dengan pemeriksa
emua daerah kisi kisi terlihat, tidak ada
garis yang
kisi-kisi terlihat
emua daerah kisi kisi /es Amsler 1rid
bergelombang
a 'etinometri O5 ",!" b O Makula OD 5
10. Dia#n'sis
garis
kisi-kisi
tidak ada yang terlihat bergelombang
9oto 0linis
. Peme"i!saan Penun/an#
terlihat,
a Astigmatisme Miopi impleks OD > Presbiopi b Pseudofakia OD c Posterior
11. Tatala!sana
#. 0oreksi 7ensa ilindris 4egatif Dilakukan koreksi kelainan refraksi dengan lensa silindris negatif dengan kekuatan sesuai <-#.!" OD dan pada sumbu yang sejajar dengan garis yang tidak terfokus yaitu pada sumbu :"C
. 7aser A15 neodymium 0ekeruhan kapsul posterior O pasien memerlukan penatalaksanaan 7aser A15 neodymium. /eknik ini merupakan metode non in@asifyaitu laser fotodisrupsi untuk melakukan insisi kapsul posterior. Pulsasi energi laser memberikan EledakanledakanF kecil di di jaringan sasaran, menghasilkan suatu kapsulotomi sentral, membentuk sebuah lubang kecil pada kapsul posterior di sumbu pupil. /indakan laser ini dilakukan agar tidak lagi diperlukan bedah intraocular lanjutan. 0omplikasi dari teknik ini antara lain naiknya tekanan intraocular untuk sementara 2aktu, kerusakan lensa intraocular, dan rupture sisi hialoid anterior. 3ntuk komplikasi yang dapat di cegah adalah kenaikan tekanan intraocular oleh karena ini pasien diberikan terapi medika mentosa yang menurunkan tekanan intraocular dengan timolol maleat ".!+
(. 9otodinamik /erapi fotodinamik dapat dilakukan pada neo@askularisasi koroid klasik yang terutama ditemukan di daerah subfo@ea. Penyuntikkan intra@ena Gat 2arna )@eteporfin, yang diyakini terlokalisasi di dalam neo@askular koroid, diikuti dnegan sinar lase yang membantu mengaktifkan Gat 2arna tersebut, yang akan menyebabkan
trombosis pada pembuluh-pembuluh darah yang abnormal. /erapi diulang setiap ( bulan sesuai kebutuhan.
. Anti-?19 9aktor pertumbuhan endotel @ascular )?19 berperan penting dalam perluasan membrane neo@askular koroid. 9aktor tersebut menginduksi angiogenesis dan meningkatkan permeabilitas. nhibitor faktor pertumbuhan endotel @ascular )terapi anti ?19 telah diketahui bermanfaat untuk mengobati neo@askular koroid. /erapi pilihannya adalah 'anibiGumab yang dapat mengikat semua isoform ?19, dan diberikan melalui injeksi intra@itreal setiap bulan dengan dosis ",! mg.
12. P"'#n'sis
OD Ad @itam
5 Bonam
Ad fungsionam
5 Dubia ad malam
Ad sanationam
5 Dubia ad malam
O Ad @itam
5 Bonam
Ad fungsionam
5 Dubia ad malam
Ad sanationam
5 Dubia ad malam
BAB III TINAUAN PUSTAKA
A. ANAT,I LENSA 7ensa adalah struktur berbentuk bikon@eks dan transparan. 7ensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Diameter lensa adalah :-#" mm dan ketebalan lensa adalah (,! mm saat lahir hingga ! mm saat usia lanjut. Berat lensa #(! mg pada usia "-: tahun hingga !! mg pada usia "-*" tahun. 7ensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior iris dan badan @itreus pada lengkungan berbentuk ca2an badan @itreus yang di sebut fossa hyaloid. 7ensa bersama dengan iris memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. 7ensa tidak memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. 7ensa dipertahankan di tempatnya oleh serat Gonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. !,* 1ambar #. Anatomi 7ensa
ecara histologis, lensa memiliki tiga komponen utama5 #. 0apsul lensa 7ensa dibungkus oleh simpai tebal )#"-" Hm, homogen, refraktil, dan kaya akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar sel-sel epithel. 0apsul ini merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas kolagen tipe dan glikoprotein. 0apsul lensa paling tebal berada di ekuator )# Hm dan paling tipis pada kutub posterior )( Hm. 0apsul lensa bersifat semipermeabel, artinya sebagian Gat dapat mele2ati lensa dan sebagian lagi tidak. #,* . ?pitel subkapsular
?pitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada permukaan anterior lensa. ?pitel subkapsular yang berbentuk kuboid akan berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus memanjang dan membentuk serat lensa. 7ensa bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa. #,* (. erat lensa erat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan gepeng. erat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan berasal dari sel-sel subkapsular. erat lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan menjadi sangat panjang. el-sel ini berisikan sekelompok protein yang disebut kristalin. #,* 1ambar . &istologi 7ensa
B. Pseud'-a!ia
Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi katarak. 7ensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. 7ensa intraokular ditempatkan 2aktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. $,: 1ejala dan tanda pseudofakia 5
•
Penglihatan kabur isus jauh dengan optotype nellen Dapat merupakan myopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang
•
ditanam )O7 /erdapat bekas insisi atau jahitan
• •
7etak lensa didalam bola mata dapat bermacam I macam, seperti pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki penyokong nya bersandar pada
sudut bilik mata, pada daerah pupil, pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal dibelakang iris. 7ensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular. : 0euntungan pemasangan lensa ini 5 −
− − −
Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada tempat lensa asli yang diangkat. 7apang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal. /idak terjadi pembesaran benda yang dilihat. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.
Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada 5 − − − − −
Mata yang sering mengalami radang intra okuler )u@eitis. Anak diba2ah ( tahun 3@eitis menahun yang berat 'etinopati 1laukoma neo@askuler
4. Posterior capsule opasification 5P4,6
ecara umum komplikasi tersering pasca ?0?0 adalah P
Makula terletak di retina bagian polus posterior di antara arteri retina temporal superior dan inferior dengan diameter J !,! mm. Makula adalah suatu daerah cekungan di sentral berukuran #,! mmK kira-kira sama dengan diameter diskusK secara anatomis disebut juga dengan fo@ea. ecara histologis, makula terdiri dari ! lapisan, yaitu membran limitan interna, lapisan fleksiformis luar )lapisan ini lebih tebal dan padat di daerah makula karena akson sel batang dan sel kerucut menjadi lebih oblik saat meninggalkan fo@ea dan dikenal sebagai lapisan serabut &enle, lapisan nukleus luar, membran limitan eksterna, dan sel-sel fotoreseptor. el batang dan kerucut merupakan sel fotoreseptor yang sensitif terhadap cahaya. elsel ini memiliki segmen yaitu segmen luar dan segmen dalam. egmen )luar terdiri dari membran cakram yang berisi pigmen penglihatan berhubungan dengan epitel pigmen retina. el epitel pigmen retina akan memfagositosis secara terus menerus membran cakram, sisa metabolisme segmen luar yang telah difagositosis oleh epitel pigmen retina disebut lipofusin. el epitel pigmen retina memiliki akti@itas metabolisme yang tinggiK dengan bertambahnya usia, pigmen lipofusin makin bertambah, akibatnya akan mengganggu pergerakan nutrien dari pembuluh darah koroid ke epitel pigmen retina dan sel fotoreseptor.*,( Merupakan degenerasi makula yang timbul pada usia lebih dari !" tahunK ditandai dengan lesi makula berupa drusen, hiperpigmentasi atau hipopigmentasi yang berhubungan dengan drusen pada kedua mata, neo@askularisasi koroid, perdarahan sub-retina, dan lepasnya epitel pigmen retina. /anda a2al A'MD berupa drusen kekuningan yang terletak di lapisan retina luar di polus posterior. Drusen ini ukurannya ber@ariasiK dapat diperkirakan dengan membandingkannya dengan kaliber @ena besar di sekitar papil )J #! mikron. Menurut ukurannya, drusen dapat dibagi dalam bentuk kecil5 #! mikron. edangkan menurut bentuknya, dibagi menjadi drusen keras5 berukuran kecil dengan batas tegas dan drusen lunak5 berukuran lebih besar dengan batas kurang tegas. $,
1ambar (. Drusen
(. Pat'-isi'l'#i ARD
Patofisiologi A'MD belum diketahui pasti, ada teori yang mengaitkannya dengan proses penuaan dan teori kerusakan oksidatif. #. Proses penuaan Bertambahnya usia maka akan menyebabkan degenerasi lapisan retina tepatnya membran BruchK degenerasi membran Bruch menyebabkan lapisan elastin berkurang sehingga terjadi penurunan permeabilitas terhadap sisa-sisa pembuangan sel. Akibatnya terjadi penimbunan di dalam epitel pigmen retina )?P' berupa lipofusin. 7ipofusin ini akan menghambat degradasi makromolekul seperti protein dan lemak, mempengaruhi keseimbangan @ascular endothelial gro2th factor )?19, serta bersifat fotoreaktif, akibatnya akan terjadi apoptosis ?P'. 7ipofusin yang tertimbun di dalam sel ?P' menurunkan kemampuan ?P' untuk memfagosit membran cakram sel fotoreseptor. 7ipofusin yang tertimbun di antara sitoplasma dan membran basalis sel ?P', akan membentuk deposit laminar basal yang akan menyebabkan penebalan membran Bruch. 0erusakan membran Bruch juga akan menimbulkan neo@askularisasi koroid.#,( . /eori kerusakan oksidatif el fotoreseptor paling banyak terkena pajanan cahaya dan menggunakan oksigen
sebagai
energi,
kedua
faktor
tersebut
akan
menyebabkan
terbentuknya radikal bebas yang memicu kerusakan oksidatif tingkat selular. 0erusakan oksidatif retina dapat terjadi karena terbentuknya reacti@e o=ygen species )'O oleh oksidasi di mitokondria. Makula sangat rentan terhadap kerusakan oksidatif karena banyaknya sel fotoreseptor yang bagian dalamnya
sangat banyak mengandung mitokondria sedangkan bagian luarnya banyak mengandung asam lemak tidak jenuh ganda sehingga dapat membocorkan 'O. Oksigenasi yang tinggi di koroid mempermudah kerusakan oksidatif. elain itu, terpajannya makula dengan sinar ultra@iolet juga akan menimbulkan proses oksidatif. el ?P' yang mengalami kerusakan oksidatif ini akan menghasilkan vascular endothelial growth factor )?19 sehingga akan memicu terjadinya choroidal neovascularization )<4.( 8. Klasi-i!asi ARD
/erdiri dari bentuk klinis yaitu5 A'MD non-neo@askuler )non-eksudatif atau dikenal dengan tipe kering dan A'MD neo@askuler )eksudatif atau tipe basah. Bentuk non-neo@askuler lebih sering ditemui dan merupakan :"+ kasus A'MD.* Bentuk neo@askuler hanya ditemui A'MD non-neo@askuler )tipe kering terlihat sebagai atrofi retina geografik berupa hipopigmentasi akibat atrofi sel ?pitel Pigmen 'etina )?P' sehingga pembuluh darah koroid di ba2ahnya dapat terlihat serta lapisan retina di atasnya tampak menipis. Atrofi sel ?P' dapat mengakibatkan atrofi sel fotoreseptor yang berada di atasnya, sehingga menimbulkan gangguan penglihatan. A'MD neo@askuler )tipe basah ditandai dengan adanya choroidal neo@asculariGation )<4, sel endotel <4 ini mudah bocor sehingga mudah pecah. 0erusakan membran Bruch menyebabkan pembuluh darah neo@askularisasi yang berasal dari kapiler koroid akan menembusnya, dan berproliferasi di antara membran Bruch dan sel epitel pigmen retina )?P'. Pembuluh darah neo@askuler ini disertai jaringan fibroblas, miofibroblas, limfosit dan makrofag membentuk kompleks fibro@askuler yang dapat mengganggu dan merusak membran Bruch, kapiler koroid, serta ?P'.
Atropic
Eksudatif
1ambar . 0lasifikasi A'MD
ecara klinis dapat terlihat ?P' terangkat berbentuk kubah dengan batas tegas, perdarahan subretina masif, pendarahan @itreus, robekan ?P' dan sikatrik makula disiformis. Apabila prosesnya hanya sampai perdarahan subretina maka akan membentuk sikatrik makula disiformis. Akan tetapi sikatrik ini dapat terus berproliferasi dan dapat menimbulkan transudasi masif cairan subretina, yang dapat mengakibatkan terlepasnya retina )ablasio retina.
d. *e/ala Klinis
A2alnya A'MD sangat jarang menyebabkan keluhan. 0eluhan baru dirasakan apabila telah terjadi neo@askularisasi koroid )choroidal neo@asculariGation, <4 atau drusen lunak di sentral makula yang menyebabkan gangguan lapang pandang sentral, penurunan tajam penglihatan sehingga sulit melakukan pekerjaan yang membutuhkan resolusi tinggi seperti membaca, menjahit, mengemudi, membedakan 2arna dan mengenali 2ajah. &al ini sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita sehingga akan menimbulkan gangguan emosional dan depresi.
e. Dia#n'sis
elain pemeriksaan klinis melihat gambaran fundus, pemeriksaan lain adalah dengan kartu Amsler )Amsler grid, foto fundus dengan fundus fluorescein angiography )99A, indocyanine green angiography )<1A dan optical coherence tomography )O. #. 9unduskopi Pada pemeriksaan funduskopi dengan oftalmoskop direk atau indirek akan terlihat di daerah makula berupa drusen, kelainan epitel pigmen retina seperti hiperpigmentasi atau hipopigmentasi yang berhubungan dengan drusen pada kedua mata, neo@askularisasi koroid, perdarahan sub-retina, dan lepasnya epitel pigmen retina. . 0artu Amsler 1rid Pada a2al A'MD neo@askular dapat terlihat distorsi garis lurus )metamorfopsia dan skotoma sentral. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk pemantauan oleh penderita sendiri sehingga tindakan dapat dilakukan secepatnya.
1ambar !. 0artu Amsler 1rid (. 9undus fluorescein angiography )99A Pemeriksaan 99A merupakan gold standard bila dicurigai <4. 1ambaran 99A dapat menentukan tipe lesi, ukuran dan lokasi <4, sehingga dapat direncanakan tindakan selanjutnya. 99A juga digunakan sebagai penuntun pada tindakan laser dan sebagai pemantauan dalam menentukan adanya <4 yang menetap atau berulang setelah tindakan laser. Dari gambaran 99A, dapat ditentukan beberapa tipe lesi, yaitu )a <4 0lasik5 gambaran hiperfloresin berbatas tegas pada fase pengisian a2al arteri, dan pada fase lambat tampak kebocoran fluoresin sehingga batasnya menjadi kabur, )b <4 /ersamar )Occult5 pada fase lambat terlihat gambaran hiperfl oresin granular dengan batas tidak tegas, )c Predominan klasik5
lesi klasik lebih dari !"+ dibandingkan dengan tipe tersamar, dan )d Minimal klasik5 lesi klasik kurang dari !"+ dibandingkan den gan tipe tersamar.
1ambar ;. 1ambaran 99A . Optical coherence tomography )O /eknik imaging dengan potongan sagital dua dimensi resolusi tinggi dapat memperlihatkan gambaran perubahan setiap lapisan retina. Dapat menilai secara kuantitatif ketebalan makula, akan tetapi masih perlu e@aluasi manfaatnya dalam menentukan <4. -. Penan#anan
/ujuan pengobatan A'MD neo@askuler adalah untuk mempertahankan tajam penglihatan yang ada dan menurunkan risiko penurunan tajam penglihatan yang lebih berat. /indakan laser bertujuan untuk merusak <4 tanpa menyebabkan kerusakan jaringan yang berarti. #. 9otokoagulasi laser 7aser argon hijau atau kripton merah dapat digunakanK laser kripton merah lebih sedikit diabsorpsi oleh pigmen =antofil dibandingkan laser argon hijau, sehingga memungkinkan dilakukan lebih dekat dengan daerah sentral fo@ea. Besarnya spot adalah #""-"" Hm dengan durasi ",#-",! detik. Menurut Macular Photocoagulation tudy )MP penderita yang akan menjalani laser dibagi dalam ( kelompok5 #. <4 ekstra-fo@ea5 laser akan sangat efektif karena tidak mempengaruhi tajam penglihatan. . <4 juksta-fo@ea5 <4 akan melebar ke daerah fo@eal a@ascular Gone )9AL tetapi jarang sampai ke daerah pusat makula. 0arena risikonya cukup tinggi, terapi laser masih kontro@ersial. (. <4 sub-fo@ea5 karena <4 di sub-fo@ea, fotokoagulasi laser berisiko menyebabkan kehilangan tajam penglihatan permanen.
Beberapa kasus jika diseleksi dengan benar dapat juga diterapi bila ukurannya kecil dan penderita disiapkan untuk risiko penurunan tajam penglihatan sesudah terapi. ,* . Photodynamic therapy ) PD/ PD/ adalah teknik pengobatan mengaktifkan Gat @erteporfin menggunakan sinar laser )fotosensitiGer. /erapi ini tidak merusak ?P', fotoreseptor, dan koroid karena laser yang digunakan tidak menimbulkan panas dan Gat aktif hanya bekerja pada jaringan <4. &al ini karena @ertoporfi n berikatan dengan lo2 density lipoprotein )7D7 yang banyak terdapat pada sel endotel pembuluh darah yang sedang berproliferasi. /erapi ini dapat diulang setiap ( bulan bila masih terlihat kebocoran. &indari pajanan matahari secara langsung selama -* jam setelah injeksi @ertoporfin. (. /ranspupillary thermotherapy )/// /// merupakan terapi iradiasi rendah dengan sinar laser inframerah )*#" nm sehingga panas yang dihasilkan tidak merusak jaringan dan dapat digunakan pada <4 subfo@ea dengan lesi okult. #. P"'#n'sis
Bentuk degenerasi makula yang progresif dapat menyebakan kebutaan total sehingga akti@itas dapat menurun. Prognosis dari degenerasi makula dengan tipe eksudat lebih buruk di banding dengan degenerasi makula tipe non eksudat. Prognosis dapat didasarkan pada terapi, tetapi belum ada terapi yang bernilai efektif sehingga kemungkinan untuk sembuh total sangat kecil.
BAB I9 PEBAHASAN
Pasien dengan keluhan mata kanan dan kiri pasien buram sejak bulan yang
lalu namun sebenarnya keluhan sudah dirasa sejak #" bulan yang lalu pasca operasi katarak OD, keluhan tanpa disertai mata merah. Dari keluhan utama ini pasien masuk ke dalam kategori mata tenang @isus turun perlahan dengan diagnosis banding
diantaranya katarak, glaukoma kronik, retinopati hipertensi, retinopati diabetik, degenerasi makula dan kelainan refraksi. 0eluhan tambahan pasien adalah merasa pandangannya seperti tertutup asap pada seluruh luas pandangannya. Pasien merasa keluhan ini cukup mengganggu pandangannya 2alau pasien masih bisa bekerja. Pasien merasa penglihatannya pada malam hari lebih baik dibanding siang hari.4amun pasien menyangkal keluhankeluhan seperti penglihatan ganda, silau. Dari hasil anamnesis ini mendukung diagnosis banding katarak. 0eluhan luas pandangan yang berkurang, penglihatan seperti melihat le2at lubang kunci, sering tersandung karena tidak melihat sisi ba2ah pandangannya, mata berat, pegal atau seperti tertekan, pusing, mual dan muntah juga disangkal. Dari anamnesis ini menyingkirkan diagnosis banding glaukoma kronik. 0eluhan pandangan tengahnya lebih buram dibanding pandangan pinggir disangkal, melihat 2ajah orang lain menjadi tak beraturan disangkal, dan melihat garis lurus menjadi tak beraturan disangkal. Dari anamnesis ini melemahkan juga diagnosis banding degerasi makula terkait usia. 4amun, karena usia pasien yang sudah lanjut, diagnosis banding ini tetap perlu dieksplorasi. 'i2ayat diabetes mellitus dan hipertensi disangkal sehingga menyingkirkan diagnosis banding 'etinopati diabeltikum dan 'etinopati &ipertensi. aat melihat jauh dan dekat, pasien merasa penglihatannya tidak jelas dan butuh memakai kacamata terutama saat melihat dekat seperti saat membaca. &al ini memungkinkan diagnosis banding kelainan refraksi. Dari ri2ayat penyakit dahulu, pasien diketahui sudah dilakukan operasi katarak ekstrakapsular dengan pemakaian lensa tanam pada kedua matanya. Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan AOD ;8(" <-#,!" = :" ;8#f Ph )-.isus pada pasien ini tidak maksimal, hal yang dapat menyebabkan gangguan @isus adalah a kelainan media refraksi, b istem refraksi, c istem persarafan. 0arena @isus setelah koreksi dengan pinhole tdk mencapai ;8; kemungkinan kelainan bukan pada sistem refraksi. Pada pemeriksaan media refraksi kornea bilik mata depan OD tidak ditemukan kekeruhan yang bisa mengakibatkan penurunan @isus. Pada pemeriksaan
lensa didapatkan lensa intraocular OD, dan ditemukan adanya kekeruhan kapsul posterior O. Dari anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi ini dapat disimpulkan pasien Pseudofakia OD disertasi kekeruhan kapsul posterior O dengan @isus setelah koreksi ;8#. 6enis operasi yang dilakukan pada pasien adalah ekstrakapsular. alah satu komplikasi pasca bedah katarak ekstrakapsular adalah kekeruhan kapsul posterior yang biasa disebut 0atarak-kutan atau P
dari hasil dari pemeriksaan funduskopi O pasien didapatkan adanya gambaran eksudat dan gambaran pembuluh-pembuluh di sekitar makula. /emuan ini adalah gambaran karakteristik dari degeneasi makula terkait usia. 3ntukpenegakkan diagnostik yang lebih akurat dilakukan !ptical oherence #omograph$ atau O Makula OD untuk melihat gambaran makula secara potong-lintang )cross section%. &asil pemeriksaan O Makula OD kesan makula adanya membrane epiretina )?'M, sedangkan pada O terdapat pula kesan membrane epiretina )?'M serta pembuluh darah baru koroid )horoidal &eovascularization. Dari hasil pemeriksaan O Makula OD ini dapat ditegakkan diagnosis ?piretinal Membran OD dan %et type Age-'elated Macular Degeneration O. Dari anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi, tidak ditemukannya keluhan yang mendukung diagnosis ini, hal ini mungkin terjadi karena proses degenerasi belum terlalu nyata atau progesif sehingga belum memunculkan keluhan khas degenerasi makula. &asil AOD pada pasien ini sama. Dari hasil pemeriksaan oftalmologi OD hanya ditemukan kesan ?'M, sedangkan pada O ditemukan P
BAB 9 KESIPULAN
Penurunan tajam penglihatan dipengaruhi oleh faktor media refraksi, sistem optik dan sistem persarafan yang jika salah satunya mengalami gangguan maka akan memunculkan keluhan penurunan tajam penglihatan. Pasien pseudofakia yang datang dengan keluhan penglihatan buram harus dipikirkan adanya keadaan patologis lain yang mendasari, misalnya akibat salah satu komplikasi pasca bedah katarak
ekstrakapsular yaitu kekeruhan kapsul posterior (Posterior apsule !pasi"ication yang merupakan komplikasi tersering bedah ekstrakapsular. 0ekeruhan ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan pada pasien dan memerlukan penatalaksanaan khusus yaitu insisi kapsul posterior dengan laser A15 neodymium. 0eadaan lain yang dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan terutama pasien lanjut usia adalah penyakit mata yang terkait usia. alah satunya adalah degenerasi makula. Pada kasus ini O pasien ditemukan adanya P
operasi
dan
penggunaan
lensa
intraocular.
elanjutnya
dilakukan
penatalaksanaan terhadap temuan AMD ini yaitu dengan terapi fotodinamik dan injeksi anti-?19 yang merupakan terapi pilihan pada kasus AMD 2et-type.
DA:TAR PUSTAKA
# (
Artini %, dkk,. "##. Pemeriksaan Dasar Mata. 6akarta 5 BP903. &oll2ich 9,. #::(. Oftalmologi. ?disi . 6akarta 5 Binarupa Aksara. 6ames B,. "";. Oftalmologi. ?disi :. 6akarta 5 Penerbit ?rlangga. 0anski, 6ack 6., ""(.
!
305 Butter2orth-&einemann. idarta ,. "". Anatomi dan 9isiologi Mata. Dalam 5 lmu Penyakit Mata ?disi kedua. 6akarta 5 BP-903.
;
idarta ,. "". Dasar-dasar /eknik Pemeriksaan. Dalam 5 lmu Penyakit
$
Mata ?disi kedua. 6akarta 5 BP-903. idarta, lyas. "#!. lmu penyakit mata, edisi !. Balai Penerbit 903, 6akarta
*
"#!. aughan D. "#". Oftalmologi 3mum. ?disi #$. Penerbit Buku 0edokteran
:
?1<, 6akarta. ndonesian ociety of