BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin yang utama. DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Frekuensi yang nyata sangat sulit untuk ditentukan karena kemungkinan disebabkan perbedaan standar diagnosis antara 1-2%. Karakteristik penyakit ini disebabkan suatu abnormalitas metabolik, komplikasi jangka panjang dapat mengenai mata, ginjal, persarafan, dan pembuluh darah dan suatu lesi pada membran basal. Diabetes melitus dapat menyerang segala lapisan umur dan sosial ekonomi. Di Indonesia saat ini penyakit DM belum menempati prioritas utama pelayanan kesehatan walaupun sudah jelas dampak negatifnya ,yaitu berupa penurunan kualitas SDM, terutama akibat penyulit menahun yang ditimbulkan. Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. Berdasarkan data badan pusat statistik Indonesia (2003) diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural 7,2% maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat diabetisi sejumlah 8,2 juta di daerah urban dan dan 5,5juta di daerah rural. Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta yang berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta diabetisi didaerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. Suatu jumlah yang sangat besar,dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis bahkan oleh semua tenaga kesehatan yang ada. Mengingat bahwa DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumberdaya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah sebaiknya ikut serta dalam usaha penanggulangan DM, khususnya khususnya dalam upaya pencegahan.
1
I.2 Tujuan
Presentasi Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Margono Soekardjo, dimana didalamnya berisi tentang definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana dan prognosis dari penyakit diabetes melitus disertai ulkus pedis sinistra.
2
I.2 Tujuan
Presentasi Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Margono Soekardjo, dimana didalamnya berisi tentang definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana dan prognosis dari penyakit diabetes melitus disertai ulkus pedis sinistra.
2
BAB II PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.D
Umur
: 65 tahun
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Jati Lawang RT 01/04
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
No. CM
: 881966
Ruang rawat
: Dahlia KL 1
Tanggal masuk
: 30 Maret 2013
Tanggal periksa
: 8 April 2013
B. ANAMNESIS
Diambil dari dari autoanamnesa pada tanggal 8 April 2013 2013 Keluhan Utama
: Kaki kiri luka dan terasa nyeri
Keluhan Tambahan
: Kesemutan, banyak makan, minum dan sering merasa haus
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien masuk ke IGD RS Margono Soekarjo pada tanggal 30 Maret 2013. Pasien mengatakan sudah 1 bulan yang lalu kaki kiri pasien mengalami luka dan tidak sembuh. Pasien mengatakan awalnya timbul luka kecil di kaki kiri. Mulamula luka tersebut berukuran kecil, dua hari kemudian lukanya bertambah merah, selanjutnya lukanya menjadi terbuka dan berbau. Pasien mengaku rajin merawat lukanya dengan betadin, namun lukanya tidak mengalami penyembuhan, bahkan menjadi bengkak bengkak kemerahan yang yang disertai nanah dan terasa nyeri. nyeri. Pasien juga mengeluh badan terasa lemas, pusing dan kesemutan pada kedua kaki. Buang air besar lancar, buang air kecil warna kuning jernih, tidak ti dak disertai nyeri ataupun rasa
3
panas, dalam sehari pasien buang air kecil lebih dari 10 kali meningkat terutama malam hari. Keluhan serupa pernah dialami pasien pada kaki kanan pada tahun 2011 dan sudah diamputasi. Pasien mengatakan mempunyai riwayat Diabetes Melitus sejak tahun 2004 saat usia pasien 55 tahun. Awalnya pasien sering mengeluh banyak makan dan minum dan sering pipis tapi tidak pernah periksa kedokter sebelumnya. Atas anjuran keluarganya pasien memeriksakan diri ke dokter dan dokter mendiagnosis bahwa pasien menderita Diabetes Melitus. Pasien mengatakan bahwa ada riwayat pada keluarga pasien yang menderita diabetes.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat dengan keluhan yang sama : terdapat Riwayat Hipertensi
: Ada
Riwayat DM
: Ada, sejak ± 10 tahun yang lalu
Riwayat penyakit ginjal
: disangkal
Riwayat Rokok
: disangkal
Riwayat OAT
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ada anggota keluarga pasien yang pernah menderita kelainan dengan gejala yang sama dengan pasien. F.
RIWAYAT SOSIAL
Pasien mengatakan sejak dulu mempunyai berat badan berlebih dan malas berolahraga.
G. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan tanggal 8 April 2013, pukul 06.30 WIB Keadaan Umum
- Kesan sakit
: Sakit sedang
- Kesadaran
: Compos mentis
- Berat Badan
: 70 kg
4
- Tinggi Badan
: 160 cm
- IMT
: 27.3 kg/ m 2
- Tanda Vital
: - Tekanan darah
: 140/80 mmHg
- Nadi
: 78x/menit, reguler
- Pernapasan
: 18 x/menit
- Suhu
: 36.3 °C
Status generalis
Pemeriksaan kepala -
Bentuk kepala
: Normochepal, simetris
-
Rambut
: Warna putih, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak mudah rontok
Pemeriksaan mata
-
Palpebra
: Edema (-/-)
-
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
-
Sklera
: Ikterik (-/-)
Pemeriksaan telinga
-
Letak
: Simetris
-
Bentuk
: Normal
-
Discharge
: Tidak ada
-
Benjolan
: Tidak ada
Pemeriksaan hidung -
NCH
: Tidak ada
Pemeriksaan mulut
-
Sianosis
: Tidak ada
-
Lidah kotor
: Tidak ada
-
Lidah hiperemis
: Tidak ada
Pemeriksaan leher -
Inspeksi
: Tidak terlihat benjolan atau massa
-
Palpasi
: Kelenjar getah bening leher kanan dan kiri tidak teraba membesar, tidak terdapat nyeri tekan Spider naevi tidak ada
5
Tidak ada deviasi trakhea Jugular Venous Pressure tidak meningkat
Pemeriksaan dada Paru-paru
Inspeksi
: Dinding dada simetris Ketinggalan gerak (-), venektasi (-)
Palpasi
: Vokal fremitus apex paru kanan = kiri Vokal fremitus basal paru kanan = kiri
Perkusi
: Suara sonor pada seluruh lapang paru Peranjakan paru 2 cm Batas paru hepar SIC V LMC dextra
Auskultasi
: Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi basah halus (-/-), ronkhi basah kasar (/-), tidak ada eksperium di perpanjang.
Jantung
Inspeksi
: Tidak terlihat pulsasi iktus cordis
Palpasi
: Teraba pulsasi iktus kordis di SIC V 1 jari medial pada LMCS, tidak kuat angkat, tidak teraba thrill
Perkusi
: - Batas kiri atas - Batas kiri bawah
: SIC II linea parasternal sinistra : SIC V 1 jari medial linea midclavikula sinistra
- Batas kanan atas
: SIC II linea parasternal dekstra
- Batas kanan bawah : SIC IV linea parasternal dekstra Auskultasi
: S1 > S2, irreguler , bising (-), gallop (-)
Pemeriksaan abdomen Inspeksi
:
Datar
Auskultasi
: Bunyi usus (+) normal
Palpasi
: Hepar dan lien dalam batas normal (ttb)
Perkusi
: Timpani pada seluruh regio abdomen Nyeri ketok kostovertebrae kanan dan kiri (-)
6
Kulit Turgor kulit normal
Ekstremitas -
Superior
: Deformitas (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), tremor (-/-), edema (-/-), kesemutan (-/-), sensorik dan motorik baik, eutrofi (-/-), reflek fisiologis (+/+) normal, reflek patologis (-/-)
-
Inferior
: Status lokalis pedis sinistra :
Ulcus pedis sinistra Inspeksi : Perban (+), bengkak (+) Palpasi
: NT (+)
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan Lab tanggal 31 Maret 2013
Hemoglobin (Hb)
: 11.2 g/dl
Normal : 13-16 g/dl
Leukosit
: 11.350 /ul
Normal : 4800-10800/ul
Hematokrit (Ht)
: 34
Normal : 37-47
Eritrosit
: 4.2 jt/ul
Normal : 4.2-5.4
Trombosit
: 562.000/uI
Normal :150.000-450.000/ul
MCV
: 79.5 fl
Normal : 79.0-90.0 fl
MCH
: 26.5 pg
Normal : 33.0-37.0 pgr
MCHC
: 33
Normal : 31-36
RDW
: 12.6
Normal :11.5-14.5
MPV
: 8.6
Normal : 7.2 -11.1
Basofil
: 0.4
Normal : 0.0-1.0
Eosinofil
: 1.9
Normal : 2.0-4.0
Batang
: 0.00
Normal : 2.00-5.00
Segmen
: 71.7
Normal : 40.0-70.0
Monosit
: 10.9
Normal : 2.0-8.0
Hitung Jenis :
7
Limfosit
: 15.1
Normal : 25.0-40.0
: 35.1 mg/ dl
Normal : 14.8-38.52
Pemeriksaan Kimia Klinik
Ureum darah Kreatinin
: 0.00 mg/ dl
Normal : 0.00-1.00
Glukosa Sewaktu
: 500 mg/ dl
Normal : < 200
Glukosa Puasa
: 257 mg/ dl
Normal : 74-106
Glukosa 2 jam PP
: 353 mg/ dl
Normal : < 126
HBA1C
: > 14
Normal : 4.7-7.5
Kalium
: 3.4
Normal : 3.4-5.1
Pemeriksaann Urine lengkap
Warna
: Kuning
Normal : Kuning Muda
Kejernihan
: Jernih
Normal : Jernih
Bau
: Khas
Normal : Khas
Berat Jenis
: 1.015
Normal : 1.010-1.015
PH
: 5.0
Normal : 4.6-7.8
Leukosit
: 25
Negatif
Nitrit
: Negatif
Negatif
Protein
: Negatif
Negatif
Glukosa
: 300
Negatif
Keton
: Negatif
Negatif
Urobilinogen
: Normal
Normal
Bilirubin
: Negatif
Negatif
Eritrosit
: Negatif
Negatif
Bakteri
: Negatif
Negatif
Trikomonas
: Negatif
Negatif
Jamur
: Negatif
Negatif
Pemeriksaan Gula Darah 1 April 2013
Glukosa Sewaktu
: 255 mg/ dl
Pemeriksaan Gula Darah 2 April 2013
Glukosa Sewaktu
: 355 mg/dl
Pemeriksaam Gula Darah 3 April 2013
8
Glukosa Sewaktu
: 245 mg/ dl
Pemeriksaan Gula Darah 5 April 2013
Gula Darah Puasa
: 130
Glukosa 2 jam PP
: 161
Pemeriksaan darah lengkap 6 April 2013
Hemoglobin (Hb)
: 10.3 g/dl
Normal : 13-16 g/dl
Leukosit
: 8840/ul
Normal : 4800-10800/ul
Hematokrit (Ht)
: 32
Normal : 37-47
Eritrosit
: 3.9 jt/ul
Normal : 4.2-5.4
Trombosit
: 698.000/uI Normal : 150.000-400.000/ul
MCV
: 82.0 fl
Normal : 79.00-99.0 fl
MCH
: 26.5 pg
Normal : 27.0.-31.0 pg
MCHC
: 32.4
Normal : 33.0-37.0
RDW
: 13.3
Normal :11.5-14.5
MPV
: 8.3 fl
Normal : 7.2 -11.1
Basofil
: 0.6
Normal : 0.0-1.0
Eosinofil
: 3.5
Normal : 2.4-4.0
Batang
: 0.0
Normal : 2.00-5.00
Segmen
: 46.3.
Normal : 40.0-70.0
Monosit
: 9.4
Normal : 2.0-8.0
Limfosit
: 4.02
Normal : 25.0-40.0
Hitung Jenis :
Pemeriksaan Kimia Klinik
Total Albumin
: 7.05 g/dl
Normal : 6.40-8.20 g/ dl
Albumin
: 3.14 g/dl
Normal : 3.40-5.00 g/ dl
Globulin
: 3.91 g/dl
Normal : 2.70-3.20 g/ dl
Glukosa Sewaktu
: 254 g/ dl
Normal : < 200
Pemeriksaan Lab tanggal 8 april 2013
Glukosa Sewaktu
: 97 g/ dl
Normal : < 200
Cek Ulang Glukosa Sewaktu : 297 g/ dl
Normal : < 200
Elektrolit
Normal :136-145
9
: 136 mmol/ L
Kalium
: 3.9 mmol/ L
Normal : 3.5- 5.1
Klorida
: 96 mmol/L
Normal : 98- 107
Kalsium
: 8.9 mg/ dl
Normal : 8.4- 10.2
Pemeriksaan elektrolit:
Natrium
: 140 mmol/dl
Normal : 140-148 mmol/dl
Kalium
: 3.6 mmol/dl
Normal : 3,5- 5,5 mmol/dl
Klorida
: 97 mmol/dl
Normal:100-106 mmol/dl
Pemeriksaan lab tanggal 9 April 2013
Glukosa Sewaktu
: 420 mg/ dl
Normal : < 200
Pemeriksaan Lab tanggal 10 april 2013
Glukosa sewaktu
: 343 mg/ dl
Normal : < 200
Glukosa sewaktu
: 198 mg/ dl
Normal : < 200
Pemeriksaan lab tanggal 11 april 2013
Glukosa sewaktu
: 178 mg/ dl
Normal : < 200
Glukosa sewaktu
: 162 mg/ dl
Normal : < 200
Pemeriksaan X Foto Pedis Sinistra AP- OBLIQUE
KESAN
Amputatum pada phalang distal digiti I dan metatarsal V
Fraktur patologis pada caput metatarsal III dan IV GAMBARAN OSTEOMYELITIS
10
Pemeriksaan EKG
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
1. Anamnesis NY. D Mengeluh nyeri di kaki kirinya, keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengeluh bengkak pada kakinya yang kemudian bernanah dan mengeluarkan bau, pasien sudah membersihkan lukanya dengan betadine namun gejalanya tidak kunjung sembuh dan semakin parah. Keluhan serupa pernah dialami pasien pada kaki kanan dan pernah diamputasi. RPD : Riwayat keluhan serupa : Terdapat RPK : DM (+) 2. Pemeriksaan fisik Tanda Vital
: - Tekanan darah
: 140/80 mmHg
- Nadi
: 78x/menit, reguler
- Pernapasan
: 18 x/menit
- Suhu
: 36.3 °C
3. Pemeriksaan penunjang : -
31 Maret 2013 : Leukosit: 11.350
Normal: 4800- 10800/ uL
-
6 April 2013
Normal : 4800-10800/uL
11
Leukosit : 8840
I. DIAGNOSIS KERJA :
DM Tipe II disertai Ulkus Pedis Sinistra
J. DAFTAR MASALAH
Ulkus diabetikum pedis sinistra
DM tipe II
K. TERAPI : 1. Non Medikamentosa
Bed rest, diet DM : karbohidrat 60 – 70 %, protein 10 – 15 %, dan lemak 20 – 25 %. BB Ideal : = (TB dalam cm – 100) - 10 % = ( 160 cm – 100) – 6 = 54 kg Edukasi :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai makna dan perlunya pengendalian serta pemantauan penyakit DM, penyulit DM, intervensi farmakologis dan nonfarmakologis, pentingnya latihan jasmani yang teratur.
2. Medikamentosa :
1. IVFD Nacl 20 tpm 2. Inj Ceftazidine 2x 1gr 3. Inj Metronidazole 3x500 mg 4. Lantus 0-0-6 5. Analsix 3x1 tab 6. Sliding scale/ 6 jam GD
→
RI
(mg/dL)
(Unit, subkutan)
< 200
0
200-250
12
5
250-300
10
300-350
15
>350 L. PROGNOSIS
Quo ad vitam dubia ad bonam
Quo ad functionam ad bonam
13
20
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Diabetes Melitus Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Klasifikasi
1. Diabetes melitus tipe 1 Terjadi destruksi sel , umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut. Terjadi melalui proses imunologik atau idiopatik. Kekerapan di negara barat 10%, di negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran klinik biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa remaja. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa. 2. Diabetes melitus tipe 2 Jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 40 tahun. 3. Diabetes melitus tipe lain Defek genetik fungsi sel , defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM (Sindrom Down, Sindrom Klinefelter, chorea Hungtinton, porfiria, dan lain-lain). 4. Diabetes melitus gestasional Diabetes yang mulai timbul atau mulai diketahui selama kehamilan. Perbandingan antara DM tipe 1 dengan DM tipe 2 DM tipe 1
DM tipe 2
Nama lama
DM Juvenil
DM dewasa
Umur (th)
Biasa<40 (tapi tak selalu)
Biasa>40 (tapi tak selalu)
14
Keadaan klinik saat diagnosis
Berat
Ringan
Kadar insulin
Tak ada insulin
Insulin cukup / tinggi
Berat badan
Biasanya kurus
Biasanya gemuk / normal
Terapi
Insulin, diet, olah raga.
Diet, olah raga, tablet, insulin
Etiologi
DM tipe 2 disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa. Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis. Sel pankreas masih dapat mengkompensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemia, kadar glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi kelelahan sel pankreas, baru terjadi diabetes melitus klinis, yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang meningkat, memenuhi kriteria diagnosis diabetes melitus.
Patofisiologi
Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak. Tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
15
maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat.
Gejala klinis
Banyak makan (polifagia)
Sering merasa haus (polidipsia)
Sering kencing (poliuria) terutama malam hari
Lemas
Berat badan menurun
Kesemutan pada jari tangan dan kaki
Gatal-gatal
Penglihatan kabur
Impotensi pada pria
Pruritus vulva pada wanita
Luka sukar sembuh
Melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg
Faktor Resiko DM
Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi : Riwayat keluarga dengan DM
Umur. Risiko untuk menderita prediabetes meningkat seiring dengan meningkatnya usia.
Riwayat pernah menderita DM gestasional
Riwayat lahir dengan BB rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding bayi yang lahir dengan BB normal.
Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
Berat badan lebih
Kurang aktifitas fisik
Hipertensi
Dislipidemia
16
Diet tak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko menderita prediabetes dan DM tipe 2.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :
Penderita polycictic ovary syndrome (PCOS)
Penderita sindroma metabolik
Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood ) vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup diabetisi.
Tujuan penatalaksanaan A. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah. B. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroaniopati, makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan maortalitas dini DM.
Pilar penatalaksanaan DM 1. Edukasi 2. Terapi gizi medis 3. Latihan jasmani 4. Intervensi farmakologis
17
Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama beberapa waktu ( 2 – 4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis berat, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan pada pasien, sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus. Edukasi Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang :
Perjalanan penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Penyulit DM dan risikonya
Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawat an.
Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain.
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia.
Pentingnya latihan jasmani yang teratur. Masalah khusus yang dihadapi (misal : hiperglikemia pada kehamilan).
Pentingnya perawatan diri.
Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
18
Terapi Gizi Medis (TGM)
Setiap
diabetisi
sebaiknya
mendapat
TGM
sesuai
dengan
kebutuhannya guna mencapai target terapi. Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada diabetisi perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Latihan Jasmani Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan TGM dan latihan jasmani.
Penyulit DM
I. Penyulit akut 1. Ketoasidosis diabetik 2. Hiperosmoral nonketotik 3. Hipoglikemia
19
II. Penyulit menahun 1. Makroangiopati : Pembuluh darah jantung Pembuluh darah tepi Pembuluh darah otak 2. Mikroangiopati : Retinopati diabetik Nefropati diabetik 3. Neuropati diabetik 4. Ulkus diabetikum
Insulin Farmakokinetik
Berbagai jenis insulin mulai dari human insulin sampai insulin analog. Kebutuhan insulin basal dan prandial/setelah makan terdapat jenis insulin yang digunakan, yang pada akhirnya akan tercapai kendali kadar glukosa darah sesui sasaran terapi. Untuk memenuhi kebutuhan insulin basal dapat digunakan insulin kerja menengah (intermediate-acting insulin) atau kerja panjang (long-acting insulin). Sementara untuk memenuhi insulin prandial (setelah makan) digunakan insulin kerja cepat (sering disebut insulin reguler/short-acting insulin) atau insulin kerja sangat cepat (rapid atau ultra-rapid acting insulun)
Insulin diperlukan pada keadaan :
20
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik
Hiperglikemia dengan asidos laktat.
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal.
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan TGM.
Ganguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
Jenis dan lama kerja insulin
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yaitu :
Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
Insulin kerja pendek ( short acting insulin)
Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Insulin campuran tetap ( premixed insulin)
Efek samping terapi insulin
Efek samping utama adalah terjadinya hipoglikemia
Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin
Mekanisme OHO dan Insulin
Sulfonilurea : Bekerja di pankreas, meningkatkan sekresi insulin Contoh:
Generik: Glibenklamid, Produk: Daonil, 2,5 mg, 5 mg Dosis harian: 2,5 - 15 mg Lama kerja: 12 – 24 jam Frekuensi: 1-2 x/hari Pemberian sebelum makan
Biguanid : Contoh:
Bekerja di hati, menekan produksi glukos Generik: Metformin, Produk: Glocophage, 500 mg, 850 mg
21
Dosis harian: 250-3000 mg Lama kerja: 6 – 8 jam Frekuensi: 1- 3 x/hari Pemberian bersama/setelah makan
Penghambat glukosidase alfa : Bekerja di saluran cerna, menghambat absorpsi glukosa Contoh :
Generik: Acarbose Produk: Glucobay,50 mg, 100 mg Dosis harian: 100-300 mg Frekuensi: 3 x/hari Pemberian bersama suapan pertama
Tiazolidindion : Bekerja pada sel, meningkatkan sensitivitas terhadap insulin Contoh :
Generik: Pioglitazon Produk: Actos, 15 mg, 30 mg Dosis harian: 15 – 30 mg Frekuensi: 1 x/hari Pemberiannya tidak tergantung jadwal makan
Jenis dan Lama Kerja Insulin Insulin
Awitan
Efek puncak
Durasi efektif
Regular
0,5-1,0
2 – 3
3 – 6
4 – 6
NPH
2-3
4 – 10
10 – 16
14 – 18
Lente
3-4
4 – 10
12 – 18
16 – 20
Insulin
Awitan
Efek puncak
Durasi efektif
Durasi maksimum
Lispro
0,25
1 – 2
3 – 4
-
Aspart
0,25
1 – 2
3 – 4
-
Glargine
4-5
Tanpa
puncak
24
Durasi maksimum
24
Insulin di Indonesia Lama kerja
22
Efek Puncak
Macam
Buatan
Cepat
2 – 4 jam
6 – 8 jam Pendek
2 – 4 jam
6 – 8 jam Menengah
4 – 12 jam
18-24 jam
Campuran
1 – 8 jam
14 - 15 jam Panjang
Tanpa puncak
Novo-Rapid
Novo (U-40 dan U-100)
Humalog
Eli Lilly (U-100)
Actrapid
Novo (U-40 dan U-100)
Humulin-R
Eli Lilly (U-40 dan U-100)
Insulatard Human
Novo (U-40 dan U-100)
Monotard Humad
Novo (U-40 dan U-100)
Humulin-N
Eli Lilly (U-100)
Mixtard 30/70
-
Humulin 30/70
-
Lantus
Aventis
24 jam
Cara pemakaian insulin
Insulin kerja cepat/pendek: diberikan 15-30 menit sebelum makan
Insulin analog: diberikan sesaat sebelum makan
Insulin kerja menengah: 1-2 kali sehari, 15-30 menit sebelum makan
Cara pemberian insulin
1. insulin intra vena 2. insulin subkutan Cara penghitungan dosis insulin subkutan
Pasien dengan terapi insulin intravena 2 U/jam selama 6 jam terakhir, rekomandasi dosisnya adalah:
Dosis subkutan/hari adalah 80% dari total insulin harian (ITH) yang diberikan invus intra vena: 80% X (2 U/jam X 24) = 38 U
Dosis insulin basal: 50% dari DTH subkutan: 50% X 38 U = 19 U (insulin analog long-acting)
Dosis total harian: 50% dari DTH subkutan: 50% X 38 U = 19 U total prandial (insulin analog rapid-acting) Jika pasien makan 3 X/hari maka diberikan 6 U setiap kali makan
23
Dosis koreksi:
(glukosa darah aktual – glukosa darah sasaran) : faktor koreksi Faktor koreksi = 1500 : 38 = - 40 mg/dl (formula ini menggunakan insulin reguler) faktor koreksi untuk insulin analog= 1700 : 38 = 40 mg/d Komplikasi terapi insulin
1. Hipoglikemia 2. Peningkatan berat badan 3. Edema insulin 4. Reaksi lokal terhadap suntikan insulin 5. Alergi Cara pemberian OHO
Sulfonilurea generasi I dan II : 10 – 30 menit sebelum makan
Glimepiride : sebelum/ sesaat sebelum makan
Repaglinide, nateglinide : sebelum makan
Metformin : sebelum/ sesudah makan karbohidrat (sesuai toleransi)
Penghambat glukosidase α (Acarbose) : bersama suapan pertama
Glitazone : tidak bergantung pada jadual makan
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara berahap sesuai respon kadar glukosa darah bisa sampai dosis mendekati maksimal atau maksimal.
Hindari penggunaan OHO kerja panjang pada usia lanjut dengan DM.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan : o
Pemicu sekresi insulin (insuline secretagogue) : sulfonilurea dan glinid.
o
Penambah sensitifitas terhadap insulin : metformin, tiaolidindon.
o
Penghambat glukoneogenesis : metformin
o
Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase .
Terapi kombinasi
24
Tujuan terapi kombinasi: o
Menurunkan produksi glukosa dari hati
o
Meningkatkan sekresi insulin
o
Meningkatkan kerja insulin dengan menurunkan resistensi insulin
Jenis terapi kombinasi: o
Kombinasi mulai 2 sampai 4 macam OHO
o
Jenis OHO ditambahkan secara bertahap sesuai respon
o
TKOI = Terapi Kombinasi OHO + Insulin
o
Insulin sensitizer (glitazon) dapat dikombinasikan dengan semua jenis SOHO tapi tidak dengan insulin karena dapat menyebabkan edema.
ULKUS DIABETIKUM Definisi : Kelainan tungkai kaki bawah akibat DM yang tidak terkendali.
Etiologi :
Gangguan Pembuluh Darah
Gangguan Persyarafan
Infeksi
Hiperglikemia yang tidak terkontrol akan berakibat : -
Pembuluh darah tidak berkontraksi dan relaksasi berkurang
-
Fungsi fagositosis dan Bakterisid intrasel menurun
-
Kekakuan arteri
-
Adanya peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi
Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan :
Berkurangnya aliran darah
Berkurangnya hantaran oksigen pada serabut saraf
Degenerasi dari serabut saraf
25
Keadaan ini dapat mengakibatkan neuropati.
Kaki diabetik dengan neuropati akan mengalami
Gangguan sensorik
Gangguan motorik
Gangguan otonom
Klasifikasi kaki diabetic menurut EDMONDS 2004-2005 Stage 1 : normal foot Stage 2 : hight risk foot Stage 3 : ulserated foot Stage 4 : infected foot Stage 5 : necrotic foot Stage 6 : unsalvable foot Untuk stage 1 dan stage 2 peran pencegahan primer sangat penting. Untuk stage 3 dan stage 4 memerlukan pelayanan spesialistik Untuk stage 5 dan 6 merupakan kasus rawat inap
Upaya pencegahan primer 1. Penyuluhan kesehatan DM, komplikasi dan kesehatan kaki 2. Status gizi yang baik dan pengendalian DM 3. Pemeriksaan berkala DM dankomplikasinya. 4. Pemeriksaan kaki penderita 5. Pencegahan perlindungan terhadap trouma luar 6. Hygiene personal termasuk kaki 7. Menghilangkan factor biomekanis yang mungkin menyebabkan ulkus Menurut Wargner, kaki DM dibagi 6 yaitu :
Kulit utuh tapi ada kelainan benda kaki akibat neuropati Derajat I
: terhadap ulkus superfical, terbatas pada kulit
Derajat II
: ulkus dalam, menembus tendon/tulang
Derajat III
: ulkus dengan atau tanpa osteomielitis
DerajatIV
:gangren
jari
kaki
dengan/tanpa selulitis.
26
atau
bagian
distal
kaki
Derajat V
: gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah mani 3-4 kali tiap minggu selama 30menit (kurang lebihnya) yang bersifat CRIPE
27
BAB IV PEMBAHASAN Daftar masalah pada pasien ini yaitu, DM tipe 2 ditegakkan dari anamnesis terdapat keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia dan terdapat juga keluhan tidak khas DM berupa kesemutan, cepat lelah, mudah mengantuk, Minum obat DM tidak teratur dan tidak pernah olahraga. Hasil laboratorium menunjukkan hiperglikemia. Daftar masalah ulkus diabetikum pedis sinistra ditegakkan dari anamnesis terdapat luka 1 bulan SMRS, terasa nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ulkus dengan status lokalis ulkus pedis regio pedis sinistra. Hasil laboratorium menunjukkan leukositosis yang menandakan adanya proses infeksi yang bisa saja berasal dari ulkus tersebut. Daftar masalah hipertensi grade I didapatkan dari hasil pemeriksaan tanda vital tekanan darah mencapai 140/80, hipertensi juga merupakan salah satu komplikasi kronis dari DM. Hipertensi sendiri dapat menimbulkan komplikasi pada organ target seperti jantung : hipertropi ventrikel kiri, angina, infark miokard. Otak seperti stroke, juga penyakit ginjal kronik dan retinopati. Ny. D
Usia 65
Obesitas
Akitivitas terbatas
Hipertensi grade I : 140/80
Diabetes Melitus tipe II hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, deposisi genetik juga juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif, pasien tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitivitas
yang berkurang terhadap insulin. Sebagian
besar penderita Diabetes Melitus tipe II
memiliki berat badan berlebihan.
Obesitas terjadi karena deposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak , dan aktivitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan
28
pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asa m lemak di dalam darah. Hal ini selunjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak. Akibatnya terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatkan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor, reseptor insulin semakin meningkat.
29
BAB V PENUTUP V.1 KESIMPULAN
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan ,sehingga pasien tidak menyadari akan adanya
perubahan seperti minum yang menjadi lebih
banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun. Gejalagejala tersebut dapat berlangsung lama sampai orang tersebut pergi ke dokter. Terkadang pula gambaran klinisnya tidak jelas, asimtomatik dan diabetes baru ditemukan pada saat pemeriksaan penyaring atau pemeriksaan untuk penyakit lain
30