REFERAT KOAS MATA RS MATA YAP, YOGYAKARTA
JUDUL REFERAT DEGENERASI MAKULA TERKAIT USIA MUHAMAD FAIRUZ BIN SAMSUDDIN 11 – 2009 -199
DOKTER PEMBIMBING Dr RASTRI PARAMITA SpM
PENDAHULUAN
Degenerasi macula adalah suatu keadaan dimana macula mengalami kemunduran sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral. Macula adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling vital dari retina yang memungkinkan mata melihat detil-detil halus pada pusat lapang pandang. Tanda utama dari degenerasi pada makula adalah didapatkan adanya bintikbintik abu-abu atau hitam pada pusat lapangan pandang. Kondisi ini biasanya berkembang secara perlahan-lahan, tetapi kadang berkembang secara progresif, sehingga menyebabkan kehilangan penglihatan yang sangat berat pada satu atau kedua bolamata. Berdasarkan American Academy of Oftalmology penyebab utama penurunan penglihatan atau kebutaan di AS yaitu umur yang lebih dari 50 tahun. Data di Amerika Serikat menunjukkan, 15 persen penduduk usia 75 tahun ke atas mengalami degenerasi makula itu. Terdapat 2 jenis tipe dasar dari penyakit-penyakit tersebut yakni Standar Macular Degeneration dan Age Related Macular Macular Degeneration Degeneration (AMD). Bentuk yang paling sering sering terjadi terjadi adalah adalah AMD. Degenerasi Degenerasi makula terkait usia merupakan kondisi generatif pada makula atau pusat retina. Terdapat 2 macam degenarasi makula yaitu tipe kering (atrofik) dan tipe basah (eksudatif). Kedua jenis degenerasi tersebut biasanya mengenai kedua mata secara bersamaan. Degenerasi Degenerasi makula terjadi terjadi sebagai sebagai akibat dari kerusakan pada epitel epitel pigmen pigmen retina. retina. Degenerasi Degenerasi makula menyebabkan kerusakan penglihatan yang berat (misalnya kehilangan kemampuan untuk membaca dan mengemudi) tetapi jarang menyebabkan kebutaan total. Penglihatan pada tepi luar dari lapang pandang dan kemampuan untuk melihat biasanya tidak terpengaruh, yang terkena hanya penglihatan pada pusat lapang pandang. Gejala klinis biasa ditandai terjadinya kehilangan fungsi penglihatan secara tiba-tiba ataupun secara perlahan tanpa rasa nyeri. Kadang gejala
awalnya awalnya berupa gangguan penglihatan penglihatan pada salah satu mata, dinilai garis yang sesungguhnya sesungguhnya lurus terlihar bergelombang. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan mata. Sejauh ini belum ada terapi terapi untuk untuk degener degenerasi asi makula makula tipe tipe kering kering.. Suplem Suplemen en seng seng hanya hanya mampu mampu membantu memperlambat progresivitas gangguan. Untuk beberapa kasus basah, terapi laser bisa membersihkan pembuluh darah abnormal sehingga kekaburan penglihatan dapat dicegah. Tetapi, tidak semua kasus bisa diatasi dengan terapi laser. Saat ini sedang dikembangkan berbagai obat dan prosedur operasi baru antara lain terapi foto dinamik. Faktor resiko gangguan ini selain karena usia tua, juga riwayat keluarga (genetik), ras kaukasia serta merokok.
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI RETINA Anatomi Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsang cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel epitel pigmen retina dan terdiri atas lapisan:
1.
Lapisan epitel pigmen
2.
Lapisan fotoreseptor merupakan lesi terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
3.
Membran limitan eksterna yang merupakan membrane ilusi.
4. Lapisan nucleus luar, merupakan merupakan susunan lapis lapis nucleus sel kerucut dan batang.
5.
Lapisan pleksiform luar merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6. Lapis nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller. 7.
Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
8. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua, 9. Lapis serabut saraf, merupakan lapis lapis akson sel ganglion menuju kearah saraf saraf optic. 10. Membran
limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan kecil.
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan akhirnya di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada system temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan membrane Bruch, khoroid, dan sclera. Retina menpunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0.23 mm pada kutub posterior. Ditengah-tengah retina posterior terdapat terdapat makula. Di tengah makula terdapat fovea yang secara klinis merupakan merupakan cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop.
Retina menerima darah dari dua sumber : khoriokapiler yang berada tepat di luar membrane Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar, luar, fotore fotoresep septor tor,, dan lapisa lapisan n epitel epitel pigmen pigmen retina retina,, serta serta cabangcabang-caba cabang ng dari dari arteri arteri retina retina sentralis yang memperdarahi dua per tiga sebelah dalam.
Fisiologi Retina
Untuk melihat, melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor reseptor kompleks, kompleks, dan sebagai suatu transducer yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar besar selnya selnya adalah adalah sel kerucut kerucut.. Di fovea fovea sentra sentralis lis,, terdapa terdapatt hubunga hubungan n hampir hampir 1:1 antara antara fotore fotoresep septor tor kerucu kerucut, t, sel ganglio ganglionny nnya, a, dan serat serat saraf saraf yang yang keluar keluar,, dan hal ini menjam menjamin in pengli penglihata hatan n yang yang paling paling tajam. tajam. Di retina retina perife perifer, r, banyak banyak fotore fotoresep septor tor dihubu dihubungka ngkan n ke sel ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan sepert sepertii itu itu adalah adalah bahwa bahwa makula makula teruta terutama ma diguna digunakan kan untuk untuk penglih penglihata atan n sentra sentrall dan warna warna (pengl (pengliha ihatan tan fototo fototopik pik)) sedangk sedangkan an bagian bagian retina retina lainny lainnya, a, yang yang sebagi sebagian an besar besar terdir terdirii dari dari fotore fotoresep septor tor batang batang,, diguna digunakan kan teruta terutama ma untuk untuk penglih penglihata atan n perife periferr dan malam malam (skot (skotopi opik). k). Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler pada retina sensorik dan merupakan merupakan tempat tempat berlangsungn berlangsungnya ya reaksi reaksi kimia kimia yang mencetuskan mencetuskan proses penglihatan. penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung redopsin, yang merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk sewaktu molekul protein opsin bergabung d engan 11-sis-retinal
Sewakt Sewaktu u foton foton cahaya cahaya disera diserap p oleh oleh rodops rodopsin, in, 11-sis 11-sis-re -retin tinal al segera segera mengal mengalami ami isomer isomerisa isasi si menjadi menjadi bentuk ali-trans. ali-trans. Redopsin adalah suatu glikolipid glikolipid membran membran yang separuh terbenam di lempeng membram lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor. Penyerapan cahaya puncak oleh terjadi pada panjang gelombang sekitar 500 nm, yang terletak di daerah biru-hijau pada
spektrum spektrum
cahaya. cahaya.
Penelitia Penelitian-penel n-penelitia itian n
sensitivi sensitivitas tas
spektrum spektrum
fotopigmen fotopigmen
kerucut kerucut
memperlihatkan puncak penyerapan panjang gelombang di 430, 540, dan 575 nm masing-masing untuk sel kerucut peka-biru, -hijau, dan ±merah. Fotopigmen sel kerucut ke rucut terdiri dari 11-sis retinal yang terikat ke berbagai protein opsin.
Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor sel batang. Pada bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam-macam nuansa abu-abu, tetapi warna tidak dapat dibedakan. Sewaktu retina telah beradaptasi penuh terhadap cahaya, sensitivitas spectral retina bergeser dari puncak dominasi rodopsin 500 nm ke sekitar 560 nm, dan muncul sensasi warna. warna. Suatu Suatu benda benda akan akan berwar berwarna na apabil apabilaa benda benda terseb tersebut ut mengan mengandung dung fotopi fotopigme gmen n yang yang menyer menyerap ap panjan panjang-pa g-panja njang ng gelomb gelombang ang dan secara secara selekt selektif if memant memantulk ulkan an atau atau menyal menyalurk urkan an panjang-panjang gelombang tertentu di dalam spektrum sinar tampak (400-700 nm). Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, senjakala oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan penglihatan malam oleh fotoreseptor batang.
III. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya terjadinya AMD belum diketahui dengan pasti sampai saat ini. Beberapa teori yang yang diajukan, antara lain: 1. Proses penuaan bagian paling luar dari sel fotoreseptor yang berbentuk keeping sering di “makan” oleh epitel pigmen retina (EPR) dengan pola diurnal, yaitu keping terluar sel batang dimakan pada siang hari dan keping terluar sel kerucut dimakan pada malam hari. keping yang tidak terfagosit akan tertimbun dalam EPR yang disebut lipohfuhsin. Lipohfusin akan menghambat degradasi makromolekul seperti protein dan lemak, mempengaruhi ekspresi vascularr endothel endothelial ial growth growth factor factor (VEGF) gen yang yang mengatu mengaturr keseimb keseimbanga angan n antara antara vascula dengan produksi pigment epithelial derived factor yang merupakan zat anti angiogenik, serta bersifat fotoreaktif, akibatnya menimbulkan terjadinya apoptosis EPR. Lipohfusin yang yang tertim tertimbun bun dalam dalam sel EPR akan mengurangi mengurangi volume volume sitopla sitoplasma sma,, sehingga sehingga makin makin menurunkan kemampuan EPR untuk memfagosit keping-keping sel fotoreseptor. Lipohfuhsin tertimbun diantara sitoplasma dan membrane basalis sel EPR, membentuk lapisan yang disebut basal laminar deposit, yang ikut bertanggungjawab bertanggungjawab dalam penebalan penebalan membrane Bruch. 2. Teori iskemi Angiogenesis terjadi karena adanya iskemik pada jaringan yang memacu timbulnya suatu agen angiogenik antara lain VEGF. Pada penelitian didapatkan fakta yang menunjukkan bahwa pada AMD iskemia tidak memegang peranan yang penting. Sel fotoreseptor hanya terpapar oleh sedikit oksigen, sedangkan EPR terpapar olek oksigen dalam konsentrasi yang sangat tinggi. Pada kenyataannya, sel fotoreseptor tidak memproduksi VEGF, justru
sel EPR yang memproduksi VEGF dalam jumlah besar. Disamping itu ditemukan pula neovascular (CNV) tanda-tanda tanda-tanda adanya sel-sel radang pada jaringan coroid neovascular (CNV) yang dieksisi, dieksisi, sehingga diduga bahwa lebih besar kemungkinannya CNV tumbuh sebagai reaksi perbaikan luka dari pada sebagai reaksi terhadap iskemi. 3. Teori kerusakan oksidatif Kerusakan oksidatif terjadi karena terbentuknya zat yang disebut reactive oxygen substance (ROS) yang dihasilkan oleh oksidasi pada mitokondria. Adanya ROS menimbulkan gangguan metabolism intrasel antara lain metabolism protein dan lemak. Lemak yang sangat rentan terhadap kerusakan oksidatif adalah asam lemak tak jenuh ganda. Sel EPR yang mengalami kerusakan oksidatif akan memproduksi VEGF dalam jumlah besar, yang memacu timbulnya CNV. Retina sangat mudah mengalai kerusakan oksidatif karena beberapa alasan: -
Bagian luar fotorese fotoreseptor ptor mengandungi mengandungi sangat banyak asam lemak tak jenuh jenuh ganda ganda
-
Bagian dalam dalam sel batang batang mengandung mengandung sangat banyak banyak mitokondria mitokondria yang yang dapat membocorkan ROS
-
Penyediaan Penyediaan oksigen yang sangat tinggi pada koroid
-
Paparan terhadap terhadap sinar sinar menimbulkan menimbulkan preses preses foto-oksidati foto-oksidatiff oleh oleh ROS ROS
IV. ETIOLOGI
Degenerasi macula dapat disebabkan oleh beberapa factor dan dapat diperberat oleh beberapa factor resiko, diantaranya : 1.
Umur, Umur, faktor faktor resiko resiko yang yang paling paling berper berperan an pada terjad terjadiny inyaa degener degenerasi asi makula makula adalah adalah umur. Meskipun degenerasi makula dapat terjadi pada orang muda, penelitian menunjukkan bahwa umur di atas 60 tahun beresiko lebih besar terjadi di banding dengan orang muda. 2% saja yang dapat menderita degenerasi makula pada orang muda, tapi resiko ini meningkat 30% pada orang yang berusia di atas 70 tahun.
2.
Genetik, Genetik, penyebab penyebab kerusakan kerusakan makula adalah CFH, gen yang telah bermutasi atau faktor komplemen H yang dapat dibawa oleh para keturunan penderita penyakit ini. CFH terkait dengan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang meregulasi peradangan.
3.
Merokok, Merokok dapat meningkatkan terjadinya degenrasi makula.
4.
Ras kulit putih (kaukasia) adalah sangat rentan terjadinya degenerasi makula di banding dengan orang Afrika atau yang berkulit hitam.
5.
Riwayat keluarga, resiko seumur hidup terhadap pertumbuhan degenerasi makula adalah 50% pada orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga penderita dengan degenerasi makula, dan hanya 12 % pada mereka yang tidak memiliki hubungan dengan degenerasi makula.
6.
Hipertensi dan diabetes. Degenerasi Makula menyerang para penderita penyakit diabetes, atau tekanan darah tinggi gara-gara mudah pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil (trombosis) sekitar retina. Trombosis mudah terjadi akibat penggumpalan sel-sel darah merah dan penebalan pembuluh darah halus
7.
Paparan terhadap sinar Ultraviolet, Obesitas dan kadar kolesterol tinggi
V. KLASIFIKASI
1.
Degenerasi Makula tipe non-eksudatif (tipe kering) atau non-neovaskular
Rata-rata 90% kasus degenerasi makula terkait usia adalah tipe kering. Kebanyakan kasus Ini bisa memberikan efek berupa kehilangan penglihatan yang sedang. Pada gambaran fundus, macula tampak lebih kuning atau pucat dikelilingi oleh bercakbercak bercak dan pembul pembuluh uh darah darah tampak tampak meleba melebar. r. Bercak Bercak-ber -bercak cak ini disebut disebut drusen drusen iaitu iaitu bangunan khas yang berbentuk bulat, berwarna kekuningan. Secara histopatologi drusen terdiri terdiri atas kumpulan materi eosinofilik eosinofilik yang terletak diantara epitel pigmen dan membran Bruch sehingga drusen dapat menyebabkan pelepasan fokal dari epitel pigmen.
Bentuk ini muncul dalam bentuk ben tuk timbulnya drusen serta kelainana EPR. Drusen merupakan suatu timbunan material ekstraseluler yang terletak diantara membrane basal EPR denganmembran Bruch. Secara klinis, drusen tampak sebagai lesi kekuningan yang terletak pada lapisan luar retina, di polus posterior. Drusen mempunyai ukuran yang sangat bervariasi. Ukuran drusen dapat diperkirakan dengan membandingkannya dengan
caliber vena besar disekitar papil iaitu sekirat 125 mikron. Menurut ukurannya, drusen dibagi menjadi: -
Kecil Kecil (kuran (kurang g dari dari 64 um)
-
Sedang Sedang (antar (antaraa 64 -125 -125 um)
-
Besar (lebih dari 125 um)
Menuru Menurutt bentukny bentuknya, a, drusen drusen dibagi dibagi menjad menjadii keras keras dan lunak. lunak. Beberap Beberapaa drusen drusen dapat dapat bergabung menjadi satu yang disebut drusen confluent. Drusen keras merupakan residual bodies yang bertanggungjawab terhadap penebalan membrane Bruch, yang berhubungan dengan adanya deposit laminar basal yang terdiri dari hialin. Drusen lunak merupakan timbunan membranosa dan vesicular yang berhubungan dengan deposit laminar basal. Biasan Biasanya ya ukuranny ukurannyaa lebih lebih besar besar dari dari drusen drusen keras keras dan batasn batasnya ya kurang kurang tegas. tegas. Pada Pada angiografi fluoresin, drusen keras akan tampak sebagai bercak-bercak hiperfluoresensi yang cemerlang pada stadium midvena, dan memudar setelah memudarnya corakan latar belakang fluoresin koroid, sedangkan drusen lunak akan muncul sebagai daerah hiperfluoresensi lebih lambat dan kurang cemerlang disbanding drusen keras. Drusen keras ditemukan pada 95,5% individu berumur lebih dari 49 tahun, tetapi sebagian besar hanya brupa drusen kecil yang jumlahnya tidak banyak. Drusen keras bisa mengalami regresi spontan, dapat membesar atau menyatu dengan drusen disebelahnya atau menimbulkan atrofi sel EPR yang ada diatasnya, yang dapat menimbulkan atrofi geografk EPR apabila daerahnya luas, sehingga corak pembuluh darah koroid dibawahnya dapat terlihat, serta retina diatasnya tampak tipis, yang berlanjut menjadi atrofi fotoreseptor, dan menyebabkan atrofi geografik retina, atau berkembang membentuk neovaskularisasi koroid CNV.
Perubahan lain yang dapat terjadi adalah hipopigmentasi dan hiperpigmentasi. Hiperp Hiperpigm igment entasi asi terjad terjadii karena karena hipert hipertrof rofii EPR dan sel makrof makrofag ag yang yang mengan mengandung dung pigmen melanin mengalami migrasi kearah fotoreseptor. Hipopigmentasi terjadi karena depigmentasi di sekitar EPR yang mengalami hiperpigmentasi. Secara klinis, strofi retina geografis tampak sebagai daerah hipopigmentasi atau depigmentasi atau hilangnya EPR yang berbentuk bulat atau oval dan berbatas tegas. Atrofi geografik merupakan penyebab kehilangan ketajaman sentral sebesar 12% sampai 21% dari seluruh kehilangan penglihatan sentral yang diakibatkan AMD. Kemampuan membaca akan menurun bukan hanya hanya karena karena adanya adanya skotom skotomaa parase parasentr ntral al saja, saja, melain melainkan kan juga juga karena karena penurun penurunan an sensitivitas adaptasi gelap pada fovea, kemunduran ketajamana penglihatan pada keadaan redup, serta menurunkan sensitivitas kontras. 2.
Degenerasi Makula tipe eksudatif ( tipe basah) atau neovaskular
Degener Degenerasi asi makula makula tipe tipe ini adalah adalah jarang jarang terjad terjadii namun namun lebih lebih berbah berbahaya aya di bandingkan dengan tipe kering. Kira kira didapatkan adanya 10% dari semua degenerasi makula terkait usia dan 90% dapat menyebabkan kebutaan. Tipe ini ditandai dengan adanya neovaskularisas neovaskularisasii subretina subretina dengan tanda-tanda degenerasi makula terkait terkait usia
yang mendadak atau baru mengalami gangguan penglihatan sentral termasuk penglihatan kabur, distorsi atau suatu skotoma baru. Pada keadaan ini terjadi pembentukan pembuluh darah baru subretinal dan terjadi kerusakan macula yang disertai eksudat. Cairan serosa dari koroid bocor melalui defek pada membrane membrane bruch sehingga menyebabkan menyebabkan pelepasan epitel pigmen. pigmen. Pemeriksaan Pemeriksaan fundus fundus menunj menunjukk ukkan an adanya adanya pendar pendaraha ahan n dan eksuda eksudatt subret subretina ina,, lesi lesi berwar berwarna na hijau hijau keabu-abuan pada macula dan tampak adanya neovaskularisasi. Bentuk Bentuk AMD neovask neovaskula ularr adalah adalah neovask neovaskula ularis risasi asi koroid koroid (CNV) (CNV) dan semua semua manifestasi yang menyertainya antara lain; -
Abla Ablasi si EPR EPR
-
Robe Robeka kan n EPR EPR
-
Pendar Pendarahan ahan subret subretina ina
-
Pendar Pendarahan ahan vitreu vitreuss
-
Sikat Sikatrik rik disifo disiforms rms Adanya kerusakan pada membrane Bruch memungkinkan pembuluh darah
neovaskularisasi yang berasal dari kapiler koroid menembus membrane Bruch. Pembuluh darah neovaskular ini diserai oleh jaringan fibrosa, membentuk satu kompleks fibrovaskular yang dapat mengganggu dan merusak membrane Bruch, kapiler koroid, serta EPR. Gejala yang dialami oleh pasien dengan CNV saja, berupa gangguan penglihatan sentral seperti penurunan visus, mikropsia, makropsia ataupun skotoma sentral. Walaup Walaupun un demiki demikian an apabila apabila kelain kelainan an terjad terjadii diluar diluar fovea, fovea, maka maka dapat dapat tanpa tanpa gejala gejala penglihatan sentral sama sekali. Pada fundus tampak adanya bayangan hijau keabu-abuan
dengan ablasi EPR diatasnya. Walaupun demikian CNV kadang hanya memberikan tanda berupa ablasi EPR yang datar saja. VI. GEJALA KLINIS
Gejala-gejala klinik yang biasa didapatkan pada penderita degenerasi makula antara lain : 1. Distorsi penglihatan, obyek-obyek terlihat salah ukuran atau bentuk 2.
Garis-garis lurus mengalami distorsi (membengkok) terutama dibagian pusat penglihatan.
3. Kehilangan Kehilangan kemampuan kemampuan membedak membedakan an warna dengan dengan jelas jelas 4. Ada daerah daerah kosong atau gelap gelap di pusat pusat pengliha penglihatan tan 5. Kesulitan membaca, kata-kata terlihat kabur atau atau berbayang berbayang 6.
Secara tiba-tiba ataupun secara perlahan akan terjadi kehilangan fungsi penglihatan tanpa rasa nyeri. nyeri.
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan hasil pemeriksaan oftalmoskopi yang mencakup ruang lingkup pemeriksaan sebagai berikut :
1.
Test Amsler Grid, dimana pasien diminta suatu halaman uji yang mirip dengan kertas milimeter grafis untuk memeriksa luar titik yang terganggu fungsi penglihatannya. Kemudian retina diteropong melalui lampu senter kecil dengan lensa khusus.
2.
Test penglihatan warna, untuk melihat apakah penderita masih dapat membedakan warna, dan tes-tes lain untuk menemukan keadaan yang dapat menyebabkan kerusakan pada makula.
3.
Kadang-kadang dilakukan angiografi dengan zat warna fluoresein. Dokter spesialis mata menyuntikan zat warna kontras ini ke lengan penderita yang kemudian akan menga mengali lirr ke mata mata dan dila dilakuk kukan an pemot pemotre reta tan n reti retina na dan dan maku makula la.. Zat Zat warna warna ini ini memungkinkan melihat kelainan pembuluh darah dengan lebih jelas.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Degenerasi macula khususnya tipe eksudat dapat di diagnosis banding dengan: 1. Makroneurisme 2. Vaskulopati koroid polipoid 3. Khorioretinopati serous sentral 4. Kasus inflamasi 5. Tumor kecil seperti melanoma koroid
IX. PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi khusus untuk AMD noneksudatif Penglihatan dimaksimalkan dengan alat bantu penglihatan termasuk alat pembesar dan teleskop. Pasien diyakinkan bahwa meski penglihatan sentral menghilang, penyakit ini tidak menyebabkan hilangnya penglihatan perifer. Ini penting karena banyak pasien takut mereka akan menjadi buta total. Pada Pada sebagi sebagian an kecil kecil pasien pasien dengan dengan AMD eksuda eksudatif tif yang yang pada angiogr angiogram am fluor fluorose osen n memperlihatkan membrane neovaskular subretina yang terletak eksentrik (tidak sepusat) terhad terhadap ap fovea, fovea, mungki mungkin n dapat dapat dilakuk dilakukan an oblite obliteras rasii membra membrane ne terseb tersebut ut dengan dengan terapi terapi laser laser argon. Membrane vascular subfovea dapat diobliterasi dengan terapi fotodinamik (PDT) karena laser argon konvensional akan merusak fotoreseptor di atasnya. PDT dilakukan dengan
menyuntikkan secara intravena bahan kimia serupa porfirin yang diaktivasi oleh sinar laser\ nontermal saat sinar laser berjalan melalui pembuluh darah di membrane subfovea. Molekul yang teraktivasi menghancurkan pembuluh darah namun tidak merusak fotoreseptor. Sayangnya kondisi ini dapat terjadi kembali bahkan setelah terapi laser. Apabil Apabilaa tidak tidak ada neovas neovaskul kulari arisas sasii retina retina,, tidak tidak ada terapi terapi medis medis atau atau bedah bedah untuk untuk pelepas pelepasan an epitel epitel pigmen pigmen retina retina serosa serosa yang yang terbukt terbuktii berman bermanfaa faat. t. Pemaka Pemakaian ian interf interfero eron n alfa alfa parenteral, misalnya, belum terbukti efektif untuk penyakit ini. Namun apabila terdapat membrane membrane neovaskular subretina subretina ekstrafovea ekstrafovea yang berbatas berbatas tegas (? 200 um dari bagian tengah zona avaskular fovea), diindikasikan fotokoagulasi laser. Dengan angiografi dapat ditentukan dengan tepat lokasi dan batas-batas membrane neovaskular yang kemudian diablasi secara total oleh luka-luka bakar yang ditimbulka ditimbulkan n oleh laser. Fotokoagulasi Fotokoagulasi juga menghancurkan menghancurkan retina di atasnya tetapi bermanfaat apabila membrane subretina dapat dihentikan tanpa mengenai fovea. Fotokoagulas Fotokoagulasii laser krypton terhadap neovaskularisasi neovaskularisasi subretina subretina avaskular avaskular fovea (? 200 um dari bagian tengah zona avaskular fovea) dianjurkan untuk pasien nonhipertensif. Setelah fotokoagulasi membrane neovaskular subretina berhasil dilakukan, neovaskularisasi rekuren di dekat atau jauh dari jaringan parut laser dapat dapat terjadi pada separuh kasus dalam 2 tahun. Rekurensi sering disertai penurunan penglihatan berat sehingga pemantauan yang cermat dengan Amsler grid, oftalmoskopi dan angiografi perlu dilakukan. Pasien dengan gangguan penglihatan sentral di kedua matanya mungkin memperoleh manfaat dari pemakaian berbagai alat bantu penglihatan kurang. Tindakan Tindakan bedah yang mungkin mungkin dikerjakan dikerjakan adalah pengambilan pengambilan CNV subretina, subretina, serta translokasi
makula. Beberapa penelitian mengenai ekstraksi ekstraksi membrane CNV subretina
mendapatkan bahawa hasil akhir visus tidak lebih dari 6/60. Tetapi cara ini dapat disarankan
pada penderita yang tidak berhasil dengan PDT. Terdapat tindakan bedah lain yang mungkin dikerj dikerjakan akan iaitu iaitu transl translokas okasii makula makula.. Transl Translokas okasii makula makula adalah adalah suatu suatu istil istilah ah yang yang meruju merujuk k kepada kepada tindak tindakan an mengab mengablas lasii makula makula dengan dengan sengaj sengajaa dari dari epitel epitel pigmen pigmen dibawah dibawahnya nya,, untuk untuk selanjutnya memindahkannya ke tempat lain. Walaupun teknik ini menjanjikan untuk kondisi tertentu khususnya CNV, teknik optimal dan prognosis jangka panjangnya belum diketahui Selain itu terapi juga dapat dilakukan di rumah berupa pembatasan kegiatan dan follow up pasien dengan mengevaluasi daya penglihatan yang rendah. Selain itu dengan mengkomsumsi multivitamin dan antioksidan ( berupa vitamin E , vitamin C, beta caroten, asam cupric dan zinc), karena diduga dapat memperbaiki dan mencegah terjadinya degenerasi makula. Sayuran hijau terbukti bisa mencegah terjadinya terjadinya degenerasi degenerasi makula tipe kering. Selain itu kebiasaan kebiasaan merokok dikurangi dan dan pembatasn hipertensi. Konsumsi Konsumsi obat-obat obat-obat antioangiog antioangiogenesis enesis seperti seperti VEGF-A, VEGF-A, yang merupakan merupakan substansi substansi angiogenik utama dalam terbentuknya neovaskularisasi pada AMD. Obat yang pertama kali digunakan adalah Na-pegabtanib (Macugen), (Macugen), obat ini memberikan perbaikan ketajaman ranibizumab, yang lebih penglihatan pada 6% pasien. Setelah itu digunakan obat lain yaitu ranibizumab, memberikan kenaikan ketajaman penglihatan, karena mengikat kesemua bentuk aktif VEGF. Bevacizumab, yang merupakan antibody monoclonal seperti ranibizumab, ranibizumab, ternyata memberikan hasil yang lebih menjanjikan karena mempunyai 2 binding sites terhadap VEGF.
X. PROGNOSIS
Bentuk degenerasi makula yang progresif dapat menyebakan kebutaan total sehingga aktivitas dapat menurun. Prognosis dari degenerasi makula dengan tipe eksudat lebih buruk di banding
dengan degenerasi makula tipe non eksudat. Prognosis dapat didasarkan pada terapi, tetapi belum ada terapi yang bernilai efektif sehingga kemungkinan untuk sembuh total sangat kecil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Angela A, Tri W, W, Aditya T. T. Degenerasi macula terkait terkait usia, Retina. Ilmu Ilmu kesehatan mata, Bagian ilmu penyakit mata FKUGM. Hal 109-114. 2007 2.
Liesegang TJ., Skuta GL., Cantor LB,. Retina an d Vitreous. Basic and Clinical Curse.Section 12 . San Fransisco, California : American Academy of Ophthalmology. 2003-2004.
3.
Degenerasi makula. Diunduh dari: www.medicastore.com www.medicastore.com.. 22 Maret 2011
4.
Degenerasi makula. Diunduh dari: www.tanyadokter.com www.tanyadokter.com.. 22 Maret 2011
5.
Degenerasi makula. Diunduh dari: www.totalkesehatananda.com. 22 Maret 2011
6.
Riley H D. Armsler grid testing. Diunduh dari : www.opt.indiana.edu. www.opt.indiana.edu. 24 Maret 2011