PRESENTASI KASUS
VERTIGO Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan klinik dibagian Ilmu Penyakit Saraf RS PKU
Diajukan kepada : dr. Tri Wahyuliati, Sp.S, M.Kes.
Oleh : Yuliana Cahyadi (2005 0310 179)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA RS PKU YOGYAKARTA 2011
PRESENTASI KASUS
VERTIGO
Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal
Juni 2011
Menyetujui : Dokter Pembimbing
(dr. Tri Wahyuliati, Sp.S, M.Kes.)
PRESENTASI KASUS VERTIGO
Anamnesis
: Autoanamnesis
Tanggal
: 30 Mei 2011
Ruang
: Poli Syaraf RS PKU Yogyakarta
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Berbah, Sleman
Masuk RS
: 30 Mei 2011 pukul 10.00 WIB
II. DATA SUBYEKTIF
Anamnesis diperoleh dari
: Pasien (autoanamnesis)
Keluhan utama
: Pusing berputar khususnya saat berubah posisi kepala (dari tidur ke bangun)
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh pusing berputar sampai tidak dapat berdiri sejak malam Jumat (12 Mei 2011), pusing dirasakan selama 5-15 menit. Pusing dirasa bertambah jika badan berubah posisi. Pusing terjadi tiba-tiba, tidak dipengaruhi rasa lelah maupun ketika istirahat. Jika pusing datang pasien mengeluh mual dan terkadang sampai muntah. Pendengaran berkurang (-), penglihatan dobel (-), telinga berdenging (-), demam (-). Pasien mengaku keluhan sudah lama muncul
(kira-kira 5 tahun), namun belum pernah separah ini. Biasanya hanya pusing berputar sesaat dan jarang sekali timbul ( dalam 1 tahun < 4x), dan hilang bila diminumkan obat pusing yang dibeli di warung. Akhirnya pasien mondok di RS PKU Yogya pada hari Sabtu (14 Mei 2011), dirawat selama 3 hari. Keluhan tidak banyak berkurang. Ketika datang kontrol disarankan untuk EEG untuk melihat apakah ada kelainan pada kelistrikan otak. Hasil EEG dibawa pada kontrol berikutnya (30 Mei 2011) dan didapatkan gelombanggelombang abnormal pada EEG, juga terdapat abnormalitas predisposisi warna pada lobus frontal kanan yang terlihat pada BM. Pasien disarankan untuk melakukan CT-Scan dan hasil dibawa pada kontrol berikutnya.
Riwayat penyakit dahulu
: Riwayat sering pusing
: disangkal
Riwayat keluhan serupa : diterima
Riwayat DM
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat hipotensi
: disangkal
: disangkal Riwayat asma
: disangkal
Riwayat trauma
:diterima. Tahun 2003
pernah jatuh dari motor, kepala sebelah kanan terantuk, blank kira-kira 5 menit namun lalu sadar kembali. Tidak ada amnesia setelah trauma.
Riwayat penyakit keluarga : Riwayat keluhan serupa : disangkal
Anamnesis sistem
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
: Sistem Serebrospinal
:
Pusing berputar (+), diplopia (-), nrocos (-), telinga berdenging(-) Sistem Kardiovaskular : Tidak ada keluhan Sistem Respirasi
: Tidak ada keluhan
Sistem Gastrointestinal : mual, muntah Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada keluhan Sistem Integumental : Tidak ada keluhan Sistem Urogenital
Resume anamnesis
: Tidak ada keluhan
: Pasien laki-laki 45 tahun datang dengan keluhan utama pusing sekeliling berputar hingga tidak dapat berdiri, terutama jika berubah posisi kepala, akut (1 minggu), onset 5 – 10 menit, mual (+), muntah (+), gangguan penglihatan (-), pandangan dobel (-), telinga berdenging (-), demam
(-),
riwayat
trauma
(+),
riwayat
hipotensi (-), riwayat HT (-), riwayat DM (-), riwayat asma (-), riwayat mengkonsumsi obat pusing (+).
DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosa klinik
: Vertigo Central
Diagnosa topik
: kanalis semisirkularis
Diagnosa etiologik : Post trauma
III. DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan Fisik A.
Status present (tanggal 30 Mei 2011) BB
: 63 kg
Tekanan darah
: 120/ 70mmHg
Denyut nadi
: 80x/menit
Pernapasan
: 20x/menit
Suhu
: afebris
Keadaan umum
: baik
B. Status Neurologis Kesadaran
: Compos mentis
Kuantitaf
: GCS : E4 V5 M6
Kualitatif
: -
Tingkah laku : normoaktif - Perasaan hati : eutimik - Orientasi
: tempat (baik); waktu (baik);
orang (baik) ; situasi (baik) - Jalan pikiran : baik - Kecerdasan
: baik
- Daya ingat kejadian
(baru) baik,
- Kemampuan bicara : normal Sikap tubuh
: normal
Cara berjalan
: normal
Gerakan abnormal
: tremor (-)
Kepala
: -
Bentuk : simetris - Ukuran : mesocephal - Pulsasi ( - ) - Nyeri tekan (-)
Leher
: -
Sikap : lurus - Gerakan : bebas - Kaku kuduk : tidak diperiksa
(lama) baik
- Bentuk vertebra : lurus Tes-tes
yang
melibatkan
leher :
dilakukan
SYARAF-SYARAF OTAK N I (Olfaktorius)
Kanan
Kiri
N
N
Daya penglihatan
N
N
Pengenalan warna
N
N
Medan penglihatan
N
N
-
-
Superior
N
N
Inferior
N
N
Medial
N
N
Ukuran pupil
3 mm
3 mm
Bentuk pupil
bulat
bulat
Reflek cahaya langsung
+
+
Reflek kornea
+
+
Gerak bola mata ke lateral bawah N
N
Diplopia
-
-
Strabismus
-
-
Menggigit
N
N
Membuka mulut
N
N
N
N
Daya Penghidu N II (Optikus)
N III (Okulomotorius)
Ptosis Gerakan bola mata ke
N IV (Troklearis)
N V (Trigeminus)
N VI ( Abdusens)
Gerakan mata ke lateral N VII (Facialis)
tidak
Kerutan kulit dahi
N
N
Kedipan mata
N
N
Mengerutkan dahi
N
N
Mengerutkan alis
N
N
Menutup mata
N
N
Lipatan nasolabial
N
N
Sudut mulut
N
N
Meringis
N
N
Menggembungkan pipi
N
N
Lakrimasi
+
+
N VIII (Akustikus)
Mendengar suara
+
Mendengar detik arloji
+
+ +
N IX (Glosofaringeus)
Daya kecap lidah 1/3 belakang
+
+
Reflek muntah
+
+
Sengau
-
-
Tersedak
-
-
80x/ menit
80x/menit
Bersuara
+
+
Menelan
+
+
Memalingkan kepala
+
+
Sikap bahu
N
N
Mengangkat bahu
N
N
eutrofi
eutrofi
Sikap lidah
N
N
Tremor lidah
-
-
Menjulurkan lidah
+
+
N X (Vagus)
Denyut nadi
N XI (Asesorius)
Trofi otot bahu N XII (Hipoglosus)
Trofi otot lidah
eutrofi
eutrofi
BADAN
Trofi otot punggung
: eutrofi
Nyeri membungkukkan badan
: -
Trofi otot dada
: -
Palpasi dinding perut
: NT (-)
Kolumna vertebralis : - bentuk (N) - Gerakan (N) - nyeri tekan (-) Sensibilitas
: baik
ANGGOTA GERAK Inspeksi :
Ekstremitas superior
Ekstremitas inferior
Drop hand
: -/-
Drop foot
: -/-
Pitcher hand
: -/-
Kontraktur
: -/-
Claw hand
: -/-
Warna
:N
Udem
: (-)
Warna
:N Ekstremitas superior
Ekstremitas inferior
Gerakan
B-B-B/B-B-B
B-B-B/B-B-B
Kekuatan
5-5-5/5-5-5
5-5-5/5-5-5
Tonus Sensibilitas Trofi
N/N
N/N
N
N
eutrofi
eutrofi
Biseps Triseps Radius Reflek Fisiologis
+/+
+/ +
+/+
Reflek Patologis
Kanan
Kiri
Babinski
-
-
Ulna +/+
Patella Achilles + /+
+/+
Chaddock
-
-
Oppenheim
-
-
Gordon
-
-
Schaefer
-
-
Gonda
-
-
Hoffmann-Tromner
-
-
Bing
-
-
Tes Lasegue
-
-
Tes Patrick
-
-
Tes Kontra Patrick
-
-
Tes Kernig
-
-
Koordinasi, Langkah dan Gaya berjalan : Cara berjalan
: normogait
Tes Romberg
: (+)
Rebound fenomen
: (-)
Nistagmus horisontal : (+) Tes telunjuk hidung
: tidak dilakukan
Tes hidung- telunjuk-hidung : tidak dilakukan Tes telunjuk-telunjuk : tidak dilakukan Tes Kalorimetrik Fungsi vegetatif
: tidak dilakukan
: inkontinensia urin (-), anuria (-), inkontinensia alvi (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG EEG kuantitatif : irama dasar α, simetris, irreguler. Dijumpai gelombang
sharp yang tersebar difus, ringan. Resume : EEG : dijumpai gelombang abnormal sharp, tersebar difus, irre guler. BM : tampak fokus asimetri pada lobus frontal kanan. Kesimpulan : abnormal iritatif fokus ringan
IV. RESUME
Anamnesis (subyektif)
Dihadapkan pasien perempuan 45 tahun dengan keluhan utama pusing berputar jika berubah posisi kepala, dari bangun ke duduk dan berdiri, akut (2 minggu), onset 5 - 10 menit, mual (+), muntah (+), gangguan penglihatan (-), pandangan dobel (-), telinga berdenging (+), demam (-), riwayat trauma (-), riwayat hipotensi (+), riwayat HT (-), riwayat DM (-), riwayat asma (-), riwayat mengkonsumsi obat pusing (+). Pemeriksaan fisik (Obyektif)
KU
: baik
Kesadaran
: Compos Mentis GCS: E4 V5M6
Vital sign
: Tensi
: 110/70mmHg
Denyut nadi : 80x/ menit Respirasi
: 20x/ menit
Suhu
: 36,5 C
Status Internus
: dalam batas normal
Status Neurologik
: nistagmus horisontal (+), tinnitus (+) Ekstremitas Superior
Ekstremitas Inferior
Gerakan
B-B-B/B-B-B
B-B-B/B-B-B
Kekuatan
5/5
5/5
Tonus
N/N
N/N
Sensibilitas
N
N
Reflek fisiologis
+/+
+/+
Reflek patologis
-/-
- /-
Tes Romberg
: (+)
Vegetatif
: DBN
Pemeriksaan Penunjang : EEG kuantitatif : irama dasar α, simetris, irreguler. Dijumpai gelombang
sharp yang tersebar difus, ringan, munculnya paroksismal. Resume :
EEG : dijumpai gelombang abnormal sharp, tersebar difus, paroksismal
irreguler. BM : tidak tampak fokus maupun asimetri inter hemisfer Kesimpulan : abnormal iritatif difus ringan
Diagnosis Akhir (Assesment )
Diagnosis klinis
: Vertigo
Diagnosis topik
: Gangguan pada kanalis semisirkularis
Diagnosis etiologi
: BPPV
PENATALAKSANAAN
- Non medikamentosa
Tenangkan pikiran
Jika akan merubah posisi tubuh pelan-pelan
Jika hendak berbaring, sebaiknya mata tertutup dan merebahkan diri pelan-pelan.
Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi tetap (stasioner)
Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang bergerak
Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus
Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis
Latihan dengan Metode Brandt-Daroff
- Medikamentosa
Neurochol caps 1-0-0
Ikaphen 100 mg 2 x 1 caps
Ranitidin 2x1 tab
PROGNOSIS Death • Disesase •
: bonam : bonam
• • • •
Discomfort : bonam Disability : bonam Dissatisfaction: bonam Destution : bonam
VERTIGO I. DEFINISI
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang berarti memutar. Vertigo merupakan keluhan subjektif penderita yang merasa sekelilingnya berputar, dan
ada kesan benda-benda bergoyang, dapat sampai menyebabkan mual, muntah dan jatuh. Vertogo adalah ilusi gerakan pada diri pasien atau lingkungan sekelilingnya. Sensasi vertigo dapat dirasakan sebagai berputar, miring, berayun, atau oleng. Vertigo akut sering disertai gejala otonom ( mual, muntah, keringat dingin, muka pucat ), ketidak seimbangan badan dan nistagmus ( sehingga penglihatan kabur ) Adanya vertigo menunjukkan adanya gangguan lintasan system saraf perifer atau serebral dari system vestibuler, ( Manjoer 2000 ).
II. PATOFISIOLOGI
Secara biomolekuler diantara tiga organ sensorik yang membawa informasi posisi tubuh terhadap lingkungan, organ vestibulum adalah yang paling penting dibandingkan dengan indra penglihatan dan rasa proprioseptik untuk keseimbangan tubuh. Sel rambut dari labirin peka terhadap percepatan linear dan sirkuler. Gerakan kepala dan tubuh yang menyebabkan tertekuknya streosilia kearah kinosilia akan membuka kanal kalium. Influks ion kalium merangsang depolarisasi membran sel reseptor (R) diikuti dengan influks Ca lewat kanal Ca dan pelepasan NT ( Neurotransmiter ) ke celah sinap. Kaitan antara NT dengan R pasca sinar saraf aferen akan menghantarkan infuls sensoris kepusat sistem vestibular. Timbulnya
sindrom
Vertigo
adalah
ketika
rangsangan
gerak
meningkatkan CRH ( Corticotripin Relasing Hormon ) yang dilepaskan oleh Hipotalamus. Kenaikan CRH dapat meningkatkan saraf simpatis diikuti dengan aktifitas saraf Parasimpatis secara bergantian sesuai dengan aturan hubungan resiprocal inhibitor antara kedua komponen yang menyusun sistem syaraf otonom. Dominasi yang bergantian antara saraf simpatis dan saraf parasimpatis tersebut berlangsung sepanjang kadar CRH masih tinggi. Vertigo, pucat, keringat dingin muncul saat dominasi saraf simpatis, sedangkan mual dan muntah ketika dominasi saraf parasimpatis. Selama rangsangan berulang berlangsung terus akan ada menutupan bertahap kanal Ca diikuti dengan penurunan Infuls Ca dan pelepasan NT. Dengan
akibat, serangan vertigo berkurang dan selanjutnya menghilang ketika tumbuhnya adaptasi dengan sempurna. Unsur-unsur keseimbangan
Untuk melihat keseimbangan tubuh, susunan saraf memperoleh informasi keseimbangan dari tiga sumber yaitu : 1. Mata 2. Ujung Saraf Proprioseptik 3. Bagian Vestibular Telinga Dalam Bila terjadi gangguan pada salah satu alat tersebut dapat menyebabkan kekacauan informasi. Susunan saraf yang mengatur keseimbangan adalah : 1. Unsur Vestibular ( Alat Vestibular dan Nervus Vestibular ) −
Makula utrikuli yang terangsang oleh gaya sentrifugal yang terjadi pada perubahan sikap kepala, atau oleh gaya tarik bumi bila tubuh naik atau turun.
−
Krista ampularis dari kanalis semisirkularis yang peka terhadap gaya gerakan endolimfe akibat akselerasi baik yang angular maupun yang rotatorik.
−
Otolit sakuli yang terangsang oleh gaya tarik bumi dan gaya yang melawan gravitasi bumi.
2. Serebellum : Serebelum menerima impuls proprioseptif yang dicetuskan oleh berbagai reseptor di sendi – sendi dan otot – otot pada waktu suatu gerakan berlangsung. Melalui nodulus, flokulus, uvula dan pyramis dan nucleus fastigii impuls proprioseptif itu mempengaruhi inti vestibular. Proses destruktif yang luas dalam hemisfer serebellum dan vermis tidak menyebabkan vertigo. 3. Korteks Serebri : Rangsangan listrik korteks serebri apakah dari daerah posterolateral lobus temporalis atau lobus parietal inferior, sekitar fisura sylvia yang dapat membangkitkan vertigo hebat Impuls – impuls keseimbangan yang disampaikan kepada serebelum dan inti – inti vestibularis merupakan informasi yang akan diteruskan kepada pusat pola gerakan voluntary dan
reflektoris di tingkat korteks serebri. Berdasarkan informasi tersebut gerakan dan sikap semua bagian dari tubuh direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan garakan dan sikap tubuh yang mendahuluinya. Dengan demikian stabilitas tubuh dengan semua bagian
–
bagiannya terpelihara. Adapun
3 gerakan yang
dikendalikan dalam pemeliharaan keseimbangan tubuh ialah : −
Gerakan volunter dan reflektoris dari kepala, leher, badan dan keempat anggota gerak.
−
Gerakan volunter dan reflektoris kedua bola mata
−
Gerakan involuntary visceral
III. ETIOLOGI
Penyebab vertigo sangatlah banyak beberapa penyebab vertigo yang sering muncul walaupun penyebab pastinya belum diketahui dengan jelas yaitu : 1. Vestibulum : Kadang-kadang kausa di vestibulum tidak serius seperti pada Benign Posisional Vertigo. 2. N.VIII : Tidak jarang kausa dari pusing terletak pada N.VIII. Bila ini terjadi maka disamping rasa pusing juga bisa terjadi tuli persepsi. 3. Reticulum dari batang otak : Sering terganggu karena trauma kapitis, karena batang otak terletak ditengah-tengah dari tengkorak. 4. Traktus pasterior dari myelum : Sering terjadi akibat gangguan metabolik ( Vit B12 ) maupun oleh karena suatu tumor atau oleh karena suatu radang, maka impuls dari tendo maupun otot tidak dapat naik ( deep sensibility ) akan terganggu. 5. Imagination : Kadang kita melihat bahwa rasa pusing disebabkan oleh karena masalah atau kesulitan psikis. 6. Generalized illness : Biasanya disebabkan oleh karena infeksi Tipoid, Herpes Zoster, Morbili maupun Influenza. 7. Opthalmic disease : penyakit mata seperti diplopia dan glaukoma dapat menyebabkan keluhan pusing.
IV. KLASIFIKASI
Vertigo hanya gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit. Penyebab vertigo dapat berasal dari beberapa disiplin sehingga diusahakan membagi
penyebabnya,
yaitu
menurut
anatomi
atau lokasi
penyakitnya dan menurut gejala – gejalanya yang menonjol atau klinisnya. Berdasarkan anatomi penyebab vertigo dapat dibedakan 2 bentuk vertigo.
A.
Vertigo non-sistematis
Yaitu vertigo yang disebabkan kelainan SSP, bukan kelainan system vestibular perifer. Kelainan ini dapat terletak di : 1.
Mata
: Paresis otot mata, Kelainan refraksi, Glaucoma.
2.
Proprioseptik : PellagraAnemia, pernisiosa, Alkoholisme, Tabes dorsalis
3. a.
SSP Hipoksia serebri
: Hipertensi kronis, Anemia, Sinkope, Arterioskerosis, Hipertensi kardiovaskular, Fibrilasi atrium, Stenosis aorta & Insufisiensi, Sindrom sinus karotis, Hipotensi ortostatik, Blok jantung
b.
Infeksi
: Meningitis, Ensefalitis, Lues, Abses
c.
Trauma
d.
Tumor
e.
Migren
f.
Epilepsy
g.
Kelainan endokrin:Hipotiroid, Hipoglikemi, Hipoparatiroid, Tumor medulla adrenal, hamil-menopouse
h.
Kelainan psikoneurosis
B.
Vertigo Sistematis
Yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan system vestibular ( labirin, Nervus VIII atau inti vestibularis ) : 1. Telinga a
Bagian luar
: Serumen, Benda asing
b
Bagian tengah
: Retraksi membrane tympani, OMPA, OM dengan efusi, Labirintis,Kolesteatoma Trauma dengan perdarahan
c
Bagian dalam
: Labirintitis akuta toksika, Trauma, Serangan vascular, Alergi, Mabuk gerakan Hidrops labirin,Vertigo postural
2. Nervus VIII a.
Infeksi
: Meningitis akut, Meningitis TB, Meningitis basilaris luetika
b.
Trauma
c.
Tumor 3. Inti vestibulum ( batang otak )
a.
Infeksi Meningitis dan Ensefalitis
b.
Abses otak
c.
Trauma
d.
Perdarahan
e.
Trombosis arteria serebeli postero-inferior
f.
Tumor
g.
Sclerosis multipleks
Perbedaan Vertigo Sistemik dan Non sistemik ( Perifer dan Sentral ) Tanda Perifer/vestibular SSP Masa laten sebelum 2-20 detik Tidak ada timbul nistagmus Lama nistagmus < 30 detik >30 detik Kelelahan nistagmus Menghilang dengan Nistagmus kambuh bila manuver berulang-ulang manuver diulang-ulang Arah nistagmus pada Satu arah Berubah arah tergantung
posisi kepala tertentu Intensitas vertigo Posisi kepala
Berat Posisi saja BPPV
Contoh klinis
kepala
posisi kepala Ringan –tidak ada tertentu Lebih dari satu posisi Neuroma akustik, iskemik vertebrovaskuler, sklerosis multipel
V. TANDA DAN GEJALA VERTIGO Gejala dan Tanda Arah Nigtagmus
Sentral Satu arah atau dua arah, dapat berubah bidangnya bila pandangan berubah
Nistagmus disertai berputar Vertigo Berat Arah dari pada perputaran Arah past poiting Arah jatuh Pengaruh perputaran kepala Lama gejal-gejala Tinitus dan/atu tuli
Jarang ditemukan
Perifer ( Organ Akhir ) Terutama satu arah dan satu bidang, fase cepat berlawanan dengan tempat lesi horizontalCukup sering ditemukan komponen
Jelas Kearah fase cepat
Ringan Berubah-ubah
Kearah fase lambat Berubah-ubah Kearah fase lambat Berubah-ubah Dengan mendadak vertigo Tidak ada pengaruh akan muncul Akut atau kronis Biasanya Kronis Mungkin ada Biasanya tidak ada
VI. DIAGNOSIS
Untuk menentukan diagnosis Vertigo perlu dilakukan langkah-langkah sistematis yaitu : 1. Anamnesa yang cermat untuk memastikan keluhan, menentukan jenis dan letak lesi, mencari penyebab timbulnya Vertigo. 2. Melakukan
pemeriksaan
fisik
yang
cermat
dan
pemeriksaan
keseimbangan :
Romberg test,
yaitu pasien berdiri tegak dengan mata
tertutup dan tangan sedeku, kaki rapat atau berimpit
disamping atau muka belakan atau berdiri diatas satu kaki. Dilakukan selama 20-30 detik.
Test baring keposisi duduk & posisi duduk ke baring.
Diadokokinesia
3. Melakukan pemeriksaan penunjang selengkap mungkin. 4. Melakukan pemeriksaan pendengaran
VII. PENTATALAKSANAAN
Untuk penatalaksanaan vertigo sebaiknya dilakukan pengobatan kausual kalau memungkinkan, hanya saja biasanya etiologi vertigo sebagian besar tidak diketahui, maka dari itu pengobatan medikamentosa masih menjadi pilihan utama. Medikamentosa -
Agonis reseptor H, misalnya; betahistin
-
Obat anti kolinergik yang mensupresi aktif secara sentral dari aktivitas sistem vestibuli dan dapat berguna untuk mengurangi vertigo. Skopolamin metilbromida ( Holopon ) 3 x 1-2 mg/hari.
-
Prometazin dari golongan fenotiazin merupakan yang paling efektif dari golongan ini dalam mengobali vertigo. Efek samping utama adalah mengantuk.
-
Zat simpatomimetik ( Efedrin dan amfetamin )
-
Penenang minor dan mayor,misalnya :diazepam. 2.
Fisioterapi -
Latihan gerakan
tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi
tetap (stasioner) -
Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang bergerak
-
Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus
-
Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis
3. Rehabilitasi vertigo harus dilakukan supaya adaptasi tubuh terhadap penyakit tersebut bisa tercapai.