Makalah:
MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENDIDIKAN Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri yang Diwajibkan Dalam Mengikuti Perkuliahan Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto, M. Pd.
Disusun Oleh: Aisyah Amini Nasution (0307161001) MPI-1/V (Lima)
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur pemakalah ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENDIDIKAN” ini dengan tepat waktu. Dan tak lupa juga sholawat beserta salam tak lupa pemakalah sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang syafaatnya kita nantikan di yaumil kiamah nanti. Pemakalah menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini pemakalah mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada: Bapak Dosen yang membimbing kami serta orang tua dan teman teman yang telah mendukung makalah ini agar terlaksana dengan baik. Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari penulisan maupun penyajian materi. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat membntu kami
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................................... i Daftar Isi................................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2 C. Tujuan Masalah ......................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3 MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENDIDIKAN................................................. .3 A. Pengertian Manajemen Strategik Pendidikan ........................................................... 3 B. Tujuan Manajemen Strategik Dalam Pendidikan ..................................................... 4 C. Evolusi Konsep Manajemen Strategi ........................................................................ 5 D. Karakteristik dan Dimensi Manajemen Strategik ..................................................... 5 E. Komponen Utama Manajemen Strategik .................................................................. 6 F. Konsep Visi dan Misi................................................................................................ 6 G. Manajemen Strategik sebagai Proses ........................................................................ 7 H. Hierarki Strategi ........................................................................................................ 8 I. Kesalahan dalam Proses Manajemen Strategik......................................................... 8 BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 10 A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 10 B. SARAN ..................................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem
persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah
sebagai manajer pendidikan. Para pengelola pendidikan
(kepala
sekolah,
kepala dinas pendidikan) sebagai eksekutif modern saat ini harus mampu mengamati dan merespons segenap tantangan yang dimunculkan oleh lingkungan eksternal baik yang dekat maupun yang jauh. Lingkungan eksternal dekat adalah lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung pada operasional lembaga pendidikan, seperti berbagai potensi dan keadaan dalam bidang pendidikan yang menjadi konsentrasi usaha sekolah itu sendiri, situasi persaingan, situasi pelanggan pendidikan, dan pengguna lulusan. Kesemuanya
berpengaruh
pada penentuan
strategi
yang
diperkirakan
mendukung sekolah mencapai tujuannya. Lingkungan eksternal yang jauh adalah berbagai kekuatan dan kondisi yang muncul di luar lingkungan eksternal yang dekat meliputi keadaan sosial ekonomi, politik, keamanan nasional, perkembangan teknologi, dan
tantangan
global.
Secara
tidak
langsung
berpengaruh terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan di suatu sekolah. Faktor lingkungan internal dan eksternal perlu diantisipasi, dipantau, dinilai, dan disertakan sedemikian
rupa
ke
dalam
proses
pengambilan
keputusan eksekutif. Para pengambil keputusan, termasuk di dalamnya kepala sekolah maupun pengelola pendidikan lainnya seringkali terpaksa mengalahkan tuntutan kegiatan interen dan eksteren lembaga pendidikan demi melayani bermacam kepentingan seperti urusan rutin, dinas, bekerja harus selalu di bawah petunjuk atau pedoman kerja yang ditetapkan oleh birokrasi tanpa mempertimbangkan kebutuhan eksternal organisasi yang terus berubah, sehingga proses pengambilan keputusan seringkali tidak maksimal dalam menghasilkan keputusan-keputusan strategis. Akibatnya persoalan aktual lembaga pendidikan yang dihadapi tidak dapat terselesaikan secara maksimal.
Pengamatan dan penilaian yang dilakukan secara simultan terhadap lingkungan eksternal dan internal lembaga pendidikan memungkinkan para pengelola pendidikan mampu mengidentifikasi berbagai jenis peluang yang ada untuk dapat merumuskan dan mengimplementasikan berbagai rencana pendidikan secara berhasil. Rancangan yang bersifat menyeluruh ini dapat dilakukan melalui proses tindakan yang dikenal sebagai manajemen strategik. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari Manajemen Strategik Pendidikan? 2. Apakah tujuan dari Manajemen Strategik Dalam Pendidikan Itu? 3. Seperti apakah Evolusi dari Konsep Manajemen Strategi itu? 4. Apakah Karakteristik dan Dimensi Manajemen Strategik? 5. Apakah Komponen Utama Manajemen Strategik? 6. Apasajakah Konsep Visi dan Misi? 7. Apakah Manajemen Strategik sebagai Proses itu? 8. Apakah Hierarki Strategi itu? 9. Apasajakah Kesalahan dalam Proses Manajemen Strategik? C. tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian dari Manajemen Strategik Pendidikan? 2. Mengetahui tujuan dari Manajemen Strategik Dalam Pendidikan Itu? 3. Mengetahui Evolusi dari Konsep Manajemen Strategi itu? 4. Mengetahui Karakteristik dan Dimensi Manajemen Strategik? 5. Mengetahui Komponen Utama Manajemen Strategik? 6. Mengetahui Konsep Visi dan Misi? 7. Mengetahui Manajemen Strategik sebagai Proses itu? 8. Mengetahui Hierarki Strategi itu? 9. Mengetahui Kesalahan dalam Proses Manajemen Strategik?
BAB II PEMBAHASAN MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENDIDIKAN
A. Pengertian Manajemen Strategik Pendidikan Berdasarkan uraian latar belakang di atas, konsep dasar manajemen strategik secara garis besar telah mulai didiskusikan. Istilah manajemen strategi terbentuk dari dua kata yakni strategic berasal dari bahasa Yunani, strategia, yang berarti seni atau ilmu menjadi seorang jenderal. Jenderal Yunani yang efektif perlu memimpin tentara, memenangkan peperangan dan mempertahankan wilayah melindungi kota dari serangan musuh, menghancurkan musuh. Pengertian yang cukup luas manajemen strategi menunjukkan bahwa manajemen merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan yang memiliki berbagai komponen yang saling yang salimh berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak kearah yang sama pula. Komponen pertama adalah perencanaan strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan strategi organisasi. Sedang komponen kedua adalah pelaksanaan operasional dengan unsur-unsurnya adalah sasaran atau tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi
pelaksanaan, dan fungsi pengaggaran, kebijakan
situasional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik. Konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan taktik utama yang dirancang secara
sistematik
dalam
melaksanakan
fungsi
manajemen yang terarah pada tujuan strategik organisasi. Rancangan ini disebut sebagai perencanaan strategik. Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital, perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu organisasi
secara keseluruhan.1 Manajemen strategi sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan
pelaksanaan
(implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaransasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu: a. Merumuskan visi dan misi organisasi meliputi rumusan umum filosofi dan tujuan, b. Mengembangkan
profil
organisasi
yang
mencerminkan
kondisi
internnya, c.
Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi pesaing dan faktor kontekstual,
d. Menganalisis alternatif strategi dengan menyesuaikan sumber daya yang dimiliki dengan lingkungan eksternal, e. Mengidentifikasi setiap alternatif strategi untuk menentukan strategi mana yang paling sesuai visi dan misi organisasi, f. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum, g. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek, h. Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem imbalan. i. Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang.2 B. Tujuan Manajemen Strategik Dalam Pendidikan Berdasarkan pengamalan historis di dalam penyelenggaraan suatu organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip manajemen strategi di dalam
lembaga
pendidikan adalah membantu lembaga pendidikan
merumuskan strategi yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan sistematis, logis, dan rasional pada proses pemilihan strategi pengelolaan pendidikan di era global yang terus mengalami perubahan. Dasar manajemen 1
2
Sondang Siagian. Manajemen Strategik. (Jakarta:Bumi Aksara, 2004). Hlm. 4 Crown Dirgantor. Manajemen Stratejik: konsep, kasus dan implementasi. Jakarta:
Grasindo,2001). Hlm. 13.
strategi adalah menumbuhkan komitmen atau dukungan dari semua pihak (sumber daya manusia) mengenai visi, misi lembaga pendidikan, sasaran penyelenggaraan pendidikan, dan upaya-upaya pencapaiannya.3 Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama manajemen strategi adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua eksekutif maupun pelaksana lembaga pendidikan. Manfaat besar dari manajemen strategi adalah memberi peluang bagi
organisasi dalam
pemberdayaan
individual.
Pemberdayaan
adalah
tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi.4 Penerapan manajemen strategi di
dalam
penyelenggaraan
sistem
pendidikan memungkinkan
suatu
organisasi penyelenggara pendidikan (termasuk di dalamnya sekolah dan departemen pendidikan) untuk lebih proaktif
daripada reaktif dalam
membentuk masa depan lembaga pendidikan di dunia global dewasa ini. Penerapan
konsep
berpikir
dan bertindak strategik, lembaga
pendidikan
diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi daripada hanya memberi respons terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan birokratis, namun lebih dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras merencanakan
kegiatan-kegiatan
strategis,
mengimplementasikan,
dan
mengendalikan segenap operasional kelembagaan untuk mencapai tujuan strategis yang telah dirumuskan. C. Evolusi Konsep Manajemen Strategi Rencana strategis yang telah dirumuskan oleh organisasi berisi tentang pernyataan strategi yang siap dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan utama
organisasi.
menghasilkan strategi 3
John
Menjadikan
organisasi strategis merupakan proses
dan memperbaikinya sesuai dengan keperluan.
A Pearce Dan Richard B. Robinson. Manajemen Strategik: Formulasi,
Implementasi dan Pengendalian. Jilid 1.( Jakarta: Binarupa Aksara, 1997). Hlm. 28. 4
Ibid,,. Hlm. 35.
Manajemen strategi dipandang suatu evolusi manajemen karena dua alasan yaitu: 1. Strategi sebagai rencana besar organisasi untuk mengatasi tantangan saat ini dan sekaligus mencapai keberhasilan visi dan misi organisasi di masa yang akan datang, 2. Organisasi menerapkan manajemen strategik menjawab perubahan dunia dalam rangka meningkatkan kemampuan daya saing untuk meraih keberhasilan di masa-masa mendatang. D. Karakteristik dan Dimensi Manajemen Strategik 1. Karakteristik Manajemen Strategik Berdasarkan uraian mengenai konsep manajemen strategik di atas disimpulkan karakteristik manajemen strategik adalah:5 a. Manajemen strategik diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar, dalam arti mencakup kepentingan seluruh komponen organisasi. Hasil rumusan rencana ini biasanya dituangkan dalam bentuk rencana
rencana-rencana strategis
organisasi
(renstra),
secara
rencana
hierarkis, yakni:
operasional
(renop),
program, dan kegiatan, b. Rencana strategik berorientasi ke masa depan (misal 10 tahun ke atas), c. Visi dan misi organisasi menjadi acuan dalam penyusunan rencana strategis, d. Adanya keterlibatan pimpinan puncak dalam penyusunan rencana strategis, e. Hasil rumusan rencana strategis diimplementasikan melalui fungsi manajemen. 2. Dimensi Manajemen Strategik Manajemen strategik memiliki dimensi yang bersifat multidimensional, yaitu:
5
Ibid John A Pearce Dan Richard B. Robinson. Hlm 47.
a. Dimensi waktu dan orientasi masa depan. Manajemen strategi berorientasi kepada sasaran jangka panjang. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih di masa depan. Durasi waktu rencana strategik tersebut bahkan dapat berkisar antara 25-30 tahun ke atas, b. Dimensi internal dan eksternal, c. Dimensi pendayagunaan sumber-sumber, d. Dimensi multibidang, e. Pengikutsertaan manajemen puncak. E. Komponen Utama Manajemen Strategik Manajemen strategik melibatkan proses perencanaan melalui dua tahap (komponen) perencanaan, yakni: 1. Komponen perencanaan strategis meliputi proses perumusan: visi, misi, tujuan strategik, dan strategi utama (strategi umum), 2. Komponen perencanaan operasional meliputi proses perumusan sasaran atau tujuan operasional, pelaksanaan fungsi manajemen, kebijakan, jaringan kerja internal eksternal organisasi, kontrol, dan evaluasi. F. Konsep Visi dan Misi Perumusan visi misi organisasi harus dilakukan secara cermat dengan
memperhatikan karakteristik
rumusan
visi
misi
tersebut.
Visi
merupakan sudut pandang ke masa depan organisasi dalam mewujudkan tujuan strategis organisasi yang berpengaruh langsung pada misinya sekarang, dan masa yang akan datang. Sedangkan misi organisasi merupakan keseluruhan tugas pokok yang dijabarkan, berupa kegiatan apa, yang sedang atau segera dilaksanakan untuk suatu organisasi. Visi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan sekolah dikomunikasikan kepada stakeholders. Misi merupakan
tugas sekolah
untuk
mewujudkan visi
lembaga
yayasan dan sekolah, yang umumnya ditandai dengan kata mewujudkan. Perumusan
visi
dan
misi
sekolah
berfungsi
sebagai acuan dan
mempermudah penetapan kebijakan sekolah, karena visi dan misi merupakan gambaran atau cita-cita ke depan sekolah. Visi dan misi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan sekolah. G. Manajemen Strategik sebagai Proses Manajemen strategi sebagai proses terdiri dari tiga tahap pokok yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan pengendalian (evaluasi) strategi.6 1. Perumusan Strategi Tahap perumusan strategi perencana eksekutif merumuskan visi misi organisasi, pembuatan profil organisasi, mengenali peluang dan ancaman eksternal organisasi, menganalisis alternatif strategi, menetapkan sasaran jangka
panjang,
dan
memilih
strategi
induk.
Alat manajemen
yang
potensial untuk membantu analisis peluang dan ancaman tersebut dapat menggunakan teknik analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan threat). 2. Implementasi Strategi Tahap operasional,
implementasi
pimpinan
melakukan
perumusan
strategi
menetapkan sasaran tahunan atau jangka pendek, kebijakan,
motivasi dan pemberdayaan sumber-sumber yang tersedia untuk merealisasikan rencana strategis, dan melembagakan strategi. 3. Pengendalian dan Evaluasi Tahap pengendalian dan evaluasi pimpinan melakukan pengawasan dalam rangka mendorong kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Pimpinan juga
perlu
mengetahui
atau
memonitor
kemajuan kegiatan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil monitoring itu, jika diperlukan maka semua strategi yang telah diterapkan dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu 6
Agustinus Sri Wahyudi. Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir Strategik. (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996). Hlm. 56.
berubah. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu a) meninjau strategi
faktor-faktor eksternal
sekarang,
b)
mengukur
dan internal prestasi,
yang menjadi
dan
dasar
c) mengambil tindakan
korektif. H. Hierarki Strategi Penerapan nonprofit
konsep
manajemen
strategi
di lingkungan organisasi
seperti lembaga kependidikan dapat digolongkan ke dalam tiga
tingkatan, yakni: 1) Strategi korporasi atau level organisasi Kemendikbud, 2) Strategi bisnis atau level Direktorat terkait di lingkungan Kemendikbud, 3) Strategi fungsional di jajaran bidang, seksi-seksi, dan sekolah-sekolah. Strategi tingkat bisnis memfokuskan pada cara sekolah dapat bersaing dengan sekolah lain sehingga dapat menjadi daya pendorong untuk terus meningkatkan mutu. Isu utama yang dikaji pada tingkat bisnis adalah cara mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif dan menganalisa kompetensi
yang
dapat
memenuhi
kebutuhan
organisasi.
Sekolah
mengembangkan suatu bagian organisasi sekolah dapat berupa tim kerja yang
menganalisa
dan
mengembangkan manajemen
hubungan
sekolah
dengan masyarakat sehingga sekolah mengetahui aspek yang diinginkan layanan oleh masyarakat sebagai pedoman
dan bahan pertimbangan
sekolah untuk menerapkan rencana strategis. Strategi tingkat fungsional mempunyai ruang lingkup yang lebih sempit dari strategi bisnis. Strategi fungsional berhubungan dengan aktivitas bidang fungsional
seperti
strategi keuangan sekolah.
Kepala
sekolah
mendelegasikan pengembangan strategi fungsional kepada para wakil kepala sekolah, seperti kegiatan promosi sekolah. Sekolah menganalisa keunggulan sekolah
yang nantinya dikembangkan menjadi pedoman dalam
arah kebijakan sekolah. I. Kesalahan dalam Proses Manajemen Strategik
Manajemen strategik pada saat sedang dipraktikkan, terdapat dua kategori penting kesalahan-kesalahan dapat terjadi. Kategori yang pertama mencakup kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan dari cara bagaimana strategi itu digunakan. Beberapa kesalahan pada kategori pertama ini dapat dihindari dan berasal dari kesalahan pemahaman proses strategi. Kategori kedua mencakup kesalahan-kesalahan yang diakibatkan dari ketidakpastian yang mesti terjadi berhubungan dengan proses strategi. Kesalahan yang berhubungan dengan penggunaan strategi terdiri dari beberapa hal yaitu 1) ketidakmampuan ketidaktepatan
penggunaan
pada
berpikir
secara
strategis,
tingkatan manajemen,
3)
2)
terlalu
menekankan pada bentuk dan prosedur, 4) terpisah dari lingkungan, 5) cukup untuk mencapai waktu jangka pendek, dan 6) ketidaktepatan penggunaan sumber daya. 7 Kesalahan perubahan
atau
perkembangan
selanjutnya
adalah
masalah lingkungan inovasi
produk
ketidakmampuan
eksternal
jasa
baru,
yang dapat 2)
memprediksi berupa
1)
perubahan peraturan
pemerintah, 3) perubahan iklim, 4) kekurangan dan kelangkaan bahan baku, 5) perubahan preferensi dan selera konsumen, dan 6) kehadiran pesaing baru atau perubahan kemampuan untuk bersaing.
7
Ibid,,. Hlm. 60.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pengamatan dan penilaian yang dilakukan secara simultan terhadap lingkungan eksternal dan internal lembaga pendidikan memungkinkan para pengelola
pendidikan
mampu mengidentifikasi
untuk merumuskan dan
berbagai
jenis
peluang
mengimplementasikan rencana pendidikan.
Rancangan yang bersifat menyeluruh dapat dilakukan melalui proses tindakan yang dikenal sebagai manajemen strategik. Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal vital dan berkesinambungan bagi suatu organisasi. Konsep manajemen strategik digunakan di dunia pendidikan untuk lebih mengefektifkan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknik analisis SWOT. B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA David, Fred R. 2002. Manajemen Strategis: Konsep. Edisi Ketujuh. Jakarta: PT. Prenhallindo. Dirgantoro, Crown. (2001). Manajemen Stratejik: konsep, kasus dan implementasi. Jakarta: Grasindo. Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jilid 1. Jakarta: PT. Prenhallindo. Pearce, John A. Dan Richard B. Robinson. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Siagian, Sondang. (2004).
Manajemen Strategik. JAKARTA:Bumi
Aksara. Wahyudi, Agustinus Sri. 1996. Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir Strategik. Jakarta: Binarupa Aksara.
MAKALAH
MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN “MANAJEMEN STRATEGI DAN KOMITMEN KEPALA SEKOLAH”
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Individu Yang Diwajibkan Dalam Mengikuti Perkuliahan Manajemen Strategi Pendidikan.
Dr. Fridiyanto, M. Pd. I
A.
DISUSUN O L E H
SUHAILA WIDIA ASTIKA BR PURBA (0307161002) MPI-1/ V
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2018
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena hanya berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa tersanjungkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga sahabat dan pengikut-pengikutnya yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita kepada alam yang terang benderang yaitu Islam, semoga kita mendapatkan syafaatnya di Yaumil Akhir. Penulisan makalah ini guna melengkapi atau memenuhi salah satu tugas mata kulian Manajemen Strategi Pendidikan yang berjudul “MANAJEMEN STRATEGIK
DAN
KOMITMEN
KEPALA
SEKOLAH”.
Dengan
terselesaikannya makalah ini, saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung khususnya kepada Bapak Dr. Fridiyanto, M. Pd. I selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendekatan Sistem Dalam Pendidikan. Sebagai manusia biasa tidak terlepas dari kekhilafan, demi perbaikan makalah ini di harapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penuliskhususnya dan menginspirasi bagi para pembaca. Akhirulkalamsemogasegalausaha kita dalam peningkatan mutu pendidikan mendapat ridho dari Allah SWT, Amin.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3 A. MANAJEMEN STRATEGIK................................................................... 3 1. Pengertian Manajemen Strategik ......................................................... 3 2. Peran Manajemen Strategik ................................................................. 4 3. Tahap-tahap dalam Manajemen Strategik............................................ 4 4. Pentingmya Manajemen Strategik Bagi Perusahaan............................ 5 5. Resiko Manajemen Strategik ............................................................... 7 B. KOMITMEN KEPALA SEKOLAH......................................................... 8 1. Pengertian Komitmen........................................................................... 8 2. Konsep Peran Kepala Sekolah ............................................................. 9 a. Kepala Sekolah Sebagai Educator................................................. 10 b. Kepala Sekolah Sebagai Manager................................................. 12 c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator......................................... 13 d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ............................................. 16
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 20 A. Kesimpulan ............................................................................................. 20 B. Saran........................................................................................................ 20 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar. Inti dari manajemen strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi tujuan strategis.Manajemen strategis di saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati, bertekad berjerih payah, berkorban, dan bertanggung jawab demi mencapai tujuan dirinya dan tujuan organisasi atau perusahaan yang telah disepakati atau ditentukan sebelumnya. Komitmen memiliki peranan penting terutama pada kinerja seseorang ketika bekerja, hal ini disebabkan oleh adanya komitmen yang menjadi acuan serta dorongan yang membuat mereka lebih bertanggung jawab terhadap kewajibannya. Namun, kenyataanya banyak organisasi atau perusahaan yang kurang memperhatikan mengenai komitmen karyawannya sehingga kinerja mereka kurang maksimal. Seharusnya organisasi atau perusahaan ketika melakukan perekrutan hendanya mereka memilih caloncalon yang komitmennya tinggi pada perusahaan, ini dimaksudkan untuk mendeteksi sejak dini pekerja yang kurang maksimal sehingga tidak terjadi hal yang dapat merugikan perusahaan atau organisasi. Melihat begitu pentingnya komitmen kepala sekolah dalam lembaba pendidikan, maka saya akan membahasa lebih jauh mengenai manajemen strategi dan komitmen kepala sekolah dalam makalah.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, ditemukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian manajemen strategik? 2. Bagaimana peran manajemen strategik? 3. Apa saja tahap-tahap dalam manajemen strategik? 4. Apa pentingnya manajemen strategi bagi perusahaan? 5. Apa resiko dari manajemen strategi? 6. Apa pengertian dari komitmen? 7. Apa konsep dari peran kepala sekolah?
C. Tujuan Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetauhi pengertian manajemen strategic 2. Untuk mengetauhi peran manajemen strategic 3. Untuk mengetauhi tahap-tahap dalam manajemen strategic 4. Untuk mengetauhi pentingnya manajemen strategi bagi perusahaan 5. Untuk mengetauhi resiko dari manajemen strategi 6. Untuk mengetauhi pengertian dari komitmen 7. Untuk mengetauhi konsep dari peran kepala sekolah
BAB II PEMBAHASAN
A. Manajemen Strategik 1. Pengertian Manajemen Setrategik Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Barney, 2007 Manajemen strategis (strategic management) dapat dipahami sebagai proses pemilihan dan penerapan strategi-strategi. Sedangkan strategi adalah pola alokasi sumber daya yang memungkinkan organisasi-organisasi dapat mempertahankan kinerjanya. Grant, 2008 Strategi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan rencana mengenai penggunaan sumber daya-sumber daya untuk menciptakan suatu posisi menguntungkan. Dengan kata lain, manajamen strategis terlibat dengan pengembangan dan implementasi strategi-strategi dalam kerangka pengembangan keunggulan bersaing. 1 Maka dari peryataan diatas dapat di simulkan bahwasanya manajemen strategis terletak dalam memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta system informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Manajemen strategis di katakan efektif apabila memberi tahu seluruh karyawan mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan kearah pencapaian sasaran dan pelanggan, pesaing dan rencana produk kami.Komunikasi merupakan kunci keberhasilan manajemen strategis.
1
Barney. Setrategi di dalam sebuah kepemimpinan ( Jakarta: PT Grafindo, 2007). Hlm 160
2. Peran Manajemen Strategi Untuk meraih segala cita-cita atau tujuan yang diinginkan oleh suatu organisasi atau perusahaan maka penerapan manajemen stratejik justru sangat dibutuhkan guna apa yang diinginkan bersama dapat kit capai dengan sebaik mungkin. Peran manajemen stratejik ketika diimplementasikan dalam suatu organisasi maka setiap unit atau bagian yang ada dalam organisasi
tersebut
dapat
melaksanakan
tugas
dan
tanggung
jawabnya
sebaik
mungkin.Apalagi melihat perkembangan zaman sekarang ini, dimana setiap organisasi.2 Persaingan yang memunculkan daya saing erat kaitannya dengan pemahaman mekanisme pasar (standar dan benchmarking), kecepatan dan ketepatan penyampaian produk (barang dan jasa) yang mampu menciptakan nilaitambah.Oleh karena itu, peningkatan daya saing organisasi bersifat unik, tetapi pada intinya dipengaruhi oleh aspek kreativitas, kapasitas, teknologi yang diguna-kan dan jangkauan pemasaran yang dicapai.Hal tersebut diwujudkan dari tampilan produk, produktivitas yang ting-gi dan pelayanan yang baik.
3. Tahap-tahap Dalam Manajemen Strategis Manajemen strategi merupakan sebuah proses yang terdiri dari tiga kegiatan antara lain perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Perumusan strategi terdiri dari kegiatan-kegiatan mengembangkan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan obyektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan Isu perumusan strategi termasuk memutuskan bisnis apa yang akan dimasuki bisnis apa yang harus dihentikan, bagaimana mengalokasikan sumber daya, apakah memperluas operasi atau diversivikasi, apakah akan memasuki pasar internasional, apakah akan melakukan merjer atau membentuk usaha patungan, dan bagaimana menghindari pengambilalihan perusahaan pesaing. Keputusan perumusan strategis mengikat suatu organisasi pada produk,pasar, sumber daya, dan teknologi spesifik selama periode waktu tertentu.3 2
Robbins. Manajemen setrategi dalam organisasi di sebuah sekolah. ( Jakarta: PT Grafindo, 2002). Hlm:
279 3
Tika. Budaya organisasi dan manajemen strategi di dalam sebuag organisasi. (jakarta. : Bumi Aksara,
2005). Hlm: 13
Strategi menetapkan keunggulan bersaing jangka panjang. Apapun yang akan terjadi, keputusan strategis mempunyai konsekuensi berbagai fungsi utama dan pengaruh jangka panjang pada suatu organisasi. Implementasi strategi menuntut perusahaan untuk menetapkan obyektif
tahunan,
memperlengkapi
dengan
kebijakan,
memotivasi
karyawan
dan
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya mendukung strategi, menciptakan struktur oragnisasi yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi organisasi.4 Implementasi strategi sering disebut tahap tindakan manajemen strategis.Strategi implementasi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk mengubah strategi yang dirumuskan
menjadi
tindakan.Evaluasi
strategi
adalah
tahap
akhir
dalam
manajemenstrategis.Para manajer sangat perlumengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi berarti usaha untuk memperoleh informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksteral.
4. Pentingnya manajemen strategi bagi perusahaan Beberapa alasan utama tentang pentingnya peranan strategi manajemen bagi perusahaan atau organisasi, yaitu:5 1. Memberi arah jangka panjang yang akan dituju. 2. Membantu perusahaan atau organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi. 3. Membuat suatu perusahaan atau organisasi menjadi lebih aktif. 4. Mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu perusahaan atau organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko. 5. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi. 6. Keengganan untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.
4
Robins. Budaya Oranisasi Sekolah, ( Jakartaa: PT Grafindo, 2007). Hlm: 87
5
Barney. Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Maanjemen Setrategik di Dalam Sekolah. ( jakarta: Bumi
Aksara, 2007). Hlm: 210
7. Keterlibatan karyawan dalam perubahan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya. 8. Kegiatan pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan atau organisasi tersebut untuk mencegah munculnya masalah di masa mendatang. Dengan manajemen strategi diharapkan strategi benar-benar dapat dikelola sehingga strategi dapat diimplementasikan untuk mewarnai dan mengintegrasikan semua keputusan dan tindakan dalam organisasi rincian. Tahapan kegiatan untuk menjalankan strategi adalah sebagai berikut:6 1. Perumusan strategi Perumusan strategi adalah proses memilih tindakan utama (strategi) untuk mewujudkan misi organisasi. Proses mengambil keputusan untuk menetapkan strategi seolah-olah merupakan konsekuensi mulai dari penetapan visi-misi, sampai terealisasinya program. 2. Perencanaan tindakan Langkah pertama untuk mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan adalah pembuat perencanaan strategi. Inti dari apa yang ingin dilakukan pada tahapan ini adalah bagaimana membuat rencana pencapaian (sasaran) dan rencana kegiatan (program dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan arahan (visi, misi, gool) dan strategi yang telah ditetapkan organisasi. 3. Implementasi Untuk menjamin keberhasilan strategi yang telah berhasil dirumuskan harus diwujudkan dalam tindakan implementasi yang cermat. Strategi dan unsur-unsur organisasi yang lain harus sesuai, strategi harus tercermati pada rancangan struktur budaya organisasi, kepemimpinan dan sistem pengelolaan sumber daya manusia. Karena strategi diimplementasikan dalam suatu lingkungan yang terus berubah, maka implementasi yang sukses menuntut pengendalian dan evaluasi pelaksanaan.Sehingga jika diperlukan dapat dilakukan tindakan-tindakan perbaikan yang tepat.
6
Ibid. Hlm: 87
5. Resiko Manajemen Strategi Keterlibatan para manajer dalam proses perencanaan strategik akan menimbulkan beberapa resiko yang perlu diperhitungkan sebelum melakukan proses manajemen strategik, yaitu:7 a. Waktu yang digunakan para manajer dalam proses manajemen strategik mungkin mempunyai pengaruh negatif pada tanggung jawab operasional. b. Apabila para pembuat strategi tidak dilibatkan secara langsung dalam penerapannya maka mereka dapat mengelak tanggung jawab pribadi untuk keputusan-keputusan yang diambil dalam proses perencanaan. c. Akan timbul kekecewan dari para bawahan yang berpartisipasi dalam penerapan strategi karena tidak tercap[ainya tujuan dan harapan mereka. Untuk mengatasi resiko-resiko tersebut para manajer perlu dilatih mengamankan atau memperkecil timbulnya resiko dengan cara: 8 1. Melakukan penjadwalan kewajiban-kewajiban para manajer agar mereka dapat mengalokasikan waktu yang lebih efisien. 2. Membatasi para manajer pada proses perencanaan untuk membuat janji-janji mereka terhadap kinerja yang benar-benar dapat dilaksananakan oleh mereka dan bawahannya. 3. Mengatisipasi dan menanggapi keinginan-keinginan bawahan, misalnya usulan atau peningkatan dalam ganjaran. Sebagai suatu kesatuan dalam sebuah organisasi perlu menerapkan Dan mengembangkan kemapuan manajemen internalnya guna mencapai tujuan yang diinginkan dengan mengarahkan segenap potensi dan strategi serta taktik yang tepat untuk diaplikasikan. Proses manajemen strategis dapat diuraikan sebagai pendekatan yang obyektif, logis, sistematis untuk membuat keputusan besar dalam suatu organisasi. Proses ini berusaha untuk mengorganisasikan informasi kualitatif dan kuantitatif dengan cara yang memungkinkan keputusan efektif diambil dalam kondisi yang tidak menentu. Berdasarkan pada pengalaman,
7
Kreitner Robert. Anatomi organisasi dan Kepemimpinan Pendidika. (Bandung: penerbit Alfabeta, 2005).
Hlm. 79 8
Robbins. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis: Repositioning Peran,Perilaku Plus Kompetensi
Serta Peran SDM Strategis. (online). (Medan: Rosda Karya, 2002). Hlm: 279
penilaian, dan perasaan, intuisi penting untuk membuat keputusan strategis yang baik.Intuisi terutama bermamfaat untuk membuat keputusan dalam situasi yang amat tidak menentu atau sedikit preseden. Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi seharusnya terus-menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga melaukan perubahan tepat waktu. Teknologi informasi dan globalisasi adalah perubahan eksternal yang mengubah bisnis dan masyarakat dewasa ini. Arus informasi yang cepat menghilangkan batas negara sehingga orang dari seluruh dunia dapat melihat sendiri bagaimana cara hidup orang lain. Dunia menjadi tanpa perbatasan dengan warga Negara global, pesaing global, pelanggan global, pemasok global, dan distributor global.
B. Komitmen Kepala Sekolah 1. Pengertian Komitmen Kata komitmen berasal dari bahasa Inggris commitment, yaitu kata benda yang berarti janji atau tanggung jawab; sedangkan commit adalah kata kerja yang berarti: melakukan, menjalankan, dan memasukkan serta mengerjakan. Komitmen adalah tindakan yang anda ambil untuk menopang suatu pilihan tindakan tertentu, sehingga pilihan tindakan itu dapat kita jalankan dengan mantap dan sepenuh hati.9 Park (dalam Ahmad dan Rajak, 2007) menjelaskan, komitmen guru merupakan ke-kuatan bathin yang datang dari dalam hati seorang guru dan kekuatan dari luar itu sendiri tentang tugasnya yang dapat memberi pengaruh besar terhadap sikap guru berupa tanggung jawab dan responsive (inavotif) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. 10 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen guru professional adalah suatu keterikatan diri terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru yang dapat melahirkan tanggung jawab dan sikap responsive dan inovatif terhadap pekembangan ilmu pengetahu-an dan tekhnologi. Jadi didalam komitmen tersebut terdapat beberapa unsur antara lain adanya kemampuan memahami diri dan tugasnya, pancaran sikap bathin (kekuatan bathin) kekuatan dari luar dan tanggap terhadap perubahan. Unsur-unsur inilah yang melahirkan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang menjadi komitmen seseorang sehingga tugas tersebut dilakukan dengan penuh keikhlasan. 9
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1996). Hlm: 751
10
Sahertian. Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta : Andi Offset, 1994). Hlm: 44
Tanggung jawab keguruan yang lahir dari komitmen guru profesional adalah tanggung jawab yang tidak hanya dialamatkan kepada manusia, akan tetapi juga dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Jadi pertanggung jawaban terhadap profesi dalam pandangan islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi juga bersifat vertical-moral, yakni taggung jawab terhadap Allah SWT. Dalam perspektif yang lain, bahwa profesi guru membutuhkan komitmen keorganisasian, kode etik yang berlaku dan berbagai hal yang menyangkut profesi keguruan tersebut. Oleh sebab itu diperlukan pula komitmen keorganisasian. Organisasi besar yang menaungi keberadaan guru adalah pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal. Lebih khusus lagi adalah organisasi guru, misalnya PGRI dan organisasi spesifikasi keguruan lainnya.
2. Konsep Peran Kepala sekolah Pengertian peranan adalah merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa.11 Sedangkan kepala sekolah terdiri dari dua kata yaitu “kepala” dan “sekolah” Kata “kepala” dapat diartikan “ketua” atau “pemimpin” dalam suatu organisasi atau lembaga. Sedang “madrasah (sekolah)” adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.12 Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan kepala sekolah merupakan seorang yang diberi tugas oleh bawahanya untuk memimpin suatu madrasah/sekolah di mana di dalam sekolah diselenggarakan proses belajar mengajar. Didalam menjalankan tugasnya kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada. Hal ini bertujuan agar mereka mampu menjalankan tugas-tugasnya yang telah diberikan kepada mereka. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka peran kepala sekolah sangat penting dalam semua jenjang dan jenis pendidikan, agar mereka mampu dan dapat melaksanakan fungsinya. Peran yang mereka miliki itu, diharapkan dapat menguatkan atau melandasi peranan dan tanggungjawabnya sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, dan innovator pendidikan. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan 11
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1996). Hlm: 758
12
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kamus Besar bahasa Indonesia. (Jakarta:
Perum Balai Pustaka,1988). Hlm: 420
masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator (EMASLIM). 13 a. Kepala Sekolah sebagai Educator Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah.14 Kepala sekolah menunjukkan komitmen tinggi dan focus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar tentu akan memperhatikan tingkat kompetensi yang dimilki guru sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif. Kepala sekolah sebagai pendidik harus mampu menguasai berbagai macam pendekatan, teknik, metode, dan strategi dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah juga harus menjadi pelopor bagi para guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dengan kata lain kunci keberhasilan proses kegiatan pembelajaran ditentukan oleh kepemimpinan dan kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah. Hasil belajar yang tinggi menjadi citacita dan harapan sekolah yang dapat diwujudkan oleh guru sebagai factor yang dominan dalam menentukan proses pembelajaran. Kepala sekolah yang memiliki komitmen yang tinggi dalam mewujudkan guru dengan cara mengembangakan kurikulum menjadi lebih berkualitas sesuai dengan kebutuhan sekolah.15Kepala Sekolah sebagai pendidik mempunyai tugas 7 aspek penting yaitu mengajar di kelas, membimbing guru, membimbing karyawan, membimbing siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan IPTEK, dan memberi contoh Bimbingan Konsling / Karier yang baik.
13
Ibid. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah… Hlm: 98
14
Ibid. Prim Masrokan. Manajemen Mutu… Hlm: 247
15
Andang. Manajemen& Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Yogyakarta, Ar Ruzz Media, 2014). Hlm: 57
1. Mengajar di Kelas Di Sekolah Negeri, Kepala Sekolah diwajibkan mengajar minimal 6 jam pelajaran per minggu di kelas dengan ditambah 18 Jam untuk tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Walaupun Kepala Sekolah tidak diwajibkan mengajar, hendaknya Kepala Sekolah menyadari bahwa pada waktu-waktu tertentu ia perlu masuk ke kelas-kelas untuk berinteraksi dengan peserta didik agar mengetahui dengan jelas perkembangan situasi dan kondisi kelas per kelas di sekolahnya. Kepala Sekolah tidak wajib mengajar tetapi, Wakil Kepala Sekolah wajib mengajar 10 jam per minggu. 2. Memberikan Bimbingan Kepada Para Guru Tugas Kepala Sekolah di dalam membimbing para guru meliputi menyusun program pengajaran dan BK, melaksanakan program pengajaran dan BK, mengevaluasi hasil belajar dan layanan BK, menganalisis hasil evaluasi belajar dan layanan BK, dan melaksanakan program pengayaan dan perbaikan. Memberikan Bimbingan Kepada Karyawan Tugas Kepala Sekolah di dalam membimbing karyawan meliputi penyususnan program kerja dan pembagian tugas TU, pesuruh, satpam, UKS, tukang, dan laboran. Para karyawan tersebut dipantau dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Melaui pemantauan tersebut mereka dievaluasi dan dikendalikan kinerejanya secara periodik. Memberikan Bimbingan Kepada Siswa Tugas Kepala Sekolah di dalam membimbing para siswa telah banyak diserap oleh guru bidang studi, guru BP, wali kelas, dan pembina OSIS. Tetapi tidak boleh lupa bahwa tugas membimbing para siswa itu adalah tanggungjawab Kepala Sekolah. Pembinaan Kepala Sekolah yang lebih khusus terhadap siswa adalah memantau kegiatan ekstrakurikuler dan mengikuti lomba di luar sekolah. Mengembangkan Staf Tugas Kepala Sekolah di dalam mengembangkan staf dapat dijalankan melalui pendidikan dan pelatihan staf, pertemuan sejawat staf, seminar, diskusi, lokakarya, penyediaa bahan bacaan dan media elektronik. Selain itu, pengembangan staf bisa juga melalui pengusulan
kenaikan jabatan melalui seleksi menjadi Kepala TU, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Lokasi Satpam / Pesuruh, dan sebagainya. Mengikuti Perkembangan IPTEK Tugas Kepala Sekolah di dalam mengembangkan dirinya sendiri untuk mengikuti perkembangan IPTEK dapat dilakukan dengan ikuit pelatihan, MKKS, seminar, lolalarya, diskusi, media elekteronik, atau bahan bacaan lainnya. Sesungguhnya, bila staf lebih menguasai IPTEK dibandingkan dengan Kepala Sekolah maka, wibawa Kepala Sekolah itu turun, atau lebih jelek lagi kalau Kasek itu dipermainkan oleh staf karena ketidaktahuannya tentang IPTEK. Memberi Contoh Bimbingan Konseling / Karier Tugas Kepala Sekolah di dalam memeri contoh Bimbingan Konsling / Karir dapat dilakukan lewat program layanan BK langsung kepada siswa. Selain itu, bisa juga memberi bimbingan kepada siswa melalui guru BP. Artinya, guru BP harus diberdayakan dengan memberikan saran, menggerakkan, memantau, dan 21 memberikan reward and punishment atas apa yang dia kerjakan dalam 30 jam pelajaran per minggu. Guru BP harus mengetahui setiap siswa dalam kelaskelas yang dipercayakan menjadi bimbingannya mengenai berapa hari siswa tertentu sudah tidak hadir sekolah, mencari tahu mengapa tidak hadir di sekolah. Siapa yang berpacaran dengan siapa, membuat analisa penjurusan dan gejala narkoba, merekap absensi siswa menjelang pengisian raport, dan sebagainya.
b. Kepala Sekolah sebagai Manajer Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai peran yang mentukan dalam pengelolaan manajeman sekolah, berhasil tidaknya tujuan sekolah dapat dipengaruhi bagaimana kepala sekolah menjalankan fungsi-fungsi manajeman. Fungsi-fungsi manajeman tersebut adalah planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling (pengontrol).16 Hal senada juga kutipan dari ronins, wegner, dan Hollenbeck tugas kepala sekolah sebagai manager adalah mencakup fungsifungsi pokok atau proses manajemen, yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, 16
Ibid. Munir. Menjadi Kepala sekolah Efektif… Hlm: 16
pelaksanaan, pengoordinasian, pengawasan, dan evaluasi.17 Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, member kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
c. Kepala sekolah sebagai Administrator Peranan kepala sekolah sebagai administrator pendidikan berangkat dari hakikat administrasi pendidikan sebagai perndayagunaan berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana serta berbagai media pendidikan lainnya) secara optimal, relevan, efektif, dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan.18 Sebagai administrator modern, kepala sekolah harus menggunakan prinsip pengembangan dan pendayagunaan organisasi secara kooperatir dan aktivitas yang melibatkan keseluruhan personel sekolah dan masyarakat. Secara kongkrit pelaksanaan tugas dan fungsi manager pendidikan berkaitan erat dengan subtansi manajemen pendidikan yang meliputi kurikulum dan pengajaran, manajemen kelas, peserta didik, SDM, sarana dan prasarana, keuangan, dan keterlibatan masyarakat dalam pendidikan. Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertangung jawab terhadap kelancaran palaksanaan pendidikan dan pangajaran di sekolahnya. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkanaan dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan. Adminstrasi merupakan keseluruhan proses kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh sekelompok atau lebih orang secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.19
17
Ibid. Prim Masrokan. Manajemen Mutu Sekolah…Hlm: 246
18
Prim Masrokan Mutohar. Manajemen Mutu Pendidikan. (Jogjakarta: Ar-Ruz:2013). Hlm: 245
19
Djaman satori. Dkk. Profesi Kegurua. (Jakata: Universitas Terbuka, 2008). Hlm: 137
Dalam hal ini dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian.20 Administrasi sekolah juga mencakup usaha untuk melakukan manajemen administrasi meliputi berbagai hal : 21 1. Administrasi Kurikulum Administrasi program pengajaran/kurikulum adalah keseluruhan administrasi di bidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana secara berhasil dan berdaya guna diantaranya: a. Administrasi program pengajaran b. Administrasi Kegiatan harian c. Administrasi kegiatan Mingguan d. Administrasi Semester e. Administrasi Kegiatan menjelang akhir tahun 2. Administrasi Kepegawaian Administrasi kepegawaian di sekolah merupakan penatausahaan pegawai dalam lingkungan sekolah. Tujuannya adalah menggunakan tenaga kerja di sekolah agar berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna untuk menciptakan dan memelihara dan mengambangkan suasana kerja yang menyenangkan. Admistrasi kepegawaian meliputi : a. Perencanaan pegawai b. Pengadaan Pegawai c. Pembinaan personil dan pengembangan pegawai d. Promosi dan mutasi e. Pemberhentian pegawai f. Kesejahteraan guru g. Penilaian pegawai.
20
Sofan Amri. Meningkatkn Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Dan Menengah. (Jakarta : PT. Prestasi
Pustakaraya, 2013). Hlm: 24 21
Ibid. Sofan Amri. Meningkatkn Mutu… Hlm: 26
3. Administrasi Sarana dan Prasarana Dalam hal peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu adanya keseragaman dalam pengelolaan barang disekolah yaitu meliputi: a. Perencanaan kebutuhan barang b. Pengadaan barang c. Pemeliharaan barang d. Penghapusan barang 4. Administrasi Keuangan Kepala sekolah diharuskan mempu menyusun Rencana Anggaran dan pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS), untuk itu kepala sekolah haru mengetahui sumber-sumber dana yang merupakan sumberdaya sekolah. pengelolaan dana yang masuk maupuan keluar yang digunakan untuk kepentingan sekolah itu sendiri. Diantaranya adalah:22 a. Dana Bos b. Dana yayasan c. Amal jariyah d. Zakat mal e. Uang syukuran f. Amal jumat 5. Aministrasi Kesiswaan Administrasi kesiswaan merupakan administrai untuk pengelolaan siswa atau data siswa sejak masik sampai siswa tersebut meningglakan sekolah. Diantaranya adalah : a. Penerimaan siswa baru b. Pengisian data c. Melakukan bimbingan kepada siswa d. Mengatur pembagian kelas e. Melaksanakan kegiatan pelepasasn siswa kelas.
22
Ibid. Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam… Hlm: 132
d. Kepala sekolah sebagai Supervisor Kepala sekolah sebagai supervisor dibebani peran dan tanggung jawab memantau, membina, dan memperbaiki proses pembelajaran di kelas atau disekolah.23 Dengan begitu kepala sekolah adalah mereka yang telah menguasai dengan baik perangkat kemampuan guru serta dilengkapi dengan kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan tertentu agar mereka siap menjalankan peranan dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Pengetahun, keterampilan dan pengalaman yang dimiliki oleh supervisor melalui berbagai usaha pendidikan dan latihan. Mulyasa menjelaskan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tuga sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang baik pada orangtua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.24 Supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepala usaha perbaikan situasi belajar mengajar. Akan tetapi masih terdapat banyak keragaman pendapat dalam menafsirkan istilah tersebut. Hal tersebut akan membawa implikasi yang berbeda dalam pelaksanaannya. Beberapa pendapat pengertian supervise dari beberapa ahli:25 1. Neagly mengemukakan bahwa setiap layanan kepada guru-guru bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar, dan krikulum dikatakan supervise. Supervisi disini diartikan sebagao bantuan dan bimbingan kepada guru dalam bidang instruksional, belajar, dan kurikulum, dalam usahanya mencapai tujuan sekolah. 2. Kimbal Wiles berpendapat bahwa “Supervision is an assistance in the development of a better teaching-learning situation”, yaitu suatu bantuan dalam pengembangan peningkatan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya supervise pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan profesinal bagi guru-guru. Bimbbingan professional yang dimaksut adalah segala urusan yang memberikan kesempatan bagi guruguru untuk berkembang secara professional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam
23
Ibid. Prim Masrokan. Manajemen Mutu Sekolah… Hlm: 246
24
E. Mulyasa. Manajeman dan kepemimpinan kepala sekolah . (Jakarta,: Bumi Aksara, 2012). Hlm: 252
25
Tim Dosen Administrai Pendidikan UPI. Manajemen Pendidikan. (Bandung:Afabeta, 2014). Hlm: 312
melaksanakan tugas pokonya yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar muridmurid. Secara semantik Supervisi pendidikan adalah pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan. Pembinaan yang dimaksud berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan, termasuk pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya. 1. Tujuan Supervisi Pendidikan Supervisi pendidikan mempunyai tujuan sebagai berikut:26 a. Membimbing guru agar dapat memahami lebih jelas masalah atau persoalanpersoalan dan kebutuhan murid, serta membantu guru dalam mengatasi suatu persoalan b. Membantu guru dalam mengatasi kesukaran dalam mengajar c. Member bimbingan yang bijaksana terhadap guru baru dengan orientasi d. Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar yang lebih baik dengan menggunakan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan sifat materinya e. Membentu guru memperkaya pengalaman belajar, sehingga suasana pengajaran bisa menggembirakan anak didik f. Membentuk guru mengerti makna dari alat pelayanan.
2. Sasaran Supervisi Supervisi ditujukan kepada situasi belajar-menajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan secara optimum. Yang dimaksud situasi belajar mengajar adalah situasi dimana terjadinya proses interaksi antara guru dengan murid dalam mengajar dan belajar. Suryosubroto yang dikutip sulistyorini menejelaskan Segi-segi proses interaksi yaitu sebagai berikut:27 a. Tujuan khusus belajar mengajar b. Materi dan kegiatan belajar mengajar c. Metode (cara) mengorganisasi kegiatan belajar d. Cara menggunakan alat (media pembelajaran) 26
Binti Maunah. Supervisi Pendidikan Islam. (Yogyakarta, Teras, 2009). Hlm: 37
27
Ibid. Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam… Hlm: 231
e. Cara mengevaluasi proses dan hasil belajar murid f. Cara membimbing dan melayani murid terutama yang mengalami kesulitan belajar g. Reaksi mental guru terhadap tugas mereka.
3. Teknik-teknik supervisi Teknik supervisi bermanfaat untuk merangkasang dan mengarahkan perhatian guru terahadap kurikulum dan pengajaran untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan mengajar dan belajar. Berikut merupakan teknik supervisi :28 a. Kunjungan kelas b. Pembicacaraan individual c. Diskusi kelompok d. Demonstrasi e. Kunjungan kelas antar guru f. Pengembangan kurikulu g. Buletin supervisi h. Perpustakaan profesional i. Lokakarya j. Survey Teknik yang digunakan dalam supervisi tidak ada kewajiban khusu harus menggunakan teknik tertentu. Tetapi kepala sekolah bisa menggunakan teknik tersebut sesuai kondisi yang ada di sekolah tersebut.
4. Prinsip-prinsip supervisor Prinsip-prinsip supervisor diantaranya adalah:29 a. Hubungan konsultatif, kolegial, dan bukan hierkis b. Dilaksanakan secara demokratis c. Berpusat pada tenaga kependidikan (Guru) 28
Ibid… Hlm: 232
29
Ibid. E. Mulyasa. Manajemen dan kepemimpinan… Hlm: 254
d. Dilaksanakan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru) e. Merupakan bantuan profesional.
5. Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor Pengajaran secara umum, kegiatan atau usaha-usaha yang harus dilakukan kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebgai supervisor antara lain: a. Membangkitkan semangat guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaikbaiknya. b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang di perlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mangajar. c. Bersama-sama guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guruguru dan pegawai sekolah lainnya. e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah. f. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan instansiinstansi lain dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dari berbagai penjelasan diatas suatu supervisor harus memberikan peranannya sebagai supervisor diantaranya memberikan support (Supporting), membantu (Assisting), dan mengikut sertakan (sharing). Peranan supervisor yaitu menciptakan suasana yang guru merasa aman dan bebas, dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari kajian diatas bahwa manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapai sasarannya. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk lembaga pendidikan maupun perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi. Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati. Komitmen juga adapt diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk menopang suatu pilihan tindakan tertentu, sehingga pilihan tindakan itu dapat kita jalankan dengan mantap dan sepenuh hati. Peran kepala sekolah sangat penting dalam semua jenjang dan jenis pendidikan, agar mereka mampu dan dapat melaksanakan fungsinya. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator (EMASLIM).
B. Saran Dalam merubah manajemen strategi dalam sutu lembaga pendidikan diperlukannya komitmen yang obyektif oleh kepala sekolah. Suatu perusahaan/ lembaga pendidikan ataupun organisasi sekalipun perlu melakukan kajian yang lebih dalam agar tidak terjadi kesalah pahaman antar karyawan dengan karyawan yang lain atau antar departemen dan juga harus melakukan kajian keluar apakah manajemen maupun komitmen yang akan diubah cocok dengan lingkungan. Maka dari itu diharapkan kepada kepala sekolah harus memiliki komitmen yang positif dan obyektif dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah dan harus memiliki manajemen yang baik agar lembaga pendidikan yang dikuasainya dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
DAFTAR PUSTAKA
Barney. Setrategi di dalam sebuah kepemimpinan. Jakarta: PT Grafindo, 2007. Robbins. Manajemen setrategi dalam organisasi di sebuah sekolah. Jakarta: PT Grafindo, 2002. Tika. Budaya organisasi dan manajemen strategi di dalam sebuag organisasi.Jakarta.: Bumi Aksara, 2005. Barney. Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Maanjemen Setrategik di Dalam Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Robert, Kreitner. Bandung: penerbit
Anatomi
organisasi
dan
Kepemimpinan
Daya
Manusia
Strategis:
Pendidika.
Alfabeta, 2005. Robbins. Manajemen Peran,Perilaku Plus
Sumber
Repositioning
Kompetensi Serta Peran SDM Strategis. (online). Medan: Rosda Karya, 2002. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996. Sahertian. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta : Andi Offset, 1994. Robins. Budaya Oranisasi Sekolah. Jakartaa: PT Grafindo, 2007. Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka,1988. Andang. Manajemen& Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta, Ar Ruzz Media, 2014. Prim Masrokan Mutohar. Manajemen Mutu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruz:2013. Djaman satori. Dkk. Profesi Kegurua.. Jakata: Universitas Terbuka, 2008.
Sofan Amri. Meningkatkn Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Dan Menengah. (Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya, 2013. Mulyasa, E. Manajeman dan kepemimpinan kepala sekolah . Jakarta,: Bumi Aksara, 2012. Tim Dosen Administrai Pendidikan UPI. Manajemen Pendidikan. Bandung:Afabeta,
2014.
Yogyakarta, Teras, 2009.
Maunah,
Binti.
Supervisi
Pendidikan
Islam.
PROSES MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENDIDIKAN Disusun sebagai salah satu tugas Ujian Akhir Semester dalam Mengikuti Perkuliahan Manajemen Strategik Pendidikan Oleh : NURHASANA Nim.0307161015
MPI I/SEM V Dosen pembimbing: Dr. Fridiyanto, M.Pd.I
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA 2018
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat menyusun tugas ini tepat pada waktunya. Serta shalawat dan salam saya Hadiahkan kepada junjungan Alam, Nabi besar Muhammad SAW yang merupakan Uswatun Hasanah Suri Tauladan yang baik bagi ummat Islam. Penyusunan tugas makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas ujian akhir mata kuliah Manajemen Strategik Pendidikan. Dan dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih juga kepada Bapak Dr. Fridianto, M. Pd,I selaku dosen pembimbing mata kuliah Metode Manajemen Strategik Pendidikan. Namun saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya dalam penulisan tugas makalah ini. Oleh karena itu, saya membuka bagi para pembaca yang ingin memberi saran atau kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga tugas ujian akhir semester ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca.
Medan, 15 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1 B. Rumusan Masalah ...............................................................................2 C. Tujuan ..................................................................................................2 BAB II PROSES MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN .............3 A. Pengertian Manajemen Strategik dan Strategik Pendidikan................3 B. Proses dan Tahapan Manajemen Strategik Pendidikan .......................4 C. Analisis SWOT dalam Proses MSP....................................................11 D. Dimensi dalam Proses MSP ...............................................................14 E. Formulasi Strategik dalam Proses MSP .............................................15 BAB III PENUTUP ......................................................................................21 A. Kesimpulan .........................................................................................21 B. Saran ...................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................22
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manajemen strategik merupakan pemikiran analitis dan komitmen dari sumber daya menjadi tindakan. Disini tujuan harus diupayakan sebagai wujud dari komitmen sehingga memobilisasi sumber daya dan kemampuan dari sebuah organisasi untuk menghasilkan masa depan. Nah, berbicara mengenai proses manajemen strategi dalam pendidikan tidak jauh beda halnya juga berbicara mengenai proses manajemen strategik pada umumnya, yang digambarkan sebagai pendekatan yang objektif, logis dan sistematik untuk membuat keputusan yang memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang bagi organisasi. Proses ini berusaha untuk mengelola informasi baik secara kuantitatif maupun kulitatif yang dibutuhkan bagi pengambilan keputusan efektif dalam kondisi yang tidak menentu. Faktor lingkungan internal dan eksternal juga perlu diantisipasi, dipantau, dinilai, dan disertakan sedemikian rupa ke dalam proses pengambilan keputusan efektif. Para pengambil keputusan, termasuk di dalamnya kepala sekolah maupun pengelola pendidikan lainnya seringkali terpaksa mengalahkan tuntutan kegiatan interen dan eksteren lembaga pendidikan demi melayani bermacam kepentingan seperti urusan rutin, dinas, bekerja harus selalu di bawah petunjuk atau pedoman kerja yang ditetapkan oleh birokrasi tanpa mempertimbangkan kebutuhan eksternal organisasi yang terus berubah, sehingga proses pengambilan keputusan seringkali tidak maksimal dalam menghasilkan keputusan-keputusan strategis. Akibatnya persoalan aktual lembaga pendidikan yang dihadapi tidak dapat terselesaikan secara maksimal. Pengamatan dan penilaian yang dilakukan secara simultan terhadap lingkungan eksternal dan internal lembaga pendidikan memungkinkan para pengelola pendidikan mampu mengidentifikasi berbagai jenis peluang yang ada untuk dapat merumuskan dan mengimplementasikan berbagai rencana pendidikan secara berhasil. Rancangan yang bersifat menyeluruh ini dapat dilakukan melalui Proses Manajemen Strategik Pendidikan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, maka dapat ditentukan Rumusan Masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan manajemen strategik dan manajemen strategic pendidikan? 2. Apa yang dimaksud dengan Proses Manajemen Strategik Pendidikan dan Bagaimana Prosesnya? 3. Apa yang dimaksud Analisis SWOT dalam Proses Manajemen Strategik Pendidikan? 4. Apa yang dimaksud Dimensi dalam Proses Manajemen Strategik? 5. Bagaimana Formulasi Proses Manajemen Strategi Dalam Pendidikan?
C. Tujuan Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka dapat diperoleh Tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen strategik dan manajemen strategic pendidikan. 2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Proses Manajemen Strategik Pendidikan dan Bagaimana Prosesnya. 3. Untuk mengetahui yang dimaksud Analisis SWOT dalam Proses Manajemen Strategik Pendidikan. 4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Dimensi dalam Proses Manajemen Strategik. 5. Untuk mengetahui bagaimana Formulasi Proses Manajemen Strategi Dalam Pendidikan?
BAB II PROSES MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN
A. Pengertian Manajemen Strategik dan Manajemen Strategik Pendidikan Menurut David, mendefinisikan manajemen strategik sebagai suatu seni dan ilmu untuk merumuskan, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan strategi lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.1 Menurut Robson, Manajemen strategik bukanlah seperti halnya ilmu pasti, Tak ada organisasi yang dapat menerapkan aturan-aturan langsung sekali jadi, strategi terbaik tidak muncul dari buku-buku resep makananan, oleh karena itu tak ada rumusanyang pasti dalam perhitungan strategi itu. Manajemen strategi lebih merupakan bagaimana membaca tanda-tanda dan persinggahan-persinggahan masa depan dan menafsirkannya dalam rangka untuk memilih sebuah arah yang semestinya bagi pengembangan masa depan organisasi.2 Menurut Minzberg, Manajemen stategik dapat dipahami merupakan sebuah proses manajemen terhadap strategi yang meliputi tahapan-tahapan perumusan, pengimplementasian, dan pengevaluasiannya serta mempersiapkan serangkaian langkah sebagai strategi alternatifnya yang didasarkan pada analisis untuk menentukan faktor-faktor strateginya, yang mana semua proses tersebut berjalan di seluruh tingkatan hirarki dalam organisasi tersebut.3 Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, manajemen strategik jika dikaitkan dengan pendidikan bahwasanya Manajemen strategi dalam dunia pendidikan bisa kita ibaratkan sebagai sebuah upaya membangun input untuk menghasilkan output, input dalam dunia pendidikan adalah baik berupa tenaga pengajar/ dosen yang berkualitas, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, administrasi yang baik, sedangkan outputnya adalah berupa lulusan suatu instansi pendidikan yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Untuk mencapai 1
F.R David, Manajemen Strategik : konsep terj. Ichsan Setiyo Budi, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), Hal.5 2
Robsons, Strategic Management and InformationSystems, (Harlow: Prentice Hall, 1997),
3
MInzberg dalam buku Yusuf hadijaya, Menyusun Strategi Berbuah Kinerja Pendidik
Hal.3
Efektif, Medan: Perdana Publishing, 2017), Hal.113
output tersebut, maka dibutuhkan sebuah proses untuk mencapai manajemen strategik pendidikan yang efektif dan efisien.
B. Proses dan Tahapan Manajemen Strategik Serta dalam Pendidikan Dalam mengelola organisasi tidak lagi memadai bila hanya mengandalkan intuisi, termasuk mengandalkan intuisi dalam menyusun siasat bagi urusan-urusan organisasi. Menurut Hunger, strategi yang dirumuskan secara intuitif menjadi tidak lagi, karena: 4 a. Organisasi bertumbuh menjadi semakin besar. b. Lapis-lapis manajemen semakin bertambah (mengalami eselonisasi). c. Lingkungan berubah secara substansial.
Proses manajemen strategis dapat digambarkan sebagai pendekatan yang objektif, logis, dan sistematik untuk membuat keputusan besar dalam organisasi. Proses ini berusaha untuk mengelola informasi kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk yang memungkinkan keputusan yang efektif dapat diambil dalam kondisi yang tidak menentu. Tetapi, manajemen strategik bukanlah ilmu murni yang hanya memiliki satu atau dua pendekatan yang rapi.5 Robson juga mengemukakan bahwa proses manajemen strategik merupakan bagaimana membuat keputusan-keputusan strategik. Model proses pembuatan keputusan-keputusan oleh Johnson dan sholes meripakan interaksi dari tiga unsur sebagai berikut: 1. Analisis strategi. 2. Pemilihan strategi. 3. Serta Implementasi strategi. Model tersebut merupakan model proses pembuatan keputusan-keputusan strategis yang utama dan penting karena hal ini merupakan model proses pembuatan keputusan-keputusan strategis yang utama dan penting karena hal ini akan memungkinkan kita untuk mengorganisir pemikiran-pemikiran kita tanpa kehilangan pandangan tentang interaksi alamiah dari ketiga unsure tersebut. Gagasan-gagasan 4
Hunger, Strategic Management, (Massachusetts: Publishing Company, 1993), Hal.199
5
David, Hal.8
serupa yang membagi proses manejemen strategik menjadi tiga area yang di dalamnya muncul interaksi yang terus menerus dan berulang ini juga bermunculan. Misalnya, mode yang digunakan Smith (1994) menamakan tiga area itu sebagai mempersiapkan dasar perencanaan yang ekuivalen dengan analisis stateginya, memantapkan
strategi
yang
ekuivalen
dengan
pemilihan
strateginya,
dan
pengimplementasian perencanaan yang ekuivalen dengan implementasi strateginya. Meskipun berbeda dalam penanaman area-area manajemen strategic namun sebenarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu menyiapkan sebuah sarana yang akan menjelaskan sesuatu yang kompleks. Menurut Lubis, juga membuat model proses manajemen strategik yang tidak jauh berbeda prinsipnya dengan model-model proses manajemen strategic lainnya yang meliputi langkah-langkah analisis lingkungan, penetapan arah pengembangan organisasi, perumusan strategi, implementasi strategi, dan pengendalian strategi. Langkah-langkah ini sekaligus merupakan unsure-unsur manajemen strategiknya yang saling berinteraksi satu sama lain.6 Analisis Lingkungan
Penetapan arah pengembangan organisasi
Perumusan Strategi
Implementasi Strategi
Pengendalian Strategi Gambar. Model Proses Manajemen Menurut Lubis
6
Lubis, Pengantar Manajemen Strategik, (Bandung: TP, 1992). Hal.2
Berikut Merupakan Proses Manajemen Strategik
jika dikaitkan dengan
Pendidikan menurut Slamet.7
Situasi pendidikan saat ini Analisis lingkungan Eksternal dan Internal
Dimana Kita Sekarang?
Isu-isu Strategik Pendidikan
Profil Pendidikan
Situasi pendidikan yang diharapkan Kemana kita akan Pergi?
Visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan program Strategi Pelaksanaan
Bagaimana Caranya Mencapai Kesana?
Formulasi Strategi Pelaksanaan
Alokasi Sumber Daya
Evaluasi dan Kontrol
Apakah Kita Sampai disana?
7
Saran dan Rekome ndasi
Evaluasi
Pengumpulan dan pemaparan data
Slamet PH, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta:2006), Hal. 34-35
Kemudian David juga mengemukakan bahwa produk budaya yang mencakup nilai, kepercayaan, ritual, seremonial, mitos, saga, legenda, bahasa, metafora, symbol dan epos (cerita kepahlawanan) merupakan penggerak yang dapat digunakan untuk menyusun strategi untuk mempengaruhi dan megarahkan kegiatan merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi. 8 a. Perumusan Strategik Dalam Proses Manajemen Strategik Pendidikan Menurut David, perumusan dalam proses Manajemen Strategik ataupun dalam pendidikan dapat dilakukan diantaranya termasuk mengembangkan visi, dan misi, mengidentifikasi peluang, dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan, dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternative strategik, dan memilih srtategi tertentu yang akan dilaksanakan, Seperti: 1. Mengembangkan Visi dan Misi Menurut Yeung, menekankan bahwa proses pengembangan pernyataan misi harus menciptakan “ikatan emosional” dan “sensasi misi” antara organisasi karyawan. Komitmen terhadap strategi
organisasi dan persetujuan intelektual
terhadap strategi yang akan dijalankan tidak selalu d artikan sebagai ikatan emosional; dengan demikian, strategi yang telah diformulasikan tidak mungkin di implementasikan. Penelitian ini menekankan bahwa ikatan emosional terbentuk ketika individu secara personal mengahyati nilai-nilai dasar dan perilaku organisasi, sehingga persetujuan intelektual dan komitmen terhadap strategi berubah menjadi sensasi misi. Yeung juga membedakan antara
visi dan misi,
mengatakan bahwa visi adalah “ keadaan dimasa depan yang mungkin dan diinginkan oleh sebuah organisasi”. Yang mencakup tujuan spesifik, sedangkan misi lebih diasosiasikan dengan perilaku dan kondisi saat ini. Dalam praktik sebenarnya, terdapat berbagai variasi, komposisi, dan pengguna kedua pernyataan visi dan misi. Menurut Cleland, merekomendasikan organisasi untuk mengembangkan pernyataan misi yang tertulis secara hati-hati karena alasan-alasan sebagai berikut:9
8
David, Ibid. Hal. 164
9
Cleland, Strategic Planning and Policy. (New York: Van Nostrand Reinhold, 1979), 124
1. Untuk memastikan tujuan dasar organisasi. 2. Untuk memberikan basis atau standar untuk mengalokasikan sumber daya organisasi. 3. Untuk menciptakan kondisi atau iklim organsisasi yang umum. 4. Untuk menjadi titik utama dalam mengidentifikasi tujuan dan arah organisasi, serta mencegah mereka yang tidaak sejalan untuk berpartisipasi lebih jauh dalam aktivitas organisasi. 5. Untuk memfasilitasi penerjemahan tujuan menjadi struktur kerja yang melibatkan penugasan hingga elemen tanggungjawab dalam organisasi. 6. Untuk
memberikan
tujuan
dasar
organisasi
dan
kemudian
untuk
menerjamahkan tujuan dasar ini menjadi tujuan dasar ini menjadi tujuan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga parameter waktu, biaya, dan kinerja dapat dievaluasi dan dikontrol.
2. Penilaian Eksternal David juga mengemukakan bahwa penilaian eksternal/analisis lingkungan tujuannya adalah untuk mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat member manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Kemudian Freund menekankan bahwa faktor eksternal harus: a. Penting untuk mencapai tujuan tahunan dan jangka panjang. b. Terukur dan berlaku juga di organisasi birokrasi lain yang sejenis, serta c. Memiliki hirarki dalam arti beberapa relevan untuk keseluruhan organisasi dan lainnya akan terfokus ke suatu yang lebih sempit untuk area fungsional atau divisi. Daftar final dari faktor kunci eksternal yang paling penting harus dikomunikasikan dan di distribusikan keseluruh organisasi. Peluang dan ancaman dapat menjadi faktor kunci eksternal.
3. Penilaian Internal Menurut David, proses menjalankan penilaian/analisis internal seiring dengan proses menjalankan penilaian/analisis eksternal. Dalam analisis internal faktor-faktor penentu keberhasilan terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Untuk itu perwakilan
manajer dan karyawan dari seluruh lapisan dalam organisasi perlu dilibatkan dalam penentuan kekuatan dan kelemahan organisasi/lembaga. Gugus tugas manajer dari unit organisasi yang berbeda, didukung oleh staff, harus diarahkan pada penentuan 10 hingga 20 kekuatan dan kelemahan penting yang mempengaruhi masa depan organisasi. b. Implementasi Strategik Dalam Proses Manajemen Strategik Pendidikan Pada tahap ini dilakukan pengembangan strategi pendukung budaya, struktur organisasi yang efektif, mengatur ulang usaha pemasaran yang dilakukan, mempersiapkan anggaran , mengembangkan sistem informasi serta menghubungkan kompensasi karyawan terhadap kinerja organisasi. Seperti: 1) Strategi Korporasi a. Membangun citra merek (brand image) perusahaan akan menjadi peluang bisnis yang dapat menjadi pendapatan (revenue) bagi perseroan. b. Pengembangan usaha melalui kerjasama dengan mitra strategis. c. Strategi memperluas jaringan pendanaan melalui penciptaan prospek usaha yang menarik investor. 2) Strategi Bisnis a. Penerapan transaksi perusahaan dengan sistem administrasi yang akuntabel dan aman. b. Menghasilkan produktifitas yang optimal. c. Pengembangan teknologi tepat guna melalui terciptanya sistem yang efektif bagi perusahaan. d. Memfasilitasi komunikasi bisnis yang transparan dapat memberikan nilai tambah dan manfaat bagi setiap pelaku atau anggota. 3) Strategi Fungsional / Kegiatan Usaha a. Kegiatan Operasional 1) Kegiatan Operasional a. Pengembangan standarisasi proses produksi secara produktif, efisien dan efektif. b. Perencanaan produksi yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan. c. Melakukan pemantauan dan menciptakan stabilitas harga.
d. Pengembangan teknologi pengolahan secara kualitas dan kuantitas yang berkesinambungan dan dapat diserap konsumen dengan baik. e. Sistem distribusi yang tepat waktu dan efisien. f. Perencanaan produksi yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan. g. Kualitas dan kuantitas produk yang sesuai kebutuhan konsumen. h. Pengembangan komunitas yang loyal dan profesional sesuai dengan fungsi dan peranannya. i. Menjalin
kemitraan
bersama
masyarakat
sekitar
dalam
pengaplikasian CSR (Corporate Social Responsibility).. 2) Bidang Administrasi Pendidikan a. Memfasilitasi seluruh pendanaan yang diperlukan pada kegiatan perusahaan. b. Menggambarkan seluruh aktifitas usaha dengan memberikan informasi Laporan Keuangan terkini kepada seluruh Stakeholder. c. Menciptakan cadangan dana untuk pengembangan usaha. d. Menciptakan cadangan dana untuk pengembangan usaha. e.
Sistem administrasi yang efisien dan efektif, murah dan dapat dipertanggung jawabkan.
f. Menciptakan ketersediaan dana yang akan digunakan oleh perusahaan dengan memperluas sumber pendanaan baik dari Bank dan atau investor. g. Sistem keuangan yang efisien, efektif, bersih dan transparan. h. Menjaga stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan. i. Sistem Administrasi yang tepat sasaran dan transparan. j. Menciptakan skema-skema keuangan yang tepat baik itu modal kerja ataupun investasi yang diperlukan. k. Memberikan keuntungan yang optimal bagi setiap Stakeholder. 3) Bidang SDM dan Organisasi a. Ketersediaan sumber daya manusia yang professional dan berkualitas.
b. Menciptakan struktur organisasi yang mampu mendukung seluruh fungsi kinerja perusahaan dan tidak terbatas dalam pengembangan usahanya. c. Melatih,
mengembangkan
mitra-mitra
profesional
untuk
mendukung setiap aktifitas perusahaan. d. Mengembangkan kemampuan perusahaan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki dengan melakukan Pendidikan/Pelatihan yang berkesinambungan. e. Menciptakan sistem promosi dan mutasi yang sesuai dengan keahlian dan orang yang tepat pada bidangnya. c. Evaluasi Strategi dan Pengawasan Dalam Proses Manajemen Strategik Tahap pengawasan terhadap seluruh aktivitas perusahaan, apakah sudah berjalan sesuai dengan perencanaan strategi yang dipilih, menggunakan metode analisa perbandingan kondisi pencapaian aktual yang dibandingkan dengan perencanaan awal. Metode Laporan analisa bisa diterapkan dalam periode tahunan, bulanan atau mingguan, supaya segala penyimpangan dapat dievaluasi dan diperbaiki kinerjanya dengan harapan, segala sesuatu yang telah direncanakan dapat berjalan dengan semestinya.
C. Analisis SWOT dalam Proses Manajemen Strategik Pendidikan Manajemen sebagai suatu proses menggambarkan Dinas Pendidikan sebagai wadah berisi jumlah jabatan struktural, jabatan pada proyek-proyek, jabatan fungsional pengawas, dan pegawai pelaksana mengandung beberapa implikasi penting, yaitu: 1. Suatu perubahan pada sembarang komponen akan mempengaruhi beberapa atau seluruh komponen lain. 2. Organisasi seringkali sudah puas dengan keadaan mereka dan hanya menggunakan sedikit waktu untuk membahas soal-soal antisipasi terhadap perubahan. 3. Tidak semua komponen proses manajemen menerima perhatian yang sama pada setiap kali kegiatan perencanaan dan dilakukan.
4. Organisasi pendidikan yang berada dalam lingkungan yang stabil atau unggul mungkin tidak perlu mengakaji situasi yang lebih mendalam karena semua sitem melakukan kajian dan antisipasi.10 Tujuan analisis SWOT untuk memberikan gambaran hasil analisis keunggulan , kelemahan, peluang dan ancaman organisasi secara menyeluruh yang digunakan sebagai dasar atau landasan penyusunan Objectif dan strategi perusahaan dalam corporate planning. Ruang lingkup analisis SWOT: Lingkungan, Keadaan Intern Perusahaan, dan Peramalan. Jenis dan Sumber informasi berasal dari intern: Data perusahaan dan data informasi yang dikumpulkan perusahaan, dan ekstern: Data sekunder, data dan informasi yang diperoleh dari hasil survey dan pengamatan.
Berikut merupakan proses dan Peralatan analisis: 1. Analisis Lingkungan a. Ekonomi (Business Cycle, Inflasi dan Defiasi, Kebijakan moneter, neraca pembayaran). b. Pemerintah/perundang-undangan (Pusat dan Daerah, dan pemerintah pembeli. c. Pasar/saingan (perubahan struktur kependudukan, distribusi, pendapatan alur hidup produk/layanan, kemudahan akses masuk, dan rintangan masuk). d. Teknologi (Bahan baku, cost of labor, sub-assemblies, dan perubahan teknologi). e. Geografis (Lokasi). f. Sosial Budaya (Cita rasa, nilai yang berkurang). 2. Analisis Keadaan a. Organisasi (misi.maksud, dan tujuan, sarana/fasilitas, dan teknologi yang dimiliki, sistem dan prosedur kerja). b. Fungsi perusahaan (produksi, pemasaran, keuangan, personalia, SDM.
10
Syaiful S, Desain organisasi Pendidikan Dalam Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah,
(Bandung: Uhamka Press, 2007), Hal.238
3. Peralatan Analisis a. Arti dan peranan peramalan (REPO: rasional, estimate, preparasi, dan operasional). b. Ruang lingkup peramalan. c. Langkah peramalan d. Dan contoh peramalan.11
Menurut Kearns (1992) mengidentifikasi
masalah kegagalan dalam
menerapkan analisa SWOT, yaitu: 1. The Missing Link Problem. Hilangnya unsure keterkaitan. Hal ini menunjukkan kegagalan menghubungkan evaluasi terhadap faktor eksternal dengan internal. Hal ini akan mengakibatkan keputusan yang salah. 2. The Blue Sky Problem. Masalah langit biru. Langit biru selalu membawa kegembiraan karena cuaca cerah. Pengambilan keputusan terlalu cepat optimis melihat peluang dalam lingkungan, namun kelemahan organisasi diabaikan. 3. The Silving Problem. Harapan dalam kondisi yang kurang menggembirakan. Situasi melahirkan masalah karena para pengambil keputusan mengabaikan ancaman lingkungannya yang potensial. 4. The All things to All Problems . Sebuah falsafah yang dianut para pengambil keputusan yang cenderung memusatkan kelemahan pada organisasi tanpa memperhatikan unsure kekuatan. 5. The putting the cart before the horse problem. Menempatkan kereta di depan kuda, sebuah aktifitas terbalik. Maksudnya para pengambil kebijakan langsung mengembangkan strategi dan rencana tidak lanjut sebelum menguraikan secara jelas pilihan kebijakan yang akan dijalankan organisasi.12
11
http://www.google.co.id=perencanaan diakses pada tanggal 16 desember 2018 pukul 18:29
12
J. Salusus, Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non
profit. (Jakarta: Gramedia Widiya Sarana Indonesia, 1996), Hal. 360
D. Dimensi Dalam Proses Manajemen Strategik 1. Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan Manajemen strategik Dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi suatu organisasi berpandangan jauh kemasa depan, dan berperilaku proaktif dan antisipatif terhadap kondisi masa depan yang di prediksi akan dihadapi. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi yang ditetapkan di sebuah misinya sekarang dan di masa depan. 2. Dimensi Internal dan Eksternal Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Dimensi lingkungan eksternal pada dasarnya merupakan analisis terhadap lingkungan sekitar organisasi, yang terdiri dari lingkungan operasional, lingkungan nasional dan lingkungan global, mencakup berbagai aspek atau
kondisi.
Pengimplementasiannya
manajemen
strategik
harus
mengidentifikasi dan mendayagunakan kelebihan atau kekuatan dan mengatasi hambatan atau kelemahan organisasi. 3. Dimensi Pendayagunaan Sumber Manajemen strategik sebagai kegiatan manajemen tidak dapat melepaskan diri dari kemampuan mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimiliki, agar secara terintegrasi terimplementasikan dalam fungsi manajemen kea rah tercapainya sasaran. Sumber daya yang ada terdiri dari sumber daya
material
khususnya berupa
sarana dan
prasarana,
sumberdaya financial dalam bentuk alokasi dana untuk setiap program, sumber daya manusia, sumber daya teknologi dan sumber daya informasi. 4. Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak Manajemen strategic yang dimulai dengan menyusun rencana strategik merupakan pengendalian masa depan organisasi, agar eksistensi sesuai dengan visinya dapat diwujudkan. Rencana strategik harus mampu mengakomodasi seluruh aspek kehidupan organisasi yang berpengaruh pada eksistensinya dimasa depan merupakan wewenang dan merupakan tanggungjawab manajemen puncak. Rencana strategik sebagai keputusan utama yang prinsipil, tidak saja ditetapkan dengan mengikutsertakan tetapi
harus dilakukan secara proaktif oleh manajemen puncak, karena seluruh kegiatan untuk merealisasikannya. 5. Dimensi Multi Bidang Manajemen strategic sebagai sistem, pengimplementasiannya harus didasari dengan menempatkan organisasi sebagai suatu sistem. Dengan demikian berarti sebuah organisasi akan dapat menyusun Renstra dan Renop jika tidak memiliki keterikatan atau ketergantungan sebagai bawahan pada organisasi lain sebagai bawahan pada organisasi lain sebagai atasan rencana strategis dan rencana operasi bersifat multi dimensi, terutama jika perumusan rencana strategik hanya dilakukan pada banyak organisasi non profit termasuk pendidikan yang tertinggi. Dengan dimensi yang banyak tersebut, maka mudah terjadi tidak seluruh dimensi dapat diakomodasi.
E. Formulasi Strategik Dalam Proses Manajemen Strategik Pendidikan Pendidikan merupaka komponen yang memiliki peran yang strategis bagi bangsa dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Salah satu tujuan itu tertuang dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan usaha yang terencana dan terprogram dengan jelas dalam agenda pemerintahan yang berupa penyelenggaraan pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diberikan tugas untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional harus menjalankan perannya dengan baik. Dalam menjalankan peran sebagai lembaga pendidikan ini, sekolah harus dikelola dengan baik agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan optimal. Pengelolaan sekolah yang tidak profesional dapat menghambat langkah sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan formal. Agar pengelolaan sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan rencana strategis sebagai suatu upaya untuk mengendalikan sekolah secara efektif dan efisien, sampai kepada implementasi program kegiatan belajar mengajar dalam visi dan misi. Perencanaan strategis merupakan landasan bagi sekolah dalam menjalankan proses pendidikan. Komponen dalam perencanaan strategis paling tidak
terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi tersebut harus dilakukan pengelolaan sekolah agar sekolah memiliki arah kebijakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan yang diharapkan. Dengan adanya visi, misi, tujuan dan sasaran yang jelas dan terprogram sekolah akan jelas dan nampak akan dibawa kemana tujuan sekolah tersebut, seperti apa sistem sekolah, proses belajar mengajarnya serta hasil output yang di inginkan. Formulasi merupakan pengembangan
rencana
jangka
panjang untuk
manajemen efektif dari peluang dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan
kelemahan
serangkaian proses
organisasi. Menurut GriffinStrategy yang
terlibat
dalam
penciptaan
formulation
adalah
atau penentuan
strategi
organisasi. Formulasi strategi dan sasaran lembaga pendidikan meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran lembaga pendidikan.13 1. Visi Visi adalah gambaran tentang masa depan yang realistik dan ingin di wujudkan dalam kurun waktu tertentu. Dalam buku Akdon, visi adalah pernyataan yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses manajemen saat ini yang menjangkau masa yang akan datang.14 Hax dan Manjluf dalam Akdon menyatakan bahwa visi adalah pernyataan yang merupakan sarana untuk: a. Mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan dan tugas pokok. b. Memperhatikan framework hubungan antara organisasi dengan stakeholders (sumber daya manusia organisasi, konsumen/ citizen, pihak lain yang terkait). c. Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti pertumbuhan dan perkembangan.15 Bagi sekolah, visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa yang akan datang. Imajinasi kedepan seperti itu akan selalu diwarnai oleh peluang dan tantangan yang diyakini akan terjadi di masa mendatang.
13
R. W. Griffin, Komitmen Organisasi, Terjemahan. (Jakarta: Erlangga, 2004), Hal. 227.
14
Akdon, Strategic Managemen for Educational Management. (Bandung: Alfabeta. 2006).
Hal. .94. 15
Ibid. Hal. 95.
Dalam menentukan visi tersebut, sekolah harus memperhatikan perkembangan dan tantangan masa depan. Suatu visi yang jelas, akan memberikan manfaat yang besar bagi organisasi. Visi yang sudah difahami bersama akan mencegah para pengambil keputusan untuk berdebat tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditunda, bagaimana melakukannya, mengapa, dan sebagainya. Visi memiliki kekuatan yang mampu mengundang, memanggil, dan menyerukan kepada setiap orang untuk berramairamai memasuki masa depan. Dengan demikian semakin jelas bahwa visi adalah suatu gambaran yang jelas tentang apa yang ingin dicapai, berikut rincian dan instruksi tentang setiap langkah untuk mencapai tujuan. Solihin menjelaskan bahwa pernyataan visi yang baik dan ringkas yaitu; a). Menarik perhatian dan mudah diingat, b). Memberi inspirasi dan tantangan bagi prestasi dimasa mendatang, c). Dapat dipercaya dan konsisten, d). Berfungsi sebagai titik temu dengan semua stakeholders, e). Memungkinkan fleksibilitas dan kreativitas dalam pelaksanaannya. Bagi suatu organisasi visi memiliki peranan yang penting dalam menentukan arah kebijakan dan karakteristik organisasi tersebut. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan sebuah visi menurut Bryson antara lain:16 a. Visi harus dapat memberikan panduan/ arahan dan motivasi. b. Visi harus disebarkan dikalangan anggota organisasi (stakeholder) c. Visi harus digunakan untuk menyebarluaskan keputusan dan tindakan organisasi yang penting.
2. Misi Misi merupakan sebuah guidelines yang lebih pragmatis dan konkrit yang dapat dijadikan acuan pengembangan strategi dan aktivitas dalam lembaga atau organisasi. Secara umum misi adalah “alasan keberadaan”, misi sebagai deskripsi tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa. Sementara itu Pearce dan Robinson menyebutkan bahwa misi organisasi disebutkan sebagai tujuan fundamental dan unik yang menunjukkan perbedaan suatu organisasi dengan organisasi lain yang sejenis 16
John M, Brynson, Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2001), Hal. 213
dan mengidentifikasi cakupan organisasinya. Bertitik tolak dari pandangan tersebut misi adalah alasan bagi keberadaan sebuah organisasi, dalam hal ini yaitu alasan keberadaan sekolah, karena itu sekolah sebagai organisasi memiliki kebutuhan khusus untuk mengkomunikasikan misi dan mengartikulasikan tujuan, target dan ukuran yang menjadi dasar penilaian kinerjanya. Misi sekolah adalah aspirasi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekolah lainnya yang akan dijadikan elemen fundamental penyelenggaraan program sekolah dalam pandangan sekolah dengan alasan yang jelas dan konsisten dengan nilai-nilai sekolah. Menurut Akdon, misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang. 17 Jadi dapat disimpulkan bahwa misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan visi. Dalam operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil kompromi interpretasi visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian visi. Ada lima unsur penting yang tidak dapat dilupakan dalam merumuskan misi suatu organisasi, yaitu: a. Produk apa atau pelayanan apa yang akan ditawarkan. Apakah itu pendidikan anak-anak, pendidikan tinggi, dan lain-lain. b. Apakah produk atau layanan yang ditawarkan itu dapat memenuhi kebutuhan tertentu yang memang diperlukan dan bahkan dicari karena belum tersedia selama ini. c. Misi harus secara tegas menyatakan publik mana yang akan dilayani. d. Bagaimana kualitas barang atau pelayanan yang hendak ditawarkan. e. Aspirasi apa yang diinginkan dimasa yang akan datang. 18 Unsur-unsur misi tersebut selayaknya dinyatakan sebagai keyakinan untuk sungguh-sungguh dilaksanakan oleh organisasi, tidak hanya sebagai semboyan tanpa makna. Oleh karena banyak hal yang perlu diketahui oleh masyarakat yang dilayani, rumusan misi tidak dapat terdiri dari satu kalimat atau pernyataan singkat saja. 17
Ibid. Hal. 97
18
Ibid. David. Hal. 53
3. Tujuan dan Sasaran Lembaga Pendidikan a. Tujuan sekolah Penentuan tujuan merupakan langkah pertama dalam membuat perencanaan sehingga dalam pelaksanaannya nanti terarah sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Namun demikian, banyak individu/ organisasi yang salah kaprah dalam menentukan tujuan dengan cara membuat beberapa tujuan dalam sebuah perencanaan. Hal ini tentu akan membingungkan dan berakibat kurang maksimalnya hasil yang bisa dicapai. Tujuan strategik adalah kunci dari arah perubahan masa depan. Tujuan strategik mengarahkan pada apa yang hendak dikejar di waktu yang akan datang dalam kurun waktu cukup lama. Oleh sebab iitu, sering juga dikatakan bahwa tujuan strategik merupakan planning umbrella dalam mengintegrasikan usaha dari semua unit kerja dan anggota ke dalam suatu kegiatan menyeluruh dan menyatu dari suatu organisasi. Untuk itu tujuan strategik harus lebih tajam dari misi, tetapi cukup luas untuk dapat mendorong lahirnya kreativitas dan inovasi bagi semua unit kerja. Tujuan dibagi menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang: 1) Tujuan Jangka Pendek Pidarta (2005) menjelaskan tujuan jangka pendek adalah sebuah rencana capaian tujuan yang skala waktunya satu tahun. Tujuan jangka pendek ini merupakan penjabaran lanjutan dari visi dan misi sebagaimana telah di jelaskan.19 Tujuan jangka pendek merupakan turunan dari visi-misi yang isinya lebih spesifik. Dengan tujuan yang terjabarkan secara rinci ini tentu akan terlihat jelas tujuan-tujuan yang menjadi sasaran utamanya.
19
Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori, Dengan Pendidikan Sistem. (Jakarta:
Rineka Cipta. 2003). Hal. 29.
2) Tujuan Jangka Panjang Tujuan jangka panjang berkait erat dengan makro, sifatnya lebih umum, dan berorientasi waktu yang sangat panjang. Adapun rentang waktunya dari tujuan jangka panjang ini, menurut Pidarta yaitu minimal 10 tahun. Secara rinci Pidarta mengemukakan apabila dilihat dari ruang lingkupnya bahwa rencana atau tujuan jangka panjang mencakup tujuan pendidikan secara nasional, sedangkan tujuan jangka menengah meliputi wilayah tertentu, dan adapun tujuan jangka pendek hanya mencakup satuan atau jenis pendidikan. b. Sasaran Sekolah Sasaran adalah penjabaran tujuan, yaitu suatu yang dihasilkan/ dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibanding tujuan sekolah. Agar sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur, jelas kriterianya dan disertai indikator-indikator yang rincian dan mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah. Sasaran yang akan dicapai berdasarkan visi, misi dan tujuan di atas adalah meningkatkan mutu sekolah meliputi aspek-aspek kurikulum, sumber daya manusia (guru dan tenaga kependidikan), murud, proses pembelajaran, prasarana dan sarana, suasana akademik, keuangan, penelitian dan publikasi, pengabdian kepada masyarakat, tata pamong (governance), manajemen lembaga, sistem informasi dan kerja sama.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Proses manajemen strategik dan manajemen strategik dalam pendidikan dapat digambarkan sebagai pendekatan yang objektif, logis, dan sistematik untuk membuat keputusan besar dalam organisasi. Proses ini berusaha untuk mengelola informasi kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk yang memungkinkan keputusan yang efektif dapat diambil dalam kondisi yang tidak menentu. Perumusan dalam proses Manajemen Strategik ataupun dalam pendidikan dapat dilakukan
diantaranya termasuk mengembangkan visi, dan misi,
mengidentifikasi peluang, dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan, dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternative strategik, dan memilih srtategi tertentu yang akan dilaksanakan. Analisis SWOT dalam proses MSP bertujuan untuk memberikan gambaran hasil analisis keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman organisasi secara menyeluruh yang digunakan sebagai dasar atau landasan penyusunan Objectif dan strategik organisasi atau lembaga pendidikan dalam corporate planning. Formulasi merupakan pengembangan
rencana
jangka
panjang untuk
manajemen efektif dari peluang dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan
kelemahan
serangkaian proses
organisasi. Menurut Griffin Strategy yang
terlibat
dalam
penciptaan
formulation
adalah
atau penentuan
strategi
organisasi. Formulasi strategi dan sasaran lembaga pendidikan meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran lembaga pendidikan.
B. Saran Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan isi makalah tugas UAS saya ini, yang berjudul Proses Manajemen Strategik Pendidikan. Sehingga tugas UAS ini dapat bermanfat bagi kita yang membaca dan memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon. 2006. Strategic Managemen for Educational Management. Bandung: Alfabeta Cleland. 1979. Strategic Planning and Policy. New York: Van Nostrand Reinhold David. 2006. Manajemen Strategik : konsep terj. Ichsan Setiyo Budi. Jakarta: Salemba Empat Griffin. 2004. Komitmen Organisasi, Terjemahan. Jakarta: Erlangga Hadijaya, Yusuf. 2017.
Menyusun Strategi Berbuah Kinerja Pendidik Efektif.
Medan: Perdana Publishing http://www.google.co.id=perencanaan diakses pada tanggal 16 desember 2018 pukul 18:29 Hunger. 1993. Strategic Management. Massachusetts: Publishing Company John M, Brynson. 2001. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lubis. 1992. Pengantar Manajemen Strategik. Bandung: TP Pidarta, M. 2003. Perencanaan Pendidikan Partisipatori, Dengan Pendidikan Sistem.. Jakarta: Rineka Cipta Robsons. 1997. Strategic Management and InformationSystems. Harlow: Prentice Hall Salusus. 1996. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non profit. Jakarta: Gramedia Widiya Sarana Indonesia Slamet PH. 2006. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:2006 Syaiful. 2007. Desain organisasi Pendidikan Dalam Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Bandung: Uhamka Press
Makalah:
MANAJEMEN STRATEGI DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri Yang Diwajibkan Dalam Mengikuti Perkuliahan Manajemen Strategi Pendidikan
Oleh : Nama: Erna Julianti Batubara Nim: 0307161016 Jurusan/Sem: MPI-1/V
Dosen pembimbing: Dr. Fridiyanto.
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan InayahNya sehingga saya dapat menyusun laporan makalah ini tepat pada waktunya. Serta shalawat dan salam kami sampaikan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia dari kegelapan dan kejahiliyahan kepada alam yang penuh dengan kebudayaan dan peradaban serta beraqidah tauhid kepada Allah SWT. Penyusunan laporan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dan dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto, selaku dosen pembimbing mata Manajemen Strategi Pendidikan. Namun saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya dalam penulisan laporan makalah ini. Oleh karena itu, saya membuka bagi para pembaca yang ingin memberi saran atau kritik demi memperbaiki laporan makalah ini. Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga laporan makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2 C. Tujuan Makalah ..................................................................................... 2
BAB II:
PEMBAHASAN A. Pengertian lembaga pendidikan islam .......................................... ....... 3 B. Konsep manajemen strategi .......................................................... ....... 4 C. Strategi lembaga pendidikan islam ............................................... ...... 15 D. Analisis lingkungan.................................................................................16 E. Karakteristik Manajemen Strategik Penyelengaraan Pendidikan Islam....19
BAB III:
PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................... 20 B. Saran ..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 22
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia. Pertama, secara internal, bangsa Indonesia mengahadapi krisis multidimensional, persatuan bangsa yang merenggang, manajemen
demokratisasi pemerintahan,
pada dan
semua kualitas
aspek
kehidupan,
pendidikan
belum
desentralisasi menunjukkan
kemampuan kompetitif. Kedua, secara eksternal, bangsa Indonesia menghadapi tantangan pasar global, kemajuan teknologi yang menuntut pendidikan kompetitif dan inovatif, dannetworking tanpa batas. Agar bangsa Indonesia dapat survival, bahkan dapat tampil secara berarti dalam percaturan di tengah-tengah masyarakat dunia, kondisi tersebut di atas tidak harus dihindari, melainkan wajib dihadapi dengan semangat dan kemampuan yang tinggi oleh setiap warga dan segenap bangsa Indonesia. Upaya yang sangat strategi untuk menghadapinya adalah memantapkan sistem pendidikan nasional, dan menjamin terselenggaranya pendidikan nasional yang bertanggung jawab. Jika upaya pembenahan sistem pendidikan nasional dapat dilakukan secara sungguh-sungguh, maka diharapkan bangsa Indonesia mampu mengangkat martabat bangsa dan negara. Pendidikan merupakan komponen yang memiliki peranan yang strategis bagi bangsa Indonesia untuk dapat survive dalam persaingan dunia. Output dan outcome dari dunia pendidikan sangat diharapkan dapat mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Salah satu tujuan Bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinia keempat adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan usaha yang terencana dan terprogram dengan jelas dalam agenda pemerintah yang berupa penyelenggaraan pendidikan. Tujuan pendidikan Negara Indonesia yang tertuang dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan negara Dunia pendidikan – termasuk pendidikan Islam- merupakan salah satu bidang yang tidak dapat melepaskan diri dari tantangan ini. Dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan dan semakin beragamnya program yang ditawarkan, para pengelola pendidikan Islam dituntut untuk dapat berpacu dan berkompetisi secara fair memperebutkan pasar pendidikan yang semakin luas
B. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan penulis hadirkan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep dari manajemen strategik? 2. Bagaimanakah corak pendidikan Islam? 3. Bagaimanakah analisis lingkungan dalam manajemen strategik? 4. Bagaimana karakteristik
manajemen strategik dalam penyelenggaraan
pendidikan Islam? 5. Bagaimana strategi pendidikan islam di indonesia?
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian lembaga pendidikan islam Secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga mengandung dua arti, yaitu: 1) pengertian secara fisik, materil, kongkrit, dan 2) pengertian secara non-fisik, non-materil, dan abstrak.1 Dalam bahasa inggris, lembaga disebut institute (dalam pengertian fisik), yaitu sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, dan lembaga dalam pengertian non-fisik atau abstrak disebut institution, yaitu suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan. Lembaga dalam pengertian fisik disebut juga dengan bangunan, dan lembaga dalam pengertian nonfisik disebut dengan pranata.2 Secara terminologi, Amir Daiem mendefinisikan lembaga pendidikan dengan orang atau badan yang secara wajar mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan. Rumusan definisi yang dikemukakan Amir Daiem ini memberikan penekanan pada sikap tanggung jawab seseorang terhadap peserta didik, sehingga dalam realisasinya merupakan suatu keharusan yang wajar bukan merupakan keterpaksaan. Definisi lain tentang lembaga pendidikan adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peranan-peranan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan sangsi hukum, guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.3 Menurut Abd. Rahim Abd. Rashid (1999), sistem Pendidikan Islam telah digariskan dalam al-Qur an dan al-Sunnah mampu menyempurnakan keperluan akal manusia dan‟ memaksimumkan peranannya sebaik mungkin dalam membina modal insan dan menjadi pemangkin kemajuan negara. Ini bermakna, Falsafah Pengajaran Pendidikan Islam menawarkan pendekatan dan kaedah pengajaran dan 1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Cet ke.9, hlm. 277. Ibid 3 Ibid. hlm. 278 2
pembelajaran yang efektif sehingga mampu menghasilkan generasi yang berfikiran kritis, inovatif dan kreatif sebagai agen perubahan bangsa dan negara.Membentuk generasi yang berfikir merupakan asas untuk
membentuk
masyarakat madani (civil society). Masyarakat yang mampu berfikir mempunyai ruang untuk menyuarakan pendapat, pandangan dan kritikan bagi mempengaruhi proses membuat keputusan dan membaiki keadaan yang sihat dalam masyarakat. Falsafah Pendidikan Islam juga menekankan kepada pendekatan pengajaran guru yang menitikberatkan keseimbangan yang jitu antara keperluan rohaniah, akal dan jasmaniah, yaitu antara pembangunan duniawi dengan pembangunan ukhrawi (Ahmad Mohd Saleh, 2004). Falsafah Pendidikan Islam menganggap bahawa setiap pembangunan akhlak individu yang selari dengan pandangan hidup Islam adalah teras kepada pembangunan manusia seluruhnya. Memetik kenyataan Abdul Ghani oleh Ahmad Mohd Saleh dalam Pendidikan 5Islam, Falsafah, Sejarah dan Kaedah Pengajaran Pembelajaran, menegaskan bahawa Pendidikan Islam perlu menggunakan satu pendekatan pengajaran yang bersifat terbuka dalam menerima pendapat dan pandangan orang lain (Ahmad Mohd Saleh , 2004).
B. Konsep manajemen strategi “Strategi” berasal dari bahasa latin, “stratos (pasukan) dan “agein” (memimpin). Strategi menjawab pertanyaan mengenai, apa yang ingin kita lakukan, organisasi seperti apa yang kita inginkan, dan kemana organisasi akan menuju. Manajemen strategik menurut pendapat Blocher dan Lin (1999) adalah “The Development of a sustainable competitive posisition in which the firm‟s competitive provides continued success.” Sedangkan menurut
Yuwono dan
Ikhsan (2004:11) biasanya dihubungkan dengan pendekatan manajemen yang integratif, mengedepankan secara bersama-sama seluruh elemen seperti planning, implementating, dan controlling dari strategi.4 Selanjutnya,
menurut Ansoff,
manajemen strategik adalah, “ A Systematic approach to major and increasingly important responsibility of general management: to position and relate the firm to 4
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, h. 128.
its environment”.
Ia berpendapat, manajemen strategik adalah pendekatan
sistematis bagi tanggung jawab manajemen,
mengkondisikan organisasi
ke
posisi yang dipastikan mencapai tujuan dengan cara yang akan meyakinkan keberhasilan keberlanjutan, dan membuat
sekolah menjamin
format yang
mengejutkan. Dengan demikian, manajemen strategik adalah pengembilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh secara sistematis, disertai penetapan cara pelaksanaannya, dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan kepada seluruh jajaran di dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, manajemen menggunakan konsep strategik lebih mengefektifkan pengalokasian sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini berarti menentukan tujuan strategik berarti memformulasikan hasil-hasil yang diharapkan dicapai secara menyeluruh selama satu periode. Proses
yang
berperan
penting
dalam
menentukan
tujuan
strategik
dikembangkan oleh berbagai macam konfiguarsi kekuatan dari dalam dan luar. Seperti kepala sekolah, guru, asosiasi guru, stakeholders, peserta didik, orang tua peserta didik, suplier kebutuhan sekolah, pemerintah pusat dan propinsi, pemerintah kabupaten/ kota kemudian kelompok-kelompok sosial yang menaruh perhatian terhadap program sekolah. Menurut Ansoff (1990) pendekatan manajemen strategik adalah menganalisis bagian-bagian yang disebut “formulasi strategi. Proses perencanaan strategi, yakni
ini disebut juhga
para manajer dalam merumuskan strategi secara
bersama-sama. Berikut pendekatan strategis tersebut: 1.
Memosisikan sekolah melalui perusahaan strategi perencanaan kemampuan (positioning of the firm through strategy and capability planning). Sekolah menyusun perencanaan
memosisikan diri sesuai kemampuan dan
potensi yang dimiliki, dengan upaya mengoptimalkan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan.
2. Real-time tanggapan isu-isu strategis yang dikeluarkan manajemen (real-time strategic response through issue management of resistance during strategic implementation). Mampu merespon isu-isu strategis seperti manajemen berbasis sekolah, kurikulum 2013, pengajaran
kontekstual, dan sebagainya
dalam sekolah
untuk meningkatkan mutu. 3. Manajemen yang sistematis selama implementasi (systematic management of resistance during strategic implementation). Menekankan objektivitas, ilmiah, dan sistematis selama implementasi strategis, strategi sekolah disusun berdasarkan prinsip-prinsip objektivitas, ilmiah, dan sistematis buka berdasar kehendak pribadi kepala sekolah, tetapi kehendak bersama mengakomodasi kebutuhan publik.5 Ansoff (1992) menerjemahkan manajemen strategik disebut juga dengan keputusan partisipatif.
Hal ini menurut
Pearce dan Robinson (1991:9)
manajemen strategik memilki keuntungan: 1. Kegiatan formulasi strategi akan memperkuat perusahaan dalam menghindari masalah. 2. Keputusan
strategik
berdasarkan
kelompok
niscaya merupakan
keputusan alternatif terbaik. 3. Keterlibatan pegawai dalam memformulasikan keputusan
akan
meningkatkan pehamanan mereka dan meningkatkan motivasi dalam bekerja. 4. Gap dan tumpang tindih kegiatan akan terkurangi karena partisipasi dalam memformulasikan strategi akan turut mengklarifikasi berbagai perbedaan. 5. Resistensi (resistance) terhadap perubahan akan terkurangi.6
5 6
Ibid., h. 129. Ibid., h. 130.
Sedangkan menurut Yusanto dan
Widjajakusuma (2003) , berikut alasan
organisasi menggunakan manajemen strategik: 1. Fokus manajemen. Memberikan penekanan pada upaya prediksi lingkungan yang dinamis serta pertimbangan-pertimbangan eksternal dalam merumuskan dan mengimplementasikan rencana organisasi. 2. Cakupan proses. Memiliki cakupan proses manajemen berskala besar dan luas. Luasnya cakupan proses ini membawa organisasi pada tingkat yang lebih tepat dalam penentuan misi & tujuan organisasi dalam konteks keberadaannya di lingkungan eksternal dan internal. 3. Membangkitkan kesadaran bersama. Memberikan sekumpulan keputusan dan tindakan strategik untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. 4. Menghubungkan peran faktor-faktor kunci orgnisasi. Sebagai proses manajemen atas fungsi keputusan-keputusan para manajer, manajemen strategis menghubungkan 3 faktor kunci: lingkungan, sumberdaya serta harapan & tujuan stakeholders. 5. Proses perkembangan. Hingga saat ini, manajemen strategis dapat ditatat sebagai puncak penyempurnaan paling penting dalam proses manajemen yang terjadi sejak tahunn 1970-an.7 Dalam hal partisipatif ini, Robbinson menekankan perlunya keterbukaan bagi pemimpin. Namun dalam manajemen tradisional, keterbukaan mendatangkan masalah, karena pemimpin belum siap untuk keterbukaan.
dapat menerima
Keterbukaan mengarahkan manajemen pada pembuatan keputusan
yang partisipatif. Keputusan partisipatif memiliki keuntungan yaitu memperkuat kemampuan sekolah menghindari masalah yang tidak perlu. Model manajemen strategik menurut Sharplin (1985:9) memerlukan dua fase besar dimana masing-masing memiliki tahapan: 1. Strategy formulation, mencakup
tahapan
penetapan
misi organisasi,
assessment lingkungan, menetapkan arah dan sasaran, dan menentukan strategi. 7
Yusanto dan Widjajakusuma, dalam Manajemen Strategik Pendidikan, www.upi.edu, diakses tanggal 9 Juni 2014.
2. Strategy Implementation, terdiri dari menggerakkan strategi, melakukan evaluasi strategik, dan kontrol strategik.8 Dalam tahapan manajemen strategis selain perumusan dan implementasi juga ada
pengendalian dan evaluasi. Tahap pengendalian dan evaluasi pimpinan
melakukan pengawasan dalam rangka mendorong kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Pimpinan juga perlu mengetahui atau memonitor kemajuan kegiatan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil monitoring itu, jika diperlukan maka semua strategi yang telah diterapkan dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu a) meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi sekarang, b) mengukur prestasi, dan c) mengambil tindakan korektif. Sejalan dengan hal itu, Melcher dkk mengemukakan unsur strategik
yang
meliputi: 1. Scope, batasan dimana sebuah organisasi bergerak, mencakup penetapan yang akan dihasilkan, pelanggan yang harus dilayani, lokasi tempat beroperasi, dan keseluruhan faktor kompetitif bagi organisasi. Top manajemen menetapkan skop sebagai bagian dari formulasi strategi. 2. Specifications, standar untuk mengukur posisi strategis sebuah organisasi saat ini. Secara ringkas spesifikasi memberikan jawaban tuntas dari pertanyaan: “Bagaimana kita menyelesaikan” dan “Bagaimana kita dapat melakukannya di masa yang akan datang”. 3. Deployment, adalah penyiapan alokasi dana, fasilitas, peralatan, dan sumberdaya manusia dalam sebuah organisasi.9 Langkah-langkah Strategi: Dalam hal-hal formulasi strategis seperti yang dikemukakan oleh Sharplin (1985: 48) langkah-langkah formulasi strategi (Strategy formulation) yakni:
8 9
Ibid., h. 131. Ibid., h. 131.
1. Menetapkan misi suatu organisasi yang utuh dengan melibatkan pemilik, pelanggan, dan pegawai sebagai konstituen organisasi.10 2. Melakukan
assessment
lingkungan
eksternal
organisasi
dengan
memperhatikan kondisi yang sedang terjadi dan kemungkinan perubahan yang akan terjadi, termasuk juga perkembangan dan kemampuan organisasi serupa. 3. Menetapkan arah dan sasaran organisasi. Maksudnya, mempertegas arah dan sasaran organisasi. Arah dan sasaran hendaknya bersifat menentang dan dapat diraih. Oleh sebab itu, penentuan sasaran hendaknya spesifik, dapat dihitung, terukur, dan sasaran yang telah ditetepkan maupun arah yang teleh ditentukan perlusegera dipilih strategi apa yang hendak dipakai. Sedangkan langkah-langkah fase Implementation),
implementasi strategik (Strategy
adalah melakukan evaluasi strategik, dan mengontrol atau
pengawasan strategik. 1. Penggerakan strategik dapat didinamiskan dengan memperhatikan struktur, kebijakan, dan komitmen sumberdaya. Lebih lengkapnya dalam strategi ini adalah memperhatikan penempatan dalam struktur organisasi,
aplikasi
motivasi menjadi menjadi kegiatan strategik, penggunaan dasar-dasar kekuatan dan politik. 2. Evaluasi strategik dengan penuh kedisiplinan untuk memastikan apakah implementasi sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati. Tujuan utamanya ini adalah untuk memotinoring dan mengevaluasi perkembangan organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran dengan standar tertentu. 3. Melakukan kontrol strategi sebagai langkah sesuai yang terkait langsung dengan evaluasi dengan maksud memberikan koreksi atau bimbingan, hasil dari koreksi itu dapat diambil kebijakan selanjutnya.11 Corak Penyelenggaraan Pendidikan Islam Lembaga Penididikan Agama yang akan penulis sajikan di sini hanya terbatas pada sekolah formal dan non formal atau bahkan IAIN/ UIN. Lembaga 10
Dalam hal ini, berbicara misi juga harus melihat kemampuan dan keadaan internal organisasi. 11 Ibid., h. 132.
pendidikan ini nantinya akan mendidik dan memproduksi tenaga-tenaga pendidik untuk mengajar di lembaga pendidikan ataupun pemikir-pemikir Islam. Penyelenggaraan pendidikan Islam tentu tak bisa dilepaskan dari beberapa asas yang menjadi landasan: 1) normatif-teologis, 2) filosofis , 3) historik, 4) sosiologi. 1. Landasan Normatif-Teologis Dilihat dari aspek ini, dokrin Islam pada dasarnya mengajarkan kepada pemeluknya untuk memasuki Islam secara kaffah (meyeluruh), sebagai lawan dari ber-Islam yang parsial (Q.S. Al-Baqarah: 208). Islam kaffah mengadung konsep terwadahinya berbagai aspek kehidupan dalam Islam. Bahkan Nabi Muhammad pun tiada lain hanyalah sebagai rahmat bagi sekalian alam.12 “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Annbiya: 107) Ajaran tersebut mengandung makna bahwa setiap muslim dituntut menjadi aktor beragama yang loyal, concern, dan commitment dalam menjaga dan memelihara nilai-nilai Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Serta bersedia dan berdedikasi sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan bidang keahliannya masing-masing dalam perspektif Islam.13 Dengan demikian, keberadaan penyelenggaraan Pendidikan Islam akan menjadi sarana, media dalam penyaluran visi tersebut di samping berimplikasi pada peningkatan kualitas iman, taqwa, bahkan iman (leader) bagi orang yang bertaqwa.
14
(Q.S. Al-Furqan 25: 74). Taqwa ini terwujud dalam dua sikap, itba‟
syari‟at Allah (mengikuti fundamental doctrin dan fundamantal values terkandung dalam Alquran dan sunnah Rasulullah) serta (mengikuti aturan-aturan
(yang
itba‟ sunnatillah
atau hukum-hukum Allah yang berlaku di alam
semesta).15
12
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Pelajar, 2003, h. 245 et seq. 13 Ibid., h. 246. 14 Ibid. 15 Ibid.
2. Landasan Filisofis Dilihat dari asepek filosofis, jika paradigma pendidikan Islam adalah upaya pengembangan pandangan hidup Islami, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dimanifestasikan dalam keterampilan hidup sehari-hari, maka perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan bertolak pada
pandangan teosentris , dimana
konsep antoposentris merupakan bagian esensial dari teosentris. Karena itu proses dan produk pencarian, penelitian dan eksistensi, serta pemanfaatan dalam kehidupan, merupakan realisasi dari misi kekhalifahan dan pengabdiannya kepada Allah di dunia dalam mencari ridla-Nya dalam kehidupan ukhrawi.16 Pandangan seperti itu akan berimplikasi pada model kurikulum atau program pendidikan dan proses belajar-mengajar yang dikembangkan. menekankan pada
Tidak hanya
penguasaan ilmu agama Islam tetapi juga menekankan
bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi
serta seni menerangkan berbagai
problem yang dihadapi kaum muslimin dalam kehidupan keseharian.17 3. Landasan Historis Dilihat dari aspek historis, secara garis besar sejarah Islam menurut Harun Nasution (1995), dapat dibagi menjadi tiga periode. 1) periode klasik (650-1250 M), 2) periode pertengahan (1250-1800 M), 3) periode modern (1800-sekarang). Dalam realitas sejarahnya, periode klasik menggambarkan kejayaan, keemasan, dan kemajuan dunia Islam. Periode pertengahan menggambarkan kemunduran, sedangkan periode modern menggambarkan masa kebangkitan dunia Islam.18 Dengan menyimak pengalaman historis tersebut, maka pengembangan berbagai program studi dan kurikulum dalam penyelenggaraan pendidikan Islam berusaha dan menangkap ibrah serta pengembangan nilai-nilai, sikap dan cara berpikir dan berperilaku ulama (ilmuwan) pada periode klasik tersebut. Maka dengan demikian, ujung tombak dari perencanaan strategik dalam penyelenggaraan pendidikan Islam yang diwujudkan melalui renstra pun, sudah semestinya bertolak pada visi tersebut. 16
Ibid., h. 247. Ibid., h. 249. 18 Ibid., h. 249 et seqq. 17
Dimana penyelenggaraan pendidikan
Islam ataupun rencana strategik yang disusun dapat termuat dalam organisasi perangkat pendidikan (ada kurikulum dll), sehingga diharapkan mampu menghasilkan ulama yang bersikap rasional dan profesional, berpandangan luas, berbudi pekerti luhur, pengetahuannya tidak terbatas pada “ilmu keagamaan” saja tetapi
juga mencakup ilmu pengetahuan umum, serta mampu berdiri sendiri
(mandiri).19 4. Sosiologis Sebagai contoh adalah penyelenggaraaan pendidikan Islam di sekolah/ madrasah. Sebagai sekolah umum yang bercirikan khas Islam, maka madrasah dituntut untuk memilki kualifikasi yang sama dengan sekolah umum baik dari segi tenaga kependidikannya, kurikulum, dan sebaginya. 20 Sebagai sekolah yang berciri khas Islam maka madrasah mengembangkan: 1) mata pelajaran keagamaan yang dijabarkan dari pendidikan agama Islam, yaitu: Al-Quaran, Hadits, Akidah, Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab, dan 2) suasana keagamaan yang berupa: suasana kehidupan madrasah yang agamis, adanya sarana ibadah, penggunaan metode pendekatan yang agamis, kualifikasi guru yang harus beragama Islam dan berakhlak mulia. Dengan demikian, madrasah sebenarnya hendak memenuhi tiga komponen, 1) sebagai wahana untuk membina ruh, 2) memperkokoh keberadaan Madrasah sederajat dengan sistem sekolah, 3) berusaha merespon tuntutan masa depan.21 Arah kebijakan Pendidikan Islam mengacu pada arah kebijakan Kementerian Agama Bidang Pendidikan 2015-2019 adalah: 1. Meningkatkan akses dan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD) diarahkan pada upaya: a. Peningkatan dana operasional sekolah berupa BOS untuk RA; b. Penyediaan ruang kelas pendidikan RA yang berkualitas; c. Penyediaan peralatan dan perlengkapan pendidikan RA yang berkualitas; dan 19
Ibid., h. 251. Ibid., h. 252. 21 Ibid., h. 253. 20
d.
Pengembangan
kurikulum
yang
disertai
dengan
pelatihan,
pendampingan dan penyediaan buku pendidikan yang berkualitas sesuai kurikulum pendidikan anak usia dini yang berlaku. 2. Meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar-menengah (wajib belajar 12 tahun) yang meliputi: a. Memperluas akses masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan. b.
Meningkatkan
penyediaan
sarana
prasarana
pendidikan
yang
berkualitas. c. Meningkatkan mutu peserta didik. d. Meningkatkan jaminan mutu kelembagaan pendidikan. e. Meningkatkan kurikulum dan pelaksanaannya. f. Meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan. 3. Meningkatkan akses, mutu dan relevansi pendidikan tinggi keagamaan meliputi: a. Meningkatkan akses pendidikan tinggi keagamaan. b. Meningkatkan kualitas layanan pendidikan tinggi keagamaan. c.Meningkatkan mutu dosen dan tenaga kependidikan perguruan tinggi keagamaan. d. Meningkatkan kualitas hasil penelitian/riset dan inovasi perguruan tinggi keagamaan. 4. Meningkatkan layanan pendidikan keagamaan yang berkualitas meliputi: a. Peningkatan akses pendidikan keagamaan. b. Peningkatan mutu sarana prasarana pendidikan keagamaan. c. Peningkatan mutu peserta didik pendidikan keagamaan. d. Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan keagamaan. e. Peningkatan penjaminan mutu kelembagaan pendidikan keagamaan.
f. Peningkatan kualitas pembelajaran keagamaan yang moderat pada pendidikan keagamaan. 5. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada satuan pendidikan umum untuk memperkuat pemahaman dan pengamalan untuk membina akhlak mulia dan budi pekerti luhur meliputi: a. Peningkatan mutu dan pemerataan guru pendidikan agama. b. Peningkatkan mutu dan pemahaman siswa terhadap pendidikan agama. c. Peningkatan mutu kelembagaan pendidikan agama. 6. Meningkatkan tata kelola pendidikan agama diarahkan pada upaya: a. Penguatan struktur dan tata organisasi pengelola pendidikan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan pada semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan; b. Penguatan lembaga penelitian kebijakan pendidikan dan jaringannya agar dapat menghasilkan kajian-kajian kebijakan dalam pengembangan norma, standar, prosedur, dan kriteria pembangunan pendidikan yang inovatif; c. Penguatan penyusunan dan penyelarasan peraturan yang menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan yang merata, berkeadilan dan bermutu; d. Penguatan sistem informasi pendidikan melalui penguatan kelembagaan dan kapasitas pengelola sistem informasi; e. Peningkatan komitmen pengembil kebijakan dalam penyediaan data dan informasi pendidikan sehingga pengumpulan data dan informasi dapat dilakukan dengan lebih baik; f. Penyelarasan peraturan yang memungkinkan pemanfaatan sumberdaya keuangan untuk pembiayaan semua jenis satuan pendidikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah; g. Penguatan kapasitas pengelola pendidikan untuk dapat berperan secara maksimal dalam pengelolaan satuan pendidikan secara transparan dan akuntabel; dan
h. Peningkatan partisipasi seluruh pemangku kepentingan pembangunan pendidikan
untuk
penyelenggaraan memberikan
memperbaiki
pendidikan
dukungan
bagi
di
efektivitas tingkat
satuan
satuan
pendidikan
dan
akuntabilitas
pendidikan untuk
dalam
pelayanan
pendidikan.
C. Strategi Lembaga Pendidikan Islam Webster‟s New Word Dictionary mendefinisikan strategi sebagai “science of planning and directing larges calemilitary operation skill in managing or planning”. Yaitu strategi merupakan suatu ilmu tentang perencanaan dan pengarahan keterampilan operasi militer pada skala besar dalam mengatur dan merencanakan. Khususnya digunakan oleh militer, atau dalam bahasa yunani disebut Strateagem, yang berarti memimpin tentara.22 Strategi berasal dari bahasa Yunani stratogos yang artinya ilmu para jenderal untuk memenangkan suatu pertempuran dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Pengertian atau defenisi Manajemen strategi dalam khasanahliteratur ilmu manajemen memiliki cakupan yang luas, dan tidak ada suatu pengertian yang dianggap baku. Itulah sebabnya defenisi manajemen strategi berkembang luas tergantung pemahaman ataupun penafsiran seseorang. Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
22
50
Agus Maimun dan agus zaenul fitri, madrasah unggula, ( malang: uin-maliki press), 2010, hlm
Berdasarkan beberapa pandangan di atas, maka strategi pengembangan lembaga pendidikan Islam harus tetap mengacu pada target serta tujuan dan nilainilai kependidikan Islam yang sedang berkembang. Di satu pihak pendidikan Islam tidak boleh apriori terhadap trend pendidikan yang dibawa oleh proses globalisasi, tetapi di pihak lain pendidikan Islam harus tetap tegar dengan karakteristik khas yang dimilikinya sebagai bumper kehidupan masyarakat dari persoalan-persoalan moral dan spiritual. Untuk mewujudkan hal itu, penulis menawarkan empat jenis strategi sebagaimana dikemukakan oleh Sirozi yaitu strategi substantive, bottom-up ,deregulatory ,dan cooperative. Sebagai bagian integral dari penerapan strategi bottom-up, lembaga pendidikan Islam perlu secara sungguh-sungguh berupaya mengembangkan konsep communitybasededucation (pendidikan
berbasis
masyarakat)
serta
mempercepat proses pembentukan dan pemberdayaan komite sekolah atau majelis madrasah atau POM (persatuan orangtua mahasiswa). Lembaga-lembaga pendukung ini, perlu dibentuk melalui cara-cara yang demokratis, agar benarbenar menjadi badan independen dan fungsional, bukan sekedar perpanjangan tangan pimpinan lembaga pendidikan.
D. Analisis Lingkungan Analisis lingkungan, analisis SWOT, analisis stakeholder dalam tujuan dan harapan merupakan faktor-faktor kunci dari manajemen strategis, maksudnya ia merupakan faktor pembuka yang berperan pertama kali dari proses-proses manajemen strategi selanjutnya. Analisis lingkungan adalah penilaian lingkungan secara menyeluruh dan akurat, baik lingkungan eksternal maupun internal. Analisis lingkungan eksternal memiliki beberapa tahapan, 1. Scanning, memepelajari seluruh segmen dalam lingkungan pendidikan pada rencana penyelenggaraan Pendidikan Islam. 2. Monitoring, mengamati perubahan.
3. Forecasting, melakukan prediksi.23 4. Assessing, menentukan pengaruh perubahan lingkungan. Analisis
eksternal ini memiliki cakupan analisis terhadap kondisi yang
melingkupi organisasi: politik, ekonomi, sosbud, teknologi, cakupan geografis & konstelasi industri. Selanjutnya, analisis faktor-faktor lingkungan, terutama lingkungan internal harus memalui
tahapan fungsional, yakni pendekatan kesiswaan, keuangan,
pendidikan, dan pengajaran, serta sumberdaya manusia. Pendekatan tersebut diwujudkan dalam: 1. manajemen sumber daya manusia. 2. manajemen kerumahtanggaan termasuk keuangan. 3. Manajemen pendidikan dan pengajaran 4. Manajemen komunikasi/ sosialisasi 5. Manajemen pelayanan 6. Manajemen administrasi 7. Manajemen sistem informasi 8. Penelitian dan pengembangan. Dalam pelaksanaan analisis lingkungan internal tersebut, diperlukan pula teknik rantai nilai, yaitu melalui tahapan: 1. Aktivitas utama (primary avtivities). Yakni aktivitas yang terlibat dalam penciptaan phisik, program pengajaran, program kegiatan, dan lain-lain. 2. Aktivitas pendukung (supporting activities). Yakni aktivitas pelengkap dari aktivitas utama. Yakni keberadaan SDM, teknologi, dukungan administrasi,dan lain-lain. Tujuan dari teknik rantai nilai ini adalah mengupayakan langkah-langkah yang dilakukan dapat dilakukan dengan memilih aktivitas yang memilki biaya terendah dan dapat mengubah nilai. Hasil dari analisi lingkungan internal dan eksternal ini dapat dilihat dari: 23
Ibid., loc.cit.
1. Melalui proses mempelajari lingkungan eksternal, lembaga pendidikan mengidentifikasi apa yang mungkin mereka pilih untuk dikerjakan. 2. Melalui proses mempelajari lingkungan internal, lembaga pendidikan Islam dapat menentukan apa yang bisa mereka kerjakan. 24 Salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal adalah analisis SWOT. Analisis ini menyediakan
para pengambil keputusan organisasi akan
informasi yang dapat menyediakan dasar dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Jika keputusan tersebut diterapkan secara efektif, maka akan memungkinkan sekolah mencapai tujuannya.25 Boseman, at al (1989) menyebutkan: 1. Kekuatan adalah kemampuan internal sebuah organisasi yang memajukan tujuan organisasi. 2. Kelemahan adalah kebalikan, mereka membatasi penyelesaian tujuantujuan organisasi. 3. Peluang adalah keadaan, kejadian atau situasi eksternal yang menawarkan perubahan organisasi untuk mencapai atau melampaui tujuannya. 4. Tantangan atau hambatan adalah lawan dari peluang. Hambatan adalah kekuatan, faktor-faktor atau situasi eksternal yang mungkin secara potensial
menciptakan
masalah,
kerusakan
organisasi,
atau
membahayakan kemampuan unt mencapai tujuan. Dengan demikian,
analisis SWOT dalam hal ini adalah indentifikasi
beberapa faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan
dapat
meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Selanjutnya hal yang tidak kalah pentingnya dalam analisis lingkungan adalah analisis stakeholder. Analisis ini merupakan instrumen yang sangat penting untuk memahami konteks sosial dan kelembagaan dari satu kegiatan program/ proyek. 24
Ibid. Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,... h.141
25
Instrumen ini digunakan untuk mengidentifikasi minat, kepentingan, dan pengaruh para stakeholder terhadap kegiatan program / proyek yang sedang berjalan.
E. Karakteristik Manajemen Strategik Penyelengaraan Pendidikan Islam Berdasarkan uraian
mengenai konsep manajemen strategik
di
atas
disimpulkan karakteristik manajemen strategik adalah: 1. Manajemen strategik diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar, dalam arti mencakup kepentingan seluruh komponen organisasi. Hasil rumusan rencana ini biasanya dituangkan dalam bentuk rencanarencana organisasi secara hierarkis, yakni: rencana strategis (renstra), rencana operasional (renop), program, dan kegiatan. 2. Rencana strategik berorientasi ke masa depan (misal 10 tahun ke atas), 3. Visi dan misi organisasi menjadi acuan dalam penyusunan rencana strategis. 4. Adanya keterlibatan pimpinan puncak dalam penyusunan rencana strategis. 5. Hasil rumusan rencana strategis diimplementasikan melalui fungsi manajemen. Di dalam strategic planning terdapat proses memutuskan bagaimana menempatkan strategi-strategi ke dalam praktek.
Maka sebelum itu, strategi-
strategi pun harus dirumuskan berdasar visi-misi, identifikasi kebutuhan, identifikasi pilihan-pilihan kebijakan mendasar, analisis kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunitie) yang ada dalam analisi SWOT, hingga mengidentifikasi minat, kepentingan, dan pengaruh para stakeholder terhadap kegiatan program / proyek yang sedang berjalan. Baru kemudian, setelah pertimbangan tersebut, strategi planning yang tujuannya agar organisasi mampu melihat secara objektif kondisi
internal
eksternal
dapat
terlaksana.
mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.
Sehingga
organisasi
dapat
Pada dasarnya penyelenggaraan pendidikan Islam dalam praktek manajemen strategis ini memiliki konsep yang sama. Hanya saja dalam perumusan vbisi, misi, maupun
analisis
lingkungannya,
tentu
dibedakan.
Jika
penyelenggaraan
pendidikan umum sasaran stakeholdernya lebih pada masyarakat secara luas, maka sasaran stakeholder penyelenggaraan pendidikan Islam lebih pada masyarakat muslim. Namun tidak menutup kemungkinan filantropi dari nonmuslimpun juga turut berbaur dalam sumbangsih pendidikan, terutama masalah finansial.
BAB III SIMPULAN Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal vital dan berkesinambungan bagi suatu organisasi. Konsep manajemen strategik digunakan di dunia pendidikan untuk lebih mengefektifkan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Penetapan arah, tujuan dan strategi lembaga pendidikan Islam sangat diperlukan agar lembaga pendidikan tersebut dapat meningkat pesat dari sisi kualitas sehingga memiliki banyak peminat dan dapat survive di dalam era globalisasi ini. Penetapan arah ,tujuan lembaga mengikuti arah kebijakan pendidikan nasional pada umumnya maupun kebijakan Islam terkhusus. Penetapan arah, tujuan lembaga pendidikan Islam merupakan suatu pedoman dalam pengembangan dan pengelolaan lembaga pendidikan Islam tersebut di kancah persaingan sumber daya manusia senagaioutcome dari lembaga pendidikan yang semakin kompetitip. Selain arah, dan tujuan lembaga pendidikan yang harus ditetapkan diperlukan juga strategi untuk mencapai arah dan tujuan yang telah ditetapkan. Seorang visioner dari lembaga pendidikan harus memiliki grand desain proyek jangka pendek dan jangka panjang dari lembaga yang dipimpinnya. Untuk mencapai semua hal itu diperlukan kerja sama dari semua pihak termasuk dukungan dana dari pemerintah demi majunya sebuah lembaga.
DAFTAR PUSTAKA
Ali imron, perencanaan Sekolah, dalam Burhanuddin, dkk (Ed), 2002. Menejemen Pendidikan, Wacana, Proses dan Aplikasinya di sekolah. Malang: UIN PRESS, 2007 Agus Maimun dan agus zaenul fitri, Madrasah Unggulan, (Malang: UinMaliki Press), 2010 Muhammad, Suwarsono, Manajemen Strategik Konsep dan Kasus, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2002. Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Malang: Erlangga, 2008. Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011. Yusanto dan Widjajakusuma, dalam Manajemen Strategik Pendidikan, www.upi.edu, diakses tanggal 9 Juni 2014. Hamied, F.A. dan Syihabuddin (ed.). (2008). Pendidikan di Indonesia: Masalah
dan
Solusi.
Jakarta:
Kementerian
Koordinator
Bidang
Kesejahteraan Rakyat. Departemen Agama R.I. (2008) Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. Edward Sallis, Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu Pendidikan, Yogyakarta: Ircisod, 2008. Fauzi, Imron, Manajemen Pendidikan ala Rasulullah, ArRuzz Media. Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendiidkan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2008. Moh
Sholeh, Manajemen Strategi www.mohsholeh.blogspot.com.
dalam
Pendidikan
Islam,
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pelajar, 2003.
Pustaka
MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN
“Keunggulan Manajemen Strategi Pendidikan” DOSEN PENGAMPU : Dr. Fridiyanto. M.Pd
DISUSUN OLEH:
NAMA
: HAIRUL HANAFI PURBA
KELAS
: MPI-01
NIM
: 0307161017
JURUSAN
: MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA 2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................i KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1 B. Rumusan masalah................................................................................................... 2 C. Tujuan ................................................................................................................... 2 D. Manfaat .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3 A. Manajemen Strategi ............................................................................................... 3 B. Manajemen Strategi Pendidikan ............................................................................ 7 C. Keunggulan Manajemen Strategi ........................................................................... 9 BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 10 KESIMPULAN ................................................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita karunia yang begitu besar sehingga dengan karunianya pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat beriringkan salam kita hadiahkan kepada nabi kita yaitu Rasulullah SAW yang telah menghantarkan kita kezaman yang telah diterangi dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, semoga kita senantiasa menjadi umatnya yang setia, yang dapat mewarisi dan mengamalkan setiap ajarannya. Aamiin. Adapun tujuan saya dari menulis makalah ini yang berjudul “keunggulan manajemen strategi pendidikan” adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah dari dosen pengampu saya pada mata kuliah manajemen strategi pendidikan. Selain itu juga untuk memberi pemahaman kepada para pembaca. Semoga apa yang saya tulis ini bisa memberi manfaat bagi para pembaca. Dan saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah mendukung dan mendoakan saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, walaupun masih banyak yang perlu diperbaiki. Sekiranya jika ada kesalahan dari makalah saya, saya mohon untuk memberikan kritik dan sarannya, karna kritik dan saran dari kalian sungguh berarti buat saya dalam memperbaiki makalah yang lebih baik.
Medan, Desember 2018
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan secara sadar atau tidak kini tengah bergerak menjadi satu pasar dunia, suatu pasar yang efisien dan transparan, yang mencakup daerah-daerah yang tak terbatas. Globalisasi mau tidak mau akan menjadi trend dari setiap organisasi baik organisasi usaha, sosial maupun organisasi pendidikan. Negara yang tidak mau dalam pengefisienan dan pentransparanan tersebut akan ketinggalan karena dinamisnya perubahan.
Dalam
bidang
ekonomi
khususnya
di
lingkungan
bisnis
yang
mengembangkan manajemen secara teoritis dan praktis. Manajemen Strategi telah cukup lama dikenal dan dikembangkan. Berbeda dengan di lingkungan organisasi non profit, khususnya bidang pendidikan, kehadiran Manajemen Strategi pada dasarnya merupakan suatu paradigma baru. Sebagai paradigma baru, jika diimplementasikan pada lingkungan organisasi pendidikan, tidak mungkin dilakukan sebagai kegiatan pengambilalihan seluruh kegiatannya sebagaimana dilaksanakan di lingkungan organisasi profit (bisnis), karena kedua organisasi tersebut satu dengan yang lain berbeda dalam banyak aspek, terutama dari segi filsafat yang mendasarinya dan tujuan yang hendak dicapai. Pengimplementasian Manajemen Strategi di lingkungan organisasi bidang bisnis didasari oleh falsafah yang berisi nilai – nilai persaingan bebas antar organisasi bisnis sejenis, melalui pendayagunaan semua sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang bersifat strategi. Keunggulan Perencanaan Strategis:
Memberikan Pedoman Yang Konsisten Bagi Kegiatan-Kegiatan Organisasi.
Membantu Para Manajer Dalam Membuat Keputusan (Memberikan Banyak Informasi).
Meminimumkan Kesalahan, Karena Tujuan Atau Sasaran Dan Strategi Dirumuskan Dengan Cermat.
B. Rumusan Masalah 1. Apa manajemen strategi pendidikan? 2. Apa keunggulan manajemen strategi pendidikan?
C. Tujuan Penelitian 1. supaya pembaca bisa mengetahui manajemen strategi pendidikan. 2. supaya pembaca bisa mengetahui keunggulan dari suatu manajemen strategi pendidikan.
D. Manfaat Penelitian Secara terperinci manfaat utama penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Secara umum makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan manajemen trategi dalam pendidikan pada sekolah ini, baik dari segi kualitas seorang guru dalam mengajar dan kualitas sarana dan prasarananya. 2. Manfaat praktis a. bagi pembaca bisa mengimplementasi suatu trategi pendidikan. b. bagi pembaca juga bisa mengimplementasikan keunggulan dari suatu manajemen strategi pendidikan.
BAB II PEMBAHASAN
A. Manajemen Strategi 1. Pengertian Manajemen Strategi beberapa pakar dalam ilmuan manajemen mendefinisikan manajemen strategi dengan cara yang berbeda-beda. salah satu definisinya menyebutkan manajemen strategi sebagai satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan inplementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan.1 manajemen strategi adalah studi tentang mengapa sebuah perusahaan mampu mengalahkan perusahaan lainnya. manajer perlu menentukan Bagaimana perusahaan bisa menciptakan keunggulan kompetitif yang tidak hanya unik dan berharga tetapi juga sulit ditiru atau dicari subtitusi Nya sehingga mampu bertahan lama. keunggulan kompetitif yang mampu bertahan lama biasanya didapatkan dengan melakukan aktivitas berbeda dengan apa yang dilakukan pesaing atau melakukan aktivitas yang sama dengan cara yang berbeda. manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh disertai penetapan cara melaksanakannya yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Pengertian Manajemen Strategi Menurut Beberapa Ahli manajemen strategis adalah kumpulan dan tindakan yang menghasilkan perumusan atau formulasi dan melaksanakan implementasi rencana rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran sasaran organisasi.2 titik temu yang dirumuskan suatu organisasi antara sumber daya dan keahlian internalnya dan kesempatan serta Resiko yang terbentuk memulai lingkungan eksternalnya.3
1
Pearce II &Robinson, 2008, manajemen strategi Wheelen (2000). manajemen strategi 3 Roudledge Schuler. R. S (2010), titik temu antara suatu organisasi. 2
proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. besarnya peranan manajemen strategi semakin banyak di aki pada masa-masa ini dibanding
sebelumnya.
dalam
perekonomian
Global
yang
memungkinkan
pergerakan barang dan jasa secara bebas di antara berbagai negara perusahaanperusahaan terus tentang untuk semakin kompetitif. dari pengertian-pengertian yang cukup luas tersebut menunjukkan bahwa manajemen strategis merupakan suatu rangkaian aktivitas terhadap pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan komprehensif dan disertai dengan penetapan cara aplikasinya yang dibuat oleh pimpinan dan juga dilaksanakan oleh seluruh pihak-pihak yang terlibat di dalam suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. manajemen strategi ini juga merupakan suatu sistem yang digunakan sebagai suatu kesatuan dalam memiliki beragam komponen saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain serta bergerak secara serentak menuju arah yang sama pula. 2. Karakteristik Manajemen Strategi
manajemen strategis ini sungguh berbeda dengan lainnya. manajemen strategis senantiasa menyikapi dinamika terjadinya suatu perubahan lingkungan sehingga dapat berpengaruh terhadap implementasi manajemen itu sendiri serta berupaya untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan. sejalan dengan hal tersebut Berikut ini akan dipaparkan berbagai karakteristik manajemen strategis : 1. manajemen strategis bersifat jangka panjang. 2. manajemen strategis bersifat dinamik. 3. manajemen strategis merupakan suatu yang berpadu oleh manajemen operasional. 4. manajemen strategi perlu dimotori oleh unsur-unsur pada manajer tingkat Puncak. 5. manajemen strategi berorientasi dan mendekati untuk masa depan. 6. manajemen strategis senantiasa harus didorong dan didukung dalam pelaksanaannya oleh semua sumber daya ekonomi yang tersedia. untuk menghadapi era globalisasi ekonomi maka kegiatan dalam berusaha bukan saja dibatasi oleh lingkup batas negara nasional sehingga untuk tingkat
perubahan lingkungan serta dinamika yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi manajemen dan kehidupan pekerjaan kemudian dengan sendirinya para pemimpin
perusahaan harus dapat
menyikapinya dengan
melakukan
penyesuaian yang penuh kebijakan. untuk itu seharusnya setiap pemimpin dalam perusahaan akan melaksanakan manajemen strategis bagi perusahaan nya. 3. Manfaat Manajemen Strategis manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk proaktif dalam membentuk masa depannya memungkinkan sebuah perusahaan mulai memulai dan mempengaruhi bukan sekedar respon aktivitas dengan demikian memiliki kontrol terhadap nasibnya. secara historis manfaat utama manajemen strategis telah membantu organisasi memformulasikan strategi yang lebih baik dan menggunakan pendekatan yang lebih sistematik, logis, dan rasional untuk pilihan strategi. Dengan demikian diharapkan makin banyak institusi dan korporasi yang menggunakan manajemen strategis untuk membuat keputusan yang efektif. 3.1. Manfaat Finansial penelitian
mengindikasikan
bahwa
organisasi
yang
menggunakan
konsep
manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil dibandingkan organisasi lain yang tidak menggunakannya. bisnis yang menggunakan konsep manajemen strategis menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas,
dan
produktivitas dibandingkan dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis. perusahaan dengan sistem perencanaan yang sangat mirip dengan teori manajemen strategis menunjukkan kinerja keuangan jangka panjang yang lebih baik dibandingkan industrinya. 3.2. Manfaat Non Finansial manajemen strategis juga menawarkan manfaat yang nyata lainnya seperti meningkatkannya kesadaran untuk ancaman eksternal pemahaman yang lebih baik atas strategi pesaing meningkatkan produktivitas karyawan mengurangi keinginan untuk berubah dan pengertian yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan. manajemen strategis meningkatkan kemampuan organisasi untuk menghindari masalah karena ia membantu interaksi antar manajer di semua divisi
dan fungsi. manajemen strategis dapat memperbaiki kepercayaan atas strategi bisnis saat ini atau menunjukkan Kapan dibutuhkannya tindakan korektif.4 4. Proses Manajemen Strategis manajemen strategis menurut wheelen dan hunger 2008 adalah rangkaian langkah keputusan dan tindakan perusahaan yang menentukan kinerja jangka panjang perusahaan. manajemen strategis yang baik akan dapat membawa organisasi untuk dapat mengimplementasikan strategi nya melalui perencanaan program proses budgeting sistem manajemen kinerja perusahaan pada struktur organisasi serta manajemen program dan proyek. dari beberapa penjelasan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap yang pertama formulasi strategi atau implementasi
strategi
dan
evaluasi
strategi.
formulasi
strategi
termasuk
mengembangkan visi dan misi mengidentifikasikan peluang dan ancaman eksternal perusahaan menentukan kekuatan dan kelemahan internal menetapkan tujuan jangka panjang merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. isu formulasi strategi mencakup bisnis apa yang akan dimasuki bisnis apa yang harus ditinggalkan Bagaimana mengalokasikan sumber daya Apakah harus melakukan ekspansi dan diversifikasi bisnis Apakah harus memasuki pasar internal Apakah harus merger atau membentuk joint venture dan Bagaimana menghindari pengambilan secara paksa. karena tidak ada organisasi yang memiliki sumber daya tak terbatas penyusunan strategi harus memutuskan alternatif strategi mana yang akan memberikan keuntungan terbanyak strategi menentukan keunggulan kompetitif jangka panjang. implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran menyiapkan anggaran mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi dan menghubungkan kinerja karyawan dan kinerja organisasi. suksesnya implementasi strategi terletak pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan.
4
Eddy Yunus, Manajemen Strategi, (cv Andi Offcet: 2016). Hal.9
B. Manajemen Trategi Pendidikan 1. Pengertian Manajemen Strategi Pendidikan manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah sebagai manajer pendidikan. para pengelola pendidikan kepala sekolah Kepala Dinas Pendidikan sebagai eksekutif modern saat ini harus mampu mengamati dan merespons segenap tantangan yang dimunculkan oleh lingkungan eksternal baik yang dekat maupun yang jauh. lingkungan eksternal dekat adalah lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung pada operasional lembaga pendidikan seperti berbagai potensi dan keadaan dalam bidang pendidikan yang menjadi konsentrasi usaha sekolah itu sendiri, situasi persaingan, situasi pelanggan pendidikan, dan pengguna lulusan. kesemuanya berpengaruh pada penentuan strategi yang diperkirakan mendukung sekolah mencapai tujuan. lingkungan eksternal yang jauh adalah berbagai kekuatan dan kondisi yang muncul di luar lingkungan eksternal yang dekat meliputi keadaan sosial ekonomi, politik, keamanan nasional, perkembangan teknologi, dan tantangan global. secara tidak langsung berpengaruh terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan di suatu sekolah. faktor lingkungan internal dan eksternal perlu diantisipasi dipantau dinilai dan disertakan sedemikian rupa ke dalam proses pengambilan keputusan eksekutif. para pengambil keputusan termasuk didalamnya kepala sekolah maupun pengelola pendidikan lainnya serangkaian terpaksa mengalahkan tuntutan kegiatan interen dan eksteren lembaga pendidikan demi melayani bermacam kepentingan seperti urusan rutin, dinas, bekerja harus selalu dibawa petunjuk atau pedoman kerja yang ditetapkan oleh birokrasi tanpa mempertimbangkan kebutuhan eksternal organisasi yang telah berubah sehingga proses pengambilan keputusan serangkaian tidak maksimal dalam menghasilkan keputusan-keputusan strategis. akibatnya persoalan aktual lembaga pendidikan yang dihadapi tidak dapat terselesaikan secara maksimal. Pengamatan yang dilakukan secara simultan terhadap lingkungan eksternal dan internal lembaga pendidikan memungkinkan para pengelola pendidik mampu Mengidentifikasi berbagai jenis peluang yang ada untuk dapat merumuskan dan mengimplementasikan berbagai rencana pendidikan secara berhasil . rancangan yang
bersifat menyeluruh ini dapat dilakukan melalui proses yang dia kan yang dikenal sebagai manajemen strategik berdasarkan uraian di atas, konsep dasar manajemen strategik secara garis besar dalam memulai didiskusikan. istilah manajemen strategik terbentuk dari 2 kata yakni strategic berasal dari kata Yunani strategi ya yang berarti seni atau ilmu menjadi seorang jenderal. Jendral Yunani yang efektif perlu memimpin tentara memenangkan peperangan dan mempertahankan wilayah melindungi kota dari serangan musuh menghancurkan musuh. konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan teknik utama yang dirancang secara sistematik Dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi. rancangan ini disebut sebagai perancangan strategi. manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal hal vital parasit dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan. manajemen strategik sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan formulasi dan pelaksanaan implementasi rencana rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran sasaran organisasi yang memiliki tujuan yang tertentu.
C. Keunggulan Manajemen Starategi teori keunggulan komparatif atau theory of comparative advantage merupakan teori yang dikembangkan oleh David Ricardo pada tahun 1817. teori keunggulan komparatif melihat keuntungan atau kerugian dari perdagangan internasional dalam perbandingan relatif. Teori ini adalah salah satu teori keunggulan manajemen strategik. hingga saat ini teori keunggulan relatif merupakan dasar utama yang menjadi alasan negara negara melakukan perdagangan internasional. 5 merupakan usaha bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan mendayagunakan sumbersumber yang ada agar dicapai hasil yang efektif dan efisien. pengarahan pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan pendidikan untuk memberikan
5
David Ricardo 1817, theory of comparative advantage
penjelasan pendidikan, serta bimbingan kepada para orang-orang yang ada dibawahnya sebelum dan selama melaksanakan tugas. suatu proses pendidikan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor instrumental input dan faktor environmental input. faktor instrumental input mencakup beberapa unsur penting diantaranya adalah peserta didik pendidik kurikulum manajemen sarana dan prasarana serta stakeholder dan komponen pendukung. unsur peserta didik harus disusun manajemennya dengan sebaik mungkin. peserta didik di manajemen sesuai dengan taksonomi perkembangan anak yang mencakup ranah kognitif afektif dan psikomotor. dalam keunggulan manajemen strategi pendidikan yaitu bagaimana suatu kepala sekolah bisa melakukan suatu strategi strategi yang yang baik dalam suatu pendidikan di sekolah.
dan bisa mengimplementasikan cara memanajemen suatu
pendidikan.6
6
Sarinah & Mardalena, pengantar manajemen. (Deepublish, pertama, 2017) Hal. 129-132
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN manajemen strategi adalah studi tentang mengapa sebuah perusahaan mampu mengalahkan perusahaan lainnya. manajer perlu menentukan Bagaimana perusahaan bisa menciptakan keunggulan kompetitif yang tidak hanya unik dan berharga tetapi juga sulit ditiru atau dicari subtitusi Nya sehingga mampu bertahan lama. keunggulan kompetitif yang mampu bertahan lama biasanya didapatkan dengan melakukan aktivitas berbeda dengan apa yang dilakukan pesaing atau melakukan aktivitas yang sama dengan cara yang berbeda. manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk proaktif dalam membentuk masa depannya memungkinkan sebuah perusahaan mulai memulai dan mempengaruhi bukan sekedar respon aktivitas dengan demikian memiliki kontrol terhadap nasibnya. secara historis manfaat utama manajemen strategis telah membantu organisasi memformulasikan strategi yang lebih baik dan menggunakan pendekatan yang lebih sistematik, logis, dan rasional untuk pilihan strategi. Dengan demikian diharapkan makin banyak institusi dan korporasi yang menggunakan manajemen strategis untuk membuat keputusan yang efektif. Keunggulan Perencanaan Strategis:
Memberikan Pedoman Yang Konsisten Bagi Kegiatan-Kegiatan Organisasi.
Membantu Para Manajer Dalam Membuat Keputusan (Memberikan Banyak Informasi).
Meminimumkan Kesalahan, Karena Tujuan Atau Sasaran Dan Strategi Dirumuskan Dengan Cermat.
DAFTAR PUSTAKA Pearce II &Robinson, 2008, manajemen strategi Wheelen (2000). manajemen strategi Roudledge Schuler. R. S (2010), titik temu antara suatu organisasi Eddy Yunus, Manajemen Strategi, (cv Andi Offcet: 2016). Hal.9 David Ricardo 1817, theory of comparative advantageSarinah & Mardalena, pengantar manajemen. (Deepublish, pertama, 2017) Hal. 129-132
MAKALAH
MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto Disusun oleh: Kartika Ayu Lestari
(0307161018)
Semester: V (Lima)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan” sebagai tugas akhir dalam mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dalam penyusunan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta menuangkan ide (gagasan) demi tersusunnya makalah ini. Tidak lupa pula kepada Bapak Dr. Fridiyanto, selaku dosen Manajemen Strategi Pendidikan yang telah memberi bimbingan sehingga makalah ini dapat tersusun. Semoga keberadaan makalah ini dapat menunjang pengetahuan kita dan dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran kita. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan sehingga dapat menjadi tolok ukur penulis dalam penyusunan makalah yang akan datang.
Medan, 17 Desember 2018
Kartika Ayu Lestari
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................ 4 A. Pengertian Manajemen Strategi .................................................................... 4 B. Pengertian Mutu Pendidikan ......................................................................... 6 C. Tujuan dan Proses Pendidikan ...................................................................... 7 D. Karakteristik dan Ruang Lingkup Manajemen Strategi Pendidikan ............ 8 E. Proses dalam Manajemen Strategik .............................................................. 10 F. Perencanaan Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ................... 11 G. Implementasi Manajemen Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ....................................................................................................................... 13 H. Evaluasi Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan .......................... 16 I. Manajemen Strategik Sekolah Menghadapi Persaingan Mutu ..................... 18
BAB III. PENUTUP ................................................................................................ 20 A. Kesimpulan ................................................................................................... 20 B. Saran ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sedang menjadi pusat perhatian semua komponen bangsa ini. Perubahan mendasar telah dilakukan dengan mengubah konstitusi, undangundang sistem pendidikan Nomor 02 tahun 1989 menjadi Nomor 20 tahun 2003, diikuti peraturan pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan. Acuan teknis Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan lingkup terdiri 8 standar yaitu yang meliputi: standar isi, Standar proses, Standar kompetensi lulusan, Standar pendidik dan tenaga kependidikan, Standar sarana dan prasarana, Standar pengelolaan, Standar pembiayaan, dan Standar penilaian pendidikan.1 Kunci sukses yang harus dimiliki dan sekaligus merupakan daya saing yang paling efektif adalah mutu/kualitas. Siapapun yang memiliki kualitas maka peluang untuk dapat menjadi pemenang akan sangat terbuka.2 Oleh karena itu pendidikan harus dikelola dengan manajeman yang strategik agar dapat memilih di antara banyak manajemen yang baik untuk menghasilkan suatu manajemen yang paling baik untuk mencapau mutu pendidikan. Manajemen strategik adalah suatu seni (keterampilan), teknik, dan ilmu merumuskan, mengimplmentasikan, dan mengevaluasi serta mengawasi berbagai keputusan fungsional organisasi (bisnis dan non bisnis) yang selalu dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal, yang senantiasa berubah sehigga memberikan kemampuan kepada organisasi untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.3 Pentingnya masyarakat dalam menentukan 1
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab
2
H.B Siswanto. (2006). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 27
XI A. 3
Akdon. (2006). Strategic Management for Educational Management. Bandung:
Alfabeta, hal. 5
manajemen strategik menjadi sangat dominan, karena dapat menyebabkan suatu keunggulan atau bahkan dapat menjadi ancaman bagi lembaga pendidikan. Peran lembaga pendidikan dalam meningkatkan pendidikan sangatlah strategis, agar mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Tanggung jawab kepala sekolah yang utama ialah meningkatkan kurikulum sekolahnya. Hendaknya ia mengadakan supervisi yang baik dalam rangka memberi bantuan dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan sekolah dan diusahakan dilaksanakan kearah perubahan yang diinginkan.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan manajemen strategi? 2. Apa yang dimaksud dengan mutu pendidikan? 3. Bagaimana tujuan dan proses pendidikan? 4. Bagaimana karakteristik dan ruang lingkup manajemen strategi pendidikan? 5. Bagaimana proses dalam manajemen strategik? 6. Bagaimana
perencanaan
strategik
dalam
meningkatkan
mutu
pendidikan? 7. Bagaimana implementasi manajemen strategik dalam meningkatkan mutu pendidikan? 8. Bagaimana evaluasi strategik dalam meningkatkan mutu pendidikan? 9. Bagaimana manajemen strategik sekolah menghadapi persaingan mutu?
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dalam penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui maksud dari manajemen strategi; 2. Untuk mengetahui maksud dari mutu pendidikan;
3. Untuk mengetahui tujuan dan proses pendidikan; 4. Untuk mengetahui karakteristik dan ruang lingkup manajemen strategi pendidikan; 5. Untuk mengetahui proses dalam manajemen strategik; 6. Untuk mengetahui perencanaan strategik dalam meningkatkan mutu pendidikan; 7. Untuk
mengetahui
implementasi
manajemen
strategik
dalam
meningkatkan mutu pendidikan; 8. Untuk mengetahui evaluasi strategik dalam meningkatkan mutu pendidikan; 9. Untuk
mengetahui
persaingan mutu;
manajemen
strategik
sekolah
menghadapi
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Strategi 1. Secara etimologi dan terminologi Strategi berasal dari bahasa Yunani stratogos yang artinya ilmu para
jenderal
untuk
memenangkan
suatu
pertempuran
dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas (Sihombing,2000). Pengertian atau defenisi Manajemen strategi dalam khasanah literatur ilmu manajemen memiliki cakupan yang luas, dan tidak ada suatu pengertian yang dianggap baku. Itulah sebabnya defenisi manajemen strategi berkembang luas tergantung pemahaman ataupun penafsiran seseorang. Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapat sasarannya4. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk
menerapkan
kebijakan
dan
merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direktur dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi.
2. Devinisi Manajemen Strategi Menurut Para Ahli 1) Fred R.David (2004 : 5) 4
Colemen M & Bush T. (2006). Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan,
Yogyakarta. IRCISOD, hal. 144.
Manajemen strategis adalah ilmu mengenai perumusan, pelaksanaan dan evaluasi keputusan- keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. 2) Husein Umar (1999 : 86) Manajemen strategis sebagai suatu seni dan ilmu dalam hal pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan startegis antara fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya di masa datang. 3) Lawrence R. Jauch dan Wiliam F. Gluech (Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, 1998) Manajemen Strategis adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. 4) Wheelan dan Hunger (Strategic Manajemen and Business Policy Massachuset, 1995) : Manajemen strategis adalah suatu kesatuan rangkaian keputusan dan tindakan yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Tercakup di dalamnya mengenali dan menganalisa lingkungan, memformulasi strategi, mengimplementasikan strategi dan melakukan evaluasi berikut pengendalian. Meskipun demikian dari berbagai pengertian atau defenisi yang diberikan oleh para pakar manajemen dapat ditemukan suatu kesamaan pola
pikir,
bahwa
manajemen
strategi
merupakan
ilmu
yang
menggabungkan fungsi-fungsi manajemen dalam rangka pembuatan keputusan-keputusan organisasi secara strategis, guna mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dari berbagai pengertian atau defenisi yang ada dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi adalah suatu seni dan ilmu dari suatu pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi
(evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa datang. Manajemen stratejik bertugas membuat keputusan stratejik yang menggolkan ketetapan tujuan dan sasaran. Kemudian manajemen stratejik pun menetapkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk masa mendatang. Dan lantas menentukan siapa-siapa yang melakukannya serta bagaimana tindakannya. Setelah itu manajemen stratejik meninjau, menggerakkan aktifitas operasional total pihak-pihak yang bertanggung jawab, yang terlibat dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Singkatnya, manajemen stratejik berfungsi membuat keputusan stratejik, menyusun planning stratejik, serta berfungsi juga untuk peninjauan atau evaluasi stratejik Manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen strategis semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah meningkatkan tingkat kompetisinya ini menawarkan produk kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan laba diatas rata-rata.
B. Pengertian Mutu Pendidikan Menurut Deming5 mutu ialah kesesuain dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Mutu ialah suatu kondisi dinamik yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Dengan perubahan mutu tersebut, diperlukan peningkatan atau perubahan keterampilan tenaga kerja, proses produksi dan 5
Abdul Hadis dan Nurhayati. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit
Alfabeta. Hlm. 85.
tugas, serta perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat memenuhi dan melebihi harapan konsumen. Dalam pandangan Zamroni6 dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Dalam rangka umum mutu pendidikan mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti : bahan ajar (kognitif, psikomotorik, afektif), metodologi yang bervariatif sesuai dengan kemampuan guru, sarana dan prasarana sekolah, dukungan administrasi, sumber daya dan dukungan lingkungan yang kondusif. Dapat disimpulkan upaya peningkatan mutu pendidikan adalah usahausaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan mutu ini menjadi penting dalam rangka menjawab berbagai tantangan terutama globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pergerakan tenaga ahli (ekspatriat) yang sangat masif. Maka persaingan antarbangsa pun berlangsung sengit dan intensif sehingga menuntut lembaga pendidikan untuk mampu melahirkan output pendidikan yang berkualitas, memiliki keahlian dan kompetensi profesional yang siap menghadapi kompetisi global.
C. Tujuan dan Proses Pendidikan Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan
6
Zamroni. (2007). Meningkatkan Mutu Sekolah. Jakarta : PSAP Muhamadiyah. Hlm. 2.
sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik yang mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya, pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro dan mikro. Adapun tujuan utama pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Peningkatan Mutu dalam mencapai Tujuan Pendidikan menjadi keharusan dalam dunia pendidikan kita dewasa ini. Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa y ang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan ,pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Dalam proses upaya peningkatan mutu pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terusmenerus. Pembinaan kedinasan yang sudah berjalan demi pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan serta program pembinaan dalam jabatan. Ada juga PLPG dalam sertifikasi, atau pembinaan-pembinaan melalui penataran-penataran peningktan mutu guru. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.
D. Karakteristik dan Ruang Lingkup Manajemen Strategi Pendidikan 1. Karakteristik Manajemen Strategi Pendidikan Berikut beberapa karakteristik yang dimiliki oleh manajemen strategi pendidikan sebelum kita menuju pada ruang lingkupnya:
1) Berorientasi masa depan 2) Berhubungan dengan unit bisnis yang kompleks 3) Kebutuhan dan kejelasan tugas sangat tinggi seiring perubahan yang terjadi 4) Batas-batas tugas tidak jelas 5) Proses yang dijalankan tidak terpisah dari aktivitas manajerial lainnya 6) Ada target waktu yang jelas 7) Memerlukan perhatian manajemen puncak
2. Ruang Lingkup Manajemen Strategi Pendidikan Manajemen strategik melibatkan proses perencanaan melalui dua tahap (komponen) perencanaan (Gunawan 2009), yakni: 1) Komponen perencanaan strategis meliputi proses perumusan: visi,
misi, tujuan strategik, dan strategi utama (strategi umum). Perumusan visi misi organisasi harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan karakteristik rumusan visi misi tersebut. Visi merupakan sudut pandang ke masa depan organisasi dalam mewujudkan tujuan strategis organisasi yang berpengaruh langsung pada misinya sekarang, dan masa yang akan datang. Sedangkan misi organisasi merupakan keseluruhan tugas pokok yang dijabarkan, berupa kegiatan apa, yang sedang atau segera dilaksanakan untuk suatu organisasi. Visi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan sekolah dikomunikasikan kepada stakeholders. Misi merupakan tugas sekolah untuk mewujudkan visi lembaga yayasan dan sekolah,
yang umumnya ditandai dengan kata
mewujudkan. Perumusan visi dan misi sekolah berfungsi sebagai acuan dan mempermudah penetapan kebijakan sekolah, karena visi dan misi merupakan gambaran atau cita-cita ke depan sekolah. Visi dan misi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan sekolah. 2) Komponen perencanaan operasional meliputi proses perumusan
sasaran atau tujuan operasional, pelaksanaan fungsi manajemen,
kebijakan, jaringan kerja internal eksternal organisasi, kontrol, dan evaluasi.
3. Dimensi Manajemen Strategik Gunawan. (2009) menjelaskan, Manajemen strategik memiliki dimensi yang bersifat multidimensional, yaitu:7 1) Dimensi waktu dan orientasi masa depan. Manajemen strategi
berorientasi kepada sasaran jangka panjang. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih di masa depan. Durasi waktu rencana strategik tersebut bahkan dapat berkisar antara 25-30 tahun ke atas, 2) Dimensi internal dan eksternal, 3) Dimensi pendayagunaan sumber-sumber, 4) Dimensi multibidang,
E. Proses dalam Manajemen Strategik Dalam melaksanakan manajemen strategik, saat ini telah berkembang dari suatu manajemen strategik yang tradisional ke arah suatu sistem manajemen bersifat kontemporer. Sistem manajemen strategik kontemporer memiliki karakteristik yang berbeda dengan sistem manajemen tradisional. Sistem manajemen tradisional hanya berfokus pada sasaran-sasaran yang bersifat efisiensi keuangan, sedangkan sistem manajemen kontemporer mencakup 4 (empat) perspektif yaitu mencakup perspektif efisiensi keuangan, proses layanan internal, kepuasan pelanggan, dan pertumbuhan layanan jasa. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan manajemen strategik adalah menggunakan empat komponen manajemen strategik (Kusmana.2009), yaitu: 1. Analisis potensi dan profil satuan pendidikan (sekolah/madrasah) untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan; 7
Sagala. (2009). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:
Alfabeta, hal. 34
2. Analisis lingkungan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam melaksanakan layanan jasa pendidikan; 3. Menetapkan visi dan misi berdasarkan analisis potensi dan lingkungan sebagai acuan dalam pengelolaan satuan pendidikan; 4. Menetapkan strategi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja sekolah dalam mencapai visi dan misi sekolah.
F. Perencanaan Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Bryson8 Perencanaan strategik (strategic planning) merupakan bagian yang penting (essensial part) dari manajemen strategik. Perencanaan strategik merupakan aspek utama dalam manajemen strategik dan dapat dianggap sebagai pilar sentral dalam manajemen strategik. Amin menyebutkan ciri-ciri khas proses perencanaan strategik adalah sebagai berikut: mengemukakan bahwa perencanaan strategik adalah sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan mengarahkan bagaimana suatu organisasi atau identitas lainnya, apa yang akan dikerjakan organisasi atau identitas lainnya dan mengapa organisasi (identitas lainnya) mengerjakan seperti itu. 1. Perencanaan menyangkut jangkaun masa depan dari keputusan-keputusan yang dibuat sekarang. 2. Perencanaan strategik adalah usaha sistematis formal untuk menggariskan wujud utama dari perusahaan, sasaran-sasaran, kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi untuk tercapainya sasaran-sasaran dan wujud utama organisasi yang bersangkutan. 3. Proses perencanaan strategik adalah sarana mengambil keputusan yang paling penting bagi perusahaan, sehingga tujuan dan arah turut ditentukan. 4. Proses perencanaan strategik merupakan suatu kegiatan manajemen puncak yang berlangsung terus menerus. 8
John M. Bryson. (1998). Strategic Planning for Public and Nonprofit Organization. San
Francisco: Jossey-bass, hal. 23.
5. Perencaan strategik merupakan suatu struktur perencanaan
yang
mengintegrasikan rencana strategik dengan rencana operasional jangka panjang. 6. Perencaan strategik merupakan suatu proses penentuan terlebih dahulu mengenai apa yang akan dilakukan, kapan dilakukan dan cara bagaimana melakukan, serta siapa yang akan melakukan. 7. Perencaan strategik menghasilkan sebuah dokumen tertulis atas basis berkala. 8. Perencaan strategik merupakan sarana mengambil keputusan yang paling penting bagi suatu perusahaan. 9. Perencaan strategik merupakan suatu sikap, “way of life” (falsafah) artinya perencanaan meminta suatu kebiasaan dan keharusan untuk bekerja berdasarkan pikiran-pikiran masa depan.9 10. Bryson membagi proses perencanaan strategik menjadi sepuluh langkah, yang mengarah kepada tindakan, hasil, dan evaluasi adalah:10 1) Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis. 2) Memperjelas mandat organisasi. 3) Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi. 4) Menilai lingkungan eksternal. 5) Menilai lingkungan internal. 6) Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi. 7) Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu. 8) Menciptakan visi organisasi yang efektif untuk masa depan. 9) Mengembangkan proses implementasi. 10) Menilai kembali strategi dan proses perencanaan strategis. Tahap perumusan strategi perencana eksekutif merumuskan visi misi organisasi, pembuatan profil organisasi, mengenali peluang dan ancaman eksternal organisasi, menganalisis alternatif strategi, menetapkan sasaran 9
Amin Widjaya Tunggak. (1993). Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta,
hal. 152-153 10
John M. Bryson. (1998). Strategic Planning..., hal. 55.
jangka panjang, dan memilih strategi induk. Alat manajemen yang potensial untuk membantu analisis peluang dan ancaman tersebut dapat menggunakan teknik analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan threat).
G. Implementasi
Manajemen
Strategik
dalam
Meningkatkan
Mutu
Pendidikan Implementasi strategi adalah proses manajemen mewujudkan strateginya dalam bentuk program, prosedur, anggaran serta pengembangan strategi dalam bentuk tindakan. Visi merupakan suatu proses yang menggambarkan serangkaian kegiatan perencanaan dan penetapan sasaran sekolah secara formal dan misi adalah alasan keberadaan suatu lembaga. Proses manajemen strategik terdiri dari tahapan: 1. Analisa Lingkungan, 2. Menetapkan Visi, Misi & Tujuan, 3. Formulasi Strategi, 4. Implementasi Strategi, dan 5. Evaluasi Strategi Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif mengintegrasikan segala resources dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Betapapun hebatnya suatu visi, misi, dan strategi bila tidak diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna bagi pengembangan sekolah. Dengan
manajemen
strategi,
organisasi
bisa
memiliki
gambaran
menyeluruh atas organisasinya. Gambaran menyeluruh ini bisa diibaratkan dengan kita yang menggunakan kamera. Bukan hanya diri kita yang terpantau, tetapi juga pihak-pihak disekitar kita, baik yang berhubungan langsung dan berpengaruh dengan kita maupun yang tidak langsung.11 Perlu
11
M.Taufiq Amir. (2012). Manajemen Strategik. Jakarta: Rajawali, hal. 9
disadari bahwa strategi itu diperlukan agar tujuan perusahaan (goal of the firm) dapat tercapai, yakni survival dalam dalam pertumbuhan yang mantap.12 Dalam konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategik organisasi. Dalam strategik tersebut mencakup proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital, perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan. Dengan demikian manajemen strategi merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaransasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu (Gunawan. 2009): 1. Merumuskan visi dan misi organisasi meliputi rumusan umum filosofi dan tujuan, 2. Mengembangkan
profil
organisasi
yang
mencerminkan
kondisi
internnya, 3. Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi pesaing dan faktor kontekstual, 4. Menganalisis alternatif strategi dengan menyesuaikan sumber daya yang dimiliki dengan lingkungan eksternal, 5. Mengidentifikasi setiap alternatif strategi untuk menentukan strategi mana yang paling sesuai visi dan misi organisasi, 6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum, 7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek, 8. Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem imbalan, 9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang.
12
Napa J.Awat. (1989). Manajemen Strategi, Yogyakarta:Liberty Yogyakarta, hal. 23
Berdasarkan pengamalan historis di dalam penyelenggaraan suatu organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip manajemen strategi di dalam
lembaga
pendidikan
adalah
membantu
lembaga
pendidikan
merumuskan strategi yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan sistematis, logis, dan rasional pada proses pemilihan strategi pengelolaan pendidikan di era global yang terus mengalami perubahan. Dasar manajemen strategi adalah menumbuhkan komitmen atau dukungan dari semua pihak (sumber daya manusia) mengenai visi, misi lembaga pendidikan, sasaran penyelenggaraan pendidikan, dan upaya-upaya pencapaiannya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama manajemen strategi adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua eksekutif maupun pelaksana lembaga pendidikan. Manfaat besar dari manajemen strategi adalah memberi peluang bagi organisasi dalam pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi. Penerapan manajemen strategi di dalam penyelenggaraan
sistem
pendidikan
memungkinkan
suatu
organisasi
penyelenggara pendidikan (termasuk di dalamnya sekolah dan departemen pendidikan) untuk lebih proaktif dalam membentuk masa depan lembaga pendidikan di dunia global dewasa ini. Penerapan konsep berpikir dan bertindak strategik, lembaga pendidikan diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi daripada hanya memberi respons terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan birokratis, namun lebih dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras merencanakan
kegiatan-kegiatan
strategis,
mengimplementasikan,
dan
mengendalikan segenap operasional kelembagaan untuk mencapai tujuan strategis yang telah dirumuskan.Wahyudi dalam Tahroni (2010) menjelaskan, dengan menggunakan
manajemen stratejik sebagai instrumen
untuk
mengantisipasi perubahan lingkungan sekaligus sebagai kerangka kerja untuk menyelesaikan setiap masalah melalui pengambilan keputusan organisasi,
maka penerapan manajemen stratejik dalam suatu organisasi atau organisasi diharapkan akan membawa manfaat-manfaat atau keuntungan sebagai berikut: 1. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju 2. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi 3. Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif 4. Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko 5. Aktivitas
pembuatan
strategi
akan
mempertinggi
kemampuan
organisasi untuk mencegah munculnya masalah di masa datang 6. Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya. 7. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi 8. Keengganan untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi. Manajemen strategik semakin penting arti dan manfaatnya apabila diingat bahwa lingkungan organisasi-organisasi mengalami perubahan yang semakin cepat dan kompleks, sehingga keberhasilan manajemen strategik ditentukan oleh para manajer atau pimpinannya.13
H. Evaluasi Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Komponen terakhir dari manajemen strategis adalah evaluasi dan pemantauan kemajuan perusahaan ke arah sasaran strategisnya. Organisasiorganisasi yang meyakini bahwa proses terbilang selesai setelah rencana diimplementasikan hanya akan menemukan diri mereka menemui kegagalan. Penting sekali bagi organisasi untuk terus memantau kemajuannya. Evaluasi (bahasa inggris: evaluation) adalah proses penilaian. Dalam perusahaan, evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. 13
hal. 31
Thomas B. Santoso. (2001). Manajemen Sekolah di Masa Kini. Pendidikan Network,
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya. Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Para manajer sangat perlu mengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi berarti usaha untuk memperoleh informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksteral dan internal selalu berubah. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah: 1. Meninjau factor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang, 2. Mengukur prestasi, 3. Mengambil tindakan korektif. Tahapan sebelum mengadakan evaluasi : 1. Mengembangkan konsep dan mengadakan penelitian awal. Konsep perku direncanakan secara matang sebelum diadakan eksekusi pesan dan perlu diadakan uji coba untuk menegecek kesesuaian antara draft yang dibuat dengan eksekusi pesannya. 2. Dengan uji coba yang dilakukan, pengevaluasian mencoba mencari tanggapan dari khalayak ini penting untuk mengukur efektifitas pesan yang disampaikan.
Suprihanto (1988), mengatakan bahwa tujuan evaluasi antara lain: a) sebagai alat untuk memperbaiki dan perencanaan program yang akan datang, b) untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya dan manajemen saat ini serta dimasa yang akan datang, c) memperbaiki pelaksanaan dan dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program perencanaan kembali suatu program melalui kegiatan mengecek kembali relevansi dari program dalam hal perubahan kecil yang terus-menerus dan mengukur kemajuan target yang direncanakan.14
14
John Suprianto, dkk. Manajemen dan Evaluasi Kerja. Jakarta: UI, hal. 98
Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi, terdapat beberapa hal yang akan dibahas yaitu apa yang akan menjadi bahan evaluasi, bagaimana proses evaluasi, kapan evaluasi diadakan, mengapa perlu diadakan evaluasi, dimana proses evaluasi diadakan, dan pihak yang mengadakan evaluasi. Hal yang perlu dilakukan evaluasi tersebut adalah narasumber yang ada, efektifitas penyebaran pesan, pemilihan media yang tepat dan pengambilan keputusan anggaran dalam mengadakan sejumlah promosi dan periklanan. Evaluasi tersebut perlu diadakan dengan tujuan untuk menghindari kesalahan perhitungan pembiayaan, memilih strategi terbaik dari berbagai alternative strartegis yang ada, meningkatkan efisiensi iklan secara general, dan melihat apakah tujuan sudah tercapai. Disisi lain, perusahaan kadang-kadang enggan untuk mengadakan evaluasi karena biayanya yang mahal, terdapat masalah dengan penelitian, ketidaksetujuan akan apa yang hendak dievaluasi, meras telah mencapai tujuan dan banyak membuang waktu. Secara garis besar, proses evaluasi terbagi menjadi diawal dan diakhir. Diawal (pretest) merupakan sebuah evaluasi yang diadakan untuk menguji konsep dan eksekusi yang direncanakan. Sedangkan, diakhir (posts) merupakan evaluasi yang diadakan untuk melihat tercapainya tujuan yang dijadikan sebagai masukan untuk analisis situasi berikutnya.15
I. Manajemen Strategik Sekolah Menghadapi Persaingan Mutu Manajemen strategi sekolah merupakan suatu pendekatan yang sistematik dalam menyelenggarakan programnya untuk mencapai tujuan sekolah. Dalam hal ini, penggunana model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan konsep yang konstruktif dan menjanjikan sebagai strategi meningkatkan mutu manajemen pendidikan. MBS adalah gagasan yang menempatkan kewenangan pengelolaan sekolah dalam satu keutuhan entitas sistem untuk membuat keputusan. Dalam
15
J. David Hunger & Thomas L. Wheelen. (2003). Manajemen Strategis, ter. Julianto
Agung. Yogyakarta: ANDI, hal 31.
konsep MBS, manajemen yang diterapkan memiliki karakteristik umum sebagai berikut. 1. Keputusan yang diambil bersifat strategik; 2. Penggunanaan sumber daya sekolah seefektif mungkin; 3. Berorientasi ke masa depan; 4. Sangat peduli dan tanggap dengan lingkungan eksternal; 5. Cenderung bersifat multidimensional. Oleh karena itu, perumusan visi dan misi menjadi langkah utama yang dilakukan dengan mengasesmen lingkungan, yaitu apa sebenarnya kebutuhan mendasar lingkungan akan pendidikan yang dapat disediakan sekolah.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dapat diambil kesimpulannya yaitu Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional
yang
dapat
memungkinkan
suatu
perusahaan
mencapat
sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan
pencapaian
tujuan
organisasi.
Manajemen
strategis
mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen strategi sekolah merupakan suatu pendekatan yang sistematik dalam menyelenggarakan programnya untuk mencapai tujuan sekolah. Dalam hal ini, penggunana model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan konsep yang konstruktif dan menjanjikan sebagai strategi meningkatkan mutu manajemen pendidikan. Dalam peningkatakan mutu pendidikan, manajemen strategi memiliki 3 elemen,
diantaranya:
1)
Perencanaan
manajemen
strategik
dalam
meningkatkan mutu pendidikan; 2) Implementasi manajemen strategik dalam meningkatkan mutu pendidikan; dan 3) Evaluasi manajemen strategik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA Akdon. (2006). Strategic Management for Educational Management. Bandung: Alfabeta. Amir, M.Taufiq. (2012). Manajemen Strategik. Jakarta: Rajawali. Awat, Napa J. (1989). Manajemen Strategi, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Bryson, John M.. (1998). Strategic Planning for Public and Nonprofit Organization. San Francisco: Jossey-bass. Colemen M & Bush T. (2006). Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, Yogyakarta. IRCISOD. Hadis, Abdul dan Nurhayati. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Hunger, J. David & Thomas L. Wheelen. (2003). Manajemen Strategis, ter. Julianto Agung. Yogyakarta: ANDI. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab XI A. Siswanto, H.B. (2006). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Sagala. (2009). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Santoso, Thomas B. (2001). Manajemen Sekolah di Masa Kini. Pendidikan Network. Suprianto, John, dkk. Manajemen dan Evaluasi Kerja. Jakarta: UI. Tunggak, Amin Widjaya. (1993). Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Zamroni. (2007). Meningkatkan Mutu Sekolah. Jakarta : PSAP Muhamadiyah.
TUGAS UAS:
PENERAPAN MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU
Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Fridiyanto, M.Pd.
Disusun Oleh: Rosmiati Ritonga
(0307161032)
Semester: V (Lima)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul “Penerapan Manajemen Strategik Pendidikan Dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dalam penyusunannya, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kelemahan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa, kata, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca sebagai acuan kepada kami untuk lebih baik kedepannya. Akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca, terutama bagi diri kami sendiri.
Medan, 2 Oktober 2018
Rosmiati Ritonga
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. ............................................................................................................ La tar Belakang ................................................................................................ 1 B. ............................................................................................................ R umusan Masalah .......................................................................................... 4 C. ............................................................................................................ T ujuan Makalah ............................................................................................ 4 BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 6 A. ............................................................................................................ M anajemen Strategik Pendidikan ................................................................. 6 1. ........................................................................................................ Pe ngertian Manajemen Strategik Pendidikan.......................................... 10 2. ........................................................................................................ Ta hap Proses Manajemen Strategik .......................................................... 12 3. ........................................................................................................ Pe nerapan Manajemen Strategik .............................................................. 13 4. ........................................................................................................ M enghadapi Persaingan Mutu Pendidikan .............................................. 14 B. ............................................................................................................ Pr ofesionalitas Guru ........................................................................................ 16 1. ........................................................................................................ Pe ngertian Profesionalitas Guru ................................................................ 16 2. ........................................................................................................ Pe ndidikan Profesi Guru ............................................................................ 19
3. ........................................................................................................ T ugas dan Fungsi Tenaga Pendidik dan Kependidikan ........................ 21 4. ........................................................................................................ K ode Etik Tenaga Pendidik dan Kependidikan ...................................... 23 5. ........................................................................................................ K ompetensi Paedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional ............ 23 6. ........................................................................................................ T ujuan Tenaga Pendidik dan Kependidikan .......................................... 24 7. ........................................................................................................ Us aha Sekolah dalam Peningkatan Profesionalitas Guru ....................... 25 BAB III PENUTUP ................................................................................................. 26 A. ............................................................................................................ K esimpulan ..................................................................................................... 26 B. ............................................................................................................ Sa ran ................................................................................................................ 27 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 28
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berbicara tentang peningkatan kualitas pendidikan tentu tak lepas dari proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan menyadari pentingnya proses peningkatan sumber daya manusia, maka pemerintah bersama sekolah terus
berupaya
pembangunan
mewujudkan pendidikan
amanat
yang
lebih
tersebut
dengan
berkualitas
berbagai
antara
lain
usaha melalui
pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kepandidikan lainnya.1 Salah satu strategik untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah penerapan manajemen strategik. Alasan yang mendasar adalah bahwa konsep manajemen strategik
menawarkan
kepada sekolah untuk menyediakan
pendidikkan yang lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik. Konsep ini menekankan kepada upaya sekolah dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai guna dalam tatanan ruang lingkup pendidikan sehingga sekolah dapat memahami kekuatan bersaing dan mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan secara sistematis dan konsisten.2 Manajemen strategik merupakan suatu proses yang dinamika karena ia berlangsung terus-menerus dalam suatu organisasi atau lembaga. Setiap strategik selalu memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan dimasa depan. Salah satu alasan utama mengapa demikian halnya ialah karena
1
Sulis Setiawati,”Penerapan Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Usaha Peningkatan
Prestasi Belajar Siswa Mdrasah Ibtidaiyah Negeri 02 Sampano Kecamatan Larompang Selatan Kabupaten Luwu”, Skripsi (Makassar, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin, 2011), h. 1. 2
Yuliana,”Implementasi Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Peserta Didik Di SMA Negeri 2 Takalar”, Skripsi (Makassar, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin, 2011), h. 2.
kondisi yang dihadapi oleh suatu organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu berubah-ubah pula. Dengan perkataan lain strategik manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah organisasi yang tingkat efektivitas dan produktivitasnya makin lama makin tinggi. Hanya dengan demikianlah tujuan dan berbagai sasarannya dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan.3 Mengkaitkan manajemen strategik dengan upaya mencapai keunggulan bersaing, bahkan dikatakan bahwa strategik adalah alat penting dalam rangka mencapai keunggulan dalam bersaing. Hal tersebut sejalan dengan tujuan strategik yaitu untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing. Implikasi dari kajian tersebut dikatakan masih meraih suatu keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang dari
lingkungannya,
yang
memungkinkan
organisasi
untuk
menarik
keuntungankeuntungan dari bidang yang menjadi kekuatan. Dengan demikian, sekolah sebagai salah satu pusat pelaksana kegiatan pendidikan merupakan lembaga terstruktur yang memiliki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah sebagai institusi mikro yang berperan langsung dalam mencetak generasi Indonesia yang berkualitas, sudah seharunya memperoleh perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat. Sekolah akan berfungsi dengan maksimal jika didukung oleh sistem manajemen yang terencana dan didukung oleh sumber daya manusia guru yang berkualitas, sarana-prasarana serta dana atau biaya pendidikan yang tepat. Penerapan peraturan dan sistem manajeman yang baku dalam lembaga pendidikan tentunya sangat dibutuhkan dalam upaya pemaksimalan potensi sekolah sehingga tercipta pendidikan yang bermutu. Tercapainya kesesuaian antara lingkungan, sekolah dan strategik, struktur serta proses sekolah, berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Dengan melihat unsur pekerjaan manajemen strategik mengenai pemanfaatan sumber daya manusia, maka timbullah kelompok manusia yaitu manajemen strategik yang 3
27.
Sondang P.Siagian, Manajemen Stratejik (Cet. X; Jakarta: PT Bumi Aksara,2012), hlm.
berkaitan dengan pendayagunaan sumber daya manusia dalam melakukan kinerja guru untuk jangka panjang dengan menggunakan strategik yang efektif dan efesien.4 Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya prinsip-prinsip belajar ini. Guru sebagai penyelanggara dan pengelolah kegiatan pembelajaran terimpilikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tertampak pada rencana pembelajaran maupun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru terwujud dalam prilaku fisik dan psikis mereka. Kesadaran adanya prinsip-prinsip belajar yang terwujud dalam prilaku guru, dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas dan kinerja pembelajaran guru yang diselenggarankan. Selanjutnya, Tilaar, mengemukakan bahwa krisis pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia ini berkisar pada krisis manajemen, di mana manajemen pendidikan merupakan mobilisasi segala sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.5 Sehingga Guru harus menyadari bahwa keaktifan membutukan keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian, perlu diingat bahwa keterlibatan langsung secara fisik tidak menjamin keaktifan belajar. Untuk melibatkan siswa secara fisik, mental-emosional, dan intelektual dalam pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Dalam mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu tentunya dibutuhkan suatu manajemen yang baik. Manajemen yang baik itu tentu mengacu pada fungsi-fungsi manajemen itu sendiri, dimana mencakup semua kegiatan yang dijalankan oleh institusi pendidikan, khususnya satuan pendidikan pada berbagai tingkatan dan fungsi tugasnya dalam rangka mencapai tujuan. Pada bagian ini 4 5
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Jakarta:2001), hlm. 24. Tilaar, H.A.R, Standar Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis (Cet.II; Jakarta.
Rineka Cipta, 2008), h. 89.
pembahasan
difokuskan
pada
implementasi
fungsi
perencanaan,
pengorganisasian, penggerak (Actuiting), pengoordinasian, pengarahan dan pengawasan dan pemantauan.6
B. Rumusan Masalah Berdasarkanlatar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Pengertian Manajemen Strategik Pendidikan ? 2. Bagaimana Tahap Proses Manajemen Strategik ? 3. Bagaimana Penerapan Manajemen Strategik ? 4. Bagaimana Menghadapi Persaingan Mutu Pendidikan ? 5. Apakah Pengertian Profesionalitas Guru ? 6. Bagaimana Pendidikan Profesi Guru ? 7. Apa sajakah Tugas dan Fungsi Tenaga Pendidik dan Kependidikan ? 8. Apa sajakah Kode Etik Tenaga Pendidik dan Kependidikan ? 9. Bagaimana Kompetensi Paedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional? 10. Bagaimana Tujuan Tenaga Pendidik dan Kependidikan ? 11. Bagaimana Usaha Sekolah dalam Peningkatan Profesionalitas Guru ?
C. Tujuan Makalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan makalah sebagai berikut yaitu untuk mengetahui: 1. Pengertian Manajemen Strategik Pendidikan. 2. Tahap Proses Manajemen Strategik. 3. Penerapan Manajemen Strategik. 4. Bagaimana Menghadapi Persaingan Mutu Pendidikan. 5. Pengertian Profesionalitas Guru. 6. Pendidikan Profesi Guru. 7. Tugas dan Fungsi Tenaga Pendidik dan Kependidikan. 8. Kode Etik Tenaga Pendidik dan Kependidikan. 6
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Cet: III, Bandung, Alfabeta, 2011), hlm. 54.
9. Kompetensi Paedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional. 10. Tujuan Tenaga Pendidik dan Kependidikan. 11. Usaha Sekolah dalam Peningkatan Profesionalitas Guru.
BAB II PEMBAHASAN PENERAPAN MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU
A. Manajemen Strategik Pendidikan 1. Pengertian Manajemen Strategik Pendidikan Manajemen strategik secara garis besar telah mulai didiskusikan. Istilah manajemen strategik terbentuk dari dua kata yakni strategic berasal dari bahasa Yunani, strategia, yang berarti seni atau ilmu menjadi seorang jenderal.
Jenderal
Yunani
yang
efektif
perlu
memimpin
tentara,
memenangkan peperangan dan mempertahankan wilayah melindungi kota dari serangan musuh, menghancurkan musuh.7 Sedangkan dalam kamus Belanda-Indonesia, strategik berasal dari kata majemuk, yang artinya siasat perang, istilah strategik tersebut digunakan dalam kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar.8 Secara harfiah manajemen strategik tergabung dari dua kata yaitu manajemen dan strategik. Kata manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan
urutan
dari
fungsi-fungsi
manajemen
itu.9
Sehingga
manajemen diartikan sebagai proses pemahaman sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.10 Manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain 7
http://hipni.blogspot.co.id-pengertian-definisi-manajemen-strategi.html (Makasssar, 31
Mei 2016). 8
Datje Rahajoekoesoemah, Kamus Belanda-Indonesia (Cet.I; Jakarta: Rineka Cipta,
1993), h. 1388. 9
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen (Ed. Revisi, Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 1. 10
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Ed. I,
Jakarta: Moderen English Press, 1991), h. 92
dalammencapai
tujuan organisasi.11
Strategik
merupakan instrumen
manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari termasuk dalam manajemen sekolah. Strategik sekolah menjelaskan metode dan proses manajemen strategik untuk mencapai tujuan strategiknya. Langkah dalam proses manajemen strategik sekolah mencakup identifikasi pilihan-pilihan strategik yang mungkin dapat dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah, evaluasi alternatif-alternatif strategik dengan menggunakan kriteria yang pasti dan memiliki sebuah alternatif atau kelompok yang mungkin menjadi strategik sekolah.12 Deskripsi di atas menjelaskan bahwa manajemen strategik merupakan serangkaian tindakan dan keputusan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dan jangka panjang.13 Dengan upaya memutuskan persoalan strategik, perencanaan, dan bagaimana strategik tersebut dapat dilaksanakan dalam wujud implementatif. Ada beberapa pendapat lain tentang pengertian strategik, antara lain: a. Strategik didefinisikan sebagai garis besar haluan Negara bertindak untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.14 b. H. M Arifin. Med. Memberikan pengertian strategik adalah sebagai segala upaya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasil secara maksimal.15 c. Strategik adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu.16 11
S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2003), h. 216. 12
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Cet. V;Bandung: CV. Alfabeta, 2001), h.137. 13
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, 2001, h.
129. 14
Tabrani Rusyah, Atang K. BA, Drs Zainal A, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 1992), h.209. 15
M. Arifin. Med, Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.58.
Dari deskripsi tersebut jelaslah bahwa suatu organisasi hendaknya mampu mengimplementasikan konsep-konsep manajemen strategik dalam lingkungan pendidikan dan pembelajaran. Karena pada hakekatnya manajemen strategik bertujuan agar organisasi memiliki produktivitas yang tinggi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan demikian suatu proses perencanaan yang disusun dan ditentukan oleh seorang pemimpin, yang jika dikaitkan dengan pendidikan berarti yang berwenang dalam hal tersebut adalah kepala sekolah yang dapat dibantu oleh tenaga pendidik lainnya sehingga apa yang direncanakan dapat dicapai secara efektif dan efesien. Pada konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategik organisasi. Rancangan ini disebut sebagai perencanaan strategik. Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital, perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan. Manajemen strategik sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencanarencana yang dirancang untuk mencapai sasaransasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu: a. Merumuskan visi dan misi organisasi meliputi rumusan umum filosofi dan tujuan. b. Mengembangkan profil organisasi yang mencerminkan kondisi internalnya. c. Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi pesaing dan faktor kontekstual. d. Menganalisis alternatif strategik dengan menyesuaikan sumber daya yang dimiliki dengan lingkungan eksternal.
16
h.859.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ct. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
e. Mengidentifikasi setiap alternatif strategik untuk menentukan strategik mana yang paling sesuai visi dan misi organisasi. f. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategik umum. g. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategik jangka pendek. h. Mengimplementasikan
pilihan
strategik
dengan
cara
mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem imbalan. i. Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang.17 Berdasarkan pengamalan historis di dalam penyelenggaraan suatu organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip manajemen strategik di dalam lembaga pendidikan adalah membantu lembaga pendidikan merumuskan strategik yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan sistematis, logis, dan rasional pada proses pemilihan strategik pengelolaan pendidikan diera global yang terus mengalami perubahan. Dasar manajemen strategik adalah menumbuhkan komitmen atau dukungan dari semua pihak (sumber daya manusia) mengenai visi, misi lembaga pendidikan,
sasaran
penyelenggaraan
pendidikan,
dan
upaya-upaya
pencapaiannya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama manajemen strategik adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua eksekutif maupun pelaksana lembaga pendidikan. Manfaat besar dari manajemen strategik adalah memberi peluang bagi organisasi dalam pemberdayaan individual.
Pemberdayaan
adalah
tindakan
memperkuat
pengertian
karyawan mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi. Penerapan manajemen strategik di dalam penyelenggaraan sistem pendidikan memungkinkan suatu organisasi penyelenggara pendidikan 17
Mei 2016)
http://hipni.blogspot.co.id-pengertian-definisi-manajemen-strategi.html (Makassar, 31
(termasuk di dalamnya sekolah dan departemen pendidikan) untuk lebih proaktif dari pada reaktif dalam membentuk masa depan lembaga pendidikan didunia global dewasa ini. Penerapan konsep berpikir dan bertindak strategik, lembaga pendidikan diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi dari pada hanya memberi respons terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan birokratis, namun lebih dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras merencanakan kegiatankegiatan strategik, mengimplementasikan dan mengendalikan segenap operasional kelembagaan untuk mencapai tujuan strategik yang telah dirumuskan. 2. Tahap Proses Manajemen Strategik Dalam menentukan langkah-langkah dan strategik yang akan diambil oleh sekolah, pengambilan keputusan harus berdasarkan tahapan proses manajemen strategik. Hal itu diperlukan mengingat pentingnya untuk mengamati, menganalisis situasi dan lingkungan yang ada sebelum menentukan strategik dari suatu lembaga pendidikan. Proses manajemen strategik mempunyai tiga tahapan yang saling terkait dan melengkapisatu sama lain. Tahap proses manajemen strategik adalah formulasi strategi (Strategy Formulation), pelaksanaan strategi (Strategy Implementation) dan evaluasi strategi (Strategy Evaluation).18 a. Formulasi Strategi (Strategy Formulation) Formulasi strategi merupakan tahap pertama dalam poses manajemen strategi yang mengutamakan efektivitas. Dalam tahap ini perusahaan harus menentukan arah dan tujuan yang akan ditempuh dalam menghadapi persaingan dan lingkungan agar dapat berkesinambungan dan berjangka panjang. Kegiatan yang harus dilakukan dalam formulasi stratgi ini adalah: 1) Mengembangkan visi dan misi. 2) Mnganalisis situasi lingkungan. 18
h.92.
Azhar Arsyad, DKK, Pengantar Manajemen (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2006),
3) Pengembangan tujuan jangka panjang. 4) Pendataan alternative-alternatif strategi. 5) Seleksi strategi-strategi yang dapat diambil sesuai dengan keadaan perusahaan dan lingkungan. b. Pelaksanaan Strategi (Strategy Implementation) Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari formulasi strategi yang mengutamakan efesiensi. Setelah strategi-strategi telah diseleksi dan dianalisa sesuai dengan keadaan lingkungan dan perusahaan, maka pada tahap ini perusahaan harus memastikan bahwa semua formulasi strategi itu dapat berjalan dengan harapan. Tahap ini merupakan proses operasional, tahapan tindakan dan dinilai paling sulit dari tahap manajemen strategi yang ada.19 Dalam tahap ini, perusahaan diminta untuk mngerjakan beberapa langkah-langkah sebelum formulasi strategi dapat dilakukan. Langkah-langkah tersebut adalah mengembangkan tujuan tahunan, memikirkan kebijakan-kebijakan, memotivasi karyawan dengan menggunakan keahlian antar personal dan mengalokasikan sumber daya. Pada tahap ini, semua karyawan dan manajer harus melibatkan diri dan mengerjakan tugasnya masing-masing agar pelaksanaan formulasi strategi dapat sukses. Agar kesuksesan pelaksanaan dapat dicapai maka perusahaan harus menciptakan kepemimpinan yang persuasif dengan budaya pendukung strategi perusahaan
dan
memotivasi
karyawan,
koordinasi
antara
kelompok, membuat struktur organisasi yang efektif, mengubah usaha
pemasaran
yang
sesuai,
menyiapkan
anggaran,
mengembangkan dan menggunakan sistem informasi, serta
19
L. J. Bourgeois dan David R. Brodwin, “Strategic Implementation: Five Approaches to an Elusive Phenomenon” (Strategic Manajemen Journal 5, 1984), h.241-264.
memberikan penghargaan yang layak kepada karyawan atas kontribusinya akan kinerja perusahaan.20 c. Evaluasi Strategi (Strategy Evaluation) Pada tahap terakhir dalam manajemen strategi ini, perusahan dapat menilai apakah formulasi strategi dapat dilaksanakan dengan baik pada tahap implementasi strategi. Tanpa adanya implementasi strategi yang memadai maka formulasi strategi yang baik akan menjadi sia-sia. Hasil yang didapat dari implementasi akan direview pada tahap ini. Dasar kegiatan evaluasi strategi meliputi membandingkan faktor eksternal dan internal dengan strategi yang ada, mengukur kinerja dan mengambil tindakan koreksi. Berdasarkan hasil yang dievaluasi maka perusahaan bisa menguas kembali strategi perusahaan. Sehingga
perbandingan
hasil
dengan
harapan
dan
pengidentifikasi tindakan dapat dijadikan pengalaman berharga bagi perusahaan. Hal ini mengingat bahwa sukses pada hari ini bukanlah garansi akan kesuksesnya hari esok.21 3. Penerapan Manajemen Strategik Dalam beberapa pengertian tentang manajemen strategik terdapat satu hal yang dapat disimpulkan bahwa: a.
Penerapan strategik, yang meliputi pengembangan visi, misi dan tujuan jangka panjang dan mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan perusahaan atau organisasi, pengembangan alternatif-alternatif dan penentu strategik yang sesuai untuk diadopsi.
20
Jay R. Gaibraith, Strategi Implementation Structure, Systems and Proces (Cet. II; USA:
West, 1986), h. 341. 21
h.99.
Azhar Arsyad, DKK, Pengantar Manajemen (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2006),
b. Penerapan strategik, meliputi penentu sasaran operasional tahunan, kebijakan perusahaaan atau organisasi, motivasi karyawan dan mengalokasikan sumber-sumber daya agar srategik yang telah ditetapkan dan diimplementasikan. c.
Evaluasi atau kontrol strategik, mencakup usaha untuk memonitor seluruh hasil dari pembuatan dan penerapan strategik, termasuk mengukur kinerja individu dan perusahaan serta mengambil langkalangkah perbaikan jika diperlukan.22 Selain itu penerapan akan berlangsung secara efektif dan efesien
apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoprasikan sekolah. Dalam rangka proses manajemen strategik, perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah.23 Penerapan staretgik dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasi tujuan strategik kedalam aksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. Karena itu, kemampuan kepala Madrasah dan personal Madrasah lainnya dapat menerapkan suatu strategik dalam manajemen suatu madrasah merupakan hal yang sangat penting dalam kaitannya dengan skill kepala madrasah sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab terhadap kemajuan profesional guru. 4. Menghadapi Persaingan Mutu Pendidikan Dalam menentukan starategik, baik untuk organisasi yang memiliki arah dan sasaran yang tertulis maupun tidak, perlu memperhatikan berbagai hal, termasuk kemampuan SDM dan anggaran. Langkah-langkah formulasi strategik dalam manajemen sekolah tentu dimulai dari penetapan visi dan misi sekolah yang utuh dengan melibatkan masyarakat sekolah dan stakeholder sekolah, melakukan assessment sekolah merespon perubahan 22
J. David Haunger dan Tomas L Wheelen, Manajemen Strategi (Yogyakarta: Andi,
2001,2003), h. 4. 23
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. op. cit., h. 59.
dan menetapkan arah maupun sasaran sekolah agar tercapai tujuan dan target yang ditentukan sebelumnya. Fase implementasi mencakup langkah pergerakan strategik, melakukan evaluasi strategik dan mengontrol atau pengawasan strategik (1) pergerakan strategik dapat didinamiskan dengan memperhatikan struktur, kebijakan
dan
komitment
sumber
daya.
Lebih
lengkap
dalam
menggerakkan strategik ini perlu memperhatikan bagian-bagian antara lain penempatan dalam struktur organisasi, isi arahan dan kebijakan, komitmen sumber daya, kepemimpin dalam organisasi, aplikasi motivasi menjadi kegiatan strategik, penggunaan dasar-dasar kekuatan dan politik; (2) evaluasi strategik dengan penuh kedisiplinan sangat diperlukan untuk memastikan apakah implementasi sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati. Tujuan
utama
dari
evaluasi
strategik
ini
memonitor
dan
mengevaluasi perkembangan organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran dengan menggunakan standar tertentu, yang selanjutnya dapat memberikan koreksi atau mempertimbangkan kemungkinan mengubah metode yang lebih sesuai dengan menggunakan tujuan; dan (3) melakukan kontrol strategik sebagai langkah sesuai yang terkait langsung dengan evaluasi dengan maksud memberikan koreksi atau bimbingan, hasil dari koreksi itu dapat diambil kebijakan selanjutnya. Sesuatu yang normal terjadi, munculnya kesenjangan atau gabungan antara konsep dengan perencanaan maupun implementasi. Perbedaan antara unit organisasi dengan perencanaan yang fleksibel mengacu pada terminologi performan organisasi.24 B. Profesionalitas Guru 1. Pengertian Profesionalitas Guru Profesionalitas secara garis besar merupakan kata sifat yang berarti karakter kerja seseorang dalam menekuni profesinya atau juga kemampuan 24
Syaiful Sagala, Manajemen Stategik dalameningkatan Mutu Pendidikan (Cet.VI; PT.Bandung, 2013), h. 132.
untuk bertindak secara profesional. Profesionalitas juga menyangkut perihal profesi atau keprofesian yang menyangkut kualitas sikap sang pemangku jabatan terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya.25 Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang
mereka
miliki
untuk
melakukan
tugas-tugasnya.
Sebutan
profesionalitas lebih menggambarkan suatu keadaan drajat keprofesian seseorang yang dilihat dari sikap, pemgetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi bukan sebagai pengisi waktu
luang
atau
hobi
belaka.
Seorang
profesional
mempunyai
kebermaknaan ahli (expert) dengan pengetahuan yang dimilikinya dalam melayani pekerjaannya. Tanggung jawab (responsibillitas) atas keputusan baik intelektual maupun sikap, dan memiliki rasa kesejawatan menjunjung tinggi etika profesi dalam suatu lembaga yang dinamis.26 Profesi diukur berdasarkan kepentingan dan tingkat kesulitan yang dimiliki. Dalam dunia keprofesian, kita mengenal berbagai terminologi kualifikasi profesi, yaitu: profesi, semiprofesi, terampil, tidak terampil dan quasi profesi. “Gilley dan Enggland mendefisinikan profesi sebagai bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan yang memerlukan keahlian dan pengalaman pelakunya diperlukan oleh masyarakat”.27
25
http://www.andreanperdana.com/2013/03/pengertian-profesi-profesional.html
(Makassar, 24 Februari 2017) 26
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga kependidikan (Cet. III;
Bandung: Alfabeta, 2011), h. 1. 27
Gilley, dan England, Principles Of Human Resourches Development (New York:
Addison Wesley Pub. Company. Inc, 1989), h. 20
2. Pendidikan Profesi Guru Menurut Poerwadarminta, guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Dilihat dari pengertian di atas, mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik muridnya.28 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.29 Adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/DIV non-kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar memiliki berbagai kompetensi secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik sebagai bekal menjadi guru yang profesional pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.30 3. Tugas dan Fungsi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Berdasarkan undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 39 (1) tenaga kependidikan
bertugas
melaksanakan
administrasi,
pengelolaan,
pemgembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pasal (2) pendidikan merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan
28
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Yakarta: Balai Pustaka:
1996), h. 335. 29
30
2008), h.2.
Undang-Undang R.I. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 Ayat 1
Dirjen Dikti, Draft Panduan Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan ( Jakarta: 22 Juli
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi. Secara khusus tugas dan fungsi tenaga pendidik (guru dan dosen) didasarkan pada undang-undang N0. 14 Tahun 2007, yaitu sebagai agen pembelajaran
untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan
nasional,
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta pengabdian kepada dosen sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasioanal dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang sehat, berilmu, cakap, kreatif, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara professional tenaga pandidik dan kependidikan harus memiliki kompetensi yang disyaratkan baik oleh peraturan pemerintah maupun kebutuhan masyarakat antara lain:31 a. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b. Pendidikan untuk pendidikan formal pada ajenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menegah dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terekreditasi. Guru sebagai pekerjaan profesi, secara holistik adalah berada pada tingkatan tertinggi dalam sistem pendidikan nasional. Karena guru dalam melaksanakan tugas profesionalnaya memiliki otonomi yang kuat. Adapun tugas guru sangat banyak baik yang terkait dengan kedinasan dan profesinya di sekolah. Seperti mengajar dan membimbing para muridnya, memberikan penilaian hasil belajar peserta didiknya, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Disamping itu, guru haruslah senantiasa berupaya 31
Endang Herawan, Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan, h. 233.
meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman, ataupun di luar kedinasan yang terkait dengan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum di luar sekolah.32 Guru tidak boleh terisolasi dari perkembangan sosial masyarakat. Tugas
guru sebagai
pendidik merupakan tugas mewariskan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada para muridnya. Kemudian muridnya belajar
memperoleh
dan
mengembangkan
keterampilan,
berlatih
menerapkannya demi kemanfaatan yang lebih besar juga dari gurunya. Guru professional siap difungsikan sebagai orangtua pertama. Itulah sebabnya guru perlu menguasai ilmu jiwa dan watak manusia untuk dapat diterapi dan dilayani secara tepat oleh para guru. Dengan demikian tampak secara jelas bahwa tugas dan tanggung jawab guru begitu berat dan luas. Secara garis besar (1) mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaiaan dan pengalaman empirik, kepada para muridnya; (2) membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan nilai dasar negara; (3) mengantarkan anak didik menjadi warga negara yang baik, memfungsikan diri sebagai media dan perantara pembelajaran bagi anak didik; (4) mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki kedewasaan dalam berbicara, bertindak dan bersikap; (5) memfungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat lingkungan, baik sekolah negeri maupun swasta; (6) harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin baik untuk dirinya, maupun murid dan orang lain; (7) memungsikan diri sebagai administrator dan sekaligus manajer yang disenangi; (8) melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi; (9) guru diberi tanggung jawab paling besar dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilan; (10) membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi muridnya, dan (11) guru harus dapat merangsang anak didik untuk memiliki semangat yang tinggi dan gairah yang kuat dalam 32
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Cet. III; Bandung: PT. Alfabeta, 2011), h. 11.
membentuk kelompok studi, mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka menambah pengalaman.33 4. Kode Etik Tenaga Pendidik dan Kependidikan Guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing
dan
mengarahkan,
melatih,
menilai
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan menengah (UU Nomor 14 Tahun 2005). Dilihat dari segi tugas dan tanggung jawab guru, maka pada hakekatnya tugas dan
tanggung jawab
yang diembannya adalah
terwujudnya dari amanah Allah SWT, amanah orang tua, bahkan amanah dari masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian amanah yang diamanahkan kepadanya mutlak harus dipertanggung jawabkan.34 Karena pentingnya tugas dan tanggung jawab yang diamanahkna kepada guru adalah mengantarkan peserta didiknya agar berhasil sebagaimana yang diharapkan, maka guru perlu memiliki etika kepribadian atau kode etik antara lain: a. Ilmu Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi sebagai bukti bahwa pemiliknya telah memiliki ilmu pengetahuan dan ksanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru juga harus mempunyai ijazah agar diperbolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik semakin meningkat, sedangkan jumlah guru jauh lebih mencukupi, maka terpaksa menopang yang sementara, yakni menerima
guru
yang
belum
berijazah.
Karena
semakin
tinggipendidikan guru makin baik pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat guru dimata masyarakat. 33
34
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, h. 12. Abd. Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika (Cet. IX; Yogyakarta:
PT. Grha Guru, 2014), h. 56.
b. Sehat Jasmani Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Kesehatan fisik (jasmani) sangat penting bagi seseorang terlebih lagi bagi seorang pemimpin termasuk guru. Mengingat bahwa ugasnya memerlukan kerja fisik. Pentingnya kesehatan jasmani bagi guru karena sangat mempengaruhi semangat kerja. Sebab guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan peserta didik. c. Berkelakuan Baik Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan watak anak didik, guru harus menjadi model teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan bisa dilakukan apabila pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik, yang dimaksud akhlak mulia dalam pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti yang dicontohkan oleh pendidik utama Nabi Muhammad Saw. Diantara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil pada semua peserta didiknya, berlaku sabar dan tenang, beribawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain, terutama orang tua peserta didik.35 Di
Indonesia, untuk
menjadi
guru
diatur dalam
beberapa
persyaratan, yakni berijazah, profesional, sehat jasmani dan rohani, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa,
berkepribadian luhur,
bertanggung jawab dan berjiwa nasional, persyaratan bagi seorang guru lebih lengkap lagi diatur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 14 Thun 2005 Tentang guru dan dosen.36
35 36
Abd. Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika, h. 58. Ibid., Abd Rahman Getteng. H. 59.
5. Kompetensi Paedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik menunjuk pada kemampuan mengelolapembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian menunjukan pada kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi profesional menunjukkan pada kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial menunjuk kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.37 a. Kompetensi Pedagogik Pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi guru selama ini diserahkan pada guru itu sendiri. Jika guru itu mau mengembangkan dirinya sendiri, maka guru itu akan berkualitas, karena ia senantiasa mencari peluang untuk meningkatkan kualitasnya sendiri. Adapun kompetensi yang harus dilaksanakan yaitu: 1. Merancang pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang telah dikembangkan. 2. Kemampuan mengelola program belajar mengajar. 3. Menguasai materi ajar. 4. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar. 5. Kemampuan menilai peserta didik untuk kependidikan pengajaran. 6. Kemampuan mengelola kelas. 7. Mampu melaksanakan dengan 37
h. 31.
suasana.
pembelajaran
dialogis
dan
yang mendidik
interaktif,
sehingga
Aan Hasan, Pengembangan Profesi Guru (Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),
pembelajaran menjadi aktif, inovtif, kreatif, efektif dan menyenangkan.38 b. Kompetensi Kepribadian Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh kehidupannya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan kewibawaan terutama di depan muridmuridnya. Adapun kemampuan yang harus dilakukan yaitu: 1. Seorang guru yang dewasa, arif , bijaksana dan berwibawa 2. Kemampuan mengembangkan kepribadian, seperti berfikir kreatif dan kritis. 3. Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi. 4. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 5. Secara obyek mengevaluasi kinerja sendiri,dan 6. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.39 c. Kemampuan Sosial Artinya kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai
makhluk
sosial
guru
berperilaku
santun,
maupun
berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. 1. Berkomunikasi lisan, tulisan dan isyarat. 2. Mengusahakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. 3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan serta orang tua/wali peserta didik. 38
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesinal Guru dan Tenaga Kependidikan (Cet: III;
Bandung: Alfabeta, 2011), h. 31-32. 39
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesinal Guru dan Tenaga Kependidikan, h. 34
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar d. Kompetensi Profesional Merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran serta secara meluas dan mendalam. 1. Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan. 2. Keahlian bidang tertentu sesuai dengan profesinya. 3. Kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. 4. Betindak objek dan tidak diskriminatif.40
6. Tujuan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Di negara kita ada satu Direktorat tenaga pendidikan di bawah Dirjen peningkatan mutu pendidikan dan kependidikan (PMPTK) yang memiliki wewenang untuk mengatur, mengelola tenaga pendidik dan kependidikan. Berdasarkan (Permendiknas No. 8 Tahun 2005) “Tugas Ditjen” PMPTK Direktorat Jendral peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan (Ditjen PMPTK) yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan standarisasi teknis dibidang peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menegah dan pendidikan non-formal.41
7. Usaha Sekolah dalam Peningkatan Profesionalitas Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap sekolah telah berupaya untuk meningkatkan kompetensi guru; dengan inisiatif dari guru, kepala sekolah, komite sekolah, MGMP/KKG, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, serta lembaga swasta.42 40 41 42
h. 49.
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesinal Guru dan Tenaga Kependidikan, h. 40. Endang Herawan, Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan, h. 231-232. Aan Hasan, Pengembangan Profesi Guru (Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),
Pertama, upaya oleh guru berupa melanjutkan tingkat pendidikan, mengikuti berbagai kegiatan MGMP/KKG, pelatihan, penataran, workshop, seminar dan meningkatkan kinerja. Hal yang cukup menggembirakan adalah adanya kemauan sebagian guru untuk selalu meningkatkan kinerja dalam membelajarkan anak didik. Kedua, upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam membina dan meningkatkan kompetensi guru antara lain berupa: a. Mengirim guru untuk mengikuti pelatihan, perantara, lokakarya, workshop dan seminar. b. Mengadakan sosialisasi hasil penelitian dan berbagai kebijakan pemerintah dengan mendatangkan sumber. c. Mengadakan pelatihan komputer dan bahasa Inggris d. Mendorong guru untuk melanjutkan studi agar sesuai dengan tuntutan pemerintah. e. Mengadakan studi banding ke sekolah lain yang dipandang lebih maju. f. Mengirim guru untuk magang ke sekolah lain. g. Melengkapi sarana dan brbagai media penunjang kegiatan pembelajaran. h. Memberikan penghargaan bagi guru yang berprestasi. i. Memberikan keteladanan, dorongan dan menggugah hati nurani guru agar menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai guru. Ketiga, upaya masyarakat. Peran masyarakat yang terwadahi dalam komite sekolah ataupun paguyuban kelas berupa penggalangan dana untuk membantu kelancaran proses pembelajaran seperti; pengadaan gedung dan peralatan sekolah. Keempat, peran MGMP dan KKG, pada dasarnya, MGMP bagi guru, merupakan wadah untuk bekerja sama dalam mengatasi berbagai kesulitan dan meningkatkan kompetensi.
Kelima, upaya peningkatan kompetensi guru dari pemerintah daerah dan pusat; antara lain berupa bantuan dana, beasiswa studi lanjut bagi guru, peralatan dan media pembelajaran, serta berbagai kegiatan pembinaan, pelatihan, penataran dan workshop.43
43
Aan Hasan, Pengembangan Profesi Guru... h. 50.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, akhirnya penulis membeikan kesimpulan bahwa seorang kepala sekolah harus mampu menerapkan
manajemen
strategik
pendidikan
dalam
meningkatkan
profesionalitas guru. Adapun peningkatan profesionalitas guru meliputi empat kompetensi yang wajib dimilki oleh tenaga pendidik yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Dimana dalam mengukur suatu mutu pendidikan tentu perlu melakukan langkah awal seperti: mampu mempersiapkan kelengkapan pembelajaran yang wajib dibuat (Silabus, RPP (Rencana Pelaksanakan Pembelajaran), Program tahunan, program smester dan pengayaan). Dengan demikianlah proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Serta mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan bijaksana dan santun, mampu melaksakan peran sosial di dalam sekolah maupun di luar sekolah, dan mampu menunaikan profesinya sesuai dengan kode etik guru. Penerapan manajemen strategik pendidikan dalam meningkatkan profesionalitas gurumerupakan upaya dalam peningkatan profesionalitas guru bertujuan untuk mentransformasi tujuan strategik ke dalam aksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. Karena betapapun hebatnya suatu strategik jika tidak diterapkan tentu saja strategik tersebut tidak akan bermakna bagi peningkatan mutu pendidikan. Oleh
karena
itu
kemampuan
Kepala
Sekolah/Madrasah
dalam
meningkatkan profesionalitas guru adalah membimbing para guru apabila mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar, mengadakan serta mengikut sertakan para guru dalam pelatihan-pelatihan seperti MGMP, diikutkan dalam berbagai seminar serta pelatihan-pelatihan lain yang dapat
meningkatkan profesionalitas guru
sehingga menjadi guru yang berkualitas
dalam meningkatkan mutu dan mencapai tujuan pendidikan. B. Saran Diharapkan kepada pihak sekolah agar dapat meningkatkan manajemen strategiknya secara kreatif dan inovatif serta dapat mnerapkannya secara efektif dan efesien. Dalam mneningkatkan mutu pendidikan hendaknya menjadikan manajemen strategik sebagai pijakan dalam mengoptimalkan pelaksanaan program sekolah/madrasah.
DAFTAR PUSTAKA
Aan Hasan, Pengembangan Profesi Guru (Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), Abd. Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika (Cet. IX; Yogyakarta: PT. Grha Guru, 2014). Azhar Arsyad, DKK, Pengantar Manajemen (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2006). Datje Rahajoekoesoemah, Kamus Belanda-Indonesia (Cet.I; Jakarta: Rineka Cipta, 1993). Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ct. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989). Dirjen Dikti, Draft Panduan Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan ( Jakarta: 22 Juli 2008). Gilley, dan England, Principles Of Human Resourches Development (New York: Addison Wesley Pub. Company. Inc, 1989). http://hipni.blogspot.co.id-pengertian-definisi-manajemen-strategi.html (Makasssar, 31 Mei 2016) http://hipni.blogspot.co.id-pengertian-definisi-manajemen-strategi.html (Makassar, 31 Mei 2016). http://www.andreanperdana.com/2013/03/pengertian-profesi-profesional.html (Makassar, 24 Februari 2017). J. David Haunger dan Tomas L Wheelen, Manajemen Strategi (Yogyakarta: Andi, 2001,2003). Jay R. Gaibraith, Strategi Implementation Structure, Systems and Proces (Cet. II; USA: West, 1986). L. J. Bourgeois dan David R. Brodwin, “Strategic Implementation: Five Approaches to an Elusive Phenomenon” (Strategic Manajemen Journal 5, 1984). M. Arifin. Med, Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1991).
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen (Ed. Revisi, Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Ed. I, Jakarta: Moderen English Press, 1991). S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2003). Syaiful Sagala, Kemampuan Profesinal Guru dan Tenaga Kependidikan (Cet: III; Bandung: Alfabeta, 2011). Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga kependidikan (Cet. III; Bandung: Alfabeta, 2011). Syaiful Sagala, Manajemen Stategik dalameningkatan Mutu Pendidikan (Cet.VI; PT.Bandung, 2013). Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Cet. V; Bandung: CV. Alfabeta, 2001). Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, 2001. Tabrani Rusyah, Atang K. BA, Drs Zainal A, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 1992). Undang-Undang R.I. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 Ayat 1. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Yakarta: Balai Pustaka: 1996).
MAKALAH:
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI STRATEGI “Makalah ini diberikan untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan”
NAMA MAHASISWA
: TRI ALFA IZUN
NIM
: 0307161033
PRODI/SEMESTER
: MPI-1 / V (lima)
MATA KULIAH
: Manajemen Strategi Pendidikan
DOSEN PENGAMPU
: Dr. Fridiyanto, M. Pd
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur ditujukan kepada Tuhan yang maha esa, karena atas rahmatNyajualah saya dapat menyelesaikan makalah tentang Implementasi dan Evaluasi Strategi. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam memberikan masukan dan kritik yang membangun yang dapat menjadikan makalah ini lebih lengkap dan lebih layak sebagai informasi. Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto, M,Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan yang telah berkenan memberikan informasi tentang makalah yang akan saya bahas dan kerjakan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya senantiasa mengharapkan masukan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Wassalam.
Medan, 15 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
2
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan Makalah
4
BAB II PEMBAHASAN
4
A. Pengertian dari Implementasi strategi
4
B. Proses Implementasi strategi
5
C. Implementasi dalam budaya organisasi
8
D. Sifat strategi implementasi
10
E. evaluasi Strategi
11
F. Bagaimana hakekat evaluasi strategi
14
G. Bagaimana evaluasi faktor-faktor Strategi
16
H. Bagaimana pemimpin dalam implementasi dan evaluasi strategi
17
BAB III PENUTUP
19
A. Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
20
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan komponen yang memiliki peranan yang strategis bagi bangsa Indonesia
untuk dapat survive dalam persaingan dunia. Output dan
outcome dari dunia pendidikan sangat diharapkan dapat mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Salah satu tujuan Bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan usaha yang terencana dan terprogram dengan jelas dalam agenda pemerintah yang berupa penyelenggaraan pendidikan. Manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar atau menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu organisasi sehingga semua tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai.1 Suatu Strategi dipilih dari semakin banyak alternative yang telah dianalisis dan dipertimbangkan dengan teliti dan matang serta dilaksanakan dalam satu kurun waktu tertentu. Maksudnya adalah agar suatu organisasi berada apada kondisi dan posisi yang efektif dalam upaya menciptakan tujuan dan berbagai sasaran dalam lingkungan eksternal yang sering berubah pada tingkat dan intensitasnya yang pada kalanya tidak mungkin diperhitungkan sebelumnya. Suatu strategi didefinisikan berorientasi pada masa depan. Karena orientasi demikian pemilihan strategi tertentu pada umumnya didasarkan pada berbagai asumsi yang berdasarkan asumsi yang digunakan oleh para perumus dan penentu strategi itu dengan sepenuhnya menyadari bahwa semua peristiwa dan faktor yang
1
117
Rahayu Puji Suci. Esensi Manajemen Strategi. (Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015) Hlm.
berpengaruh
pada
implementasi
strategi
dapat
dipertimbangkan
dan
diperhitungkan dengan tepat. Implementasi bertujuan agar strategi yang dibuat tidak hanya ditrumuskan dan tertulis saja, tetapi ada kerja nyata sebagai bentuk dari pengimplementasiannya baik dalam perencanaan strategis, agar benar-benar dapat mencapai arah yang telah ditentukan, serta orang-orang yang terlibat akan mampu bekerja keras. Untuk
menentukan
apakah
implementasi
strategi
dapat
terlaksana
sebagaimana mestinya atau tidak, manajemen mutlak melakukan tiga jenis tindakan, yaitu dengan melakukan evaluasi, membuat penilaian dan menciptakan suatu system umpan yang sifatnya strategi pula.2
B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Implementasi strategi? 2. Bagaimana proses Implementasi strategi ? 3. Bagaimana implementasi dalam budaya organisasi? 4. Sifat strategi implementasi 5. Apa itu evaluasi Strategi ? 6. Bagaimana hakekat evaluasi strategi ? 7. Bagaimana evaluasi faktor-faktor Strategi? 8. Bagaimana pemimpin dalam implementasi dan evaluasi strategi?
C. Tujuan 1. Agar mengetahui apa pengertian dari implementasi strategi 2. Agar mengetahui bagaimana proses implementasi strategi 3. Agar mengetahui bagaimana implementasi dalam budaya organisasi 4. Agar mengetahui sifat strategi implementasi 5. Agar mengetahui apa itu evaluasi strategi 2
Nur Kholis. Manajemen strategi pendidikan (formulasi, implementasi, dan pengawasan). (Surabaya:UIN SA Press,2014) Hlm. 150
6. Agar mengetahui bagaimana hakekat evaluasi strategi 7. Agar mengetahui bagaimana evaluasi faktor-faktor strategi 8. Agar mengetahui bagaiamana peran pemimpin dalam implementasi dan evaluasi strategi
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Implementasi Strategi Implementasi strategi adalah jumlah total dari aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk melaksanakan perencanaan strategik. Implementasi strategi adalah proses melaksanakan kebijakan, strategi dan pencapaian sasaran melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Meskipun
implementasi
biasanya
dipertimbangkan
setelah
strategi
diformulasikan, implementasi adalah sebuah kunci dari manajemen strategi. Formulasi strategi dan implementasi strategi adalah dua sisi mata uang yang sama. Masalah yang sering disebutkan setelah integrasi merger adalah komunikasi yang jelek, harapan sinergi yang tidak realistis, masalah yang sudah terstruktur, kehilangan master plan, kehilangan momentum, tidak ada komitment dari manajemen puncak, kesesuaian strategik yang tidak jelas. Menurut Olson Dkk, hal-hal yang tidak diharapkan terjadi terutama karena pilihan strategi atau desain organisasi yang buruk.3 Implementasi Merupakan perwujudan dari program-program yang telah ditetapkan
dalam
perumusan
strategi.
Menurut
hungerda
Wheelen,
mengemukakan bahwa “implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggraran, dan prosedur. 1. Program Program adalah pernyataan aktifitas-aktifitas atau langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. 2. Anggaran
3
Nur Hidayah. Buku Ajar Manajemen Strategik. Yogyakarta: LP3EM Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,2018) Hlm. 130
Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya yang dapt digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan. 3. Prosedur Kadang disebut sebagai Standart Operating Procedures (SOP). Prosedur adalah
system langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan yang
menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan.4
B. Proses Implementasi Strategi Implementasi manajemen strategik bagaimanapun akan meningkatkan kinerja organisasi. Sebab manajemen strategic berupaya melakukan pengamatan terhadap terjadinya perubahan lingkungan. Implementasi bertujuan agar strategi yang telah dibuat tidak hanya dirumuskan dan tertulis saja tetapi ada kerja nyata sebagai bentuk dari pengimplementasiannya. Baik dalam perencanaamn strategis, agar benar-benar dapat mencapai arah yang telah ditentukan, serta orang-orang yang terlibat akan mampu bekerja dengan sukses. Proses implementasi dan evaluasi strategi dipengaruhi oleh berbagai analisis yaitu analisis perubahan, analisis terstruktur organisasi, analisis budaya perusahaan dan analisis kepemimpinan. Keempat faktor tersebut sangat menentukan implementasi itu berhasil atau gagal. Berikut ini akan dijelaskan keempat analisis tersebut. 1. Analisis Perubahan. a. Tahap pertama dalam proses implementasi strategi. b. Tujuannya untuk memberikan gagasan yang jelas dan terperinci mengenai seberapa banyak
organisasi
harus berubah
mengimplementasikan strateginya. 1) Pola Analisis Perubahan a) Tidak adanya perubahan yang signifikan 4
Ibid. Nur Kholis. Hlm. 153
agar berhasil
dalam
Terjadi karena adanya pengulangan strategi yang sama dengan strategi yang digunakan dalam periode sebelumnya. b) Perubahan rutin Merupakan perubahan yang digunakan oleh organisasi untuk lebih memikat pelanggan. c) Perubahan terbatas Disebabkan karena adanya penawaran produk baru kepada pelanggan baru dalam golongan produk umum yang sama. d) Perubahan radikal Reorganisasi
besar-besaran
dalam
organisasi.
Biasanya
dilakukan pada saat terjadi merger dan akuisis, tetapi masih dalam industry yang sama. e) Organizational rediction Melibatkan merger dan akuisis perush yang berasal dari industri yang sama sekali berbeda. Jenis ini merupakan perubahan yang kompleks. Melibatkan perubahan misi organisasi atau lembaga pendidikan. 2. Analisis Struktur Organisasi Pengembangan orgnasisasi yang selanjutnya dinyatakan dengan menggunakan singkatan PO. Secara relative masih kurang mendapat perhatian dari para manajer dilingkungan organisasi profit dan non profit. PO sebagaimana implementasi manajemen yang pada awalnya lebih dikenal dan populer dilingkungan organisasi profit ( bidang ekonomi industri/perusahaan ). Ternyata sangat besar pula manfaat dan dampak positifnya jika diimplementasikan secara efektif dan efisien dilingkungan organisasi non profit ( bidang pendidikan/jasa ). Bennis mengatakan bahwa PO merupakan respon terhadap perubahan yang berhubungan dengan segi pendidikan yang komplek untuk merubah keyakinan,
sikap,
nilai-nilai,
dan
struktur
organisasi,
agar mampu
mengadaptasi secara baikteknologi baru, perubahan masyarakat yang dilayani dan tantangan didalam perubahan yang rumit tersebut. Hasil yang diperoleh dari melalui Pengembangan organisasi adalah organisasi yang lebih sehat, dalam arti dari organisasi yang tidak sehat dapat menjadi sehat, sedangkan bagi organisasi yang sehat akan lebih sehat lagi.
3. Analisis Budaya Organisasi/Sekolah Budaya organisasi merupakan komponen yang menyebabkan mengapa suatu strategi dapat diimplementasikan pada suatu organisasi, sementara strategi tersebut gagal untuk diimplementasikan pada organisasi yang lain dengan kondisi yang relatif sama. Paterson menjelaskan “school culture is the behind the scenes context that reflects the values, belief, norm, traditions, and rituals that build up ocer time as people in a school work together” Budaya sekolah adalah konteks dibelakang layar sekolah yang mewujudkan nilai-nilai, norma, tradisi-tradisi, ritual-ritual, yang telah dibangun dalam waktu yang lama oleh semua warga sekolah, tetapi juga motivasi dan semangatnya. Dalam konsep sekolah efektif, budaya
sekolah
sering
disebut
sebagai
suasana
sekolah,
dimaknai
sebagaimana warga sekolah berfikir dan bertindak.
4. Analisis Gaya Kepemimpianan Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan kemempuan yang dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu melakukan serangkaian kegiatan diantaranya adalah mengarahkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi yang dipimpinnya. Menurut stepen. P. Robbins, yang dikutip Abdul Wahab dan Umiarso mengatakan bahwa “leadership is ability to influence group a certain to purpose the goal achievement”. Kepemimpianan adalah
kemampuan
mempengaruhi kelompok ke arah pencapaian tujuan. Kepala sekolah merupakan orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staff, guru dan siswa. Oleh karena itu dalam implementasi strategi adanya analisis gaya kepemimpinan sangat penting untuk membantu dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan organisasi / sekolah.5
C. Implementasi dalam Budaya organisasi Pemimpin adalah manajer informasi karena menghubungkan unit-unit organisasi melalui pengkomunikasian informasi antara kelompok dan individu. Pemimpin mendapatkan kerja sama di antara kelompok dan berusaha mencegah atau berurusan dengan konflik demi kesatuan dan produktifitas organisasi. Budaya organisasi adalah suatu pola asumsi dasar dari pembagian pembelajaran kelompok, seperti pemecahan masalah yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan internal; nilai dan praktik yang dimiliki bersama di seluruh kelompok dalam suatu perusahaan, setidaknya dalam manajemen senior; seperangkat nilai, norma, persepsi dan pola perilaku yang diciptakan atau dikembangkan dalam sebuah perusahaan untuk mengatasi masalah, baik menyangkut adaptasi eksternal maupun integrasi secara internal. Keberdaaan budaya tersebut menurut Schein terdiri dari tiga tingkatan: artefak yang ditentukan pada permukaan: nilai dan norma perilaku. Budaya organisasi mengandung unsur-unsur keseluruhan yang dapat dirasakan dan dialami dalam kehidupan organisasi, yakni: 1. Nilai, kepercayaan, dan norma ketentuan yang dihayati bersama; 2. Mitos, cerita, dan ungkapan bahasa tertentu tentang sisi manusiawi pimpinan, pencapaian kedudukan puncak, penanganan penyimpangan atau menghadapi berbagai hambatan; 3. Upacara dan perayaan dalam pelantikan, kenaikan pangkat, penurunan pangkat, pembaharuan, peredaman konflik, dan integrasi ke dalam sistem, 4. Interaksi simbolik berbagai inti dan proses manajerial (Hardjana). 5
Ibid. Nur Kholis. Hlm. 154-156
Jalan keluar untuk memecahkan masalah cenderung menjadi sebagian dari budaya, meskipun berasal dari per orangan atau kelompok dan dari tingkat bawah atau puncak organisasi. Dalam perusahaan dengan budaya kuat, gaagasan sering dihubungkan dengan pendiri atau pemimpin awal sebagai suatu divisi, strategi bisnis atau ketiga-tiganya. Denison menunjukkan empat jenis budaya yang dapat dikembangkan perusahaan sehubungan dengan strategi dan keadaan lingkungan sebagai berikut. a. Budaya adaptasi atau budaya yang ditandai oleh lingkungan yang tidak stabil dengan strategi terfokus pada kegiatan ekstern. Pada budaya adaptasi ini orang-orang dalam perusahaan diarahkan untuk dapat mendukung kapasitas organisasi untuk menangkap tanda-tanda dan menafsirkan tindakan terhadap perubahan lingkungan ke dalam perilaku baru. Perusahaan yang menganut budaya ini memerlukan tanggapan yang segera untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. b. Budaya misi atau budaya yang ditandai oleh keadaab lingkungan yang relatif stabil.
Dalam
memperhatikan
keadaan
lingkungan
orang-orang
di,luar
yang
stabil,
perusahaan.
perusahaan Tujuannya
mulai adalah
menyebarkan visi pada khalayak. Visi tersebut memberi arti bagi para anggota dengan mendefinisikan secara jelas perannya dalam perusahaan. c. Budaya partisipatif, yakni budaya yang memfokuskan pada keterlibatan seluruh orang dalam perusahaan terhadap perubahan dalam lingkungan yang labil. Perusahaan membangkitkan inisiatif para karyawan agar terlibat dalam kebersamaan melalui rasa tanggung jawab dan rasa memiliki serta komitmen yang tinggi terhadap perusahaan. Rasa kepemilikan dikembangkan melalui profit sharing atau gain sharing. d. Budaya konsisten atau budaya yang dikembangkan dalam lingkungan yang stabil. Perusahaan memfokuskan strategi ke arah intern perusahaan. Simbol kepahlawanan dan protokoler yang didesain khusus dimaksudkan untuk mendukung kerja sama, tradisi dan mengikuti kebijakan perusahaan dalam
mencapai sasaran tertentu. Dalam perusahaan ini, keterlibatan individu tidak terlalu menonjol, tetapi diimbangi dengan niat baik untuk menyesuaikan diri dan kerja sama antaranggota. Keberhasilan perusahaan ditimbulkan oleh hubungan antara bagian-bagian dan manusianya yang saling bersatu dan efisien. Komunikasi yang terjalin baik memudahkan manajemen untuk menanamkan budaya perusahaan, disepakati oleh seluruh karyawan. Semua pihak mengerti dan memahami budaya perusahaan mereka, baik anggota baru maupun lama. Singkatnya, komunikasi efektif sangat menunjang keberhasilan organisasi, karena pengertian masing-masing pihak memudahkan hal yang dikomunikasikan untuk dimenerti, dipikirkan dan dilaksanakan.6 D. Sifat Strategi Implementasi Perumusan strategi yang berhasil tidak menjamin penerapan strategi yang juga berhasil. Walaupun terkait erat secara mendasar penerapan startegi berbeda dari perumusan strategi. Perumusan dan penerapan strategi berbeda dalam hal-hal berikut:
1. Perumusan strategi memposisikan kekuatan sebelum tindakan 2. Penerapan strategi mengelola kekuatan sebelum tindakan 3. Perumusan strategi berfokus pada keefektifan 4. Penerapan strategi berfokus pada keefesienan 5. Perumusan strategi merupakan proses intelektual 6. Penerapan strategi merupakan proses operasional\ 7. Perumusan strategi membutuhkan keterampilan intuitif dan analitis yang baik 8. Penerapan strategi membutuhkan keterampilan motivasi dan kepemimpinan yang khusus 9. Perumusan strategi membutuhkan koordianasi antar beberapa individu 6
Tommy Suprapto. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. (Yogyakarta : MadPress, 2009) Hlm. 116-117
10. Penerapan strategi membutuhkan koordinasi antar banyak individu
Di semua organsasi, kecuali yang paling kecil, transisi dari perumusan ke penerapan strategi membutuhkan peralihan tanggung jawab dari penyusun strategi kepada para manajer divisional dan funsional. Persoalan-persoalan penerapan bias muncul karena peralihan tanggung jawab ini, terutama bila keputusan perumusan strategi diterima secara tiba-tiba oleh manajer tingkat menengah dan bawah. Isuisu utama manajemen bagi penerapan strategi meliputi; a. Penetapan tujuan tahunan b. Pembuatan kebijakan c. Alokasi sumber daya d. Perubahan struktur organisasi yang ada e. Restrukturisasi dan rekayasa ulang f.
Perbaikan program penghargaan dan insentif
g. Minimalisasi penolakan terhadap perubahan h. Pengenalan manajer pada strategi i. Pengembangan budaya yang mendukung strategi j. Adaptasi proses produksi/operasi k. Pengembangan fungsi sumber daya manusia yang efektif.7
E. Evaluasi strategi Evaluasi strategi adalah suatu proses mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan rencana-rencana bisnis dan kinerjanya serta membandingkan informasi tersebut dengan standar yang telah ditentukan. Peter Drucker menulis bahwa hidup dan tumbuh, perusahaan haruslah beroperasi secara efisien (do thins right) dan efektif (do the right thing). Untuk mengetahui tingkat keifisienan dan keefektifan suatu kinerja maka diperlukan suatu evaluasi terhadap hasil-hasil peruusahaan yang merupakan akibat dari keputusan masa lampau. 7
Ibid. Rahayu Puji Suci. Hlm. 118-119
Dalam melakukan evaluasi strategik sangat penting bagi lembaga pendidikan atau organisasi dengan alasan sebagai berikut: a. Adanya perubahan kondisi dan situasi pasar serta perekonomian dimana pasar semakin
berkembang,
teknologi
berubah
dan
pesaing-pesaing
baru
bermunculan. b. Semakin rumit dan kompleksnya organisasi akan membutuhkan suatu kontrol yang lebih baik. c. Dengan semakin terdesentralisasinya kekuasaan dan wewenang, para manjer membutuhkan suatu alat untuk mengetahui aktivitas dan kinerja para bawahannya. Evaluasi adalah proses yang melaluinya aktivitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja sesungguhnya dibandingkan kinerja yang di inginkan. Keunggulan implementasi manajemen strategik dapat di evaluasi dengan menggunakan tolak ukur sebagai berikut: 1) Profitabilitas. Keunggulan
ini
menunjukkan
bahwa
seluruh
pekerjaan
diselenggarakan secara efektif dan efisien, dengan penggunaan anggaran yang hemat dan tepat, sehingga diperoleh profit berupa tidak terjadi pemborosan. 2) Produktivitas Tinggi Keunggulan ini menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan (kuantitatif) yang dapat diselesaikan cenderung meningkat. Kekeliruan atau kesalahan dalam bekerja semakin berkurang dan berkualitas hasilnya semakin tinggi, serta terpenting proses dan hasil memberikan pelayanan umum (siswa dan masyarakat) mampu memuaskan mereka. 3) Posisi Kompetitif Keunggulan ini terlihat pada eksitensi sekolah yang diterima, dihargai dan dibutuhkan masyarakat. Sifat kompetitif ini terletak pada produknya (mis:kualitas lulusan) yang memuaskan masyarakat yang dilayani. 4) Keunggulan Teknologi
Semua tugas pokok berlangsung dengan lancar dalam arti pelayanan umum dilaksanakan secara cepat, tepat, waktu, sesuai kualitas berdasarkan tingkat keunikan dan kompleksitas tugas yang harus diselesaikan dengan tingkat rendah, karena mampu mengadaptasi perkembangan dan kemajuan teknologi. 5) Keunggulan SDM Dilingkungan organisasi pendidikan dikembangkan budaya organisasi yang menempatkan manusia sebagai faktor sentral, atau sumberdaya penentu keberhasilan organisasi. Oleh karena itu SDM yang dimiliki terus dikembangkan dan ditingkatkan pengetahuan, keterampilan, keahlian, sikapnya terhadap pekerjaannya sebagai pemberi pelayanan kepada siswa. Bersamaan dengan itu dikembangkan pula kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi oleh sekolah pada masa sekarang dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang timbul sebagai pengaruh globalisasi dimasa yang akan datang. 6) Iklim Kerja Tolak ukur ini menunjukkan bahwa lapangan kerja formal dan informal dikembangkan sebagai budaya organisasi berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Didalam budaya organisasi pendidikan , setiap SDM sebagai individu dan anggota organisasi terwujud hubungan formal dan hubungna informal atau personil yang harmonis sesuai dengan posisi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing didalam dan diluar pekerjaan. 7) Etika dan Tanggung Jawab Sosial Tolak ukur ini menunjukkan bahwa dalam bekerja terlaksana dan dikembangkan etika dan tanggung jawab sosial yang tinggi, dengan selalu mendahulukan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan/atau organisasi.8
8
Ibid. Nur Kholis. Hlm. 157-158
Evaluasi strategi adalah tahap proses manajemen di mana manajer puncak berusaha memastikan bahwa strategi yang mereka pilih terlaksana dengan tepat dan mencapai tujuan perusahaan. Para manajer sangat perlu mengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi berarti usaha untuk memperoleh informasi ini.Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksteral daninternal selalu berubah. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah: 1. Meninjau factor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yangsekarang,
2.
Mengukur
prestasi,
134
3.
Mengambil
tindakan
korektif.Aktivitas perumusan startegi, implementasi danevaluasi terjadi di tiga tingkat hirarki dalam organisasi yang besar, korporasi, divisiatau unit bisnis strategis, dan fungsional. 9
F. Hakekat Evaluasi Strategi Proses manajemen strategi menghasilkan keputusan yang dapat mempunyai konsekuensi yang signifikan, dan jangka panjang. Keputusan strategis yang salah dapat menimbulkan kerugian besar yang akan sulit untuk meperbaikinya. Oleh karena itu banyak perencana strategi sepakat bahwa mengevaluasi strategi sangat penting untuk kehidupan organisasi, evaluasi yang tepat waktu dapat memperingkatkan manajemen akan adanya potensi masalah sebelum menjadi kritis. Evaluasi strategi bisa merupakan proses yang rumit dan sensitif. Terlalu banyak keinginan mengevaluasi strategi dapat menghabiskan biaya yang sangat mahal dan bisa jadi kontra produktif. Evaluasi strategi penting untuk memastikan tujuan-tujuan strategi yang dapat ditetapkan dapat tercapai. a) Kegiatan Evaluasi Strategi
9
Abd. Rahman Rahim dan Enny Radjab. Manajemen Strategi. (Makassar: Lembaga Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah Makassar, 2016) Hlm. 133-134
Mengkaji landasan strategi bisnis/perusahaan. Membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. b) Kriteria Evaluasi Strategi Konsistensi; sebuah strategi tidak boleh memiliki tujuan dan kebijakan yang tidak konsisten. Kelayakan; sebuah strategi tidak boleh terlalu banyak membebani sumberdaya yang ada maupun tidak boleh menciptakan sub masalah yang tidak dapat dipecahkan. Kesesuaian; kesesuaian mengacu pada kebutuhan para perencana strategi utnuk mengkaji serangkaian tren maupun masing-masing tren dalam mengevaluasi strategi. Keunggulan; sebuah stategi harus
mendorong
penciptaan
dan/atau
mempertahankan
keunggulan
kompetitif dibidang kegiatan tertentu. c) Alasan Perlunya Evaluasi Strategi Semakin memprediksi
kompleksnya
masa organisasi.
masalah
lingkungan
Berkurangnya
semakin
tentang
waktu
sulitnya dimana
perencanaan dapat dilakukan dengan tingkat ketepatan tertentu. d) Proses Evaluasi Strategi Evaluasi strategi harus mempertanyakan harapan dan asumsi manajerial, harus memicu tujuan sasaran dan nilai dan harus merangsang kreativitas dalam menghasilkan alternative dan memformulasikan kriteria evaluasi. Evaluasi strategi harus dilaksanakan secara berkelanjutan, bukannya diakhiri periode waktu tertentu atau hanya setelah terjadi masalah. e) Mengkaji Ulang Landasan Strategi Mengembangkan matrik EFE dan EFI yang telah direvisi. EFI yang direvisi harus fokus pada perubahan dalam ketentuan dan kelemahan manajemen, pemasaran, keungan atau akunting, priduksi dan operasi, litbang dan SIM Matrik. EFE yang sudah direvisi harus menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespon peluan dan ancaman utama. f) Mengukur Kinerja Organisai
Aktifitas ini termasuk membandingkan hasil yang diharapkan dengan hasil yang sebenarnya, menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Sasaran jangka panjang dan sasaran tahunan biasanya dipakai dalam proses ini. Kreteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat dikur dan mudah dibuktikan. Evaluasi strategi didasarkan pada kriteria kuantitatif maupun kualitatif. Kreteria kuantitatif biasanya digunakan untuk mengevaluasi strategi adalah rasiokeuangan; ROI, ROE, Laba per saham, pertumbuhan asset, pangsa pasar, dll. Yang digunakan oleh para penyusun strategi untuk melakukan tiga perbandingan antara lain membandingkan kinerja perusahaan dalam periode waktu yang berbeda, membandingkan kinerja perusahaan dengan pesaing, membandingkan kinerja perusahaan dengan rata-rata industri.10
G. Evaluasi Faktor-Faktor Strategi Evaluasi dan kontrol pada proses manajemen strategik tidak perlu menunggu sampai akhir proses dari analisis lingkungan eksternal dan internal, formulasi strategi dan implementasi strategi. Evaluasi
dan
kontrol dilakukan
setiap tahap
kegiatan
yang dapat
menggunakan formula PDCA (Plan Do Check Action), yaitu membuat rencana kegiatan, melakukan kegiatan yang sudah direncanakan, melakukan pengecekan atau pengontrolan terhadap kesesuaian antara tindakan yang direncanakan dengan pelaksanaannya, bandingkan antara rencana dan pelaksanaan, apabila ada perbedaan atau gap, apakah yang harus diperbaiki? apakah rencananya yang kurang tepat, ataukah pelaksanaannya yang tidak sesuai dengan rencana, kemudian mengadakan perbaikan (actions) sesuai dengan kebutuhan berdasarkan hasil evaluasi (check).
10
Ibid. Nur Kholis. Hlm. 159
David menuliskan beberapa pertanyaan kunci untuk melakukan evaluasi stratejik: 1. Apakah kekuatan internal kita masih menjadi kekuatan? 2. Sudahkan kita menambah kekuatan internal yang lain? jika ya, maka kekuatan apa? 3. Apakah kelemahan kita masih menjadi kelemahan? 4. Apakah kita mempunyai kelemahan yang lain? Jika ya, kelemahan apa? 5. Apakah peluang eksternal kita masih menjadi peluang? 6. Apakah ada peluang eksternal lainnya? jika ada, apa peluangnya? 7. Apakah kita rentan terhadap pengambil-alihan yang bermusuhan?
Dari pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan David tersebut mencerminkan evaluasi terhadap analisis SWOT yang dilakukan saat akan menyusun rencana strategik. 11
H. Peran Pemimpin dalam Implementasi dan Evaluasi Strategi Dalam implementasi dan evaluasi strategi diperlukan kebijakan pimpinan organisasi tentang strategi yang akan diimplementasikan, program kegiatan yang akan dilaksanakan, prosedur untuk melaksanakan kegiatan, personil atau tim atau unit yang akan melaksanakan dan anggaran untuk melaksanakan program yang telah ditetapkan. Setelah implementasi strategi harus dievaluasi dan dikontrol. Dari evaluasi diketahui apa saja rencana yang tidak dapat diimplementasikan, atau implementasi yang tidak sesuai dengan perencanaan, ketika ada target kinerja yang tidak dapat dicapai dicari penyebabnya apakah hasil analisis eksternal dan internalnya yang kurang cerpat sehingga ada yang terlewat, apakah kemampuan analisis lingkungannya yang kurang, ataukah perencanaannya yang kurang tepat, kurang rinci, indikator kinerjanya sulit diukur dan sebagainya. Evaluasi dan
11
Ibid. Nur Hidayah. Hlm. 141-142
kontrol ini terus dilakukan untuk mengetahui kesenjangan, dimana kesenjangan terjadi, apa sebabnya dan bagaimana mengatasinya.12
12
Ibid. Nur Hidayah. Hlm. 18-19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Implementasi bertujuan agar strategi yang dibuat tidak hanya ditrumuskan dan tertulis saja, tetapi ada kerja nyata sebagai bentuk dari pengimplementasiannya baik dalam perencanaan strategis, agar benar-benar dapat mencapai arah yang telah ditentukan, serta orang-orang yang terlibat akan mampu bekerja keras. implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggraran, dan prosedur. Proses implementasi dan evaluasi strategi dipengaruhi oleh berbagai analisis yaitu analisis perubahan, analisis terstruktur organisasi, analisis budaya perusahaan dan analisis kepemimpinan. Evaluasi strategi adalah suatu proses mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan rencana-rencana bisnis dan kinerjanya serta membandingkan informasi tersebut dengan standar yang telah ditentukan.
Keunggulan
implementasi manajemen strategik dapat di evaluasi dengan menggunakan tolak ukur sebagai berikut: 1) Profitabilitas, 2) Produktivitas Tinggi, 3) Posisi Kompetitif, 4) Keunggulan Teknologi, 5) Keunggulan SDM, 6) Iklim Kerja, 7) Etika dan Tanggung Jawab Sosial. Hakekat Evaluasi Strategi adalah Proses manajemen strategi menghasilkan keputusan yang dapat mempunyai konsekuensi yang signifikan, dan jangka panjang. Keputusan strategis yang salah dapat menimbulkan kerugian besar yang akan sulit untuk meperbaikinya.
DAFTAR PUSTAKA Suci, R.P. (2015). Esensi Manajemen Strategi. Sidoarjo: Zifatama Publisher Kholis, N. (2014). Manajemen strategi pendidikan (formulasi, implementasi, dan pengawasan). Surabaya: UIN SA Press Hidayah, N. (2018). Buku Ajar Manajemen Strategik. Yogyakarta: LP3EM Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Suprapto, T. (2009). Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: MadPress Rahim, A.R dan Radjab, E. (2016). Manajemen Strategi. Makassar: Lembaga Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah Makassar
MAKALAH: STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Strategi Dosen Pembimbing : Dr. Fridiyanto M.Pd Disusun oleh : Indah Sari
: 0307161035
Prodi : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM -01 Semester : V (Lima)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM MEDAN 2018
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Makalah ini yang berjudul ”Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran”. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung saya dalam pembuatan makalah ini. Khususnya kepada dosen mata kuliah manajemen Strategi yang telah membimbing saya. Semoga hasil dari tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi peneliti sendiri sebagai penyusun. kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat memperbaiki kesalahan dan membuat tugas yang akan datang menjadi lebih baik. Amin.
Medan , 17 Desember 2018
Penulis
KATA PENGANTAR.............................................................................................
i
DAFTAR ISI............................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................
2
C. Tujuan Masalah ..........................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
3
A. Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah ..................................................
3
1. Pengertian Kepemimpinan ..................................................................
3
2. Strategi Kepala Sekolah .......................................................................
5
3. Teori-teori Kepemimpinan ..................................................................
7
4. Sifat-sifat Kepemimpinan ....................................................................
11
5. Tipe/gaya Kepemimpinan ....................................................................
12
6. Peran Kepala Sekolah...........................................................................
17
B. Kualitas Pembelajaran ..............................................................................
19
1. Pengertian Kualitas Pembelajaran .....................................................
19
2. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran ...............................................
21
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran .............
22
BAB III PENUTUP................................................................................................
24
A. Kesimpulan .................................................................................................
24
B. Saran ...........................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
25
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan sebagai bagian terpenting dalam tatanan hidup manusia dan merupakan wahana yang dapat dilakukan oleh manusia itu sendiri untuk membentuk manusia-manusia yang lebih baik dari hari ini. Pendidikan akhlaq bagi manusia yang membentuk pola pikir manusia dan perubahan kebudayaan menuju yang lebih baik dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, memerlukan perubahan dan mengalami tantangan di masa yang akan datang. Serta dibutuhkan tingkat keseriusan dalam pengelolaan pendidikan, jika pendidikan itu diharapkan mampu mengubah segala keinginan manusia dari masalah hajat hidup manusia. Keberhasilan manajemen pendidikan, tidak terlepas dari bagaimana kemampuan seseorang dalam memimpin lembaga atau institusi pendidikan. Kepemimpinan menjadi inti dalam kegiatan manajemen di institusi pendidikan. Kemampuan dalam memimpin institusi pendidikan di pengaruhi berbagai faktor, di antaranya memiliki sifat-sifat pemimpin, visi dan misi yang baik ke depan, kemampuan berkomuikasi, kemampuan intelektual, kejujuran, rasa tanggungjawab yang besar terhadap lembaga dan SDM institusi dan lain-lain Kepala madrasah sebagai pimpinan lembaga pendidikan harus dapatmengenal situasi dan kondisi lembaga pendidikan, dimana dia diangkat atau ditunjuk sebagai pimpinan. Hal yang pertama kali yang harus dia lakukan saat memimpin lembaga pendidikan, tentunya harus melakukan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman Kepala madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan para guru dan tenaga kependidikan melalui kerjasama kooperatif, memberi kesempatan pada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya.
Kepala madrasah sebagai pemimpin tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala madrasah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan prestasi siswa melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala madrasah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta
keterampilan-
keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian uraian diatas penulis tertarik untuk mengajukan judul tentang “Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasahdalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran”.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Strategi kepemimpinan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran? 2. Apa-apa Saja Teori dalam kepemimpinan? 3. Apa-apa saja Sifat-sifat Yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin?
C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi kepemimpinan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran 2. Agar mengetahui Apa-apa Saja Teori dalam kepemimpinan 3. Untuk Mengetahui Apa-apa saja Sifat-sifat Yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin
BAB II PEMBAHASAN STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
A. Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah 1. Pengertian Strategi Kepemimpinan Mutu pendidikan, sebagai pilar pengembangan sumber daya manusia yang sangat penting maknanya bagi kemajuan bangsa. Bahkan masa depan bangsa sering dikatakan terletak pada pendidikan yang berkualitas, sementara itu pendidikan berkualitas hanya terdapat pada lembaga pendidikan yang berkualitas pula. Karena itu upaya peningkatan mutu pendidikan dan mutu pembelajaran merupakan strategi agar terciptanya pendidikan yang berkualitas. Menurut Fattah dan Ali, strategi merupakan suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.Jadi strategi
merupakan
kerangka
dasar
tempat
suatu
organisasi
melanjutkan
kehidupannya dengan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungannya.1 Kemudian
Mulyasa,
menekankan
bahwa
rencana
yang
dibuat
harus
menggambarkan aspek-aspek mutu proses yang ingin dicapai, kegiatan yang dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, serta biaya yang diperlukan.2 Hal itu dapat dilakukan untuk mempermudah pihak madrasah dalam memperoleh dukungan moril dan financial dari masyarakat madrasah maupun masyarakat luar untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas pembelajaran didalam institusi pendidikan. Selanjutnya Glucck mendefinisikan Strategi adalah satu kesatuan rencana yang komperehensif dan terpadu yang menghubungkan kekuatan strategi organisasi
1
Yusuf Hadijaya, (2013), Menyusun Strategi Berbuah Kinerja Pendidik Efektif, Medan: Perdana
Publishing, hal. 11. 2
Ibid, hal. 12
dengan lingkungan yang dihadapinya, kesemuanya menjamin agar tujuan organisasinya tercapai.3 Sedangkan Lashway mendefinisikan Strategi ialah pola perilaku yang dirancang untuk mencapai kerjasama dan para anggota dalam mencapai tujuan organisasi.4 Lalu Dirawat mendeskripsikan kepemimpinan adalah kemampuan Dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menereima pengaruh untuk selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud dan tujuan.5 Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan wadah organisasi untuk melaksanakan kegiatan. Dalam meningkatkan mutu, dibutuhkan peran penting anggota organisasi guna menghubungkan satu kesatuan rencana Dan kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pemimpin sangat berpengaruh pada bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga pendidikan. Artinya tugas kepala madrasah dipengaruhi oleh strategi apa yang dia terapkan dalam kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mendorong, mengajak, menggerakkan dan mempengaruhi orang lain melaksanakan sesuatu untuk membentuk proses mencapai tujuan yang telah ditetapkan di dalam organisasi atau lembaga pendidikan. Hoy dan Miskel mengemukakan Kehidupan organisasi sangat ditentukan oleh peran seorang pemimpin. Meskipun peran seorang pemimpin sangat menentukan, pemimpin tidak dapat berkerja sendiri tanpa dukungan dari bawahannya.Gordon, Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang anggota kelompoknya merasa
3
Eti Rochaety, dkk, (2010), Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 27.
4
Syafaruddin dan Asrul, (2015), Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer, Bandung: Cipta pustaka Media,
5
Dirawat, dkk, (1993), Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, hal. 23.
hal. 146.
kebutuhannya
juga
telah
terpuaskan.
Kepemimpinan
yang
efektif
selalu
memanfaatkan kerja sama dengan para bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.6
2. Strategi Kepala Madrash Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan yang berada di madrasah memiliki peran yang sangat penting dalam memperoleh kualitas pembelajaran yang baik.Tujuan tersebut dapat diperoleh apabila kepala madrasah mampu menciptakan strategi yang relevan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen
puncak
dan
diimplementasikan
oleh
seluruh
jajaran
dalam
suatuorganisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 7 Strategi merupakan sejumlah keputusan dan aksi yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan (goal) dalam menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam lingkungan industrinya.8 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah serangkaian keputusan yang telah disusun melalui rencana sebagai tujuan yang ditetapkan oleh kepala madrasah dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
a. Bentuk Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Seorang kepala madrasah adalah pimpinan pengajaran. Tugasnya adalah melaksanakan dan mengawasi aktivitas sekolah dengan menyusun tujuan, memelihara disiplin dan mengevaluasi hasil pembelajaran dan pengajaran yang dicapai. Pada saat ini kepala sekolah didorong untuk menjadi pemimpin yang memudahkan personil sekolah dengan membangun kerjasama, menciptakan jaringan kerja dan mengatur semua komponen dengan komunikasi yang baik. Ada sebagian pendapat menyebutkan bahwa hal tersebut adalah gaya kepemimpinan. 6
Marno & Triyo Supriyanto, (2008), Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: PT
Refika Aditama, hal. 30. 7
Sondang P. Siagian, 2004, Manjemen Strategi, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 20.
8
Mudrajad Kuncoro, 2016, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Jakarta: Erlangga, hal. 12.
Gaya
kepemimpinan
ada
tiga,
yaitu
:
karismatik,
transaksional
dan
transformasional.9 Sebagian ahli menggunakan istilah strategi kepemimpinan. Intinya adalah pilihan terhadap pemikiran dan perilaku kepala sekolah dalam mempengaruhi staf, para guru, personil dan murid-murid sekolahnya. Saat ini kepala madrasah memiliki sekurang-kurangnya tiga strategi luas, yaitu : hirarkial, transformasional dan fasilitatif. Setiap strategi memiliki keuntungan penting dan memiliki keterbatasan. 1) Strategi Hirarki Strategi hirarki memberikan cara pandang luas, cara penerimaan luas dalam mengelola organisasi, menyampaikan janji efisiensi, pengawasan dan rutinitas yang direncanakan. Bagaimanapun strategi hirarki cenderung untuk mrnghambat kreativitas dan komitmen, mengembalikan hubungan pegawai sekolah ke dalam suatu keteraturan yang ketat. 2) Strategi Transformasional Strategi transformasional memiliki kapasitas untuk memotivasi Dan memberikan
informasi
kepada
anggota.
Khususnya
bila
organisasi
menghadapi dan melakukan perubahan utama. Mereka memberikan suatu pengertian akan tujuan dan makna bahwa pimpinan dapat menyatukan personilnya dalam suatu tindakan bersama untuk kemajuan. Di sisi lain strategi transformasional sukar, karena itu sejak awal mereka memerlukan pengembangan keterampilan intelektual yang tinggi. 3) Strategi Fasilitatif Strategi fasilitatif sebagai suatu perilaku yang menggunakan kemampuan kebersamaan dari sekolah untuk beradaptasi, memecahkan masalah Dan peningkatan kinerja. Tindakan kepala madrasah yang menggunakan strategi fasilitatif bila mereka menangani hambatan sumber daya, membangun tim kerja memberikan umpan balik, koordinasi, manajemen konflik, menciptakan 9
hal. 145.
Syafaruddin dan Asrul, (2013), Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer, Bandung: Citapustaka Media,
jaringan komunikasi melaksanakan kerjasama politik dan sebagai model dalam visi madrasah. Strategi fasilitatif menciptakan suatu peran baru kepemiminan untuk memudahkan pegawai dalam menjalankan pekerjaannya, terutama melalui hubungan kerjasama baik. Fasilitatif mengambil waktu untuk mencapai kepuasan kerja administratif dan menciptakan sumber daya yang ada.10
3. Teori Kepemimpinan Kepemimpinan adalah inti manajemen, demikian pendapat para ahli tentang kedudukan kepemimpinan dalam manajemen. Beberapa teori berusaha menjawab bagaimana seseorang bisa dikatakan sebagai pemimpin. Dari berbagai penelitian lahirlah teori-teori kepemimpinan, yang masing-masing teori itu mengutamakan sudut pandang atau pendekatannya sesuai dengan tujuan penelitiannya dan latar belakang profesi mereka masing-masing. Di antara teori kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut: a. Teori Sifat Teori sifat merupakan teori yang berusaha mengidentifikasi karakteristik spesifik (fisik, mental, kepribadian) berkaitan dengan keberhasilan kepemimpinan (Gibson, Ivancevich, Donnelly, dan Konopaske). Terdapat tiga karakteristik berkaitan dengan efektivitas kepemimpinan adalah :
Personality, kepribadian: tingkat energy, toleransi terhadap stress, percaya diri, kedewasaan emosional, dan integritas.
Motivation, motivasi: orientasi kekuasaan tersosialisasi, kebutuhan kuat untuk berprestasi, memulai diri, membujuk. Ability, kemampuan: keterampilan interpersonal, keterampilan kognitif, keterampilan teknis.
b. Teori Perilaku Behavioral theories atau teori perilaku kepemimpinan tumbuh sebagai hasil dari ketidakpuasan terhadap Trait theories atau teori sifat karena dinilai tidal dapat menjelaskan efektivitas kepemimpinan dan gerakan hubungan antara manusia. Teori ini percaya bahwa perilaku pemimpin secara langsung 10
Ibid Hal. 146-149
memengaruhi efektivitas kelompok. Pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya untuk memengaruhi orang lain dengan efektif. 11 c. Teori Great Man dan Teori Big Bang Bennis dan Nanus, menjelaskan bahwa teori Great Man (Orang Besar) berasumsi pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Teori ini melihat bahwa kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin. Dengan kata lain menurut teori in pemimpin berasal dari keturunan tertentu, di Indonesia disebut (keturunan berdarah biru) yang berhak menjadi pemimpin, sedang orang lain tidak ado pilihan selain menjadi pihak yang dipimpin. Misalnya ungkapan yang mengatakan “asal raja menjadi raja” yang dapat diartikan menurut teori in bahwa anak raja pasti memiliki bakat untuk menjadi raja sebagai pemimpin rakyatnya.12 d. Teori X dan Y Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor. McGregor membedakan manusia ke dalam dua tipe atau kelompok, yaitu manusia X dan manusia Y. klasifikasi ini dibuat oleh McGregor atas dasar karakteristik manusia di dalam Manusia yang mempunyai kecenderungan pasif atau negatif oleh McGregor dikategorikan sebagai manusia X dan manusia yang cenderung bersifat kreatif atau positif dikategorikan sebagai manusia Y.13 e. Teori Kontinum Kepemimpinan Teori kontinum kepemimpinan (leadership continuum) dikemukakan oleh R. Tannenbaum dan W.H. Schmidt. Tannenbaum dan Schmidt berpendapat bahwa kepemimpinan seseorang terdiri dari beberapa variasi gaya yang bergerak dari boss-centered ke subordinate centered. Konsep kepemimpinan menurut kontinum ini, bahwa perilaku pemimpin dari gaya otoriter ke gaya demokratis, 11
Wibowo, (2013), Perilaku Dalam Organisasi, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hal. 283.
12
Abdul Aziz Wahab, (2011), Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
hal. 84-89. 13
hal. 69
Sudarwan Danim, (2004), Motivasi, Kepemimpinan Dan Efektivitas Kelompok, Jakarta: PT Rineka Cipta,
tanpa menentukan bahwa yang satu lebih baik daripada yang lainnya. Tannembaum menganggap bahwa kepemimpinan seseorang tergantung pada situasi dan kepribadian pimpinan.14 f. Teori Tiga Perilaku D. Young Dalam mengamati perbedaan individual pada hakikatnya sangat perlu untuk memerhatikan studi ilmiah tentang perilaku manusia. Pada kerangka ini, istilah perilaku dapat dilihat sebagai beberapa jenis interaksi antara organism dengan lingkungan. D. Young mencoba untuk membedakan manusia menjadi tiga golongan menurut arah perhatiannya, yaitu: 1. Tipe Extrovert Seorang
bawahan
disebut
sebagai
seorang
yang
extrovert
jika
perhatiannya terutama ditujukan ke sekelilingnya. Orang seperti in biasanya memiliki cirri berhati terbuka, gembira, ramah tamah, social Dan menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan
pribadi
Dan
kelompoknya. 2. Tipe Introvert Bawahan yang bertipe introvert perhatiannya terutama diarahkan ke dalam dirinya sendiri. Orang seperti ini biasanya memiliki ciri egoistis, acuh tak acuh, senang menyendiri, pendiam, kurang bisa bergaul dan selalu mendahulukan kepentingan pribadinya. 3. Tipe Ambiverse Tipe ini merupakan perpaduan dari dua tipe sebelumnya. Dalam hal in seorang bawahan sangat susah ditebak sifat dan karakternya. Pemimpin harus hati-hati dalam menghadapi bawahab yang bertipe seperti ini. 15 g. Teori Statis Teori-teori statis dapat dipastikan didasarkan pada pengamatan atau observasi. Teori-teori tersebut cenderung mencirikan tipe-tipe manusia, dan tipologi biasanya sangat luas dan sangat sedikit elemen. Teori statis yang paling 14
15
Ibid, Hal.70 Bahar Agus Setiawan & Abd. Muhith, (2013), Transformational Leadership, Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, hal.45.
awal dapat ditelusuri dari abad pertama, yaitu Galen, yang teorinya berlangsung lama dan kurang rasional.16 h. Teori Otokratis dan Pemimpin Otokratis Kepemimpinan yang dirangkum oleh Kartini Kartono dalam G.R Terry. Kepemimpinan dalam teori ini didasarkan atas perintah-perintah paksaan, Dan tindakan-tindakan yang ambigues. Ia melakukan pengawasan yang ketat agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien. Kepemimpinannya berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas. Pemimpin tersebut pada dasarnya selalu mau berperan sebagai pemain orkes tunggal dan berambisi untuk merajai situasi. i. Teori Psikologis Teori
ini
menyatakan
bahwa
fungsi
seorang
pemimpin
adalah
memunculkan dan mengembangkan system motivasi terbaik, untuk merangsang kesediaan bekerja para pengikut dan anak buah.Pemimpin merangsang bawahan agar mereka mau bekerja guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan pribadi. j. Teori Sosiologis Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antarrelasi dalam organisasi dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya agar tercapai kerja sama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. k. Teori Suportif Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin dan bekerja dengan penuh gairah, sedangkan pemimpin akan membimbing dengan sebaikbaiknya melalui kebijakan tertentu. Maksudnya disini, pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan dan bisa membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin.17 16
17
Ibid, Hal. 46-47 Didin Kurniadin & Imam Machali, (2012), Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip Penegelolaan
Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hal.298-301.
4. Sifat-Sifat Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan tanggung jawab serta memerlukan pengorbanan untuk melayani orang yang dipimpin. Di dalam Islam juga telah dijelaskan bagaimana kriteria kepemimpinan yang sesungguhnya. Setelah ditelusuri dari Al Qur‟an dapat diperhatikan bahwa ada empat sifat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin dirujuk kepada kepemimpinan para nabi yang pada hakikatnya adalah pemimpin umatnya. Adapun empat sifat tersebut adalah sebagai berikut: a. Ash-Shidq Ash-Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap, dalam kepemimpinan berjuang melaksanakan tugasnya sebagai
seorang
pemimpin.Dalam kepemimpinan sifat jujur merupakan modala utama untuk menciptakan kepemimpinan yang sukses. Karena sifat jujur itu pemimpin akan dicintai oleh bawahannya. Dari sifat Ash-Sidq yang dimiliki pemimpin maka pemimpin tersebut akan dicintai bawahannya, sehingga dengan kerjasama yang baik antara pemimpin dan bawahan akan tercipta kepemimpinan yang sukses sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama. b. Amanah Amanah, berarti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. Pemimpin seharusnya memelihara sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya, baik amanah dari Allah SWT maupun dari orangorang yang dipimpinnya, sehingga tercipta rasa aman bagi semua kalangan. c. Fathanah Fathanah, yaitu kecerdasan dalam kepemimpinan sifat cerdas dari seorang pemimpin yang melahirkan kepampuan menghadapi dan menganggulangi persoalan atau konflikyang muncul dalam kepemimpinannya. Konflik adalah sesuatu yang wajar dalam proses kepemimpinan untuk itu diperlukan kepandaian dalam menghadapinya dan ketepatan dalam mengambil keputusan.
d. Tabligh Tabligh, yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggungjawab, atau adapt diistilahkan dalam kepemimpinan sebagai keterbukaan. Sifat tabligh ini adapt diterapkan sebagai cara komunikasi dan dialog yang baik dalam kepemimpinan. Pemimpin yang baik harus pandai memilih komunikasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dalam proses kepemimpinan yang dilakukan. Tabligh, berarti mengajak sekaligus mempberikan contoh kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.18 Dari pemaparan di atas dapat kita ketahui bahwa Kepemimpinan dalam Islam adalah sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal maupun vertikal.
5. Tipe/Gaya Kepemimpian Kepemimpinan seseorang dapat digolongkan ke dalam salah satu tipe Dan mungkin setiap tipe bisa memiliki berbagai macam gaya kepemimpinan. Di dalam Islam, arti pentingnya kepemimpinan antara lain ditegaskan dalam hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi dari Ibnu Umar, adapun hadisnya adalah sebagai berikut: Artinya : Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelola harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“
18
Syafaruddin, (2015), Manajemen Organisasi Pendidikan, Medan: Perdana Publishing, hal. 217.
Hal yang paling mendasar yang dapat diambil dari hadits diatas adalah bahwa dalam level apapun, manusia adalah pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri. Setup perbuatan dan tindakan memiliki resiko yang harus dipertanggungjawabkan. Gaya kepemimpinan lebih cenderung kepada situasi. Salah seorang pemimpin yang memiliki salah satu tipe bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dalam melaksanakan
kepemimpinannya.
Seorang
pemimpin
pendidikan
yang
memproyeksikan diri dalam bentuk sikap, tingkah laku dan sifat kegiatan kepemimpinan yang dikembangkan dalam lembaga pendidikan atau unit administrasi pendidikan yang dipimpinnya akan mempengaruhi situasi kerja. a. Tipe Otokrasi/Otoriter Otokrasi berasal dari kata oto yang berarti sendiri dan kratos berarti pemerintah. Jadi otokratis adalah mempunyai pemerintah dan menentukan sendiri.19Otokrasi merupakan pemerintahan atau kekuasaan yang dipegang oleh seseorang yang berkuasa secara penuh dan tidak terbatas masanya.Sedangkan yang memegang kekuasaan disebut otokrat yang biasanya dijabat oleh pemimpin yang berstatus sebagai raja atau yang menggunakan system kerajaan. Sedangkan dilingkungan sekolah bukan raja yang menjadi pemimpin akan tetapi kepala sekolah yang memiliki gaya seperti raja yang berkuasa mutlak dan sentral dalam menentukan kebijakan sekolah.20 b. Tipe/Gaya Laissez-Faire Kepala sekolah sebagai pemimpin bertipe laissez-faire menghendaki semua komponen pelaku pendidikan menjalankan tugasnya dengan bebas. Oleh karena itu tipe kepemimpinan bebas merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapaii tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan di serahkan kepada bawahan. Karena arti laissez-faire adalah memberikan kepada orang lain dengan prinsip kebebasan, termasuk bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan bebas sesuai dengan kehendak bawahan dan tipe ini dapat dilaksanakan di sekolah yang memang
19
M. Moh. Rifa‟I, (1996), Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Jebbar, hal. 38.
20
Puis. A. Partanto & Dahlan Al Barry, (1994), Kamus Ilmiah, Surabaya: Arkola, hal. 952.
benar-benar mempunyai sumber daya manusia maupun alamnya dengan baik dan mampu merancang semua kebutuhan sekolah dengan mandiri.21 c. Tipe/Gaya Karismatik Beberapa orang pemimpin yang tergolong dalam tipe di bawah ini adalah Iskandar Zulkarnaen, F. Kennedy, Soekarno, serta Gandhi. Pemimpin tergolong tipe ini pada umumnya memiliki kewibawaan yang sangat besar terhadap pengikutnya. Kewibawaan memancar dari pribadinya, yang wibawanya sejak lahir. Dengan demikian, pemimpin yang karismatik itu biasanya memiliki kekuatan gaib. Dari penampilannya memancar kewibawaan yang menyebabkan pengikutnya merasa tertarik dan kagum serta patuh.22 d. Tipe/Gaya Demokratis Tipe kepemimpinan ini paling tepat untuk memimpin organisasi modern. Beberapa sifat dari tipe ini adalah: 1) Selalu bertitik tolak dari rasa persamaan hak dan persamaan kewajiban sebagai manusia 2) Berusaha menyingkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahan 3) Senang menerima sara, pendapat, dan kritik 4) Mengutamakan kerja sama kelompok dalam pencapaian tujuan organisasi 5) Memberikan
kebebasan
yang seluas-luasnya
kepada bawahan untuk
melakukan tugas, pekerjaan dalam arti bahwa ada toleransinya terhadap kesalahan yang diperbuat oleh bawahan 6) Berusaha memberikan kesempatan untuk berkembang kepada bawahan 7) Membimbing bawahan untuk lebih berhasil daripadanya. e. Tipe/Gaya Militeristik Sifat-sifat seorang pemimpin yang bertipe militeristik adalah:
Sering menggunakan system instruksi
21
Sutarto, (1998), Dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 77.
22
Veithzal Rivai & Sylviana Murni, (2010), Education Management, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
cet. ke-2, hal. 288-289.
Menyandarkan diri kepada pangkat dan jabatan
Senang kepada hal-hal formalistic yang berlebih-lebihan
Disiplin mati
Tidak senang dikritik
Menggemari upacara-upacara
f. Tipe/Gaya Paternalistik
Memandang dan menganggap bawahan sebagai anak-anak
Bersikap terlalu melindungi
Jarang memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan
Jarang memberikan
kesempatan
untuk
mengembangkan
kreasi
Dan
vitalitasnya
Jarang memberikan kesempatan untuk berinisiatif
Bersifat mahatahu
g. Tipe/Gaya Otokratik Pemimpin menyuruh kerjakan apa yang ditentukan oleh pemimpin, Dan harus dipatuhi tanpa bertanya. Kelompok pekerja ini tergolong teori X dari Mc Greor. Gaya ini cukup berhasil jika tugas itu sederhana dan dikerjakan berulangulang ditambah lagi waktu pemimpin untuk berhubungan dengan pekerja sangat terbatas atau sangat singkat. h. Tipe/Gaya Paritisipatif Para pekerja dilibatkan dalam mengambil keputusan, sedangkan keputusan akhir terletak pada pemimpin. Para pekerja akan merasa ikut bertanggung jawab untuk mewujudkan rencana yang mereka ikut membuatnya. i. Tipe/Gaya Demokratik Pemimpin mencoba melakukan apa yang diinginkan oleh sebagian besar bawahan para pemimpin. dengan gaya partisipatif dan gaya demokratif cenderung memperlakukan pada pekerja atau bawahan termasuk kelompok teori Y dari Mc. Gregor. Banyak pihak lebik menyukai gaya demokratik untuk meningkatkan manajemen.
6. Pengertian Kepala Madrasah Kepala madrasah dalam satuan pendidikan merupakan pemimpin. Ia mempunyai dua jabatan dan peran penting dalam melaksanakan proses pendidikan.Pertama, kepala madrasah adalah penelola pendidikan di madrasah; dan kedua, kepala madrasah adalah pemimpin formal pendidikan di madrasahnya. Kata “kepala” dapat diartikan „ketua‟ atau „pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan „sekolah‟ adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan member pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefenisikan sebagai “seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”.23 Para kepala madrasah, guru, orang tua, dan siswa adalah pemain kunci dalam pekerjaan dari persekolahan. Ketika kerjasama berlangsung maka bentuk konsentrasi mereka dalam kepemimpinan yang kekuatan penuhnya di sekolah. Jika pengaruhnya oleh kepala sekolah yang berkeahlian, maka guru-guru akan selalu membangun kerjasama kepada bentuk tim profesional yang mengundang orang tua dan siswa ke dalam pekerjaan kepemimpinan.24 Menurut Daryanto, kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah berarti kepala sekolah dalam kegiatan memimpinnya berjalan melalui tahap-tahap kegiatan. Sebagai berikut:
23 24
Perencanaan (planning)
Pengorganisasian (organizing)
Pengarahan (directing)
Pengkoordinasian (coordinating)
Pengawasan (controlling)
Wahjosumidjo, (2007), Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hal. 83. Ibid,Hal. 203
Dengan demikian kepala sekolah/madrasah adalah seorang tenaga professional atau guru yang diberikan tugas untuk memimpin sekolah dimana sekolah menjadi tempat interaksi antara guru yang member pelajaran, siswa yang menerima pelajaran, orang tua sebagai harapan, pengguna lulusan sebagai penerima kepuasan Dan masyarakat umum sebagai kebanggaan.25
7. Peran Kepala Madrasah Secara garis besar kualitas dan kompetensi kepala sekolah dapat dinilai dari kinerjanya dalam mengaktualisasikan fungsi dan perannya sebagai kepala sekolah.26 a. Sebagai pendidik 1. Kemampuan membimbing guru dalam melaksanakan tugas 2. Mampu memberikan alternative pembelajaran yang efektif 3. Mampu membimbing bermacam-macam kegiatan kesiswaan b. Sebagai manajer 1. Kemampuan menyusun organisasi personal dengan uraian tugas sesuai dengan standar yang ado 2. Kemampuan menggerakkan stafnya dan segala sumber daya yang ado serta lebih lanjut memberikan acuan yang dinamis dalam kegiatan rutin dan temporer 3. Kemampuan menyusun program secara sistematis c. Sebagai administrator 1. Kemampuan mengelola semua perangkat KBM secara sempurna dengan bukti berupa data administrasi yang akurat 2. Kemampuan mengelola administrasi kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana dan administrasi persuratan dengan ketentuan yang berlaku 3. Sebagai supervisor
25
Ibrahim Baafadal, (1992), Supervisi Pengajaran; Teori dan Aplikasi Dalam Membina Profesional Guru,
Jakarta: PT Bumi Aksara, hal. 62. 26
317.
Syafaruddin & Asrul, (2014), Manajemen Kepengawasan Pendidikan, Bandung: Citapustaka Media, hal.
4. Kemampuan menyusun program supervise pendidikan di lembaganya yang dapat melaksanakan dengan baik 5. Kemampuan memanfaatkan hasil supervise untuk peningkatan kinerja guru dan karyawan 6. Kemampuan memanfaatkan kinerja guru atau karyawan untuk pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan d. Sebagai pemimpin 1. Memiliki kepribadian yang kuat 2. Memahami semua personalmya yang memiliki kondisi berbeda 3. Memiliki upaya peningkatan kesejahteraan guru dan karyawannya e. Sebagai innovator 1. Memiliki gagasan baru untuk inovasi dan perkembangan madrasah, memilih yang relevan untuk kebutuhan lembaganya 2. Kemampuan mengimplementasikan ide yang baru dengan baik Kemampuan mengatur lingkungan kerja sehingga lebih kondusif Didasarkan kepada semua peran kepemimpinan di atas tidak bertentangan dengan yang telah dicanangkan oleh bapak pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantara, bahwa pemimpin yang baik harus menjalankan peran sebagai berikut: a. Ing ngarso sung tulodo, yaitu bila di depan jadi teladan b. Ing madyo mangun karso, bila di tengah member semangat c. Tut wuri handayani, di belakang sebagai pendorong 8. Sifat-sifat Kepala Madrasah Kepala sekolah ideal harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan kelompok yang dipimpinnya, sekaligus ada kesadaran dalam dirinya bahwa dia memiliki kelemahan. Misalnya, dia memiliki kelemahan dalam pekerjaan teknis, tetapi memiliki kelebihan dalam menggerakkan orang. Terlebih karena memiliki jabatan formal atau karena kepentingan tertentu, seseorang yang menjalankan fungsi kepemimpinan harus memiliki sifat-sifat. Sifat-sifat yang harus dimiliki kepala madrasah adalah sebagai berikut:27 27
Sudarwan Danim, (2006), Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 205.
a. Bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa b. Memiliki inteligensi yang tinggi c. Memiliki fisik yang kuat d. Berpengetahuan luas e. Percaya diri f. Dapat menjadi anggota kelompok g. Adil dan bijaksana h. Tegas dan berinisiatif i. Berkapasitas membuat keputusan j. Memiliki kestabilan emosi k. Sehat jasmani dan rohani l. Bersifat prospektif
B. Kualitas Pembelajaran Kualitas dapat dikatakan sebagai bentuk peningkatan diri yang baik menjadi lebih baik lagi. Sedangan pembelajaran adalah proses yang dilakukan dalam institusi pendidikan formal maupun non formal. 1. Pengertian Kualitas Pembelajaran Menurut Glaser, pemikiran tertuju pada suatu benda atau keadaan yang baik. Kualitas lebih mengarah kepada sesuatu yang baik. Sedangkan pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa.28 Kemudian, menurut Hamzah B. Uno, istilah pembelajaran memiliki hakikat perenanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.Itulah sebabnya dalam belajar, siswa-siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.29Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik
28
Hamzah B. Uno, (2008), Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Efektif, Jakarta: PT Bumi Aksara, hal. 153. 29
hal. 123
Syafaruddin & Asrul (2007), Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer, Bandung: Citapustaka Media,
dan hasilnya dapat diandalkan, maka perbaikan pengajaran diarahkan pada pengelolaan proses pembelajaran. Lalu, menurut R. Gagne, belajar dapat didefenisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.30 Selanjutnya, adapun pengertian belajar menurut W.S Winkel adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relative konstan dan berbekas.31 Pembelajaran dapat didefenisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dati situasi situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan sadar kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahanperubahan samentara dari organisme.32 Dapat dipahami bahwa pembelajaran terjadi ketika kita berubah karena suatu kejadian dan perubahan yang terjadi bukan karena perubahan alami atau karena menjadi dewasa yang dapat terjadi dengan sendirinya atau karena perubahannya sementara saja tetapi lebih karena reaksi dari situasi yang dihadapi. Misalnya, dapat dicontohkan seseorang dikatakan belajar biologi serta terdapat suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku yang berkaitan dengan mata pelajaran tersebut serta dari tidak tahu menjadi tahu maka mampu menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
30
Ahmad Susanto, (2013), Teori belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Prenadamedia
Group, hal. 1. 31
Ibid, hal. 2.
32
Jogiyanto, (2006), Pembelajaran Metode Kasus, Yogyakarta: CV. Andi Offset, hal. 12.
2. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Peningkatan kualitas di dalam madrasah akan terlaksana apabila didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan, integritas dan kemampuan yang tinggi, karena kalau kalau tidak, mutu madrasah hanya akan menjadi eforia semata. Salah satu faktor kunci keberhasilan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran harus didasari oleh kemampuan konsep, teknis dan manusiawi. Manajemen pendidikan di madrasah adalah proses aplikasi fungsi manajemen dalam melaksanakan proses pengajaran dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan di madrasah, peranan kepala madrasah dalam menjalankan manajemen pendidikan sangat menentukan pencapaian tujuan dengan dukungan sumber daya personel, materi, financial dan lingkungan masyarakat.33 Siswa merupakan salah satu objek yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran di madrasah. Dalam kegiatan tersebut, siswa mengalami tindak mengajar dan merespons dengan tindak belajar. Pada umumnya, semula siswa menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tentang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya dan siswa mengalami suatu proses belajar. Pendidikan dapat dikatakan baik apabila pendidikan itu dapat memberi kesempatan berkembangnya semua aspek pribadi manusia atau dengan kata lain rumusan tujuan tersebut berisikan pengembangan aspek manusia. Agar dapat melakukan kegiatan idealitas kepemimpinan kepala madrasah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, menurut Mulyasa harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip berikut ini: a. Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak, tetapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong suasana demokratis gur dan kekeluargaan b. Mendorong guru mau dan mampu mengemukakan pendapat-pendapatnya dalam memecahkan suatu masalah, dapat mendorong aktivitas dan kreativitas guru c. Mengembangkan kebiasaan ntuk berdiskusi secara terbuka, dan mendidik gru untuk mau mendengarkan pendapat orang lain secara objectif (hal demikian dapat 33
Sudaryono, (2012), Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 57.
dilakukan
dengan
jalan
menengahi
pembicaraan
dan
menterjemahkan
pembicaraan orang lain untuk dapat dipahami) d. Mendorong para guru dan pegawai lainnya untuk mengambil keputusan yang paling baik dan mentaati keputusan itu, dan berlak sebagai pengarah, pengatr pembicaraan, perantara, dan pengambil kesimpulan secara redaksional. Dalam konteks ideal, seharusnya kepala madrasah sebagai pimpinan kepala madrasah memiliki kemampuan atau keterampilan teknis, konsep dan manusiawi (human) sebagai Kepala Madrasah adalah rendahnya kemampuan teknis kepala madrasah diindikasikan dengan kurang mampunya memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik.34
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran Menurut Wina Sanjaya bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses belajar mengajar, di antaranya factor guru, siswa, sarana prasarana dan faktor lingkungan.35 a. Faktor Guru Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak bisa diaplikasikan. b. Faktor Siswa Siswa adalah organism yang unik dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama, di samping itu karakteristik lain yang melekat pada diri anak. c. Faktor Sarana
34
Syafaruddin & Asrul Daulay, (2012), Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Medan: Perdana
Publishing, hal. 78. 35
Istarani & Intan Pulungan, (2017), Ensiklopedi Pendidikan, Medan: Media Persada, hal. 15.
Sarana adalah sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya; sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. d. Faktor Lingkungan Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua factor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi dan faktor iklim sosial-psikologis.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan yang berada di madrasah memiliki peran yang sangat penting dalam memperoleh kualitas pembelajaran yang baik.Tujuan tersebut dapat diperoleh apabila kepala madrasah mampu menciptakan strategi yang relevan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan strategi fasiliatif. Artinya, dengan mengundang pengikut atau para anggota untuk berusaha secara tekun dan menggunakan energy fisik dalam bekerja, strategi fasiliatif juga menjadikan guru sebagai teman harian agar komunikasi formal maupun non formal berjalan dengan baik. Strategi fasiliatif mengartikan bahwa adanya peran baru kepemimpinan untuk memudahkan pegawai dalam menjalankan tugasnya yang dimulai dari membentuk hubungan kerja sama dan komunikasi yang baik.
B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Baafadal. I.Supervisi Pengajaran; Teori dan Aplikasi Dalam Membina Profesional Guru. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1992). Danim. S. Motivasi, Kepemimpinan Dan Efektivitas Kelompok. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004). Kurniadin. D. & Imam Machali. Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip Penegelolaan Pendidikan. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012). Dirawat, dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993). Hadijaya. Y. Menyusun Strategi Berbuah Kinerja Pendidik Efektif. (Medan: Perdana Publishing, 2013). Ismail.
M. Gade. Penelitian Kualitatif, (Banda Aceh: Syiah Kuala, 1993).
Istarani & Intan Pulungan. Ensiklopedi Pendidikan. (Medan: Media Persada, 2017) Jogiyanto. Pembelajaran Metode Kasus. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2006). Marno & Triyo Supriyanto. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. (Bandung: PT Refika Aditama, 2008). Mulyasa. E. Manajemen Berbasis Sekolah. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007). Nurasiah. Dkk. Jurnal Magister Administrasi Pendidikan: Strategi Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Di SD Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar. (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2015). Puis. A. & Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah. (Surabaya: Arkola, 1994). Nusa. P. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). Rifa‟I, M. Moh. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung: Jebbar, 1996). Rochaety. Ety dkk. Sistem Informasi Manajemen. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) Salim dan Syahrum. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Citapustaka Media, 2015) Setiawan.B. & Abd. Muhith, Transformational Leadership. (Jakarta: (PT Rajagrafindo Persada, 2013). Siagian, P. Sondang. Manjemen Strategi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004). Sudaryono. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012). Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013).
Susanto. Teori belajar Prenadamedia Group,
dan
Pembelajaran
di
Sekolah
Dasar.
(Jakarta:
2013). Sutarto. Dasar Kepemimpinan Administrasi. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998). Syafaruddin & Asrul Daulay. Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. (Medan: Perdana Publishing, 2012). Syafaruddin & Asrul. Citapustaka Media,
Kepemimpinan
Pendidikan
Kontemporer.
(Bandung:
Kepengawasan
Pendidikan,
(Bandung:
2007). Syafaruddin & Asrul, Citapustaka Media,
Manajemen
2014). Syafaruddin. Manajemen Organisasi Pendidikan. (Medan: Perdana Publishing, 2015). Hamzah. B. U. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008). Veithzal.R. & Sylviana PTRajaGrafindo Persada,
Murni.
Education
Management.
(Jakarta:
2010). Aziz. A. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2011). Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007). Wibowo. Perilaku Dalam Organisasi. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013).
TUGAS UAS:
MANAJEMEN STRATEGIK DAN MUTU PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto, M.Pd.
Disusun Oleh: RENA YASMIN BATUBARA (0307161049) Semester V (lima)
A.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah
dengan
judul
“MANAJEMEN
STRATEGIK
DAN
MUTU
PENDIDIKAN” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Manajemen Strategik Pendidikan. Dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa, kata, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran dari para pembaca sebagai acuan kepada saya untuk lebih baik kedepannya. Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca, terutama bagi diri saya sendiri.
Medan, 17 Desember 2018
Rena Yasmin Batubara
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................1 A. Latar Belakang....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2 C. Tujuan Makalah ..................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................ 3 A. Manajemen Strategik ............................................................................. 3 1. Pengertian Manajemen Strategik Pendidikan .................................... 3 2. Tahap Proses Manajemen Strategik .................................................. 6 3. Penerapan Manajemen Strategik ....................................................... 8 B. Mutu Pendidikan .................................................................................... 9 1. Pengertian Mutu Pendidikan ............................................................. 9 2. Karakteristik Mutu Pendidikan ........................................................ 10 3. Standar Mutu Pendidikan ................................................................. 13 C. Manajemen Strategi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ............. 16 1 Perencanaan Manajemen Strategi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. ........................................................................................... 16 2. Implementasi Manajemen Strategi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ............................................................................................ 17 3. Evaluasi Manajamen Strategi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ............................................................................................ 18
BAB III
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... 19 B. Saran ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut para pelaksana pendidikan untuk terus berfikir dan berupaya mengimbangi agar tidak tertinggal oleh perubahan-perubahan yang terus melaju. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat, bangsa dan negara1. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, pengadaan buku-buku dan alat pengajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun kenyataannya masih terdapat sekolah yang berada di daerah masih memprihatinkan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di sekolah hakikatnya tidak terlepas dari setiap jaringan kerja yang berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien. Jaringanjaringan kerja seperti manajemen sekolah, budaya kerja dan factor kepemimpinan seorang kepala sekolah dalam mengoptimalkan kinerja guru merupakan komponen penting untuk mewujudkan mutu pendidikan di sekolah. Oleh karenanya penataan masing-masing komponen tersebut merupakan
kebutuhan
yang harus dipenuhi
dalam
upaya mencapai
keberhasilan pendidikan. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu megembangkan kemampuan, membentuk karakter dan peradaban bangsa. Oleh karena itu harus dikembangkan dalam pendidikan di sekolah aspek: keimanan, ketaqwaan,
1
akhlak
mulia,
kesehatan,
ilmu,
kecakapan,
kreativitas,
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
kemandirian, demokrasi, dan tanggung jawab pada anak didik dan seluruh stakeholder pendidikan. Dalam upaya untuk meningkatkan daya saing dalam dunia pendidikan. Maka penerapan manajemen strategi menjadi sebuah keniscayaan, terutama didunia pendidikan. Dengan penerapan manajemen strategi, lembaga pendidikan akan mampu bersaing dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan serta mampu mengantisipasi adanya perubahan. Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi dan evaluasi serta pengendalian.
B. Rumusan Masalah Berdasakan latar belakang di atas maka rumusan masalah makalah ini yaitu: 1. Apa itu manajemen strategik ? 2. Apa itu mutu pendidikan ? 3. Bagaimana manajemen strategik dalam meningkatkan mutu pedidikan ?
C. Tujuan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui apa itu manajemen strategik. 2. Untuk megetahui apa itu mutu pendidikan. 3. Untuk mengetahui bagaimana manajemen strategik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
BAB II PEMBAHASAN A. Manajemen Strategik 1. Pengertian Manajemen Strategik Pendidikan Manajemen strategik secara garis besar telah mulai didiskusikan. Istilah manajemen strategik terbentuk dari dua kata yakni strategic berasal dari bahasa Yunani, strategia, yang berarti seni atau ilmu menjadi seorang jenderal. Jenderal Yunani yang efektif perlu memimpin tentara, memenangkan peperangan dan mempertahankan wilayah melindungi kota dari serangan musuh, menghancurkan musuh. Sedangkan dalam kamus Belanda-Indonesia, strategik berasal dari kata majemuk, yang artinya siasat perang, istilah strategik tersebut digunakan dalam kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar.2 Secara harfiah manajemen strategik tergabung dari dua kata yaitu manajemen dan strategik. Kata manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu.3 Sehingga manajemen diartikan sebagai proses pemahaman sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.4 Manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.5 Strategik merupakan instrumen manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari termasuk dalam manajemen sekolah. Strategik sekolah menjelaskan metode dan proses manajemen strategik untuk mencapai tujuan strategiknya. Langkah dalam proses manajemen strategik sekolah mencakup identifikasi pilihan-pilihan strategik yang mungkin dapat dilakukan untuk mencapai tujuan 2
Datje Rahajoekoesoemah, Kamus Belanda-Indonesia (Cet.I; Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 1388. 3 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen (Ed. Revisi, Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 1. 4 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Ed. I, Jakarta: Moderen English Press, 1991), h. 92. 5 S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2003), h. 216.
sekolah, evaluasi alternatif-alternatif strategik dengan menggunakan kriteria yang pasti dan memiliki sebuah alternatif atau kelompok yang mungkin menjadi strategik sekolah.6 Deskripsi di atas menjelaskan bahwa manajemen strategik merupakan serangkaian tindakan dan keputusan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dan jangka panjang.7 Dengan upaya memutuskan persoalan strategik, perencanaan, dan bagaimana strategik tersebut dapat dilaksanakan dalam wujud implementatif. Ada beberapa pendapat lain tentang pengertian strategik, antara lain: a. Strategik didefinisikan sebagai garis besar haluan Negara bertindak untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.8 b. H. M Arifin. Med. Memberikan pengertian strategik adalah sebagai segala upaya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasil secara maksimal.9 c. Strategik adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapaian sasaran tertentu.10
Dari deskripsi tersebut jelaslah bahwa suatu organisasi hendaknya mampu mengimplementasikan konsep-konsep manajemen strategik dalam lingkungan pendidikan dan pembelajaran. Karena pada hakekatnya manajemen strategic bertujuan agar organisasi memiliki produktivitas yang tinggi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan demikian suatu proses perencanaan yang disusun dan ditentukan oleh seorang pemimpin, yang jika dikaitkan dengan pendidikan berarti yang berwenang dalam hal tersebut adalah kepala sekolah yang dapat dibantu oleh tenaga pendidik lainnya sehingga apa yang direncanakan dapat dicapai secara efektif dan efesien. 6
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Cet. V; Bandung: CV. Alfabeta, 2001), h.137. 7 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, 2001, h. 129. 8 Tabrani Rusyah, Atang K. BA, Drs Zainal A, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 1992), h.209. 9 M. Arifin. Med, Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.58. 10 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ct. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h.859.
Konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategik organisasi. Rancangan ini disebut sebagai perencanaan strategik. Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital, perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan. Manajemen strategik sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan
perumusan
(formulasi)
dan
pelaksanaan
(implementasi)
rencanarencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu: a. Merumuskan visi dan misi organisasi meliputi rumusan umum filosofi dan tujuan. b. Mengembangkan profil organisasi yang mencerminkan kondisi internalnya. c. Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi pesaing dan factor kontekstual. d. Menganalisis alternatif strategik dengan menyesuaikan sumber daya yang dimiliki dengan lingkungan eksternal. e. Mengidentifikasi setiap alternatif strategik untuk menentukan strategik mana yang paling sesuai visi dan misi organisasi. f. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategik umum. g. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategik jangka pendek. h. Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem imbalan. i. Mengevaluasi
keberhasilan
proses
strategik
sebagai
masukan
bagi
pengambilan keputusan yang akan datang.11 Berdasarkan pengamalan historis di dalam penyelenggaraan suatu organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip manajemen strategik di dalam lembaga pendidikan adalah membantu lembaga pendidikan merumuskan strategik yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan sistematis, logis, dan rasional pada proses pemilihan strategik pengelolaan pendidikan diera global yang terus 11
mengalami perubahan. Dasar manajemen strategik adalah menumbuhkan komitmen atau dukungan dari semua pihak (sumber daya manusia) mengenai visi, misi lembaga pendidikan, sasaran penyelenggaraan pendidikan, dan upaya-upaya pencapaiannya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama manajemen strategic adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua eksekutif maupun pelaksana lembaga pendidikan. Manfaat besar dari manajemen strategik adalah memberi peluang bagi organisasi dalam pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi. Penerapan manajemen strategik di dalam penyelenggaraan system pendidikan memungkinkan suatu organisasi penyelenggara pendidikan (termasuk di dalamnya sekolah dan departemen pendidikan) untuk lebih proaktif dari pada reaktif dalam membentuk masa depan lembaga pendidikan didunia global dewasa ini. Penerapan konsep berpikir dan bertindak strategik, lembaga pendidikan diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi dari pada hanya memberi respons terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan birokratis, namun lebih dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras merencanakan kegiatan-kegiatan strategik, mengimplementasikan dan mengendalikan segenap operasional kelembagaan untuk mencapai tujuan strategik yang telah dirumuskan.
2. Tahap Proses Manajemen Strategik Dalam menentukan langkah-langkah dan strategik yang akan diambil oleh sekolah, pengambilan keputusan harus berdasarkan tahapan proses manajemen strategik.
Hal
itu
diperlukan
mengingat
pentingnya
untuk
mengamati,
menganalisis situasi dan lingkungan yang ada sebelum menentukan strategik dari suatu lembaga pendidikan. Proses manajemen strategik mempunyai 3 tahapan yang saling terkait dan melengkapisatu sama lain. Tahap proses manajemen strategik adalah formulasi strategi (Strategy Formulation), pelaksanaan strategi (Strategy Implementation) dan evaluasi strategi (Strategy Evaluation).12 12
Azhar Arsyad, DKK, Pengantar Manajemen (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2006),
a. Formulasi Strategi (Strategy Formulation) Formulasi strategi merupakan tahap pertama dalam poses manajemen strategi yang mengutamakan efektivitas. Dalam tahap ini perusahaan harus menentukan arah dan tujuan yang akan ditempuh dalam menghadapi persaingan
dan
lingkungan
agar
comperatife
aduanteg
dapat
berkesinambungan dan berjangka panjang. Kegiatan yang harus dilakukan dalam formulasi stratgi ini adalah: 1) Mengembangkan visi dan misi 2) Mnganalisis situasi lingkungan 3) Pengembangan tujuan jangka panjang 4) Pendataan alternative-alternatif strategi 5) Seleksi strategi-strategi yang dapat diambil sesuai dengan keadaan perusahaan dan lingkungan.
b. Pelaksanaan Strategi (Strategy Implementation) Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari formulasi strategi yang mengutamakan efesiensi. Setelah strategi-strategi telah diseleksi dan dianalisa sesuai dengan keadaan lingkungan dan perusahaan, maka pada tahap ini perusahaan harus memastikan bahwa semua formulasi strategi itu dapat berjalan dengan harapan. Tahap ini merupakan proses operasional, tahapan tindakan dan dinilai paling sulit dari tahap manajemen strategi yang ada.13 Dalam tahap ini, perusahaan diminta untuk mngerjakan beberapa langkahlangkah sebelum formulasi strategi dapat dilakukan. Langkah-langkah tersebut adalah mengembangkan tujuan tahunan, memikirkan kebijakan-kebijakan, memotivasi karyawan dengan menggunakan keahlian antar personal dan mengalokasikan sumber daya. Pada tahap ini, semua karyawan dan manajer harus melibatkan diri dan mengerjakan tugasnya masing-masing agar pelaksanaan formulasi strategi dapat sukses. Agar kesuksesan pelaksanaan dapat dicapai maka perusahaan harus menciptakan kepemimpinan yang persuasif dengan budaya pendukung h.92. 13
L. J. Bourgeois dan David R. Brodwin, “Strategic Implementation: Five Approaches to an Elusive Phenomenon” (Strategic Manajemen Journal 5, 1984), h.241-264.
strategi perusahaan dan memotivasi karyawan, koordinasi antara kelompok, membuat struktur organisasi yang efektif, mengubah usaha pemasaran yang sesuai, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan menggunakan sistem informasi, serta memberikan penghargaan yang layak kepada karyawan atas kontribusinya akan kinerja perusahaan.14 c. Evaluasi Strategi (Strategy Evaluation) Pada tahap terakhir dalam manajemen strategi ini, perusahan dapat menilai apakah formulasi strategi dapat dilaksanakan dengan baik pada tahap implementasi strategi. Tanpa adanya implementasi strategi yang memadai maka formulasi strategi yang baik akan menjadi sia-sia. Hasil yang didapat dari implementasi akan direview pada tahap ini. Dasar kegiatan evaluasi strategi meliputi membandingkan faktor eksternal dan internal dengan strategi yang ada, mengukur kinerja dan mengambil tindakan koreksi. Berdasarkan hasil yang dievaluasi maka perusahaan bisa menguas kembali strategi perusahaan. Sehingga perbandingan hasil dengan harapan dan pengidentifikasi tindakan dapat dijadikan pengalaman berharga bagi perusahaan. Hal ini mengingat bahwa sukses pada hari ini bukanlah garansi akan kesuksesnya hari esok.15
3. Penerapan Manajemen Strategik Dalam beberapa pengertian tentang manajemen strategik terdapat satu hal yang dapat disimpulkan bahwa: a. Penerapan strategik, yang meliputi pengembangan visi, misi dan tujuan jangka panjang dan mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan perusahaan atau organisasi, pengembangan alternatif-alternati dan penentu strategik yang sesuai untuk diadopsi. b. Penerapan strategik, meliputi penentu sasaran operasional tahunan, kebijakan perusahaaan atau organisasi, motivasi karyawan dan mengalokasikan 14
Jay R. Gaibraith, Strategi Implementation Structure, Systems and Proces (Cet. II; USA: West, 1986), h. 341. 15 Azhar Arsyad, DKK, Pengantar Manajemen (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2006), h.99.
sumbersumber
daya
agar
srategik
yang
telah
ditetapkan
dan
diimplementasikan. c. Evaluasi atau kontrol strategik, mencakup usaha untuk memonitor seluruh hasil dari pembuatan dan penerapan strategik, termasuk mengukur kinerja individu dan perusahaan serta mengambil langka-langkah perbaikan jika diperlukan.16 Selain itu penerapan akan berlangsung secara efektif dan efesien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoprasikan sekolah.
Dalam
pengelompokan
rangka sekolah
proses
manajemen
berdasarkan
strategik,
kemampuan
perlu
manajemen,
dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah.17 Penerapan staretgik dalam
manajemen
sekolah
melibatkan
upaya
besar
yang
bertujuan
mentransformasi tujuan strategik kedalam aksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. Karena itu, kemampuan kepala Madrasah dan personal Madrasah lainnya dapat menerapkan suatu strategik dalam manajemen suatu madrasah merupakan hal yang sangat penting dalam kaitannya dengan skill kepala madrasah sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab terhadap kemajuan profesional guru.
B. Mutu Pendidikan 1. Pengertian Mutu Pendikan Mutu pendidikan terdiri dari kata mutu dan pendidikan. Mutu dalam dalam bahasa Inggris “quality artinya mutu, kualitas”18. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia “Mutu adalah (ukuran ), baik buruk suatu benda; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb)”19. Secara istilah mutu adalah “Kualitas memenuhi atau melebihi harapan pelanggan”20. Dengan demikian mutu adalah 16
J. David Haunger dan Tomas L Wheelen, Manajemen Strategi (Yogyakarta: Andi, 2001,2003), h. 4. 17 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. op. cit., h. 59. 18 John M. Echolis, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1988) Cet. Ke XVI, h. 460 19 Lukman Ali, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke4, h. 677 20 M.N. Nasution, Manajemen Mutu terpadu, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004), Cet. ke3, h. 15
tingkat kualitas yang telah memenuhi atau bahkan dapat melebihi dari yang diharapkan. Pendidikan menurut Imam Al-Ghazali adalah “Sebuah wasilah untuk mencapai kemulian dan menyerahkan jiwa untuk mendekat diri kepada Tuhan”21. Berdasarkan Undang Undang Sisdiknas No. II Tahun 2003 pendidikan adalah : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.22 “Berdasarkan tinjauan mutu pendidikan dari segi proses dan hasil mutu pendidikan dapat dideteksi dari ciri-ciri sebagai berikut : kompetensi, relevansi, fleksibelitas, efisiensi, berdaya hasil, kredibilitas”23. Menurut Mujamil mutu pendidian adalah “Kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin”24. Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan mutu pendidikan adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan pengajaran dan pelatihan. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM).
2. Karakteristik Mutu Pendidikan Mutu pendidikan diukur secara universal baik dari segi input, proses, output maupun outcome. Ada 13 karakteristik yang dinilai dalam hal mutu pendidikan yaitu : 21
Muhammad Utsman el-Muhammady, Pemurnian Tasawuf oleh Imam AlGhazali,www/ Scribd/com/doc/2917072/ tgl. 19 November 2014 22 Tim Redaksi Sinar Grafika, Undanng-Undang Sisdiknas 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), h. 2 23 Moch Idochi Anwar, Op. Cit., h. 19 24 Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 206
a. Kinerja (performan). b. Waktu wajar (timelines) c. Handal (reliability). d. Data tahan (durability) e. Indah (aesteties). f. Hubungan manusiawi (personal interface). g. Mudah penggunaanya (easy of use). h. Bentuk khusus (feature). i. Standar tertentu (comformence to specification). j. Konsistensi (concistency). k. Seragam (uniformity). l. Mampu melayani (serviceability). m. Ketepatan (acuracy)25. Kinerja (performan) berkaitan dengan aspek fungsional sekolah yang terdiri dari kinerja guru dalam mengajar. “Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah. Oleh karena itu ia dituntut untuk mengenal tempat bekerjanya itu. Guru perlu memahami faktor-faktor yang langsung dan tidak langsung menunjang proses belajar mengajar”26. Waktu wajar (timelines) yaitu sesuai dengan waktu yang wajar meliputi memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat. Handal (reliability) yaitu usia pelayanan bertahan lama. Meliputi pelayanan prima yang diberikan sekolah menjadi prinsip agar pihak yang dilayani merasa senang dan puas atas layanan yang diberikan sehingga menjadi pelanggan yang baik dan setia. Hal ini sesuai dengan sikap kaum Ansor dalam menerima kuam Muhajirin yang diabadikan dalam Al-Qur‟an surat Al-Hasyr ayat 9 : Artinya : Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Ansor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Ansor) tiada menaruh 25
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h. 411 26 Soetjipto , Raflis Kosasi, Profesi Guru, (Jakarta : renika Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h.146
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.
Isi kandungan ayat tersebut diantaranya yaitu (1) Adanya usaha menghormati orang lain ( kaum Muhajirin), (2) Kerelaan kaun Ansor apa yang diberikan kepada kaum Muhajirin, (3) Kaum Ansor mengutamakan penghormatan kepada kaum Muhajirin, (4) Kaum Ansor rela mengalahkan kepentingan sendiri. Isi kandungan ayat tersebut dapat diterapkan dalam dunia pendidikan dengan menerapkan manajemen layanan pendidikan dalam mencapai mutu pendidikan yang berakhlak. Daya tahan (durability) yaitu tahan banting, misalnya meskipun krisis moneter, sekolah masih tetap bertahan. Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru membuat media-media pendidikan yang menarik. Hubungan manusiawi (personal interface) yaitu menjunjung tinggi nilainilai moral dan profesionalisme. Hal ini bisa dicapai apabila terjalin komunikasi yang sehat. “Dari komunikasi itu bisa diperoleh suasana yang akrab dan harmonis, bahkan bisa mendamaikan dua pihak yang bertikai”27. Mudah penggunaanya (easy of use) yaitu sarana dan prasarana dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam dikembalikan tepat waktu. Bentuk khusus (feature) yaitu keuggulan tertentu misalnya sekolah unggul dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi). “Persyaratan pertama bagi kepemimpinan pengajaran adalah guru hendaknya memiliki visi mengenai unggulan dalam mengajar”13. Standar tertentu (comformence to specification) yaitu memenuhi standar tertentu. Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan minimal. Konsistensi (concistency) yaitu keajegan, konstan dan stabil, misalnya mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah konsisten dengan perkataanya. Seragam (uniformity) yaitu tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam 27
Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 251
berpakaian. Mampu
melayani (serviceability) yaitu mampu memberikan
pelayanan prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa puas. Ketepatan (acuracy) yaitu ketepatan dalam pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah 3. Standar Mutu Pendidikan Pemahaman dan persepsi dalam hal standar mutu pendidikan terdapat perbedaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang antara pakar satu dengan pakar lainnya. Pertama sebagian orang, bahkan pada umumnya para orang tua mengatakan bahwa kenyamanan sekolah itu merupakan salah satu tolak ukur terbaik, ke dua pihak lain berpendapat bahwa hasil belajar atau hasil akademik yang menunjukan sekolah tersebut menunjukan sekolah yang baik karena menurut pendapat ini dari buahnya anda mengenali mereka, ketiga sebagian orang mengemukakan bahwa ada beberapa ciri atau tolak ukur yang akan memperlihatkan mutu suatu sekolah28. Cyil merangkum pendapat mutu dari sudut pandang yang berbeda menggunakan tolak ukur yang berbeda. Sebagian orang menggunakan tolak ukur berdasarkan kondisi sekolah, sebagain lain menggunakan tolak ukur prestasi hasil belajar, dan pendapat yang lebih luas menyatakan tolak ukur mutu pendidikan perlu ditinjau dari berbagai tolak ukur yang relevan. Pandangan ke tiga diperkuat dengan pandangan Mujamil yang menyatakan bahwsa “Lembaga pendidikan dikatan bermutu jika input, proses, dan hasilnya dapat memenuhi persyaratan yang dituntut oleh pengguna jasa pendidikan”29. Meskipun Mujamil menggunakan tolak ukur input, proses dan hasil, namun titik tolak ukur mutu pendidikan menurut Mujamil adalah pengguna jasa pendidikan, yang berarti lebih berfokus pada out put yaitu potensi dan nilai guna para alumni dalam kehidupan. Menurut Usman “Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan nonakademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa puas”30. 28
Ibid., h. 213 Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 206 30 Husaini Usman, , Op. Cit., h. 410 29
Sedangkan menurut Hari Sudradjad pendidikan yang bermutu adalah Pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life skill), pendidikan yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi
yang
integral
(integrated
personality)
mereka
yang
mampu
mengintegralkan iman, ilmu, dan amal31. Pandangan
yang
lebih
komprehensif
tentang
mutu
pendidikan
dikemukakan oleh Sardi. Standar mutu pendidikan sesuai ISO 9001 : 2008 adalah sebagai beikut : a. Komponen standar isi, sasaran mutu : 1) Pengembangan KTSP berdasarkan guru mata pelajaran, DU/DI, konselor, dan komite sekolah/madrasah atau penyelenggara 2) Lebih dari 76 % Silabus dikembangkan sesuai dengan pedoman 3) Sekolah memenuhi standar memenuhi kebutuhan peserta didik. b. Komponen standar proses, sasaran mutu : 1) Semua guru membuat RPP sesuai dengan aturan. 2) 76 % guru melakukan pembelajaran berbasis teknologi 3) 76 % siswa dapat melakukan prakerin sesuai kompetensinya 4) Hasil evaluasi guru semuanya baik c. Komponen standar kompetensi lulusan, sasaran mutu : 1) Rata-rata Hasil Ujian Nasional dan Uji Kompetensi keahlian 2) KKM kelas X dan kelas XI 3) Siswa memperoleh berbagai macam keterampilan d. Komponen standar pendidik dan kependidikan, sasaran mutu : 1) Meningkatkan kualifikasi PTK 2) Meningkatkan kompetensi (pelatihan) PTK e. Komponen standar sarana dan prasarana, sasaran mutu : 1) Semua bahan ajar yang diperlukan siswa tersedia 2) Menambah sarana dan prasarana 31
Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Implementasi KBK, (Bandung : Cipta Lekas Garafika, 2005), h. 17
f. Komponen standar pengelolaan, sasaran mutu : 1) Semua unsur terlibat dalam kerja tim pengembangan 2) RKS/RAKS berdampak terhadap peningkatan hasil belajar . 3) Sistem informasi dengan menggunakan website /softcopy g. Komponen standar pembiayaan, sasaran mutu : 1) Sekolah membayar gaji guru dan karyawan tepat waktu 2) 95 % penggunaan anggaran sesuai dengan rencana 3) 90% siswa membayar SPP tepat waktu h. Komponen standar penilaian, sasaran mutu : 1) 100% guru menilai berdasarkan silabus yang telah ditetapkan 2) Ada penilaian baik bidang akademik maupun non akademik 3) Seluruh hasil penilaian siswa di dokumentasikan32.
Perbedaan persepsi tentang mutu pendidikan merupakan hal wajar, karena masing-masing pihak mendefinisikannya dari sudut pandang dan kemam- puan dalam menganalisis yang beragam. Badan/lembaga pelaksana yang terlibat dalam kegiatan penjaminan mutu, baik tingkat, dasar, menengah maupun pergururan tinggi adalah Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi
standar
nasional
pendidikan.
Badan
Akre-ditasi
Nasional
Pendidikan Nonformal yang selanjutnya disebut BAN-PNF adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jalur pendidikan nonformal dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Penilaian dilakkukan melalui akriditasi dengan berpedoman pada peringkat nilai sebagai berikut : Sekolah/Madrasah memperoleh peringkat akreditasi sebagai berikut. a. Peringkat akreditasi A (Sangat Baik) jika sekolah/madrasah memperoleh Nilai Akhir Akreditasi (NA) sebesar 86 sampai dengan 100 (86 < NA < 100).
32
Sardi, Bahan Ajar Penyusunan Bisnis Proses Kebijakan Mutu Sasaran Mutu, (Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan penberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya, 2012), h. 44
b. Peringkat akreditasi B (Baik) jika sekolah/madrasah memperoleh Nilai Akhir Akreditasi sebesar 71 sampai dengan 85 (71 < NA < 85). c. Peringkat akreditasi C (Cukup Baik) jika sekolah/madrasah memperoleh Nilai Akhir Akreditasi sebesar 56 sampai dengan 70 (56 < NA < 70)33.
C. Manajemen Strategi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan 1. Perencanaan Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Bryson mengemukakan bahwa perencanaan strategik adalah sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan mengarahkan bagaimana suatu organisasi atau identitas lainnya, apa yang akan dikerjakan organisasi atau identitas lainnya dan mengapa organisasi (identitas lainnya) mengerjakan seperti itu34. Perencanaan strategik (strategic planning) merupakan bagian yang penting (essensial part) dari manajemen strategik. Perencanaan strategik merupakan aspek utama dalam manajemen strategik dan dapat dianggap sebagai pilar sentral dalam manajemen strategik. Amin menyebutkan ciri-ciri khas proses perencanaan strategik adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan menyangkut jangkaun masa depan dari keputusan-keputusan yang dibuat sekarang. 2) Perencanaan strategik adalah usaha sistematis formal untuk menggariskan wujud utama dari perusahaan, sasaran-sasaran, kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi untuk tercapainya sasaran-sasaran dan wujud utama organisasi yang bersangkutan. 3) Proses perencanaan strategik adalah sarana mengambil keputusan yang paling penting bagi perusahaan, sehingga tujuan dan arah turut ditentukan. 4) Proses perencanaan strategik merupakan suatu kegiatan manajemen puncak yang berlangsung terus menerus.
33
Abdul Mu‟ti, Teknis Penskoran dan pemeringkatan Hasil Akriditasi SMP/MTs (Jakarta, Badan Akrideitasi Nasional Sekolah/Madrasah, 2014), h. 10 34 John M. Bryson, Strategic Planning for Public and Nonprofit Organization, (San Francisco: Jossey-bass, 1998), hal. 23
5) Perencaan
strategik
merupakan
suatu
struktur
perencanaan
yang
mengintegrasikan rencana strategik dengan rencana operasional jangka panjang. 6) Perencaan strategik merupakan suatu proses penentuan terlebih dahulu mengenai apa yang akan dilakukan, kapan dilakukan dan cara bagaimana melakukan, serta siapa yang akan melakukan. 7) Perencaan strategik menghasilkan sebuah dokumen tertulis atas basis berkala. 8) Perencaan strategik merupakan sarana mengambil keputusan yang paling penting bagi suatu perusahaan. 9) Perencaan strategik merupakan suatu sikap, “way of life” (falsafah) artinya perencanaan meminta suatu kebiasaan dan keharusan untuk bekerja berdasarkan pikiran-pikiran masa depan. 10) Bryson membagi proses perencanaan strategik menjadi sepuluh langkah, yang mengarah kepada tindakan, hasil, dan evaluasi adalah: 1) Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis. 2) Memperjelas mandat organisasi. 3) Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi. 4) Menilai lingkungan eksternal. 5) Menilai lingkungan internal. 6) Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi. 7) Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu. 8) Menciptakan visi organisasi yang efektif untuk masa depan. 9) Mengembangkan proses implementasi. 10) Menilai kembali strategi dan proses perencanaan strategis35.
2. Implementasi Manajemen Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Implementasi strategi adalah proses manajemen mewujudkan strateginya dalam bentuk program, prosedur, anggaran serta pengembangan strategi dalam bentuk tindakan. Visi merupakan suatu proses yang menggambarkan serangkaian kegiatan perencanaan dan penetapan sasaran sekolah secara formal dan misi adalah alasan keberadaan suatu lembaga. Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif
mengintegrasikan
segala
resources
dan
capabilities
yang
mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Betapapun 35
Ibid. hm. 55
hebatnya suatu visi, misi, dan strategi bila tidak diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna bagi pengembangan sekolah. Proses manajemen strategik terdiri dari tahapan: (1) Analisa Lingkungan, (2) Menetapkan Visi, Misi & Tujuan, (3) Formulasi Strategi, (4) Implementasi Strategi, dan (5) Evaluasi Strategi36. 3. Evaluasi Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Komponen terakhir dari manajemen strategis adalah evaluasi dan pemantauan kemajuan perusahaan ke arah sasaran strategisnya. Organisasiorganisasi yang meyakini bahwa proses terbilang selesai setelah rencana diimplementasikan hanya akan menemukan diri mereka menemui kegagalan. Penting sekali bagi organisasi untuk terus memantau kemajuannya. Evaluasi dan pengendalian strategi adalah proses yang melaluinya aktifitas-aktifitas lembaga pendidikan dan hasil kinerja dimonitor. Kinerja sesungguhnya akan dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Para manajer di semua level menggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah.
36
Yodhia Antariksa, Melejitkan Kinerja Bisnis dengan Formula 7S, blog strategi & manajeman, 7S yodia.htm, diakses pada 2 April 2014
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh menejer puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi dalam rangaka mencapai tujuannya di masa yang akan datang. Mutu pendidikan adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan pengajaran dan pelatihan. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM). Strategi peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan 1). Perencanaan strategic dalam meningkatkan mutu pendidikan, 2). Implementasi manajemen strategic dalam meningkatkan mutu pendidikan, dan 3). Evaluasi pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
B. Saran Diharapkan kepada pihak sekolah agar dapat meningkatkan manajemen strategiknya secara kreatif dan inovatif serta dapat mnerapkannya secara efektif dan efesien. Dalam mneningkatkan mutu pendidikan hendaknya menjadikan manajemen strategik sebagai pijakan dalam mengoptimalkan pelaksanaan program sekolah/madrasah.
DAFTAR PUSTAKA Azhar Arsyad, DKK, 2006. Pengantar Manajemen Cet. I; Makassar: Alauddin Press Ali Lukman, 1995. Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Arifin, M, 1991, Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara. David Haunger dan Tomas L Wheelen, 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi Depdikbud, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ct. II; Jakarta: Balai Pustaka L. J. Bourgeois dan David R. Brodwin, 1984 “Strategic Implementation: Five Approaches to an Elusive Phenomenon”. Strategic Manajemen Journal 5, 1984. Jay R. Gaibraith, 1986. Strategi Implementation Structure, Systems and Proces Cet. II; USA: WestMalayu S.P Hasibuan, 2009. Manajemen Ed. Revisi, Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara. Mu‟ti Abdul, 2014. Teknis Penskoran dan pemeringkatan Hasil Akriditasi SMP/MTs, Jakarta, Badan Akrideitasi Nasional Sekolah/Madrasah. M. Bryson John, 1998, Strategic Planning for Public and Nonprofit Organization, San Francisco: Jossey-bass. M. Echolis John, 1988. Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia. Nasution M.N, 2004, Manajemen Mutu terpadu, Jakarta : Ghalia Indonesia. Rahajoekoesoemah, D, 1993. Kamus Belanda-Indonesia Cet.I; Jakarta: Rineka Cipta Salim Peter dan Yenny Salim, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer Ed. I,Jakarta: Moderen English Press. S. Badudu, 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia Jakarta: PT.Kompas Media Nusantara, 2003 Soetjipto , Raflis Kosasi, 2000. Profesi Guru, Jakarta : renika Cipta. Suderadjat Hari, 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Implementasi KBK, Bandung : Cipta Lekas Garafika.
Sardi, 2012.
Bahan Ajar Penyusunan Bisnis Proses Kebijakan Mutu Sasaran
Mutu, Yogya-karta : Pusat Pengembangan dan penberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya Sagala Syaful, 2001. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Cet. V;Bandung: CV. Alfabeta Rusyah, Tarbany dkk, 1992. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Bandung: PT. Remaja Rosada Karya Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Utsman el-Muhammady, Pemurnian Tasawuf oleh Imam Al Ghazali,www/ Scribd/com/doc/2917072/ tgl. 19 November 2014 Usman Husaini, 2006. Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara. Tim Redaksi Sinar Grafika, 2007. Undanng-Undang Sisdiknas 2003, Jakarta : Sinar Grafika. Yodhia Antariska, Melejitkan Kinerja Bisnis dengan Formula 7S, blog strategi & manajeman, 7S yodia.htm, diakses pada 2 April 2014
.
TUGAS UAS:
MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN “Evaluasi Pembelajaran dan Strategi Dalam Pendidikan Berbasis Kompeten”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto, M.Pd.
Disusun Oleh: KHAIRUL AZMI SIAGIAN Semester V (lima)
A.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah dengan judul “ MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Manajemen Strategik Pendidikan. Dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa, kata, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran dari para pembaca sebagai acuan kepada saya untuk lebih baik kedepannya. Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca, terutama bagi diri saya sendiri.
Medan, 17 Desember 2018
penulis
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang.................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1 C. Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2 A. Pengertian Pembelajaran................................................................... 2 B. Pengertian Kompetensi (Competence) ............................................. 2
C. Pembelajaran Berbasis Kompetensi ................................................. 3 D. Tujuan Pembelajaran Berbasis Kompetnsi ..................................... 3 E. Tujuan Evaluasi Belajar .................................................................... 4 F. Dasar Pemikiran Evaluasi Belajar Berbasis Kompetensi .............. 5 G. Metode Evaluasi Belajar Berbasis Kompetensi ............................... 5 H. Metode Alternatif Evaluasi Belajar .................................................. 8 I. Paradigm Seorang Evaluator ............................................................ 9 J. Selected-Responses Item .................................................................... 11
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 16 A. Kesimpulan .......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17
i
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Dalam konteks pengembangan kurikulum, kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Maka dari itu, untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan kita harus menyusun berbagai strategi pembelajaran atau kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud evaluasi pembelaajran yang kompeten? 2. Apa yang di maksud dengan strategi evaluasi pembelajaran? 3. Apa yang di maksud dengan strategi pembelajaran dan evaluasi?
C. Tujuan 1. Agar mengetahui apa itu evaluasi pembelajaran yang kompeten 2. Agar mengetahui apa itu strategi evaluasi pembelaajran 3. Agar mengetahui strategi evaluasi pembelajaran yang kompeten
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Sementara menurut PP Nomor 32 Tahun 2013, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi antara peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumberbelajarpada suatu lingkungan belajar.Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, tugas utama seorang guru adalah mengajar, sedangkan tugas utama seorang siswa adalah belajar. Selanjutnya keterkaitan antara mengajar dan belajar itulah yang disebut dengan pembelajaran (Sanjaya, 2011:2006). Sejalan dengan pendapat tersebut, Rudi Susilana (2006:95) menjelaskan bahwa pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar(learning).1 B. Pengertian Kompetensi (Competence) .Berdasarkan PP Nomor 32 Tahun 2013, kompetensi diartikan sebagai seperangkat sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh peserta didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran. Menurut McAshan (Sanjaya, 2011:6), kompetensi adalah suatu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagiandari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.Sehingga berdasarkan pendapat tersebut, maka jelas bahwa suatu kompetensi harus didukung oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal tersebut berarti bahwa tanpa pengetahuan dan sikap tidak akan muncul suatu kompetensi tertentu dalam diri peserta didik. Apabila ditinjau lebih lanjut, terdapat beberapa aspek yang terkandung di kompetensi menjadi tiga aspek, dimana pada masing-masing aspek mempunyai suatu tingkatan yang berbeda, yaitu: (1) kompetensi kognitif, (2) kompetensi afektif, dan (3) kompetensi psikomotor. Sementara itu, Hall dan Jones (Muslich, 2011:6) membedakan kompetensi menjadi lima jenis, yaitu: (1) Kompetensi kognitif, yang meliputi pengetahuan, pemahaman dan perhatian, (2) Kompetensi afektif, yang meliputi nilai, sikap, minat dan apresiasi, (3)Kompetensi 1
Knotek, S. (2005). Portfolio assessment. In S. W. Lee (Ed.), Encyclopedia of school psychology. Thousand Oaks,
CA: Sage.
penampilan, yang meliputi demonstrasi keterampilan fisik atau psikomotor (4)Kompetensi produk, yang meliputi keterampilan melakukan perubahan, (5)Kompetensi eksploratif atau ekspresi, yang menyangkut pemberian pengalaman yang mempunyai nilai kegunaan dalam prospek kehidupan.2 C. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Menurut McAshan (Windiarni, 2008:9), pembelajaran berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai: “Program pembelajaran dimana hasil pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, sistem penyimpanan dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai”.
Dalam pembelajaran berbasis
kompetensi, perlu ditentukan standar minimum kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Sesuai pendapat tersebut, komponen materi pembelajaran berbasiskompetensi meliputi: (1) kompetensi yang akan dicapai, (2) strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi, (3) sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi. Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik perlu dirumuskan dengan jelas dan spesifik. Menurut McAshan (Widiarni, 2008:9), perumusan yangdimaksud hendaknya didasarkan atas prinsip “relevansi dan konsistensi antara kompetensi dengan materi yang dipelajari, waktu yang tersedia, dan kegiatan serta lingkungan belajar yang digunakan”. Selanjutnya menurut Kaufman dan Bratton (Widiarni, 2008:9), terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk mendapatkan perumusan kompetensi yang jelas dan spesifik, antara lain dengan melaksanakan analisis kebutuhan, analisis tugas, analisis kompetensi,penilaian oleh profesi dan pendapat pakar mata pelajaran, pendekatan teoritik, dan telaah buku teks yang relevan dengan materi yang dipelajari.3 D. Tujuan Pembelajaran Berbasis Kompetensi Secara umum, tujuan daripada pelaksanaan proses pembelajaran berbasis kompetensi mengacu kepada tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 2
Airasian, P. (2005). Classroom assessment(5th ed.). New York: McGraw-Hill.
3
Depertemen Pendidikan Nasional [Depdiknas]. (2006, Juli). “Kurikulum berbasis kompetensi”. Slide power point
dipresentasikan pada kegiatan Pelatihan
pasal 3 yang menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” .Pembelajaran berbasis kompetensi menek ankan pembelajaran ke arah penciptaan dan peningkatan serangkaian kemampuan dan potensi siswa agar bisa mengantisipasi tantangan aneka kehidupan. Hal ini berarti apabila selama ini pembelajaran lebih berorientasi pada aspek pengetahuan dan target materi yang cenderung verbalistis dan kurang memiliki daya terap, maka di dalam pembelajaran berbasis kompetensi pembelajaran lebih ditekankan pada aspek pengetahuan dan target keterampilan. Melalui pembelajaran berbasis kompetensi ini, diharapkan mutu lulusan lebih bermakna dan memiliki kompetensikompetensi tertentu sesuai yang kebutuhan lingkungan.4
E. Tujuan Evaluasi Belajar Tujuan kegiatan evaluasi belajar bukan sekedar memberi nilai atau angka pada siswa. Kegiatan evaluasi belajar adalah kegiatan penting yang harus terintegrasi dengan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan proses belajar. Oleh karena itu, seorang guru yang kompeten, akan mengaitkan evaluasi belajar dengan tujuan/rencana belajar dan pelaksanaan kegiatan instruksional/proses belajar (McMillan, 2007). Sehubungan dengan keterkaitan evaluasi belajar dengan proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar, ada beberapa pertanyaan yang perlu dipertimbangkan oleh guru/dosen pada saat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: (a) Materi apa yang dianggap perlu/penting untuk dikuasai oleh siswa? Mengapa?; (b) Materi apa yang perlu
diulangi/ditekankanberkali-kali? Mengapa?; (c) Seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk mempelajari berbagai materi yang dianggap penting tersebut?; (d) Apa yang perlu dilakukan agar siswa memiliki semangat/motivasi untuk mempelajari materi tersebut? 4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia(3rd ed.). Jakarta: Balai Pustaka.
Keempat pertanyaan tersebut mengarahkan si pembuat evaluasi terhadap empat tujuan evaluasi belajar. Tujuan pertama adalah untuk mengetahuiseberapa jauh tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi tertentu yang dianggap penting. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui materi apa yang sudah dikuasaidengan baik (sehingga tidak perlu diulang), dan materi apa yang belum dikuasai dengan baik (sehingga perlu diulang). Tujuan ketiga adalah untuk membantu guru/dosen dalam memutuskan apakah siswa layak untuk diluluskan atau tidak. Dengan kata lain, apakah siswa harus mengulang satu semester karena memerlukan tambahan waktu untuk mempelajari materi tersebut. Tujuan keempat dari evaluasi belajar adalah untuk mengetahui seberapa efektif metode instruksional yang telah dilakukan oleh guru/dosen.5 F. Dasar Pemikiran Evaluasi Belajar Berbasis Kompetensi Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/U/2002, tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, pasal 2 ayat 2, bahwa elemen dasar kompetensi mencakup: (a) landasan kepribadian; (b) penguasaan ilmu dan keterampilan; (c) kemampuan berkarya; (d) sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai; dan (e) pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Keseluruhan dasar kompetensi yang ingin dicapai dalam pendidikan tersebut, bukanlah dirumuskan begitu saja tanpa dasar. Elemen-elemen kompetensi yang dirumuskan tersebut, pada hakikatnya dilatarbelakangi oleh tiga fenomena, yaitu: fenomena tekne, fenomena oikos, dan fenomena anthropos. G. Metode Evaluasi Belajar Berbasis Kompetensi Dalam metode belajar berbasis kompetensi, terdapat enam hal yang perlu diperhatikan, yaitu: content, instrument, unit, setting, schedule, dan analysis. Pertama adalah content. Content adalah target kompetensi yang ingin dicapai dan materi pembelajaran yang diberikan untuk mencapai kompetensi yang dimaksud. Kompetensi yang ingin dicapai tercermin dari aspek/dimensi psikologis individu, yang terdiri dari tiga komponen dasar, yaitu: cognitive, affective, dan psychomotor. Untuk mengevaluasi ketiga aspek/dimensi psikologis tersebut, referensi yang paling umum digunakan adalah Taksonomi Bloom (dikutip oleh Cohen & 5
Sax, G. (1997). Principles of educational and psychological measurement and evaluation(4th ed.). Belmont, CA:
Wardsworth.
Swerdlik (2005). Di dalam taksonomi Bloom, komponen cognitive dapat dievaluasi dengan mengidentifikasi enam level pembelajaran, yaitu: level knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis, dan level evaluation. Operasionalisasi evaluasi pembelajaran untuk keenam level tersebut akan diuraikan lebih lanjut pada sub-bab instrumen evaluasi belajar. Berikutnya, adalah evaluasi komponen affective. Komponen affective dapat dievaluasi dengan mengidentifikasi lima level pembelajaran, yaitu: receiving, responding, valuing, organizing, dan characterizing. Inti dari kelima level pembelajaran tersebut adalah, individu yang telah melalui proses belajar pada domain affective, akan mengenal, menganggap penting, menerapkan, hingga mampu menginternalisasi nilai-nilai kehidupan yang dipelajarinya. Nilainilai kehidupan yang sudah terinternalisasi dan menjadi karakter bagi dirinya, akan membuat individu memiliki social-competency atau mampu menjalankan kehidupan bermasyarakat. Namun demikian, dalam evaluasi belajar berbasis kompetensi, komponen affective yang diidentifikasi melalui lima level pembelajaran tersebut, tampak agak sulit dioperasionalisasikan. Untuk mengantisipasi hal ini, penulis mengusulkan pengukuran komponen affective (socialcompetency) menggunakan pendekatan teori interpersonal-competency yang dikemukan oleh Buhrmester, Furman, Wittenberg, dan Reis (1988). Dalam pengukuran interpersonal-competency (social-competency), Buhrmester et al. menggusulkan lima dimensi yang mencerminkan kemampuan individu dalam bersosialisasi, yaitu: dimensi initiative, self-disclosure asertif/respect to others, emotional support, dan tolerance. Penulis berpendapat dimensi-dimensi tersebut lebih operasional untuk digunakan dalam pengukuran domain affective yang mendukung kompetensi learn to live together atau Halaman 6 dari 22 halaman kompetensi kepribadian yang menunjang pemahaman kemampuan hidup bermasyarakat. Alat ukur interpersonal-competency, saat ini dapat diperoleh dari Bagian Riset dan Pengukuran Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Terakhir adalah evaluasi komponen psikomotor (behavioral). Komponen ini tampak menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari oleh mahasiswa akan semakin bermanfaat dan nyata, jika mahasiswa dapat menerapkan ilmunya dalam perilaku sehari-hari. Karena begitu pentingnya komponen tingkah laku, ada suatu katakata mutiara yang cukup terkenal, yaitu “orang akan lebih percaya pada apa yang kita lakukan daripada apa yang kita katakan”.
Dalam
pengukuran
komponen
psikomotor
(kompetensi
learn
to
do)
atau
kompetensi/kemampuan berkarya, dalam taksonomi Bloom dirumuskan lima level yang dapat diidentifikasi, yaitu: imitation, manipulation, precision, articulation, dan naturalization. Individu yang menjalankan prosespembelajaran yang bersifat penguasaan keterampilan (psychomotor domain), akan disebut kompeten, jika ia menampilkan perilaku/keterampilan tersebut secara alami (natural). Untuk dapat menampilkan perilaku/keterampilan secara alami, individu membutuhkan tahapan, mulai dari meniru (imitation), mencoba-coba memodifikasi perilaku yang dipelajari (manipulation), mampu menampilkan perilaku secara akurat (precision), dan pada tingkatan yang lebih tinggi, individu sangat memahami setiap tahap atau seluk-beluk perilaku yang akan ditampilkannya, bahkan individu mengetahui dengan persis bagaimana perilaku ditampilkan secara cepat, kuat, ataupun halus. Pembelajaran domain psychomotor sangat jelas pada pengamatan terhadap individu yang mempelajari suatu keterampilan, misalnya keterampilan bermain alat musik. Sama seperti
halnya
pengukuran
komponen
affective,
pengukuran
komponen
psychomotor tampak agak sulit dioperasionalkan. Untuk domain psychomotor, penulis mencoba mengambil analogi dari teori pengukuran kreativitas yang dikemukakan oleh Torrance (dalam Goff [2000]; Woolfolk, [2004]). Menurut penulis, pengukuran aspek psychomotor, berdasarkan anologi kreativitas lebih memungkinkan atau mudah untuk dioperasionalisasikan. Berdasarkan teorinya, Torrance mengemukakan bahwa kreativitas dapat diukur dengan menggunakan empat aspek, yaitu: fluency (jumlah perilaku/keterampilan/produk yang ditampilkan),flexibility(variasi perilaku/keterampilan/produk yang dihasilkan), elaboration perilaku/keterampilan/produk yang dihasilkan), dari perilaku/
(kompleksitas/kerumitan dari
dan originality (keaslian/kemurnian/keunikan
keterampilan/produk). Namun, sehubungan dengan pengukuran domain
psychomotor (untuk mendukung pengukuran kompetensi learn to do, kemampuan berkarya, atau keterampilan), aspek yang digunakan bukan sekedar menggunakan keempat aspek yang ditawarkan oleh Torrance.
H. Metode Alternatif Evaluasi Belajar
Menurut Burz dan Marshall (dalam Santrock, 2008), saat ini terdapat tren/kecenderungan bahwa siswa bukan saja dituntut untuk mengetahui (knowing), tetapi juga dituntut untuk menunjukkan (showing) secara riil apa yang dipelajarinya. Dengan demikian siswa bukan saja diminta untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan, seperti pada metode tradisional, tetapi juga mampu menampilkan apa yang dipelajarinya dalam bentuk karya. Beberapa format evaluasi belajar yang dapat digolongkan ke dalam metode alternatif adalah: (a) pembuatan karya tulis (paper) berdasarkan hasil observasi, wawancara, penyebaran kuesioner, atau praktikum; (b) tugas presentasi berdasarkan studi literatur atau berdasarkan karya tulis yang sudah dibuat; (c) pembuatan produk/instrumen dengan dilengkapi manual atau laporan pembuatan produk yang bersangkutan; (d) pembuatan
kumpulan/koleksi bahan-bahan yang relevan dengan materi
pembelajaran; (e) penugasan untuk menampilkan perilaku tertentu yang
sesuai dengan suatu
prosedur pada materi pembelajaran. Beberapa metode alternatif yang disebutkan di atas, sejalan dengan apa yang dikemukan Knotek (2005). Knotek menyebutkan bahwa portfolio assessment dapat digunakan sebagai metode evaluasi belajar. Portfolio
assessment adalah penilaian terhadap segala sesuatu yang
dikumpulkan oleh siswa, seperti: karya tulis yang pernah/belum pernah dipublikasi oleh siswa; video yang dibuat oleh siswa sehubungan dengan materi pembelajaran, atau kumpulan video yang dibuat orang lain, berkaitan dengan materi pembelajaran; karya-karya seni yang dibuat oleh siswa untuk menunjang proses pembelajaran; berbagai komentar guru tentang siswa bersangkutan sehubungan dengan prestasi yang pernah diraihnya; poster ilmiah yang dibuat oleh siswa, baik dalam rangka hobi maupun penugasan pameran; hasil interviu siswa dengan pihakpihak tertentu (expert) sehubungan proses pembelajaran; puisi, hasil tes, dan berbagai macam dokumentasi hasil pemecahan masalah di bidang yang sedang dipelajari; serta catatan/evaluasi oleh siswa terhadap dirinya. Dibandingkan dengan metode tradisional, metode alternatif memiliki kekuatan, antara lain: evaluasi belajar dengan metode ini erat kaitannya dengan penerapan/aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar pada aspek pengetahuan/pemahaman. Kedua, aspek-aspek yang dievaluasi bersifat menyeluruh, bukan sekedar aspek kognitif. Namun demikian adapun kelemahan metode alternatif ini, yaitu: reliabilitas penilaian yang dimilikinya tergolong rendah,
dan sama halnya dengan format essay, pemeriksaan tidak dapat diwakilkan kepada pihak awam, harus kepada pihak dengan kualifikasi tertentu atau sudah terlatih. Untuk mengatasi beberapa kelemahan yang ada, maka di dalam menerapkan metode alternatif evaluasi belajar, sebaiknya guru/dosen menyepakati beberapa hal bersama siswa. Halhal yang perlu disepakati adalah: bagaimana kriteria penilaian atau aspek-aspek pembelajaran apa saja yang akan diukur dengan metode ini, bagaimana format laporan yang diharapkan oleh guru/dosen, bagaimana prosedur pelaksanaan teknis penugasan, serta siapa pihak-pihak yang akan
menilai
karya
tersebut.
Saat
membuat
kesepakatan,
ada
baiknya
guru/dosen
mempertimbangkan aspek kemampuan dan waktu yang dimiliki oleh siswa. Pertimbangan ini dilakukan demi menjaga, atau bahkan untuk meningkatkan motivasi siswa.6 I. Paradigma Seorang Evaluator Wegener (n.d.), seorang ahli dalam konstruksi tes, menyatakan bahwa di dalam evaluasi belajar, terdapat tiga kesalahan persepsi yang seringkali kesalahan persepsi tersebut adalah: (a) hasil
dilakukan oleh para evaluator. Tiga
evaluasi belajar cenderung digunakan untuk
mengurutkan siswa (statistically rank all students); (b) evaluasi belajar ditujukan untuk menguji potensi siswa; (c) evaluasi belajar dianggap baik bila cenderung membentuk kurva normal. Hasil evaluasi belajar cenderung digunakan untuk mengurutkan
siswa. Tujuan dasar dari
evaluasi belajar adalah untuk mengukur seberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Dengan mengurutkan hasil evaluasi belajar, apalagi mengumumkan siapa siswa yang paling tinggi berlawanan
atau yang paling baik prestasinya, akan berakibat pada dua hal yang
dengan tujuan evaluasi belajar. Pertama, pengumuman mengenai ranking akan
membuat siswa yang memiliki motivasi rendah atau siswa yang mendapat nilai
buruk pada
materi ajar, merasa kurang berharga; sebagai pendidik tentunya dosen memahami bahwa harga diri adalah hal yang penting bagi penumbuhan semangat belajar. Hal kedua, adalah penyempitan makna inteligensi ; perlu disadari bahwa hasil evaluasi belajar sebenarnya hanya merupakan sampling dari keseluruhan kecerdasaan/pengetahuan (knowledge) yang dimiliki siswa, oleh karena itu dengan mengurutkan siswa dari yang terbaik hingga terburuk berdasarkan hasil
6
Santrock, J. W. (2008). Educational psychology(3rd ed.). New York: McGraw-Hill.
evaluasi belajar, pada bidang tertentu, cenderung mengabaikan potensi-potensi lainnya dari siswa. Evaluasi belajar ditujukan untuk menguji potensi siswa. Pembuat
evaluasi tanpa
disengaja terkadang menampilkan soal-soal yang isinya kurang mengukur hasil belajar. Soal yang kurang mengukur hasil belajar adalah soal yang isinya tidak mencerminkan materi yang menjadi target pembelajaran. Soal
yang kurang mengukur hasil belajar tersebut, sering kali
sifatnya mengukur potensi siswa yang tidak seharusnya terukur sebagai hasil belajar. Misalnya, siswa diberikan soal-soal untuk jenjang berikutnya atau siswa diberikan soal- soal yang bersifat pengetahuan umum. Kesalahan terjadi pada saat hasil
pengukuran potensi tersebut dijadikan
sebagai dasar keputusan untuk menentukan apakah siswa sudah menguasai materi pembelajaran atau sebagai dasar keputusan untuk menentukan kelulusan siswa. Evaluasi belajar dianggap baik bila cenderung membentuk kurva normal. Kurva normal adalah grafik distribusi/penyebaran suatu nilai dengan frekuensi tertentu yang bersifat simetris. Artinya grafik kurva norma akan menujukkan bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai baik sama banyaknya dengan jumlah siswa yang mendapatkan nilai buruk, serta jumlah siswa yang paling banyak adalah siswa yang mendapatkan nilai sedang (tidak baik & tidak buruk). Dalam paradigma tes bakat (aptitude test) dan dalam asumsi pengujian parametrik, memang sangat diharapkan hasil Generalisasi terjadi pada saat ada
dengan metode statistik
pengukuran akan membentuk kurva normal.
anggapan bahwa hasil pengukuran yang baik adalah
pengukuran yang menghasilkan bentuk kurva normal. Anggapan ini sebenarnya tidak tepat pada saat akan diterapkan untuk hasil pengukuran tes prestatif. Harapan pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran (siswa, guru, & pihak penyelenggara),
adalah hasil pembelajaran yang
terbaik. Harapan akan hasil belajar yang terbaik, secara statistik akan menghasilkan gambaran distibusi nilai yang tidak membentuk kurva normal, karena nilai akan menumpuk di sisi kanan (skor tinggi). Dengan kata lain, dari hasil evaluasi belajar, justru pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran mengharapkan kurva yang bersifat negatively skewed.7
J. Selected-Responses Items 7
Syah, M. (2003). Psikologi belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Dalam format selected-response items dikenal tiga format yang paling populer, yaitu: (a) format benar/salah (true/false items format), (b) format pilihan ganda (multiple-choice items format), dan (c) format menjodohkan (matching items format). Masing-masing format tersebut akan dijelaskan lebih lanjut, dengan menguraikan kriteria penulisan item beserta kekuatan dan kelemahannya. Menurut Gronlund (dalam Santrock, 2008), ada beberapa hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan format benar/salah. Beberapa hal yang
menjadi kekuatan format benar/salah
adalah: (a) format ini baik untuk hal-hal yang bersifat fakta, peristiwa, dan opini; (b) waktu yang digunakan untuk membaca soal tipe ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan waktu untuk membaca soal tipe pilihan ganda; (c) format ini sangat sesuai untuk evaluasi belajar dengan kuantitas pembelajaran yang banyak, namun waktu yang tersedia sangat terbatas; (d) skoringnya mudah, objektif, dan memiliki reliabilitas yang tinggi. Sebaliknya, hal-hal yang menjadi kelemahan format benar/salah adalah: (a) adakalanya si pembuat soal sulit menuliskan kalimat yang tidak ambigu; (b) pada saat jawaban yang benar adalah pilihan ”salah”, ada kemungkinan, siswa sebenarnya tidak mengetahui apa yang menjadi jawaban ”benar”; (c) sulit digunakan untuk mengukur level berpikir tingkat tinggi (misalnya, analisis, sintesis, & evaluasi); (d) siswa dapat menebak- nebak dalam memberikan jawaban. Format pilihan ganda.Format pilihan ganda adalah bentuk soal
yang terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama adalah kalimat soal; bagian kedua adalah satu set (3 atau 4) jawaban, yang terdiri dari satu jawaban
benar dan beberapa jawaban salah (distractor). Untuk
penghematan kertas, respons jawaban, dari soal dengan format pilihan ganda, dapat diletakkan di lembar yang terpisah. Namun demikian menurut menurut Sax (1997), respons pada lembar yang terpisah tidak cocok untuk siswa sekolah dasar. Dalam penyusunan evaluasi belajar dengan format pilihan ganda, disarankan, yaitu: (a) kalimat pada butir soal
ada beberapa hal
dirumuskan dengan jelas (tidak rancu).
Sehubungan dengan hal ini, hindari penulisan butir soal yang diambil dari potongan kalimat buku teks; hindari penulisan soal dengan kalimat, “Sehubungan dengan soal nomor……” atau “Sehubungan dengan soal di atas…..”. (b) Alternatif jawaban dibuat dalam bentuk sesingkat mungkin. Pembuat soal disarankan tidak melakukan pengulangan kata dalam penulisan pilihan jawaban. (c) Kalimat pada butir soal hanya mengandung hal-hal yang
penting/perlu. (d)
Penggunaan kalimat negatif dalam soal dilakukan secara hati-hati. Sehubungan dengan hal ini, hindari penggunaan kalimat “Di antara pilihan di bawah ini, mana yang tidak termasuk……”. Selain itu, kalimat sedapat mungkin dinyatakan dalam bentuk positif. (e) Untuk mengukur level pemahaman (tingkat berpikir yang lebih tinggi), pada bagian soal disarankan adanya penjelasan (seperti: contoh kasus,
grafik, tabel, dll.). (f) Dalam kelompok jawaban, perlu ada kepastian
bahwa hanya ada satu jawaban benar. (g) Di dalam kelompok pilihan jawaban, hindari penulisan pilihan jawaban yang mengandung petunjuk (clue). Untuk menghindari petunjuk (clue), maka penulisan
pilihan jawaban diusahakan bersifat homogen (misalnya, semua pilihan
berupa kata benda, kata kerja, atau semua pilihan jawaban adalah struktur dan panjang kalimat dalam penulisan
jawaban
nama unsur/tokoh, dll.);
pilihan jawaban diusahakan bersifat setara;
penulisan pilihan jawaban dibuat dalam susunan/daftar yang berurut ke bawah (vertikal); dan penempatan pilihan jawaban dibuat dalam format acak (random). (h) Dalam penulisan jawaban, hindari penggunaan pilihan jawaban “semua salah”, “semua benar”. Ada beberapa hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan format pilihan ganda. Kekuatan format pilihan ganda adalah: (a) format ini dapat mengukur level berpikir yang yang lebih tinggi (pemahaman, analisis, sintesis), bukan sekedar level pengetahuan; (b) format ini lebih dapat mendeteksi usaha siswa dalam belajar. Dengan kata lain, kemungkinan siswa untuk menebaknebak menjadi kecil (25-33%); (c)
format ini mudah diskor, memiliki objektifitas, dan
reliabilitas yang tinggi. Beberapa kelemahan format pilihan ganda adalah: (a) siswa membutuhkan waktu yang agak lama untuk membaca soal; (b) pembuatan soal menghabiskan banyak waktu, terutama pada saat merancang pilihan- pilihan jawaban. Sehubungan dengan kelemahan format pilihan ganda yang kedua,
ada beberapa tips yang dapat diajukan untuk
mengatasinya, yaitu: pertama, siswa diminta untuk mengusulkan soal-soal yang akan diujikan, guru/dosen kemudian memodifikasi dan menyempurnakan usulan soal-soal setiap selesai kelas, secara disiplin, guru/dosen menuliskan
tersebut; kedua,
satu atau dua butir soal untuk
dikeluarkan pada saat evaluasi belajar nanti; ketiga, guru/dosen memodifikasi soal-soal yang sudah pernah ada. Format menjodohkan. Dalam format ini, siswa diminta untuk
mencari satu pilihan
jawaban yang paling tepat di antara banyak pilihan (10 – 20) jawaban. Format menjodohkan sebenarnya identik dengan bentuk soal pilihan ganda, namun format ini dibuat dan disajikan
dengan cara yang lebih efisien. Usaha yang dikeluarkan dalam proses pembuatan soal bentuk ini tidak sebanyak usaha yang dikeluarkan untuk pembuatan format demikian, efek pengecoh (distractor) yang efektif. Jika dalam format
pilihan ganda. Namun
dimilikinya tidak kalah, bahkan boleh jadi lebih
pilihan ganda, setiap soal memiliki 2–3 pengecoh, dalam format
menjodohkan, setiap soal dapat memiliki 10–20 pengecoh. Dengan demikian, jika siswa tidak benar-benar mengetahui/memahami jawaban, ia
tidak dapat menjawab soal tersebut dengan
benar. Halaman 10 dari 22 halaman Dalam penyusunan butir soal dengan bentuk ini, ada beberapa hal yang disarankan, yaitu: (a) Kolom untuk penulisan butir soal (pertanyaan/pernyataan) dan kolom untuk penulisan pilihan jawaban dibedakan. Kolom untuk penulisan butir soal diberi judul “soal”, dan kolom untuk pilihan jawaban diberi judul “jawaban”. (b) Pilihan jawaban
dibuat secara berurut
(berdasarkan abjad untuk kata-kata & berdasarkan angka untuk tahun/usia/waktu). (c) Pilihan jawaban dinyatakan secara singkat. (d) Pilihan jawaban diberi kode (a-z atau 1-20). (e) Jumlah pilihan jawaban lebih banyak daripada jumlah soal. (f) Perlu dibuat petunjuk, apakah jawaban hanya boleh dipilih satu kali atau lebih dari satu kali. Kekuatan format menjodohkan merupakan penggabungan dari
kekuatan format
benar/salah dan kekuatan format pilihan ganda, yaitu: (a) format ini dapat mengukur kuantitas pembelajaran yang banyak, dengan waktu yang terbatas; (b) Format ini dapat mendeteksi usaha siswa dalam belajar. Dengan format ini, kemungkinan siswa untuk menebak-nebak menjadi sangat kecil (5%-10%); (c) format ini mudah diskor, memiliki objektifitas, dan reliabilitas yang tinggi; (d) waktu untuk pembuatan format ini lebih efisien daripada format pilihan ganda. Dibandingkan dengan format benar/salah dan format pilihan ganda, kelemahan format menjodohkan adalah yang paling sedikit.
tampaknya
Kelemahan format ini adalah
keterbatasannya dalam mengukur level berpikir tingkat tinggi (seperti: pemahaman, analisis, & sintesis). Format
ini hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi hal-hal yang bersifat fakta,
peristiwa, atau opini.
Di samping ketiga format populer yang telah diuraikan di atas, yaitu:
format benar/salah, format pilihan ganda, dan format menjodohkan, ada satu bentuk format yang masih tergolong soal bentuk objektif (selected- response items). Format tersebut adalah format problem sets (Hambleton, dalam Suyasa, 2007). Problem sets adalah bentuk evaluasi belajar dengan format pilihan ganda sejumlah 5–10 butir soal. Keseluruhan butir soal tersebut mengacu
pada satu fenomena yang ditampilkan dalam berbagai macam bentuk. Bentuk tersebut dapat berupa tulisan yang berisi 1–4 paragraf, berupa rekaman audio, atau berupa video. Dikatakan subjektif, karena jawaban siswa belum tentu dinilai benar/salah, jika dilihat dari berbagai sudut pandang (siswa, guru/dosen, & pemeriksa
lainnya). Format ini meminta
siswa memberikan jawaban berupa kata- kata/kalimat sesuai dengan persoalan yang diajukan. Dalam constructed- response items, jawaban berupa kata-kata singkat disebut sebagai shortanswer items, dan jawaban berupa kalimat uraian disebut sebagai essays.
Format kata-kata
singkat dan format jawaban berupa uraian kalimat akan dijelaskan lebih lanjut. Short-answer items. Wegener (n.d.) menyebut format ini sebagai
format
completion/supply response items. Format ini disajikan dengan cara menuliskan pernyataan yang tidak lengkap. Kemudian, siswa diminta memberikan jawaban berupa kata-kata, untuk melengkapi pernyataan tersebut. Selain dengan pernyataan yang tidak lengkap, format shortanswer items, dapat pula disajikan dengan cara menuliskan pertanyaan yang bersifat tertutup (closed ended question). Beberapa hal yang disarankan dalam penulisan soal dengan bentuk
ini, yaitu: (a)
pastikan bahwa jawaban bersifat singkat (1–2 kata). Oleh karena itu pernyataan atau pertanyaan harus dirumuskan secara benar atau jawaban diletakkan
dengan memperhatikan grammar. (b) Sebisa mungkin,
pada posisi paling akhir, bukan di tengah-tengah (bila disajikan dalam
bentuk pernyataan). (c) Bila soal disajikan dalam bentuk pertanyaan, gunakan kata-kata tanya yang bersifat tertutup, sesuai dengan jawaban yang diinginkan (siapa, kapan, di mana & apa). (d) Pastikan bahwa hanya ada satu jawaban benar dalam satu butir soal, atau hindari meminta lebih dari satu jawaban, di dalam satu kalimat soal. Kekuatan yang paling utama dari format short-answer items ini
adalah kemudahan dalam pembuatan soal. Format ini relatif paling
mudah dibuat dibandingkan dengan format evaluasi belajar lainnya. Kekuatan kedua, soal ini murni mengukur pengetahuan yang membutuhkan daya ingat. Bagi siswa yang tidak sungguhsungguh mempersiapkan diri dalam menghadapi evaluasi belajar, akan kesulitan mengerjakan format seperti
ini. Siswa sama sekali tidak mendapatkan clue berupa alternatif jawaban.
Kelemahan dari format short-answer items ini adalah: (a) ada alternatif jawaban “benar”, namun dianggap
kemungkinan siswa memiliki
salah oleh pemeriksa; (b) untuk meningkatkan
reliabilitas pengukuran, format ini membutuhkan penilai yang cukup ahli, penilaian jawaban
dari
evaluasi belajar dengan format ini tidak dapat diwakilkan; (c) tingkatan
diukur hanya sampai pada level aplikasi; (d) banyaknya
berpikir yang
waktu yang dibutuhkan untuk
memeriksa jawaban. Essay. Essay adalah format evaluasi belajar yang meminta siswa untuk menuliskan jawaban berupa uraian kalimat. Format ini dapat mengukur ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher level thinking skills). Ketrampilan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah, yang bukan saja membutuhkan kemampuan mengingat dan memahami, tetapi yang juga membutuhkan kemampuan kemampuan kreasi (creativity level).
analisis, sintesis, evaluasi, bahkan
Menurut Santrock (2008), karena kebebasan yang
diberikan kepada siswa dalam menuangkan respons/jawabannya, format ini akan melatih kemampuan pengorganisasian kata-kata/informasi yang dimiliki siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan soal essay adalah: (a) menentukan ranah kognitif (level berpikir) yang akan diukur. Jenis ranah kogntif tersebut, akan menentukan bentuk kalimat pertanyaan yang akan dibuat. (b) Butir soal dibuat dalam bentuk pertanyaan, bukan
perintah, dengan
maksud untuk memfasilitasi terjadinya proses elisitasi. (c) Pertanyaan yang digunakan bersifat terbuka (open ended). Seperti yang telah disebutkan di atas, format essay mampu mengukur ketrampilan berpikir tingkat tinggi. Ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang akan diukur pada format essay mengacu kepada ranah/level kognitif yang dikemukakan oleh Bloom (dalam Anderson & Krathwohl, 2001). Bloom menyatakan bahwa ranah/level kognitif terbagi dalam enam tahapan berpikir, yaitu: level knowledge, comprehension, aplacation, analysis, synthesis, evaluation. Di dalam bukunya, Anderson dan Krathwohl menambahkan satu level lagi, yaitu creativity.8
8
Thorndike, R. M., Cunningham, G. K., Thorndike, R. L., & Hagen E. P. (1991). Measurement and evaluation in
psychology and education(5th ed.). New York: Macmillan Publishing.
BAB III PENUTUP Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar mengandung arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan pembelajaran itu sendiri mengandung arti proses, cara, perbuatanmenjadikan orang atau mahluk hidup belajar.Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Sementara menurut PP Nomor 32 Tahun 2013, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi antara peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumberbelajarpada suatu lingkungan belajar.Pembelajaran berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran berbasis kompetensi sejalan dengan tujuan yang diharapkan dalam KBK.Namun secara umum, tujuan daripada pelaksanaan proses pembelajaran berbasis kompetensi mengacu kepada tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003pasal 3 yang menyatakan bahwa:“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
DAFTAR PUSTAKA
Knotek, S. (2005). Portfolio assessment. In S. W. Lee (Ed.), Encyclopedia of school psychology. Thousand Oaks, CA: Sage. Airasian, P. (2005). Classroom assessment(5th ed.). New York: McGraw-Hill. Depertemen Pendidikan Nasional [Depdiknas]. (2006, Juli). Kurikulum berbasis kompetensi. Slide power point dipresentasikan pada kegiatan Pelatihan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia(3rd ed.). Jakarta: Balai Pustaka. Sax, G. (1997). Principles of educational and psychological measurement and evaluation(4th ed.). Belmont, CA: Wardsworth Santrock, J. W. (2008). Educational psychology(3rd ed.). New York: McGraw-Hill. Syah, M. (2003). Psikologi belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Thorndike, R. M., Cunningham, G. K., Thorndike, R. L., & Hagen E. P. (1991). Measurement and evaluation in psychology and education(5th ed.). New York: Macmillan Publishing.
TUGAS UAS:
MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto, M.Pd.
Disusun Oleh: NURUL PRATIWI (0307162058) Semester V (lima)
A.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah dengan judul “MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Manajemen Strategik Pendidikan. Dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa, kata, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran dari para pembaca sebagai acuan kepada saya untuk lebih baik kedepannya. Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca, terutama bagi diri saya sendiri.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..........................................................................................i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3 C. Tujuan Makalah ................................................................................... 3 BAB II. PEMBAHASAN ..................................................................................... 4 A. Pengertian Manajemen Strategi ........................................................... 4 B. Peran Manajemen Strategi ................................................................... 6 C. Manfaat Manajemen Strategi bagi Pendidikan .................................... 9 D. Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Organisasi ........................ 11 E. Pentingnya Manajemen Strategi Bagi Pendidikan .............................. 13 F. Manfaat dan Resiko Manajemen Strategi ........................................... 14 BAB III. PENUTUP ............................................................................................ 17 A. Kesimpulan ......................................................................................... 17 B. Saran.................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen strategis adalah seni dan ilmu
penyusunan, penerapan, dan
pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi. Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar.Inti dari manajemen strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi tujuan strategis.Manajemen strategis di saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi.Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi.Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi. Menurut Thomas L.Wheelen – J. David Hunger manajemen strategi adalah serangkaian dari pada keputusan majerial dan kegiatan-kegiatan yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Kegiatan tersebut terdiri dari perumusan / perencanaan strategi, pelaksanaan / implementasi, dan evaluasi.
Lingkungan dunia yang mengalami perubahan seperti adanya globalisasi, control masyarakat, perkembangan teknologi, memberikan dampak bagi perkembangan suatu negara maupun bisnis. Control masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan pemerintahan maupun perusahaan, sehingga pemerintah maupun pemimpin perusahaan tidak dapat membuat kebijakan yang mengabaikan kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu dalam menjalankan kegiatannya perlu adanya keselarasan antara kompetensi yang dimiliki perusahaan maupun pemerintah dengan lingkungan yang ada di luar organisasi (perusahaan dan pemerintah). Pertimbangan global praktis berdampak pada keputusan strategis, batas-batas negara diabaikan.Untuk mengetahui dan menghargai dunia dari perspektif orang lain telah menjadi masalah hidup atau mati untuk bisnis. Dengan demikian perlu adanya kegiatan dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan antara kemampuan yang dimiliki dengan lingkungan yang ada di sekitar sehingga perlunya adanya manajemen strategi.Menopang manajemen strategis tergantung pada manajer mendapat pengertian mengenai pesaing, pasar, harga, pemasok, distributor, pemerintah, kreditor, pemegang saham dan pelanggan diseluruh dunia. Harga dan mutu dari produk dan jasa perusahaan harus dapat bersaing di seluruh dunia, bukan hanya di pasar local. Persaingan yang memunculkan daya saing erat kaitannya dengan pemahaman mekanisme pasar (standar dan benchmarking), kecepatan dan ketepatan penyampaian produk (barang dan jasa) yang mampu menciptakan nilaitambah.Oleh karena itu, peningkatan daya saing organisasi bersifat unik, tetapi pada intinya dipengaruhi oleh aspek kreativitas, kapasitas, teknologi yang diguna-kan dan jangkauan pemasaran yang dicapai.Hal tersebut diwujudkan dari tampilan produk, produktivitas yang ting-gi dan pelayanan yang baik.
B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian manajemen strategi? 2. Apa peran manajemen strategi? 3. Apa manfaat manajemen strategi? 4. Apa sajakah karakter keputusan strategi? 5. Apa manfaat dan resiko dari manajemen startegi?
C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian manajemen strategi. 2. Untuk mengetahui peran manajemen strategi. 3. Untuk mengetahui manfaat manajemen strategi. 4. Untuk mengetahui karakter strategi. 5. Untuk mengetahui manfaat dan resiko dari manajemen strategi.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Strategi Barney mengemukakan bahwa manajemen strategis (strategic management) dapat dipahami sebagai proses pemilihan dan penerapan strategi-strategi. Sedangkan strategi adalah pola alokasi sumber daya yang memungkinkan organisasi-organisasi dapat mempertahankan kinerjanya.1 Grant mengemukakan, strategi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan rencana mengenai penggunaan sumber daya-sumber daya untuk menciptakan suatu posisi menguntungkan.2 Dengan kata lain, manajamen strategis terlibat dengan pengembangan dan implementasi strategi-strategi dalam kerangka pengembangan keunggulan bersaing. Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson juga mengemukakan bahwa manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai.3 Besarnya peranan manajemen strategis semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah meningkatkan tingkat kompetisinya ini menawarkan produk kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan laba diatas rata-rata. Dengan demikian dari definisi di atas dapat diketahui fokus manajemen strategis terletak dalam memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta system informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.Manajemen strategis di katakan efektif apabila memberi tahu seluruh karyawan mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan kearah pencapaian
1
Komang Ardana, dkk. (2008). Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 75 Robbins. (2003). Manajemen Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Indeks. Hal 66 3 Amirullah dan Haris Budiyono. (2004). Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 105 2
sasaran dan pelanggan, pesaing dan rencana produk kami.Komunikasi merupakan kunci keberhasilan manajemen strategis. Ada beberapa hal penting yang terdapat dalam manajemen strategi, yaitu:4 1. Pembuatan Strategi, yang meliputi pengembnagan misi dan tujuan jangka panjang, mengidentifiksikan peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan organisasi, pengembangan alternatif-alternatif strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi. 2. Penerapan strategi meliputi penentuan sasaran-sasaran operasional tahunan, kebijakan organisasi, memotovasi anggota dan mengalokasikan sumber-sumber daya agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan. 3. Evaluasi/Kontrol strategi, mencakup usaha-usaha untuk memonitor seluruh hasil-hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan organisasi serta mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan. 4. Manajemen Strategik memfokuskan pada penyatuan/ penggabungan aspek-aspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan/ akuntansi, operasional/ produksi dari sebuah organisasi. Strategik selalu “memberikan sebuah keuntungan”, sehingga apabila proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi gagal menciptakan keuntungan bagi organisasi tersebut maka dapat dikatakan proses manajemen tersebut bukan manajemen strategik. Tujuan sebuah organisasi menerapkan sistem manajemen strategi juga sebagai untuk memberikan arah pencapaian tujuan organisasi. Dalam hal ini, manajer strategi harus mampu menunjukan kepada semua pihak kemana arah tujuan organisasi. Karena, arah yang jelas akan dapat dijadikan landasan untuk pengendalian dan mengevaluasi keberhasilan. Membantu
memikirkan
kepentingan
berbagai
pihak
organisasi
harus
mempertemukan kebutuhan berbagai pihak, pemasok, karyawan, pemegang saham, pihak perbankan, dan masyarakat luas lainnya yang terkait dengan perusahaan atau disebut 4
Harold Koontz. (1993). Manajemen. Jakarta: Erlangga. Hal.90
dengan istilah Stakeholder Benefits, memegang peranan terhadap sukses atau gagalnya suatu organisasi. Dapat mengantisipasi setiap perubahan kembali secara merata manajemen strategi memungkinkan eksekutif puncak untuk mengantisipasi perubahan dan menyiapkan pedoman dan pengendalian, sehingga dapat memperluas kerangka waktu/ berpikir mereka secara prespektif dan memahami konstribusi yang baik untuk hari ini dan hari esok. Berhubungan dengan Efisiensi dan Efektifitas Tanggung jawab seorang manajer bukan hanya mengkonsentrasikan terhadap kemampuan atas kepentingan efisiensi, akan tetapi hendaknya juga mempunyai perhatian yang serius agar bekerja keras melakukan sesuatu secara lebih baik dan efektif.
B. Peran Manajemen Strategi Untuk meraih segala cita-cita atau tujuan yang diinginkan oleh suatu organisasi atau perusahaan maka penerapan manajemen stratejik justru sangat dibutuhkan guna apa yang diinginkan bersama dapat kit capai dengan sebaik mungkin. Peran manajemen strategik ketika diimplementasikan dalam suatu organisasi maka setiap unit atau bagian yang ada dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin.Apalagi melihat perkembangan zaman sekarang ini, dimana setiap organisasi telah melakukan ekspansi pasar guna mendapatkan keuntunga yang banyak. Semuanya itu perlu langkah strategis dan taktik yang tepat sehingga proses atau langkah yang diambil oleh pimpinan dapat dijalankan seefektif dan seefisen mungkin. Persaingan yang memunculkan daya saing erat kaitannya dengan pemahaman mekanisme pasar (standar dan benchmarking), kecepatan dan ketepatan penyampaian produk (barang dan jasa) yang mampu menciptakan nilaitambah.Oleh karena itu, peningkatan daya saing organisasi bersifat unik, tetapi pada intinya dipengaruhi oleh aspek kreativitas, kapasitas, teknologi yang diguna-kan dan jangkauan pemasaran yang dicapai.Hal tersebut diwujudkan dari tampilan produk, produktivitas yang tinggi dan pelayanan yang baik.
Esensi Manajemen Strategik dalam pengembangan daya saing organisasi, yaitu sebagai berikut:5 1. Pertumbuhan dan Keberlanjutan Hal ini dicirikan oleh adanya kegiatan lebih besar dari organisasi yang nantinya berdampak pada peningkatan kesejahteraan SDM. Pencapaian kondisi tersebut di-dapatkan dari kerjasama antar individu yang mampu mewujudkan sinergi perkembangan organisasi sesuai siklus organisasi (pengenalan, pertumbuhan, kedewasaan dan pembaharuan dengan kondisi penurunan, tetap dan naik kembali) ditinjau dari faktor internal maupun eksternal yang dipengaruhi oleh perubahanperubahan, baik fundamental, incremental dan radikal dari nilainilai keinginan konsumen, serta persaingan yang ketat dalam kondisi yang mengandung ketidakpastian dan penuh risiko. 2. Berpikir Strategi Hal ini dicirikan oleh pemahaman tentang pentingnya faktor waktu (lalu, kini dan esok), proses kontinu (siklus) dan iteratif (sekuens pembelajaran) dalam mengidentifikasi kegiatan yang menjanjikan ke depan yang berbasis pada pemetaan kemampuan (superior-tas) yang dimiliki (sumber daya seperti SDA, SDM dan SDB) dengan secara komprehensif memperhati-kan faktor-faktor makro seperti politik, ekonomi, teknologi dan sosial budaya, disamping upaya pem-belajaran organisasi dalam menuju daya saing secara parsial ataupun utuh. Realisasi berpikir strategik dapat ditunjukkan oleh konsep masukan, proses dan luaran dalam mengelola perubahan menurut peluang maupun ancaman yang ditemui sesuai dengan fase-fase berikut : pembentukan kelompok kerja, inventarisasi kegiatan, keterlibatan unit kerja dan status kegiatan. Hal tersebut dalam praktiknya didukung oleh konsep-konsep strategi, baik yang klasik (siklus hidup produk dan SWOT), modern (BCG/Shell, A.D. Little, McKinsey, PIMS, SRI dan Porter) dan alternatif (PRECOM) yang dalam implementasinya sangat ditentukan oleh besar-an dimensinya (2-5) atau tema tertentunya. 5
Taufiq Amir. (2012). Manajemen Strategik. Jakarta: Rajawali. Hal.15
3. Manajemen Strategik Manajemen Strategik dalam implementasinya ditentukan oleh tahapan identifikasi lingkungan (internal dan eksternal), perumusan strategi, implementasi strategi, pemantauan dan evaluasi strategi. Hal tersebut disusun dari sistem lingkungan yang terdiri dari analisis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan : sumber daya, kapabilitas dan kompetensi inti) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang dikenal sebagai SWOT ataupun pendekatan peran (policy, strategik dan fungsi) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi, baik secara luas maupun spesifik, seperti: 1. Masuknya pendatang baru (skala ekonomi, diferensiasi produk, persyaratan modal, biaya peralih-an pemasok, akses ke saluran distribusi, kebijakan pemerintah dan lainnya. 2. Ancaman produk peng-ganti (biaya/harga). 3. Kekuatan tawar menawar pembeli (kuantitas, mutu dan ketersediaan). 4. Kekuatan tawar menawar pemasok (dominasi, integrasi dan keunikan). Dalam proses manajemen strategik diperlukan pernyataan-pernyataan yang terkait dengan penetapan visi (jati diri), misi (justifikasi/pembeda) dan tujuan (target/standar) sebagai jawaban terhadap pencanangan strategi yang telah disusun menurut tingkatannya (korporat, bisnis dan fungsional) yang didasarkan pada muatan, konsis-tensi dan keterpaduannya dari suatu kerangka kerja proses pengambilan keputusan organisasi untuk jang-ka panjang. Dalam hal ini, struktur organisasi dengan berbagai bentuknya (sederhana, fungsional, divisional, matriks, unit bisnis strategik berperan pen-ting dalam pencapaian tujuan dari kebijakan yang dibuat.
C. Manfaat Manajemen Strategi bagi Pendidikan Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja (frame work) untuk menyelesaikan setiap masalah strategis di dalam organisasi terutama
berkaitan dengan persaingan, maka peran manajer diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir secara strategik. Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil yang menguntungkan.. Ada bebarapa manfaat yang diperoleh organisasi jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu:6 1. Organisasi pendidikan (sekolah) sebagai organisasi kerja menjadi dinamis, karena RENSTRA dan RENOP harus terus menerus disesuaikan dengan kondisi realistik organisasi (analisis internal) dan kondisi lingkungan (analisis eksternal) yang selalu berubah
terutama
karena
pengaruh
globalisasi.
Dengan
kata
lain
Manajemen Strategi sebagai pengelolaan dan pengendalian yang bekerja secara realistik dalam dinamikanya, akan selalu terarah pada Tujuan Strategi dan Misi yang realistik pula. 2. Implementasi Manajemen strategi melalui realiasi RENSTRA dan RENOP berfungsi sebagai pengendali dalam mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki secara terintegrasi dalam pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, agar berlangsung sebagai proses yang efektif dan efisien. Dengan demikian berarti Manajemen Strategi mampu menunjang fungsi kontrol, sehingga seluruh proses pencapaian Tujuan Strategi dan perwujudan Visi berlangsung secara terkendali. 3. Manajemen
Strategi
diimplementasikan
dengan
memilih
dan
menetapkan
strategi sebagai pendekatan yang logis, rasional dan sistematik, yang menjadi acuan untuk mempermudah perumusan dan pelaksanaan program kerja. Strategi yang dipilihdan disepakati dapat memperkecil dan bahkan meniadakan perbedaan dan pertentangan
pendapat
dalam
mewujudkan
keunggulan
yang
terarah
pada pencapaian tujuan strategi. 4. Manajemen
Strategi
dapat
berfungsi
sebagai
sarana
dalam
mengkomunikasikan gagasan, kreativitas, prakarsa, inovasi dan informasi baru serta cara merespon perubahan dan perkembangan lingkungan operasional, nasional dan global, pada semua pihak sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan 6
Hadijayah Yusuf. (2017). Menyususn Strategi Berbuah Kinerja Pendidik Efektif. Medan: Perdana Publishing. Hal.55
demikian akan memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi yang akan dilaksanakan, sesuai dengan atau tanpa merubah keunggulan yang akan diwujudkan oleh organisasi. 5. Manajemen
Strategi
sebagai
paradigma
baru
di
lingkungan
organisasi
pendidikan, dapat mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut serta sesuai posisi, wewenang dan tanggungjawab masing – masing. Dengan demikian setiap unit dan atau satuan kerja akan berusaha mewujudkan keunggulan di bidangnya untuk memperkuat keunggulan organisasi. 6. Manajemen Strategi di dalam organisasi pendidikan menuntut semua yang terkait untuk ikut berpartisipasi, yang berdampak pada meningkatnya perasaan ikut memiliki (sense of belonging), perasaan ikut bertanggungjawab (sense of responsibility), dan perasaan ikut berpartisipasi (sense of participation). kata lain manajemen strategi berfungsi pula menyatukan sikap bahwa keberhasilan bukan sekedar untuk menajemen puncak, tetapi merupakan keberhasilan bersama atau untuk keseluruhan organisasi dan bahkan untuk masyarakat yang dilayani. Berdasarkan uraian tentang keunggulan dan manfaat manajemen strategi di atas perlu dipahami bahwa pengimplementasiannya di lingkungan organisasi pendidikan bukanlah jaminan kesuksesan. Keberhasilan tergantung pada SDM atau pelaksananya bukan pada Manajemen Strategi sebagai sarana. SDM sebagai Pelaksana harus terdiri dari personil yang profesional, memiliki wawasan yang luas dan yang terpenting adalah memiliki komitmen yang tinggi terhadap moral dan/atau etika untuk tidak menggunakan manajemen strategi demi kepentingan diri sendiri atau kelompok.
D. Langkah Dalam Pengembangan Organisasi Langkah Pertama manajemen perlu secara detail mengindentifikasi aktifitas yang perlu dikerjakan baik langsung maupun tidak langsung sejak disusunnya proposal
kegiatan (TOR), pengujian dan penilaian, proses perencanaan program dan kegiatan, implementasi, pengendalian dan pe-ngawasan.7 Langkah Kedua yang perlu dilakukan untuk menganalisis profil/postur organisasi adalah mencari keterkaitan (lingkage) dari berbagai aktifitas rantai kegiatan tersebut, baik antar aktifitas pokok (fungsi utama) dan aktifitas penunjang (fungsi pelayanan). Langkah Ketiga yaitu mencoba mencari sinergi potensial yang mungkin dapat ditemukan diantara output yang dihasilkan oleh setiap aktifitas yang dimiliki oleh organisasi.
E. Tahap-Tahap Dalam Manajemen Strategik Manajemen strategi merupakan sebuah proses yang terdiri dari tiga kegiatan antara lain perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Perumusan strategi terdiri dari kegiatan-kegiatan mengembangkan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan obyektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan Isu perumusan strategi termasuk memutuskan bisnis apa yang akan dimasuki bisnis apa yang harus dihentikan, bagaimana mengalokasikan sumber daya, apakah memperluas operasi atau diversivikasi, apakah akan memasuki pasar internasional, apakah akan melakukan merjer atau membentuk usaha patungan, dan bagaimana menghindari pengambilalihan perusahaan pesaing. Keputusan perumusan strategis mengikat suatu organisasi pada produk,pasar, sumber daya, dan teknologi spesifik selama periode waktu tertentu. Strategi menetapkan keunggulan bersaing jangka panjang. Apapun yang akan terjadi, keputusan strategis mempunyai konsekuensi berbagai fungsi utama dan pengaruh jangka panjang pada suatu organisasi. Implementasi strategi menuntut organisasi untuk menetapkan obyektif tahunan, memperlengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan
sumber daya sehingga strategi
yang dirumuskan dapat
dilaksanakan.Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya mendukung 7
Achmad Sanusi. (2014). Pembaharuan Strategi Pendidikan. Bandung: Nuansa Cendikia. Hal.95
strategi, menciptakan struktur oragnisasi yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi organisasi.Implementasi strategi sering disebut tahap tindakan manajemen strategis.Strategi implementasi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan.Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemenstrategis.Para manajer sangat perlumengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi berarti usaha untuk memperoleh informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu:8 1. Meninjau factor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang. 2. Mengukur prestasi. 3. Mengambil tindakan korektif. Aktivitas perumusan strategi, implementasi dan evaluasi terjadi di tiga tingkat hirarki dalam organisasi yang besar, korporasi, divisi atau unit bisnis strategis, dan fungsional.
F. Pentingnya Manajemen Strategi bagi Pendidikan Beberapa alasan utama tentang pentingnya peranan strategi manajemen bagi organisasi, yaitu:9 1. Memberi arah jangka panjang yang akan dituju. 2. Membantu perusahaan atau organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi. 3. Membuat suatu organisasi menjadi lebih aktif.
8
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. (1998). Total Quality Management (TQM). Andi Offset : Yogyakarta. Hal 111. 9
Hadari Nawawi. (2005). Manajemen Strategik. Gadjah Mada Pers: Yogyakarta. Hal:45
4. Mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko. 5. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi. 6. Keengganan untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi. 7. Keterlibatan karyawan dalam perubahan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya. 8. Kegiatan pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan organisasi tersebut untuk mencegah munculnya masalah di masa mendatang. Dengan manajemen strategi diharapkan strategi benar-benar dapat dikelola sehingga strategi dapat diimplementasikan untuk mewarnai dan mengintegrasikan semua keputusan dan tindakan dalam organisasi rincian. Tahapan kegiatan untuk menjalankan strategi adalah sebagai berikut:10 1. Perumusan strategi Perumusan strategi adalah proses memilih tindakan utama (strategi) untuk mewujudkan misi organisasi. Proses mengambil keputusan untuk menetapkan strategi seolah-olah merupakan konsekuensi mulai dari penetapan visi-misi, sampai terealisasinya program. 2. Perencanaan Tindakan Langkah pertama untuk mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan adalah pembuat perencanaan strategi. Inti dari apa yang ingin dilakukan pada tahapan ini adalah bagaimana membuat rencana pencapaian (sasaran) dan rencana kegiatan (program dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan arahan (visi, misi, gool) dan strategi yang telah ditetapkan organisasi. 3. Implementasi
10
Wijaya Tunggal, Amin. (2009). Manajemen Strategik Untuk Memenangkan Kompetisi. Bandung: Alfabeta. Hal.92
Untuk menjamin keberhasilan strategi yang telah berhasil dirumuskan harus diwujudkan dalam tindakan implementasi yang cermat. Strategi dan unsur-unsur organisasi yang lain harus sesuai, strategi harus tercermati pada rancangan struktur budaya organisasi, kepemimpinan dan sistem pengelolaan sumber daya manusia. Karena strategi diimplementasikan dalam suatu lingkungan yang terus berubah, maka implementasi yang sukses menuntut pengendalian dan evaluasi pelaksanaan.Sehingga jika diperlukan dapat dilakukan tindakan-tindakan perbaikan yang tepat.
G. Manfaat dan Resiko Manajemen Strategik a. Manfaat Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja (frame work) untuk menyelesaikan setiap masalah strategis di dalam organisasi terutama
berkaitan dengan persaingan, maka peran manajer diajak untuk berpikir
lebih kreatif atau berpikir secara strategic. Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan Mempertimbangkan
lebih
banyak alternatif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil yang menguntungkan.Ada bebarapa manfaat yang diperoleh organisasi jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu:11 1. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju. 2. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi. 3. Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif. 4. Mengidentifikasikan
keunggulan
komparatif
suatu
organisasi
dalam
lingkungan yang semakin beresiko. 5. Aktifitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan organisasi untuk mencegah munculnya masalah di masa dating. 6. Keterlibatan anggota organisasi dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya. 7. Aktifitas yang tumpang tindih akan dikurangi. 11
Hadari Nawawi. (2005). Manajemen Strategik. Gadjah Mada Pers: Yogyakarta. Hal:45
8. Keengganan untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.
b. Resiko Keterlibatan para manajer dalam proses perencanaan strategik akan menimbulkan beberapa resiko yang perlu diperhitungkan sebelum melakukan proses manajemen strategik, yaitu:12 1. Waktu yang digunakan para manajer dalam proses manajemen strategik mungkin mempunyai pengaruh negatif pada tanggung jawab operasional. 2. Apabila para pembuat strategi tidak dilibatkan secara langsung dalam penerapannya maka mereka dapat mengelak tanggung jawab pribadi untuk keputusan-keputusan yang diambil dalam proses perencanaan. 3. Akan timbul kekecewan dari para bawahan yang berpartisipasi dalam penerapan strategi karena tidak tercap[ainya tujuan dan harapan mereka. Untuk mengatasi resiko-resiko tersebut para manajer perlu dilatih mengamankan atau memperkecil timbulnya resiko dengan cara: 1. Melakukan penjadwalan kewajiban-kewajiban para manajer agar mereka dapat mengalokasikan waktu yang lebih efisien. 2. Membatasi para manajer pada proses perencanaan untuk membuat janji-janji mereka terhadap kinerja yang benar-benar dapat dilaksananakan oleh mereka dan bawahannya. 3. Mengatisipasi dan menanggapi keinginan-keinginan bawahan, misalnya usulan atau peningkatan dalam ganjaran. Sebagai suatu kesatuan dalam sebuah organisasi perlu menerapkan dan mengembangkan kemapuan manajemen internalnya guna mencapai tujuan yang diinginkan dengan mengarahkan segenap potensi dan strategi serta taktik yang tepat untuk diaplikasikan. 12
Hal 66.
Syaiful Sagala. (2007). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Proses manajemen strategis dapat diuraikan sebagai pendekatan yang obyektif, logis, sistematis untuk membuat keputusan besar dalam suatu organisasi. Proses ini berusaha untuk mengorganisasikan informasi kualitatif dan kuantitatif dengan cara yang memungkinkan keputusan efektif diambil dalam kondisi yang tidak menentu. Berdasarkan pada pengalaman, penilaian, dan perasaan, intuisi penting untuk membuat keputusan strategis yang baik.Intuisi terutama bermamfaat untuk membuat keputusan dalam situasi yang amat tidak menentu atau sedikit preseden. Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi seharusnya terus-menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga melaukan perubahan tepat waktu. Teknologi informasi dan globalisasi adalah perubahan eksternal yang mengubah bisnis dan masyarakat dewasa ini. Arus informasi yang cepat menghilangkan batas negara sehingga orang dari seluruh dunia dapat melihat sendiri bagaimana cara hidup orang lain. Dunia menjadi tanpa perbatasan dengan warga Negara global, pesaing global, pelanggan global, pemasok global, dan distributor global.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Untuk merealisasikan suatu perencanaan yang baik perlu adanya dukungan dari aspek-aspek pelaksanaan, pengawasan, struktur organisasi, sistem informasi dan komunikasi, motivasi, iklim kerja, sistem penggajian dan budaya organisasi. Kelemahan perencanaan strategik biasanya bersifat ritual dan mekanis, sifatnya rutin dan sering berpegang pada asumsi-asumsi yang tidak realitis sehingga menyebabkan tidak termonitornya pelaksanaan dan pengendalian dari rencana-rencana yang telah dibuat. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan perencana strategik diatas maka pada tahun 1980-an muncullah suatu model yang namanya Manajemen Strategi. Model ini mengkombinasikan pola berpikir strategis dalam proses mamajemen. Segala sesuatu yang strategik tidak hanya berhenti pada proses perencanaan saja tetapi juga dilanjutkan pada tingkat operasional dan pengawasan. Manajemen Strategik juga mencakup trend baru, yaitu: 1. Peralihan dari perencanaan menjadi keunggulan bersaing. Pembuatan strategi lebih didasarkan pada konsep keunggulan bersaing yang memiliki lima karakteristik, yaitu: -
Kompetensi khusus. Keunggulan bersaing merupakan hal khusus yang dimiliki atau dilakukan suatu organisasi yang memberinya kekuatan untuk menghadapi pesaing. Kompetensi ini bisa berwujud opini atau merek yang mempunyai persepsi kualitas tinggi. ( misalnya; opini: Pengelolaan administrasi yang rapi, terkenal bersih atau bebas KKN/Korupsi Kolusi Nepotisme, Tepat waktu. Merek: Coca cola, IBM, BMW, Mc Donald‟s).
-
Menciptakan persaingan tidak sempurna. Dalam persaingan sempurna semua organisasi menghasilkan
produk yang serupa sehingga bebas keluar masuk ke
dalam pasar. Suatu organisasi dapat memperoleh keunggulan bersaing dengan menciptakan persaingan tidak sempurna yaitu dengan cara memberikan kualitas yang tinggi di aspek-aspek tertentu. -
Berkesinambungan, Keunggulan bersaing harus bersifat berkesinambungan bukan sementara dan tidak mudah ditiru oleh para pesaing.
-
Kesesuaian dengan lingkungan internal. Keunggulan bersaing dapat diraih dengan menyesuaikan kebutuhan atau permintaan pasar. Karena lingkungan eksternal bisa berupa ancaman dan peluang, sehingga perubahan pasar dapat meningkatkan keunggulan atau kelemahan suatu organisasi.
2.
Peralihan dari Elitism menjadi Egalitarianism Berpikir strategik dalam Manajemen Strategik tidak hanya dilakukan oleh para kelompok elit perencana saja, tetapi juga ditanamkan kepada setiap anggota organisasi.
Dalam
Manajemen Strategik orang yang melakukan perencanaan adalah setiap pihak yang juga akan mengimplementasikan rencana tersebut. 3.
Peralihan
dari
perhitungan
(kalkulasi)
menjadi
kreativitas
Dalam
Manajemen Strategik, strategi-strateginya tidak hanya terfokus pada faktor-faktor yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur saja, tetapi juga mempertimbangkan perspektif yang lebih kualitatif. Strategi lebih banyak tergantung pada aspek perasaan (senses) daripada analisis sehingga dalam penyusunan strategi sangat diperlukan kreatifitas. 4.
Peralihan dari sifat kaku menjadi fleksibel. Manajemen strategik lebih bersifat lentur/
fleksibel
karena
manggabungkan
pandangan
dan
tindakan,
menyeimbangkan pengendalian dan learning, serta mengelola stabilitas dan perubahan. Strategi yang dibangun merupakan strategi yag adaptif dan fleksibel dalam menghadapi perubahan dan kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.
B. Saran Di harapkan makalah ini dapat berguna bagi kita semua dalam pembelajaran Manajemen Strategi Pendidikan. Di harapkan makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi teman-teman semua karena masih banyak hal yang perlu kita pelajari dalam proses pentingnya manajemen strategi dalam suatu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA Komang Ardana, dkk. (2008). Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Robbins. (2003). Manajemen Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Indeks Amirullah dan Haris Budiyono. (2004). Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Harold Koontz. (1993). Manajemen. Jakarta: Erlangga. Taufiq Amir. (2012). Manajemen Strategik. Jakarta: Rajawali. Hadijayah Yusuf. (2017). Menyususn Strategi Berbuah Kinerja Pendidik Efektif. Medan: Perdana Publishing. Achmad Sanusi. (2014). Pembaharuan Strategi Pendidikan. Bandung: Nuansa Cendikia. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. (1998). Total Quality Management (TQM). Andi Offset : Yogyakarta. Hadari Nawawi. (2005). Manajemen Strategik. Gadjah Mada Pers. Wijaya Tunggal, Amin. (2009). Manajemen Strategik Untuk Memenangkan Kompetisi. Bandung: Alfabeta. Syaiful Sagala. (2007). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
MAKALAH :
IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGI DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU
Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto, M.Pd
Disusun oleh:
Priska Alvyana (0307162059) MPI-1/V
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Implementasi Manajemen Strategi dalam Meningkatkan Kinerja Guru” dalam mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta menuangkan ide (gagasan) demi tersusunnya makalah ini. Tidak lupa pula kepada Bapak Dr. Fridiyanto, M.Pd, selaku dosen Manajemen Manajemen Strategi yang telah memberi bimbingan sehingga makalah ini dapat tersusun. Semoga keberadaan makalah ini dapat menunjang pengetahuan kita dan dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran kita. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan sehingga dapat menjadi tolok ukur kami dalam penyusunan makalah yang akan datang.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3 C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 4
BAB II. KAJIAN TEORI ............................................................................. 5 A. Manajemen Strategi ........................................................................... 5 1. Pengertian Manajemen Strategi .................................................... 4 2. Prinsip-prinsip Manajemen Strategi .............................................. 5 3. Manfaat Manajemen Strategi ........................................................ 6 B. Kinerja Guru ...................................................................................... 8 1. Pengertian Kinerja Guru................................................................ 8 2. Tujuan Penilaian Kinerja Guru ..................................................... 9 3. Manfaat Penilaian Kinerja Guru ................................................... 10 C. Implementasi Manajemen Strategi dalam Meningkatkan Kinerja Guru ...................................................................................... 12 1. Implementasi Strategi.................................................................... 12 2. Strategi Peningkatan Kinerja......................................................... 14
BAB III. PENUTUP ...................................................................................... 19 A. Kesimpulan ........................................................................................ 19 B. Saran .................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dengan menyadari pentingnya proses peningkatan sumber daya manusia, maka pemerintah bersama sekolah terus berupaya mewujudkan amanat tersebut dengan berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kepandidikan lainnya. Salah satu strategik untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah penerapan manajemen strategik. Alasan yang mendasar adalah bahwa konsep manajemen
strategik
menawarkan
kepada
sekolah
untuk
menyediakan
pendidikkan yang lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik. Konsep ini menekankan kepada upaya sekolah dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai guna dalam tatanan ruang lingkup pendidikan sehingga sekolah dapat memahami kekuatan bersaing dan mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan secara sistematis dan konsisten. Mengkaitkan manajemen strategik dengan upaya mencapai keunggulan bersaing, bahkan dikatakan bahwa strategik adalah alat penting dalam rangka mencapai keunggulan dalam bersaing. Hal tersebut sejalan dengan tujuan strategik yaitu untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing. Implikasi dari kajian tersebut dikatakan masih meraih suatu keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang dari lingkungannya, yang memungkinkan organisasi untuk menarik keuntungankeuntungan dari bidang yang menjadi kekuatan. Dengan demikian, sekolah sebagai salah satu pusat pelaksana kegiatan pendidikan merupakan lembaga terstruktur yang memiliki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah sebagai institusi mikro yang berperan langsung dalam mencetak generasi Indonesia yang berkualitas, sudah seharunya memperoleh perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat. Sekolah akan
berfungsi dengan maksimal jika didukung oleh sistem manajemen yang terencana dan didukung oleh sumber daya manusia guru yang berkualitas, sarana-prasarana serta dana atau biaya pendidikan yang tepat. Penerapan peraturan dan sistem manajeman yang baku dalam lembaga pendidikan tentunya sangat dibutuhkan dalam upaya pemaksimalan potensi sekolah sehingga tercipta pendidikan yang bermutu. Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya prinsip-prinsip belajar ini. Guru sebagai penyelanggara dan pengelolah kegiatan pembelajaran terimpilikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tertampak pada rencana pembelajaran maupun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru terwujud dalam prilaku fisik dan psikis mereka. Kesadaran adanya prinsip-prinsip belajar yang terwujud dalam prilaku guru, dapat diharapkan adanya
peningkatan
kualitas
dan
kinerja
pembelajaran
guru
yang
diselenggarankan. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas profesinya, guru dihadapkan pada berbagai pilihan, seperti: cara bertindak yang paling tepat, bahan belajar yang paling sesuai, metode penyajian yang paling efektif, alat bantu yang paling cocok, langkah-langkah yang paling efesien, sumber belajar yang paling lengkap, sistem evaluasi apa yang paling tepat dan sebagainya. Sebagai pelaksana tugas otonom, guru diberi keleluasan untuk mengelola pembelajaran. Guru harus dapat menentukan pilihannya dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan atau menunjang tercapainnya tujuan.
B.
Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan manajemen strategi ? 2. Apa yang dimaksud dengan kinerja guru 3. Bagai mana implementasi manajemen strategi dalam meningkatkan kinerja guru dalam suatu lembaga pendidikan ? 4. Apa-apa saja strategi yang harus dilakukan
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen strategi dan kinerja guru serta untuk mengetahui bagaiman strategi yang harus dilakukan dalam mengimplementasikan manajemen strategi tersebut dalam meningkatkan kinerja guru
BAB II KAJIAN TEORI
A. MANAJEMEN STRATEGI 1. Pengertian Manajemen Strategi Manajemen strategik merupakan rangkaian dua kata yang terdiri dari kata “manajemen” dan “strategi”, di mana masing-masing kata tersebut memiliki pengertian tersendiri, dan setelah dirangkaikan menjadi satu pemahaman secara terminologi. Murniati mengatakan bahwa manajemen strategik merupakan kegiatan yang harus diselesaikan oleh manajemen puncak bersama personil secara terus menerus, dan merupakan siklus yang mampu melahirkan keputusan untuk memenuhi relevansi kebutuhan organisasi dengan kebutuhan lingkungan.1 Manajemen strategik secara garis besar telah mulai didiskusikan. Istilah manajemen strategik terbentuk dari dua kata yakni strategic berasal dari bahasa Yunani, strategia, yang berarti seni atau ilmu menjadi seorang jenderal. Jenderal Yunani yang efektif perlu memimpin tentara, memenangkan peperangan dan mempertahankan wilayah melindungi kota dari serangan musuh, menghancurkan musuh.2 Sedangkan dalam kamus Belanda-Indonesia, strategik berasal dari kata majemuk, yang artinya siasat perang, istilah strategik tersebut digunakan dalam kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar.3 H. M Arifin. Med. Memberikan pengertian strategik adalah sebagai segala upaya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasil secara maksimal.4 Jadi, Manajemen strategis berkaitan dengan proses menghasilkan suatu rencana-rencana dan kebijakan strategik sebagai perwujudan dari strategi terapan 1
Muniarti. A.R, Manajemen Stratejik, Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan, (Bandung: Ciptapustaka Media Perintis, 2008), h. 74 2 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen (Ed. Revisi, Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 15 3 2 Datje Rahajoekoesoemah, Kamus Belanda-Indonesia (Cet.I; Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 1388. 4 M. Arifin. Med, Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.58.
yang berfungsi untuk mencapai tujuan perusahaan dalam jangka panjang maupun pendek. Sebagaimana proses perencanaan yang benar yaitu dengan tahap Formulasi, Implementasi dan Evaluasi berkala dapat dijadikan alat improvisasi bagi
kinerja,pencapaian
dan
keunggulan
bersaing perusahaan.
Sehingga
manajemen strategis merupakan proses yang sangat penting bagi perusahaan dalam menciptakan strategi yang tepat guna dan memiliki daya ungkit bagi pencapaian tujuan perusahaan secara maksimal. Dari beberapa definisi tentang manajemen strategis tersebut diatas, terdapat satu hal penting yang dapat disimpulkan, yaitu bahwa manajemen strategis terdiri atas 3 proses, yaitu: a.
Penetapan strategi, yang meliputi pengembangan misi dan tujuan jangka panjang, pengindentifikasian peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan perusahaan atau organisasi, pengembangan alternatifalternatif strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi.
b. Penerapan strategi, meliputi penentuan sasaran-sasaran operasional tahunan, kebijakan perusahaan atau organisasi, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber-sumber daya agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan. c.
Evaluasi atau kontrol strategik, mencakup usaha-usaha untuk memonitor seluruh hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan perusahaan serta mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.5
2. Prinsip-prinsip Manajemen Strategi Prinsip dalam manajemen strategi adalah strategy formulation yang mencerminkan keinginan dan tujuan organisasi yang sesungguhnya; adanya strategi implementasi yang menggambarkan cara mencapai tujuan (secara teknis) strategi implementasi mencerminkan kemampuan organisasi dan alokasinya termasuk dalam hal ini adalah alokasi keuangan (dengan anggaran berbasis
5
J. David Hunger & Thomas L. Wheelen, Manajemen Strategis, Terjemah, Julianto Agung, Yogyakarta: Andi Ofset, 2003, hlm. 5.
kinerja); serta strategi evaluasi yang mampu mengukur, mengevaluasi dan memberikan umpan balik kinerja organisasi.6 Kegiatan dalam strategy formulation meliputi: “ a) Perumusan Visi, Misi, Nilai; b) Pencermatan Lingkungan Internal (PLI), Pencermatan Lingkungan Eksternal (PLE), Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Ekternal (KAFI & KAFE). Kegiatan strategy formulation dilanjutkan dengan strategi implementasi yang terdiri dari: “ a) Analisis pemilihan strategi dan kunci keberhasilan; b) Penetapan tujuan, sasaran dan strategi (kebijakan, program dan kegiatan); c) Sistem pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan.7 Para eksekutif perlu menjamin bahwa strategi yang mereka susun dapat berhasil dengan meyakinkan. Untuk itu, Hatten memberi beberapa petunjuk bagaiman suatu strategi dibuat sehingga ia bisa sukses: a.
Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya.
b.
Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi.
c.
Startegi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak mencerai-beraikan satu dengan yang lain.
d. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak apada titik-titik kelemahannya. e.
Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah sesuatu yang mungkin, anda harus membuat sesuatu yang memang layak dan dapat dilaksanakan.
f.
Strategi hendaknya memperhitungkan risiko yang tidak terlalu besar.
g. Tanda-tanda dari suksesnya strategi dinampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait dan terutama dari para eksekutif dan semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.8
6
Akdon, Strategi Management For Educational Management, Bandung, Alfabeta, 2006, hlm 79-80 7 Ibid., h. 80 8 Salusu, J, Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik Dan Organisasi Non Provit, Jakarta, PT. Gramedia, Cet. X, 2015, hlm. 72-73.
3. Manfaat Manajemen Strategi Kegunaan manajemen adalah elemen-elemen dasar yang melekat dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Kegunaan manajemen adalah elemen-elemen dasar yang melekat dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer
dalam
melaksanakan
kegiatan
untuk
mencapai
tujuan.
Davit
menyebutkan sekurang-kurangnya lima manfaat manajemen strategik. Pertama, manajemen strategik melatih setiap orang dan organisasi untuk berfikir secara antisipatif dan produktif. Kedua, Proses penyusunan manajemen strategik mendorong terjadinya komunikasi yang sangat dibutuhkan dalam organisasi. Ketiga, mendorong lahirnya komitmen manajerial. Keempat, proses tersebut melahirkan pemberdayaan stsf. Kelima,organisasi yang menetapkan manajemen strategik, menunjukan kinerja finansial yang lebih baik.9 Kegunaan studi manajemen menurut Fayol, H., berkaitan dengan prinsipprinsip umum manajemen, yaitu: a. Manajemen berguna untuk merancang pola pembagian kerja (division of work); b. Menetapkan wewenang dan tanggungjawab (authority and responsibility) secara profesional; c. Meningkatkan kedisiplinan pegawai (discipline) dengan taat asas dan taat pada tanggungjawabnya masing-masing; d. Kedisiplinan dibangun melalui kesatuan perintah (unity of command) yang tertuang pada visi dan misi perusahaan serta karisma pemimpin perusahaan yang menjadi teladan seluruh karyawan atau bawahannya; e.
Kesatuan perintah berhubungan dengan kesatuan pengarahan (unity of direction) sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab kepemimpinan;
f. Seluruh
prinsip
manajemen
dan
pelaksanaan
fungsinya
selalu
mengutamakan kepentingan organisasi; g. Sikap mengutamakan kepentingan organisasi dibayar melalui penggajian pegawai, 9
reward,
bonus,
imbalan,
dan
sebagainya
yang
akan
Hendrawan Supratikno, Et.al, Advanced Strategik Management, Jakarta, PT. Gremedia Pustaka Utama, 2003, hlm. 12.
meningkatkan kesejahteraan pegawai dan kewibawaan manajemen perusahaan; h. Manajemen penggajian berguna untuk menerapkan asas profesioanalitas kerja, asas keadilan, dan asas tingkatan para pegawai; i. Dengan pelaksanaan asas-asas manajemen perusahaan dan pegawai serta manajemennya sebagai suatu kesatuan yang utuh dan satabilitasnya lebih terjaga dengan baik.10
B. KINERJA GURU 1. Pengertian Kinerja Guru Kata kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu dari kata performance. Kata performance berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Performance berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja.11 Dalam materi diklat “Penilaian Kinerja Guru” yang diterbitkan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan, kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi.12 Pendapat para ahli mengenai kinerja cukup beragam. Menurut Sudarwan Damin, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya kinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang diterapkan oleh lembaga/ organisasi tempat mereka bekerja.13 Menurut Tjutju dan Suwatno, kinerja merupakan
10
Saefullah, U., Manajemen Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, Cet. I, 2012, hlm.
6- 7. 11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 570 12 Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Administrasi dan Pengelolaan Sekolah: Administrasi Kesiswaan, (Jakarta:Direktorat Pendidikan, 2008), h. 20 13 Sudarwan Danim, Manajemen Kepemimpinan Transformasional keKepealaSekolahan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 5
prestasi nyata yang ditampilkan seseorang yang bersangkutan menjalankan tugas dan perannya dalam organisasi. Secara lebih terukur.14 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan organisasi. Tingkat keberhasilan dalam bekerja harus sesuai dengan hukum, moral, dan etika. Standar kinerja merupakan patokan dalam mengadakan pertanggungjawaban terhadap segala hal yang telah dikerjakan. Menurut Ivancevich dalam Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008:20, patokan tersebut meliputi (1) hasil, mengacu pada ukuran output utama organisasi; (2) efisiensi, mengacu pada penggunaan sumber daya langka oleh organisasi, (3) kepuasan, mengacu pada keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya, (4) keadaptasian, mengacu pada ukuran tanggapan organisasi terhadap perubahan.15
2. Tujuan Penilaian Kinerja Guru Penilaian kinerja guru bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kinerja guru di masa lalu dan memprediksi kinerja guru di masa depan. Menurut Syafarudin Alwi secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development yang bersifat evaluation harus menyelesaikan antara lain:16 a. hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi; b. hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision; c. hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi Sementara yang bersifat development penilai harus menyelesaikan : a. prestasi riil yang dicapai individu; 14
Tjutju Yuniarsih dan Suwanto, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 161 15 Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Administrasi dan Pengelolaan Sekolah: Administrasi Kesiswaan, (Jakarta:Direktorat Pendidikan, 2008), h. 20 16 Syafaruddin Alwi, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Keunggulan, Kompetitif, (Yogyakarta: BPFE, 2012), h. 23
b. kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja; c. prestasi-prestasi yang dikembangkan. Depdiknas dalam Asrori Ardiansyah (2011) menyebutkan bahwa tujuan penilaian kinerja adalah membantu dalam hal-hal dibawah ini :17 a. Pengembangan profesi dan karier guru. b. Pengambilan kebijaksanaan per sekolah. c. Cara meningkatkan kinerja guru. d. Penugasan yang lebih sesuai dengan karier guru e. Mengidentifikasi potensi guru untuk program in-service training f. Jasa bimbingan dan penyuluhan terhadap kinerja guru yang mempunyai masalah kinerja g. Penyempurnaan manajemen sekolah h. Penyediaan informasi untuk sekolah serta penugasan-penugasan
3. Manfaat Penilaian Kinerja Guru Secara umum, penilaian kinerja dapat memberikan manfaat untuk kepentingan pengembangan, penghargaan, motivasi, dan perencanaan sumber daya manusia. Dalam hal pengembangan (development), hasil penilaian kinerja dapat menjadi informasi untuk menentukan jenis pelatihan yang diperlukan dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai. Dalam hal penghargaan (reward), hasil penilaian kinerja dapat menjadi dasar dalam menentukan kompensasi maupun kenaikan jabatan pegawai. Dalam hal motivasi (motivation), hasil penilaian kinerja dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan disiplin kerja yang lebih baik. Selain itu, hasil penilaian kinerja juga dapat menjadi sumber data untuk memetakan perencanaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Hasil penilaian kinerja guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insane yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi. Hasil penelaian kinerja guru bermanfaat sebagai input dalam penyusunan program Pengembangan 17
2012)
Asrori Ardiansyah. Kebiasaan Belajar, http//kabar-pendidikan.blogspot.com (2 Juni
Keprofesian Berkelanjutan. Selain itu, hasil penilaian kinerja guru juga bermanfaat dalam penetapan perolehan angka kredit guru dalam pengembangan karier guru. Depdiknas dalam Asrori Ardiansyah menyebutkan beberapa manfaat dari adanya penilaian kinerja guru sebagai berikut:18 a. Pengembangan staf melalui in-service training b. Pengembangan karier melalui in-service training c. Hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpi d. Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi e. Hubungan produktif antara penilaian dengan perencanaan dengan pengembangan sekolah f. Kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa g. Peningkatan moral dan efisiensi sekolah. Disamping itu, penilaian kinerja guru bermanfaat bagi sekolah yaitu dalam hal berikut : a. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi personel sekolah b. Perbaikan kinerja personel sekolah c. Kebutuhan latihan dan pengembangan personel sekolah d. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan, promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian, dan perencanaan personel baru e. Penelitian personel sekolah. f. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain personel sekolah. Bagi guru penilaian kinerja guru merupakan pedoman untuk mengetahui unsurunsur kinerja yang dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu dalam memperbaiki kualitas kinerjanya
18
Asrori Ardiansyah. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa, http//kabarpendidikan.blogspot.com//2011/04/penilaian-dalam-pembelajaran-bahasa.html. (9 Juli 2011)
C. IMPLEMENTASI
MANAJEMEN
STRATEGI
DALAM
MENINGKATKAN KINERJA GURU
1. Implementasi Strategi (Strategi Implementation) Setelah strategi utama dan sasaran jangka panjang ditetapkan, maka proses selanjutnya yang tidak kalah penting adalah mengimplementasikan strategi dalam bentuk tindakan. Hal ini dikarenakan manajemen strategi adalah proses yang berkesinambunga yang dimulai dengan perumusan strategik, dilanjutkan dengan pelaksanan dan kemudian dilakukan peninjauan kembali dan penyempurnaan strategi. Implementasi strategi menurut Hunger Wheelen adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan dalam tindakan melaui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses implementasi strategi mungkin meliputi perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan.19 Sagala menegaskan bahwa implementasi strategi dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentranspormasi tujuan strategi kedalam aksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. Betapapun hebatnya suatu strategi, apabila tidak diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermana bagi pengembangan sekolah..20 Pada
dasarnya
implementasi
strategi
adalah
tindakan
mengimplementasikan strategi yang telah disusun ke dalam berbagai alokasi sumberdaya secara optimal. Dengan kata lain, dalam mengimplementasikan strategi kita menggunakan formulasi strategi untuk membantu pembentukan tujuan-tujuan kerja, alokasi dan prioritas sumber daya.21 Prim Masrokan menegaskan bahwa implementasi strategi menggambarkan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan oleh organisasi. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari formulasi strategi yang mempunyai beberapa prinsip kegiatan yaitu; (a) analisis pilihan strategi dan kunci keberhasilan, (b) penetapan 19
J. David Hunger dan Thomas L, Weelen, Op. Cit, hlm.17. Sagala, S., Op.Cit., hlm.139. 21 Akdon, Op. Cit , hlm. 82, 83 20
tujuan, sasaran dan strategi (kebijakan, program dan kegiatan), (c) sistem pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan yang harus dirumuskan dengan jelas berdasarkan hasil analisis yang telah dilaksanakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.22 Sedangkan menurut Judson sebagamana dikutip E. Mulyasa, menjelaskan ada lima langkah penting untuk meengimplementasikan manajemen strategis, yakni (1) menganalisis dan merencanakan perubahan, (2) mengkomunikasikan perubahan, (3) mendorong perubahan, (4) mengembangkan inisiasi masa transisi, (5) mengkosolidasikan kondisi baru dan tindak lanjut.23 Dalam proses inilah seorang pemimpin tuntut untuk bekerja ekstra keras dalam menggerakan semua komponen SDM yang ada. Karena dari ketiga tahapan manajemen strategi, hal yang paling sulit dan membutuhkan ekstra adalah implementasi strategik. Sebagaimana di tegaskan oleh Sagala bahwa dari tiga elemen manajemen strategik, yang paling sulit untuk dilaksanakan adalah implementasi strategik. Proses manajemen strategik dalam manajemen sekolah meliputi keseluruhan manajerial yang mencakup keadaan seperti motivasi, kompensasi, penghargaan manajemen dan proses pengawasan.24 Agar proses implementasi program ini bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, harus ada sistem controlling yang tepat. Top leader harus mampu melaksanakan peran ini sebaik mungkin dan dibarengi dengan pelaksanaan pembinaan yang didasarkan dari hasil catatan yang diperoleh selama melaksanakan fungsi controlling. Oleh karena itu sebagai seorang kepala sekolah, ada dua tugas besar yang diemban yaitu; Pertama adalah proses implementasi strategik ini benar-benar di laksanakan dengan sebaik mungkin, agar apa yang telah diformulasikan sebelumnya bisa terlaksana dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan, Kedua adalah memanfaatkan semua sumber daya manusia maupun sumber daya nonmanusia untuk mendukung terlaksananya semua formulasi strategi yang telah ditetapkan. David membagi implementasi menjadi dua bagian yaitu: 22
Prim Masrukan Mutohar, Op.Cit. hlm.158. E. Mulyasa, Op. Cit, hlm.223. 24 Sagala, Op. Cit, hlm. 139. 23
a. Implementasi Strategi Manajemen Jangka Panjang Sebagaimana yang dijabarkan pada penetapan sasaran jangka panjang, bahwa upaya pencapaian tujuan perusahaan merupakan suatu proses berkesinambungan
yang
memerlukan
pentahapan
spesifik.
Disini
perusahaan merealisasikan dengan bertahap sasaran jangka panjang tersebut dengan menetapkan standar pencapaian dan kebijakan strategi yang telah dipilih bagi setiap tingkat organisasi. Perusahaan menegaskan dan menentukan tujuan utamanya dalam nilai kuantitatif yang spesifik disertai pemaparan dan implementasi strategi yang digunakan oleh top manajemen, divisi dan fungsionalnya. b. Implementasi Strategi Dalam Kebijakan Fungsional Implementasi stratgei dalam kebijakan ini adalah langkah dimana perwujudan dari implementasi strategi diuraikan dalam langkah-langkah kecil dengan jangka waktu yang lebih pendek untuk diterapkan kedalam fungsional perusahaan yang mana sifatnya lebih operasional dan mengarah berbagai bidang fungsional dalam perusahaan untuk memperjelas hubungan strategi utama dengan identifikasi rincian yang sifatnya spesifik. Implementasi ini mengaitkan segala bidang fungsional perusahaan seperti keuangan, sumber daya manusia, produksi dan operasi, pengembangan dan penelitian, sistem informasi, serta bidang pemasaran yang mana menjadi penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas agar konsisten bukan hanya dengan strategi utamanya saja.25
2. Strategi Peningkatan Kinerja Guru Rendahnya kinerja guru tentu akan membuat kepala sekolah gundah. Rendahnya kinerja guru dapat menurunkan mutu pendidikan dan menghambat tercapainya visi di suatu sekolah. Sekolah yang seperti itu, tidak akan mampu menghasilmkan lulusan yang unggul dan memiliki daya saing di kancah global seperti sekarang ini. Oleh karena itu, kinerja guru harus dikelola dengan baik dan
25
Fred R David, Manajemen Strategi, Edisi 12, (Jakarta: Salemba Empat, 2010), h. 56
dijaga agar tidak mengalami penurunan. Bahkan, seharusnya selalu diperhatikan agar mengalami peningkatan secara terus menerus. Menurut Uhar, upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerja pegawai pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan organisasi yang tidak pernah berakhir. Hal ini disebabkan pengembangan dan peningkatan kinerja tidak hanya dilakukan jika terjadui kesenjangan antara kinerja actual dengan kinerja yang diharapkan, tetapi juga pengembangan dan peningkatan tersebut harus tetap dilakukan meskipun tidak terjadi kesenjangan. Sebab, perubahan lingkungan eksternal organisasi yang sangat cepat dewasa ini akan mendorong pada meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi pada organisasi. Ada dua strategi penting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru, yaitu pelatihan dan motivasi kinerja. Pelatihan digunakan untuk menangani rendahnya kemampuan guru, sedangkan motivasi kinerja digunakan untuk menangani rendahnya semangat dan gairah kerja. Intensitas penggunaan kedua strategi tersebut tergantung dari kondisi guru itu sendiri. Bahkan, jika memang diperlukan, keduanya dapat digunakan secara simultan. a. Pelatihan Program pelatihan harus diberikan berdasarkan kebutuhan. Artinya, jenis pelatihan yang diprogramkan harus sesuai dengan jenis kemampuan apa yang masih rendah. Pelatihan diberikan kepada guru untuk mempermudah guru dalam melakukan pembelajaran terkait dengan tugas pekerjaannya. Menurut Randal S.Schuler, Susan E. dalam Sinambela sasaran
pelatihan
bagi
pegawai
adalah
menguasai
pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang ditekankan pada program-program pelatihan serta menerapkannya ke dalam aktivitas sehari-hari. Dengan kata lain, program pelatihan yang efektif ialah program pelatihan yang menyentuh tiga domain, yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik. Selain itu hasil pelatihan harus diterapkan dalam kegiatan guru, baik di dalam maupun di luar sekolah. Program pelatihan harus dapat meningkatkan kinerja guru. Tidak sedikit pelatihanpelatihan yang hanya membuang uang saja sehingga merugikan anggaran sekolah. Guru memang berangkat untuk mengikuti
pelatihan, tetapi begitu ia sampai di sekolah, kembali lagi pada kebiasaan lama pada saat sebelum pelatihan. Menurut Sinambe,la (2012:214), hal ini terjadi karena pelatihan yang dirancang kurang baik, tidak berkaitan dengan kinerja, atau karena hasil-hasil pelatihan tidak dievaluasikan karena sekolah menganggap bahwa pelatihan sekedar kebutuhan sekolah untuk menyalurkan anggaran dalam program meningkatkan mkinerja. Pelatihan akan berlangsung optimal jika dirancang sesuai dengan kebutuhan, metode dan waktu yang tepat. Pelatihan sangat cocok bagi guru yang memiliki potensi tinggi tetapi masih lemah dalam pengetahuan dan keterampilannya.
b. Motivasi Kerja Fenomena pegawai berkualitas, tetapi memiliki kinerja rendah sering ditemui di sejumlah organisasi. Tidak sedikit para guru bekerja di bawah standar kinerja yang telah ditetapkan bukan karena tidak mampu, melainkan karena tidak mau. Kondisi seperti itu disebabkan oleh rendahnya gairah kerja yang berdampak pada penurunan kinerja. Oleh karena itu, penanganan yang paling tepat ialah melalui peningkatan motivasi kinerja. Motivasi kinerja merupakan upaya untuk memberikan dorongan kepada guru agar bekerja sesuai standar atau bahkan melebihi standar kinerja yang telah ditetapkan. Motivasi kinerja memiliki empat tahap, yaitu: 1) Penetapan Standar Kinerja. Standar kinerja adalah tingkat minimum kinerja yang harus dicapai. Standar kinerja hendaknya menantang, tetapi dapat dicapai. Penentuan standar kinerja didasarkan atas pertimbangan akal yang sehat dan data yang seakurat mungkin. Proses penentuannya harus melibatkan para guru agar muncul rasa tanggung jawab untuk menjalankannya. Apabila guru tidak dilibatkan dalam penentuan standar kinerja, mereka akan bersikap acuh tak acuh terhadap standar tersebut. Untuk memudahkan dalam pengukurannya standar kinerja hendaknya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif.
2) Audit Kinerja. Audit kinerja dilaksanakan untuk mengetahui seberapa baik suatu pekerjaan telah dilaksanakan. Hasil audit akan menjadi dasar dalam memberikan umpan balik dan motivasi kinerja kepada guru. Oleh karena itu, audit kinerja harus dilaksanakan se-objektif mungkin bila memungkinkan para guru dilibatkan dalam audit kinerja 3) Pemberian Umpan Balik Secara Langsung. Umpan balik dilakukan untuk memberikan data-data pekerjaan guru kepada guru yang bersangkutan untuk memantau pekerjaannya sendiri. Data-data pekerjaan guru tersebut diberikan kepada guru untuk dipelajari sehingga dapat diketahui perkembangan kinerjanya dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, umpan balik hendaknya diberikan secara langsung dan terus menerus agar prosesnya tidak terhenti. 4) Motivasi Kerja. Tahap yang terakhir ialah tahap motivasi kinerja. Istilah motivasi tidak dapat dipisahkan dari istilah kebutuhan (needs), baik yang bersifat fisiologis maupun yang bersifat psikis. Setiap orang yang ingin berhasiul dalam memotivasi orang lain harus mengenal dan memahami kebutuhan orang yang akan dimotivasi. Demikian juga jika ingin memotivasi kinerja guru, pimpinan sekolah harus memahami apa yang menjadi kebutuhan guru dalam konteks fisik maupun psikis. Menurut Uray Iskandar (2011), yang menjadi motif untuk bekerja lebih baik adalah kebutuhan-kebutuhan (needs) yang menimbulkan suatu tindakan perbuatan (behavior) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut (goals). Dengan kata lain, kebutuhan merupakan dasar dari tindakantindak yang dilakukan manusia. Maslow berpendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkatan yang hierarkis, yaitu;
1. kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, istirahat, dan sex;
2. kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, tetapi juga mental, psikologikal, dan intelektual;
3. kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
4. kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
5. aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Implementasi strategi menurut Hunger Wheelen adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan dalam tindakan melaui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses implementasi strategi mungkin meliputi perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan. bahwa implementasi strategi menggambarkan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan oleh organisasi. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari formulasi strategi yang mempunyai beberapa prinsip kegiatan yaitu; (a) analisis pilihan strategi dan kunci keberhasilan, (b) penetapan tujuan, sasaran dan strategi (kebijakan, program dan kegiatan), (c) sistem pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan yang harus dirumuskan dengan jelas berdasarkan hasil analisis yang telah dilaksanakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
B.
SARAN
Agar proses implementasi program ini bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, harus ada sistem controlling yang tepat. Top leader harus mampu melaksanakan peran ini sebaik mungkin dan dibarengi dengan pelaksanaan pembinaan yang didasarkan dari hasil catatan yang diperoleh selama melaksanakan fungsi controlling.
Daftar Pustaka
Akdon., 2006, Strategi Management For Educational Management, Bandung, Alfabeta. A.R, Muniarti., 2008, Manajemen Stratejik, Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan, Bandung: Ciptapustaka Media Perintis. Alwi, Syafaruddin., 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Keunggulan, Kompetitif, Yogyakarta: BPFE. Ardiansyah, Asrori., Kebiasaan Belajar, http//kabar-pendidikan.blogspot.com (2 Juni 2012) Ardiansyah, Asrori., Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa, http//kabarpendidikan.blogspot.com//2011/04/penilaian-dalam-pembelajaranbahasa.html. (9 Juli 2011) Danim,
Sudarwan.,
2009,
Manajemen
Kepemimpinan
Transformasional
keKepealaSekolahan, Jakarta: Rineka Cipta. David, Fred R., 2010, Manajemen Strategi, Edisi 12, Jakarta: Salemba Empat. Departemen Pendidikan Nasional., 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Administrasi
dan
Departemen Pendidikan Nasional., 2008,
Pengelolaan
Sekolah:
Administrasi
Kesiswaan,
Jakarta:Direktorat Pendidikan. Hasibuan, Malayu S.P., 2009, Manajemen, Ed. Revisi, Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara. Hunger, J. David & L, Thomas., 2003, Wheelen, Manajemen Strategis, Terjemah, Julianto Agung, Yogyakarta: Andi Ofset Med, M. Arifin., 1991, Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara. Rahajoekoesoemah, Datje., 1993, Kamus Belanda-Indonesia, Cet.I;
Jakarta:
Rineka Cipta Saefullah, U., 2012, Manajemen Pendidikan Islam, Cet.I, Bandung: Pustaka Setia.
Salusu, J., Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik Dan Organisasi Non Provit, Cet. X, Jakarta: Gramedia. Supratikno, Hendrawan, Et.al., 2003 Advanced Strategik Management, Jakarta: Gremedia Pustaka Utama. Yuniarsih, Tjutju, dan Suwanto., 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Alfabeta.
TUGAS UAS:
MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN “STRATEGIK KESETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto, M.Pd.
Disusun Oleh: Farhandika Pratama ( 0307162066 ) Semester V (lima)
A.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “ Strategik Kesetaraan Gender Dalam
Kepemimpinan
Pendidikan” dalam
mata
kuliah
Kepemimpinan
Pendidikan. Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta menuangkan ide (gagasan) demi tersusunnya makalah ini. Semoga keberadaan makalah ini dapat menunjang pengetahuan kita dan dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran kita. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan sehingga dapat menjadi tolok ukur kami dalam penyusunan makalah yang akan datang.
Penulis,
Medan, Desember 2018
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..........................................................................................i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2 C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2 BAB II. PEMBAHASAN ..................................................................................... 3 1. Pengertian Gender ............................................................................. 3 2. Kepemimpinan Pendidikan............................................................... 5 3. Kesetaraan Gender dalam Pendidikan ........................................... 8 4. Kesetaraan Gender dalam Konsep Kepemimpinan Isalam.......... 10 BAB III. PENUTUP ............................................................................................ 14 A. Kesimpulan ....................................................................................... 14 B. Saran.................................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
BAB I PENDAHULUAN A.
LatarBelakang Pada
pembahasan
makalah
ini,
seiring
dengan
semakin
meningkatnya kesadaran bahwa secara substansial manusia adalah setara, maka kesetaraan gender semakin gencar disuarakan, baik oleh kalangan laki laki maupun kaum perempuan. Wacana tersebut semakin
penting untuk
dikembangkan baik pada kalangan pemimpin pendidikan. Secara mendasar, gender berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis merupakan pemberian, kita dilahirkan sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan. Tetapi, jalan yang menjadikan kita maskulin atau feminine adalah gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan interpretasi biologis oleh kultur kita. Setiap masyarakat memiliki berbagai naskah untuk diikuti oleh anggotanya seperti mereka belajar memainkan peran feminine atau maskulim, sebagaimana halnya setiap masyarakat memiliki bahasanya sendiri. Kesetaraan gender adalah peluang dan kesempatan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi antara laki-laki dan perempuan. Sehingga apabila kata gender di padukan dengan kata kesetaraan berarti adanya suatu keinginan agar perbedaan gender tidaklah menjadi penyebab adanya perbedaan perilaku yang menguntungkan disatu pihak tetapi mungkin pihak lainnya. Kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimana penempatan hak dan kewajiban berdasarkan gender sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing, tidak kemudian berarti adanya kesamaan dalam segala hal, karena masing-masing jenis kelamin mempunyai fungsinya sendiri terutama dalam masalah berhubungan dengan biologis.
B.
RumusanMasalah Adapun pokok-pokok permasalahan di dalam makalah ini diantaranya sebagai berikut: 5. Apa yang dimaksuddengan gender? 6. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan? 7. Bagaimana pendidikan memandang gender? 8. Bagaimana
kesetaraan
gender
dalam
konsep
kepemimpinan
pendidikan?
C.
TujuanPenulisan Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka terdapat beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini diantaranya: 1. Mengetahuimaksuddari gender. 2. Mengetahui maksud dari kepemimpinan pendidikan. 3. Mengetahui kesetaraan gender dalam pendidikan. 4. Mengetahui pendidikan.
kesetaraan
gender
dalam
konsep
kepemimpinan
BAB II PEMBAHASAN (KESETARAAN GENDER DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN)
A.
Pengertian Gender Kata gender dalam bahasa inggris, secara jelas membedakan antara kata gender dan seks, keduanya dalam arti “jenis kelamin”. Dalam webster new world dictionary, gender diartikan sebagai “ perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari tingkah laku”.1 Secara mendasar, gender berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis merupakan pemberian, kikta dilahirkan sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan. Tetapi, jalan yang menjadikan kita maskulin atau feminine adalah gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan interpretasi biologis oleh kultur kita. Setiap masyarakat memiliki berbagai naskah untuk diikuti oleh anggotanya seperti mereka belajar memainkan peran feminine atau maskulim, sebagaimana halnya setiap masyarakat memiliki bahasanya sendiri. Sejak kita sebagai bayi mungil hingga mencapai usia tua, kita mempelajari dan mempraktikkan cara-cara khusus yang telah ditentukan oleh masyarakat bagi kita untuk menjadi laki-laki dan perempuan. Gender adalah seperangkat peran yang seperti halnya kostum dan topeng di teater menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah feminine atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini yang mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya secara bersama-sama memoles peran gender kita.2 Begitu lahir, kita mulai mempelajari peran gender kita. Dalam satu studi laboratory mengenai gender, kaum ibu diundang untuk bermain dengan bayi orang lain yang didandani sebagai anak perempuan atau laki1
KunantoSunarto. (2004). PengantarSosiologisEdisiRevisi( UniversitasIndonsia. Jakarta: LemabagaPenerbitFakultasEkonomi. Hlm: 114. 2 AzyumardiAzra. (1998). Esei-eseiIntelektual MuslimdanPendidikanIslam.Jakarta: Logos WacanaIlmu, hlm: 4.
laki. Tidak hanya gender dari bayi itu yang menimbulkan bermacam-macam tanggapan dari kaum perempuan, tetapi perilaku serupa dari seorang bayi ditanggapi secara berbeda, tergantung kepada bagaimana ia didandani. Ketika si bayi didandani sebagai laki-laki, kaum perempuan tersebut menanggapi inisiatif si bayi dengan aksi fisik dan permainan. Tetapi ketika bayi yang sama tampak seperti perempuan dan melakukan hal yang sama tampak seperti perempuan dan melakukan hal yang sama, kaum perempuan itu menenangkan dan menghiburnya. Dengan kata lain, sejak usia enam bulan anak-anak telah direspon menurut stereotype gender. Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang konstruksi secara sosial maupun cultural. Kesetraan gender adalah peluang dan kesempatan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi antara laki-laki dan perempuan. Sehingga apabila kata gender di padukan dengan kata kesetaraan berarti adanya suatu keinginan agar perbedaan gender tidaklah menjadi penyebab adanya perbedaan perilaku yang menguntungkan disatu pihak tetapi mungkin pihak lainnya. Kesetaraan gender adlah suatu kondisi dimana penempatan hak dan kewajiban berdasarkan gender sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing, tidak kemudian berarti adanya kesamaan dalm segala hal, karena masing-masing jenis kelamin mempunyai fungsinya sendiri terutama dalam masalah berhubungan dengan beologis.
B.
Kepemimpinan Pendidikan Dalam Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara no. 27/KEP/1972 disebutkan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No.02/SE/1980 ialah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal. Dalam
konteks
kepemimpinan
pendidikan,
yang
dimaksud
pemimpinn adalahsemua orang yang bertanggungjawab dalam proses perbaikan yang berada pada semua level kelembagaan pendidkan. Semua level yang dimaksud disini adalah semua bagianbagian yang ada dalam lembaga pendidikan, karena kepemimpinan merupakan yang mengatur dan mengawasi semua jalannya lembaga. Untuk itu maka para membagi
tugas-tugasnya
kepada
pemimpin
anggotanya, dengan memberikan
gaji atau insentif, serta menampilkan keteladanan. Pada pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 disebutkan bahwa: “Kepala sekolah bertanggungjawab atas
penyelenggaraan
pembinaan
tenaga
kegiatan
pendidikan,
kependidikan
sertapemeliharaan sarana dan prasarana”.
lainnya,
administrasi dan
sekolah,
pendayagunaan
Tanggungjawab tersebut merupakan salah satu komponen tugas kepalasekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan.Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, yang dimaksud pemimpinn adalahsemua orang yang bertanggungjawab dalam proses perbaikan yang berada pada semualevel kelembagaan pendidkan.Semua level yang dimaksud disini adalah semua bagianbagianyang ada dalam lembaga pendidikan, karena kepemimpinan merupakan yangmengatur dan mengawasi semua jalannya lembaga. Untuk itu maka para kepada
pemimpin
membagi
anggotanya, dengan memberikan gaji
tugas-tugasnya
atau
insentif,serta
menampilkan keteladanan. Pada pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 disebutkan
bahwa:
“Kepala
sekolah
bertanggungjawab
atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan sertapemeliharaan sarana dan prasarana”. Tanggungjawab tersebut merupakan salah satu komponen tugas kepalasekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan.Menurut Husaini Usman bahwa salah satu kunci yang sangat menentukankeberhasilan sekolah
dalam
mencapai
tujuannya
adalah
kepala
sekolah.
Keberhasilankepala sekolah dalam mencapai tujuannya secara dominan ditentukan
oleh
keandalanmanajemen
sedangkan
keandalan
manajemen
sekolah
sekolah
kapasitas kepemimpinan kepala sekolahnya.
yang
bersangkutan,
sangatdipengaruhi
oleh
Pernyataan di atas didukung oleh studi yang dilakukan oleh Gilberg Austin terhadap semua kepala sekolah di Negara bagian Maryland, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa perbedaan antara sekolah yang berprestasi tinggi dan yang rendah disebabkan oleh adanya pengaruh kepala sekolahnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Ruth Love dalam Edward Deroche (1996) yang menyatakan,“I never seen a good school without a good principals”. Hal yang hampir sama di kemukakan oleh James B.Conant dalam Edward Deroche (1996) yang menyatakan, “the difference between a good and a poor school is often the difference between a good and a poor principals.”Dan hasil riset Wallcot (1993) menyimpulkan bahwa kepala sekolah memainkan peranan penting terhadap efetivitas sekolah. Pada era sekarang ini, sosok kepemimpinan pendidikan yang dibutuhkan adalahsosok pemimpin yang mampu mensejajarkan lembaga yang dipimpinnya dengan lembaga-lembagapendidikan yang unggul dan berkualitas. Dengan demikian maka dibutuhkanseorang kepala sekolah yang profesional, memiliki wawasan luas, pengalaman, tanggung jawab, komitmen, bisa kerja sama dengan siapapun, pekerja keras, cermat dan teliti. Dari beberapa kebijakan di atas tidaklah dibedakan prasyarat menjadi kepalasekolah berdasarkan jenis kelamin, bahwa siapa pun bisa menjadi pemimpin di lembaga pendidikan, baik laki- laki maupun perempuan, selama memenuhi kelayakan dan kriteriasyarat menjadi kepala
sekolah.
Lalu
kepemimpinanperempuan pencapaian tujuan lembaga
.
apakah dengan
ada
perbedaan
kepemimpinan
laki-laki
antara dalam
C.
Kesetaraan Gender dalam Pendidikan Konsep gender merupakan sifat dan perilaku yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural, atau ada pula yang mengartikan sebagai bagian peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan masyarakat maupun budaya, disosialisasikan melalui proses sejarah yang panjang. Oleh karena dibentuk secara sosial budaya, maka “Gender” bukan kodrat atau ketentuan Tuhan. Oleh karena bukan ketentuan Tuhan maka Gender tidak bersifat tetap sehingga dapat diubah dari masa ke masa, berbeda untuk setiap kelas dan ras. Sebagai contoh “ketika tahu jenis anak yang akan dilahirkannya, orang tua cenderung menyiapkan segala perlengkapan bayi sesuai jenis kelamin anak, misalnya pink untuk warna perempuan, biru untuk laki-laki.” Sejak lahir budaya kita dilekatkan bahwa “biru adalah warna untuk lakilaki” dan “pink untuk perempuan”. Selama ini, masyarakat di mana kita tinggallah yang menciptakan sikap dan perilaku yang berdasarkan gender, yang menentukan apa yang seharusnya membedakan perempuan dan lakilaki. Keyakinan akan pembagian teresbut diwariskan secara turun temurun, melalui proses belajar di dalam keluarga dan masyarakat, melalui proses dominasi. Artinya, proses sosialisasi konsep gender kurang dilakukan secara halus maupun dalam bentuk indoktrinasi. Proses itu menuntut setiap orang baik itu laki-laki atau perempuan berpikir, bersikap, bertindak sesuai dengan ketentuan sosial budaya di mana mereka tinggal. Konsep gender juga menyebabkan terbentuknya stereotip yang ditetapkan secara budaya atau hal yang umum tetang karakteristik gender yang spesifik, berupa karakteristik yang berpasangan yang dapat menggambarkan perbedaan gender. Dapat dilihat bahwa hal itu dibentuk saling bertentangan, tetapi karakteristiknya saling berkaitan. Sebagai contoh laki-laki adalah makhluk yang rasional maka perempuan mempunyai karakteristik yang berlawanan yaitu tidak rasional dan rasional. Keadilan dan kesetaraan adalah gagasan dasar, tujuan dan misi utama peradaban manusia untuk mencapai kesejahteraan, membangun keharmonisan kehidupan bermasyarakat, bernegara dan membangun
keluarga berkualitas. Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi lakilaki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Keadilan gender adalah suatu perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Perbedaan biologis tidak bisa dijadikan dasar untuk terjadinya diskriminasi mengenai hak sosial, budaya, hukum dan politik terhadap satu jenis kelamin tertentu. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender, ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Dalam memenuhi kesetaraan dan keadilan gender diatas, maka pendidikan perlu memenuhi dasar pendidikan yakni menghantarkan setiap individu atau rakyat mendapatkan pendidikan sehingga bisa disebut pendidikan kerakyatan. Ciri-ciri kesetaraan gender dalam pendidikan adalah sebagai berikut:3 1. Perlakuan dan kesempatan yang sama dalam pendidikan pada setiap jenis kelamin dan tingkat ekonomi, sosial, politik, agama dan lokasi geografis publik. 2. Adanya pemerataan pendidikan yang tidak mengalami bias gender. 3. Memberikan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan minat setiap individu. 4. Pendidikan harus menyentuh kebutuhan dan relevan dengan tuntutan zaman. 5. Individu dalam pendidikannya juga diarahkan agar mendapatkan kualitas sesuai dengan taraf kemampuan dan minatnya.
3
EniPurwatidanHanunAsrohah.(2005). Bias Gander DalamPendidikan Islam. Surabaya: Alpha. Hlm. 30.
D.
Kesetaraan Gender DalamKonsepKepemimpinan Islam Gendermerupakanhasilkonstruksisocialbudayadandapatberubahses uaidenganperkembanganzaman.
Peran
gender
bersifatdinamis,
dipengaruhiolehumur (generasituadanmuda, dewasadananak-anak), ras, etnik, agama, lingkungangeografi, pendidikan, sosialekonomidanpolitik. Olehkarenaitu,
perubahanperan
gender
seringterjadisebagairesponterhadapperubahankondisisosialekonomi, budaya,
sumberdayaalamdanpolitiktermasukperubahan
yangdiakibatkanolehupaya-upayapembangunanataupenyesuaian program
struktural
(structuraladjustment
program)
maupunpengaruhdarikekuatan-kekuatan di tingkatnasionaldan global, dengandemikian,
dariduapengertiantersebutdapatdisimpulkanbahwa
gender
merupakanindentifikasiperbedaanantaralaki-
lakidanperempuandarisegi-segisosialbudaya, psikologisdanbidanglainnya.
Sehinggadalampersoalan
gender
itusendiriselaluberkaitandenganpersamaanhakantara laki-lakidanperempuan. Ketidakadilan gender inibiasanyabermuladarikesenjangan gender dalamberbagaiaspekkehidupan, terutamadalamaksespendidikandansumberekonomi. Hal inikarenaadanya stereotypebahwaperempuanlemah, danhanyabisamenerima.Karenaadanyamitosbahwaspermasebagaisumber kehidupandanperempuanhanyamampumenerimasaja. gender
padalansiaperempuantermanifestasidalambentuk
subordinasi,
marginalisasi,
Ketidakadilan stereotype,
perangandadankekerasan.
Manifestasiketidakadilaninisalingmelengkapidantidakdapatdipisahkan.St ereotypeadalahsuatukonsep
yang
berkaitandengankonsepperan,
tetapiberbeda.Stereotipedapatdilukiskansebagai
„gambarankepalakita‟
danterdiridarisejumlahsifatdanharapan
yang
berlakubagisuatukelompok.Dapatsajagambarantersebuttidakakuratkaren astereotipemerupakansuatugeneralisasitentangsifat-sifat dianggapdimilikioleh
yang orang-orang
tertentutanpaperludidukungolehfaktaobjektif, misalnyaanggapanbahwaperempuanlemah, bertugassebagaiiburumahtangga,
emosional, dan
lain-lain.
Stereotipememberiarahpadaperilakuseseorangkarenasering
kali
menentukancaraseorangmemandangsuatukelompok, ataucaraseorangberinteraksidengan orang lain. Berkaitandenganfungsi
gender
dalamkepemimpinan,
dalamhalinikepemimpinanmerupakankegiatanuntukmempengaruhi orang-orang
yang
kemudiandiarahkanterhadappencapaiantujuanorganisasi. Sutisna (1993) merumuskankepemimpinansebagai prosesmempengaruhikegiatanseseorang/kelompokdalamusahakearahpen capaiantujuandalamsituasitertentu.SementaraSoepardi
(1988)
mendefinisikankepemimpinansebagaikemampuanuntukmenggerakkan, mempengaruhi,
memotivasi,
mengajak,
menasehatidenganmaksudagar
mengarahkan,
manusiasebagai
media
manajemenmaubekerjadalamrangkamencapaitujuanadministrasisecaraef ektifdanefisien.4 . Dalam Islam, setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin baik bagi dirinya sendiri maupun apa yang dipimpinnya, sehingga seorang pemimpin suatu saat akan dimintaipertanggungjawabannya. Hal ini
sebagaimana
hadits
yang
berasal
dari
Rasulullah
SAW
yangdiriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a :Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akandiminta pertanggungjawaban
atas
kepemimpinannnya.
Seorangkepalanegaraakandimintapertanggungjawabanperihalrakyat yang
dipimpinnya.Seorangsuamiakanditanyaperihalkeluarga
dipimpinnya.Seorangisteri
yang yang
memelihararumahtanggasuaminyaakanditanyaperihaltanggungjawabdan tugasnya.Bahkanseorangpembantu/ 4
pekerjarumahtangga
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 107
yang
bertugasmemeliharabarangmilikmajikannyajugaakanditanyadarihal yang dipimpinnya.
Dan
kamusekalianpemimpindanakanditanya
(dimintapertanggunganjawab)darihalhal yang dipimpinnya. Dari
haditstersebutpadadasarnya,
manusiabaikitulaki-
lakimaupunperempuanadalahseorangpemimpin, danpokokdarisuatukepemimpinandalam
Islam
adalahtanggunjawab,
dantanggungjawabterkecil
yang
dipikulseseorangdalamhidupnyasekurangkurangnyaadalahdirinyasendiri.
Akan
tetapi,
tanggungjawab
di
sinibukansemata-matabermaknamelaksanakantugastugaspokoknya lalutidakmenyisakandampak(atsar)bagiyangdipimpin. Melainkan lebih dari
itu,yangdimaksud
tanggung
jawab
di
sini
lebih
kepada
mewujudkankesejahteraan
dan
kebaikanbagiapayangdipimpinnyaatausebuahkebijakandan
tindakan
seorangpemimpinharuslah Terkaitlangsung kepadakesejahteraanapayangdipimpinnya(tasharruf al„alâal-ra‟iyyahmanûthunBi
imâm
almashlahah)”.Sebagaicontoh,jikaorangtuahanyasekedarmemberi makan anak-anaknyatetapi
tidak
memenuhistandargizisertakebutuhanpendidikannya,makahal itu masih jauhdarimaknatanggung orangtua
jawab
yangsebenarnya,yangdalamhal tidak
ini hanya
memberikanmakan,namuniajugahendaknyamampumengarahkananaknya kepadakehidupan yang lebihbaiksesuaidenganajaranagama. Dalam bidang kepemimpinan, Islam bertolak dari status manusia sebagai khalifah di muka bumi. Dalam al-Qur‟an terdapat ayat-ayat yang mempertegas kekhalifahan manusia ini di muka bumi sebagai amanat Allah swt untuk mengolah memelihara dan mengembangkan bumi. Inilah sebagai tugas pokok manusia tidak berbeda antara perempuan dengan lakilaki. Mengenai kekhalifahan tadi Rasulullah saw menegaskan bahwa semua manusia adalah pemimpin. Islam mengangkat derajat manusia dan
memberikan kepercayaan yang tinggi, karena setiap manusia secara fungsional dan sosial adalah pemimpin. Di antara masalah yang kerap kali menjadi bahan perbincangan seputarkesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam masalah kepemimpinan
adalah
karena
adanya
penegasan
Allah
dalam
firmannya:“Kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagaian mereka atas sebagaian yang lain, dan karena mereka menafkahkan sebagian dari kekayaan mereka.Dalam hal ini perkataan Qawwamun bukan berarti penguasa atau majikan. Jika dimaknai dalam hal perkawinan pengertian Qawwamun diartikan bahwa suami adalah kepala keluarga. Sedangkan perempuan adalah pemimpin rumah tangga.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan kesetaraan adalah gagasan dasar, tujuan dan misi utama peradaban manusia
untuk
mencapai
kesejahteraan,
membangun
keharmonisan
kehidupan bermasyarakat, bernegara dan membangun keluarga berkualitas. Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial
budaya,
pendidikan
dan
pertahanan
dan
keamanan
nasional
(hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Masing-masing karakter kepemimpinan tumbuh sendiri-sendiri, lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya. Suatu gaya mungkin cocok dan memba - wa kesuksesan bagi seseorang, tapi mungkin penerapan gaya serupa tidak akan efektif pada pemimpin lainnya. Karena itu jadilah diri sendiri, kembangkan karakter kepemimpinan yang cocok. Tinggi rendahnya Leadership quotient (kemampuan khusus yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu seba - gaimana yang diinginkan oleh pemimpin) tergantung pada bawaan bakat sese - orang dan juga rangsangan kondisi sekitar atau karena pengalaman. Karena itu seorang pemimpin harus belajar dari pengalaman . B. Saran Makalahinibaikdigunakanbagikalanganmahasiswa atau calon pemimpin pendidikansebagaisumberpengetahuanmengenaikesetaraan dalamkepemimpinanpendidikan.
gender
DAFTAR PUSTAKA
Purwati, E danHanunAsrohah.(2005). Bias Gander DalamPendidikan Islam. Surabaya: Alpha. Roqib, M. (2003).PendidikanPerempuan. Yogyakarta: Gama Media.
Sumanto, D. (2004). Isu Gender dalamBahan Ajar. Jakarta: Akses
Internet.
Azra, A. (1998). Esei-eseiIntelektual MuslimdanPendidikanIslam.Jakarta: Logos WacanaIlmu.
E. Mulyasa. 2004. ManajemenBerbasisSekolah. Bandung: RemajaRosdakarya
Makalah:
IMPLEMENTASI STRATEGI DI DALAM ORGANISASI Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok Yang Diwajibkan Dalam Mengikuti Perkuliahan Manajemen Strategi Pendidikan OLEH Siti Hartini (0307162074) MPI-1/SEMESTER V (LIMA) Dosen pembimbing: Dr. Fridiyanto
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA 2018
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan makalah ini tepat pada waktunya. Serta shalawat dan salam kami sampaikan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia dari kegelapan dan kejahiliyahan kepada alam yang penuh dengan kebudayaan dan peradaban serta beraqidah tauhid kepada Allah SWT. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dan dalam penyusunannya kami mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Namun kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami membuka bagi para pembaca yang ingin memberi saran atau kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca.
Medan, 22 Oktober 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2 C. Tujuan Makalah ..................................................................................... 2
BAB II:
PEMBAHASAN A. pengertian implementasi strategi ........................................................... 3 B. problem dalam implementasi ................................................................. 5 C. pihak pengimplementasi ........................................................................ 6 D. implementasi Organisasi........................................................................ 6
BAB III:
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................ 9 B. Saran ...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manajemen startegik merupakan sebuah proses untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategic dalam mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Apabila perencanaan strategi telah dirumuskan sesuai dengan visi dan misi yang sesuai maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan perencanaan strategi tersebut. Namun sebelum mengimplementasikan strategi, sangat perlu adanya rancangan pelaksanaan, agar semua unsur strategic dapat bersinergi dan saling memotivasi satu sama lain. Sebenarnya tahap implementasi atau pelaksanaan merupakan kegiatan administrative khususnya koordinasi atas semua unsur strategi agar mengarah pada pencapaian tujuan. Sehingga dengan demikian tahap implementasi merupakan tahap penting
untuk
melihat
dan
mengevaluasi
apakah
sesuai
dengan
perencanaan dan target yang ada. Dengan implementasilah manajemen strategi mampu untuk dilaksanakan oleh pihak-pihak yang bersangkutan sebagaimana mestinya. Dari hal itulah, kami tertarik untuk membahas mengenai
implementasi
strategi
beserta
pihak-pihak
yang
mengimplementasikan serta proses implementasi dan penilaian kinerja organisasi baik devisi maupun organisasi fungsional.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menemukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan Implementasi Strategi? 2. Apa saja problem dalam Impelementasi Strategi? 3. Siapa saja pihak yang mengimplementasikan strategi? 4. Bagaimana cara mengimplementasikan strategi?
C. Tujuan Makalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis menetapkan tujuan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan implementasi strategi. 2. Untuk mengetahui problem apa saja yang ada dalam implementasi strategi. 3. Untuk mngetahui siapa saja yang mengimplementasikan strategi. 4. Untuk mnegetahui bagaimana cara mengimplementasikan strategi.
BAB II IMPLEMENTASI STRATEGI DI DALAM ORGANISASI
A. Pengertian Implementasi Strategi Pengertian yang cukup luas manajemen strategi menunjukkan bahwa manajemen merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak kearah yang sama.1 Komponen pertama adalah perencanaan strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan strategi organisasi. Sedangkan komponen kedua adalah pelaksanaan operasional dengan unsur-unsurnya adalah sasaran atau tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja eksternal dan internal, fungsi control dan evaluasi serta umpan balik. Model proses manajemen strategi:2 1. Tahap formulasi startegi, yaitu pembuatan pernyataan visi, misi, dan tujuan. 2. Tahap implementasi strategi, yaitu proses penterjemahan strategi ke dalam tindakan-tindakan. 3. Tahap evaluasi strategi, yaitu proses evaluasi apakah implementasi startegi dapat mencapai tujuan. Implementasi strategi adalah rangkaian aktivitas dan pekerjaan yang dibutuhkan untuk mengeksekusi perencanaan strategi, artinya apa yang kita rumuskan pada strategi dan kebijakan kita terapkan dalam berbagai program kerja, anggaran, dan prosedur-prosedur. Rumusan strategi yang baik, tidak ada artinya apabila tidak diterapkan dalam implementasi. Begitu pula implementasi tidak akan berkontribusi baik pada organisasi jika rumusan strateginya tidak baik. 1
Sule Erni Tusnawati & Saefullah Kurniawan. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media Group. 2008. Hal.55 2 Amir Taufiq. Manajemen Strategik “Konsep dan Aplikasi”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011. Hal.72.
Banyak perusahaan atau organisasi yang banyak mengahmburkan sumber dayanya (uang, waktu, tenaga) untuk mengembangkan rencana strategi yang ampuh. Namun kita harus ingat bahwa perubahan hanya akan terjadi melalui suatu action (implementasi), bukan sekedar perencanaan. Rumusan
strategi
yang
secara
teknis
kurang
sempurna
jika
diimplementasikan dengan baik, maka akan didapat hasil yang lebih baik dibandingkan dengan rumusan strategi yang sempurna namun hanya diatas kertas. Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam usaha pencapaian tujuan dalam manajemen strategi:3 1. Efektif dan Efesiensi Manajemen strategi disebut efektif jika hasil yang dicapai seperti
yang
diinginkan.
Karena
kebanyakan
situasi
yang
memerlukan analisa strategi tidak statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara penyebab dan hasilnya tidak tetap atau pasti. Sebaliknya taktik adalah tindakan nyata yang diambil oleh pelaku dan sepenuhnya berada dalam pengawasannya. 2. Keputusan Manajemen
strategi
tidak
berarti
apa-apa
tanpa
implementasi. Strategi tergantung pada kemungkinan dan taktik yang
potensial.
Keputuasan
strategi
harus
dapat
mencapai
tujuannya. 3. Pertumbuhan dan Struktur Organisasi Tahap implementasi strategi memerlukan pertimbangan dalam penyusunan struktur organisasi, karena keselarasan struktur dengan strategi merupakan satu hal yang penting untuk tercapainya implementasi strategi. Pertumbuhan organisasi terjadi kala skala organisasi berkembang. 4. Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
3
Nawawi Hadari. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Gadjah Mada Pers. 2005. Hal.60
Budaya organisasi sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisai, yang diterima sebagai nilai-nilai yang harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka berada dalam lingkungan organisasi tersebut, dan dapat dianggap sebagai ciri khas yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya. Dengan demikian manajemen strategi merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Yang digunakan sebagai instrumen untuk mengantisipasi perubahan lingkungan sekaligus sebagai kerangka kerja untuk menyelesaikan setiap masalah melalui pengambilan keputusan organisasi, maka penerapan manajemen stratejik dalam suatu organisasi atau organisasi diharapkan akan membawa manfaat. B. Berbagai Problem Dalam Implementasi Strategi Hunger berpendapat bahwa ada beberapa problem dalam implementasi strategi, yaitu:4 1. Implementasi berjalan lebih lambat dibanding dengan perencanaan awalnya. 2. Munculnya berbagai masalah yang tidak terduga. 3. Koordinasi dalam implementasi tersebut tidak efektif. 4. Kemampuan SDM yang terlibat dalam implementasi strategi yang kurang. 5. Kualitas kepemimpinan dan pengarahan kurang memadai. Proses pengimplementasian strategi pendidikan di pengaruhi oleh berbagai analisis yaitu analisis perubahan, analisis struktur, organisasi, analisis budaya organisasi dan analisis kepemimpinan. Keempat factor itu dapat menentukan kebahasilan atau kegagalan dari sebuah organisasi.
4
Muhammad Suwarsono. Manajemen Strategik: Konsep dan Kasus. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2001. Hal.85
C. Pihak yang Mengimplementasikan Strategi Tujuan dan strategi perusahaan atau organisasi akan mudah untuk diimplementasikan dengan baik, apabila tujuan dan strategi tersebut dituangkan kedalam rangkaian kedalam bentuk program yang terjadwal dengan jelas serta memperoleh alokasi sumber daya yang memadai yang telah dituangkan dalam bentuk anggaran yang akan membentuk setiap programnya. Program-program yang dibuat oleh organisasi selanjutnya didukung oleh prosedur yang menjelaskan secara rinci bagaimana suatu strategi harus dilakukan. Melalui prosedur tersebut, akan menjelaskan berbagai aktivitas yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu program. Kemudian organisasi
harus
mengembangkan
struktur
organisasi
yang
akan
memudahkan implementasi strategi yang telah dipilih suatu organisasi. Tentang siapa yang akan mengimplementasikan strategi yang sudah dirumuskan biasanya tergantung skala organisasi dan bagaimana struktur yang ada. Namun, secara umum implementasi sebagian besar dilakukan oleh para manajer dan supervisor.5 Dulu saat pengetahuan tidak semudah sekarang pemerolehannya, seakan-akan manajemen puncaklah yang paling tahu urusan strategi. Kini, walaupun mungkin dari segi banyaknya waktu, memang para manajer dan supervisor inilah yang menerjemahkan apa yang sudah ada pada rumusan strategi untuk diimplementasikan dilapangan.
D. Cara Mengimplementasikan Strategi Untuk megimplementasikan strategi, suatu organisasi memerlukan rumusan program, anggaran yang akan membiayai pelaksanaan program, dan prosedur untuk
memastikan program
berjalan seperti
diharapkan.6 1. Program 5
Sondang Siagian. Manajemen Strategik. Jakarta: Bumi Aksara. 2011. Hal.72 Murniati & Usman. Implementasi Manajemen Strategik Dalam Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung: Citapustaka Media Perintis. 2009. Hal.95 6
yang
Pertama program harus terkait dengan rumusan strategi yang sudah dibuat. Karena itu, di dalam dokumen program kerja dianjurkan menuliskan item programnya dengan kata kerja. Rumusan strategi pengimplementasiannya dengan “mengunjungi”. Karena “mengunjungi” merupakan rencana tindakan bagi si manajer. 2. Penganggaran Anggaran adalah sebuah program dalam bentuk uang dan sering sekali kali disebut juga sebagai darahnya program. Strategi tidak berjalan dengan baik karena anggaran yang ditetapkan tidak dapat direalisasikan. Untuk membuat strategi suatu organisasi efektif, maka ia harus ditopang oleh penganggaran yang baik pula. Karena strategi adalah keputusan strategic suatu organisasi tentang bagaimana cara kita mencapai apa yang menjadi sasaran. Dari sisi penganggaran, bagaimana keakuratan serta kecepatan memprediksi menjadi penting dalam hal ini. 3. Prosedur Dalam banyak kasus, pembuatan prosedur ini tidaklah selalu dibuat setelah program kerja dan anggaran diselesaikan, karena prosedur sebelumnya bisa saja sudah ada. Prosedur ini adalah urutan-urutan aktifitas yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan sebuah bagian pekerjaan dalam program. Dengan adanya prosedur, maka kita dapat menjamin sebuah pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, dan hasilnya sesuai dengan harapan. Pembuatan prosedur ini membutuhkan pemahaman yang baik atas proses kerja satu aktifitas atau kelompok aktifitas. Dengan inilah organisasi lebih menyukai mereka yang berpengalaman dalam satu bidang karena umumnya lebih bisa menggambarkan dengan baik bagaimana urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan. Kendala yang seirng terjadi dalam penerapan prosedur adalah prosedur hanya muncul diatas kertas saja tanpa komitmen menjalankannya dengan baik. Untuk ini manajemen harus
menjalankan proses audit yang mencoba melihat sejauh mana karyawan du satu bagian menjalankan prosedur yang sudah ada. Audit ini penting bukan saja untuk memastikan apa yang sudah dituliskan dalam prosedur dan dilaksanakan, tetapi juga bisa menjadi bagian dari evaluasi, apakah sebuah prosedur sudah optimal mengarahkan pekerjaan tertentu. Manajemen strategi di dalam sebuah lembaga pendidikan memungkinkan suatu organisasi penyelenggara pendidikan untuk lebih proaktif dari pada reaktif dalam membentuk masa depan lembaga pendidikan. Penerapan konsep berfikir dan bertindak strategis di dalam lembaga pendidikan diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi berbagai tuntutan atau aktivitas lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras merencanakan kegiatan-kegiatan strategis,
mengimplementasikan
dan
mengendalikan
segenap
operasional lembaga untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Penerapan konsep manajemen strategi di lingkungan organisasi non profit seperti lembaga pendidikan dapat digolongkan ke dalam tiga tingkatan, yakni:7 1. Strategi korporasi atau level organisasi Depdiknas 2. Strategi bisnis atau level direktorat terkait di lingkungan Depdiknas 3. Strategi fungsional di jajaran bidang seksi-seksi sekolah
7
Nur Kholis, Ed Admin. Manajemen Strategi Pendidikan. Surabaya: Uin Sa Press. 2014. Hal 105
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi strategi pendidikan adalah suatu penerapan dari langkah-langkah yang telah dirancang di dalam sebuah lembaga pendidikan yang diharapkan dapat mencapai tujuan dari rancangan yang telah di rencanakan sebelumnya. Adapun cara-cara pengimplementasiannya dengan cara menggunakan prosedur yang sesuai, program yang telah dirancang dan anggaran yang tersedia. B. Saran Disarankan pada pembaca untuk memahami secara konsep mengenai cara yang dilakukan dalam mengimplementasikan strategi pendidikan. Sehingga dapat dijadikan wawasan kita saat kita berada di dalam penugasan salah satu lingkungan pendidikan..
DAFTAR PUSTAKA
Hadari Nawawi. 2005. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Gadjah Mada Pers. Kholis Nur, Ed Admin. 2014. Manajemen Strategi Pendidikan. Surabaya: Uin Sa Press. Suwarsono Muhammad. 2001. Manajemen Strategik: Konsep dan Kasus. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Siagian Sondang. 2011. Manajemen Strategik. Jakarta: Bumi Aksara. Taufiq Amir. 2011. Manajemen Strategik “Konsep dan Aplikasi”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sule Erni Tusnawati & Saefullah Kurniawan. 2008. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media Group. Usman & Murniati. 2009. Implementasi Manajemen Strategik Dalam Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
TUGAS UAS:
MANAJEMEN STRATEGI DALAM TIJAUAN ISLAM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto, M.Pd.
Disusun Oleh: NASRUL HAFIZ HASIBUAN (0307162075) Semester V (lima)
A.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah dengan judul “MANAJEMEN STRATEGIK DALAM TINJAUAN ISLAM” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Manajemen Strategik Pendidikan. Dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa, kata, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran dari para pembaca sebagai acuan kepada saya untuk lebih baik kedepannya. Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca, terutama bagi diri saya sendiri.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. .................................................................................................
i
DAFTAR ISI... ...............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1
A. Latar belakang ....................................................................................................
1
B. Rumusan masalah...............................................................................................
1
C. Tujuan ................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................
3
A. Definisi Manajemen Strategi Dalam Tinjauan Islam .........................................
3
B. pentingnya manajemen strategik ........................................................................
7
C. Prinsip-Prinsip Manajemen Strategi ..................................................................
10
D. Proses manajemen strategik ...............................................................................
12
E. Jenis-jenis manajemen strategik........................................................................
14
F. Peran Manajemen Strategik ...............................................................................
17
G. Perbedaan Manajemen Strategi Barat Dengan Manajemen Strategi Dalam Tinjauan Islam....................................................................................................
20
H. Mamfaat Dan Resiko Manajemen Strategik ......................................................
21
BAB III PENUTUP ......................................................................................................
24
A. Kesimpulan ........................................................................................................
24
B. Saran...................................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................
26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Islam, istilah berbisnis sudah tidak asing lagi melainkan sudah sangat populer. Berbisnis dalam Islam adalah transaksi akad jual beli yang memperoleh keuntungan. Inti dari berbisnis adalah pertama, adanya akad jual beli, kedua adalah adanya penjual dan pembeli dan yang ketiga adalah adanya keuntungan yang didapat. Islam merupakan agama yang komperehensif, mencakup semua aspek kehidupan baik didunia maupun di akhirat. Dalam kehidupan dunia, Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia untuk menjadi khalifah. Tentun ya, bagaimana manusia dapat mengelola dunia dengan baik sehingga timbul kemanfaatan dan kebagiaan.salah satu cvara bagaimana manusia dapat mengelola dan mengurus dunia adalah dengan berbisnis. Berbisnis dalam Islam juga memiliki strategi yang handal jika diterapkan dalam kehidupan. Dalam Islam, berbisnis merupakan format penerapan mencari rizki dengan baik karena Allah SWT dalam Al-Qur‟an telah menyuruh manusia untuk berusaha mencari rizki yang halal dan baik. Dalam realitanya sekarang ini, banyak orang yang melakukan bisnis tetapi jauh dari koridor Islam. Produk yang dihasilkan terkadang tidak sesuai dengan syara‟. Pelayanan tidak memadai bahkan saling menjatuhkan antar para kompetitor. Hal inilah yang menjadi problem berbisis dalam Islam. Disamping itu, banyak orang yang masih belum mengetahui tentang berbisnis secara detail. Oleh karena itu, strategi berbisnis dalam Islam sangatlah penting dan dibutuhkan bagi seluruh manusia terutama umat Islam. B. Rumusan Masalah a. Apa pengertian Manajemen strategi ? b. Bagaimana Manajemen strategi dalam tinjauan Islam ? c. Bagaimana Pentingnya strategi Manajemen? d. Apa saja prinsip-prinsip manajemen strategi ? e. Bagaimana Proses Manajemen Strategik ? f. Bagaimana Peran Manajemen Strategi ?
g. Apa Perbedaan Manajemen Strategi Barat Dengan Manajemen Strategi Dalam Tinjauan Islam? h. Apa saja manfaat dan resiko manajemen strategi? C. Tujuan Masalah a. Mengetahui apa pengertian Manajemen strategi. b.
Mengetahui Bagaimana Manajemen strategi dalam tinjauan Islam ?
c.
Mengetahui Bagaimana Pentingnya strategi Manajemen?
d.
Mengetahui Apa saja prinsip-prinsip manajemen strategi ?
e. Mengetahui Bagaimana Proses Manajemen Strategik ? f. Mengetahui Bagaimana Peran Manajemen Strategi ? g. Mengetahui Apa Perbedaan Manajemen Strategi Barat Dengan Manajemen Strategi Dalam Tinjauan Islam? h. Mengetahui Apa saja manfaat dan resiko manajemen strategi?
BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI MANAJEMEN STRATEGI DALAM TINJAUAN ISLAM 1. DEFINISI MANAJEMEN Istilah manajemen berasal dari kata management (bahasa Inggris), turunan dari kata “ to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana atau ketata laksanaan. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara manajer (orangnya) mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi pembantunya agar usaha yang sedang digarap dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian Manajemen menurut beberapa ahli yaitu :1 1) Menurut James A.F Stoner, Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. 2) Menurut Mary Parker Follet, Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus. 3) Menurut Drs. Oey Liang Lee, Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan
pengorganisasian,penyusunan,pengarahan
dan
pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4) Menurut R. Terry, Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
1
David, Fred R. 2002. Manajemen Strategis: Konsep. Edisi Ketujuh. Jakarta: PT. Prenhallindo, Hlm 89
5) Menurut Lawrence A. Appley, Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain. 6) Menurut Horold Koontz dan Cyril O‟donnel, Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dari beberapa definisi tersebut bisa dipetakan kepada tiga hal, yaitu; Pertama, manajemen sebagai ilmu pengetahuan bahwa manajemen memerlukan ilmu pengetahuan. Kedua, manajemen sebagai seni dimana manajer harus memiliki seni atau keterampilan memanej. Ketiga, manajemen sebagai profesi, bahwa manajer yang profesiaonal yang bisa memanej secara efektif dan efesien. Dalam konteks Islam manajemen disebut juga dengan ( ةرادإ- ةس اي س – )ري بد تyang bersal dari lafadz ()ساس – رادأ – ر بد. Menurut S. Mahmud Al-Hawary “Manajemen (Al-Idarah) adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan, dan bagaimana mengemudikan kapal anda serta anggota dengan
sebaik-baiknya
tanpa
pemborosan
waktu
dalam
proses
mengerjakannya”. Dari ta‟rif di atas memberi gambaran bahwa manajemen merupakan kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara maksimal dengan bekerja sama sesuai jobnya masing-masing. Maka kebersamaan dan tujuan akhirlah yang menjadi fokus utama. 2. DEFINISI STRATEGI Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakantindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah “kemenangan”. Asal kata “strategi” adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, “strategos” yang berasal dari „stratos‟yang berarti militer dan „ag‟ yang berarti memimpin.2
2
Husni Mubarok, Manajemen Strategi, Kudus, Dipa STAIN Kudus, 2009, hlm 10
Pengertian strategi menurut Glueck dan Jauch adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.3 Secara umum pengertian Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Secara
khusus
bersifat incremental
Strategi
merupakan
tindakan
yang
(senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan. Berkenaan dengan hal itu, Islam telah menggariskan bahwa hakikat amal perbuatan haruslah berorientasi bagi pencapaian ridha Allah SWT. Hal ini seperti yang dikatakan Allah dalam Qur‟an surat Al Mulk ayat 2 sampai 3 yang mensyaratkan dipenuhinya dua syarat sekaligus, yaitu niat yang ikhlas dan cara yang harus sesuai dengan hukum syariat Islam. Bila perbuatan manusia memenuhi dua syarat itu sekaligus, maka amal itu tergolong ahsan (ahsanul amal), yakni amal terbaik di sisi Allah SWT.4 Sebagai sebuah proses Islami, maka manajemen strategis bagi suatu organisasi akan dikendalikan oleh nilai-nilai transendental (aturan halal-haram), dari cara pengambilan keputusannya hingga pelaksanaannya sama sekali berbeda dengan aplikasi manajemen strategis konvensional 3
Dirgantoro, (2001). Manajemen Stratejik : konsep, kasus dan implementasi. Grasindo, Jakarta, Hlm 23 4 Muhammad Ismail Yusmanto, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, Khairul Bayan, Jakarta, 2003, hlm. 2
yang non Islami. Berbeda bengan landasan sekularisme yang bersendikan pada nilai-nilai material, aplikasi manajemen strategis non Islami tidak memperhatikan aturan halal-haram dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan segala usaha yang dilakukan dalam meraih tujuan-tujuan organisasi. 3. DEFINISI MANAJEMEN STRATEGIK Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan. Pengertian Manajemen Strategik menurut beberapa ahli yaitu : 5 a. Menurut Pearch dan Robinson (1997) dikatakan bahwa manajemen strategik adalah kumpulan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana
yang
dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. b. Menurut Nawawi adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organsasi. Dari pengertian-pengertian yang cukup luas tersebut menunjukkan bahwa manajemen strategik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan
5
Hitt, Michael A and Ireland , R. Duane dan Hoskisson, Robert E. (2001). Managemen
Strategis Daya saing dan Globalisasi. Buku 1. Salemba Empat, Jakarta, hlm78
saling mempengaruhi dan bergerak secara serentak (bersama-sama) kearah yang sama pula. Manajemen strategi dalam perspektif Islami, dijelaskan Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda : “Sesungguh Allah sangat mencintati orang yg jika melakukan sesuatu pekerjaan dilakukan secara Itqan (tepat terarah jelas dan tuntas)”. (HR Thabrani), Berdasarkan perkataan Rasulullah SAW. Tersebut dapat di telaah bahwa Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai rangkaian proses aktivitas manajemen Islami yang mencakup
tahapan formulasi,
implementasi dan evaluasi keputusan-keputusan strategis organisasi yang memungkinkan pencapaian tujuannya tepat terarah jelas dan tuntas
di
masa datang. B. PENTINGNYA STRATEGI MANAJEMEN Pentingnya strategi manajemen dalam sebuah perusahan adalah untuk membedakan seberapa baik kinerja suatu organisasi, karena sebuah organisasi yang menggunakan manajemen strategi mempunyai tingkat kinerja yang lebih tinggi. Mengharuskan manajer memeriksa dan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan bisnis. Manajer disemua jenis dan ukuran organisasi atau perusahaan menghadapi situasi yang berubah.6 Terlebih sekarang lingkungan bisnis berada di era globalisasi, dimana kebutuhan konsumen sulit untuk diprediksi. Sehingga manajer dituntut untuk memeriksa atau mengevaluasi factor – fakor yang relevan dan memutuskan tindakan apa yang harus diambil. Mengkoordinasikan unit organisasi yang beragam, membantu mereka fokus pada tujuan utama organisasi.. Sangat terlibat dalam proses pengambilan keputusan manajerial. Karena disetiap permasalahan yang timbul di sebuah lingkungan bisnis 6
45
Hunger, David; Wheelen, Thomas. (2001). Manajemen Strategis. Andi, Yogyakarta, hlm
memerlukan sebuah strategi agar mampu menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik. Terlebih sekarang berada di era globalisasi, dimana persaingan dalam hal bisnis terlalu ketat. Sehingga memerlukan strategi yang tepat pula. Manajer memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kepuasan dan komitmen karyawan. Para manajer dituntut untuk bisa membantu karyawan memahami strategi organisasi secara keseluruhan dan bagaimana pekerjaan mereka mempengaruhi keberhasilan perusahaan. Para manajer juga harus memastikan pimpinan senior mengambil tindakan yang perlu berdasarkan umpan balik dari karyawan untuk memastikan perusahaan tetap kompetitif. Adapun keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer, yakni : 1. Ketrampilan konseptual (conceptional skill) Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga merupakan keterampilan untuk membuat rencana kerja. 2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill) Manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3. Keterampilan teknis (technical skill) Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain. Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu: 7 a. Keterampilan manajemen waktu. Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. b. Keterampilan mendefinisikan
membuat masalah
keputusan. dan
Merupakan
menentukan
kemampuan
cara
terbaik
untuk dalam
memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan Hardskill adalah mempunyai kemampuan dalam menganalisis dan menggunakan berbagai alat yang ada, seperti komputer. Sedangkan
7
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Kontrol. Jilid 1. Jakarta: PT, Hlm 90
kemampuan Softskill adalah mempunyai kemampuan dalam suatu organisasi dalam memanage para karyawan. C. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN STRATEGI David (1997) menyebutkan bahwa : Strategik Manajement can be defined as the art and evaluation cross functional decisien that enable organization to achieve its objectives. As this definition implies strategik management focuses on integrating management, marketing, finance/ accounting, productions/operation-research and development, computer information system to achieve organizational objectives. Definisi tersebut memperlihatkan bahwa aspek penting manajemen strategik adalah Perumusan Strategi (Strategy Formulation),
Implementasi Strategi
(Strategy Implementation), dan Evaluasi Strategi (Strategy Evaluation). Prinsip manajemen strategik adalah adanya strategy formulating yang mencerminkan keinginan dan tujuan organisasi yang sesungguhnya; adanya strategi implementasi yang menggambarkan cara mencapai tujuan (secara teknisstrategi implementasi mencarminkan kemampuan organisasi dan alokasinya termasuk dalam hal ini adalah alokasi keuangan (dengan anggaran berbasis kinerja); serta strategi evaluasi yang mampu mengukur, mengevaluasi dan memberikan umpan balik kinerja organisasi. Bozemen
dan
Straussman
(dalam
mengemukakan empat prinsip penerapam
Hughes,
1998:159-160)
manajemen strategik pada
sektor publik yaitu : a. Perhatian pada jangka panjang. b. Pengintegrasian tujuan dan sasaran dalam hierarki yang jelas. c. Kesadaran bahwa manajemen strategik dan perencanaan strategik membutuhkan
kedisiplinan
dan
komitmen
untuk
dapat
dilaksanakan dan tidak self-implementing. d. Perspektif eksternal tidak diartikan sebagai adaptasi total terhadap lingkungan lingkungan.
tapi
merupakan
antisipasi
terhadap
perubahan
Dalam menyusun strategi jika dilihat dari perspektif Islam menekankan pada wilayah halal dan haram. Hal tersebut dapat dilihat pada prinsip-prinsip Islam mengenai halal dan haram, prinsip-prinsip tersebut diantaranya yaitu:8 1) Segala sesuatu pada dasarnya boleh. 2) Untuk mebuat absah dan untuk melarang adalah hak Allah semata. 3) Melarang yang halal dan membolehkan yang haram sama dengan shirik. 4) Larangan atas segala sesuatu didasarkan atas sifat najis dan melukai. 5) Apa yang halal adalah yang diperbolehkan, dan yang haram adalah yang dilarang. 6) Apa yang mendorong pada yang haram adalah juga haram. 7) Menganggap yang haram sebagai halal adalah dilarang. 8) Niat yang baik tidak membuat yang haram bisa diterima. 9) Hal-hal yang meragukan sebaiknya dihindari. 10) Yang haram terlarang bagi siapapun. 11) Keharusan menentukan adanya pengecualian. Hal tersebut selaras dengan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim yang menekankan bahwa tolak ukur
strategi adalah hukum syara‟ tentang halal haram, hadist tersebut yang artinya : “Tinggalkan olehmu sekalian apa saja yang telah ku tinggalkan. Sesungguhnya yang menyebabkan kebinasaan umat-umat sebelum adalah banyaknya pertanyaan mereka dan mereka bertindak tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh nabi-nabi mereka. Oleh karena itu, bila aku melarang sesuatu kepada kamu sekalian maka jauhilah, dan bila aku memerintahkan sesuatu maka kerjakanlah sekuat tenaga.” Begitu pula dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT pada Qur‟an surat Al-Hasyr ayat 7 yang Artinya : 8
Muhammad, Etika Bisnis Islam, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta, hlm. 27
“.. Apa saja yang dibawa/diperintahkan oleh Rasul (berupa hukum) kepadamu maka terimalah dia. Dan apa saja yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah..,” (Q.S Al-Hasyr : 7). Jadi, Islam telah menetapkan bagi manusia suatu tolok ukur untuk menilai segala sesuatu, sehingga dapat diketahui mana perbuatan yang terpuji (baik) yang harus segera dilaksanakan dan mana perbuatan tercela (buruk) yang harus segera ditinggalkan. Tolok ukur ini, adalah hukum syara‟ yakni aturan-aturan Allah SWT. Yang dibawa oleh Rasul. Bukan akal dan nafsu manusia. Sehingga apabila syara‟ menilai perbuatan tersebut terpuji (baik), maka itulah terpuji (baik), sedangkan apabila syara‟ menilai suatu perbuatan tercela (buruk) maka itulah tercela (buruk). Tolak ukur ini bersifat abadi dan tidak berubah selama-lamanya. Karena itu perbuatan yang terpuji (baik) menurut syara‟ seperti shalat, berakhlak mulia, menepati janji, berbuat baik kepada orang tua, melaksanakan jual beli dengan jalan yang halal, dan lain-lain tidak akan berubah menjadi perbuatan yang tercela (buruk). Hal tersebut dapat digunakan dalam menyusun strategi yang bertujuan untuk menggapai visi, misi dan tujuan organisasi harus melihat prinsip-prinsip halal haram tersebut agar tujuan organisasi tidak hanya demi menggapai orientasi materi tetapi juga demi menggapai ridho Allah pada setiap prosesnya.
D. PROSES MANAJEMEN STRATEGI Proses enam langkah yang meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi strategis. 1) Langkah pertama mengidentifikasi misi, tujuan, dan strategi organisasi saat ini. Penting bagi seorang manajer mengetahui apa misi dari perusahaan nya, karena misi merupakan pernyataan tentang tujuan organisasi. Jika seorang manajer tidak mengetahui apa tujuan dari perusahaanya, tentu manajer tersebut akan melakukan hal dengan sekehendak hatinya.
2) Kemudian melakukan analisis eksternal. Seorang manajer harus mampu menganalisis lingkungan disekitarnya. Sehingga manajer tersebut mampu menentukan peluang yang dapat diambil dan ancaman apa yang harus diatasi yang disebabkan oleh lingkungan disekitar perusahaanya. Selanjutnya yaitu melakukan analisis internal. Seorang
manajer
harus
mengetahui
sumber
daya
perusahaan yang meliputi asset, keuangan, fisik, manusia dan tak berwujud yang digunakan untuk mengembangkan, membuat, dan mengantarkan produk sampai kepada pelanggannya. 3) Selain itu, manajer juga harus mengetahui kapabilitas dari perusahaannya tersebut. Kapabilitas adalah ketrampilan dan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas kerja yang diperlukan dalam bisnisnya. Setelah melakukan analisis inernal, manajer harus mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari perusahaanya tersebut. Setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan dari perusahaannya, manajer diharapkan mampu memanfaatkan kekuatan perusahaannya, dan mampu menutupi kelemahan dari perusahaannya tersebut. 4) Langkah berikutnya yaitu memformulasikan strategi. Dalam memformulasikan startegi, manajer harus mempertimbangkan realitas lingkungan eksternal dan sumber daya dan kapabilitas yang dimilikinya untuk merancang strategi untuk membantu mencapai tujuannya. Ada tiga jenis utama strategi yang diformulasikan manajer : korporasi, bisnis, dan fungsional. 5) Langkah
selanjutnya
setelah
diformulasikan
adlah
mengimplementasikan strategi. Kinerja akan tetap saja buruk jika strategi tidak diimplementasikan dengan benar, meskipun sebuah organisasi telah merencanakan strateginya. 6) Langkah terakhir dalam proses manajemen strategik adalah mengevaluasi hasil. Dengan cara menilai hasil kerja organisasi yang sebelumnya dan menentukan bahwa memang diperlukan perubahan, Ursula Burns, CEO Xerox, membuat penyesuain
strategis
untuk
memperoleh
kembali
pangsa
pasar
dan
meingkatkan hasil akhir penyesuaiannya. Perusahaan memangkas pekerjaan, menjual asset, dan mereorganisasi manajemen.9 E. JENIS – JENIS MANAJEMEN STRATEGIK 1. Strategi Korporat Strategi korporat adalah strategi organisasi yang menspesifikasi bisnis apa yang digeluti atau yang ingin digeluti atau yang ingin dilakukan perusahaan dengan bisnis ini. Srategi korporat memiliki tiga jenis utama yang pertama yaitu pertumbuhan, strategi koorperasi yang digunakan ketika sebuah organisasi ingin mengembangkan jumlah pasar yang dilayani atau produk yang ditawarkan, baik dengan bisnis yang sudah ada saat ini maupun melalui bisnis baru.10 Sebuah perusahan juga mungkin memilih tumbuh dengan menggunakan integrasi vertical, baik backward, forward, maupun keduanya. Dalam intregrasai vertical backward, sebuah organisasi akan menjadi pemasok bagi dirinya sendiri sehingga dapat mengendalikan inputnya. Dan dalam intregasi ini sebuah organisai menjadi distributor bagi diriya sendiri sehingga mampu mengendalikan outputnya. Dalam intregasi horizontal, sebuah perusahaan tumbuh melalui penggabungan dengan pesaing. Intregasi horizontal telah digunakan oleh sejumlah industry selama beberapa tahun terakhir ini, seperti layanan keuangan, produk konsumen, perusahaan penerbangan, department store, dan piranti lunak. Terakhir, sebuah organisasi dapat tumbuh melalui diversifikasi, baik yang berhubungan maupun tidak berhubungan, dengan diversifikasi yang berhubungan, sebuah perusahaan bergabung dengan perusahaan lain dengan industry yang berbeda tetapi berhubungan.
9
Prenhallindo. Mangkuprawira, Sjafri. (2001). Manajemen SDM strategik. Ghalia Indonesia , Jakarta, hal. 103 10
Pearce, John A. Dan Richard B. Robinson. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara, hal. 203
Jenis yang kedua adalah stabilitas adalah strategi korporat yang di mana organisasi tetap melakukan apa yang sedang dilakukan saat ini. Dengan jenis strategi ini, organisasi tidak bertumbuh, tetapi juga tidak tertinggal di belakang. Jenis
yang
ketiga
adalah
pembaharuan.
Manajer
harus
mengembangkan strategi yang disebut strategi pembaharuan, strategi ini dipakai perusahaan untuk mengatasi menurunnya kinerja. Dalam strategi pembaharuan ini dibagi menjadi 2 yaitu strategi pengurangan biaya dan strategi pemutarbalikan. Strategi korporat dapat dikelola dengan menggunakan matriks BCG. Matriks BCG adalah alat analisis bisnis yang digunakan untuk membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan perencanaan strategis jangka panjang dan meninjau portofolio produk perusahaan tersebut agar dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi, mengembangkan atau menghentikan produknya. Matrik BCG ini juga membantu perusahaan dalam menentukan pengalokasian sumber daya dan sebagai alat analisis dalama pemasaran merek, manajemen produk, manajemen strategis dan analisis portofolio. Sebuah perusahaan dievaluasi dengan menggunakan analisis SWOT. 2. Strategi Kompetitif Strategi kompetitif adalah strategi organisasi tentang bagaimana organisasi akan bersaing dalam bisnisnya. Bagi organisasi kecil yang belum pernah berkecimpung di dalam satu lini bisnis ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana oranisasi tersebut akan bersaing di pasar primer atau utamanya.11 Sedangkan, untuk organisasi yang pernah berkecimpung di lini bisnis, ini digunakan untuk mendefinisikan keunggulan keunggulan 11
Rangkuti, Freddy. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan
Kesembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm 23.
kompetitifnya, produk atau jasa yang ditawarkan, pelanggan yang ingin dijangkaunya , dan semacamnya. Apabila organisasi bergerak dalam beberapa bisnis yang berbeda, bisnis tunggal yang bersifat independen dan memformulasikan strategi kompetitifnya sendiri atau sering disebut dengan unit bisnis strategis (strategic business units-SBU) Keunggulan
strategi
kompetitif
adalah
yang
membedakan
keunggulan adalah keunggulan dalah hal keunikannya. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh organisasi lain atau melakukan lebih baik dari organisasi lain. Keunggulan kompetitif juga dapat berasal dari sumber daya perusahaan. Faktor
–
faktor
yang
digunakan
dalam
keunggulan
kompetitif,diantaranya adalah kualitas sebagai keunggulan kompetitif misalanya pak Budi memulai bisnis bakso pada tahun 2010, dengan tujuan memberikan produk yang bermutu dan enak untuk disantap para pelanggan. Pak Budi terus mempertahankan kualitas baksonya tahun demi tahun. Selanjutnya
adalah
pemikiran
desain
sebagai
keunggulan
kompetitif. Penggunaan pemikiran desain berarti berfikir dengan cara yang tidak biasa mengenai apa itu bisnis dan bagaimana bisnis melakukan bisnisnya. Selain itu, media social juga sangat berperan penting dalam keunggulan kompetitif. Dengan memanfaatkan media social para manajer bisa membantu dalam memasarkan produknya. Dari berbagai factor – factor tersebut tidak cukup hanya sekedar diciptakan, tetapi harus dipertahankan yaitu seorang manajer harus mampu mempertahankan keunggulan tersebut meskipun ada tindakan pesaing atau perubahan evalutioner dalam industry yang digelutinya. Berikut adalah trik bagaimana manajer dapa menciptakan keunggulan kompetitif yang tahan lama, bagian penting dari pelaksanaan
hal tersebut adalah analisis industry yang dilakukan dengan menggunakan model 5 kekuatan yaitu :12 a. Ancaman pendatang baru. b. Ancaman produk pengganti. c. Daya tawar pembeli. d. Daya tawar pemasok. e. Persaingan saat ini 3. Strategi Fungsional Strategi Fungsional adalah strategi yang digunakan oleh berbagai department fungsional organisasi untuk mendukung strtegi kompetitif. F. PERAN MANAJEMEN STRATEGI Untuk meraih segala cita-cita atau tujuan yang diinginkan oleh suatu organisasi atau perusahaan maka penerapan manajemen stratejik justru sangat dibutuhkan guna apa yang diinginkan bersama dapat kit capai dengan
sebaik
mungkin.
Peran
manajemen
stratejik
ketika
diimplementasikan dalam suatu organisasi maka setiap unit atau bagian yang ada dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin.Apalagi melihat perkembangan zaman sekarang ini, dimana setiap organisasi perusahaan telah melakukan ekspansi pasar guna mendapatkan keuntunga yang banyak. Semuanya itu perlu langkah strategis dan taktik yang tepat sehingga proses atau langkah yang diambil oleh pimpinan dapat dijalankan seefektif dan seefisen mungkin. Persaingan yang memunculkan daya saing erat kaitannya dengan pemahaman mekanisme pasar (standar dan benchmarking), kecepatan dan ketepatan penyampaian
produk
(barang dan
jasa)
yang mampu
menciptakan nilai tambah.Oleh karena itu, peningkatan daya saing organisasi bersifat unik, tetapi pada intinya dipengaruhi oleh aspek 12
Sondang Siagian . (2004). Manajemen Strategik. Bumi Aksara, Jakarta, hlm 56
kreativitas,
kapasitas,
teknologi
yang diguna-kan
dan
jangkauan
pemasaran yang dicapai.Hal tersebut diwujudkan dari tampilan produk, produktivitas yang ting-gi dan pelayanan yang baik. Esensi Manajemen Strategik dalam pengembangan daya saing organisasi, baik bersifat nirlaba maupun ber-orientasi laba dapat dijabarkan atas hal pokok berikut :13 1. Pertumbuhan dan Keberlanjutan Hal ini dicirikan oleh adanya kegiatan lebih besar dari organisasi yang nantinya berdampak pada peningkatan kesejahteraan SDM. Pencapaian kondisi tersebut di-dapatkan dari kerjasama antar individu yang mampu mewujudkan sinergi perkembangan organisasi sesuai siklus organisasi (pengenalan, pertumbuhan, kedewa-saa dan pembaharuan dengan kondisi penurunan, tetap dan naik kembali) ditinjau dari faktor internal maupun eksternal yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan, baik fundamental, incremental dan radikal dari nilai-nilai keinginan konsumen, serta persaingan yang ketat dalam kondisi yang mengandung ketidak-pastian dan penuh risiko. 2. Berpikir Strategik Hal ini dicirikan oleh pemahaman tentang pentingnya faktor waktu (lalu, kini dan esok), proses kontinu (siklus) dan iteratif (sekuens pembelajaran) dalam mengidentifikasi kegiatan yang menjanjikan ke depan yang berbasis pada pemetaan kemampuan (superior-tas) yang dimiliki (sumber daya seperti SDA, SDM dan SDB) dengan secara komprehensif
memperhati-kan
faktor-faktor
makro
seperti
politik,
ekonomi, teknologi dan sosial budaya, disamping upaya pem-belajaran organisasi dalam menuju daya saing secara parsial ataupun utuh. Realisasi berpikir strategik dapat ditunjukkan oleh konsep masukan, proses dan 13
Husein Umar . (2005). Strategi Manajemen in action. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, hlm 90
luaran dalam mengelola perubahan menurut peluang maupun ancaman yang ditemui sesuai dengan fase-fase berikut : pembentukan kelompok kerja, inventarisasi kegiatan, keterlibatan unit kerja dan status kegiatan. Hal tersebut dalam praktiknya didukung oleh konsep-konsep stra-tegi, baik yang klasik (siklus hidup produk dan SWOT), modern (BCG/Shell, A.D. Little, McKinsey, PIMS, SRI dan Porter) dan alternatif (PRECOM) yang dalam implementasinya sangat ditentukan oleh besar-an dimensinya (2-5) atau tema tertentunya. 3. Manajemen Strategik Manajemen Strategik dalam implementasinya ditentukan oleh tahapan identifikasi lingkungan (internal dan eksternal), perumusan strategi, implementasi strategi, pemantauan dan evaluasi strategi. Hal tersebut disusun dari sistem lingkungan yang terdiri dari analisis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan : sumber daya, kapabilitas dan kompetensi inti) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang dikenal sebagai SWOT ataupun pendekatan peran (policy, strategik dan fungsi) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi, baik secara luas maupun spesifik, seperti masuknya pendatang baru (skala ekonomi, diferensiasi produk, persyaratan modal, biaya peralih-an pemasok, akses ke saluran distribusi, kebijakan pemerintah dan lainnya; a. Ancaman produk peng-ganti (biaya/harga). b. Kekuatan
tawar
menawar
pembeli
(kuantitas,
mutu
dan
ketersediaan). c. kekuatan tawar menawar pemasok (dominasi, integrasi dan keunikan). Dalam proses manajemen strategik pernyataan
diperlukan pernyataan-
yang terkait dengan penetapan visi (jati diri), misi
(justifikasi/pembeda) dan tujuan (target/standar) sebagai jawaban terhadap pencanangan strategi yang telah disusun menurut tingkatannya (korporat, bisnis dan fungsional) yang didasarkan pada muatan, konsis-tensi dan keterpaduannya dari suatu kerangka kerja proses pengambilan keputusan
organisasi untuk jang-ka panjang. Dalam hal ini, struktur organisasi dengan berbagai bentuknya (sederhana, fungsional, divisional, matriks, unit bisnis strategik berperan pen-ting dalam pencapaian tujuan dari kebijakan yang dibuat. G. PERBEDAAN
MANAJEMEN
STRATEGI
BARAT
DENGAN
MANAJEMEN STRATEGI DALAM TINJAUAN ISLAM. Aplikasi manajemen strategis Islami yang dikendalikan oleh nilainilai syari‟ah sama sekali berbeda dengan aplikasi manajemen strategis konvensional yang non Islami, Perbedaan itu ialah pada cara pengambilan keputusannya,
hingga
pelaksanaannya
(strategi-strategi
fungsional).
Dengan berlandaskan sekulerisme yang bersendikan pada nilai-nilai material, aplikasi strategis non Islami tidak memperhatikan aturan halalharam dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan segala usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dari asas sekularismen inilah, seluruh bangunan bisnis, kegiatan dan pemanfaatan sumberdaya organisasi diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi dan menafikan nilai ruhiyah serta keterikatan SDM organisasi pada aturan yang lahir dari nilai-pnilai Islami. Kalaupun ada aturan, tetapi semata-mata bersifat etik yang tidak ada hubungannya dengan konsekunesi pahala dan dosa. Berikut ini akan dikemukakan perbedaan bisnis Islami dan non Islami (konvensional). Manajemen strategis perspektif syari‟ah memiliki 14 karakter khas yang membedakannya dengan manajemen strategis konvensional, yaitu : 1. Asas, 2. motivasi, 3 orientasi, 4. stratregi induk, 5. strategi fungsional operasi, 6stratregi fungsional keuangan, 7 strategi fungsional pemasaran. 8 strategi fungsional SDM dan 9. sumberdaya. 10. Manajemen Strategis, 11. Manajemen operasi, 12. manajemen keuangan, 13. Manajemen Pemasaran, dan 14. Manajemen SDM. Implementasi manajemen stratregis dengan kendali syari‟ah akan membawa organisasi bisnis berorientasi pada pencapai empat hal utama, yakni :
1. Target hasil : profit materi dan benefit non-materi 2. Pertumbuhan : artinya terus meningkat. 3. Keberlangsungan, dalam kurun waktu selam mungkin. 4. Keberkahan atau keridhaan Allah. Dari keempat hal tersebut, hal yang membedakan orientasi manajemen strategis persepektif syari‟ah dengan konvensional adalah pada orientasi pertama, target hasil dan orientasi ke empat, keberkahan dan keridhaan Allah. Hal ini menjadikan orientasi stratregis perusahaan melulu mengejar keuntungan duniawi saja, dan mengabaikan aspek keridhaan Allah Swt.
H. MANFAAT DAN RESIKO MANAJEMEN STRATEGI 1. Mamfaat Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja (frame work) untuk menyelesaikan setiap masalah strategis di dalam organisasi terutama berkaitan dengan persaingan, maka peran manajer diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir secara strategik. Pemecahan
masalah
dengan
menghasilkan
dan
Mempertimbangkan lebih banyak alternatif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil yang menguntungkan.. Ada bebarapa manfaat yang diperoleh organisasi jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu: 1) Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju. 2) Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi. 3) Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif 4) Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko. 5) Aktifitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan untuk mencegah munculnya masalah di masa datang.
6) Keterlibatan anggota organisasi dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya. 2. Resiko Keterlibatan para manajer dalam proses perencanaan strategik akan menimbulkan beberapa resiko yang perlu diperhitungkan sebelum melakukan proses manajemen strategik, yaitu: a. Waktu yang digunakan para manajer dalam proses manajemen strategik mungkin mempunyai pengaruh negatif pada tanggung jawab operasional. b. Apabila para pembuat strategi tidak dilibatkan secara langsung dalam penerapannya maka mereka dapat mengelak tanggung jawab pribadi untuk keputusan-keputusan yang diambil dalam proses perencanaan. c. Akan timbul kekecewan dari para bawahan yang berpartisipasi dalam penerapan strategi karena tidak tercap[ainya tujuan dan harapan mereka. d. Untuk mengatasi resiko-resiko tersebut para manajer perlu dilatih mengamankan atau memperkecil timbulnya resiko. e. Melakukan penjadwalan kewajiban-kewajiban para manajer agar mereka dapat mengalokasikan waktu yang lebih efisien. f. Membatasi para manajer pada proses perencanaan untuk membuat janji-janji mereka terhadap kinerja yang benar-benar dapat dilaksananakan oleh mereka dan bawahannya. g. Mengatisipasi dan menanggapi keinginan-keinginan bawahan, misalnya usulan atau peningkatan dalam ganjaran. Sebagai suatu kesatuan dalam sebuah organisasi perlu menerapkan dan mengembangkan kemapuan manajemen internalnya guna mencapai tujuan yang diinginkan dengan mengarahkan segenap potensi dan strategi serta taktik yang tepat untuk diaplikasikan. Proses manajemen strategis dapat diuraikan sebagai pendekatan yang obyektif, logis, sistematis untuk membuat keputusan besar dalam
suatu organisasi. Proses ini berusaha untuk mengorganisasikan informasi kualitatif dan kuantitatif dengan cara yang memungkinkan keputusan efektif diambil dalam kondisi yang tidak menentu. Berdasarkan pada pengalaman, penilaian, dan perasaan, intuisi penting untuk membuat keputusan strategis yang baik.Intuisi terutama bermamfaat untuk membuat keputusan dalam situasi yang amat tidak menentu atau sedikit preseden. Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi seharusnya terus-menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga melaukan perubahan tepat waktu. Teknologi informasi dan globalisasi adalah perubahan eksternal yang mengubah bisnis dan masyarakat dewasa ini. Arus informasi yang cepat menghilangkan batas negara sehingga orang dari seluruh dunia dapat melihat sendiri bagaimana cara hidup orang lain. Dunia menjadi tanpa perbatasan dengan warga Negara global, pesaing global, pelanggan global, pemasok global, dan distributor global.14
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan manajemen strategi dalam tinjauan islam yang telah penulis sajikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Strategi didefinisikan sebagai penetapan visi, misi dan tujuan jangka panjang yang sifatnya mendasar dari suatu organisasi, dan pemilihan alternative tindakan serta alokasi sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dalam tinjauan Islam, strategi telah dijalankan oleh para sahabat Rasul dalam berdakwah dan berperang yang bertujuan untuk mencapai 14
Wahyudi, Agustinus Sri. 1996. Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir
Strategik. Jakarta: Binarupa Aksara, hlm 91
Ridho Allah dan memperluas ajaran Islam.
Sedangkan manajemen
strategis bagi suatu organisasi akan dikendalikan oleh nilai-nilai transendental (aturan halal-haram), dari cara pengambilan keputusannya hingga pelaksanaannya sama sekali berbeda dengan aplikasi manajemen strategis konvensional yang non Islami. Dengan berkembangnya konteks persaingan, dunia usaha di tuntut untuk mengembangkan dan mengimplementasikan strategi yang dapat mengantisipasi
terhadap
kecenderungan-kecenderungan
baru
untuk
mencapai dan mempertahankan posisi bersaing maupun keunggulan kompetitifnya. Perumusan perencanaan strategi sangat diperlukan oleh pelaku bisnis untuk menganalisis bisnis yang akan dijalankan. Hal tersebut merupakan keputusan yang menyelaraskan antara kondisi lingkungan eksternal yang terjadi sekitar perusahaan, dan sumber daya, serta harapan dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan yang akan datang. Hal yang membedakan orientasi manajemen strategis persepektif syari‟ah (islami) dengan konvensional (non islami)
adalah pada target
hasil dan keberkahan dan keridhaan Allah. Hal ini menjadikan orientasi stratregis perusahaan melulu mengejar keuntungan duniawi saja, dan mengabaikan aspek keridhaan Allah Swt. Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja (frame work) untuk menyelesaikan setiap masalah strategis di dalam organisasi terutama berkaitan dengan persaingan, maka peran manajer diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir secara strategik. B. SARAN a. Dengan adanya makalah ini diharapkan semoga dapat berguna bagi kita semua dalam pembelajaran Manajemen strategik, baik dalam bidang pendidikan maupun bidang bisnis. b. Di harapkan makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi teman-teman semua karena masih banyak hal yang perlu kita pelajari dalam proses pentingnya manajemen strategi dalam suatu lembaga organisasi.
DAFTAR PUSTAKA David, Fred R. 2002. Manajemen Strategis: Konsep. Edisi Ketujuh. Jakarta: PT. Prenhallindo. Dirgantoro,
(2001). Manajemen Stratejik : konsep, kasus dan implementasi.
Grasindo, Jakarta. Husni Mubarok, 2009, Manajemen Strategi, Kudus, Dipa STAIN Kudus. Hitt, Michael A and Ireland , R. Duane dan Hoskisson, Robert E. (2001). Managemen Strategis Daya saing dan Globalisasi. Buku 1. Salemba Empat, Jakarta. Hunger, David; Wheelen, Thomas. (2001). Manajemen Strategis. Andi, Yogyakarta Husein Umar . (2005). Strategi Manajemen in action. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jilid 1. Jakarta. Mangkuprawira, Sjafri. (2001). Manajemen SDM strategik. Ghalia Indonesia , Jakarta. Muhammad, Etika Bisnis Islam, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta. Muhammad Ismail Yusmanto, 2003, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, Khairul Bayan, Jakarta Prenhallindo. Pearce, John A. Dan Richard B. Robinson. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi,
Implementasi dan Pengendalian. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.
Rangkuti, Freddy. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Kesembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sondang Siagian . (2004). Manajemen Strategik. Bumi Aksara, Jakarta. Wahyudi, Agustinus Sri. 1996. Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir Strategik. Jakarta: Binarupa Aksara..
MAKALAH :
MANJEMEN STRATEGI DALAM PENDIDIKAN
Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas Manajemen Strategi
Disusun Oleh : Dika Sandika Sari (0307162082) Jurusan/Semester : MPI-1/V (Lima)
Dosen Pembimbibing : fridiyanto, M.pd
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama ALLAH Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puja dan Puji
Syukur kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah Manajemen Peserta Didik dengan judul “MANAJEMEN STRATEGI DALAM PENDIDIKAN” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak fridiyanto, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Namun
saya
menyadari
sepenuhnya
bahwa
masih
banyak
terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, saya membuka kritik
bagi
para
pembaca
yang
ingin
memberi
saran
atau
semoga
makalah
ini
dapat
demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya
saya
sangat
mengharapkan
bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca.
Medan,
16 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................... i DAFTAR ISI .......................................................... ii BAB I
PENDAHULUAN ................................................... 1 A. Latar Belakang......................................... 1 B. Rumusan Masalah........................................ 2 C. Tujuan Makalah......................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN................................................ 3 A. Pengertian Manajemen Strategi .......................... 3 B. Tujuan Manajemen Strategi.............................. 4 C. Klasifikasi Strategi dalam Pembelajaran ............... 5 D. Karakteristik dan Dimensi Manajemen Strategi ........... 6 E. Visi dan Misi.......................................... 7
BAB III
PENUTUP A. Kesimpulan............................................. 8
DAFTAR PUSTAKA„ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ .9
„
„
„
„
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah sebagai manajer pendidikan. Para pengelola pendidikan (kepala sekolah, kepala dinas pendidikan) sebagai eksekutif modern saat ini harus mampu mengamati dan merespons segenasp tantangan yang dimunculkan oleh lingkungan eksternal baik yang dekat maupun yang jauh. Lingkungan eksternal dekat adalah lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung pada operasional lembaga pendidikan, seperti berbagai potensi dan keadaan dalam bidang pendidikan yang menjadi konsentrasi usaha sekolah itu sendiri, situasi persaingan, situasi pelanggan pendidikan, dan pengguna lulusan. Kesemuanya berpengaruh pada penentuan strategi yang diperkirakan mendukung sekolah mencapai tujuannya. Lingkungan eksternal yang jauh adalah berbagai kekuatan dan kondisi yang muncul di luar lingkungan eksternal yang dekat meliputi keadaan sosial ekonomi, politik, keamanan nasional, perkembangan teknologi, dan tantangan global. Secara tidak langsung berpengaruh terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan di suatu sekolah. Faktor lingkungan internal dan eksternal perlu diantisipasi, dipantau, dinilai, dan disertakan sedemikian rupa ke dalam proses pengambilan keputusan eksekutif. Para pengambil keputusan, termasuk di dalamnya kepala sekolah maupun pengelola pendidikan lainnya seringkali terpaksa mengalahkan tuntutan kegiatan interen dan eksteren lembaga pendidikan demi melayani bermacam kepentingan seperti urusan rutin, dinas, bekerja harus selalu di bawah petunjuk atau pedoman kerja yang ditetapkan oleh birokrasi tanpa mempertimbangkan kebutuhan eksternal organisasi yang terus berubah, sehingga proses pengambilan keputusan seringkali tidak maksimal dalam menghasilkan keputusan-keputusan strategis. Akibatnya persoalan aktual lembaga pendidikan yang dihadapi tidak dapat terselesaikan secara maksimal. Pengamatan dan penilaian yang dilakukan secara simultan terhadap lingkungan eksternal dan
internal lembaga pendidikan memungkinkan para pengelola pendidikan mampu mengidentifikasi berbagai jenis peluang yang ada untuk dapat merumuskan dan mengimplementasikan berbagai rencana pendidikan secara berhasil. Rancangan yang bersifat menyeluruh ini dapat dilakukan melalui proses tindakan yang dikenal sebagai manajemen strategik. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas penulis menemukan beberapa rumusan masalah, diantaranya adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Strategi
?
2. Apa yang Tujuan Manajemen Strategi di buat? 3. Apa yang Klasifikasi Strategi dalam Pembelajaran? 4. Apa Karakteristik dan dimensi Manajemen Strategi 5. Bagaimanakah Visi Misi Manajemen Strategi? C. Tujuan Makalah Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini diantaranya adalah : 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Manajemen Strategi ! 2. Untuk mengetahui Tujuan manajemen strategi ! 3. Untuk mengetahui Klasifikasi Staretgi dalam Pembelajaran ! 4. Untuk mengetahui Visi dan misi Manajemen Startegi!
BAB II Manajemen Strategi Dalam Pendidikan A. Pengertian Istilah manajemen strategi terbentuk dari dua kata yakni strategic berasal dari bahasa Yunani, strategia, yang berarti seni atau ilmu menjadi seorang jenderal. Jenderal Yunani yang efektif perlu memimpin tentara, memenangkan peperangan dan mempertahankan wilayah melindungi kota dari serangan musuh, menghancurkan musuh.1 Menurut J.R David (1976) strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sementara itu dick and Carey (1985) berpendapat bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa/peserta latih. Konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategik organisasi. Rancangan ini disebut sebagai perencanaan strategik. Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan halhal vital, perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan. Manajemen strategi sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaransasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu:2 a. Merumuskan visi dan misi organisasi meliputi rumusan umum filosofi dan tujuan, 1
2
Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009 B. Fidler, 2002. Strategic Management for School Development. London: Paul Chapman Publishing.
b. Mengembangkan profil organisasi yang mencerminkan kondisi internnya, c. Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi pesaing dan faktor kontekstual, d. Menganalisis alternatif strategi dengan menyesuaikan sumber daya yang dimiliki dengan lingkungan eksternal, e. Mengidentifikasi setiap alternatif strategi untuk menentukan strategi mana yang paling sesuai visi dan misi organisasi, f. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum, g. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek, h. Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem imbalan, i. Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang. B. Tujuan Berdasarkan pengamalan historis di dalam penyelenggaraan suatu organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip manajemen strategi di dalam lembaga pendidikan adalah membantu lembaga pendidikan merumuskan strategi yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan sistematis, logis, dan rasional pada proses pemilihan strategi pengelolaan pendidikan di era global yang terus mengalami perubahan. Dasar manajemen strategi adalah menumbuhkan komitmen atau dukungan dari semua pihak (sumber daya manusia) mengenai visi, misi lembaga pendidikan, sasaran penyelenggaraan pendidikan, dan upaya-upaya pencapaiannya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama manajemen strategi adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua eksekutif maupun pelaksana lembaga pendidikan. Manfaat besar dari manajemen strategi adalah memberi peluang bagi organisasi dalam pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi.
Penerapan manajemen strategi di dalam penyelenggaraan sistem pendidikan memungkinkan suatu organisasi penyelenggara pendidikan (termasuk di dalamnya sekolah dan departemen pendidikan) untuk lebih proaktif daripada reaktif dalam membentuk masa depan lembaga pendidikan
di
dunia
global
dewasa
ini.
Penerapan
konsep
berpikir
dan
bertindak strategik, lembaga pendidikan diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi daripada hanya memberi respons terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan birokratis, namun lebih dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras merencanakan kegiatan-kegiatan strategis, mengimplementasikan, dan mengendalikan segenap operasional kelembagaan untuk mencapai tujuan strategis yang telah dirumuskan.3 C. Klasifikasi Strategi Pembelajaran Strategi dapat di klasifikasikan menjadi 4, yaitu:4 1.
Strategi pembelajaran langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif. Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang dipergunakan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain. 2.
Strategi pembelajaran tak langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut induktif. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seseorang
3
Hussey, D. 1998. Strategic Management From Theory to Implementation. Oxford: Butterworth-Heinemann.
4
http://wordnetweb.princeto.edu/perl/webwn?s=strategy.Online,07,maret,2011.
penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesmpatan peserta didik untuk terlibat. 3.
Strategi pembelajaran interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan. 4.
Strategi pembelajaran empirik
Strategi pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif. D. Karakteristik dan Dimensi Manajemen Strategik 1. Karakteristik Manajemen Strategik Berdasarkan uraian mengenai konsep manajemen strategik di atas disimpulkan karakteristik manajemen strategik adalah: a. Manajemen strategik diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar, dalam arti mencakup kepentingan seluruh komponen organisasi. Hasil rumusan rencana ini biasanya dituangkan dalam bentuk rencana-rencana organisasi secara hierarkis, yakni: rencana strategis (renstra), rencana operasional (renop), program, dan kegiatan, b.
Rencana strategik berorientasi ke masa depan (misal 10 tahun ke atas),
c. Visi dan misi organisasi menjadi acuan dalam penyusunan rencana strategis, d. Adanya keterlibatan pimpinan puncak dalam penyusunan rencana strategis, e. Hasil rumusan rencana strategis diimplementasikan melalui fungsi manajemen. 2. Dimensi Manajemen Strategik Manajemen strategik memiliki dimensi yang bersifat multidimensional, yaitu:
a. Dimensi waktu dan orientasi masa depan. Manajemen strategi berorientasi kepada sasaran jangka panjang. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih di masa depan. Durasi waktu rencana strategik tersebut bahkan dapat berkisar antara 25-30 tahun ke atas, b. Dimensi internal dan eksternal, c. Dimensi pendayagunaan sumber-sumber, d. Dimensi multibidang, dan dimensi Pengikutsertaan manajemen puncak. E. Konsep Visi dan Misi Perumusan visi misi organisasi harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan karakteristik rumusan visi misi tersebut. Visi merupakan sudut pandang ke masa depan organisasi dalam mewujudkan tujuan strategis organisasi yang berpengaruh langsung pada misinya sekarang, dan masa yang akan datang. Sedangkan misi organisasi merupakan keseluruhan tugas pokok yang dijabarkan, berupa kegiatan apa, yang sedang atau segera dilaksanakan untuk suatu organisasi. Visi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan sekolah dikomunikasikan kepada stakeholders. Misi merupakan tugas sekolah untuk mewujudkan visi lembaga yayasan dan sekolah, yang umumnya ditandai dengan kata mewujudkan. Perumusan visi dan misi sekolah berfungsi sebagai acuan dan mempermudah penetapan kebijakan sekolah, karena visi dan misi merupakan gambaran atau cita-cita ke depan sekolah. Visi dan misi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan sekolah.
BAB III Penutup Kesimpulan Pengamatan dan penilaian yang dilakukan secara simultan terhadap lingkungan eksternal dan internal lembaga pendidikan memungkinkan para pengelola pendidikan mampu mengidentifikasi berbagai jenis peluang untuk merumuskan dan mengimplementasikan rencana pendidikan. Rancangan yang bersifat menyeluruh dapat dilakukan melalui proses tindakan yang dikenal sebagai manajemen strategik.Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal vital dan berkesinambungan bagi suatu organisasi. Konsep manajemen strategik digunakan di dunia pendidikan untuk lebih mengefektifkan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Fidler, B. 2002. Strategic Management for School Development. London: Paul Chapman Publishing. Hussey, D. 1998. Strategic Management From Theory to Implementation. Oxford: Butterworth- Heinemann. Masitoh & Laksmi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009 http://wordnetweb.princeto.edu/perl/webwn?s=strategy.Online,07, maret,2011
TUGAS UAS:
Strategi Pembelajaran Bahasa Dengan Menggunakan Media Berbasis Komputer
Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto, M.Pd.
Disusun Oleh: RIVAI AHMAD (0307162090) Semester V (lima)
A.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah dengan judul “Strategi Pembelajaran Bahasa Dengan Menggunakan Media Berbasis Komputer” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Manajemen Strategik Pendidikan. Dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa, kata, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran dari para pembaca sebagai acuan kepada saya untuk lebih baik kedepannya. Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca, terutama bagi diri saya sendiri.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………………i DAFTAR ISI…………………………………………………………………..….ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………………………….1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………....2 C. Tujuan……………………………………………………………………..2 BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Strategi ................................................................................... 3 B. Hakikat Pembelajaran ........................................................................ 3 C. Hakikat Strategi Pembelajaran .......................................................... 4 D. Hakikat Media ..................................................................................... 5 E. Hakikat Komputer............................................................................... 6 F. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Komputer .......................... 12 G. Model Pembelajaran Berbasis Komputer ......................................... 13 H. Manfaat Pembelajaran Berbasis Komputer ..................................... 16 I. Pemakaian Dalam Proses Belajar ...................................................... 18 J. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Komputer.... 19 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………………22 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...23
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada hakikatnya, guru berperan sebagai pentransfer pengetahuan (transfer of knowledge) dan pentransfer nilai-nilai (transfer of value). Mentransfer pengetahuan hanya sebatas proses mengajar dan menyampaikan materi pelajaran sedangkan mentransfer nilai-nilai lebih ke arah membimbing, membina, dan mengawasi peserta didik. Guru dituntut untuk melakukan persiapan mulai dari tujuan pembelajaran; penggunaan media dan model pembelajaran; teknik dan strategi pembelajaran; materi/bahan pembelajaran; dan lain-lain. Semakin baik perencanaan dan persiapan pelaksanaan pembelajaran dilakukan, semakin baik pula target/hasil yang dicapai. Proses pembelajaran makin terawasi, teramati, dan terkontrol. Di sinilah tingkat keprofesionalan guru dalam konteks kompetensi paedagogiknya dipertaruhkan. Salah satu yang terpenting adalah proses penyusunan strategi dan media pembelajaran (dalam hal ini difokuskan pada pembelajaran bahasa).Namun pada kenyataannya, masih banyak guru yang kurang menguasai strategi pembelajaran dengan menggunakan suatu media pembelajaaran.
Hal tersebut
dapat
berimbas kepada tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran itu sendiri tidak dapat tercapai, salah satunya adalah peserta didik mudah bosan dan jenuh dalam belajar bahasa. Alternatif yang dapat dilakukan adalah perumusan strategi pembelajaran dengan menggunakan media berbasis komputer. Dengan media komputer, memungkinkan adanya proses pembelajaran yang lebih variatif, terlebih bahwa dalam kurikulum 2013, teknologi informasi terintegrasi kepada semua jenis mata pelajaran sehingga semua dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas tentang strategi pembelajaran bahasa dengan menggunakan media komputer.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana memberikan gambaran tentang strategi pembelajaran bahasa dengan menggunakan media computer? 2. Bagaimana memberikan alternatif pembelajaran bahasa agar lebih variatif? 3. Apa saja bentuk pemanfaatan multimedia berbasis komputer yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran Bahasa?
C. Tujuan Masalah 1. Memberikan gambaran tentang strategi pembelajaran bahasa dengan menggunakan media computer 2. Memberikan alternatif pembelajaran bahasa agar lebih variatif 3.Untuk mengetahui bentuk pemanfaatan multimedia berbasis komputer yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran Bahasa
BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Strategi Saladin mengemukakan bahwa kata strategi berasal dari Yunani, yaitu stratogos atau strategis yang berarti seni para jenderal. Masitoh dan Dewi mengemukakan bahwa strategi adalah usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan.
Awalnya, istilah ini
digunakan dalam lingkungan militer, tetapi istilah ini dapat digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama. Adapun Wena mengemukakan bahwa strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.1 Senada dengan pendapat Wena, Yusuf mengemukakan bahwa strategi dapat diartikan sebagai rencana menyeluruh dalam mencapai target meskipun tidak ada jaminan akan keberhasilannya. Istilah strategi memang banyak digunakan dalam dunia militer, tetapi di bidang lain pun tampaknya banyak juga yang menggunakannya meskipun dalam arti yang berbeda dan tujuan yang berbeda2 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi adalah usaha, cara, rencana menyeluruh untuk mencapai suatu tujuan.3
B. Hakikat Pembelajaran Masitoh dan Dewi mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dan pendidik, melibatkan unsur-unsur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan.
1
Saladin, Djaslim. 2004.
Manajemen Strategi & Kebijakan Perusahaan. Bandung: Linda
Karya. 2
3
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajara Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Sadiman, Arief S. dkk. 2011. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo.Adapun Munadi mengungkapkan bahwa
“Pembelajaran merupakan usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa”. Degeng dalam Wena menyatakan bahwa “Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses yang terencana dalam membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan. C. Hakikat Strategi Pembelajaran Wena pun mengemukakan bahwa “Strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa”. Masitoh dan Dewi mengemukakan bahwa “Strategi pembelajaran diartikan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian”. Rahman mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah Segala upaya pengajar/guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar- mengajar dengan memperhatikan komponen dan faktor yang menunjang berhasilnya pembelajaran yang disampaikan di dalam kelas. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah segala upaya guru dalam membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
D. Hakikat Media Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasaa-il) atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
Sadiman dkk menyatakan bahwa “Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya”. Senada dengan pendapat Arsyad, Budinuryanta dkk. mengemukakan bahwa media adalah “Segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu sumber untuk disampaikan kepada penerima pesan”. Munadi mengemukakan bahwa media adalah “Pengantar atau penghubung, yakni yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi yang lainnya”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang mengantarkan pesan dari suatu sumber kepada penerima pesan baik dalam bentuk yang tercetak maupun audiovisual. Media pembelajaran adalah “Manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Senada dengan pendapat Arsyad, Budinuryanta mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah “Setiap orang, bahan atau alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Media pembelajaran dapat dipahami sebagai “Segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”. Selain itu, media pembelajaran diartikan sebagai “Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar-mengajar” Sadiman dkk. mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah “Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”.4 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan isi pelajaran kepada siswa sehingga proses belajar-mengajar menjadi lebih efektif dan efisien.
E. Hakikat Komputer Menurut Daryanto dan Deni, kata “komputer” berasal dari bahasa Inggris “to compute”, yang berarti menghitung. Sedangkan “Computer” berarti alat penghitung.
Kemudian kata
computer tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi komputer. Berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya, komputer dapat didefinisikan sebagai peralatan elektronik yang bekerja secara koordinatif dan integratif berdasarkan program, dapat menerima masukan berupa data, mengolahnya dalam memori, dan menampilkan hasil berupa informasi.5 Adapun menurut Oxford dalam Hartoyo, “Komputer merupakan alat elektronik yang memiliki kemampuan untuk menerima informasi (data) dan melakukan serangkaian operasi logis sesuai dengan instruksi prosedural (program) untuk menghasilkan bentuk informasi atau sinyal”. Senada dengan pendapat Oxford dalam Hartoyo, Munadi menyatakan bahwa komputer adalah alat elektronik yang termasuk pada kategori multimedia yang mampu mengolah berbagai macam simbol bahasa sebagai stimulus, mulai dari angka, huruf, kata, simbol suara, gambar diam, gambar gerak, dan lain-lain Arsyad mengemukakan bahwa: “Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana 4
Munadi, Yudhi. 2008.
Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada Press. 5
Darmawan, Deni. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komuniksi: Teori dan Aplikasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
dan rumit.
Satu unit komputer terdiri atas empat komponen dasar, yaitu input (misalnya
keyboard dan writig pad), prosesor (CPU: unit pemroses data yang diinput), penyimpanan data (memori yang menyimpan data yang akan diproses oleh CPU baik secara permanen(ROM) maupun untuk sementra (RAM), dan output (misalnya layar) monitor, printer, atau plotter”. Yusuf mengemukakan bahwa komputer adalah mesin yang mampu menyimpan, mengolah dan kemudian memanggil data yang telah disimpannya dalam waktu yang sangat singkat, walaupun data itu besar sekali jumlahnya.6 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komputer adalah mesin elektronik yang otomatis melakukan penyimpanan, pengolahan, pemanggilan data yang telah disimpannya dalam waktu yang singkat untuk menghasilkan bentuk informasi atau sinyal. Strategi pembelajaran dengan menggunakan media komputer ini menurut Hick & Hide dalam Wena adalah: “A teaching process directly involving a computer in the presentation of instructional materials in a interactive made to provide and control the individualized learning environment for each individual student”.
Siswa akan berinteraksi dan berhadapan secara
langsung dengan komputer secara individual sehingga apa yang dialami oleh seorang siswa akan berbeda dengan apa yang dialami oleh siswa lain.
Salah satu ciri yang paling menarik dari
pembelajaran ini terletak pada kemampuan berinteraksi secara langsung dengan siswa. 1. Bentuk Pemanfaatan Ada beberapa bentuk pemanfaatan multimedia berbasis komputer yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, meliputi: a) Multimedia Presentasi Multimedia Presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang bersifat teoritis yang digunakan dalam pembelajaran klasikal, baik untuk kelompok kecil maupun kelompok besar. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector (LCD/Viewer) yang memiliki jangkauan pancar yang cukup besar. 6
Yusuf, Pawit M. 2010.
Aksara.
Komunikasi Instruksional, Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi
Pemanfaatan multimedia dalam presentasi ini biasanya menggunakan perangkat lunak, yakni Power Point. Hal ini dapat mempermudah kegiatan presentasi sehingga pembelajaran menjadi dinamis dan menarik perhatian siswa. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi dengan
menggunakan
alat
bantu
komputer
telah
menyebabkan
perubahan
tuntutan
penyelenggaraan pembelajaran, di antaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru dalam mengolah bahan-bahan pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis komputer. b) Program Multimedia Interaktif Multimedia interaktif dapat digunkan dalam pembelajaran sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan media ini cocok untuk mengajarkan suatu proses tau tahapan, misalnya cara membacakan
puisi, cara menulis puisi, dan lain-lain. Kelebihan
multimedia ini sebagai media pembelajaran di antaranya: (a) interaktif, (b) memberikan iklim afeksi secara individual, (c) meningkatkan motivasi belajar, (d) memberikan unpan balik, (e) kontrol pemanfaatannya sepenuhnya berada pada peggunanya. Adapun kelemahan multimedia interaktif ini di antaranya: (a) memerlukan adanya tim yang profesional, (b)
pengembangannya
pengembangannya memerlukan waktu yang
cukup lama. c) Model Simulasi (Simulations) Multimedia berbasis komputer ini ditambah software tertentu dapat dimanfaatkan sebagai sarana simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu. Melalui model ini para siswa dihadapkan pada situasi kehidupan nyata, misalnya tampilan dalam bentuk animasi yang memungkinkan para siswa untuk melakukan praktik tanpa harus berada di tempat sebenarnya juga menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan para siswa.
d) Video Pembelajaran Video ini bersifat interaktif tutorial yang membimbing para siswa untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Para siswa dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktik
seperti yang diajarkan dalam video. Kelebihan dan kekurangan video model ini sama halnya dengan video. Model pembelajaran ini menyediakan rancangan pembelajaran yang kompleks yang berisi materi pembelajaran dan latihan yang disertai umpan balik. e) Latihan dan Praktik (drill and Practice) Siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan kemudian komputer akan memberi respons (umpan balik) atas jawaban yang diberikan siswa. Model ini hampir sama dengan pekerjaan rumah yang diberikan pada siswa kemudian guru memberikan umpan balik. Namun, dalam pembelajaran dengan menggunakan media komputer ini, balikan akan diberikan segera pada masing-masing siswa sehingga mereka mengetahui di mana letak kesalahannya. f) Model Penemuan (Problem Solving) Penemuan adalah istilah umum untuk menjelaskan kegiatan yang mempergunakan pendekatan induktif dalam pembelajaran, misalnya penyjian masalah-masalah yang dipecahkan oleh para siswa dengan cara mencoba-coba. Model ini mendekati kegitan belajar di laboratorium dan kegiatan belajar nyata yang biasa dilakukan di luar kelas. Berbeda dengan belajar latihan /hafalan, tujuan model ini adalah pengertian yang lebih mendalam mengenai masalh yang pelik. Melalui pemecahan yang bercabang yang rumit serta kemempuan komputer menyimpan data, lebih banyak para siswa yang memusatkan belajar di laboratorium. g) Model Permainan (Games) Model permainan dapat mengakibatkan unsur-unsur simulasi. Melalui model ini, guru dapt memanfaatkan permainan-permainan yang sudah diprogram dalam komputer itu sendiri juga dapat membuat atau merancang permainan sendiri yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran. Agar guru dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang berbasis komputer, diperlukan keterampilan dari pihak guru serta sikap positif terhadap kemajuan tersebut mengingat hal tersebut senantiasa memerlukan peran guru, sekalipun mengubah peran guru. 2. Langkah Pengembangan
Pengembangan pembelajaran ke dalam program komputer yang sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan, dilakukan dengan langkah-lngkah sebagai berikut: (1) Perancangan bahan ajar ke dalam program komputer. (2) Pembuatan media untuk pembelajaran meliputi pengambilan gambar dan pembuatan animasi (3) Penggabungan gambar/animasi ke dalam bahan ajar komputer. (4) Untuk produksi, melibatkan programer komputer grafis, juru kamera, teknisi dan objek lingkungan yang terkait dengan pembelajaran. 3. Indikator Penilaian Ada beberapa indikator penilaian yang dapat digunakan untuk menilai apakah produk pembelajaran berbasis komputer telah memenuhi syarat pembelajaran. Secara umum indikatorindikator tersebut antara lain sebagai berikut: (1) Tingkat kedalaman materi (2) Urutan penyajian/pengorganisasian isi pembelajaran (3) Kejelasan penggunaan bahasa (4) Kejelasan tabel, gambar/grafik/animasi (5) Tampilan secara keseluruhan (4) Contoh Aplikasi Pembelajaran Bahasa
Pengolahan Kata Dalam pengolahan kata ini, guru dapat menciptakan:
a)
Teks-teks bacaan (teks-teks dengan kata-kata yang dihilangkan atau kata-kata yang
kehilangan tanda baca, akhiran kata dan akhiran yang menunjukkan pengertian plural) agar diselesaikan para siswa. b) Penyusunan sebuah cerita dalam urutan kronologis atau penyelesaian cerita. c) Penggunaan pengecekan ejaan dan tata bahasa dalam cara yang tepat.
a) Tujuan Siswa harus bisa menggunakan pengolahan kata secara terampil dan cerdas untuk menghasilkan berbagai macam dokumen yang terstruktur dan bisa dibaca dalam beberapa mata pelajaran yang mereka pelajari. b) Muatan (a) Siswa pertama kali harus mempelajari bagaimana menggunakan pengolahan kata di bawah pengawasan seorang guru. (b) Siswa harus mulai dengan memasuki latihan-latihan yang sederhana tetapi bermakna. (c) Siswa harus mengetahui bagaimana menggunakan berbagai macam fitur (misalnya bold, italic, underline, justified margins, centring, superscript, subscript, fonts, headers and footers, tables, replace text, dan insert data) yang disediakan oleh pengolahan kata (word processor) dan bisa menggunaakan kegunaan-kegunaan tambahan seperti spell templater, checkers, grammar chekers, dictionary, thesaurus, dan merge facilities. Aktivitas-aktivitas yangbermakna dengan menggunakan pengolahan kata mencakup persiapan surat-surat personal atau bisnis, undanganundangan ke acara-acara sekolah, dan daftar-daftar acara sekolah. (d) Siswa dapat menggunakan pengolahan kata secara mandiri untuk menghasilkan berbagai macam dokumen yang dapat dibaca dan terstruktur dalam bentuk yang dapat dipresentasikan. (e) Siswa mampu membuat putusan-putusan yang cerdas tentang apakah pengolahan kata merupakan metode yang paling efisien atau tidak untuk tugas-tugas tertentu. c) Sumber 1. Sumber minimal yang penting Satu komputer untuk satu siswa, software pengolahan kata, bahan-bahan yang dipersiapkan guru (lembaran-lembaran latihan dan sampel-sampel file). 2. Sumber ekstra pilihan Mudah memahami manual-manual tentang software pengolahan kata, multimedia projector daan overhead projector, artikel-artikel majalah tentang pengolahan kata yang ada di pasar.
F. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Komputer 1.
Berorientasi pada tujuan pembelajaran Dalam mengembangkan pembelajaran berbasis komputer harus berorientasi pada tujuan
pembelajaran baik kepada standar kompetisi, kompetensi dasar, dan indikator yang harus dicapai pada setiap kegiatan pembelajaran. 2.
Berorientasi pada pembelajaran individual Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis komputer dilakukan secara individual oleh
masing-masing siswa dilaboraturium komputer. 3.
Berorientasi pada pembelajaran mandiri Pembelajaran berbasis komputer bersifat individual, sehingga menuntut pembelajaran
secara mandiri. 4.
Berorientasi pada pembelajaran tuntas
Keunggulan pembelajaran berbasis komputer adalah penerapan prinsip belajar tuntas atau mastery learning.
G.
Model Pembelajaran Berbasis Komputer
Menurut Simon terdapat empat model penyampaian materi pembelajaran berbasis komputer, yakni: 1.
Drills (latihan) Dalam model pembelajaran ini siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah
untuk dipecahkan, kemudian komputer akan memberikan respon (umpan balik) atas jawaban yang diberikan siswa. Model ini hampir sama dengan pekerjaan rumah yang diberikan siswa, kemudian guru memberikan umpan balik. Namun, dalam pembelajaran beerbasis komputer,
balikan akan diberikan segera pada masing-masing siswa sehingga tahu di mana letak kesalahannya. Pada dasarnya, karakteristik drills dalam model pembelajaran berbasis komputer adalah merupakan salah satu model pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkrit melalui penyediaan latihan-latihan soal yang bertujuan menguji performance dan kemampuan siswa melalui kecepatan penyelesaian soal-soal latihan. Melalui sistem komputer kegiatan pembelajaran dilakukan secara mastery learning, maka guru dapat melatih siswa secara terus menerus sampai mencapai ketuntasan dalam belajar. Secara umum tahapan penyajian model drills adalah sebagai berikut: a)
Penyajian masalah-masalah dalam bentuk latihan soal pada tingkat tertentu dari
kemampuan dan performance siswa. b)
Siswa mengerjakan soal-soal latihan.
c)
Program merekam penampilan siswa, mengevaluasi, kemudian memberikan umpan balik.
d)
Jika jawaban siswa benar maka program menyajikan materi selanjutnya dan jika jawaban
salah maka program menyediakan fasilitas untuk mengulangi latihan yang dapat diberikan secara parsial atau pada akhir keseluruhan soal. 2.
Tutorial Model ini menyediakan rancangan pembelajaran yang kompleks yang berisi materi
pembelajaran, latihan yang disertai umpan balik. Program pembelajaran tutorial dengan bantuan komputer meniru system tutor yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi atau pesan berupa suatu konsep disajikan dilayar komputer dengan teks, gambar, atau grafik. Pada saat yang tepat siswa diperkirakan telah membaca, menginterpretasi dan menyerap konsep itu, suatu soal atau pertanyaan diajukan. Jika jawaban siswa benar, komputer akan melanjutkan penyajian informasi atau konsep berikutnya.
Jika
jawaban
salah komputer
dapat
kembali
ke
informasi
konsep
sebelumnya. Langkah-langkah pembelajaran berbasiscomputer model tutorial ini adalah sebagia berikut;
a)
Penyajian informasi (presentation of information), yaitu berupa materi pelajaran yang akan
dipelajari. b)
Pertanyaan dan respons (question of responses), yaitu berupa soal-soal latihan yang harus
dikerjakan. c)
Penilaian respon (judging of responses), yaitu computer akan memberi respons terhadap
kinerja dan jawaban siswa. d)
Pemberian balikan respons (providing feedback about responses) yaitu setelah selesai,
program akan memberikan balikan. Apakah telah sukses/berhasil atau harus mengulang. e)
Pengulangan (remediation).
f)
Segmen pengaturan pelajaran (sequencing lesson segment)
3.
Simulasi Model pembelajaran ini menyajikan pembelajaran dengan system simulasi yang
berhubungan dengan materi yang dibahas. Pada dasarnya model ini merupakan salah satu pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana sebenarnya dan berlangsung dalam suasana yang tanpa risiko. Tahapan model simulasi ini dalam proses pembelajaran adalah sebgai berikut; a)
Pengenalan.
b)
Penyajian informasi.
c)
Pertanyaan dan respons jawaban.
d)
Penilaian respons.
e)
Pemberian feedback tentang respons
f)
Pembetulan.
g)
Segmen pengaturan pengajaran.
4.
Model Instructional Games
Instructional games merupakan salah satu bentuk metode dalam pembelajaran berbasis komputer. Tujuan instructional games adalah untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberikan fasilitas belajar untuk menambah pengetahuan siswa melalui bentuk permainan yang mendidik. Karakteristik instructional games, yaitu:7 a)
Tujuan
Setiap permainan harus memiliki tujuan, yaitu tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. b)
Aturan
Yaitu penetapan setiap tindakan yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh pemain. c)
Kompetisi
Seperti penyerangan lawan, melawan diri sendiri, melawan kesempatan atau waktu yang telah ditetapkan. d)
Tantangan
Yaitu menyediakan beberapa tantangan kepada para pemain. e)
Khayalan
Permainan sering bergantung pada pengembangan imajinasi untuk memberikan motivasi kepada pemain. f)
Keamanan
Permainan menyediakan jalan yang aman untuk mengahadapi bahaya nyata seperti permainan peperangan. g)
Hiburan
Hampir semua permainan untuk menghibur, permainan dalam pembelajaran itu berperan sebagai penumbuh motivasi. 7
UNESCO. Terj: Rusli. 2002.
Teknologi Komunikasi & Informasi dalam Pendiddikan:
Kurikulum untuk Sekolah dan Program Pengembangan Guru. Jakarta: Gaung Persada Press.
H.
Manfaat Pembelajaran Berbasis Komputer Proses pembelajaran pada awalnya adalah dengan ceramah dari pengajar dengan bantuan
peralatan papan tulis, kapur, gambar atau model. Kemudian dengan teknologi berkembang menjadikan pengajar bisa memberikan materi pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi elektronik yang sederhana seperti Overhead Projector (OPH), slide atau film. Pemberian materi dengan menggunakan OPH atau slide ini cukup membantu pengajar dan pembelajar. Pengajar akan merasa terbantu dalam waktu, karena tidak perlu menulis di papan tulis atau whiteboard. Demikian juga pembelajar, dapat memanfaatkan waktu yang lebih banyak untuk berkomunikasi, berdiskusi atau bertanya kepada pengajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Morisson, Ross dan O‟Dell (1991) juga menemukan bahwa pembelajaran model pembelajaran berbasis computer lebih efektif dibanding dengan metode pembelajaran tradisional. Dengan metode pembelajaran berbasis computer, siswa akan lebih mudah melakukan control belajar, memilih urutan pembelajaran, memudahkan mengerjakan tugas-tugas dan melakukan evaluasi secara mandiri. Teknologi berbasis computer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-suber yang berbasis micro-prosesor. Berbagai aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal sebagai Computer Assisted Instruction (CAI).8 Aplikasi tersebut apabila dilihat dari cara penyajian dan tujuan yang ingin dicapai meliputi tutorial, penyajian materi secara bertahap, drills and practice latihan untuk membantu siswa menguasai materi yang telah dipelajari sebelumnya, permainan dan simulasi. Karakteristik media hasil teknologi yang berdasarkan computer, yaitu:9 a) 8
Dapat digunakan secara acak, non-sekuensial atau secara linear.
Munadi, Yudhi. 2008.
Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada Press. 9
Rahman. 2005. Desain Instruksional Bahasa. Bandung: Alqaprint.
b)
Dapat digunakan sesuai keinginan siswa atau perancang.
c)
Gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan simbol dan grafik.
d)
Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini.
e)
Beroriatasi pada siswa dan melibatkan interaktifitas siswa yang tinggi.
f)
Informasi dapat diatur atau ditata ulang oleh pemakai.
I. 1.
Pemakaian Dalam Proses Belajar Untuk tujuan kognitif Komputer yang menggunakan bermacam-macam tipe terminal dapat mengontrol
interaksi pengajaran mandiri untuk mengajarkan konsep, aturan, prinsip langkah dalam proses dan kalkulasi yang kompleks. Digabungkan dengan media lain, computer dapat digunakan untuk mengajarkan pengenalan atau diskriminasi dari stimulus visual dan stimulus audio yang relevan. Kemampuan computer untuk kegiatan pengajaran individual terutama didasarkan pada kemampuan pengembangan dan keterbatasan media yang digunakan.10 2.
Untuk tujuan psikomotorik Terminal computer merupakan alat tentang “dunia nyata” yang sangat bagus unntuk
mengajarkan programming dan kecapakan yang serupa bila siswa mau bekerja dengan terminalterminal kerja. Bila digunakan dengan peralatan yang disimulasikan, merupakan alat yang sangat bagus untuk menciptakan kondisi dunia yang sebenarnya. Beberapa contoh yang khas ialah simulasi: simulasi pendaratan pesawat terbang, melabuhkan kapal laut, atau berbagai latihan darurat. Dalam beberapa hal, seperangkat model atau barang tiruan dapat digunakan agar siswa dapat melihat hasilnya. 3. 10
Untuk tujuan afektif
Budinuryanta dkk. 2008. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sangat berguna bila digunakan seperti yang diungkapkan dalam tujuan psikomotorik atau digunakan untuk mengontrol bahan-bahan film dan video. J.
Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Komputer
1.
Kelebihan
Aplikasi komputer sebagai alat bantu proses belajar memberikan beberapa keuntungan antara lain:11 a)
Komputer memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya
dalam memahami pengetahuan dan informasi yang ditanyangkan. b)
Penggunaan komputer dalam proses belajar membuat siswa dapat melakukan kontrol
terhadap aktivitas belajarnya. c)
Penggunaan komputer dalam lembaga pendidikan memberikan keleluasaan terhadap siswa
untuk menentukan kecepatan belajar dan memilih urutan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan. d)
Kemampuan komputer untuk menayangkan kembali informasi yang diperlukan oleh
pemakainya, yang diistilahkan dengan “kesabaran komputer”, dapat membantu siswa yang memiliki kecepatan belajar lambat. Dengan kata lain, komputer dapat menciptakan iklim belajar yang efektif bagi msiswa yang lambat (slow learner), tetapi juga dapat memacu efektivitas belajar bagi siswa yang lebih cepat (fast learner). e)
Disamping itu, komputer dapat diprogram agar mampu memberikan umpan balik terhadap
hasil belajar dan memberikan pengukuhan (reinforcement) terhadap prestasi belajar siswa. f)
Dengan kemampuan komputer untuk merekam hasil belajar pemakainya (record keeping),
komputer dapat diprogram untuk memeriksa dan memberikan skor hasil belajar secara otomatis. g)
Komputer juga dapat dirancang agar dapat memberikan preskripsi atau saran bagi siswa
untuk melakukan kegiatan belajar tertentu.
11
Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
h)
Kelebihan komputer yang lain adalah kemampuan dalam mengintegrasikan komponen
warna, musik dan animasi grafik (graphic animation). i) 2. a)
Meningkatkan hasil belajar dengan penggunaan waktu dan biaya yang relatif kecil. Kekurangan Tingginya biaya pengadaan dan pengembangan program komputer, terutama yang
dirancang khusus untuk maksud pembelajaran. b)
Disamping itu, pengadaan, pemeliharaan, dan perawatan komputer yang meliputi
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) memerlukan biaya yang relatif tinggi. Oleh karena itu pertimbangan biaya dan manfaat (cost benefit analysis) perlu dilakukan sebelum memutuskan untuk menggunakan komputer untuk keperluan pendidikan. c)
Masalah lain adalah compatability dan incompability antara hardware dan software.
Penggunaan sebuah program komputer biasanya memerlukan perangkat keras dengan spesifikasi yang sesuai. Perangkat lunak sebuah komputer seringkali tidak dapat digunakan pada komputer yang spesifikasinya tidak sama. d)
Hanya efektif jika digunakan satu orang atau kelompok kecil. Kelemahan ini sudah
diatasi karena saat ini pengadaan komputer sangat mudah. e)
Jika tampilan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau hanya merupakan
tampilan seperti pada buku teks biasa, pembelajaran melalui media komputer tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa (siswa cepat bosan). f)
Guru yang tidak memahami aplikasi program komputer tidak dapat merancang
pembelajaran lewat media komputer, ia harus bekerja sama dengan ahli program komputer grafis, juru kamera dan teknisi komputer. g)
Merancang dan memproduksi program pembelajaran yang berbasis komputer (computer
based instruction) merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Memproduksi program komputer merupakan kegiatan intensif yang memerlukan waktu banyak dan juga keahlian khusus.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan: Ada beberapa bentuk pemanfaatan multimedia berbasis komputer yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran bahasa, meliputi: (1) (2)
Multimedia presentasi;
Program multimedia interaktif; (3) Model simulasi; (4) video pembelajaran;
(5) Latihan dan Praktik; (6) Model Penemuan;
(7) Model Permainan.Guru perlu
menciptakan latihan-latihan sederhana yang memungkinkan siswa dapat memahami materi pembelajaran bahasa dengan cepat.
Daftar Pustaka Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Budinuryanta dkk. 2008. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Darmawan, Deni. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komuniksi: Teori dan Aplikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Masitoh dan Laksmi Dewi. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Munadi, Yudhi. 2008. Jakarta: Gaung
Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru.
Persada Press. Rahman. 2005. Desain Instruksional Bahasa. Bandung: Alqaprint. Sadiman, Arief S. dkk. Pengembangan, dan
2011.
Media Pendidikan: Pengertian,
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo. Saladin, Djaslim. 2004. Manajemen Strategi & Kebijakan Perusahaan. Bandung: Linda Karya. UNESCO. Terj: Rusli. 2002.
Teknologi Komunikasi &
Informasi dalam Pendiddikan: Kurikulum untuk Sekolah dan Program Pengembangan Guru. Jakarta: Gaung Persada Press. Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajara Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara. Yusuf, Pawit M. 2010. Komunikasi Instruksional, Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
MAKALAH MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN “IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGI DALAM UPAYA PENINGKATAN MANAJEMEN STRATEGI” Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dosen Pembimbing : Dr. Fridiyanto, M.Pd. Disusun oleh: Tirajabi‟ah Nasution
( 0307162091 )
Prodi : MPI -01 Semester : V
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA MEDAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “implementasi manajemen strategi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan” dalam mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dalam penyusunan makalahini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta menuangkan ide (gagasan) demi tersusunnya makalah ini. Semoga keberadaan makalah ini dapat menunjang pengetahuan kita dan dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran kita. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan sehingga dapat menjadi tolak ukur kami dalam penyusunan makalah yang akan datang.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3 C. Tujuan ........................................................................................................... 3
BAB II PENDAHULUAN ....................................................................................... 4 A. Tinjauan Manajemen Strategi .................................................................... .4 B. Tinjauan Mutu Pendidikan......................................................................... .6 C. Implementai Manajemeb Strategi .............................................................. .13 D. Evaluasi rategi Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan.................14
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 15 A. Kesimpulan .................................................................................................. 15 B. Saran ............................................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai salah satu pusat pelaksana kegiatan pendidikan merupakan lembaga terstruktur yang memiliki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah sebagai institusi mikro yang berperan langsung dalam mencetak generasi Indonesia yang berkualitas, sudah seharusnya memperoleh perhatian yang besar dari pemerintah dan masyarakat. Sekolah akan berfungsi dengan maksimal jika didukung oleh sistem manajemen yang terencana yang didukung sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sarana-prasarana serta dana/biaya pendidikan yang tepat. Penerapan peraturan dan sistem manajemen yang baku dalam lembaga pendidikan tentunya sangat dibutuhkan dalam upaya pemaksimalan potensi sekolah sehingga terciptalah pendidikan yang bermutu. Sekolah yang bermutu berkolerasi terhadap peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Semakin baik mutu sebuah sekolah idealnya akan menghasilkan input, proses dan output yang baik pula. Persaingan dalam dunia pendidikan yang begitu pesat menuntut sekolah berpikir kreatif, inovatif dan responsif dalam mempertahankan dan mengembangkan
sekolahnya.
Salah
satu
upaya
yang
dapat
dilakukan
adalah
mengimplementasikan strategik dalam mengelola sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Murniati mengemukakan bahwa ”manajemen strategik sebagai kegiatan yang harus dilakukan oleh manajemen puncak bersama personil secara terus menerus, dan merupakan siklus yang mampu melahirkan keputusan untuk memenuhi relevansi kebutuhan organisasi dengan kebutuhan lingkungan”. 1 Dalam konteks masa kini, melalui manajemen strategik, pimpinan puncak dalam suatu organisasi, terutama organisasi pendidikan, harus mampu merumuskan dan menentukan strategik organisasi yang tepat sehingga organisasi yang bersangkutan tidak hanya mampu mempertahankan eksistensinya, akan tetapi tangguh melakukan penyesuaian dan perubahan
yang diperlukan sehingga organisasi semakin meningkat efektivitas dan
produktivitasnya. (Runtuwene, 2013:1). Lebih lanjut, data Balitbang menyatakan bahwa ”di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya tujuh sekolah yang memperoleh pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program dari 8.036 Sekolah Menengah Atas yang ada di Indonesia” (Kulsum, 2013:1). Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia 1
Murniati.Manajemen Stratejik: Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan.( Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008). Hlm. 74
masihlah rendah sehingga diperlukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Sekolah menghadapi perkembangan dan tantangan globalisasi dimana tantangan tersebut meliputi dampak globalisasi dan kompetisi. Dengan melihat fenomena perkembangan dan persaingan antar sekolah yang semakin meningkat tersebut, sekolah dituntut untuk dapat menerapkan berbagai strategi unggulan dalam menghadapi pesaing. Manajemen strategik merupakan salah satu pilihan tepat dalam menghadapi permasalahan tersebut karena manajemen strategik merupakan manajemen yang beroreintasi masa depan dan berdasarkan pada analisis lingkungan internal dan eksternal. Dengan mengikuti proses tahapan manajemen strategik, sekolah dapat mempertimbangkan keputusan, tindak lanjut dan pilihan strategi yang tepat dalam menghadapi perkembangan dan perubahan situasi pendidikan. Kedua, timbulnya persepsi bahwa dengan adanya pergantian pimpinan maka kinerja sekolah juga berubah. Penerapan manajemen strategik memberikan solusi dalam mengamati, mengelola, dan mengevaluasi seberapa efektif dan efesien sebuah sekolah bekerja dalam mencapai tujuannya dan kinerja organisasi secara sistematis dan sinergis seperti menjawab pertanyaan mengapa suatu sekolah sukses dan gagal dalam mengelola sekolah, mengapa dengan menghadapi lingkungan sekolah yang sama tetapi sekolah menunjukkan prestasi dan kinerja yang berbeda, dan mengapa dengan kepemimpinan yang berbeda menunjukkan kinerja yang berbeda pula dalam mengelola sekolah. Dalam konteks manajemen strategik, kepala sekolah perlu mencerminkan peran koordinatif, sebagai fasilitator dan pengambil keputusan (decision maker) yang tepat terhadap program strategik sekolah yang dijalankan oleh tim dalam kurun waktu tertentu baik jangka panjang, menengah dan pendek sehingga perencanaan yang telah dibuat dapat diselenggarakan dengan baik. Keterkaitan antara perencanaan, penerapan dan evaluasi strategik lintas pimpinan saling terkait dan tidak dapat berdiri sendiri, ada tahapan sistematis yang harus dijalankan potensi keterpurukan kinerja sekolah dengan pergantian pimpinan. Ketiga, meningkatnya jumlah sekolah unggulan yang tersebar di Indonesia. Persaingan dalam dunia pendidikan yang begitu pesat ini berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah sekolah unggul yang tersebar di Indonesia.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menemukan beberapa rumusan masalah diantaranya adalah: 1. Apa-apa saja yang termasuk dalam tinjauan manajemen strategi? 2. Apa-apa saja yang termasuk dalam tinjauan mutu pendidikan? 3. Bagaimana implementasi manajemen strategi? 4. Bagaimana evaluasi strategi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan?
C. Tujuan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuannya sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apa-apa saja yang termasuk dalam tinjaun manajemen strategi 2. Untuk mengetahuai apa-apa saja yang termasuk dalam tinjaun mutu pendidikan 3. Untuk mengetahui implementasi manajemen strategi 4. Untuk mengetahui evaluasi strategi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan
BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan Manajemen Strategi 1. Pengertian Manajemen Strategik David mendefinisikan manajemen strategik sebagai ”seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya”.2 Lebih lanjut, Sagala menjelaskan bahwa manajemen strategic merupakan ”suatu pendekatan yang sistematis bagi suatu tanggung jawab manajemen, mengkondisikan organisasi ke posisi yang dipastikan mencapai tujuan dengan cara yang akan meyakinkan keberhasilan yang berkelanjutan dan membuat perusahaan (sekolah) menjamin atau mengamankan format yang mengejutkan”.3 Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan (sekolah) dalam jangka panjang, yang berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Dalam bidang pendidikan, Siagian mengemukakan manajemen strategic sebagai: Suatu proses dinamik yang dilakukan oleh organisasi pendidikan yang berlangsung secara terus menerus yang melahirkan strategik dan serangkaian keputusan yang efektif dan efisien dalam melahirkan produk atau output pendidikan yang mampu menampilkan kinerja dan prestasi tinggi, sesuai dengan sasaran organisasi yaitu tercapainya visi dan misi.4 Oleh karenanya, manajemen strategic perlu diterapkan dalam sebuah organisasi untuk memperkuat sistem internal dan eksternal organisasi dikarenakan manajemen strategic merupakan suatu proses yang dinamik yang berlangsung terus menerus dalam suatu organisasi karena sekolah dihadapi oleh dinamika lingkungan internal dan eksternal.
2
David, Fred R. Manajemen Strategik.( Jakarta: Salemba Empat, 2009). Hlm. 5 Sagala, Saiful. (2011). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan: Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi, dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah. (Bandung: CV.Alfabeta, 2011). Hlm. 129 4 Siagian, Sondang. P. Manajemen Stratejik.(Jakarta: Bumi Aksara, 2012). Hlm. 27 3
2. Proses Manajemen Strategi Dari beberapa definisi tentang manajemen strategi tersebut diatas, terdapat satu hal penting yang dapat disimpulkan, yaitu bahwa: 1. Penetapan srtategi, yang meliputi pengembangan misi dan tujuan jangka panjang, pengindetifikasian peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan perusahaan atau organisasi, pengembangan alternatif-alternatif stretagi dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi. 2. Penerapan strategi, meliputi penentuan sasaran-sasaran operasioanl tahunan, kebijakan perusahaan atau organisasi, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber-sumber daya agar srtaegi yang telah ditetapkan dapat diimpelmentasikan. 3.
Evaluasi atau kontrol startegi, mencakup usaha-usaha untuk memonitor seluruh hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan perusahaan serta mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.
3. Hasil Manajemen Strategi Berdasarkan proses manajemen strategi, konsep tentang manajemen strategis banyak ditujukan pada usaha bisnis atau perusahaan, tetapi konsep tersebut dapat pula dilakukan atau diterapkan pada organisasi non bisnis atau organiasi non profit, bahkan pada organisasi pemerintahan. Sebagai sebuah proses, manajemen strategi menjadikan informasi masa lalu, masa sekarang dan perkiraan yang masa yang akan datang dari aktifitas dan lingkungan organisasi yang berjalan melalui tahapan-tahapan yang saling berkaitan dan berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya kearah pencapaian suatu tujuan, oleh karenanya perubahan salah satu dari organisasi akan mempengaruhi sebagian atau seluruh unsur yang lain dari organisasi.
4. Tahapan Manajemen Strategik Proses manajemen strategik terdiri atas empat tahap yaitu ”pengamatan lingkungan, perumusan strategik, penerapan/implementasi strategik, dan evaluasi dan pengendalian strategi” (Murniati). Pengamatan lingkungan merupakan serangkaian gambaran kondisi lingkungan organisasi yang meliputi lingkungan internal dan eksternal.5 Lingkungan internal meliputi ”variable kekuatan dan kelemahan yang meliputi struktur, budaya, dan sumber daya organisasi” (Murniati&Usman).6 Lebih lanjut,
5
Murniati. (2008). Manajemen Stratejik: Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan.(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008).hlm. 50 6 Murniati &Usman, N. (2009). Implementasi Manajemen Stratejik Dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan. (Bandung :Ciptaan pustaka, 2008). Hlm. 46
Siagian membagi lingkungan eksternal kedalam dua bagian yaitu: Lingkungan eksternal dekat dan lingkungan eksternal jauh. Lingkungan eksternal dekat merupakan lingkungan yang mempunyai dampak pada kegiatankegiatan operasional organisasi seperti berbagai kekuatan dan kondisi dalam lingkup dimana organisasi bergerak, situasi persaingan, situasi pasar dan sebagainya. Sedangkan lingkungan eksternal jauh dapat bersifat politik, ekonomi, teknologi, keamanan, hukum, sosial budaya, pendidikan dan kultur masyarakat luas yang secara tidak langsung mempengaruhi kegiatan operasional organisasi. Perumusan strategik atau formulasi strategik merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, penetapan tujuan strategik dan keuangan perusahaan, serta merancang strategic untuk mencapai tujuan organisasi dalam rangka menyediakan customer value terbaik. Implementasi strategik ”sering kali disebut tahap aksi dari manajemen strategik yang merupakan perwujudan dari program-program yang telah ditetapkan dalam proses perumusan strategik”). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses implementasi pendidikan yaitu program, anggaran dan prosedur. Program merupakan langkah-langkah yang diperlukan untuk melaksanakan perencanaan sedangkan prosedur merupakan langkah-langkah penyelenggaraan program yang telah diurutkan secara sistematis. Anggaran merupakan biaya program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang. Evaluasi dan pengendalian strategik adalahtahap akhir dalam manajemen strategik. Evaluasi merupakan penilaian terhadap kinerja dan merupakan perbandingan hasil proses kegiatan yang telah dilakukan dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnnya. Ada tiga aktivitas penilaian strategik yang mendasar yaitu: ”(1) peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategik saat ini, (2) pengukuran kinerja, yaitu dengan membandingkan hasil yang diterapkan dengan hasil sebenarnya, dan (3) pengambilan langkah korektif untuk memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana” (David).7
B. Tinjauan Mutu Pendidikan 1. Pengertian Manajemen Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan terdiri dari kata mutu dan pendidikan. Mutu dalam bahasa Inggris “quality artinya mutu, kualitas”.8 Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia “Mutu adalah (ukuran ),
7
8
David, Fred R. Manajemen Strategik. (Jakarta: Salemba Empat, 2009). Hlm. 506 John M. Echolis, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1988) Cet. Ke XVI, hlm. 460
baik buruk suatu benda; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb)”.9 Secara istilah mutu adalah “Kualitas memenuhi atau melebihi harapan pelanggan”.10 Dengan demikian mutu adalah tingkat kualitas yang telah memenuhi atau bahkan dapat melebihi dari yang diharapkan. Pendidikan menurut Imam Al-Ghazali adalah “Sebuah wasilah untuk mencapai kemulian dan menyerahkan jiwa untuk mendekat diri kepada Tuhan”. Berdasarkan Undang Undang Sisdiknas No. II Tahun 2003 pendidikan adalah : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.11 “Berdasarkan tinjauan mutu pendidikan dari segi proses dan hasil mutu pendidikan dapat dideteksi dari ciri-ciri sebagai berikut : kompetensi, relevansi, fleksibelitas, efisiensi, berdaya hasil, kredibilitas”. Menurut Mujamil mutu pendidian adalah “Kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin”. Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan mutu pendidikan adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan pengajaran dan pelatihan. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM). 2. Karakteristik Mutu Pendidikan Mutu pendidikan diukur secara universal baik dari segi input, proses, output maupun outcome. Aada 13 karakteristik yang dinilai dalam hal mutu pendidikan yaitu : a. Kinerja (performan). 9
Lukman Ali, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-4, h. 677
10 11
M.N. Nasution, Manajemen Mutu terpadu, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004), Cet. ke-3, h. 15 Tim Redaksi Sinar Grafika, Undanng-Undang Sisdiknas 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), h. 2
b. Waktu wajar (timelines) c.
Handal (reliability).
d. Data tahan (durability) e. Indah (aesteties). f. Hubungan manusiawi (personal interface). g. Mudah penggunaanya (easy of use). h. Bentuk khusus (feature). i.
Standar tertentu (comformence to specification).
j.
Konsistensi (concistency).
k. Seragam (uniformity). l.
Mampu melayani (serviceability).
m. Ketepatan (acuracy)9. Kinerja (performan) berkaitan dengan aspek fungsional sekolah yang terdiri dari kinerja guru dalam mengajar. “Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah. Oleh karena itu ia dituntut untuk mengenal tempat bekerjanya itu. Guru perlu memahami faktor-faktor yang langsung dan tidak langsung menunjang proses belajar mengajar”10. Waktu wajar (timelines) yaitu sesuai dengan waktu yang wajar meliputi memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat. Handal (reliability) yaitu usia pelayanan bertahan lama. Meliputi pelayanan prima yang diberikan sekolah menjadi prinsip agar pihak yang dilayani merasa senang dan puas atas layanan yang diberikan sehingga menjadi pelanggan yang baik dan setia. Daya tahan (durability) yaitu tahan banting, misalnya meskipun krisis moneter, sekolah masih tetap bertahan. Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru membuat media-media pendidikan yang menarik. Hubungan manusiawi (personal interface) yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan profesionalisme. Hal ini bisa dicapai apabila terjalin komunikasi yang sehat. “Dari komunikasi itu bisa diperoleh suasana yang akrab dan harmonis, bahkan bisa mendamaikan dua pihak yang bertikai”12. Mudah penggunaanya (easy of use) yaitu sarana dan prasarana dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam dikembalikan tepat waktu. Bentuk khusus (feature) yaitu keuggulan tertentu misalnya sekolah unggul dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi). “Persyaratan pertama bagi kepemimpinan pengajaran adalah guru hendaknya memiliki visi mengenai unggulan dalam mengajar” 13. Standar tertentu (comformence to specification) yaitu memenuhi standar tertentu. Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan minimal. Konsistensi (concistency) yaitu keajegan, konstan dan stabil,
misalnya mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah konsisten dengan perkataanya. Seragam (uniformity) yaitu tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam berpakaian. Mampu melayani (serviceability) yaitu mampu memberikan pelayanan prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saransaran yang masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa puas. Ketepatan (acuracy) yaitu ketepatan dalam pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah. 3. Standar Mutu Pendidikan Pemahaman dan persepsi dalam hal standar mutu pendidikan terdapat perbedaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang antara pakar satu dengan pakar lainnya. Pertama sebagian orang, bahkan pada umumnya para orang tua mengatakan bahwa kenyamanan sekolah itu merupakan salah satu tolak ukur terbaik, ke dua pihak lain berpendapat bahwa hasil belajar atau hasil akademik yang menunjukan sekolah tersebut menunjukan sekolah yang baik karena menurut pendapat ini dari buahnya anda mengenali mereka, ketiga sebagian orang mengemukakan bahwa ada beberapa ciri atau tolak ukur yang akan memperlihatkan mutu suatu sekolah. Cyil merangkum pendapat mutu dari sudut pandang yang berbeda menggunakan tolak ukur yang berbeda. Sebagian orang menggunakan tolak ukur berdasarkan kondisi sekolah, sebagain lain menggunakan tolak ukur prestasi hasil belajar, dan pendapat yang lebih luas menyatakan tolak ukur mutu pendidikan perlu ditinjau dari berbagai tolak ukur yang relevan. Pandangan ke tiga diperkuat dengan pandangan Mujamil yang menyatakan bahwsa “Lembaga pendidikan dikatan bermutu jika input, proses, dan hasilnya dapat memenuhi persyaratan yang dituntut oleh pengguna jasa pendidikan”15. Meskipun Mujamil menggunakan tolak ukur input, proses dan hasil, namun titik tolak ukur mutu pendidikan menurut Mujamil adalah pengguna jasa pendidikan, yang berarti lebih berfokus pada out put yaitu potensi dan nilai guna para alumni dalam kehidupan. Menurut Usman “Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan nonakademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa puas”. Sedangkan menurut Hari Sudradjad pendidikan yang bermutu adalah Pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life skill), pendidikan yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi yang integral (integrated personality) mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan amal17.
Pandangan yang lebih komprehensif tentang mutu pendidikan dikemukakan oleh Sardi. Standar mutu pendidikan sesuai ISO 9001 : 2008 adalah sebagai beikut : a. Komponen standar isi, sasaran mutu : 1. Pengembangan KTSP berdasarkan guru mata pelajaran, DU/DI, konselor, dan komite sekolah/madrasah atau penyelenggara 2. Lebih dari 76 % Silabus dikembangkan sesuai dengan pedoman 3. Sekolah memenuhi standar memenuhi kebutuhan peserta didik. b. Komponen standar proses, sasaran mutu : c. Semua guru membuat RPP sesuai dengan aturan. d. 76 % guru melakukan pembelajaran berbasis teknologi e. 76 % siswa dapat melakukan prakerin sesuai kompetensinya f. Hasil evaluasi guru semuanya baik c. Komponen standar kompetensi lulusan, sasaran mutu : 1. Rata-rata Hasil Ujian Nasional dan Uji Kompetensi keahlian 2. KKM kelas X dan kelas XI 3. Siswa memperoleh berbagai macam keterampilan d. Komponen standar pendidik dan kependidikan, sasaran mutu : 1. Meningkatkan kualifikasi PTK 2. Meningkatkan kompetensi (pelatihan) PTK e. Komponen standar sarana dan prasarana, sasaran mutu : 1. Semua bahan ajar yang diperlukan siswa tersedia 2. Menambah sarana dan prasarana. f. Komponen standar pengelolaan, sasaran mutu : 1. Semua unsur terlibat dalam kerja tim pengembangan 2. RKS/RAKS berdampak terhadap peningkatan hasil belajar . 3. Sistem informasi dengan menggunakan website /softcopy g. Komponen standar pembiayaan, sasaran mutu : 1. Sekolah membayar gaji guru dan karyawan tepat waktu 2. 95 % penggunaan anggaran sesuai dengan rencana 3. 90% siswa membayar SPP tepat waktu h. Komponen standar penilaian, sasaran mutu : 1. 100% guru menilai berdasarkan silabus yang telah ditetapkan 2. Ada penilaian baik bidang akademik maupun non akademik
3. Seluruh hasil penilaian siswa di dokumentasikan18.
Perbedaan persepsi tentang mutu pendidikan merupakan hal wajar, karena masing-masing pihak mendefinisikannya dari sudut pandang dan kemam- puan dalam menganalisis yang beragam. Badan/lembaga pelaksana yang terlibat dalam kegiatan penjaminan mutu, baik tingkat, dasar, menengah maupun pergururan tinggi adalah Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan. Badan Akre-ditasi Nasional Pendidikan Nonformal yang selanjutnya disebut BAN-PNF adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jalur pendidikan nonformal dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Penilaian dilakkukan melalui akriditasi dengan berpedoman pada peringkat nilai sebagai berikut : Sekolah/Madrasah memperoleh peringkat akreditasi sebagai berikut. a. Peringkat akreditasi A (Sangat Baik) jika sekolah/madrasah memperoleh Nilai Akhir Akreditasi (NA) sebesar 86 sampai dengan 100 (86 < NA < 100). b. Peringkat akreditasi B (Baik) jika sekolah/madrasah memperoleh Nilai Akhir Akreditasi sebesar 71 sampai dengan 85 (71 < NA < 85). c. Peringkat akreditasi C (Cukup Baik) jika sekolah/madrasah memperoleh Nilai Akhir Akreditasi sebesar 56 sampai dengan 70 (56 < NA < 70)19.
4. Unsur-Unsur Manajemen Mutu Pendidikan Manajemen peningkatan mutu mempersyaratkan integrasi dari berbagai unsur yang perlu diintegrasikan. Menurut Saefullah unsure-unsur manajemen terdiri dari : “(1) Pimpinan, (2) Orang-orang yang dipimpin, (3) Tujuan yang akan dicapai, (4) Kerja sama dalam mencapai tujuan, (5) sarana atau peralatan manajemen yang terdiri dari man, money, materials, machine, method, dan market”43. Manajemen mutu pendidikan memerlukan karakteristik pimpinan yang tertentu. Pemimpin dalam hal ini kepala madrasah mempunyai peran utama dalam manajemen mutu pendidikan terkait dengan perencanaan, pengambilan keputusan dan kebijakan, pengawasan pengendalian proses, evaluasi terhadap kesesuaian antara konsep dengan realita, dan pengembangan madrasah. Untuk itu kepemimpinan di madrasah harus dipegang oleh orangorang yang memiliki kapabilitas sebagai pemimpin.
Kualifikasi kepala SMP/MTs adalah “berstatus sebagai guru SMP/MTs, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs, dan memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah”44. Menurut Rifai “Pemimpin yang baik harus memiliki empat macam kualitas yaitu kejujuran, pandangan ke depan, mengilhami pengikutnya, dan kompeten”45. Menurut Najarudin “Pimpinan pendidikan harus memiliki prespektif (1) Visi dan misi, (2) Manajemen yang terus berlangsung, (3) Manajemen untuk peserta didik, (4) Otonomi dalam mengembangkan inovasi, (5) kekeluargaan, (6) memiliki seni memimpin, sabar, antusias, dan intensitas”46. Menurut Robert untuk menciptakan pendidikan yang bermutu diperlukan kepemimpinan tipe simbolik. Leadership for excellent schools. In order to move from competence to excellence in schools, we must provide two other forms of leadership: syimbolic leadership and the leadership that can build organizational culture. Symbolice leadership do not assume that everyone sees the whole picture; they use words (spoken and written) and other symbols (such as time, attention, and their personal presence) to continually reemphasize what is important, what is good, what is wanted.47 “Kepemimpinan syimbolik merupakan kepemimpinan yang dapat membangun budaya organisasi. Dalam kepemimpinan simbolik jangan menganggap bahwa setiap personil sebagai gambar, mereka memiliki ide baik disampaikan lisan dan tulisan atau dalam bentuk simbol lainnya (seperti waktu, perhatian, dan kehadiran pribadi mereka) yang selalu menekankan apa yang penting, apa yang baik, apa yang diinginkan”. Sedangkan orang-orang yang dipimpin/ tim dalam TQM merupakan kualitas kelompok. Hampir semua kepustakaan menekankan pentingnya kejelasan tujuan dan hubungan interpersonal yang efektif sebagai dasar terjadinya kerja kelompok yang efektif. Salah satu komponen tim adalah guru, sesuai UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 6 ayat “Guru dan dosen memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia”.12 Sebagai guru di madrasah menurut Amin Thaib dkk. Dalam kaitannya dengan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru di madrasah adalah sebagai berikut : a. Kompetensi pribadi (personal), meliputi: 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Berakhlak mlia serta memegang teguh ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 12
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2013), Cet. Ke- 2, h. 136
3.
Memiliki wawasa keagamaan.
4. Terampil, fasih membaca dan menulis huruf Al-Qur‟an b. Kompetensi profesional 1. Menguasai landasan kependidikan. 2.
Mampu merencanakan program pembelajaran.
3. Menguasai garis-garis besar program kegiatan belajar. 4. Mampu mengelola kegiatan belajar dan bermain 5.
Terampil membuat alat-alat belajar dan alat peraga.
6. Mampu melasanakan penilaian perkembangan kemampuan dasar da prilaku anak c. Kompetensi sosial, meliputi: 1. Mampu berinteraksi dan bekerja sama dengan teman sejawat. 2. Mampu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang tua anak didik. 3. Mampu berinteraksi dengan tenaga profesional lainnya49
Guru
yang profesional harus memiliki kompetensi-kompetensi tersebut untuk
mengembangkan komponen-komponen pengajaran. Mutu pendidikan dapat dicapai dengan melakukan manajemen berbagai komponen dasar pendidikan. “Kepedulian akan mutu pendidikan didorong oleh persoalan dasar, bagaimana mengintegrasikan semua fungsi dan proses dalam suatu organisasi agar tercapai peningkatan mutu secara berkelanjutan”. 13 Menurut Mujamil “Manajemen komponen-komponen dasar pendidikan yang mutlak harus ada dalam proses peningkatan mutu pendidikan yaitu (1) Manajemen personalia pedidikan, (2) Manajemen kesiswaan, (3) Manajemen kurikulum pendidikan, (4) Manajemen keuangan pendidikan, (5) Manajemen sarana prasarana pendidikan51. Dengan melalui penerapan manajemen lima komponen dasar pendidikan tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan madrasah menjadi madrasah yang bermutu tinggi.
13
Moch. Idochi Anwar, Op. Cit., h. 19
C. Implemntasi Manajemen Strategi
Implementasi strategi adalah jumlah keseluruhan aktivita dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat enjalankan perancanaan strategis. Implementasi stratgis merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindaan melalui pengebangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun impelementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategi. Perumusan srtategi dan implementasi strategi harus dilihat dari dua sisi mata uang. Upaya yang dilakukan sekolah dalam mengimplementasikan manajemen strategik melalui serangkaian aktivitas dan prosedur kerja yang dideskripsikan melalui: a) kondisi lingkungan internal yang terdiri dari struktur organisasi sekolah, teamwork dan pembagian tugas sekolah, hari dan waktu belajar, asset pembiayaan, kurikulum, promosi sekolah, penerimaan siswa baru, budaya dan kode etik, dan kebijakan sekolah, b) kondisi lingkungan eksternal sekolah meliputi lingkungan geografis, demografis, lingkungan budaya dan apresiasi masyarakat, regulasi pemerintah, ilmu pengetahuan dan teknologi, komite sekolah, lembaga mitra dan alumni dan c) implementasi strategik dalam upaya memenuhi standar pendidikan nasional. Ada dua variabel penting dalam penerapan strategi melalui “pemasaran yaitu segmentasi pasar (market segmentation) yang merupakan pembagian pasar menjadi bagian-bagian konsumen yang berbeda menurut kebutuhan dan pemosisian produk (product positioning) yang merupakan upaya untuk mengetahui apa yang diinginkan dan diharapkan konsumen” (David) Aspek budaya juga memiliki peran dalam implementasi strategik. Marquardt (Usman) mengemukakan bahwa “setiap organisasi memiliki budaya yang mencangkup serangkaian nilai, keyakinan, sikap, kebiasaan, normal, kepribadian, ritual dan kecintaan bersama terhadap organisasi”. Peran budaya dalam implementasi strategik sangat besar dalam mencapai kesuksesan implementasi strategik. Keberhasilan sebuah organisasi ditentukan oleh seberapa dukungan lingkungan yang diperoleh strategi dari budaya organisasi. Berdasarkan hasil penelitian, sekolah menerapkan beberapa kebijakan seperti tata tertib sekolah dan asrama, kalender pendidikan, jadwal pelajaran dan pengajaran, kebijakan cuti pegawai dan sebagainya. Rohman menyatakan bahwa: “kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengatur khusus regulasi berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi dan distribusi sumber, serta pengaturan perilaku dalam pendidikan”. Berdasarkan penyataan Rohman di atas dapat dijelaskan bahwa kebijakan menyatakan pengaturan perilaku yang dibuat untuk mensukseskan keberhasilan strategi yang diimplementasikan. Keberadaan lingkungan eksternal juga berpengaruh terhadap penyelenggaraan strategik sekolah.
Dalam mengimplementasikan strategi-strategi tersebut sekolah juga berpedoman pada pemenuhan standar pendidikan nasional Indonesia antara lain pemenuhan standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan (BSNP, 2013:23). Dan berpedoman pada pengimplementasian standar pendidikan nasional dengan membuat rencana pengembangan sekolah yang tercantum dalam Renstra, RKS dan RKAS.
Sagala (2007:139) menyatakan bahwa implementasi strategi dapat dicapai melalui kelengkapan alat administrasi yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: 1) struktur, 2) proses, dan 3) tingkah laku. Dalam mengimplementasikan RKS yang telah dibuat, sekolah mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada, membekali guru dan staf dengan trainingtraining yang bersifat rutin, mengirimkan siswa dalam perlombaan. Guru memiliki kewajiban untuk mengisi weekly planner yang merupakan rencana kegiatan selama seminggu dan wajib dikumpulkan ke kepala sekolah untuk dicek. Selain kepala sekolah, monitoring dan evaluasi juga dilakukan oleh dinas terkait yaitu pengawas sekolah. Sumber dana untuk mengimplementasikan semua kegiatan yang ada dalam RKS dan RKT berasal dari dana BOS dan orang tua murid yang disebut dengan annual fee. Pelaporan atas penggunaan dana disesuaikan dengan asal dana tersebut. Dana BOS dilaporkan ke dinas pendidikan kota Bandarlampung dan dinas pendidikan provinsi Lampung, sementara annual fee dilaporkan ke komite sekolah dan ke yayasan Tunas Mekar Indonesia.
D. Evaluasi Strategik dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Pelaksanaan evaluasi dan pengendalian strategi di lakukan secara terus menerus melibatkan manajemen puncak dan seluruh personil sekolah baik jangka pendek, menengah dan panjang serta melalui instrumen evaluasi diri sekolah, guru dan Benchmarking. Strategi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan perlu untuk melakukan evalusasi, evaluasi tersebut dilakukan melalui forum
musyawarah sekolah, observasi, supervisi dan monitoring yang dilakukan manajemen puncak sekolah dan evaluasi diri sekolah yang dimuat dalam evaluasi diri sekolah, evaluasi diri guru dan Benchmarking. Evaluasi tersebut dilakukan setiap minggu, bulan, semester dan tahun. Sama halnya seperti sebuah perusahaan pada umumnya.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan (sekolah) dalam jangka panjang, yang berfokus pada usaha untuk
mengintegrasikan
manajemen,
pemasaran,
keuangan/akuntansi,
produksi/operasi,
penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Dalam bidang pendidikan, Siagian (2012:27) mengemukakan manajemen strategic sebagai: Suatu proses dinamik yang dilakukan oleh organisasi pendidikan yang berlangsung secara terus menerus yang melahirkan strategik dan serangkaian keputusan yang efektif dan efisien dalam melahirkan produk atau output pendidikan yang mampu menampilkan kinerja dan prestasi tinggi, sesuai dengan sasaran organisasi yaitu tercapainya visi dan misi. Oleh karenanya, manajemen strategic perlu diterapkan dalam sebuah organisasi untuk memperkuat sistem internal dan eksternal organisasi dikarenakan manajemen strategic merupakan suatu proses yang dinamik yang berlangsung terus menerus dalam suatu organisasi karena sekolah dihadapi oleh dinamika lingkungan internal dan eksternal.
Mutu pendidikan adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan pengajaran dan pelatihan. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM). Sagala (2007:139) menyatakan bahwa implementasi strategi dapat dicapai melalui kelengkapan alat administrasi yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: 1) struktur, 2) proses, dan 3) tingkah laku. Implementasi Strategi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan perlu untuk melakukan evalusasi, evaluasi tersebut dilakukan melalui forum musyawarah sekolah, observasi, supervisi dan monitoring yang dilakukan manajemen puncak sekolah dan evaluasi diri sekolah yang dimuat dalam evaluasi diri sekolah, evaluasi diri guru dan Benchmarking.
B. Saran Saya menyadari bahwa tidak ada hal yang sempurna. Isi makalah ini masih perlu memperoleh saran dan kritikan dari siapa saja yang telah membaca dan memakainya. Saran dan kritik anda akan menjadikan makalah ini semakin sempurna.
DAFTAR PUSTAKA Murniati. (2008). Manajemen Stratejik: Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan. Bandung: Citapustaka Media Perintis. David, Fred R. (2009). Manajemen Strategik. Jakarta: Salemba Empat. Sagala, Saiful. (2011). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan: Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi, dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah. Bandung: CV.Alfabeta. Siagian, Sondang. P. (2012). Manajemen Stratejik. Jakarta: Bumi Aksara. Murniati &Usman, N. (2009). Implementasi Manajemen Stratejik Dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung: Citapustaka Media Perintis. David, Fred R. (2009).Manajemen Strategik. Jakarta: Salemba Empat, John M. Echolis, Hasan Shadily,(1992) Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia, Cet. Ke XVI Lukman Ali, (1995).Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka M.N. Nasution, (2004).Manajemen Mutu terpadu, Jakarta : Ghalia Indonesia Tim Redaksi Sinar Grafika, (2013).Undanng-Undang Sisdiknas 2003,Jakarta : Sinar Grafika Muhaimin, (2013).Rekonstruksi Pendidikan Islam, Jakarta : Rajagrafindo Persada, Cet. Ke2
Mata Kuliah : Manajemen Strategi Pendidikan MAKALAH STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH Di Susun Oleh : ANDINI PRATIWI
Kelas : MPI 1 Semester V
.
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirah tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat dan kesehatan yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas UAS mata kuliah manajemen strategi pendidikan yang berjudul “ Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah”. Semoga makalah ini,dapat bermanfaat bagi si pembaca. Saya mengicapkan terimah kasih kepada pihak yang terkait yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya minta masukan dan perbaikan pembuatan makalah ini pada masa yang akan datang.
Medan, 15 desember 2018
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2 DAFTAR ISI................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4 A. Latar Belakang ........................................................................................... 4 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4 C. Tujuan......................................................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6 A. PENGERTIAN STRATEGI KEPEMIMPINAN....................................... 6 B. KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN ...................................................... 7 C. CIRI KEMIMPINAN YANG BAIK.......................................................... 8 D. MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SEKOLAH .................................................................................. E. TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG IDEAL ... 13 F. STRATEGI KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF ................................... 16 BAB III PENUTUP ....................................................................................... 22 A. KESIMPULAN ......................................................................................... 22 B. SARAN ..................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 23
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Kepala sekolah selaku orang yang mempunyai wewenang dan kekuasaan sudah selayaknya
mempunyai
gaya
kepemimpinan
yang
efektif
untuk
mengatur
dan
mengembangkan jabatan yang diembannya. Kepala sekolah dalam mengembangkan tugasnya hendaknya didasari dengan sikap sungguh-sungguh & etos kerja yang tinggi. Kepala sekolah yang mempunyai kesungguhan dan etos kerja yang tinggi akan mampu melaksanakan inovasi pendidikan dengan baik. Disamping itu ditunjang dengan kemampuan manajerial yang handal juga merupakan faktor yang mewujudkan sekolah yang efektif, kondusif dan dinamis. Kehadiran kepala sekolah sangat penting karena merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru, karyawan, dan anak didik. Begitu besarnya peranan sekolah dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya inovasi pendidikan dan kegiatan sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala sekolah. Namun, perlu dicatat bahwa keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya, tidak ditentukan oleh tingkat keahliannya dibidang konsep dan teknik kepemimpinan semata, melainkan lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam memilih dan menggunakan teknik atau gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dipimpin. Pandangan diatas menunjukan pentingnya menelaah
dan
membahas
kembali
tentang
kepemimpinan
kepala
sekolah
melaksanakan inovasi pendidikan agar tercipta sekolah efektif dan berkwalitas.
B. Rumusan Masalah 1). Bagaimana konsep dasar kepemimpinan? 2). Bagaimana Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah ? 3). Bagaimana tipe-tipe manajemen kepemimpinan Kepala sekolah yang ideal?
dalam
4). Bagaimana Strategi Kepemimpinan yang Efektif? C, Tujuan 1). Untuk mengetahui konsep dasar kepemimpinan 2). Untuk mengetahui Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah 3). Untuk mengetahui tipe-tipe manajemen kepemimpinan Kepala sekolah yang ideal 4). Untuk mengetahui Strategi Kepemimpinan yang Efektif
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN STRATEGI KEPEMIMPINAN Strategi kepemimpinan adalah kemampuan untuk meengantisipasi, memberi inspirasi, mempertahankan fleksibilitas orang
lain
untuk
menciptakanperubahan
strategi
yang
diinginkan. Dengan sifatnya yang multifungsi, strategi kepemimpinan melibatkan seluruh seluruh sumber daya manusia dalam organisasi, sehingga pemmimpin yang stratejik harus belajar bagaimana cara mempengaruhi perilaku, fikiran dan perasaan seseorang secara efektif dalam lingkungan yang tidak menentu. Hal ini bisa dilkaukan dengan perkataan, perbuatan nyata, maupun kemampuannya dalam mewujudkan visi yang hendak dituju di masa depan. Kemampuan mengelola manusia merupakan modal penting bagi seorang pemimpin. Kunci meraih keunggulan kompetitif pada dasawarsa 1990-an adalah kapasitas para pemimpin puncak untuk menciptakan arsitektur sosial yang mampu menciptakan modal intelektual berupa pengetahuan, keahlian, kekuatan otak dan ide inovatif. Ini dapat dicapai apabila pemimpin staratejik yang kompeten menciptakan di mana para stakeholders dapat diarahkan mencapai operasi perusahaan secara efektif dan mempertahankan kinerjayang tinggi dari waktu ke waktu. Melalui kepemimpinan stratejik yang efektif, suatu perusahaan mampu memanfaatkan proses manajemen strategi dengan sukses. Pemimpin stratejik, sebagai manajer puncak harus mengarahkan perusahaan dengan suatu cara untuk mencapai maksud strategi dan misi yang sudah dirumuskan. Ia ditantang untuk mewujudkan pengembangan strategis yang layak, dan menentukan cara untuk mengimplementasikannya.1 Manajer melaksanakan tugas yang memang sudah semestinya dikerjakan. Pemimpin berhasil menyelesaikan tugas yang mustahil terlaksana kalau saja mereka tidak ikut campur. Mereka berhasil karena menggunakan kekuatan bisnis tersembunyi: karyawan yang telah diperdayakan kekuatannya untuk meraih keberhasilan. 1
Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Erlangga, Jakarta, 2005, hal. 228
Alasan kedua, menjadi pemimpin adalah karena di atas para manajer terbentang langit-langit kaca. Posisi manajer ada batasnya diorganisasi manapun. Kedudukan lebih tinggi lagi mustahil dapat diraih karena mau tak mau harus bergantung pada ketrampilan atasan atau dukungan organisasi. Alasan ketiga adalah kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan. Menjadi pemimpin jauh lebih memuaskan daripada menjadi manajer. Tentunya posisi ini terasa jauh lebih berat dan bisa membangkitkan frustasi. Alasan terakhir tak ada hubungannya dengan keinginan, kebutuhan dan hasrat. Organisasi yang terpimpin jauh lebih hidup suasananya serta menyenangkan dibandingkan dengan organisasi yang diatur manajer. Hal ini tercermin pada hasil kerjanya karena tempat bekerja jauh lebih nyaman untuk karyawan.2 B. KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugastugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner, semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan makin besar potensi kepemimpinan yang efektif (Fattah, 2004: 88). Stoner benar tentang kepemimpinan efektif, namun itu berlaku ketika seorang pemimpin memiliki karakter kuat, tegas, dan berjiwa pembelajar. Sebaliknya, kekuasaan yang besar di tangan pemimpin yang lemah karakter, pengetahuan dan keterampilan, hanya akan membawa lembaga pendidikan pada ujung kebangkrutan dan tumpukan masalah yang tidak terselesaikan dengan baik, bahkan menimbulkan konflik internal. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi
tersebut.
Pentingnya kepemimpinan seperti
yang
dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin (2006:287) yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain
agar mau bekerja sama di bawah
kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. 2
Paul Birch, Instant Leadership, Erlangga, Jakarta, 2006, Hal 6
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama. Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Pendapat Hasibuan Malayu (dalam Mulyadi, 2010: 47) tentang perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan meliputi aktivitas sebagai berikut: -Mengambil keputusan -Mengembangkan imajinasi -Mengembangkan kesetiaan pengikutnya -Pemrakarsa, penggiatan, dan pengendalian rencana -Memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya -Melaksanakan kontrol dan perbaikan-perbaikan atas kesalahan -Memberikan tanda penghargaan -Mendelegasikan wewenang kepada bawahannya
-Pelaksanaan keputusan dengan memberikan dorongan. Sementara Gary Yulk mengidentifikasi empat belas perilaku kepemimpinan yang dikenal dengan taksonomi manajerial sebagai berikut : -Merencanakan dan mengorganisasi (planning and organizing) -Pemecahan masalah (problem solving) -Menjelaskan peran dan sasaran (clarifying roles and objectifies) -Memberi informasi (informing) -Memantau (monitoring) -Memotivasi dan memberi inpirasi (motivating and inspiring) -Berkonsultasi (consulting) -Mendelegasikan (delegating) -Memberikan dukungan (supporting) -Mengembangkan dan membimbing (developing and mentoring) -Mengelola konflik dan tim (managing and team building) -Membangun jaringan kerja (networking) -Pengakuan (recognizing) -Memberi imbalan (rewarding) (Mulyadi, 2010: 49-50). C. CIRI KEMIMPINAN YANG BAIK Salah satu konsultan manajemen menyatakan bahwa untuk memimpin dan menjaga kelangsungan sebuah perusahaan, dibutuhkan seorang pemimpin yang tepat. Terdapat empat macam karakter paling penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu: 1. Jujur (honest)
Seorang harus yang baik jujur dalam semua tindakan yang dia lakukan. Seoran pemimpin yang bohong dan sering “bermain belakang” tidak akan dihargai oleh anak buahnya da orang lain. 2. Selalu memandang ke depan (forward looking) Seorang pemimpin harus selalu mempunyai kemauan dan insting untuk mau maju ke depan dan mau melihat ke masa yang akan datang. Dia akan terus maju tanpa hanya sekedar melihat lalu dan menghasut pihak lain uuntuk membenci orang yang melakukan kesalahan yang telah terjadi di masa lalu. 3. Inspirasi (inspiring) Pemimpin yang baik harus sanggup memberika inspirasi kepada bawahannya. Sering kali manusia mengalami kesusahan dan kesulitan dalam dunia bisnis maupun kehidupan sehari-hari. Dalam situasi ini pemimpin dituntuk untuk mampumemberikan inspirasi kepada semua bawahannya, harus mampu membangkitkan semangat dan keyakinan anak buahnya bahwa suatu saat mereka akan mendulang keberhasilan dan kesuksesan. 4. Kemampuan (competent) Pemimpin yang baik adalah mereka yang mempunyai kemampuan dalam menjalankan semua tugasnya sebagai seorang pemimpin agar bisa memberikan contoh teladan bagi anak buah dan semua orang yang ada di sekitarnya. 3
D.
MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN
KEPALA
SEKOLAH
DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS SEKOLAH Kepemimpinan dalam penerapan manajemen sekolah memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan keterampilan mengelola (kepemimpinan dan manajerial). Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan keterampilan ini memegang peranan yang sangat penting untuk untuk meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku kepemimpinan yang
3
Helmut Maucher, Strategi Kepemimpinan Dalam Bisnis Global, Dinastindo Adiperkasa
Internasional, Jakarta, 1997, Hal 65
positif dan mendukung terhadap penerapan manajemen kepala sekolah akan lebih mencapai keberhasilan. Hasil penelitian Douglas & Hakim (2001), menemukan bahwa sebagian besar pemimpin yang hanya memberikan pelayanan untuk peningkatan kualitas tanpa ada perilaku yang mendukung, mengurangi keberhasilan pelaksanaan hasil manajemen kepala sekolah. 4 Sommer dan Merritt (1994) dan Rad (2005) juga berpendapat tentang perlunya pemimpin memberikan perhatian terhadap strategi manajemen mutu terpadu karena secara signifikan perilaku hubungan kepemimpinan dengan perilaku karyawan memiliki pengaruh terhadap
keberhasilan
pelaksanaan
manajemen
mutu
terpadu.
Perbedaan
perilaku
kepemimpinan dan bawahan dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan manajememen mutu terpadu juga akan terlihat lebih nyata pada pelaksanaan manajemen mutu terpadu dan kinerja organisasi dalam sektor jasa seperti sekolah. Budianto (2011) menjelaskan untuk mencapai keberhasilan manajemen kepala sekolah, perilaku kepemimpinan dalam dunia pendidikan (kepala sekolah) harus mencerminkan: (1) fokus pada pelanggan, (2) fokus pada pencegahan masalah, (3) investasi sumber daya, (4) memiliki strategi mutu, (5) menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar, (6) mendefinisikan mutu pada seluruh area organisasi, (7) memiliki kebijakan dan rencana mutu, (8) manajemen senior memimpin mutu, (9) proses perbaikan mutu melibatkan setiap orang, (10) memiliki fasilitator mutu yang mendorong kemajuan mutu, (11) karyawan dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu, (12) kreativitas adalah hal yang penting, (13) memiliki aturan dan tanggungjawab yang jelas, (14) memiliki strategi evalusi yang jelas, (15) melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, (16) rencana jangka panjang, (17) mutu dipandang sebagai bagian dari budaya, (18) meningkatkan mutu berada dalam garis strategi imperatif-nya sendiri, (19) memiliki misi khusus, (20) memperlakukan kolega sebagai pelanggan. Sementara itu, Tiong (dalam Usman, 2011: 290) menemukan dalam penelitiannya tentang karakteristik perilaku kepala sekolah yang efektif antara lain sebagai berikut. -Kepala sekolah yang adil dan tegas dalam mengambil keputusan -Kepala sekolah yang membagi tugas secara adil kepada guru 4
Arismunandar. 2006. Manajemen pendidikan peluang dan tantangan. Makassar: badan
penerbit UNM Makassar. Hal 134
-Kepala sekolah yang menghargai partisipasi staf -Kepala sekolah yang memahami perasaan guru -Kepala sekolah yang memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan -Kepala sekolah yang terampil dan tertib -Kepala sekolah yang berkemampuan dan efisien -Kepala sekolah yang memiliki dedikasi dan rajin -Kepala sekolah yang tulus -Kepala sekolah yang percaya diri Sedangkan perilaku kepemimpinan yang tidak efektif antara lain mencerminkan semangat yang rendah, berpandangan sempit, diktator dan tidak memiliki rasa keterlibatan dalam organisasi. Dengan kata lain perilaku kepala sekolah harus menyesuaikan dengan empat prinsip manajemen mutu terpadu. Penjelasan masing-masing prinsip dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dijelaskan di bawah ini: 5 a. Kepuasan pelanggan Seperti penjelasan sebelumnya, sekolah memiliki pelanggan internal dan eksternal. Terhadap pelanggan internal, siswa guru dan staf usaha perilaku kepala sekolah yang efektif antara lain adil dan tegas dalam mengambil keputusan, memiliki dedikasi dan rajin, memiliki keterampilan dalam pencegahan masalah, memiliki strategi mutu dan memiliki strategi evalusi yang jelas. Sedangkan terhadap pelanggan eksternal perilaku efektif kepala sekolah dapat tercermin melalui transparansi, pemberi informasi, melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar. b. Respek terhadap setiap orang Prinsip ini melihat setiap orang dalam sekolah sebagai aset dan memiliki potensi. Sehingga perilaku kepemimpinan yang efektif dalam mencerminkan prinsip ini adalah 5
Ibid, Hal 137
fasilitator, menghargai partisipasi staf, memahami perasaan guru, memberikan dukungan, melibatkan guru dan staf dalam pengambilan keputusan, mengembangkan dan membimbing potensi, memotivasi dan memberi inspirasi, mendelegasikan tugas, dan semua masyarakat sekolah dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu. c. Manajemen berdasarkan fakta Pada prinsip ini, perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif tertib administrasi sehingga selalu mengambil keputusan dengan berdasarkan data organisasi yang jelas, bukan suatu gambaran atau perkiraan. Kepala sekolah juga merencanakan, mengorganisasi dan melakukan prioritas menggunakan data dan kondisi sumber daya dalam organisasi. d. Perbaikan terus menerus Dalam mencapai manajemen mutu, maka perubahan adalah hal yang mutlak dilakukan suatu organisasi seiring dengan perubahan perilaku pelanggan. Maka perilaku kepemimpinan
kepala
sekolah
yang
efektif
mencerminkan
pemantauan,
visioner,
transformasional, rencana jangka panjang, membangun jaringan kerja dengan pelanggan eksternal, inovatif, dan kreatif.
E. TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG IDEAL Pemimpin dalam kepemimpinannya dinyatakan berfungsi untuk menggiatkan atau menggerakkan bawahannya. Fungsi menggerakkan adalah adalah fungsi pembimbingan dan pemberian pimpinan serta menggerakkan kelompok orang-orang itu agar suka dan mau bekerja (Sudirga, 2006 : 23).
6
Dalam kepemimpinan disebutkan seorang pemimpin memiliki beberapa tipe-tipe kepemimpinan antara lain : 1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
6
Suparlan.2014. Manajemen Berbasis Sekolah dari Teori sampai dengan praktik. Jakarta :
PT. Bumi Angsara, hal 58
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuankemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar. Dalam kepemimpinan ini seorang kepala sekolah harus memiliki kharisma yang baik untuk menggerakkan bawahannya supaya manajemen sekolah berfungsi dengan baik.
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik Kepemimpinan paternalistik
lebih
diidentikkan
dengan
kepemimpinan
yang
kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap selalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar. Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan. 3. Tipe Kepemimpinan Militeristik Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat
menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah. Jadi dalam kepemimpinan militeristik seorang kepala sekolah menggerakkan bawahannya secara perintah komando dan otoriter yang harus dituruti oleh bawahannya. 4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator) Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh. Dalam kepemimpinan otokratis seorang kepala sekolah memimpin bawahannya berdasarkan keputusan sendiri yang harus segera dilaksanakan oleh semua warga sekolah. 5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggungjawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau. Tipe kepemimpinan ini biasanya tidak baik diterapkan dalam lingkungan sekolah
6. Tipe Kepemimpinan Populistis Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme. 7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif Kepemimpinan
tipe
administratif
ialah
kepemimpinan
yang
mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat. 8. Tipe Kepemimpinan Demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggungjawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saatsaat dan kondisi yang tepat. F. STRATEGI KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF kepemimmpinan adalah proses untuk mempengaruhi individu atau kelompok agar secara sadar dan secara harmonis bekerja untuk mencapai tujuan organisasi kata “sadar” menunjukan bahwa kepemimmpinan di dasarkan oleh kerelaan dan bukan paksaan .hal ini berbeda dengan kekuasaan yang diterima sebagai suatu keterpaksaan. Pengakuan terhadap pentingnya variabel kepemimmpinan dalam organisasi telah menjadi dasar analisis para ahli dari berbagai kalangan .dari analisis itu terungkap pentingnya
strategi kepemimmpinan yang dirumuskan dalam berbagai bentuk perilaku (harsey dan Blanchard, 1982) yang sudah dikenal misalnya ,memandang kepemimmpinan yang efektif (yang mendorong kinerja bawahan) adalah kepemimmpinan yang memerhatikan dua aspek secara bersamaan orientasi terhadap tugas dan orientasi terhadap manusia.orientasi terhadap tugas dan melahirkan kepemimmpinan yang memilikinvisi yang jelas, tugas yang jelas dan sistem komunikasi yang permanen .orientasi terhdap manusia melahirkan kepemimmpinan kesejawatan,kemauan pemimmpin mendengarkan suara hati bawahan ,memanusiakan bawhan dan mendorong partisipasi bawahan dalam berbagai aspek kehidupan organisasi. banyak bukti menunjukan bahwa penerapan kepemimmpinan partisipasi meningkatkan komitmen bawahan terhadap tugas dan gilirannya meningkatkan kinerja mereka. secara spesifik, dimensi hubungan manusia dicirikan oleh tiga aspek ; (1). pemimmpin menyiapkan waktu untuk mendengarkan anggota kelompoknya , (2). pemimpin berkeiginan membuat perubahan , (3). pemimpin yang bersifat bersahabat dan dekat dengan bawahanya. Dimensi tugas dicirikan oleh: (1). Pemimmpin yang selalu memberikan tugas kepada anggota kelompok , (2). pemimpin menetapkan standard dan peraturan yang harus di ikuti oleh anggota kelompok dan, (3). Pemimpin menghrapkan anggota untuk mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. Bedasarkan kuadran tersebut,tampak bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin 9-9, yaitu yang tinggi pada dimensi hubungan manusia dan juga tinggi pada dimensi tugas perilaku kepemimpinan yang demikian sering juga disebut dengan perilaku kepemimpinan tim.pemimpin yang kurang efektif adalah pemimpin 1-1, yaitu yang rendah pada dua dimensi. Beberapa penulis lainya juga mengemukakan strategi kepemimpinan.farkas dan backer (1996) mengembangkan gagasan tentang maximum leadership yang meliputi lima
pendekatan pendekatan strategi, pendekatan asset manusia, pendekatan keahlian, pendekatan control, dan pendekatan agen perubahan. Covey (1991), juga mengembangkan strategi kepemimpinan yang disebut sebagai kepemimpian yang berprinsip (principle cebtered landership) yang salah satu strateginya adalah orientasikepada pelanggan .strategi ini juga di adaptasi oleh lee (1997)dalam istilah kekuasaan yang berprinsip (principle-centered). kedua pendekatan ini mementingkan kapabilitas dalam kepemimpinan. Brich (1999) mengembangkan strategi instant landership dengan 66 cara kepemimpinan yang praktis .dluar dari hal-hal yang betul-betul praktis, terdapat strategi inti yang dikemukakanya yaitu bahwa pemimpin terbaik adalah orang yang memungkinkan terpenuhinya tuntutan yang tadinya di anggap mustahil dan kemudian menawarkan dukungan penuhyang tadinya di anggap tidak mungkin intinya ,kepemimpinan berkualitas dengan tantangan dsn dukungan . Maxwell 1995 mengembangkan prinsip dasar kepemimpinan yang antara lain meliputi, penyusunan prioritas, integritas, menciptakan perubahan positif, pemecahan masalah, sikap positif, pengembangan asset manusia, wawasan, dan disiplin pribadi . Strategi kepemimpinan yang sama muncul dalam kajian pendidikan dalam penelitian heck, et al, (1997)terungkap beberapa aspek kepemimpinan kepala sekolah yang membedakan sekolah berprestasi tinggi dan sekolah berprestasi rendah,aspek-aspek tersebut meliputi; (1). melibatkan staf dalam keputusan dan pengajaran yang penting. (2). melindungi dari tekanan eksternal (3). memberikan otonomi mengajar kepada guru (4). mengomunikasikan tuntutan untuk berprestasi tinggi kepada siswa (5). menghargai prestasi akademik siswa. (6). mengkordinasikan program pengajaran (7). berpartisipasi dalam diskusi tentang isu-isu pengajaran (8). mengobservasi metode pengajaran guru di kelas
(9). menyediakan sumber daya belajar (10). melakukan kunjungan kelas secara regular (11). membantu guru memperbaiki pengajaran. Dalam penelitian sekolah efektif ,kmpetensi kepemimpinan yang diperlukan sekolah tercermin dari beberapa karakteristik kepemimpinan berikut ini; (1). kepala sekolah yang adil dan tegas dalam mengambil keputusan (2). kepala sekolah yang membagi tugas secara adil kepada guru (3). kepala sekolah yang menghargai partisipasi staf (4). kepala sekolah yang memahami perasaan guru (5). kepala sekolah yang memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan (6). kepala sekolah yang terampil dan tertip (7). kepala sekolah yang bermampuan dan efisien (8). kepala sekolah yang memiliki dedikasi dan rajin (9). kepala sekolah yang tulus (10). kepala sekolah yang percaya diri Dari berbagai sumber tersebut ,dan dengan memperhatikan berbagai tuntutan yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam menyikapi perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan,penulis mengemukakan berbagai strategi inti kepemimpinan kepala sekolah yang selanjutnya dikaji secara singkat berikut ini 1. kepemimpinan yang strategik Kepala sekolah perlu mengembangkan kepemimpinan strategic .kepemimpinan strategic adalah kepemimpinan yang berseia melakukan perubahan dari kondisi sekarang kepada kondisi I ideal sekolah dimasa depan ,beberapa kajian menunjukan bahwa kepla sekolah yag berhasil dalam memimpin adalah kepala sekolah yang visioner ,berfikir jauh ke depan bagi pengembangan sekolah.
Strategi ini menekankan kepada kepala sekolah akan perlunya merumuskan visi misi kepemimpinan ya yang sejalan dengan arah dan perkembangan yang ingin dicapai oleh sekolah yang strategik juga perlu mengembangkan strategi kedepan dalam memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan hambatan . Visi dan misi kepemimpinn kepala sekolah perlu di sosialisasikan kepada warga sekolah guna memperoleh dukungan dsn komitmen mereka,siswa dan guru khususnya perlu mengetahui untutan apa yang diharapkan dari mereka menurut Caldwell (1998).perubahan – perubahan paradigma pendidikan menyebabkan beban kepala sekolah makin bertambah dn hal ini dapat direduksi dengan mengembangkan visi dn misi sekolah yang pada giliranya dapat digunakan untuk memberdayakan semua potensi sekolah. 2. Strategi pelanggan Osbone dan plastrik (1997) mengembangkan gagasan mengenai perlunya organisasi pemerintah memiliki strategi pelanggan dalam meningkatkan akuntabilitasnya akuntabilitas berarrti sejauh mana suatu lembaga bertanggung jawab kepada pelanggan produk atau jasa yang dihasilkan.semakin puas pelanggan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan semakin akuntabel suatu lembaga .karena itu penerapan strategi pelanggan akan memaksa sekolah dslam memperbaiki kinerjanya. Definisi tentang pelanggan dari dalam sekolah dan dari luar sekolah .pelanggan dari dalam sekolah meliputi siswa,guru,tenaga administrasi ,sedangkan dari pelanggan luar sekolah meliputi orang tua,masyarakat,pemerintah dan pihak terkait lainya.baik pelanggan dari kepuasan. karena itu kepala sekolah berbagai manajer perlu mengembangkan cara-cara baru dalam memenuhi kepuasan pelanggan. 3. Strategi pemberdayaan Strategi pemberdayaan merupakan inspirasi banyak organisasi dewasa ini. hal ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia dalam organisasi merupakan asset yang perlu dipelihara dan dikembangkan bagi peningkatan organisasi.di sekolah terdapay sejumlah tenaga profesional khususnya guru yang perlu dikembangkan dan didayagunakan . Beberapa sekolah yang sukses menerapkan strategi pemberdayaan melalui berbagai program-program pengembangan profesional guru.selain itu,kemauan kepala sekolah mendelegasikan sebagian pekerjaan juga merupakan salah satu strategi yang banyak berbukti
mendorong semangat tim disekolah dalam situasi yang lain kepala sekolah melibatkan stafnya dalam berbagai pengambilan keputusan pentingnya. 4.Kemauan Mengambil Resiko Kemauan melakukan teribosan atu bertindak sebagai agen perubahan harus diikuti dengan kemauan mengambil resiko .fakta memmbuktikan ,banyak pemimmpin yang gagal karena takut terhadap resiko dari keputusan yang di ambil. Cepat dan berusaha mengambil keputusan yang cerdik ,Akan semakinbesarnya kewenangan pengambilan keputusn pada tingkat sekolah sesuai dengan semangat MBS berarti kepala sekolah dituntut bertindak cepat dan berusha mengambilkeputusan yang cerdik ,tentunya dengan segala resikonya,baik resiko financial maupun resiko lainya.
BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak terkait untuk bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Cara kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah merupakan inti kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan dalam penerapan manajemen sekolah memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan keterampilan mengelola (kepemimpinan dan manajerial). Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan keterampilan ini memegang peranan yang sangat penting untuk untuk meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku kepemimpinan yang positif dan mendukung terhadap penerapan manajemen kepala sekolah akan lebih mencapai keberhasilan. B. SARAN Dalam megembangkan kuantitas dan kualitas dari pendidik ataupun peserta ddik tentu sangat dibutuhkan pemimpin dalam mengatur hal tersebut. Pemimpin yang bijak dan professional, mampu mengatur dan mengendalikan bawahan untuk bekerja efektif demi mewujudkan pendidikan yang lebih baik. Maka dari itu dibutuhkan kepala sekolah yang memiliki strategi kepemimpinan yang efektif dan strategi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar. 2006. Manajemen pendidikan peluang dan tantangan. Makassar: badan penerbit UNM Makassar. Suparlan.2014. Manajemen Berbasis Sekolah dari Teori sampai dengan praktik. Jakarta : PT. B Helmut Maucher, Strategi Kepemimpinan Dalam Bisnis Global, Dinastindo Adiperkasa Internasional, Jakarta, 1997 Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Erlangga, Jakarta, 2005 Paul Birch, Instant Leadership, Erlangga, Jakarta, 2006 umi Angsara
Makalah : Manajemen Strategi Pendidikan MANAJEMEN STRATEGIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PENDIDIKAN Makalah ini disusun untuk memenuhi matakuliah Manajemen Strategi Pendidikan D I S U S U N OLEH : Kelompok V Izzahtul Hasanah Simbolon(0307162100) Semester: V (Lima)
Dosen Pengampu : Fridiyanto, M.Pd
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan judul “Manajemen Strategis Pengembangan Sumber Daya Pendidikan” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fridiyanto, M.Pd.
selaku dosen pembimbing mata kuliah
Perilaku Organisasi. Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa, kata, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran dari para pembaca sebagai acuan kepada saya untuk lebih baik kedepannya. Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca, terutama bagi diri kami sendiri.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................i DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2 C. Tujuan Makalah .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3 A. Defenisi Manajemen Strategi .............................................................. 3 B. Sumber Daya Manusia ........................................................................ 4 C. Bagaimana Teori Strategi Pengembangan SDM ............................... 7 D. Bagaimana Hubungan Keterkaitan Proses Manajemen Strategik dan Pengembangan SDM di lembaga pendidikan ............. 14
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 19 A. Kesimpulan ........................................................................................ 19 B. Saran................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak
mudah
menjadikan
SDM
sebagai
sumber
keunggulan lembaga karena hal itu berkaitan dengan bukan saja faktor kemampuan dan keahlian melainkan berkaitan pula dengan faktor–faktor personal seperti nilai yang dianut, persepsi, sikap, dan kemauan individu untuk maju. Sumber daya manusia dikatakan memiliki keunggulan kompetitif jika SDM memiliki kemampuan keahlian yang khas dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan di mana mereka bekerja. Adapun
tujuan
yang
strategik
pengembangan
SDM
mempunyai karakteristik adanya kejelasan, dapat diterima, fleksibel, kemudahan dan berorientasi kepada tindakan. Jika tujuan strategi pengembangan SDM telah memiliki karakteristik seperti tersebut di atas, maka akan memudahkan SDM.
dalam
menentukan
strategi
perencanaan
Aktivitas dari strategi perencanaan SDM melalui “pelatihan-
pelatihan dan pengembangan pegawai untuk employees to boost performance in current job”. Tujuan
pengembangan
sumber
mempersiapkan kompetesi yang diperlukan jabatan
dalam
jangka
panjang
daya
manusia
adalah
bagi perubahan posisi atau sebagai
antisipasi
dari
kemungkinan perubahan dalam masyarakat atau lingkungan dari lembaga yang
bersangkutan.
Pengembangan
SDM
bagi
lembaga
yang
menempatkan sumber daya manusia sebagai salah satu sumber tersebut berkaitan erat dengan kebutuhan organisasi akan pegawai mempunyai kompetensi yang tinggi.
yang
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, ditemukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Strategis ? 2. Apa yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia ? 3. Bagaimana Teori Strategi Pengembangan SDM ? 4. Bagaimana Hubungan Keterkaitan Proses Manajemen Strategik dan Pengembangan SDM di lembaga pendidikan ?
C. TUJUAN MAKALAH Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah adalah untuk mengetahui : 1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Strategis 2. Apa yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia 3. Bagaimana Teori Strategi Pengembangan SDM 4. Bagaimana Hubungan Keterkaitan Proses Manajemen Strategik dan Pengembangan SDM di lembaga pendidikan
BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Manajemen Strategi Pada dasarnya, istilah strategi dapat dirumuskan sebagai suatu tindakan
penyesuaian
untuk
mengadakan
reaksi
terhadap
situasi
lingkungan tertentu (baru dan khas) yang dapat dianggap penting, di mana tindakan penyesuaian tersebut dilakukan secara sadar berdasarkan pertimbangan yang wajar .1 Menurut Gaffar memberi pengertian bahwa strategi adalah rencana yang mengandung cara komprehensif dan integratif yang dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat guna memenangkan
kompetisi.
Strategi
juga
merupakan
instrumen
manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari, tidak hanya untuk survival dan memenangkan persaingan, namun juga untuk tumbuh dan berkembang.2 Sedangkan Syaiful Sagala mengatakan bahwa strategi merupakan rencana
yang komprehensif mengintegrasikan segala
resources dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi.3 Martin
mengemukakan bahwa
strategi diartikan sebagai rencana yang
disatukan,
terpadu.
berkaitan dengan keunggulan
Tiga
komponen
tersebut
menyeluruh dan
strategi perusahaan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perencanaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat 1
Mastuki HS. Dkk, Managemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2003,
h. 62 2
M. F. Gaffar, Membangun Kembali Pendidikan Nasional dengan Fokus: Pembaharuan Manajemen Perguruan Tinggi pada Era Globalisasi, Makalah Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V , Surabaya, 2004, h. 14 3 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2007, h.137.
oleh perusahaan. Disatukan artinya bahwa strategi mengikat semua aspek penting dan menyeluruh, artinya bahwa strategi meliputi semua aspek penting dan terpadu. Strategi diartikan sebagai suatu rencana yang serasi dan saling berkesesuaian antara satu dengan yang lainnya.4 Penulis menyimpulkan bahwa strategi adalah suatu cara yang dilakukan dengan teratur dan terprogram untuk mencapai tujuan dan harapan yang diinginkan. Arnoldo C Hax dan Nicholas S Majluk dalam bukunya “Strategic Management” mendefinisikan manajemen
strategis sebagai
cara
menuntun organisasi/perusahaan pada sasaran utama pengembangan nilai korporasi, kapabilitas manajerial, tanggung jawab organisasi, dan sistem administrasi yang menghubungkan pengambilan keputusan strategis dan operasional pada seluruh tingkat hierarki, dan melewati seluruh lini bisnis dan fungsi otoritas perusahaan. Manajemen strategis dapat
didefinisikan
sebagai
seni
dan
ilmu
pengetahuan
yang
merumuskan (memformulasikan), mengimplementasikan, dan menilai keputusan-keputusan yang cross-functional yang memungkinkannya suatu
organisasi
mencapai
tujuan-tujuannya
(objectives).
Istilah
manajemen strategis digunakan di banyak perguruan tinggi dan universitas-universitas sebagai anak judul (subtitle) untuk mata kuliah penutup (capstone course) pada jurusan administrasi bisnis, Kebijakan Bisnis (Business Policy), yang mengintegrasikan materi dari semua disiplin ilmu bisnis.5
4
Martin Amnillah, Implentasi Perencanaan Strategi Pendidikan Dasar Tahun 2001-2003 Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung: Studi Kasus di SLTP Islam Nadirejo, Tesis, ,Yogyakarta: PPs. Universitas Negeri Yogyakarta, 2004. 5 Dr. Qudrat Nugraha. Manajemen Strategis Pemerintahan.(Jakarta: Universitas terbuka, 2007).
Definisi yang lain dari manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. HI Ansof (dalam Hutabarat dan Huseini, 2006) dalam bukunya “Implementing Strategic Management” mendefinisikan manajemen strategis sebagai proses manajemen, hubungan antara perusahaan dengan lingkungan, terdiri dari perencanaan strategis, perencanaan kapabilitas, dan manajemen perubahan.6 Dari definisi-definisi di atas dapat diambil beberapa unsur manajemen strategis, yaitu adanya sebuah keputusan, manajemen puncak, lingkungan organisasi, hierarki organisasi, dan tujuan organisasi.
B. Sumber Daya Manusia Dalam sebuah organisasi, peranan sumber daya manusia sangat urgent dan penting. Peran sumber daya manusia ini akan maksimal jika dikelola dengan baik. Pimpinan lembaga pendidikan sebagai top leader dalam lembaga sekolah mempunyai peran sentral dalam pengelolaan personalia sehingga sangat penting bagi pimpinan lembaga pendidikan untuk memahami dan menerapkan pengelolaan personalia dengan baik dan benar. Di Indonesia konsep tujuan pendidikan adalah membentuk manusia
seutuhnya
yang
tercermin
dari
iman
dan
taqwa,
berkepribadian, cerdas, sehat serta bertanggung jawab. Untuk itu, maka
6
Hutabarat, Jemsley dan Martani Huseini. Manajemen Strategis Kontemporer. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006)
pendidikan dalam prakteknya perlu menerapkan asas-asas yang sesuai.7 Pada dasarnya yang dimaksud sumber daya manusia adalah orangorang yang melaksanakan suatu tugas untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam konteks lembaga pendidikan dibatasi dengan sebutan karyawan atau pegawai, oleh sebab itu, personel di lembaga pendidikan meliputi unsur tenaga pengajar dan tenaga kependidikan .Secara lebih terperinci dapat disebutkan keseluruhan warga sekolah, yaitu jika ditingkat sekolah ada kepala sekolah, guru, pegawai, tata usaha, dan pesuruh atau penjaga sekolah, adapun di tingkat perguruan tinggi ada rektor atau ketua, wakil, ketua jurusan, tata usaha, karyawan, maka yang dimaksud dengan Manajemen sumber daya manusia (SDM) adalah teknik atau prosedur yang berhubungan dengan pengelolaan dan pendayagunaan personalia sekolah/madrasah (SDM), baik tenaga edukatif maupun tenaga administratif secara efektif dan efisien banyak tergantung pada kemampuan kepala sekolah/madrasah baik sebagai manager dan pemimpin pada lembaga pendidikan tersebut8 Menurut Soekidjo Notoatmodjo mengatakan bahwa tujuan utama manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah untuk meningkatkan kontribusi sumber daya manusia (karyawan) terhadap organisasi dalam rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dipahami bahwa semua kegiatan organisasi dalam mencapai misi dan tujuannya tergantung kepada manusia yang mengelola organisasi itu, oleh sebab itu, sumber daya tersebut harus dikelola sedemikian
7
M. Ihsan Dacholfany, Peranan Pengambilan Keputusan Dalam Rangka menciptakan inovasi Di bidang pendidikan, (Jurnal Dewantara Vol I , No .0 1 Januar iJuni 2016). Hal.25 8 Baharuddin dan Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: UINMaliki Press, 2010). Hal .61
rupa sehingga berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai misi dan tujuan organisasi9. Penulis menyimpulkan bahwa tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah suatu rencana yang telah diorganisir dalam usaha melaksanakan suatu aktifitas atau kegiatan yang terkontrol dengan baik dengan cara melakukan evaluasi sehingga menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
C. Teori Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Investasi yang paling penting bagi institusi adalah sumber daya manusia di mana sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan institusi agar tetap bertahan dan berkembang dengan baik. Agar sumber daya manusia yang dimiliki insitutisi dapat memberikan kontribusi yang maksimal, maka sumber daya manusia itu diperlukan, baik melalui pendidikan dan pelatihan. Ada lima definisi strategi yang perlu dikemukakan ialah strategi sebagai rencana, siasat, atau taktik. Pola, posisi dan perspektif. Bentuk strategi itu dapat dijelaskan sebagai berikut:10 1. Strategi
sebagai
suatu
rencana,
merupakan
serangkaian
tindakan dan pedoman berkaitan dengan situasi yang digunakan pada definisi ini ada dua ciri yang penting dari strategi, yaitu: melakukan tindakan terlebih dahulu dalam penerapannya serta melakukan pengembangan secara sadar dan terarah. 2. Strategi sebagai suatu siasat atau taktik dalam rangka
9
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003). Hal. 118 10 Mintzberg H. Quinn J.B, Strategy Process, (Toronto: Prentice Hall, 1986), p. 15.
untuk memperdayakan
pesaing.
Strategi
dilakuan
untuk
mengantisipasi ancaman yang datang. 3. Strategi sebagai suatu pola merupakan suatu cara dalam melokalisasi suatu organisasi yang dapat diartikan dalam suatu lingkungan. Strategi sebagai suatu perspektif akan berusaha untuk menggerakkan organisasi dalam lingkungan eksternalal dan menuju posisi yang konkret. Pada definisi strategi
dapat
diartikan
sebagai
suatu
konsep
tersebut yang
menyatukan para individu dengan perilaku organisasi. Menurut Thompson dan Strickland seperti dikutip Hani Handoko, strategi sebenarnya merupakan rencana percaturan manajemen untuk memperkuat
posisi organisasi, memuaskan pengguna produk atau
jasa dan mencapai target-target kineja.11 Menurut Nisjar, tujuan suatu strategi adalah untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibanding dengan pihak pesaing.12 Dengan demikian, strategi adalah suatu pola keputusan dalam suatu organisasi yang menentukan dan mengungkapkan tujuan dan menentukan prinsip kebijakan dan rencana dalam mencapai tujuan tersebut. Adapun strategi menurut pengertian manajemen strategik adalah upaya untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif dan ketidakunggulan kompetitif suatu organisasi termasuk produk dan layanannya serta konsumen (pelanggan) yang dilayani. Strategi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah usaha unggulan guna mencapai misi
11
Handoko, T. Hani, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE, 1995). 12 Karkhi Winardi Nisyar, Manajemen Stratejik, (Bandung: Mandar Maju, 1997), Hal. 79
atau
tujuan
tertentu
seefektif
dan
seefisien
memperhitungkan sumber yang dimiliki
mungkin
dengan
serta seluruh keadaan
lingkungan yang dihadapi. Sumber daya manusia merupakan sumber daya atau investasi yang terpenting yang mungkin dilakukan oleh suatu organisasi. Dalam upaya pengembangan sumber daya manusia, yang harus ditelaah adalah bagaimana dan melalui penggunaan cara pengembangan apa dalam pelaksaannya. Para
pegawai
dalam
organisasi
memerlukan
peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk memperoleh cara yang tepat dalam meningkatkan priduktivitasnya. Flippo berpendapat bahwa pengembangan terdiri atas pelatihan (training) yang berguna untuk meningkatkan
keterampilan
dan
pengetahuan
dalam
melakukan
pekerjaan tertentu dan pendidikan adalah yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan, pengertian dan latar belakang umum.13 Kemudian, Siagian mengatakan bahwa pelatihan dimaksud membantu meningkatkan kemampuan para pegawai melaksanakan tugas sekarang, investasi jangka pendek. Pengembangan lebih berorientasi pada peningkatan produktivitas kerja para pekerja dimasa depan, investasi jangka panjang.14 Pengembangan
sumber
daya
manusia
dimaksudkan untuk
membina sumber daya manusia, sehingga sumber daya manusia dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam mencapai kesatuan organisasi. Pengaturan atau pembinaan sumber daya manusia hendaknya 13
Edwin B. Flippo, Personnel Management, (Singapore: Mc. Graw Hill Book Company, 1984), p. 215. 14 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Hal. 182.
mengacu pada tercapainya tujuan organisasi dan mengacu pada tujuan terpenuhinya kebutuhan pegawai, sehingga mencapai kepuasan pegawai dalam melakukan fungsi dan tugasnya. Menurut Martoyo, tujuan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerja pegawai dalam melaksanakan
dan
mencapai sasaran program– progam kerja yang telah ditetapkan.15 Secara umum, manfaat dari pengembangan sumber daya manusia terutama sangat berguna bagi peningkatan produktivitas kerja organisasi secara keseluruhan, baik untuk organisasi, pegawai, maupun situasi dan kondisi kerja organisasi. Pengembangan sumber daya manusia yang direncanakan dengan baik akan dapat menghasilkan output yang bermutu, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan dapat mempersiapkan pegawai yang efektif dan efisien dalam melaksanakan pekerjannya. Oleh sebab itu, perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang merencanakan program pengembangan harus memperhatikan
identifikasi
dan
analisis
kebutuhan,
mengatasi
persaingan pemasaran global semakin diperlukan pada suatu organisasi. Pengembangan sumber daya manusia mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.
15
Martoyo Susilo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE, 1994),
Hal. 54
Handoko
menyatakan
bahwa
tujuan
utama
program
pengembangan Sumber daya manusia , yaitu :16 1. Untuk menutup gap antara kecakapan / kemampuan pegawai dengan permintaan jabatan 2. Diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja atau produktivitas kerja pegawai dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan Menurut Siagian, ada enam manfaat dalam pengembangan sumber daya manusia, yaitu: 1. Membantu para pegawai membuat keputusa lebih baik 2. Meningkatkan kemampuan para
pekerja
menyelesaikan
berbagai masalah yang dihadapinya. 3. Terjadinya internalalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor motivasional. 4. Timbulnya dorongan dalam diri para pekerja untuk terus meningkatkan kemampuan kerjanya 5. Peningkatan kemampuan pegawai untuk mengatasi stress, frustasi dan konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya pada diri sendiri. 6. Tersedianya informasi tentang berbagai program.17 Pengembangan
sumber
daya
manusia
bertujuan
untuk
memperbaiki unjuk kerja (performance) pegawai, mengembangkan kecakapan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan
16
T. Hani Hadoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE, 1995), Hal. 103. 17 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Hal. 84.
meningkatkan karier atau promosi sehingga dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan lembaga. Selain itu, pengembangan dapat diartikan pemberian
keterampilan,
pengetahuan
mengutamakan pada pemberian
pegawai
yang
pengetahuam, konsep
dan
lebih sikap
untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pengembangan sumber daya manusia dapat difokuskan pada peningkatan ketahanan dan kompetensi setiap individu atau yang akan terlibat dalam proses organisasi. Peningkatan tersebut dapat melalui pendidikan, karena dengan pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kompetensi dengan tujuan agar pesertanya dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan dan tunjangan yang dihadapi. Pengembangan dapat diartikan sebagai berikut : a) Proses pendidikan untuk jangka waktu yang lebih lama b)
Penggunaan metode sitematis dan terorganisir
c) Diajarkan pengetahuan teori dan konseptual d) Pesertanya merupakan para pemimpin e) Tujuan bersifat umum f) Kebutuhan:
lebih
mengutamakan
keterampilan
konseptual
yaitu kemampuan mengkoordinasikan, merumuskan masalah dan keterkaitan antara yang satu dengan yang lain. Untuk mengembangkan
sumber daya manusia, manajemen
organisasi hari melakukan berbagai perubahan fundamental terhadap kebijakan-kebijakan dan praktik-praktikkonvensional.Menurut Handoko, manajemen perlu mempunyai horison jangka panjang, manajemen mengembangkan filosofi, menetapkan sasaran dan merumuskan strategi
untuk mencapai sasaran tersebut.18 Menurut Usmara, ada beberapa cara peningkatan keterampilan dan kemampuan suatu organisasi dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, yaitu:19 1. Mengidentifikasi skill
dan kualitas sumber daya manusia
yang serasi dengan tuntutan lingkungan 2. Memilih
sumber
daya
manusia
yang
memiliki
kinerja
tinggi dan potensial 3. Berusaha memenuhi kebutuhan organisasi dan individu 4. Menilai kinerja dan keahlian sumber daya manusia 5. Memberi kompensasi yang memadai kepada tenaga yang terampil dan memiliki keahlian 6. Membangun lingkungan kerja yang baik 7. Meningkatkan motivasi untuk perbaikan kinerja. Menurut Tilaar,
ada enam
komponen yang menentukan
pengembangan, perubahan dan keberhasilan kegiatan organisasi dalam proses globalisasi yaitu: 1. Adanya suatu misi yang jelas. Visi adalah awal dari berbagai perubahan besar 2. Misi adalah rumusan langkah-langkah yang merupakan kunci untuk 3. Mulai
melakukan bentuk-bentuk kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam visi. 4. Rancangan kerja merupakan action plan untuk mewujudkan misi 18
Usmara, Paradigma Baru Managemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta:
Amara Books, 2002), Hal. 102. 19 Ibid., Hal . 105.
yang telah dirumuskan 5. Sumber daya, berupa sumber daya manusia dan modal untuk mendukung perwujudan rancangan kerja. 6. Keterampilan profesional, untuk merealisasikan rancangan kerja agar dapat dihasilkan kinerja dan kualitas yang tinggi. 7. Motivasi dan inisiatif, yang menjadi pendorong kegairahan kerja para pelaku
(dalam
organisasi)
untuk
terus
menerus
meningkatkan perubahan yang berkelanjutan.20 Sumber daya manusia adalah kunci keberhasilan negara kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan oleh mutu sumber daya manusia yang berpendidikan, berketerampilan tinggi dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, pendidikan merupakan kebutuhan mendasar dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia bermutu tinggi dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas nasional dan kemajuan bangsa. Pendidikan bermakna untuk mengembangkan manusia dalam upaya mewujudkan cita-cita bangsa.
D. Keterkaitan Proses Manajemen Strategik dan Pengembangan SDM Di Lembaga Pendidikan Strategi pembangunan sumber daya manusia dalam tulisan ini diartikan sebagai sejumlah kegiatan dan serangkaian tindakan mendasar yang
dibuat
oleh
manajer
yang
mengarah
pada
penyusunan
sejumlah strategi yang efektif untuk diimplementasikan oleh seluruh
20
HAR. Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, (Magelang: Tera,1999), Hal. 13.
jajaran manajemen dalam rangka mencapai tingkat keunggulan bersaing yang tinggi. Strategi pengembangan sumber daya manusia diambil dari prinsip manajemen strategik yang mempunyai unsur dan empat langkah proses yang meliputi perencanaan yang terlibat dalam perencanaan strategik, misi dan tujuan. Proses
meliputi:
(1)
analisis
dan
diagnosis
yaitu
mengidentifikasikan ancaman serta peluang lingkungan dan menentukan kekuatan serta kelemahan internal; (2) mempertimbangkan berbagai alternatif dan memastikan pilihan strategi untuk menyelesaikan masalah, menilai alternatif penyelesaiannya, dan memilih yang terbaik; (3) pelaksanaan yaitu membuat agar strategi yang dipilih itu berjalan dengan baik dengan membangun struktur organisasi untuk mendukung strategi itu dan mengembangkan rencana serta
kebijakan pengalokasian sumber
daya yang tepat; (4) umpan balik (feed back) yaitu menentukan apakah strategi itu berjalan dengan baik dan apakah tujuan yang diharapkan itu
sudah tercapai atau belum. Umpan balik ini didasarkan pada hasil
evaluasi dan pengendalian pada setiap langkah proses menejemen strategik. Penentuan strategi pengembangan sumber daya manusia yang terarah dan tepat harus mempertimbangkan ancaman, peluang lingkungan kekuatan serta kelemahannya. Hal ini akan sangat membantu pada pencapaian dari misi, tujuan, sasaran dan nilai dari pengembangan SDM, sehingga dapat tercapai kebutuhan dari pengembangan SDM menuju pada tingkat keunggulan bersaing yang tingi. Strategi pembangunan sumber daya manusia dapat diarahkan pada peningkatan
kemampuan
individu.
Peningkatan
tersebut
melalui
pendidikan dan pelatihan, karena pendidikan dan pelatihan merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dengan tujuan supaya dapat beradaptasi terhadap berbagai perubahan dan tantangan yang dihadapi. Penerapan proses manajemen strategik dalam pengembangan sumber daya manusia merupakan hal yang cocok dengan kondisi organisasi dalam menghadapi peluang, tantangan menghadapi kebutuhan di masa yang akan datang. Misi suatu lembaga merupakan tujuan yang fundamental yang membedakan dengan lembaga lain dan yang mengidentifikasikan scope lembaga tersebut yang berkaiatan dengan hasil pelaksanaan. Misi dan strategi
pengembangan
sumber
daya
manusia
adalah
strategi
pengembangan sumber daya manusia berfungsi untuk mengembangkan potensi, kemampuan dan keterampilan para pegawai dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja serta keungulan bersaing dengan lingkungan. Tujuan adalah suatu komitmen ke mana arah tercapai. Adapun tujuan dan strategi pengembangan sumber daya manusia adalah dengan strategi pengembangan SDM yang tepat dan terarah akan dapat meningkatkan
produktivitas
kerja,
sehingga
keunggulan
bersaing
meningkat untuk mencapai profesionalisme. Sasaran
suatu
keadaan
yang
diinginkan
dan
realisasinya
menjadi tanggungjawab lembaga yang bersangkutan, sehingga sasaran dari suatu lembaga menjadi arah dan tujuan lembaga tersebut. Nilai menjadi suatu kualitas yang mendorong untuk menentukan tujuan dan merumuskan kebijakan sebagai cara ke arah tercapainya tujuan strategi pengembangan SDM.
Perencana strategi pengembangan SDM memiliki kesempatan untuk mengantisipasi peluang dan membuat rencana untuk melakukan pilihan peluang tersebut dan mengahindari ancaman menjadi keuntungan dalam
organisasi.
Program
strategi
pengembangan
SDM
dalam
implementasinya dapat menggunakan beberapa metode yang akan dipilih dengan mempertimbangkan cost effectiveness, materi program yang diinginkan, kesesuaian fasilitas, harapan dan kemampuan peserta, harapan dan kemampuan lembaga serta prinsip belajar. Implementasi program pengembangan SDM harus dilakukan lebih terprogram yang dilakukan khususnya oleh organisasi atau lembaga lain untuk lebih meningkatkan produktivitasnya kerja pegawai. Evaluasi strategi pengembangan SDM adalah menilai apakah strategi pengembangan SDM yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah memberikan pertimbangan untuk kemungkinan merubah strategi yang paling cocok dengan tujuan. Strategi pengembangan SDM dapat ditelaah melalui proses manajemen strategik yang mempunyai pengaruh yang positif terhadap efektivitas dan efesiensi organisasi dan keunggulan bersaing berbasis SDM seperti pada gambar di bawah ini :
Model Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kaitannya dengan Proses Manajemen Strategik21 Strategi Pengembangan SDM
Proses Manajemen Strategi Misi,Tujuan, Nilai, Analisis
Sasaran,
Perencanaan
dan
Lingkungan,
Umpan Balik
Implementasi, Evaluasi
Efektivitas dan efsiensi Organisasi/Lem baga
Keunggulan bersaing berbasis SDM
21
Tita Meirina Djuwita, "Pengaruh Strategi Pengembangan Dosen dan Motif Berprestasi terhadap Produktivitas Kerjanya. (Studi pada Tenaga Edukatif Kopertis Wilayah IV)", Disertasi, (Bandung, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2004).
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari definisi-definisi manajemen strategi dapat diambil beberapa unsur manajemen strategis, yaitu adanya sebuah keputusan, manajemen puncak, lingkungan organisasi, hierarki organisasi, dan tujuan organisasi. penerapan proses manajemen strategik dalam strategi pengembangan sumber daya manusia dalam pengelolaan organisasi di sebuah lembaga pendidikan merupakan
alternatif
yang
sesuai
dalam
menghadapi
tantangan dan peluang kebutuhan yang dihadapi.
B. Saran Dengan adanya makalah ini maka diharapkan kepada para pembaca khususnya yang sedang berada di lembaga pendidikan seperti seorang manajer agar dapat lebih memahami tentang bagaimana Manajemen Strategis Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan ini dan dapat dilaksanakan di sebuah lembaga pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA Baharuddin dan Moh. Makin. (2010). Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN-Maliki Press. Dacholfany, M. I. (2016). Peranan Pengambilan Keputusan Dalam Rangka menciptakan inovasi Di bidang pendidikan. Jurnal Dewantara Vol I , No .0 1 Januar i-Juni. Djuwita, T. (2004). "Pengaruh Strategi Pengembangan Dosen dan Motif Berprestasi terhadap Produktivitas Kerjanya. Studi padaTenaga Edukatif Kopertis Wilayah IV)", Disertasi, (Bandung, Program
Pascasarjana
Universitas
Pendidikan
Indonesia Flippo, E. B. (1984). Personnel Management, Singapore: Mc. Graw Hill Book Company. Handoko, T. Hani. (1995). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. HAR. Tilaar. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Magelang: Tera J.B, Mintzberg . (1986). Strategy Process.Toronto: Prentice Hall. Nisyar, K . W . (1 9 9 7 ). Manajemen Stratejik. Bandung: Mandar Maju. Notoatmodjo, S. (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Siagian, S . P . (1 9 9 2 ). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Susilo, M . (1 9 9 4 ). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Usmara, (2 0 0 2 ). Paradigma Baru Managemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Amara Books.
TUGAS UAS:
STRATEGI MANAJEMEN HUMAS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto, M.Pd.
Disusun Oleh: KHAIRUNNISWAH LUBIS (030716102107) Semester V (lima)
A.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya
sehingga
saya
dapat
menyusun
makalah
dengan
judul
“STATEGI
MANAJEMEN HUMAS” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Manajemen Strategik Pendidikan. Dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa, kata, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran dari para pembaca sebagai acuan kepada saya untuk lebih baik kedepannya. Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca, terutama bagi diri saya sendiri.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................... i DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2 ............................................................................................................................................. C. Tujuan .................................................................................................................... 2 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................................... 3 A. Strategi Manajemen ............................................................................................... 3 B. Strategi Manajemen Humas ................................................................................... 8 BAB III PENUTUP........................................................................................................... 21 A. Kesimpulan ............................................................................................................. 21 B. Saran ....................................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 22
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Peran humas sangat penting bagi suatu organisasi/lembaga, baik organisasi/lembaga yang berskala kecil maupun organisasi/lembaga berskala besar. Menurut Harsono dalam buku Rachmadi “Public Relation”. Humas (Public Relation) secara umum diartikan sebagai semua kegiatan yang dilakukan oleh suatu lembaga atau organisasi, dan badan usaha melalui para petugas Public relation untuk merumuskan organisasi atau struktur dan komunikasi guna menciptakan saling pengertian yang lebih baik antara lembaga dengan khalayaknya (orangorang yang harus selalu dihubunginya). Public relation dapat dipandang sebagai alat atau medium untuk menciptakan hubungan-hubungan dengan siapa saja yang dianggap dapat membawa keuntungan dan kemajuan bagi organisasi atau lembaga yang bersangkutan. Menurut Frank Jefkins dalam buku Morissan humas adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar antara satu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandasan pada saling pengertian. Menurutnya, humas pada intinya senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul suatu dampak yakni perubahan yang positif. Tujuan humas adalah untuk meningkatkan komunikasi antara satu sekolah dengan masyarakat melalui bantuan anggota-anggota staf didalam menganalisis dan memahami kondisi dikeluarga (home) dan lingkungan para peserta didiknya. Humas dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang ingin direalisasikan madrasah, meningkatkan pemahaman madrasah tentang keadaan serta aspirasi masyarakat tersebut terhadap madrasah, meningkatkan usaha orang tua siswa dan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik serta meningkatkan kuantitas serta kualitas bantuan orang tua siswa dalam kegiatan pendidikan madrasah, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran serta mereka dalam memajukan pendidikan di madrasah dalam era pembangunan, terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadap madrasah serta apa yang dilakukan oleh sekolah, pertanggung jawaban madrasah atas harapan yang dibebankan masyarakat kepada madrasah, dukungan serta bantuan dari
masyarakat dalam memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk meneruskan dan meningkatkan program madrasah. Pentingnya humas memang harus disadari tidak hanya pimpinan organisasi atau yang menangani saja, akan tetapi juga harus disadari oleh semua unit yang ada di organisasi/lembaga itu sendiri.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat di tarik rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apakah pengertian strategi manajemen? 2. Apakah strategi manajemen humas?
C. Tujuan Masalah Adapun tujuan masalah yang terkait dengan rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui strategi manajemen. 2. Untuk mengetahui strategi manajemen humas.
BAB II PEMBAHASAN STRATEGI MANAJEMEN HUMAS
A. Strategi Manjemen 1.
Pengertian Strategi Manajemen Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategeia (stratos artinya militer, dan
memimpin), yang berarti seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Pada awalnya strategi merupakan suatu istilah yang digunakan dalam bidang militer atau peperangan, namun belakangan istilah ini strategi telah memiliki pengertian yang lebih luas dan umum digunakan. Pengertian strategi adalah rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dengan kondisi persaingan yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sarana organisasi yang bersangkutan. Kemudian strategi adalah keseluruhan tindakan yang ditetapkan sebagai aturan dan direncanakan oleh suatu organisasi.1 Jadi, strategi adalah sebuah rencana yang disatukan, dan memiliki cakupan yang sangat luas, terintegrasi dengan keunggulan organisasi terhadap tantangan lingkungan sekolah yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat. Pencapaian tujuan tersebut melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan secara efektif dan efesien. Selain itu, beberapa pengertian
strategi di atas dapat juga ditarik sebuah
kesimpulan, antara lain : a. Adanya suatu rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan, bukan hanya tujuan jangka pendek, tetapi juga jangka menengah dan jangka panjang. b. Untuk menyusun suatu strategi, diperlukan analisis terhadap lingkungan, baik lingkungan eksternal maupun internal, yaitu peluang dan ancaman atau 1
Salusu, J, Pengambilan Keputusan Untuk Organisasi Profit dan Nonprofit, Jakarta: Grafindo Persada, 1996. h.132.
tantangan maupun kekuatan dan kelemahan organisasi, hal itu penting untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi. c. Perlunya suatu keputusan pilihan dan pelaksanaan yang tepat dan terarah guna mencapai tujuan sebuah organisasi. d. Strategi dirancang untuk menjamin agar tujuan dan sasaran dapat dicapai melalui langkah-langkah yang tepat. Banyak para pakar yang mengemukakan pendapat mereka tentang pengertian manejemen.
Untuk
mengetahui
pengertian
manajemen
maka
berikut
ini
diketengahkan beberapa pendapat untuk membantu dalam memahami konsep dasar manajemen. Secara umum aktivitas manajemen ada dalam organisasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasis secara efektif dan efesien. Manajemen adalah alat atau cara untuk menggunakan orang-orang, uang, perlengkapan, bahan-bahan, dan metode secara efektif untuk mencapai tujuan.2 Secara sederhana Manajemen adalah segala sesuatu yang mengatur, mengelola. Banyak para ahli berpendapat tentang defenisi
manjemen. Manajemen
sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama.3 Dikatakan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara- cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para professional diataur dalam kode etik.4 Manajemen merupakan proses bekerja sama antara individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi adalah sebagai aktivitas manajemen.5 Dengan kata lain, aktivitas manajerial hanya ditemukan dalam wadah sebuah organisasi, baik organisasi bisnis, pemerintahan, sekolah, industri dan lainlain.
2
Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan (Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan), Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2012. Hal: 25. 3 Nanang Fattah, landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 1996. Hal: 1. 4 Ibid. Hal: 1. 5 Hersey, P. and Blanchard, K.H, Management of Organizational Behavior, Prentice Hall, New Jersey, 1988. Hal: 5.
Dapat ditarik kesimpulkan bahwa manjemen adalah proses memperoleh tindakan dari orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya aktivitas manajerial dapat dilakukan oleh para manajer sehingga dapat mendorong personil yang ada diorganisasi tersebut sehingga tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efesien. Pada hakekatnya proses manajemen dilakukan para manajer di dalam suatu organisasi, dengan cara-cara atau aktivitas tertentu mereka mempengaruhi para personil atau anggota organisasi, pegawai, karyawan atau buruh agar mereka bekerja sesuai prosedur, pembagian kerja, dan tanggung jawab yang diawasi untuk mencapai tujuan bersama.6 Dalam perspektif lebih luas, manajemen adalah suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien. Berarti manajemen merupakan perilaku anggota dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Dengan kata lain, organisasi adalah wadah bagi operasionalisasi manajemen. Karena itu di dalamnya ada sejumlah unsur pokok yang membentuk kegiatan manajemen,
yaitu: unsur manusia (men), barang-barang (materials), mesin
(machines), metode (methods), uang (money) dan pasar atau (market). Keenam unsur ini memiliki fungsi masing-masing dan saling berinteraksi atau mempengaruhi dalam mencapai tujuan organisasi terutama proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen Manajemen merupakan suatu proses yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan dalam menjalankan proses tersebut melibatkan fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang pemimpin. Manajemen diartikan sebagai proses merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), Motivating, dan mengendalikan (controlling).7 Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan seorang manajer atau pimpinan yaitu: 6 7
Mondy, R.W and Premaux, S.R, Management, Prentice Hall, Inc, New Jersey, 1950. Hal: 6. Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta : Gunung Agung, 1983. Hal: 73.
a. Planning (Perencanaan) Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan dalam aktivitas manajerial setiap organisasi. Perencanaan adalah langkah awal yang sangat penting dilakukan karena perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi. Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, menentukan strategi, kebijakan, taktik dan program. Semua ini dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah.8 Menurut
Johnson,
dkk
dalam
Syafaruddin
berpendapat
bahwa
perencanaan adalah suatu rangkaian tindakan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan perencanaan disusun berbagai visi, misi, strategi, tujuan dan sasaran organisasi yang pada tingkat awal menggunakan pengambilan keputusan yang juga merupakan inti dari manajemen.9 Perencanaan dirujuk selaku fungsi manajemen yang paling utama. Planning adalah formulasi rangkaian tindakan yang harus dilakukan di masa akan datang yang di susun para manajer dan staf dalam suatu organisasi.10 Pada akhirnya, perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa sesungguhnya yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu.11 Jadi dari beberapa defenisi perencanaan diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah rangkaian kegiatan yang telah dibuat sebagai langkah awal dalam kegiatan dan sebagai tindakan yang harus dilakukan untuk masa yang akan datang dan sebagai upaya untuk merumuskan apa yang ingin dicapai.
8
Nasrul Syakur Chaniago, Manajemen Organisasi, Bandung: Penerbit Cita Pustaka Media Perintis. 2011. Hal: 1. 9 Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Pt Ciputat Pers, 2005. Hal: 62-63. 10 Syafaruddin dan Asrul, Manajemen Kepengawasan Pendidikan, Bandung: Citapustaka, 2014. Hal: 70. 11 Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Jakarta: Prenada Media Grup, 2005. Hal: 97.
b.
Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan
pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Pengorganisasian adalah proses pembagi kerja dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikannya sumber daya, mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi.12 Kegiatan organizing adalah pertimbangan struktural yang terdiri dari atas penciptaan rantai komando organisasi, pembagian kerja, dan penentuan kewenangan. Menurut Winardi dalam mesiono mengemukakan bahwasannya aspekaspek yang harus ada dalam pengoganisasian yang dilakaukan dengan baik akan menetapkan hal-hal berikut: 1) Siapa melakukan apa. 2) Siapa memimpin siapa. 3) Saluran-saluran komunikasi. 4) Memusatkan sumber-sumber daya terhadap sasaran-sasaran.13 Jadi
pengorganisasian
itu
adalah suatu langkah
untuk
menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan. Seperti penetapan tugas dan wewenang seseorang dalam rangka untuk mencapai tujuan.
c. Actuating (Pelaksanaan) Actuating atau pelaksanaan merupakan usaha menggerakkan anggotaanggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran atau tujuan dari organisasi/ lembaga tersebut. Pelaksasnaan (activating) adalah suatu fungsi manajemen berupa bentuk kegiatan kerja nyata dalam suatu kegiatan manajemen. Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan atau tindakan semua anggota
12 13
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996. Hal: 71. Mesiono, Manajemen Organisasi, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012. Hal: 26-27.
dengan kesadaran berusaha untuk mencapai tujuan atau sasaran yang berpedoman pada perencanaan dari organisasi.14 Jadi,
Pelaksanaan
perencanaan menjadi
(Actuating)
kenyataan,
merupakan
dengan
melalui
upaya
untuk
berbagai
menjadikan
pengarahan dan
pemotivasian agar setiap anggota dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang anggota akan termotivasi untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. d. Evaluating (Mengevaluasi) Evaluating adalah proses pengawasan dan pengendalian performa madrasah untuk memastikan bahwa jalannya penyelenggaraan kegiatan disekolah telah sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan sebelumnya.15 Jadi, Evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja dilaksanakan untuk menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Didalam dunia pendidikan evaluasi digunakan sebagai alat ukur untuk melihat sejauhmana program/sistem yang sudah dilakukan, tanpa adanya evaluasi maka organisasi tersebut tidak akan mengetahui sejauh mana program/ sistem yang sudah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian fungsi-fungsi yang telah dipaparkan diatas tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Fungsi-fungsi tersebut sangat berkaitan sehingga jika salah satu fungsi tersebut tidak dijalankan, maka tujuan organisasi tidak berjalan secara efektif dan efesien. B. Strategi Manajemen Humas 1. Pengertian Humas Humas adalah suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari publik/ masyarakat. Sasaran
14
Nasrul Syakur Chaniago, Manajemen Organisasi, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011. Hal:
15
Ibid, hal: 62.
61.
humas adalah menciptakan opini publik yang favourable mengguntungkan semua pihak.16 Humas adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara suatu badan/organisasi dengan masyarakat melalui suatu proses komunikasi timbale balik atau da arah. Hubungan harmonis ini timbul dengan adanya mutual understanding, mutual confidence, dan image yang baik.17 Menurut Jefkins, Public Relations atau humas adalah bentuk komunikasi yang terencana, baik kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi dan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandasan pada saling pengertian.18 Public Relations adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara suatau lembaga atau organisasi dengan pihak masyarakat melalui suatu proses komunikasi timbale balik, hubungan yang harmonis, saling mempercayai dan menciptakan citra yang positif.19 Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan humas adalah proses membangun relasi, kepercayaan, dan kerja sama antara individu dengan individu dan organisasi dengan publiknya yang bertujuan untuk menciptakan citra yang positif. Manajemen strategi merupakan upaya organisasi untuk bisa menyelaraskan dirinya dengan lingkungannya. Dalam mengelola organisasi tidak lagi memadai bila hanya mengandalikan intuisi, termasuk mengandalkan intuisi dalam menyusun siasat bisnis. Seperti yang diungkapkan oleh Bruce Henderson, strategi yang dirumuskan secara intuitif menjadi tidak memadai lagi. Karena (a) perusahaan semangkin membesar, (b) lapis-lapis manajemen semangkin bertambah, dan (c) lingkungan berubah secara subtansial.20 Manajemen strategi pada dasarnya merupakan upaya organisasi untuk menyesuaikan dengan lingkungannya. Ini dapat dilihat dari defenisi yang dibuat oleh Rowe, dalam Robson, yang menyatakan bahwa manajemen strategi adalah proses
16
Rachmadi, Public Relations, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996. Hal: 16. Ibid. Hal: 20. 18 Khaerul Umam, Komunikasi dan Public Relation, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012. Hal: 115. 19 Rosady Ruslan, Kampanye Public Relations, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002. Hal: 8. 20 Yosal Iriantara, Manajemen Strategis Public Relations, Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004. Hal: 7. 17
untuk menyelaraskan kemampuan internal organisasi dengan peluang dan ancaman yang dihadapinya dalam lingkungannya.21 Dalam upaya menyelaraskan organisasi dengan lingkungannya tersebut, manajemen strategis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menetapkan misi organisasi 2. Memformulasikan falsafah organisasi 3. Menetapkan kebijakan/policy 4. Menetapkan tujuan/objektif organisasi 5. Mengembangkan strategi 6. Merancang struktur organisasi 7. Menyediakan sumber daya manusia 8. Menetapkan prosedur kerja 9. Menyediakan fasilitas 10. Menyediakan modal kerja 11. Menetapkan standar 12. Menentukan rencana dan program operasional 13. Menyediakan informasi untuk keperluan pengendalian 14. Mengaktifkan sumber daya manusia. Hari lubis, menyebutkan beberapa manfaat penerapan manajemen strategis, seperti: a. Mendeteksi masalah sebelum terjadi b. Membuat para manajer menjadi lebih berminat terhadap organisasi c. Membuat organisasi lebih responsif dan waspada terhadap perubahan d. Mengarahkan segala upaya untuk menuju objektif organisasi e. Merangsang munculnya kerjasama dalam menjawab permasalahan dan dalam memanfaatkan peluang. Dengan demikian, dalam manajemen strategis akan terlihat upaya kita untuk memahami lingkungan atau situasi strategis dengan melakukan analisis strategis. Kemudian, akan tiba pada pilihan-pilahan strategis yang akan dipergunakan oleh organisasi yang kemudian akan diimplementasikan. 21
Ibid. Hal: 12.
2. Tugas Public Relations (Humas) Adapun tugas Public Relations atau Humas sehari-hari adalah: 1) Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi/ pesan secara lisan, tertulis, atau melalui gambar (visual) kepada publik/ masyarakat, sehingga publik/masyarakat mempunyai pengertian yang benar tentang
hal-hal atau segenap tujuan yang ada disekolah serta
kegiatan yang akan dilakukan. 2) Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat masyarakat. 3) Mempelajari dan melakukan analisis reaksi publik terhadap kebijakan lembaga/sekolah maupun segala macam pendapat (public acceptance dan non acceptance) 4) Menyelenggarakan hubungan yang baik dengan masyarakat dan media massa untuk memperoleh public favour, public opinion, dan perubahan sikap.22 Menurut Permendiknas No. 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Admnistrasi Sekolah/Madrasah, Tugas Pelaksanaan Admnistrasi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat yaitu: a) Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua. b) Memelihara hubungan baik dan memfasilitasi kelancaran kegiatan dengan komite sekolah. c) Membantu merencanakan program keterlibatan stakeholders. d) Membina
kerjasama
dengan
pemerintah
dan
lembaga-lembaga
masyarakat. e) Mempromosikan sekolah/madsarah. f) Mengkoordinasikan penelusuran lulusan (alumni). g) Melayani tamu sekolah/madrasah. h) Membuat layanan sistem informasi dan pelaporan hubungan sekolah dengan masyarakat.
22
Rosady Ruslan, Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Hal: 26 .
i) Memanfaatkan TIK untuk mengadministrasikan hubungan sekolah dengan masyarakat. j) Memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah melalui bermancam-macam tehnik komunikasi (majalah, surat kabar dan mendatangkan sumber).23 Menurut Oxley dalam buku Yosal Iriantara menyebutkan tugas public relations yang pada intinya adalah untuk member layanan pada orang-orang yang disebut manajemen. Secara rinci, tugas-tugas tersebut adalah: a) Memberikan saran kepada manajemen tentang semua perkembangan internal dan eksternal yang mungkin mempengaruhi hubungan organisasi dengan publik-publiknya. b) Meneliti dan menafsirkan untuk kepentingan organisasi, sikap publik publik utama pada saat ini atau antisipasi sikap publik-publik pokok terhadap organisasi. c) Bekerja sebagai penghubung antara manajemen dan publik-publiknya. d) Memberi laporan berskala kepada manajemen tentang semua kegiatan yang mempengaruhi hubungan publik dan organisasi.24 Jadi, dapat diartikan tugas public relations atau humas itu sendiri adalah untuk memperkenalkan organisasi kepada masyarakat sehingga masyarakat mengetahui adanya kegiatan-kegiatan yang ada di organisasi tersebut yang bertujuan untuk mengubah citra organisasi di mata masyarakat atau publik.
3. Fungsi dan Tujuan Public Relations Menurut F. Rachmadi
fungsi humas adalah “menumbuhkan dan
mengembangkan hubungan baik antara lembaga/organisasi dengan publiknya, intern maupun ekstern dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan
23
Uraian Tugas Pokok Tenaga Administrasi (Berdasarkan Permen diknas RI No. 24 Tahun 2008 tentang standart Tenaga Adminstrasi Sekolah) 24 Yosal Iriantara, Manajemen Strategis Public Relations, Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004. Hal: 45.
partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan organisasi”.25 Menurut Maria, fungsi public relations yaitu sebagai berikut: a. Kegiatan yang memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya. b. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak. c. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana, yang kondusif dan menyenagkan, kinerja meningkat, dan produktivitas yang bisa dicapai secara optimal. d. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi yang bersangkutan.26 Selain itu, dalam konsepnya fungsi humas adalah sebagai berikut: 1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Membina hubungan masyarakat yang harmoni antara organisasi dengan public intern dan public ekstern. 3. Menciptakan kombinasi dua arah dengan penyebaran informasi dan organisasi kepada public dan menyalurkan opini public dan menyalurkan opini public kepada organisasi. 4. Melayani public dengan menasehati pimpinan organisasi dengan kepentingan umum.27 Fungsi Humas itu sendiri adalah membantu manajemen dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan dan mengembangkan hubungan yang baik dengan berbagai macam publik.28
25
Rachmadi, Public Relations Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta: Gramedia, 1992. Hal: 21. Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam, Komunikasi dan Public Relations, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012. Hal: 115. 27 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2002. Hal: 20. 26
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan fungsi public relations atau humas adalah membantu menciptakan dan mengembangkan hubungan baik antar lembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik atau masyarakat dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan bagi lembaga organisasi. Fungsi humas dalam menyampaikan informasi atau bersisoalisasi kepada masyarakat. Tujuan utama public relations adalah mempengaruhi perilaku orang secara individu ataupun kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, persepsi, sikap dan opininya terhadap suatu kesuksesan sebuah organisasi. Menurut Rosady ruslan, tujuan public relations adalah sebagai berikut: 1) Menumbuh kembangkan citra organisasi yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat. 2) Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan. 3) Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relations. 4) Efektif dalam membangun pengenalan organisasi dan pengetahuan tentang organisasi. 5) Mendukung bauran pemasaran.29 Selain itu, Jefkins mendefenisikan tujuan public relations adalah sebagai berikut: a) Mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan/organisasi. b) Meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai. c) Menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai organisasi kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan. d) Memperkenalkan organisasi kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar baru.30
28
Deddy Djamaluddin Malik, Humas Membangun Citra dengan komunikasi, cet. kedua , Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Hal: 13. 29 Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam, Komunikasi dan Public Relations, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012. Hal: 113.
Menurut Frida Kusumastuti, ada tiga tugas humas dalam organisasi/lembaga yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas. Ketiga tugas humas tersebut adalah sebagai berikut: a) Menginterpretasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan prilaku publik, kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi/lembaga. b) Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik. c) Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga khususnya yang berkaitan dengan publik.31 Tujuan public relations untuk mempengaruhi publiknya, anatara lain sejauh mana mereka mengenal dan mengetahui kegiatan-kegiatan lembaga atau organisasi yang diwakili tersebut tetap pada posisi pertama, dikenal, dan disukai. Sedangkan posisi publik yang kedua, mengenal dan tidak menyukai itu, maka pihak public relations berupaya melalui proses teknik public relations tertentu untuk dapat mengubah pandangan publik menjadi menyukai. Pada posisi publik yang ketiga, membutuhkan perjuangan keras untuk mengubah opini publik yang selama ini tidak mengenal.32 Jadi, dari paparan di atas tujuan public relations atau humas adalah untuk menciptakan dan memelihara hubungan saling percaya dengan publik dan memperoleh kepercayaan, saling pengertian dan citra yang baik dengan publik masyarakat dalam rangka menjalin kerjasama yang baik. 4. Prinsip-prinsip dan Peran Public Relations Oxley mengemukakan prinsip-prinsip public relation. Adapun prinsip-prinsip yang terdapat didalam public relations yaitu: a. Public relations lebih berfungsi sebagai teknik ketimbang ilmu. b. Pendekatan rasional dalam perencanaan publik relations lebih menjamin efektivitas publik relations.
30
Ibid, hal: 113. Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002. Hal: 25. 32 Rosady Ruslan, Kampanye Public Relations, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997. Hal: 6. 31
c. Pendekatan yang sistematis dalam perencanaan public relations berarti bertindak untuk kemajuan. d. Public relations merupakan fungsi manajemen. e. Publik relations yang efektif adalah komunikasi yang efektif. f. Kontrak dengan organisasi public relations eksternal hanya diperlukan bila tuntutan tugas berada diluar kemampuan dan sumber daya yang ada dalam organisasi. g. Para praktisi public relations sekuat tenaga mendukung kliennya dan terus berupaya untuk mendorong kepentingan kliennya. h. Dalam public relations, survai sosiologis hanya dijalankan oleh orangorang yang terlatih. 33 Jadi prinsip humas atau public relations adalah humas berprinsip bahwa program humas didasarkan atas kerja sama atau Team work bukan hanya sepihak, humas juga memiliki prinsip keterpaduan, berkesinambungan, sederhana, kesesuaian dan luwes. Menurut Dozier dan Broom, peranan public relations atau humas dalam suatu organisasi dapat dibagi emapat kategori yaitu: 1. Penasehat ahli (Expert prescriber), seorang praktisi pakar public relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public relationship). Hubungan praktisis pakar PR dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter dan pasiennya, artinya, pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah di sarankan atau usulan dari PR tersebut memecahkan dan mengatasi persolan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan. 2. Fasilitator komunikasi, dalam hal ini praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga 33
Yosal Iriantara, Manajemen Strategis Public Relations, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004. Hal: 67.
dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak. 3. Fasilitator
proses
pemecahan
masalah
(Problem
solving
process
fasilitator), peranan praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan public relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) sehingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persolan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan professional. Biasanya dalam menghadapi suatu krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir praktisi ahli PR dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam satu tim khusus untuk membantu organisasi, yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu. 4. Teknisi komunikasi, berbeda dengan tiga peranan praktisi PR professional sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Peranan teknisi komunikasi ini menjadikan praktisi PR sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan methode of communication in organization.34 Selain itu, pada intinya peran utama public relations adalah sebagai berikut: a) Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. b) Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya. c) Peranan back up management, yaitu sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi. d) Membentuk corporate image, artinya peranan public relations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.35 Berdasarkan paparan di atas dapat diartikan bahwa peranan humas atau relations adalah humas berperan Humas berperan untuk membangun citra yang baik, 34
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2008. Hal: 20-21. 35 Rosady Ruslan, Kampanye Public Relations, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002. Hal: 10 .
agar masyarakat percaya pada organisasi tersebut. Selain itu humas juga berperan untuk membina dan mengelola hubungan yang baik dengan publik atau masyarakatnya yang bertujuan untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakatnya. 5. Tahapan-tahapan dan sasaran public relations Secara rinci tahapan-tahapan dalam proses public relations menurut Lesly adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis
iklim
umum
sikap
dan
relasi
organisasi
dengan
lingkungannya. Setiap institusi berfungsi didalam sebuah “jagat” atau sistem, dan institusi tersebut bergantung pada segala sesuatu yang berlangsung dalam totalitas, ini sangatlah penting untuk memahami sebaik mungkin kecendrungan-kecendrungan di dalam sistem itudan bagaimana organisasi akan dipengaruhi oleh kecendrungan-kecendrungan tersebut. Termasuk kedalamnya “perasaan” mengenai sikap terhadap organisasi dan terhadap bidang tempat organisasi berada, di antara berbagai publik yang berhubungan dengan organisasi. 2. Sikap setiap kelompok terhadap organisasi. Kelompokkelompok tersebut bisa karyawan, pemegang saham, customer, atau bagian lain dari publik. Bila sikap kelompok-kelompok tersebut diketahui, maka kita bisa melihat apakah ada kesalah pahaman terhadap organisasi dan dimana kebijakan dan tindakan organisasi yang menimbulkan opini yang tidak favourable. 3. Menganalisis kondisi opini. Pengkajian ini bisa saja mengungkapkan ketidak senangan dikalangan kelompok-kelompok tadi. Analisis akan membantu
penyusunan
berkembang pada
rencana
berbagai
untuk
kelompok
memperbaiki yang
menjadi
opini
yang
keperdulian
perusahaan atau organisasi. 4. Mengantisipasi masalah-masalah potensial, kebutuhan, atau peluang. Analisis
dan
survey
yang
dilakukan
bisa
membuat
organisasi
memperkirakan apa yang akan berkembang dari sikap berbagai kelompok tadi. Karena itu, bisa direkomendasikan atau direncanakan tindakan yang sesuai untuk kondisi seperti itu.
5. Merumuskan kebijakan. Analisis juga bisa saja menunjukan kebijakan organisasi yang mana yang perlu diubah untuk memperbaiki sikap kelompok-kelompok tersebut terhadap organisasi. 6. Merencanakan sarana untuk memperbaiki sikap satu kelompok. Dengan memahami apa yang dipikirkan publik terhadap organisasi dan klarifikasi kebijakan organisasi yang mempengaruhi opini publik, maka landasan untuk tindakanpun sudah tersedia. Selanjutnya, pemprograman kegiatan yang memberi penjelasan tentang organisasi yang akan mengatasi kesalah pahaman dan akan mendorong goodwill. 7. Menjalankan
kegiatan
yang
terencana.
Pada
tahap
ini,
perangkatperangkat public relations seperti publisitas, iklan, dan kegiatan karyawan mulai dijalankan. Ini merupakan tahapan public relations yang paling kasat mata. 8. Umpan balik, evaluasi, dan penyesuaian. Bagaimanapun kondisi akan terus berubah dan public relations berfungsi member sumbangan sekaligus dipengaruhi perubahan, sehingga menjadi penting untuk terus mengkaji publik.36 Menurut H. fayol beberapa kegiatan dan sasaran public relations atau Humas adalah sebagai berikut: a. Membangun identitas dan citra organisasi
Menciptakan identitas dan citra organisasi yang positif.
Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak.
b. Menghadapi krisis (Facing of crisis)
Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis dan public relations recovery of image yang bertugas memperbaiki lost of image and damage.
c. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (Promotion public cause).37
36 37
Ibid, hal: 54. Op.Cit, hal: 30.
Selain itu, Menurut Anggoro sasaran humas sebenarnya sangat luas dan selalu masuk ke dalam lini organisasi. Sebagai bagian dari aspek yang hakiki dalam kegiatan public relations, maka sasaran humas yaitu: Sasaran publik relations adalah publik intern (internal public) dan publik ekstern (eksternal public). Publik intern adalah orangorang yang berada atau tercakup dalam organisasi, seluruh pegawai mulai dari staff sampai karyawan bawahan (dalam perusahaan termasuk antara lain pemegang saham). Sedang publik ekstern adalah orang-orang yang berada diluar organisasi yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya.38 Berdasarkan paparan diatas dapat diartikan bahwa sasaran dari humas atau public relations yaitu terdapat dua sasaran humas yaitu sasaran internal dan eksternal. Dimana sasaran internalnya itu adalah organisasi dan eksternalnya adalah publik atau masyarakat yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa strategi manajemen hubungan masyarakat pada dasarnya adalah sebuah perencanaan yang bersifat besar, luar dan terintegrasi serta berorientasi masa depan sehingga sangat berpengaruh bagi kemajuan organisasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal untuk meraih tujuan lembaga pendidikan.
38
Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002. Hal: 211 .
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Strategi adalah sebuah rencana yang disatukan, dan memiliki cakupan yang sangat luas, terintegrasi dengan keunggulan organisasi terhadap tantangan lingkungan sekolah yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat. Manajemen merupakan proses bekerja sama antara individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi adalah sebagai aktivitas manajemen. Humas adalah suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari publik/ masyarakat. Sasaran humas adalah menciptakan opini publik yang favourable mengguntungkan semua pihak. Strategi manajemen hubungan masyarakat pada dasarnya adalah sebuah perencanaan yang bersifat besar, luar dan terintegrasi serta berorientasi masa depan sehingga sangat berpengaruh bagi kemajuan organisasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal untuk meraih tujuan lembaga pendidikan.
B. Saran Semoga dengan selesainya tugas makalah UAS Takehome ini dapat kita dapat mengambil pelajarannya, dan dapat mengetahui bagaimana strategi manajemen pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, (2002). Teori dan Profesi Kehumasan, Jakarta: Bumi Aksara. Deddy Djamaluddin Malik, (2005). Humas Membangun Citra dengan komunikasi, cet. kedua, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Didin Kurniadin dan Imam Machali, (2012). Manajemen Pendidikan (Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan), Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, (2005). Pengantar Manajemen, Jakarta: Prenada Media Grup. Frida Kusumastuti, (2002). Dasar-Dasar Humas, Jakarta: Ghalia Indonesia. Hersey, P. and Blanchard, K.H, (1988). Management of Organizational Behavior, Prentice Hall, New Jersey. Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam, (2012). Komunikasi dan Public Relations, Bandung: CV Pustaka Setia. Khaerul Umam, (2012). Komunikasi dan Public Relation, Bandung: CV Pustaka Setia. Mesiono, (2012). Manajemen Organisasi, Bandung: Citapustaka Media Perintis. Mondy, R.W and Premaux, S.R, (1950). Management, Prentice Hall, Inc, New Jersey. Nanang Fattah, (1996). landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Nasrul Syakur Chaniago, (2011). Manajemen Organisasi, Bandung: Penerbit Cita Pustaka Media Perintis. Rachmadi, (1996). Public Relations, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rachmadi, (1992). Public Relations Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta: Gramedia. Rosady Ruslan, (2002). Kampanye Public Relations, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Salusu, J, Pengambilan Keputusan Untuk Organisasi Profit dan Nonprofit, Jakarta: Grafindo Sondang P. Siagian, (1983). Filsafat Administrasi, Jakarta : Gunung Agung.
Syafaruddin, (2005). Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Pt Ciputat Pers. Syafaruddin dan Asrul, (2014). Manajemen Kepengawasan Pendidikan, Bandung: Citapustaka. Syaiful Sagala, (2002). Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta. Uraian Tugas Pokok Tenaga Administrasi (Berdasarkan Permen diknas RI No. 24 Tahun 2008 tentang standart Tenaga Adminstrasi Sekolah). Yosal Iriantara, (2004). Manajemen Strategis Public Relations, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Makalah:
MANAJEMEN STRATEGIK PENINGKATAN MUTU GURU Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri yang Diwajibkan Dalam Mengikuti Perkuliahan Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto, M. Pd.
Disusun Oleh: Rizki Utami (0307163111) MPI-1/V (Lima)
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah Manajemen Strategi Pendidikan ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tersanjungkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita kepada alam yang terang benderang, yaitu Islam. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di Yaumil Akhir. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dalam penyusunan makalah ini, saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyususnan makalah ini, terkhusus kepada Bapak Dr. Fridiyanto, M. Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan bagi para pembaca untuk memberikan saran atau kritik demi memperbaiki penulisan makalah kedepannya. Dan saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca.
Medan, 12 Desember 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2 C. Tujuan Makalah .......................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN A. Manajemen Strategik.................................................................................. 3 1. Pengertian Manajemen Strategik............................................................ 3 2. Karakteristik Manajemen Strategik ........................................................ 4 3. Dimensi-Dimensi Manajemen Strategik ................................................ 5 3. Manfaat Manajemen Strategik ............................................................... 8 B. Peningkatan Mutu Guru.............................................................................. 9 1. Pengetian Mutu....................................................................................... 9 2. Mutu Guru ............................................................................................. 10 3. Kompetensi Profesional Guru ............................................................... 10 4. Upaya-Upaya dalam Meningkatkan Mutu Guru ................................... 13 C. Manajemen Strategik Peningkatan Mutu Guru ......................................... 14 1. Analisis Lingkungan.............................................................................. 14 2. Formulasi Strategi ................................................................................. 14 3. Implementasi Strategi ............................................................................ 15 4. Evaluasi dan Pengawasan Strategi ........................................................ 15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan................................................................................................ 17 B. Saran .......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan akan selamanya menjadi pembahasan yang aktual dan relevan sampai kapan pun, karena pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia dan tidak bisa dilepaskan darinya. Secara terminologi pendidikan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar ia mencapai kedewasaan. Pengertian ini sangat menekankan tentang peran dan fungsi guru (orang dewasa) untuk memberikan pengarahan dan pembinaan kepada anak-anak untuk mencapai kedewasaan yang diharapkan. Guru menduduki posisi yang sangat vital dalam pendidikan. Posisi guru di dalam proses pembelajaran belum dapat tergantikan. Ini disebabkan peranannya yang sangat menentukan. Ia harus mampu mengembangkan, menjabarkan
dan
menerjemahkan
nilai-nilai
yang terdapat
dalam
kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada anak didik melalui proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan hal tersebut, maka penting bagi lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu seorang guru demi menunjang terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif dan efisien untuk mencapai lulusan (output) yang berkualitas pula. Tercapainya guru yang bermutu dapat diusahakan dengan menerapkan manajemen strategi dalam lembaga pendidikan. Manajemen strategik diartikan sebagai perencanaan berkala besar yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang telah ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak agar memungkinkan lembaga pendidikan berinteraksi secara efektif dalam usaha menghasilkan jasa serta pelayanan yang berkualitas dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran lembaga pendidikan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan manajemen strategik ? 2. Apa yang dimaksud dengan peningkatan mutu guru ? 3. Bagaimana manajemen strategik meningkatkan mutu guru ?
C. Tujuan Makalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui manajemen strategi. 2. Untuk mengetahui peningkatan mutu guru. 3. Untuk mengetahui manajemen strategik peningkatan mutu guru.
BAB II PEMBAHASAN A. Manajemen Strategik 1. Pengertian Manajemen Strategik Istilah manajemen strategik terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan strategik. Kata manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu.1
Ungkapan yang menarik
mengenai manajemen adalah manajemen sering diartikulasikan sebagai ilmu, seni dan profesi. Menurut para ahli manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber-sumber daya organisasi lainnya agar dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Strategik terbentuk dari dua kata, yaitu “strato” yang artinya pasukan dan “agenis” yang artinya pemimpin. Jadi strategi berarti hal yang berhubungan dengan pasukan perang.2 Dalam kamus Belanda-Indonesia, strategik berasal dari kata majemuk yang artinya siasat perang, istilah strategik tersebut digunakan dalam kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar.3 Banyak ahli yang memberikan definisi manajemen strategik antara lain sebagai berikut: a) Hunger dan Wheelen: Manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. b) Fred R. David: Manajemen strategik adalah suatu seni dan ilmu dari perbuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi 1
Malayu S. P. Hasibuan. Manajemen. Edisi Revisi, Cet. VIII. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Hlm. 1. 2 Fred R. David. Manajemen Strategis Konsep. (Jakarta: Salemba Empat, 2011). Hal. 2. 3 Datje Rahajoekoesoemah. Kamus Belanda-Indonesia. Cet.I. (Jakarta: Rineka Cipta, 1993). Hlm. 1388.
(evaluating), keputusan-keputusan strategis antara fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan di masa datang. c) Pearce dan Robinson: Manajemen strategik adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulating) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. d) Manajemen strategik adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategis) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (visi), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (misi) dalam usaha menghasilkan
sesuatu
(perencanaan
operasional
untuk
menghasilkan barang atau jasa Berdasarkan
beberapa
pendapat
di
atas,
dapat
disimpulkan
manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh menejer puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi dalam rangaka mencapai tujuannya di masa yang akan datang.
2. Karakteristik Manajemen Strategik Pada umumnya manajemen strategik berbeda dengan lainnya, dimana manajemen ini senantiasa menyikapi dinamika terjadinya suatu perubahan lingkungan sehingga bisa mempengaruhi terhadap implementasi manajemen itu sendiri serta berupaya untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan dengan sejalan pada hal tersebut, maka berikut ini akan dijelaskan karakteristik manajemen strategik: 4 a) Manajemen strategik bersifat jangka panjang b) Manajemen strategik bersifat dinamik c) Manajemen strategik merupakan sesuatu yang berpadu oeh manajemen operasional 4
Taufiqurokhman. Manajemen Strategik. (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, 2016). Hlm. 22.
d) Manajemen strategik perlu dimotori oleh unsur-unsur pada manajer tingkat puncak e) Manajemen strategik berorientasi dan mendekati untuk masa depan f) Manajemen strategik senantiasa harus didorong dan didukunh dalam pelaksanaannya oleh semua sumber daya ekonomi yang tersedia.
3. Dimensi-Dimensi Manajemen Strategik Berdasarkan pengertian dan karateristiknya dapat disimpulkan bahwa Manajemen Strategik memiliki beberapa dimensi. Dimensi-dimensi yang dimaksud adalah:5 a) Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan Manajemen strategik dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi suatu organisasi berpandangan jauh ke masa depan, dan berperilaku proaktif dan antisipatif terhadap kondisi masa depan yang diprediksi akan dihadapi. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih di masa depan. Visi dapat diartikan sebagai “kondisi ideal yang ingin dicapai dalam eksistensi organisasi di masa depan”. Visi organisasi dapat diartikan sebagai sudut pandang ke masa depan dalam mewujudkan tujuan strategik organisasi, yang berpengaruh langsung pada misinya sekarang dan di masa depan. Sehubung dengan itu misi organisasi pada dasarnya berarti keseluruhan tugas pokok yang dijabarkan dari tujuan strategik untuk mewujudkan misi organisasi. Dengan kata lain misi organisasi adalah bidang atau jenis kegiatan yang akan dijelajahi atau dilaksanakan secara operasional untuk jangka waktu panjang oleh sebuah organisasi dalam merealisasikan tujuan strategiknya, yang setelah secara keseluruhannya tercapai berarti visi organisasi juga terwujud. Misi organisasi dengan mudah diketahui melalui jawaban atas pertanyaan: “apa kegiatan yang sedang atau segera dilaksanakan secara operasional di lingkungan sebuah
5
153-197.
Hadari Nawawi. Manajemen Strategik. (Yogyakarta: University Press, 2005). Hlm.
organisasi?”. Untuk itulah diperlukan kemampuan memprediksi masa depan dalam bidang yang menjadi tugas pokok (misi) organisasi. b) Dimensi Internal dan Eksternal Dimensi internal adalah kondisi organisasi pada saat sekarang, berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan, yang harus diketahui secara tepat, untuk merumuskan rencana strategik yang berjangka panjang. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan evaluasi diri antara lain dengan menggunakan
perhitungan-perhitungan
statistik,
menggunakan
data
kualitatif yang tersedia di dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) atau menggunakan analisis kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu diantaranya dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis internal atau evaluasi diri ini tidak lakukan sekali untuk selama-lamanya,
tetapi
harus
dilakukan
secara
berkesinambungan,
sekurang-kurangnya setelah melaksanakan setiap rencana operasional untuk mengetahui pencapaian sasarannya, sebagai masukan dalam mengenali kondisi organisasi. Analisis eksternal dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, kesempatan, hambatan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan proyek untuk jangka panjang, sedang dan pendek. c) Dimensi Pendayagunaan Sumber-Sumber Manajemen strategik sebagai kegiatan manajemen tidak dapat melepaskan diri dari kemampuan mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimiliki, agar secara terintegrasi terimplementasikan dalam fungsifungsi manajemen ke arah tercapainya sasaran yang ditetapkan di dalam setiap rencana operasional, dalam rangka mencapai tujuan strategik melalui pelaksanaan misi untuk mewujudkan visi organisasi. Sumber daya tersebut yang sudah dikemukakan di dalam uraian, terdiri dari sumber daya material khususnya berupa sarana dan prasarana, sumber daya finansial dalam bentuk alokasi dana untuk setiap program dan proyek, sumber daya manusia, sumber daya teknologi, dan sumber daya informasi. Sumber daya ini sebenarnya dapat dikategorikan sebagai bagian dimensi internal, yang dalam rangka evaluasi diri atau analisis internal, harus diketahui secara
tepat kondisinya, baik melalui analisis kuantitatif maupun analisis kualitatif atau analisis SWOT. Sejalan dengan dimensi internal dan eksternal tersebut diatas, di bawah ini diketengahkan diagram untuk mengintegrasikan sumber daya dalam manajemen strategik. d) Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak Manajemen strategik yang dimulai dengan menyusun rencana strategik merupakan pengendalian masa depan organisasi, agar eksistensi sesuai dengan visinya dapat diwujudkan, baik pada organisasi yang bersifat profit maupun non profit. Rencana strategik harus mampu mengakomodasi seluruh aspek kehidupan organisasi yang berpengaruh pada eksistensinya di masa depan merupakan wewenang dan tanggung jawab manajemen puncak. Keikutsertaan pimpinan puncak dalam merumuskan rencana strategik dan rencana operasional sangat penting artinya, Karena realisasinya sangat tergantung pada wewenang dan tanggungjawabnya, baik di dalam maupun keluar organisasi termasuk dalam hubungan internasional. Untuk itu manajemen puncak sesuai kewenangan dan tanggungjawabnya itu harus mampu memprediksi bahwa rencana strategik dan rencana operasional dapat dilaksanakan. e) Dimensi Multi Bidang Manajemen strategik sebagai sistem pengimplementasiannya harus didasari dengan menempatkan organisasi sebagai satu sistem. Berarti sebuah organisasi akan dapat menyusun rencana strategik dan rencana operasional jika tidak memiliki keterikatan atau ketergantungan sebagai bawahan pada organisasi lain sebagai atasan. Dalam kondisi sebagai organisasi bawahan berarti tidak memiliki kewenangan penuh dalam memilih dan menetapkan visi, misi, tujuan dan strategi. Manajemen strategik berdimensi multi bidang, kegiatan awalnya dimulai dari menyusun rencana strategik sampai pada pelaksanaan pekerjaan yang mengharuskan dilakukannya pengintegrasian program berkelanjutan dengan proyek tahunan yang berbeda-beda, agar terus
menerus terarah pada sasaran rencana operasional dan tujuan strategik guna mewujudkan visi yang diinginkan organisasi. 4. Manfaat Manajemen Strategik Berikut
ini
merupakan
manfaat
dari
diterapkannya
sebuah
manajemen strategi dalam suatu organisasi:6 a) Dapat mendorong melaksanakan tugas pekerjaan dengan lebih baik, tanpa memandang posisi karyawan dalam suatu perusahaan, untuk mengetahui arah mana yang dituju oleh perusahaan. Sebagai karyawan salah satu unit, maka ingin mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan tantangan lingkungan pekerjaan yang lebih luas. Apabila sebagai karyawan mengetahui bagaimana kontribusi yang diberikan pada perusahaan, maka karyawan akan mampu melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk membantu perusahaan mencapai tujuannya. Kalau sebagai karyawan memahami mengapa strategi dan kebijaksanaan itu diterapkan, maka karyawan dapat melaksanakan pekerjaan secara lebih efektif. b) Akan
mampu
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
dapat
menimbulkan perubahan besar dalam perusahaan. Beberapa dari perubahan lingkungan strategis sangat memungkinkan berakibat positif dan negatif buat perusahaan dan pada diri karyawan. c) Menyadari strategi, nilai-nilai dan tujuan manajer pada tingkat yang lebih atas, maka karyawan berada dalam kedudukan yang lebih baik untuk dapat memperkirakan kemungkinan diterimanya usaha usulan yang akan karyawan ajukan. Karyawan memiliki kemungkinan untuk mengusulkan dan memberikan penalaran yang baik tentang cara yang lebih untuk menghadapi persaingan, cara meningkatkan produksi secara efisien, atau mungkin dapat menemukan suatu cara, prosedur, atau sistem yang lebih baik untuk memperbaiki pengelolaan perusahaan.
6
Rohmad Dwi Jatmiko. Manajemen Stratejik. (Malang: UMM, 2003). Hlm. 27.
B. Peningkatan Mutu Guru 1. Pengertian Mutu Pengertian mutu menurut beberapa para ahli antara lain adalah sebagai berikut:7 a) Menurut Juran, mutu produk ialah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri utama yaitu (1) teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa atau status; (3) waktu, yaitu kehandalan; (4) kontraktual, yaitu ada jaminan; (5) etika, yaitu sopan santun. b) Menurut Crosby, mutu ialah conformance to requirement. Artinya sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. c) Menurut Deming, mutu ialah kesesuaian kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan
konsumen,
sehingga
menimbulkan
kepuasan
bagi
konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa. d) Menurut Feigenbaum, mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfication). Suatu produk dianggap bermutu apabila memberikan kepuasan kepada konsumen, yaitu sesuai dengan harapan konsumen atas produk yang dihasilkan. e) Garvi dan Davis menyatakan mutu ialah suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Dari beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk. 7
Hadis Abdul & Nurhayati. Manajemen Mutu Pendidikan. (Bandung: AlfaBeta, 2010). Hlm. 84-85.
2. Mutu Guru Pengertian mutu pada konteks pendidikan mengacu pada masukan, proses, keluaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari berbagai sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia seperti kepala sekolah, guru, staf tata usaha dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku kurikulum, prasarana dan sarana sekolah. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan struktur organisasi, deskripsi kerja, dan struktur organisasi. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita.8 Pendidikan dikatakan bermutu jika mampu menghasilkan lulusan yang memenuhi empat kompetensi, yaitu: (a) kompetensi akademik, (b) kompetensi profesional, (c) kompetensi nilai dan sikap, dan (d) kompetensi untuk menghadapi perubahan.9 Mutu guru tidak bisa lepas dengan mutu pendidikan itu sendiri. Mutu guru dapat dilihat dari kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.
3. Kompetensi Profesional Guru Abdul Majid mendefisinikan bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan penuh tanggungjawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugastugas dalam bidang pekerjaan tertentu.10
8
Sudarwan Danim. Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akadmeik. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006). Hlm. 53. 9 Trianto dan Titik Triwulan Tutik. Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik (Menurut UU Guru dan Dosen). (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006). Hlm. 3. 10 Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Kompetensi Guru. cet. 2. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006). Hlm. 5.
Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005 pasal 1 (1) yang dimaksud guru yaitu pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.11 Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 dikemukakan bahwa kompetensi guru itu mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.12 Senada dengan itu, PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 tentang Standar Nasional Pendidikan ayat 3 menjelaskan bahwa seorang pendidik atau pengajar harus memiliki empat kompetensi yaitu: a) Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Seorang guru dikatakan mempunyai kompetensi pedagogik minimal apabila telah menguasai bidang studi tertentu, ilmu pendidikan, metode pembelajaran, maupun pendekatan pembelajaran. Selain itu, kemampuan pedagogik juga ditentukan dalam kemampuan guru untuk membantu, membimbing, dan memimpin.13 Ruang lingkup kompetensi adalah sebagai berikut: 1) Kemampuan mengelola pembelajaran dan perancangan pembelajaran; 2) Pengendalian atau evaluasi, bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. pemahaman dan pengembangan peserta didik; 3) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; 4) Pemanfaatan teknologi pembelajaran; 5) Evaluasi hasil belajar.
b) Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian guru yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi
11
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. (Bandung: Citra Umbara, 2006). Hlm. 2. 12 Ibid. Hlm. 56. 13 Ibid. Tianto dan Titik Triwulan Tutik. Tinjauan Yuridis. Hlm. 63.
peserta didik. Filosofi jawa yang sering didengar mengatakan sosok guru adalah “digugu dan ditiru”.Digugu setiap tutur kata yang disampaikan, dan ditiru setiap tingkah laku dan tindak tanduknya. Dualisme pribadi yang ideal seorang guru yaitu keseimbangan antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan merupakan konsekuensi logis bagi yang telah mengambil guru sebagai profesinya. Merujuk pada ketentuan filosofis tersebut, guru dituntut memiliki kepribadian yang baik, karena disamping mengajarkan ilmu, guru juga harus membimbing dan membina anak didiknya. Perbuatan dan tingkah lakunya harus dapat dijadikan sebagai teladan, artinya seorang guru harus berbudi pekerti yang luhur. Dan kata lain, guru harus bersifat yang baik dan konsekuen terhadap perkataan dan perbuatannya, karena guru adala figur sentral yang akan dicontoh dan diteladani anak didik. c) Kompetensi sosial Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kemampuan sosial dan personal akan menimbulkan jiwa idealisme, yaitu suatu perbuatan mendidik dilandasi oleh sikap dan keyakinan sebagai pengabdian pada nusa, bangsa, negara dan agama serta kemanusiaan, Mencerdaskan bangsa untuk melahirkan generasi yang handal. Inilah konsep idealis seorang guru yang harus dipegang teguh. d) Kompetensi profesional Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Untuk mencapai keberhasilan pendidikan, sistem pendidikan harus ditata dan dirancang oleh orang-orang yang ahli di bidangnya yang ditandai dengan kompetensi persyaratannya. Guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang mantap dan memadai sehingga mampu mengeloala proses pembelajaran yang efektif.
4. Upaya-Upaya dalam Meningkatkan Mutu Guru
Menurut
Aan
Hasan
setiap
sekolah
telah
berupaya
untuk
meningkatkan mutu guru dengan inisiatif dari guru, kepala sekolah, komite sekolah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, serta lembaga swasta.14 a) Upaya dari guru Upaya oleh guru dapat berupa melanjutkan tingkat pendidikan, mengikuti
berbagai
workshop,
seminar
kegiatan dan
MGMP/KKG,
meningkatkan
pelatihan,
kinerja.
Hal
penataran,
yang
cukup
menggembirakan adalah adanya kemauan sebagian guru untuk selalu meningkatkan kinerja dalam membelajarkan anak didik. b) Upaya dari kepala sekolah Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam membina dan meningkatkan mutu guru antara lain berupa: 1) Mengirim guru untuk mengikuti pelatihan, perantara, lokakarya, workshop dan seminar; 2) Mengadakan sosialisasi hasil penelitian dan berbagai kebijakan pemerintah dengan mendatangkan sumber; 3) Mengadakan pelatihan komputer dan bahasa Inggris; 4) Mendorong guru untuk melanjutkan studi agar sesuai dengan tuntutan pemerintah; 5) Mengadakan studi banding ke sekolah lain yang dipandang lebih maju; 6) Mengirim guru untuk magang ke sekolah lain; 7) Melengkapi sarana dan brbagai media penunjang kegiatan pembelajaran; 8) Memberikan penghargaan bagi guru yang berprestasi; 9) Memberikan keteladanan, dorongan dan menggugah hati nurani guru agar menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai guru. c) Upaya dari pemerintah Upaya peningkatan mutu guru dari pemerintah daerah dan pusat antara lain berupa bantuan dana, beasiswa studi lanjut bagi guru, peralatan dan media pembelajaran, serta berbagai kegiatan pembinaan, pelatihan, sertifikasi, penataran dan workshop. d) Upaya dari masyarakat Upaya masyarakat yang telah terwadahi dalam komite sekolah ataupun paguyuban kelas dapat berupa penggalangan dana untuk
14
Hlm. 49.
Aan Hasan. Pengembangan Profesi Guru. Cet. I. (Bandung: Pustaka Setia, 2012).
membantu kelancaran proses pembelajaran, seperti pengadaan gedung dan peralatan sekolah.
C. Manajemen Strategik Peningkatan Mutu Guru 1. Analisis Lingkungan Analisis lingkungan adalah proses dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan lembaga pendidikan. Secara garis besar, analisis lingkungan disini akan mencakup analisis mengenai lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal akan mencakup lingkungan seperti pemerintah, masyarakat, ekonomi, politik dan sebagainya. Sedangkan analisis internal akan mencakup analisis mengenai aktivitas yang dilakukan dalam lembaga pendidikan atau bisa juga analisis mengenai sumber daya, kapabilitas, serta kompetensi inti yang dimiliki lembaga pendidikan. Hasil dari analisis lingkungan ini setidaknya akan memberikan gambaran tentang keadaan lembaga pendidikan yang biasanya disederhanakan dengan metode SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) yang dimilikinya. Analisis eksternal akan memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman (OT) sedangkan analisis
lingkungan internal akan memberikan tentang
keunggulan dan kelemahan (SW) dari lembaga pendidikan. Dalam pelaksanaan analisis lingkungan ini akan menghasilkan program atau kegiatan sesuai dengan kebutuhan lembaga pendidikan.
2. Formulasi Strategik Formulasi strategi adalah menentukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Unuk dapat melakukan formulasi strategi dengan baik, maka ada ketergantungan yang erat dengan analisis lingkungan dimana formulasi strategi membutuhkan data dan informasi dari analisis lingkungan.15 Formulasi strategik dilakukan dengan menyusun visi, misi dan tujuan lembaga pendidikan. Formulasi strategik yang yang
15
Dirgantoro Crown. Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan Implementasi. (Jakarta: Grasindo, 2001). Hlm. 82.
dilakukan untuk peningkatan mutu guru adalah dengan program perekrutan guru, pembinaan dan pengembangan guru.
3. Implementasi Strategik Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.16 Tindakan pengelolaan bermacam-macam sumber daya organisasi dan manajemen yang mengarahkan dan mengendalikan pemanfaatan sumber-sumber daya lembaga pendidikan (keuangan, guru, peralatan dan lain-lain) melalui strategi yang dipilih. Implementasi strategi diperlukan untuk memperinci secara lebih jelas dan tepat bagaimana sesungguhnya
pilihan
strategi
yang
telah
diambil
direalisasikan.
Implementasi manajemen strategik yang dilakukan untuk peningkatan mutu guru, yaitu perekrutan dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan dengan seleksi ketat tanpa unsur KKN agar mendapatkan calon guru yang berkompetensi dan berkomitmen tinggi. Sedangkan pembinaan dan pemberdayaan guru dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan sebelumnya.
Seluruh
program
dilaksanakan
menyesuaikan
dengan
anggaran dan program yang telah dibuat.
4. Evaluasi dan Pengawasan Strategik Evaluasi dan pengendalian strategi adalah proses yang melaluinya aktifitas-aktifitas lembaga pendidikan dan hasil kinerja dimonitor. Kinerja sesungguhnya akan dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Para manajer di semua level menggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah. Evaluasi dan pengawasan strategik ada dua macam, yaitu pertama supervisi perorangan yang dilakukan oleh kepala madrasah, waka kurikulum, pendidik senior, dan penilik. Kedua, supervisi kelompok dengan mengadakan rapat koordinasi dengan pendidik satu rumpun mata pelajaran, rapat koordinasi mingguan dan bulanan, dan MGMP. 16
Ibid. Hlm. 17.
Evaluasi dan pengendalian strategi merupakan elemen akhir yang utama dari manajemen strategis, elemen ini juga dapat menunjukkan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses keseluruhan untuk dimulai kembali. Dan karena strategi diimplementasikan implementasi
dalam
yang
sukses
suatu
lingkungan
menuntut
yang
pengendalian
terus
berubah,
dan
evaluasi
pelaksanaan. Sehingga jika diperlukan dapat dilakukan tindakan-tindakan perbaikan yang tepat.17
17
Hlm. 27.
Tedjo Tripomo dan Udin. Manajemen Strategi. (Bandung: Rekayasa Sains, 2005).
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh menejer puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi dalam rangaka mencapai tujuannya di masa yang akan datang. Mutu guru tidak bisa lepas dengan mutu pendidikan itu sendiri. Mutu guru dapat dilihat dari kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Manajemen strategik peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan 1) analisis lingkungan; 2) formulasi strategik; 3) implementai strategik; dan 4) evaluasi dan pengawasan strategik.
B. Saran Disarankan kepada pembaca, khususnya kepada instansi lembaga pendidikan untuk lebih memahami pembahasan terkait manajemen strategik
untuk
meningkatkan
mutu
guru.
agar
dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan secara efektif. Bagi para guru, hendaknya aktif dalam mengikuti pelatihan untuk mengembangkan kompetensi profesi. Bagi kepala sekolah dan pemerintah, hendaknya secara konsisten memberikan pelatihan kepada guru-guru untuk menunjang kualitasnya
dan
pelaksanaannya.
memberikan
pengawasan
serta
evaluasi
dalam
DAFTAR PUSTAKA Aan Hasan. (2012). Pengembangan Profesi Guru. Cet. I. Bandung: Pustaka Setia. Abdul, H. dan Nurhayati. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: AlfaBeta. Crown, D. (2001). Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta:
Grasindo.
Danim, S. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akadmeik. Jakarta: Bumi Aksara.
David, F. R. (2011). Manajemen Strategis Konsep. Jakarta: Salemba Empat. Hasibuan, M. S. P. (2009). Manajemen. Edisi Revisi, Cet. VIII. Jakarta: Bumi Aksara. Jatmiko, R. D. (2003). Manajemen Stratejik. Malang: UMM. Majid, A. (2006). Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Kompetensi Guru. cet. 2.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nawawi, H. (2005). Manajemen Strategik. Yogyakarta: University Press. Rahajoekoesoemah, D. (1993). Kamus Belanda-Indonesia. Cet.I. Jakarta: Rineka
Cipta.
Taufiqurokhman. (2016). Manajemen Strategik. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.
Trianto dan Titik Triwulan Tutik. (2006). Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban
Pendidik (Menurut UU Guru dan Dosen). Jakarta:
Prestasi Pustaka. Tripomo, T. dan Udin. (2005). Manajemen Strategi. Bandung: Rekayasa Sains. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
(2006). Bandung: Citra Umbara.
Makalah:
IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri Yang Diwajibkan Dalam Mengikuti Perkuliahan Manajemen Strategi Pendidikan
Oleh : Nama: Dinda Arsyka Lubis Nim: 0307163112 Jurusan/Sem: MPI-1/V
Dosen pembimbing: Dr. Fridiyanto.
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan InayahNya sehingga saya dapat menyusun laporan makalah ini tepat pada waktunya. Serta shalawat dan salam kami sampaikan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia dari kegelapan dan kejahiliyahan kepada alam yang penuh dengan kebudayaan dan peradaban serta beraqidah tauhid kepada Allah SWT. Penyusunan laporan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dan dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto, selaku dosen pembimbing mata Manajemen Strategi Pendidikan. Namun saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya dalam penulisan laporan makalah ini. Oleh karena itu, saya membuka bagi para pembaca yang ingin memberi saran atau kritik demi memperbaiki laporan makalah ini. Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga laporan makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2 C. Tujuan Makalah ..................................................................................... 2
BAB II:
PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Strategi Penididikan ........................................ 3 B. Pengertian Implementasi Strategi Pendidikan ...................................... 5 C. Tahap Proses Manajemen Startegi ....................................................... 6 D. Implementasi Manajemen Strategi Pendidikan ………………………..9 E. Hambatan Implementasi Manajemen Strategi………………………….11
BAB III:
PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................... 12 B. Saran ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang peningkatan kualitas pendidikan tentu tak lepas dari proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan menyadari pentingnya proses peningkatan sumber daya manusia, maka pemerintah bersama sekolah terus berupaya mewujudkan amanat tersebut dengan berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Salah satu strategik untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah penerapan manajemen strategik. Alasan yang mendasar adalah bahwa konsep manajemen strategik menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikkan yang lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik. Konsep ini menekankan kepada upaya sekolah dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai guna dalam tatanan ruang lingkup pendidikan
sehingga
sekolah
dapat
memahami
kekuatan
bersaing
dan
mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan secara sistematis dan konsisten Manajemen strategik merupakan suatu proses yang dinamika karena ia berlangsung terus-menerus dalam suatu organisasi atau lembaga. Setiap strategik selalu memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan dimasa depan. Salah satu alasan utama mengapa demikian halnya ialah karena kondisi yang dihadapi oleh suatu organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternalselalu berubahubah pula. Dengan perkataan lain strategik manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah organisasi yang tingkat efektivitas dan produktivitasnya makin lama makin tinggi. Hanya dengan demikianlah tujuan dan berbagai sasarannya dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan.1 Mengkaitkan manajemen strategik dengan upaya mencapai keunggulan bersaing, bahkan dikatakan bahwa strategik adalah alat penting dalam rangka mencapai keunggulan dalam bersaing. Hal tersebut sejalan dengan tujuan strategic 1
Sondang P.Siagian, Manajemen Strategik (Cet. X; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm. 27.
yaitu untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing. Implikasi dari kajian tersebut dikatakan masih meraih suatu keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang dari lingkungannya, yang memungkinkan organisasi untuk menarik keuntungan-keuntungan dari bidang yang menjadi kekuatan. Tercapainya kesesuaian antara lingkungan, sekolah dan strategik, struktur serta proses sekolah, berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Dengan melihat unsur pekerjaan manajemen strategik mengenai pemanfaatan sumber daya manusia, maka timbullah kelompok manusia yaitu manajemen strategik yang berkaitan dengan pendayagunaan sumber daya manusia dalam melakukan kinerja guru untuk jangka panjang dengan menggunakan strategik yang efektif dan efesien.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian manajemen strategi pendidikan? 2. Apa pengertian implementasi strategi pendidikan? 3. Bagaimana tahap proses manajemen strategi pendidikan? 4. Bagaimana implementasi manajemen strategi pendidikan? 5. Apa saja hambatan dalam proses implementasi manajemen strategi pendidikan?
C. Tujuan Makalah Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditarik tujuan makalah adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian manajemen strategi pendidikan. 2. Untuk mengetahui pengertian implementasi strategi pendidikan. 3. Untuk mengetahui tahap proses manajemen strategi pendidikan 4. Untuk mengetahui implementasi manajemen strategi pendidikan 5. Untuk mengetahui hambatan dalam proses implementasi manajemen strategi pendidikan.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Strategi Pendidikan Manajemen strategik secara garis besar telah mulai didiskusikan. Istilah manajemen strategik terbentuk dari dua kata yakni strategic berasal dari bahasa Yunani, strategia, yang berarti seni atau ilmu menjadi seorang jenderal. Jenderal Yunani yang efektif perlu memimpin tentara, memenangkan peperangan dan mempertahankan wilayah melindungi kota dari serangan musuh, menghancurkan musuh. Sedangkan dalam kamus Belanda-Indonesia, strategik berasal dari kata majemuk, yang artinya siasat perang, istilah strategik tersebut digunakan dalam kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar. Secara harfiah manajemen strategik tergabung dari dua kata yaitu manajemen dan strategik. Kata manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Sehingga manajemen diartikan sebagai proses pemahaman sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Manajemen strategi menurut Nawawi adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan barang atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategi) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi.2 Greg Bounds, bahwa manajemen strategi adalah suatu proses yang digunakan oleh manajer dan karyawan untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi dalam penyediaan costumer value terbaik untuk mewujudkan visi organisasi, guna membangun masa depan organisasi.3 2
John M. Brison, Perencanaan Strategiks Bagi Organisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm.
3
Ibid., hlm. 333
332.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian berpendapat bahwa manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut. Di dalam pencapaian manajemen strategi, maka dibutuhkan sebuah proses dalam rangka usaha penerapan pencapaian manajemen strategi.4 Pendapat manajemen strategi menurut Chandler (1962), merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan, dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Sedangkan menurut Porter (1985) adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Selain itu Hamel dan Prahaled mendefinisikan yang terjemahanya sebagai berikut: merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat, dan terus-menerus, serta di lakukan berdasarkan sudut pandang tentang oleh pelanggan di masa depan. Pendapat terbaru pada (2008) Wheelen dan Hunger manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. 5 Dikemukakan lagi manajemen strategi menurut Pearce and Robinson bahwa, manajemen strategi bisa diartikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahan.6 Dari definisi tersebut terdapat empat frase penting berikut ini: 1. Manajemen strategi merupakan suatu proses. 2. Proses digunakan untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi. 3. Strategi digunakan untuk menyediakan customer value terbaik guna mewujudkan visi organisasi. 4. Manajer dan karyawan adalah pelaku manajemen strategi. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi adalah upaya manajerial atau pemimpin melakukan tindakan atau cara dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Manajemen strategi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga pendidikan maupun organisasi untuk
4
Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik, hlm. 23
5
Husein Umar, Desain penelitian Manajemen Strategik, (Jakarta: PT.Raja Grafindo 2010), hlm.16-17.
6
John M. Brison, Perencanaan Strategiks Bagi Organisasi, hlm. 57-58
pengambilan keputusan yang mana nantinya akan ditetapkan sebagai sasaran atau tujuan yang hendak dicapai.
B. Pengertian Implementasi Strategi Pendidikan Implementasi berasal dari abahsa Inggris: yaitu implementation yang berarti pelaksanaan dan penerapan.7 Adapun yang dimaksud implementasi adalah sebuah metode penerapan dan pelaksanaan dengan teori-teori dalam upaya mencapai sebuah tujuan dan sasaran. Implementasi strategi diperlukan untuk merinci secara lebih konkrit dan jelas bagaimana sesungguhnya pilihan strategi yang telah ditentukan akan direalisir pada periode waktu yang telah ditentukan. Strategi yang baik tanpa pelaksanaan yang efektif tidak mungkin akan berhasil. Di samping itu, diperlukan koordinasi manajemen yang baik untuk menghubungkan strategi dengan rencana-rencana pelaksanaannya. Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategi. Perumusan strategi dan implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang. Pengertian yang cukup luas manajemen strategi menunjukkan bahwa manajemen merupakan suatu sistem satu kesatuan yang memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak kearah yang sama pula. Komponen pertama adalah Perencanaan Strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan strategi organisasi. Sedang komponen kedua adalah Pelaksanaan Operasional dengan unsur-unsurnya adalah sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik. 7
313.
Jonh M. Echoirs dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1992). Hlm.
Banyak
perusahaan
atau
organisasi
yang
banyak
menghamburkan
sumberdayanya (uang, waktu, tenaga) untuk mengembangkan rencana strategik yang “ampuh”. Namun kita harus ingat bahwa perubahan hanya akan terjadi melalui suatu action (implementasi), bukan sekedar perencanaan. Rumusan strategi yang secara teknis kurang sempurna jika diimplementasikan dengan baik, maka akan didapat hasil yang lebih baik dibandingkan dengan rumusan strategi yang sempurna namun hanya “ di atas kertas”. Hal ini didukung oleh sebuah hasil penelitian pada 31 industri manufaktur di mana hasilnya menunjukkan bahwa kinerja yang diperoleh perusahaan tidak
sekedar ditentukan oleh strategi yang dimiliki, namun lebih
disebabkan karena efektivitas perusahaan dalam mengimplementasikan strategi tersebut.
C. Tahap Proses Manajemen Strategi Pendidikan Dalam praktiknya manajemen strategi merupakan suatu proses yang membantu organisasi untuk mengidentifikasikan apa yang ingin dicapai oleh mereka. Jauch dan Glucck mengemukakan pula bahwa proses manajemen strategi ialah cara dengan jalan mana para perencana strategi menentukan sasaran dan mengambil keputusan.8 Proses manajemen strategi merupakan siklus, sebagaimana dikemukakan oleh Tourengan (1981) yang menjelaskan bahwa the strategy management process is a cycle of events that deserves to be repeated. Senada dengan hal tersebut Ward (1992) berpendapat bahwa full process of strategic management includes the implementation of the selected strategies. Dalam menentukan langkah-langkah dan strategik yang akan diambil oleh sekolah, pengambilan keputusan harus berdasarkan tahapan proses manajemen strategik. Hal itu diperlukan mengingat pentingnya untuk mengamati, menganalisis situasi dan lingkungan yang ada sebelum menentukan strategik dari suatu lembaga pendidikan. Proses manajemen strategik mempunyai 3 tahapan yang saling terkait dan melengkapisatu sama lain. Tahap proses manajemen strategik adalah formulasi strategi (Strategy Formulation), pelaksanaan strategi (Strategy Implementation) dan evaluasi strategi (Strategy Evaluation).9 8
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2001). Hlm. 139. 9 Azhar Arsyad, DKK, Pengantar Manajemen (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2006), hlm.92.
1. Formulasi Strategi (Strategy Formulation) Formulasi strategi merupakan tahap pertama dalam poses manajemen strategi yang mengutamakan efektivitas. Dalam tahap ini perusahaan harus menentukan arah dan tujuan yang akan ditempuh dalam menghadapi persaingan dan lingkungan agar comperatife aduanteg dapat berkesinambungan dan berjangka panjang. Kegiatan yang harus dilakukan dalam formulasi stratgi ini adalah: a. Mengembangkan visi dan misi b. Menganalisis situasi lingkungan c. Pengembangan tujuan jangka panjang d. Pendataan alternative-alternatif strategi e. Seleksi strategi-strategi yang dapat diambil sesuai dengan keadaan perusahaan dan lingkungan. f. Pelaksanaan Strategi (Strategy Implementation) 2. Pelaksanaan Strategi (Strategy Implementation) Tahap ini merupakan
tahap lanjutan dari formulasi strategi
yang
mengutamakan efesiensi. Setelah strategi-strategi telah diseleksi dan dianalisa sesuai dengan keadaan lingkungan dan perusahaan, maka pada tahap ini perusahaan harus memastikan bahwa semua formulasi strategi itu dapat berjalan dengan harapan. Tahap ini merupakan proses operasional, tahapan tindakan dan dinilai paling sulit dari tahap manajemen strategi yang ada.10 Dalam tahap ini, perusahaan diminta untuk mngerjakan beberapa langkah-langkah sebelum formulasi strategi dapat dilakukan. Langkah-langkah tersebut adalah mengembangkan tujuan tahunan, memikirkan kebijakan-kebijakan, memotivasi karyawan dengan menggunakan keahlian antar personal dan mengalokasikan sumber daya. Pada tahap ini, semua karyawan dan manajer harus melibatkan diri dan mengerjakan tugasnya masing-masing agar pelaksanaan formulasi strategi dapat sukses. Agar kesuksesan pelaksanaan dapat dicapai maka perusahaan harus menciptakan kepemimpinan yang persuasif dengan budaya pendukung strategi perusahaan dan memotivasi karyawan, koordinasi antara kelompok, membuat struktur organisasi yang efektif, mengubah usaha pemasaran yang sesuai, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan menggunakan sistem informasi, serta memberikan 10
L. J. Bourgeois dan David R. Brodwin, “Strategic Implementation: Five Approaches to an Elusive
Phenomenon” (Strategic Manajemen Journal 5, 1984), hlm. 241-264.
penghargaan yang layak kepada karyawan atas kontribusinya akan kinerja perusahaan.11
3. Evaluasi Strategi (Strategy Evaluation) Pada tahap terakhir dalam manajemen strategi ini, perusahan dapat menilai apakah formulasi strategi dapat dilaksanakan dengan baik pada tahap implementasi strategi. Tanpa adanya implementasi strategi yang memadai maka formulasi strategi yang baik akan menjadi sia-sia. Hasil yang didapat dari implementasi akan direview pada tahap ini. Dasar kegiatan evaluasi strategi meliputi membandingkan faktor eksternal dan internal dengan strategi yang ada, mengukur kinerja dan mengambil tindakan koreksi. Berdasarkan hasil yang dievaluasi maka perusahaan bisa menguas kembali strategi perusahaan. Sehingga perbandingan hasil dengan harapan dan pengidentifikasi tindakan dapat dijadikan pengalaman berharga bagi perusahaan. Hal ini mengingat bahwa sukses pada hari ini bukanlah garansi akan kesuksesnya hari esok.12 Berbeda pendapat di atas, menurut Gordon E. Grennly menyatakan proses manajemen strategi terdiri dari empat tahap utama, yaitu: 13 1. Analysing the environment 2. Planning direction 3. Planning strategy 4. Implementing strategy Berbeda lagi pendapat menurut Jauch dan Glueck, yang berpendapat bahwa proses manajemen strategi adalah cara atau jalan dimaan para perencana strategi menentukan sasaran dan mengambil keputusan. Beberapa tahapan penting yang dirumuskan, yaitu:14 1. Menetapkan misi dan tujuan perusahaan 2. Meneliti ancaman dan peluang. 3. Meneliti kekuatan dan kelemahan. 11
Jay R. Gaibraith, Strategi Implementation Structure, Systems and Proces (Cet. II; USA: West, 1986),
hlm. 341. 12
Azhar Arsyad, DKK, Pengantar Manajemen (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2006), Hlm. 99.
13
Mulyadi dan Johny Setiawan, System Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, (Jakarta: PT.
Salemba Emban Patria, 2001). Hlm. 496. 14
Ibid.,, Hlm. 34.
4. Mempertimbangkan alternative strategi. 5. Memilih strategi. 6. Implementasi strategi. 7. Evaluasi strategi.
D. Implementasi Manajemen Strategi Pendidikan Konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategik organisasi. Rancangan ini disebut sebagai perencanaan strategik. Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital, perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan. Manajemen strategik sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencanarencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu: 1. Merumuskan visi dan misi organisasi meliputi rumusan umum filosofi dan tujuan. 2. Mengembangkan profil organisasi yang mencerminkan kondisi internalnya. 3. Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi pesaing dan faktor kontekstual. 4. Menganalisis alternatif strategik dengan menyesuaikan sumber daya yang dimiliki dengan lingkungan eksternal. 5. Mengidentifikasi setiap alternatif strategik untuk menentukan strategik mana yang paling sesuai visi dan misi organisasi. 6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategik umum. 7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategik jangka pendek. 8. Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem imbalan. 9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang. Dalam beberapa pengertian tentang manajemen strategik terdapat satu hal yang dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan strategik, yang meliputi pengembangan visi, misi dan tujuan jangka panjang dan mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan
kelemahan perusahaan atau organisasi, pengembangan alternatif-alternatif dan penentu strategik yang sesuai untuk diadopsi. 2. Penerapan strategik, meliputi penentu sasaran operasional tahunan, kebijakan perusahaaan atau organisasi, motivasi karyawan dan mengalokasikan sumbersumber daya agar srategik yang telah ditetapkan dan diimplementasikan. 3. Evaluasi atau kontrol strategik, mencakup usaha untuk memonitor seluruh hasil dari pembuatan dan penerapan strategik, termasuk mengukur kinerja individu dan perusahaan serta mengambil langka-langkah perbaikan jika diperlukan.15 Penerapan manajemen strategik di dalam penyelenggaraan sistem pendidikan memungkinkan suatu organisasi penyelenggara pendidikan (termasuk di dalamnya sekolah dan departemen pendidikan) untuk lebih proaktif dari pada reaktif dalam membentuk masa depan lembaga pendidikan didunia global dewasa ini. Penerapan konsep berpikir dan bertindak strategik, lembaga pendidikan diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi dari pada hanya member respons terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan birokratis, namun lebih dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras merencanakan kegiatan-kegiatan strategik, mengimplementasikan dan mengendalikan segenap operasional kelembagaan untuk mencapai tujuan strategik yang telah dirumuskan. Selain itu penerapan akan berlangsung secara efektif dan efesien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoprasikan sekolah. Dalam rangka proses manajemen strategik, perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah.16 Penerapan strategik dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasi tujuan strategik kedalam aksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. Berdasarkan pengamalan historis di dalam penyelenggaraan suatu organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip manajemen strategik di dalam lembaga pendidikan adalah membantu lembaga pendidikan merumuskan strategic yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan sistematis, logis, dan rasional pada proses pemilihan strategik pengelolaan pendidikan diera global yang terus mengalami perubahan. Dasar manajemen strategik adalah menumbuhkan komitmen atau 15
J. David Haunger dan Tomas L Wheelen, Manajemen Strategi (Yogyakarta: Andi, 2001,2003), h. 4.
16
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. op. cit., h. 59.
dukungan dari semua pihak (sumber daya manusia) mengenai visi, misi lembaga pendidikan, sasaran penyelenggaraan pendidikan, dan upaya-upaya pencapaiannya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama manajemen strategic adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua eksekutif maupun pelaksana lembaga pendidikan.
E. Hambatan Dalam Proses Implementasi Manajemen Strategi Pendidikan Seperti dikutip Hunger (1995) terhadap hasil survei terhadap 93 perusahaan yang masuk daftar Fortune 500 menunjukkan bahwa setengah dari perusahaanperusahaan tersebut menemui 10 macam problem
ketika mengimplementasikan
sebuah strategi perubahan. Berikut adalah kesepuluh problem tersebut yang disusun berdasarkan tingkat frekuensi kejadian. 1. Implementasi berjalan lebih lambat dibanding dengan perencanaan awalnya 2. Munculnya berbagai masalah yang tidak terduga 3. Koordinasi dalam implementasi tersebut tidak efektif 4. Perusahaan memberi perhatian yang berlebihan terhadap aktivitas persaingan dan penanganan krisis sehingga kurang memperhatikan implementasi yang harus dijalankan. 5. Kemampuan SDM yang terlibat dalam implementasi strategi kurang. 6. Pendidikan dan pelatihan SDM di tingkat bawah kurang memadai. 7. Tidak terkendalinya faktor-faktor lingkungan eksternal. 8. Kualitas kepemimpinan dan pengarahan dari para manajer departemen kurang memadai. 9. Tidak jelasnya implementasi pada tugas dan aktivitas kunci. 10. Pemantauan aktivitas oleh sistem informasi yang dimiliki perusahaan kurang memadai.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategi. Tujuan manajemen strategi pada umumnya didefinisikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam jangka panjang; seperti bertahan hidup, keamanan dan memaksimalkan profit. Sasaran lebih nyata yaitu pencapaian hal-hal yang penting untuk mencapai tujuan. Mencapai sasaran akan lebih mendekatkan pada tujuan. Sasaran pada umumnya lebih spesifik dan harus dapat diukur dan biasanya mencakup kerangka target dan waktu Manajemen strategi juga merupakan himpunan keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang sesuatu organisasi. Manajemen strategi sebagai bidang studi mencakup perhatian yang intergratif mengenai kebijakan organisasi publik dengan penekanan yang lebih berat kepada lingkungan dan strategi. B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad Azhar, DKK, Pengantar Manajemen, Makassar: Alauddin Press, 2006 Bourgeois L. J. dan David R. Brodwin, “Strategic Implementation: Five Approaches to an Elusive Phenomenon”.,Strategic Manajemen Journal 5,1984 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989 Gaibraith Jay R., Strategi Implementation Structure, Systems and Proces, USA: West, 1986 Haunger J. David dan Tomas L Wheelen, Manajemen Strategi, Yogyakarta: Andi, 2001,2003 Hasibuan S.P Malayu, Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Herawan Endang, Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2011 Hasan Aan, Pengembangan Profesi Guru, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012 H.A.R Tilaar, , Standar Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 P.Siagian Sondang, Manajemen Stratejik, Jakarta: PT Bumi Aksara,2012 Sagala Syaiful, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: CV. Alfabeta, 2001 Sagala Syaiful, Manajemen Stategik dalameningkatan Mutu Pendidikan, PT.Bandung, 2013 Yuliana,”Implementasi Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Peserta Didik Di SMA Negeri 2 Takalar”, Skripsi, Makassar, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin, 2011 Yusuf\, Muri Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Gabunga, Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri, 2014.
STRATEGI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen setrategik Dosen Pembimbing : Dr. Fridiyanto, M.Pd
Disusun Oleh: Sindi Ptatiwi
(0307163120) Prodi: MPI Semester: V
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM MEDAN 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karuniaNya kami dapat menyelesaikan mini riset “ Manajemen Strategi Pendidikan ”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca khususnya untuk calon manager. Di samping itu, makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Setrategik Pendidikan”. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan dan penyusunan makalah ini. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran. Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.
Semoga
makalah
ini
menjadi
pelita
bagi
individu
yang
ingin
mengembangkan kepribadian dirinya. Amin.
Medan, 16 Desember 2018
Sindi Pratiwi (0307163120)
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................................2 C. Tujuan Masalah........................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4 A. Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Berkualitas.......................................4 B. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas..........6 C. Islam Dan Sumber Daya Manusia..............................................................8 BAB III PENUTUP...............................................................................................18 A. Kesimpulan.................................................................................................18 B. Saran............................................................................................................18 Daftar
Pustaka.......................................................................................................20
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Realitas Pendidikan Islam saat ini bisa dibilang telah mengalami masa kebuntuan intelektual. Diantara indikasinya adalah; pertama, minimnya upaya pembaharuan, dan kalau toh ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pembelajaran pendidikan
Islam terlalu menekankan
pada pendekatan
intelektualisme-
verbalistik dan menegaskan pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik
antara
guru-murid.
Keempat,
orientasi
pendidikan
Islam
menitikberatkan pada pembentukan „abd atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia muslim sebagai khalifah fi al-ardl.1 Padahal, di sisi lain pendidikan mengemban tugas penting, yakni bagaimana mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar dapat berperan aktif dan tetap survive di era globalisasi. Mengapa pengembangan kualitas sumber daya manusia menjadi sangat penting dan begitu urgent? Hal ini tak bisa dipungkiri mengingat abad XXI sebagai era globalisasi dikenal dengan situasinya yang penuh dengan persaingan. John Naisbitt dan Patricia Aburdene sebagaimana dikutip A. Malik Fadjar, pernah mengatakan bahwa terobosan paling menggairahkan dari abad XXI bukan karena teknologi, melainkan
karena konsep yang luas tentang apa artinya manusia itu.
Pengembangan kualitas SDM bukan persoalan yang gampang dan sederhana, karena membutuhkan
pemahaman yang mendalam dan luas pada tingkat
pembentukan konsep dasar tentang manusia serta perhitungan yang matang dalam penyiapan institusi dan pembiayaan.2 Paradigma pembangunan yang berorientasi pada keunggulan komparatif dengan lebih mengandalkan sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah, saat ini mulai mengalami pergeseran menuju pembangunan
yang lebih
menekankan keunggulan kompetitif. Dalam paradigma baru ini, kualitas SDM,
1
Abd. Rachman Assegaf, “Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi”,dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.),Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), Cet. I, h. 8-9 2 A. Malik Fadjar,Reorientasi Pendidikan Islam,(Jakarta: Fajar Dunia, 1999), Cet. I, h.156
penguasaan teknologi tinggi dan peningkatan peran masyarakat memperoleh perhatian.3 Keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh kualitas manusianya, bukan oleh melimpah-ruahnya kekayaan alam.4 Manusia merupakan
titik sentral
yang menjadi
subyek
dan perekayasa
pembangunan serta sebagai obyek yang direkayasa dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Sumber daya manusia merupakan modal dasar pembangunan nasional yang memiliki potensi dan daya dorong bagi percepatan proses pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan demikian,
perilaku
pembangunan
seyogyanya
mencerminkan
peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan demi peningkatan kualitas peradaban masyarakat, bangsa dan negara. Di dalamnya diperlukan
ketangguhan
kualitas,
watak dan moralitas
manusia
sebagai pelaku utamanya. Dahulu, pembentukan
pendidikan
lebih
merupakan
model
untuk
maupun pewarisan nilai-nilai keagamaan dan tradisi
masyarakat. Artinya, misi pendidikan dianggap berhasil ketika anak didik sudah mempunyai sikap positif dalam beragama dan memelihara tradisi masyarakatnya.5Kini, paradigma pendidikan seperti itu harus direkonstruksi agar sumber daya manusia muslim tidak acuh terhadap persoalan
yang terkait dengan kepentingan
ekonomi,
ketenaga-
kerjaan, dan persoalan lainnya dengan tetap mempertahankan nilainilai etik dan moral Islam. Hal-hal itulah yang mendorong penulis untuk mengkomparasikan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional dengan konsep pendidikan Hasan Langgulung sebagai tokoh pendidikan Islam tentang strategi
pendidikan
dalam meningkatkan
kualitas
sumber daya
manusia.Ini dipertegas dengan statement Azyumardi Azra yang mengatakan bahwa Hasan Langgulung adalah di antara pemikir yang paling menonjol dalam barisan pengkaji pemikiran dan teori kependidikan di Indonesia dewasa ini. B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, ada banyak persoalan yang 3
A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam…, h. 157 Sri Bintang Pamungkas, Dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan IPTEK Mengatasi Kemiskinan, Mencapai Kemandirian, (Jakarta: Seminar dan Sarasehan Teknologi, 1993), h. 20 4
dihadapi pendidikan terkait dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM) terutama di era globalisasi ini. Berbagai macam persoalan itu bisa diidentifikasi sebagai berikut:. a. Apa yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia? b. Bagaimana peran pendidikan dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia? c. Bagaimana strategi pendidikan yang digagas kedua tokoh
tersebut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia? C. TUJUAN MASALAH a. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia. b. Untuk mengetahui peran pendidikan dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia. c. Untuk mengetahui strategi pendidikan yang digagas kedua tokoh
tersebut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
BAB II PEMBAHASAN A. Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Berkualitas a. Pengertian Sumber Daya Manusia
Manusia adalah makhluk yang diciptakan
Allah paling
sempurna dengan struktur jasmaniah dan rohaniah terbaik di antara makhluk lainnya. Muzayyin Arifin mengatakan bahwa dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu Allah memberikan seperangkat kemampuan
dasar yang memiliki kecenderungan berkembang
yang menurut aliran psikologi behaviorisme disebut pre potence reflex (kemampuan dasar yang secara otomatis berkembang).6 Kemampuan dasar tersebut kemudian dikenal dengan istilah sumber daya manusia atau disingkat dengan SDM. Sumber Daya Manusia (SDM) secara konseptual memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan rohani. Oleh sebab itu, kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu bangsa dapat dilihat sebagai sinergistik antara kualitas rohani dan jasmani yang dimiliki oleh individu dari warga bangsa yang bersangkutan. Kualitas jasmani dan rohani tersebut oleh Emil Salim disebut sebagai kualitas fisik dan non fisik. Lebih lanjut, wujud kualitas fisik ditampakkan oleh postur tubuh, kekuatan, daya tahan, kesehatan, dan kesegaran jasmani. Dari sudut pandang ilmu pendidikan, kualitas non fisik
manusia
psikomotorik.
mencakup Kualitas
ranah
ranah
(domain)
kognitif
kognitif,
digambarkan
afektif, oleh
dan
tingkat
kecerdasan individu, sedangkan kualitas ranah afektif digambarkan oleh kadar keimanan, budi pekerti, integritas kepribadian, kemandirian
lainnya.
Sementara
itu, kualitas
ranah
serta ciri-ciri psikomotorik
docerminkan oleh tingkat keterampilan, produktivitas, dan kecakapan mendayagunakan peluang berinovasi. Sebenarnya tiga kata yang terdapat dalam istilah sumber daya manusia, yaitu: sumber, daya, dan manusia, tak ada satupun yang sulit untuk dipahami. Ketiga kata itu tentu mempunyai arti dan dengan mudah dapat dipahami artinya. Secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
6
Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 88
daya yang bersumber dari manusia. Daya ini dapat pula disebut kemampuan, tenaga, energi, atau kekuatan (power). Gunawan A. Wardhana sebagaimana yang dikutip oleh A.S. Munandar sepenggal kalimat kutipan dari Harbison menyatakan bahwa sumber daya manusia mencakup semua energi, keterampilan, bakat, dan pengetahuan manusia yang dipergunakan secara potensial dapat atau harus dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermanfaat.7 Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sumber daya manusia itu adalah tenaga atau kekuatan/kemampuan yang dimiliki oleh seseorang berupa daya pikir, daya cipta, karsa dan karya yang masih tersimpan dalam dirinya sebagai energi potensial yang siap dikembangkan
menjadi
daya-daya
berguna
sesuai
dengan
keinginan manusia itu sendiri. b. Karakteristik Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkualitas
Era globalisasi yang ditandai dengan transparansi di segala bidang kehidupan, telah menuntut SDM berkualitas yang memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai yang diimbangi dengan nilai- nilai tertentu sesuai dengan karakter dunia baru. Yaitu dunia tanpa batas yang berarti komunikasi antar manusia menjadi begitu mudah, begitu cepat, dan begitu intensif sehingga batas-batas
ruang menjadi sirna. Adapun nilai-nilai
tersebut antara lain; profesionalisme, kompetitif, efektif dan efisien dalam tata kerja, sehingga fungsi pendidikan tidak sekadar sebagai agen
perubahan
akan
tetapi
harus
mampu
mengakomodir
pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai globalisasi dalam satu paket pendidikan.8 Dengan demikian orientasi pendidikan harus terkait dan sepadan dengan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dengan berbagai sektor kebutuhan, terutama dunia
7
A.S. Munandar, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Rangka Pembangunan
Nasional, (Jakarta: Djaya Pirusa, 1981), h. 9 8
Zainal Arifin, Nuansa Teosentris Humanistik Pendidikan Islam; Signifikansi Pemikiran
Hasan Langgulung dalam Konstalasi Reformasi Pendidikan Islam, (STAIN Cirebon: LekturJurnal Ilmiah Pendidika Islam), Seri VIII/Th. Ke-5/98/h. 76
industri dan dunia usaha. Sehingga perlu adanya pandangan baru tentang manusia berkualitas dalam pendidikan di abad globalisasi ini. Untuk itu, maka para pakar khususnya futurolog pendidikan telah menyusun berbagai skenario mengenai karakteristik manusia atau masyarakat abad 21, menurut Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed., mengemukakan bahwa manusia berkualitas yang cerdas itu memiliki ciri-ciri antara lain: a. Added Values (memiliki nilai tambah, keahlian, profesionalisme) b. Abstraction System Thinking (mampu berpikir rasional,
mengabstraksikan
suatu
persoalan
secara
sistematis
melalui pendekatan ilmiah objektif) c. Experimentation and Test (mampu berpikir di balik data-
data dengan melihat dari berbagai sudut) d. Collaboration (mampu bekerja sama, bersinergi).19
Gambaran di atas jelas merupakan suatu karakteristik nilainilai mentalitas yang harus tampak pada profil dan penampilan sumber daya manusia abad 21. Dalam tingkat tertentu gambaran rumusan di atas relevan dengan ciri manusia modern seperti dirumuskan oleh Alex Inkeles sebagaimana
dikutip oleh Syahrin Harahap, yaitu:
kecenderungan menerima gagasan-gagasan baru, kesediaan menyatakan
pendapat,
kepekaan
pada
waktu
dan
lebih
mementingkan waktu kini dan mendatang ketimbang waktu yang telah lalu, rasa ketepatan waktu lebih baik, keprihatinan yang lebih besar untuk merencanakan organisasi dan efisiensi, menghargai
kekuatan ilmu dan teknologi serta keyakinan
bahwa keadilan bisa ditegakkan.10 B. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas
Konsep sumber daya manusia (human resource) berkembang
9
Mastuhu, Menuju Sistem Pendidikan yang Lebih Baik Menyongsong Era Baru PascaOrba, (Makalah:
disampaikan pada Diskusi Panel HMJ-KI IAIN Jakarta, 13/12/98), h. 2 10
Syahrin Harahap, Islam Dinamis; Menegakkan Nilai-nilai Ajaran al-Qur‟an dalamKehidupan
Modern di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997), Cet. I, h. 91-92
ketika diketahui dan disadari bahwa manusia itu mengandung berbagai aspek sumber daya bahkan sebagai sumber energi. Manusia tidak hanya berunsur jumlah, seperti terkesan dari pengertian tentang penduduk, tetapi juga mutu, dan mutu ini tidak hanya ditentukan oleh aspek keterampilan atau kekuatan tenaga fisiknya, tetapi juga pendidikannya atau kadar pengetahuannya, pengalaman atau kematangannya, dan sikapnya atau nilai-nilai yang dimilikinya. Prof. DR.H,A.R, Tilaar bereendapat aspek-aspek yang perlu dikembangkan meliputi: a.
Individualitas, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan kita masih bersifat kodian, artinya masih kurang memberikan perhatian
kepada
pengembangan
individualitas
yang
mandiri . hampir seluruh kegiatan di sekolah di arahkan kepada kompormitas seperti mengejar izasah, menjadi pegawai negeri dan sebagainya dan belum diarahkan kepada individu yang percaya pada kemamouan mandiri. b. Etika, atau barang kali lebih tepat di sebut etos kerja
merupakan daya merupakan daya penggerak dinamika suatu masyarakat. Kebudayaan kita cenderung di arahkan kepada budaya santai . Mungkin karena alamnya begitu murah
dan
kaya
sehingga
menumpulkan
semangat
manusianya untuk berusaha keras. Pengetahuan,
pengetahuan
dalam kontek ini bukanlah
pengetahuan tang sudeah tersedia, tetapi sikap mental ingin tau, ingin mengeksploras8i . Pendidikan dalam hal ini bukan mencekoki anak didik dengan pengetahuan siap tetapi kemampuan dan keterampilan untuk menggali ilmu pengetahuan. Selanjutnya ilmu pengetahuan yang diajarkan bukanlah hanya sekedar untuk mengetahui, sebagai bahan pelatihan mental, tetapi pengetahuan
yang mempunyai
relevansi dalam meningkatkan kualitas hidup anak didik dan masyarakat. c. Keterampilan,
pengembangan
keterampilan
bukan saja
akan memperkuat individu seseorang dengan memberi
rasa harga diri karena dapat berkarya, tetapi secara langsung
akan ikut
menyumbang
bagi
pembangunan
nasional. d. Bakat, bakat seseorang apabila di kembangkan dengan tepat
bukan saja
bermanfaat
bagi
pengembangan
individu
pemiliknya, juga merupakan aset nasional yang sangat penting. Bakat itun tidak timbul dengan sendirinya tetapi perlu ditemukan dan di kembangkan. 11 C. Islam Dan Sumber Daya Manusia a. Pandangan Islam tentang Manusia
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan istimewa dan menempati kedudukan tertinggi di antara makhluk lainnya, yakni menjadi khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi (Q.S.2:30) Islam menghendaki manusia berada pada tatanan yang tinggi dan luhur. Oleh karena itu manusia dikaruniai akal, perasaan, dan tubuh yang sempurna. Islam, melalui ayat-ayat al-Qur‟an telah mengisyaratkan tentang kesempurnaan diri manusia, seperti antara lain disebutkan dalam surat at-Tin ayat 4: ِﹶﻟﺪ ﰲأﺣ ﺴﹺﻦﺗﻮﹺﹾﻘﹴﱘ ﻘﹶ ﺎﻨﹾاﻹﹾ ﺧﹶﻧﺴ ﹶﻥﺎ ﹶﹺ
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya…”12 Kesempurnaan demikian dimaksudkan agar manusia menjadi individu yang dapat mengembangkan diri dan menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya. Berbeda dengan Islam, menurut orang-orang Barat, manusia adalah termasuk bangsa binatang menyusui (mamalia). Yusuf Qardhawi, ulama kontemporer karismatik asal Mesir mengutip pendapat Ernest Haeckel, pemuka aliran biologisme bangsa Jerman yang mengatakan: “tidak ada sangsi lagi bahwa dalam segala hal 11
H.A.R. Tilaar, Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990 ) cet. I, hal. 109 -110 12
Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 1076
manusia sungguh-sungguh adalah binatang beruas tulang belakang, yakni
binatang
memanggil
menyusui.”13 Pendapat
yang
kembali
memori
kita tentang
ini tentu saja
apa yang pernah
dilontarkan oleh ilmuan Barat lainnya, yaitu Charles Darwin dalam “teori evolusi”-nya bahwa asal-muasal bangsa manusia adalah kera. Tentu teori ini ditolak mentah-mentah oleh Islam karena bukan hanya bertentangan dengan risalah Islam namun juga secara tak langsung merendahkan derajat manusia itu sendiri sebagai seorang khalifah di bumi. Definisi yang dikemukakan oleh para ahli filsafat mengenai manusia tidaklah berbeda dengan pendapat di atas. Mereka memberikan sebutan manusia sebagai binatang dengan beberapa sikap menurut kenyataan tindakan manusia dalam kehidupannya, antara lain yaitu: a. Homo Sapiens, menurut Lonnaeus yaitu binatang yang
mempunyai budi (akal) dan ahli agama kristen menyebut manusia sebagai animal rational, yaitu binatang yang berfikir. b. Homo Laquen, menurut Revesz dalam “Das Problem Des
Ursprungs end Sprache” manusia ialah binatang yang pandai menciptakan
bahasa
dan
menjelmakan
pikiran
serta
perasaan dalam kata-kata tersusun. c. Homo Faber, menurut Bergson dalam “L’Evolution Creatrice”
yaitu binatang yang pandai membuat alat perkakas. d. Zoon Politicon, menurut Aristoteles yaitu binatang yang
pandai bekerja sama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. e. Homo Religious, yaitu binatang yang dasarnya beragama. f. Homo Economicus, yaitu binatang yang takluk pada undang-
undang ekonomi dan dia bersifat ekonomikus. Tetapi 13
al-Qur‟an
menegaskan
bahwa
manusia
Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999),
Cet. I, h. 256
adalah
makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifatsifat ketuhanan. Definisi ini mengandung tiga unsur yaitu: a. Manusia adalah ciptaan Allah swt. (Q.S. 16: 4) b. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab kepada
Allah swt. Menurut al-Qur’an, yang akan dipertanggungjawabkan itu ialah: 1) Semua nikmat Allah yang pernah diterima manusia (Q.S. 102: 8) 2) Semua tingkah laku manusia selama hidup di dunia ini
(Q.S. 16: 93) 3) Semua ide, gagasan, ilmu dan teknologi yang diadakan
manusia (Q.S. 16: 36) 4) Semua ikrar dan janji yang diadakan manusia (Q.S. 17: 34) c. Manusia diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan.
Manusia mempunyai sifat-sfat ketuhanan seperti sifat-sifat yang dipunyai oleh Tuhan. Seperti berkuasa, berkehendak, berilmu, penyayang, pengasih, melihat, mendengar, berkata-kata dan sebagainya. Tetapi sifat-sifat ini tidaklah sama. Tuhan adalah pencipta, sedangkan manusia adalah ciptaan-Nya. Pencipta dengan ciptaan-Nya tidak sama. Karena itu sifat-sifat Tuhan yang ada pada manusia tentulah sesuai dengan kemanusiannya. Dengan demikian Islam memandang manusia sangat mulia dengan sumber ajarannya yaitu al-Qur‟an. Ia telah memotret manusia dalam bentuknya yang utuh dan menyeluruh. b. Potensi Dasar Manusia Para filosof tidak pernah sependapat tentang potensi apa yang perlu dikembangkan oleh manusia. Melalui pendekatan historis, Hasan Langgulung menjelaskan bahwa di Yunani Kuno satusatunya potensi manusia yang harus dikembangkan di kerajaan Sparta adalah potensi jasmaninya, tetapi sebaliknya di kerajaan Athena yang dipentingkan adalah kecerdasan otaknya. Berikut ini penjelaskan potensi manusia tersebut yaitu: a. Potensi Jasmani
satu persatu tentang klasifikasi
Secara jasmaniah (fisik), manusia adalah makhluk yang paling potensial untuk dikembangkan
dibandingkan
dengan makhluk
lainnya. Manusia dianugerahi rupa dan bentuk fisik yang bagus serta memiliki kelengkapan anggota tubuh untuk membantu dan mempermudah
aktivitasnya.
Proses penciptaan manusia mulai
nutfah (air mani), kemudian „alaqah (segumpal darah), mudghah daging), „izam (tulang belakang) dan lahm yang
(segumpal
membungkus „izam atau membentuk rangka yang menggambarkan bentuk manusia, merupakan kesempurnaan manusia secara fisik. Untuk
mengetahui
potensi
jasmani,
Abuddin
Nata
memperkenalkan kata kunci yang diambil dari al-Qur‟an, yaitu albasyar. Menurutnya, kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk. Basyar merupakan bentuk jamak dari akar kata basyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah dan tubuh menjadi
tempat
tumbuhnya
rambut.
Oleh
yang
karena
itu
mubasyarah diartikan musalamah yang artinya persentuhan antara kulit laki- laki dan kulit perempuan. b. Potensi Rohani
Manusia
merupakan
makhluk
yang istimewa
dibanding
makhluk lainnya, karena disamping memiliki dimensi fisik yang sempurna,
ia juga memiliki dimensi roh ini dengan segala
potensinya. Jika potensi jasmani diketahui dari kata basyar, maka untuk mengetahui potensi ruhani dapat dilihat dari kata al-insan. Kata insan mempunyai tiga asal kata. Pertama, berasal dari kata anasa yang memiliki arti melihat, mengetahui dan minta izin. Yang kedua berasal dari kata nasiya yang berarti lupa. Yang ketiga berasal dari kata al-uns yang artinya jinak. Manusia sebagai makhluk psikis (al-insan) memiliki potensi seperti fitrah, qalb, nafs, dan akal. Karena potensi itulah manusia menjadi makhluk yang tinggi martabatnya. 14 Dengan demikian potensi ruhani manusia terdiri dari beberapa unsur pokok, yaitu: a. Fitrah
14
Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1989), Cet. I, h. 21
Dari segi bahasa fitrah diambil dari kata al-fathr yang berarti belahan dan dari makna ini lahir makna-makna lainnya
antara
lain penciptaan
atau kejadian.
Fitrah
manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan sejak lahirnya. Sedangkan Muhaimin dan Abdul Mujib memberikan penjelasan rinci tentang arti fitrah yang diambil
dari
pendapat
para
ulama
dalam
menginterpretasikan firman Allah yang berbunyi:
Dari ayat di atas ada beberapa makna dari fitrah, yaitu: 1) Fitrah berarti suci (Thur), yang berarti kesucian dalam
jasmani dan rohani. 2) Fitrah berarti mengakui keesaan Allah swt (tauhid). 3) Fitrah berarti potensi dasar manusia sebagai alat untuk
mengabdi dan ma‟rifatullah. 4) Fitrah berarti tabiat alami yang dimiliki manusia (human nature).15
Dalam pemahaman potensi fitrah inilah al-Ghazali meneliti keistimewaan
potensi
fitrah yang dimiliki
manusia,
sebagai
berikut: a) Beriman kepada Allah b) Kemampuan dan kesediaan untuk menerima kebaikan
dan keturunan atau dasar kemampuan untuk menerima pendidikan dan pengajaran. c) Dorongan ingin tahu untuk mencari hakekat kebenaran
yang berwujud daya berfikir. d) Dorongan biologis berupa syahwat (sensual pleasure),
ghadhab, dan tabiat (insting). Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa
fitrah merupakan potensi dasar yang dimiliki manusia sejak ia 15
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 13-19
dilahirkan berupa kecenderungan kepada tauhid serta kesucian jasmani dan rohaninya, dan dalam Islam diakui bahwa lingkungan berpengaruh dalam perkembangan fitrah menuju kesempurnaan dan kebenaran. Oleh karena itu, potensi yang dimiliki manusia harus dikembangkan dan dilestarikan. b. Roh Roh merupakan kekuatan yang dapat membebaskan diri dari batas-batas materi. Kekuatan jasmani terikat dengan wujud materi dan inderanya, sedangkan kekuatan roh tak satupun materi yang dapat mengikatnya. Ia mempunyai penciptaan
Allah
hukum
padanya,
sesuai
dengan
yakni berhubungan dengan
kelanggengan wujud azali. Al-Ghazali membagi pengertian roh kepada dua, yaitu: 1) Roh yang bersifat jasmani
Roh yang merupakan bagian dari jasmani manusia, yaitu zat yang amat halus bersumber dari ruangan hati (jantung) yang menjadi pusat semua urat (pembuluh darah), yang mampu menjadikan
manusia hidup dan bergerak serta merasakan
berbagai rasa. Roh dapat diumpamakan sebagai lampu yang mampu menerangi setiap sudut organ, inilah yang sering disebut sebagai nafs (jiwa). 2) Roh yang bersifat rohani
Roh yang merupakan bagian dari rohani manusia mempunyai ciri halus dan ghaib, dengan roh ini manusia dapat mengenal Tuhannya, dan mampu mencapai ilmu yang bermacam-macam. Disamping
itu
roh
ini
dapat
menyebabkan
manusia
berprikemanusiaan, berakhlak yang baik dan berbeda dengan binatang.16 Dari uraian di atas, penulis berpendapat
walaupun roh
memiliki karakteristik yang halus, abstrak, rahasia dan ghaib, tetapi roh dapat diidentifikasi melalui sifatnya. Roh yang bersifat jasmani merupakan zat yang menentukan hidup dan matinya manusia, sementara roh yang bersifat rohani merupakan substansi manusia yang berasal dari substansi Tuhan, sehingga memiliki 16
Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 437
potensi untuk berhubungan dengan tuhan atau mengenal Tuhannya.
c. Qalb Hati dalam bahasa Arabnya disebut qalb. Menurut ilmu biologi, qalb itu segumpal darah yang terletak di dalam rongga dada, agak ke sebelah kiri, warnanya agak kecoklatan
dan
berbentuk segitiga. Tetapi yang dimaksud di sini bukanlah hati yang berupa segumpal darah dan bersifat materi itu, melainkan hati yang bersifat immateri. Tentang hati yang bersifat immateri ini, alGhazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin mengidentifikasikan qalb menjadi rahasia setiap manusia dan merupakan anugerah Allah yang paling mulia. Qalb mempunyai nama-nama lain yang disesuaikan dengan aktivitasnya, ia dapat dikatakan sebagai dhomir karena sifatnya yang tersembunyi, fuad karena sebagai tumpuan tanggung jawab manusia, kabid karena berbentuk benda, luthfu karena sebagai sumber
perasaan
halus,
karena
qalb
suka
berubah-ubah
kehendaknya, serta sirr karena bertempat pada tempatnya yang rahasia dan sebagai muara bagi rahasia manusia. Dengan demikian, potensi yang dimiliki qalb tergantung kepada karakteristik qalb itu sendiri yang berubah-ubah, sehingga dalam penjelasan selanjutnya tentang potensi qalb ini, Dr. Ahmad Mubarak menguraikan kandungan qalb yang memperkuat potensipotensi itu. Beliau menyebutkan
berbagai kondisi qalb yang
berubah-ubah, yaitu penyakit, perasaan takut, getaran, kedamaian, keberanian, cinta dan kasih sayang, kebaikan, iman, kedengkian, kufur, kesesatan, penyesalan, panas hati, keraguan, kemunafikan, dan kesombongan.17 d. Nafs Dalam konteks rohani manusia, yang dimaksud dengan nafs adalah kondisi kejiwaan setiap manusia yang memiliki potensi berupa kemampuan menggerakkan perbuatan yang baik maupun yang buruk.
17
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I,h. 114
Al-Ghazali membagi nafs kepada tiga tingkatan, yaitu: 1. Nafs tingkatan utama, meliputi: a. Nafs Mardliyah, yaitu nafs yang cenderung melaksanakan
petunjuk , guna memperoleh ridho illahi b. Nafs Rodliyah, yaitu nafs yang cenderung kepada sifat
ikhlas tanpa pamrih atas aktivitas yang dilakukannya. c. Nafs Muthmainnah, yaitu nafs yang cenderung kepada
keharmonisan dan ketenangan. d. Nafs Kamilah, yaitu nafs yang mengarah kepada pada
tingkat kesempurnaan. e. Nafs Mulhamah, yaitu nafs yang memiliki keutamaan dalam
bertindak dan menjauhi perbuatan dengki, rakus dan iri hati. 2. Nafs Lawwamah, yaitu nafs yang mencerminkan sifat-sifat insaniyah. 3. Nafs Amarah, yaitu nafs yang mencerminkan sifat-sifat
hayawaniyah dan bahamiyah (kehewanan dan kebinatangan). Dalam ensiklopedi Indonesia, ditampilkan pula ketujuh konsep
sebagaimana
menggunakan
pendapat
Al-Ghazali
di
atas
dengan
tiga kelompok. Kelompok pertama adalah nafs
amarah yang memiliki ciri-ciri dorongan rendah yang bersifat jasmaniah seperti loba, tamak serta cenderung menyakiti hati orang lain. Kelompok kedua adalah nafs lawwamah yang memiliki cirriciri sudah menerima nilai-nilai kebaikan tetapi masih cenderung kepada dosa, walaupun akhirnya menyesalinya. Kelompok ketiga adalah nafs- nafs yang berciri baik dan luhur, yaitu: mardliyah, kamilah, mulhamah, muthmainnah, dan radliyah, yang cenderung kepada sifat-sifat keutamaan, kesempurnaan, kerelaan, penyerahan kepada tuhan dan mencapai ketenangan jiwa. Walaupun dalam AlQur‟an hanya ada tiga macam nafs yang disebutkan jelas jenisnya, pertama nafs amarah (Q.S. Yusuf: 53), kedua nafs lawwamah (Q.S. alQiyamah: 2) dan nafs muthmainnah (Q.S. Al-Fajr: 27).18 Dari uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa
18
M. Dawam Rahardjo, et.al, Ensiklopedi Alquran, (Jakarta: Paramadina, 1996), Cet.I, h. 264-265
nafs adalah kondisi kejiwaan setiap menusia yang telah diilhamkan Allah kepadanya kebaikan dan keburukan, sehingga nafs memiliki potensi berupa kemampuan utuk menggerakkan perbuatan yang baik dan buruk. Potensi nafs tersebut ditentukan daru kualitas nafs itu sendiri, jika kualitas nafs itu baik, maka nafs memiliki potensi untuk menggerakkan perbuatan baik, sedangkan jika kualitas nafs itu buruk, maka nafs memiliki potensi untuk menggerakkan perbuatan buruk. e. Akal Manusia dibedakan dengan makhluk lainnya karena manusia dikarunia
akal
dan
kehendak-kehendak
(iradah).
Akal
memungkinkan manusia untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Dengan akal manusia dapat memahami, berpikir, belajar, merencanakan berbagai kegiatan besar, serta memecahkan berbagai masalah sehingga akal merupakan daya yang amat dahsyat yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Menurut Ahmad D. Marimba, akal bermanfaat dalam bidangbidang berikut ini: 1) Pengumpulan ilmu pengetahuan 2) Memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia 3) Mencari jalan-jalan yang lebih efisien untuk memenuhi
maksud tersebut. Tetapi pada keadaan yang lain, sebaliknya akal dapat pula berpotensi untuk: 1) Mencari jalan-jalan ke arah perbuatan yang sesat 2) Mencari alasan untuk membenarkan perbuatan-perbuatan
yang sesat itu 3) Menghasilkan kecongkakan dalam diri manusia bahwa akal itu dapat
mengetahui segala-galanya. c. Signifikansi Sumber Daya Manusia Berkualitas Menurut Islam Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran sehingga ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang bagus itu, Allah melengkapinya dengan akal dan perasaan
yang memungkinkannya menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan membudayakan ilmu yang dimilikinya. Ini berarti bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia itu karena akal dan perasaan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada Pencipta. Potensi-potensi yang diberikan kepada manusia pada dasarnya merupakan petunjuk (hidayah) Allah yang diperuntukkan bagi manusia supaya ia dapat melakukan sikap hidup yang serasi dengan hakekat penciptaannya. Sejalan dengan upaya pembinaan seluruh potensi manusia, Muhammad Quthb berpendapat bahwa Islam melakukan pendidikan dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal
dan terabaikan
sedikitpun,
baik dari segi jasmani
maupun segi rohani, baik kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya
di bumi ini. Islam memandang
manusia secara
totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah berikan kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan apapun selain apa yang dijadikannya sesuai dengan fitrahnya. Dari
penjabaran
di
atas
dapat
dimengerti
bahwa
pengembangan SDM sangat penting, tak hanya dari sudut ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, tak kalah pentingnya adalah dimensi spiritual dalam pengembangan SDM. Kualitas SDM tidak akan sempurna tanpa ketangguhan mental-spiritual keagamaan. Sebab, penguasaan iptek belaka tidaklah merupakan satu-satunya jaminan bagi kesejahteraan bangsa dan umat manusia secara keseluruhan. SDM yang mempunyai dan memegang nilai-nilai agama akan lebih tangguh secara rohaniah. Dengan demikian akan lebih mempunyai tanggung jawab spiritual terhadap iptek. SDM yang tidak disertai dengan kesetiaan kepada nilai-nilai keagamaan, hanya akan membawa manusia ke arah pengejaran kenikmatan duniawi atau hedonisme belaka.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa gagasan atau strategi yang digagas kedua tokoh lebih condong pada persamaan gagasan pemikiran keduanya. Perbedaan strategi pendidikan yang mendasar dari kedua tokoh terletak pada kurikulum yang digagas oleh keduanya, dimana Ki Hajar Dewantoro
menjadikan
kebudayaan
sebagai
landasan
kurikulum
pendidikan, lain halnya dengan Hasan Langgulung yang menjadikan agama sebagai landasannya dan hal ini berimplikasi
pada tujuan
pendidikan, menurut Ki Hajar Dewantoro tujuan pendidikan terutama untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak, sedangkan
menurut
Hasan Langgulung
tujuan pendidikan
yaitu
terbentuknya insan saleh dan masyarakat saleh. Terkait dengan kurikulum
pendidikan
di Indonesia,
maka
kurikulum yang digagas Ki Hajar Dewantoro merupakan kurikulum yang
dipakai
sistem
Pendidikan
Nasional,
sedangkan
Hasan
Langgulung merupakan kurikulum yang dipakai Departemen Agama.
B. Saran
Adapun saran-saran yang menurut penulis anggap penting untuk diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Bagi para praktisi pendidikan
dapat menjadikan
strategi
pendidikan yang digagas kedua tokoh sebagai bahan kajian khususnya dalam pengembangan sumber daya. b. Strategi pendidikan dalam mengembangkan kualitas sumber
daya manusia yang telah digagas oleh kedua tokoh dapat dijadikan salah satu referensi dalamwacana pengembangan dunia
pendidikan
khususnya bagi
pemerintah selaku penanggung jawab dunia pendidikan. c. Agar semua skate holder pendidikan dapat ikut serta dalam
pengembangan pendidikan khususnya pendidikan yang
berbasis pengembangan sumber daya manusia. d. Bagi orang tua yang hendak memasukkan anaknya dalam
lembaga pendidikan agar memperhatikan sejauh mana lembaga pendidikan tersebut dalam mengembangkan sumber daya yang ada pada setiap peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Fadjar, A. Malik, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung: Mizan, Cet. II, 1999. Arifin, Zainal, Nuansa Teosentris Humanistik Pendidikan Islam; Signifikansi Pemikiran Hasan Langgulung dalam Konstalasi Reformasi Pendidikan Islam, ST AIN Cirebon: Lektur-Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, Seri VIII/Th. Ke5/98. Tilaar, H.A.R., Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1990. Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al- Husna, 1998, cet-2 ,Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet. I, 1998. Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur‟an, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I, 1999. Zaini, Ananto, Kusuma Seta, Wawasan al-Qur‟an tentang Pembangunan Manusia Seutuhnya, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. II, 1996. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. III, 1996. Pamungkas, Sri Bintang, Dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan IPTEK Mengatasi Kemiskinan, Mencapai Kemandirian, Jakarta: Seminar dan Sarasehan Teknologi, 1993
MAKALAH MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Kompetisi
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri Yang Diwajibkan Dalam Mengikuti Perkuliahan Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pembimbing Dr. Fridiyanto Oleh, Rizki Abdilah Nasution Manajemen Pendidikan Islam 1 0307163127
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA 2017/2018
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbilalamin, rasa syukur kami hantarkan kepada Allah SWT atas segala karunia, rahmat, rizki-nya dengan rasa terima kasih karena telah terselesaikanya tugas Makalah mengenani Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Kompetisi. Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah yang sangat sederhana ini baik kata-kata maupun penulisan. Karena dalam hal ini kami masih dalam tahap pembelajaran, mungkin masih banyak hal-hal yang sangat perlu untuk diperbaiki. Maka dari itu saran maupun kritik sangat kami harapkan untuk membangun diri, dari para pembaca. Semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat dari semua pihak yang memerlukan, dan penulis mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang sesuai. .
12 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………………i DAFTAR ISI…………………………………………………………………..….ii BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang…………………………………………………………….1 B. RumusanMasalah………………………………………………………....2 C. Tujuan……………………………………………………………………..2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Strategi............................................................. 3 B. Tujuan Manajemen Strategi .................................................................. 3 C. Model Manajemen Strategi ................................................................... 4 D. Hal-Hal Penting Dalam Manajemen Strategi ........................................ 6 E. Keuntungan Yang di Proleh Dalam Manajemen Strategi ..................... 8 F. Komponen Data Sumber Daya Manusia ............................................... 13 G. Fungsi Pengelolaan Sumber Daya Manusia .......................................... 15 H. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia .......................................... 16 I. Manfaat Pengelolaan Sumber Daya Manusia........................................ 16 J. Defenisi Strategi .................................................................................... 17 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………………19 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...20
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen
strategis
adalah seni
dan
ilmu
penyusunan,
penerapan,
dan
pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi. Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar.Inti dari manajemen strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi tujuan strategis.Manajemen strategis di saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi.Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi.Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi. Menurut Thomas L.Wheelen – J. David Hunger manajemen strategi adalah serangkaian dari pada keputusan majerial dan kegiatan-kegiatan yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Kegiatan tersebut terdiri dari perumusan / perencanaan strategi, pelaksanaan / implementasi, dan evaluasi Lingkungan dunia yang mengalami perubahan seperti adanya globalisasi, control masyarakat, perkembangan teknologi, memberikan dampak bagi perkembangan suatu negara maupun bisnis. Control masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan pemerintahan maupun
perusahaan, sehingga pemerintah maupun pemimpin perusahaan tidak dapat membuat kebijakan yang mengabaikan kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu dalam menjalankan kegiatannya perlu adanya keselarasan antara kompetensi yang dimiliki perusahaan maupun pemerintah dengan lingkungan yang ada di luar organisasi (perusahaan dan pemerintah). B. Rumusan Masalah 1. Pengertian manajemen strategi ? 2. Apa apa saja manfaat dariManajemen strategi ? 3. Bagaimana Fungsi Manajemen strategi ? 4. Apa apa saja jenis dari manajemen strategi ?
C. Tujuan Masalah 1. Ingin mengetahui dari pengertian manajemen strategi 2. Agar dapat memahami apa itu fungsi dari manajemen strategi 3. Untuk memahami bagaimana jenis dari manajemen strategi 4. Ingin mengetahui apa saja manfaat dari manajemen strategi
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Strategi Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang pengertian atau defenisi yang berkenaan dengan manajemen strategi. DiantaranyaL 1. Menurut Thomas Wheelen dkk. Manajemen strategi adalah serangkaian dari pada keputusan manajerial dan kegiatan-kegiatan yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Kegiatan tersebut terdiri dari perumusan/perencanaan strategi, pelaksanaan/implementasi dan evaluasi.1 2. Menurut Bambang Haryadi strategi manajemen adalah suatu proses yang dirancang secara sistematis oleh manajemen untuk merumuskan strategi, menjalankan strategi dan mengevaluasi strategi dalam rangka menyediakan nilai-nilai yang terbaik bagi seluruh pelanggan untuk mewujudkan visi organisasi. 3. Menurut Mulyadi Manajemen strategi adalah suatu proses yang digunakan oleh manajer dan karyawan untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi dalam penyediaan costumer value terbaik untuk mewujudkan visi organisasi..2
B. Tujuan Manajemen Strategi Manajemen strategi tentu mempunyai beberapa tujuan yang mana dengan strategi akan mempermudah pencapaian tujuan. Adapun tujuan manajemen strategi menurut Suwandiyanto ada empat tujuan manajemen strategi: Memberikan arah pencapaian tujuan organisasi/perusahaan. Dalam hal ini, manajer strategi harus mampu menunjukkan kepada semua pihak kemana arah tujuan organisasi/perusahaan. Karena, arah yang jelas akan dapat dijadikan landasan untuk pengendalian dan mengevaluasi keberhasilan.
1
Wheelen, Thomas L. dan Hunger, J. David.(2013). Strategic Management and Business Policy 13th Edition. USA : Prentice Hall International (UK) Limited. 2 Mulyadi, Sistem Akutansi, Edisi ketiga, Salemba Empat, Yogyakarta, 2001. H. 40
Membantu
memikirkan
kepentingan
berbagai
pihak.
Organisasi/perusahaan
harus
mempertemukan kebutuhan berbagai pihak, pemasok, karyawan, pemegang saham, pihak perbankan, dan masyarakat luas lainnya yang memegang peranan terhadap sukses atau gagalnya perusahaan. Mengantisipasi setiap perubahan kembali secara merata. Manajemen strategi memungkinkan eksekutif puncak untuk mengantisipasi perubahan dan menyiapkan pedoman dan pengendalian, sehingga dapat memperluas kerangka waktu/berpikir mereka secara perspektif dan memahami kontribusi yang baik untuk hari ini dan hari esok.
Berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Tanggung jawab seorang manajer bukan hanya mengkonsentrasikan terhadap kemampuan atas kepentingan efisiensi, akan tetapi hendaknya juga mempunyai perhatian yang serius agar bekerja keras melakukan sesuatu secara lebih baik dan efektif.3
C. Model Manajemen Strategi Secara umum dijelaskan dalam Umar (2005, p.23), model manajemen strategi dari Fred R.David dipaparkan seperti berikut ini: a. Visi dan MisiVisi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa dating yang diinginkan untuk terwujud tentang keadaan di masa dating yang diinginkan untuk terwujud oleh seluruh personel perusahaan, mulai dari jenjang yang paling atas sampai yang paling bawah, bahkan pesuruh sekalipun. Berikutnya adalah Misi. Misi adalah penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi
mudah
dimengerti
atau
jelas
bagi
seluruh
staf
perusahaan.
b. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Realisasi misi perusahaan akan menjadi sulit dilakukan jika perusahaan tidak berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya. Oleh karena itu, tindakan untuk mengetahui dan menganalisis lingkungan eksternalnya menjadi sangat penting karena pada hakikatnya kondisi lingkungan 3
Suwandiyanto, M. 2010. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. https://www.kajianpustaka.com/2016/11/pengertian-tujuan-dan-proses-manajemen-strategi.html. Diakses pada tanggal 12 Desember 2018, pukul 17:52 WIB.
eksternal berada di luar kendali organisasi. Selain pemahaman kondisi lingkungan eksternal, pemahaman kondisi lingkungan internal perusahaan secara luas dan mendalam juga perlu dilakukan. Oleh karena itu, strategi yang dibuat perlu bersifat konsisten dan realistis sesuai dengan situasi dan kondisinya. Berdasarkan pemahaman lingkungan internal ini, hendaknya kelemahan dan juga kekuatan yang dimiliki perusahaan dapat diketahui. Selain mengetahui kekuatan dan kelemahan, perusahaan perlu mencermati peluang yang ada dan memanfaatkannya agarperusahaan memiliki keunggulan kompetitif. Perlu diingat bahwa bila peluang disia-siakan, dapat saja peluang berbalik menjadi ancaman bagi perusahaan. Logikanya karena peluang yang disia-siakan
tadi
dimanfaatkan
oleh
pesaing.
c. Analisis Pilihan Strategi Pada dasarnya setiap perusahaan, dalam menjalankan usahanya, mempunyai strategi. Namun, para pimpinan perusahaan kadang-kadang tidak tahu atau tidak menyadarinya. Bentuk strategi berbeda-beda antar-industri, antarperusahaan, dan bahkan antar-situasi. Namun adasejumlah strategi yang sudah umum diketahui, dimana strategi-strategi ini dapat diterapkan pada berbagai bentuk industri dan ukuran perusahaan. Strategi-strategi ini dikelompokkan sebagai strategi generic. Dari bermacam-macam strategi dalam kelompok strategi generic ini akan dipilih salah satu atau kombinasi beberapa strategi induk (grand strategy) dengan menggunakan cara-cara tertentu.
d. Sasaran Jangka PanjangUpaya pencapaian tujuan perusahaan merupakan suatu proses berkesinambungan yang memerlukan pentahapan. Untuk menentukan apakah suatu tahapan sudah dicapai atu belum diperlukan suatu tolak ukur, misalnya kurun waktu dan hasil yang ingin dicapai dirumuskan secara jelas, yaitu dengan angkaangka kuantitatif. Pembuatan sasaran jangka panjang ini mengacu kepada strategi induk yang telah ditetapkan sebelumnya
e. Strategi FungsionalLangkah penting implementasi strategi induk dilakukan dengan membagi-baginya ke dalam berbagai sasaran jangka pendek, misalnya dalam jangka waktu tahunan, secara berkesinambungan dengan memperhatikan skala prioritas serta dapat diukur. Sasaran jangka pendek ini hendaknya mengacu pada strategi fungisonal yang sifatnya operasional. Strategi fungsional yang sifatnya lebih operasional ini mengarah berbagai bidang fungsional dalam perusahaan untuk memperjelas hubungan
makna strategi utama dengan identifikasi rincian yang sifatnya spesifik. Strategi fungsional ini menjadi penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas agar konsisten bukan hanya dengan strategi utamanyan saja, melainkan juga dengan strategi bidang fungsional lainnya. Di dalam organisasi perusahaan yang konvesional, bidang-bidang fungsional utamanya adalah bidang keuangan, sumber daya manusia, produksi dan operasi, serta bidang pemasaran.
f. Program, Pelaksanaan, Pengendalian dan Evaluasi agar sasaran yang ingin diraih dapat direalisasikan dengan strategi
yang telah ditetapkan, strategi perlu
ditindaklanjuti dengan pelaksanaan (action). Pelaksanaan tidak efektid bila tidak didahului dengan perencanaan. Perencanaan yang baik minimal mengandung asasasas untuk mencapai tujuan, realistis dan wajar, efisien serta merupakan cerminan dari strategi
dan
kebijakan
perusahaan.
Perncanaan yang masih dalam bentuk global hendaknya dibuat dalam bentuk lebih detail, misalnya dalam bentuk program-program kerja, jika program kerja telah disiapkan berikut sumber daya yang dibutuhkan, maka pelaksanaan kerja sudah dapat dimulai. Pengendalian atau pengawasan dimaksudkan untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan hendaknya didasarkan pada rencana yang telah disepakati, sehingga sasaran tidak menyimpang atau keluar dari batas-batas toleransi. Jika hasil evaluasi pekerjaan diketahui bahwa ada faktor X yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan kerja dari rencana yang ada, dan memang disebabkan salah asumsi atau oleh hal-hal lain yang sifatnya uncontrollable, maka rencana perlu direvisi ulang.
D. Hal-Hal Penting Dalam Manajemen Strategi
Ada delapan hal penting dalam manajemen strategi yaitu pejabat strategi, misi perusahaan, peluang dan ancaman eksternal, kekuatan dan kelemahan internal, tujuan jangka panjang, strategi, tujuan tahunan dan policy. 1. Pejabat Strategi Pejabat strategi adalah personal yang paling bertanggung jawab atas berhasil atau gagalnya suatu organisasi. Pejabat strategi bisa menyandang berbagi titel jabatan
seperti kepala eksekutif, presiden, pemilik, ketua dewan pengurus, direktur eksekutif, ketua penanggung jawab, ketua atau pengusaha.
2. Misi Perusahaan Misi perusahaan adalah suatu pernyataan yang bertujuan membedakan suatu bidang usaha dari perusahaan sejenisnya yang lain. Suatu misi perusahaan didefinisikan dalam ruang lingkup operasional perusahaan yang meliputi bidang produksi dan pemasaran.
3. Peluang dan Ancaman Eksternal Peluang dan ancaman eksternal meliputi bidang-bidang ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan politik, pemerintahan, teknologi, dan perkembangan yang kompetitif yang secara signifikansi sangat mempengaruhi organisasi dalam masa yang akan datang.
4. Kekuatan dan Kelemahan Internal Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas organisasi yang harus selalu dikendalikan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi di bidang fungsional atau bisnis adalah aktivitas manajemen strategi. Organisasi berusaha mengikuti strategi mempergunakan kekuatan internal dan memperbaiki kelemahan internal.
5. Tujuan Jangka Panjang Tujuan jangka panjang dapat didefinisikan sebagai hasil spesifik di mana sebuah organisasi merumuskan hal tersebut pada misi dasar perusahaan. Jangka panjang diartikan lebih dari satu tahun. Tujuan adalah penting bagi suksesnya organisasi
karena
mereka
membantu
evaluasi,
menciptakan
sinergi,
mengkoordinasikan secara fokus dan menetapkan dasar untuk mengefektifkan perencanaan, organising, motivasi, dan aktivitas kontroling. Tujuan yang dimaksud dalam arti adanya tantangan bisa diukur konsisten, masuk akal dan jelas.
6. Strategi
Strategi adalah berarti bahwa tujuan jangka panjang akan bisa dicapai. Strategi bisnis
mengandung
unsur-unsur
ekspansi
geografis,
difersifikasi,
akuisisi,
pengembangan produk, penetrasi pasar, likuidasi dan joint venture.
7. Tujuan Tahunan Tujuan tahunan adalah tujuan jangka pendek di mana organisasi 2 6 Unitas, September 2002 - Februari 2003, Vol 11 no.1 harus mencapai hal tersebut untuk melangkah ke tujuan jangka panjang. Seperti tujuan jangka panjang, tujuan tahunan dapat diukur secara kuantitatif, realistis, konsisten dan prioritas. Tujuan tahunan adalah penting untuk implementasi strategi, sedang tujuan jangka panjang adalah penting dalam formulasi strategi.
8. Policy Policy adalah suatu upaya agar tujuan tahunan bisa dicapai. Policy meliputi : petunjuk-petunjuk, aturan-aturan dan prosedur yang dibuat untuk menunjang usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4
E. KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH DARI MANAJEMEN STRATEGI Manajemen strategi menekankan suatu organisasi untuk lebih proaktif dari pada reaktif dalam menentukan masa depannya. Untuk itu diperlukan bagi organisasi tersebut untuk mengambil inisiatif dan melakukan aktifitas yang bisa mengendalikan keadaan perusahaan. Kunci sukses dalam manajemen strategi adalah komunikasi melalui saluran komunikasi, maka manajer dan pekerja mempunyai tekad untuk mendukung organisasi. GLOBALISASI Globalisasi adalah penyebaran inovasi ekonomi ke seluruh dunia serta penyesuaian- penyesuaian politis dan budaya yang menyertainya. Globalisasi mendorong integrasi internasional misalnya modal finansial dapat diperoleh dalam satu pasar nasional dan digunakan untuk membeli bahan baku di tempat lainnya. Peralatan produksi yang dibeli 2 7 Surjani P., Manajemen Strategi Dalam Menghadapi Era Globalisasi dari suatu negara ketiga dapat digunakan untuk menghasilkan barang yang kemudian dijual di pasar keempat. Jadi globalisasi meningkatkan peluang yang
4
Porter, Michael.E., Strategi Bersaing, Edisi Kedelapan, Jakarta, Penerbit Erlangga. 1996, h 56.
tersedia bagi suatu perusahaan. Meningkatnya saling ketergantungan antara negara industri, kebutuhan dari negara-negara berkembang, disintegrasi, pembatas aliran uang, informasi dan teknologi antar batas negara memungkinkan globalisasi dan integrasi pasar internasional. Kondisi-kondisi ini mendorong perusahaan-perusahaan global untuk memikirkan secara serius mengenai strategi yang harus diterapkan untuk mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Sering kali strategi tersebut memungkinkan perusahaan untuk lebih hebat, lebih fleksibel dan lebih terfokus dalam menyediakan barang dan jasa yang lebih efektif kepada macam-macam konsumen di dunia Persaingan global telah meningkatkan standar kinerja dalam berbagai dimensi, meliputi kualitas, biaya, saat pengolahan produk, serta operasi yang lancar. Penting juga disadari bahwa standar tersebut tidaklah statis dan tetap, sehingga membutuhkan pengembangan lebih lanjut dari perusahaan dan pekerjanya. Dengan menerima tantangan yang ditimbulkan dari standar yang makin meningkat ini, perusahaan yang efektif bersedia melakukan apa yang penting untuk memiliki daya saing strategis. Hanya dengan bersedia menerima tantangan ini, perusahaan dapat meningkatkan kemampuannya dan para pekerja dapat mempertahankan keahlian mereka. Pasar global adalah pilihan strategis yang menarik bagi perusahaan, akan tetapi bukanlah sumber daya saing satu-satunya. Faktanya untuk banyak perusahaan, yang mampu bersaing dengan sukses di pasar global sekalipun, adalah penting bagi mereka untuk tetap 2 8 Unitas, September 2002 - Februari 2003, Vol 11 no.1 memperhatikan pasar domestik. Dengan demikian, perusahaanperusahaan di seluruh dunia ditantang untuk menjadi lebih bersaing secara strategis dalam pasar domestik mereka. Bagaimanapun karena patokan untuk bersaing secara strategis berhubungan dengan standar global, perusahaan yang meningkatkan kemampuan untuk persaingan domestik secara bersamaan ikut pula meningkatkan daya bersaing global mereka. Perusahaan yang bersaing secara strategis telah menyadari bagaimana menerapkan pandangan bersaing yang diperoleh secara lokal (domestik) ke dalam global. Perusahaan– perusahaan ini tidak menekankan satu pemecahan dalam dunia yang bersifat majemuk. Mereka lebih menggunakan pandangan lokal mereka, sehingga dapat secara tepat memodifikasi dan menerapkannya dalam berbagai wilayah di seluruh dunia. Globalisasi bisnis telah mengarahkan baik perusahaan maupun negara ke dalam spesialisasi, suatu
kecenderungan yang baik untuk semua orang, suatu perusahaan yang memanfaatkan 100% sumber-sumbernya, manusia dan bahan baku, sedikit industri dalam suatu negara yang telah menjadi spesialis. Dalam Al Qur‟an, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al„Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur‟an memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah,mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain Al-Qur‟an, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Misalnya hadist berikut ini; “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu walaupun di negeri cina; carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan dara syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari ulama” Menurut Drs. Abu Ahmadi dalam bukunya Sejarah Pendidikan, disebutkan bahwa ”Pendidikan adalah semua kegiatan orang dewasa yang mempunyai nilai paedagogis bagi anak.”. Sedangkan menurut Drs. M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, disebutkan bahwa” Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.” Jadi pada dasarnya pendidikan dalam pengertian tersebut di atas, adalah terjadinya pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak. Pergaulan yang di maksud adalah pergaulan yang dapat menolong anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri. Dalam buku Pengantar Ilmu Pendidikan, disebutkan bahwa “Pendidikan ialah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.” Di sini yang menonjolkan adalah pemberian bantuan secara sengaja atau secara sadar kepada anak dengan tujuan agar anak tersebut dapat mencapai tingkat kedewasaannya.
Jika pendidikan itu ditinjau dari sudut hakekatnya, maka dapat dikatakan bahwa:
Hakekat pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formil dan nonformil.” Dengan demikian dari keseluruhan pengertian Pendidikan di atas, dapat di simpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah ikhtiar manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah manusia supaya berkembang sampai pada taraf insan rabbani.
Pengertian Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia atau human recources mengandung dua pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat.5 Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. SDM terdiri dari daya fikir dan daya fisik setiap manusia. Tegasnya kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya. SDM atau manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Peralatan yang handal atau canggih tanpa peran aktif SDM, tidak berarti apa-apa. Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa sejak lahir (modal dasar) sedangkan kecakapan diperoleh dari usaha (belajar dan pelatihan). Kecerdasan tolok ukurnya Intelegence Quotient (IQ) dan Emotion Quality (EQ). 6
5
Sumarsono, Sonny. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenaga kerjaan. Jogyakarta : Graha Ilmu 2003. h.4 6 Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta 2003. H.244
SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi. Demikian pula menurut The Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) dalam Mullins (2005). Sumber daya manusia dinyatakan sebagai strategi perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk kinerja usaha yang optimal termasuk kebijakan pengembangan dan proses untuk mendukung strategi7. Sejarah Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen pada umumnya. Sebelum permulaan abad kedua puluh manusia dipandang sebagai barang, benda mati yang dapat diperlakukan sekehendak kali oleh majikan. Manusia tidak dihargai karena dianggap sebagai salah satu faktor produksi yang disamakan dengan mesin, uang dan sebagainya. Majikan lebih mementingkan atau memberikan perhatian pada sumber daya alam dari pada sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut manusia masih banyak yang belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai, sehingga penghargaan pada manusia masih rendah dipicu pula jumlah tenaga kerja yang berlebihan, padahal lapangan kerja sangat sedikit. Dalam perkembangan selanjutnya perhatian terhadap faktor manusia sebagai sumber daya manusia jauh lebih besar. Hal ini disebabkan oleh 5 faktor yaitu: 1. Perkembangan pengetahuan manajemen yang dipelopori oleh Taylor. 2. Kekurangan tenaga kerja pada perang dunia I bagi negara-negara yang terlibat peperangan. 3. Kemajuan yang dicapai serikat-serikat pekerja. 4. Semakin meningkatnya campur tangan pemerintah dalam hubungan antara majikan dan buruh. 5. Akibat depresi besar tahun 1930.
7
Mathis, R.L. & J.H. Jackson. Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.2006. h.3
Adanya ke-lima faktor di atas, pada sekitar tahun 1950-an para ahli mengkaji kembali pentingnya peranan sumber daya manusia dalam kegiatan organisasi. Di Indonesia masalah sumber daya manusia baru mulai diperhatikan lebih serius pada tahun 1970-an. Hal ini dibuktikan dengan munculnya Undang-undang tentang tenaga kerja, peraturan upah minum, Kesejahteraan pegawai dan sebagainya. Dalam arah pembangunan jangka panjang kedua disebutkan bahwa melalui upaya pembangunan, potensi sumber daya Nasional diarahkan menjadi kekuatan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan yang nyata, didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan manajemen. Sumber daya manusia termasuk pemuda dan wanita, sebagai penggerak pembangunan nasional dipadukan aspirasi, peranan dan kepentingannya ke dalam gerak pembangunan bangsa melalui peran serta aktif dalam seluruh kegiatan pembangunan. Titik berat pembangunan jangka panjang kedua diletakkan pada bidang ekonomi yang merupakan penggerak utama pembangunan, seiring dengan kualitas sumber daya manusia dan didorong secara saling memerlukan, saling terkait dan terpadu dengan pembangunan bidang-bidang lainnya yang dilaksanakan seirama, selaras, dan serasi dengan keberhasilan pembangunan bidang ekonomi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Sampai saat ini peningkatan kualitas sumber daya masih terus dilakukan, karena meskipun suatu negara tidak mempunyai keunggulan komparatif yang baik, namun mempunyai keunggulan kompetitif, maka negara tersebut bisa lebih bersaing dengan negara lain, contohnya Jepang. Sumber daya alam yang dipunyai sangatlah minim, akan tetapi sumber daya manusia yang dimiliki sangatlah berkualitas, hal ini dapat menempatkan Jepang sebagai negara maju di dunia. Untuk itulah negara Indonesia yang sudah mempunyai keunggulan komparatif, harus selalu digalakkan tentang peningkatan kualitas sumber daya manusianya agar tidak ketinggalan negara-negara lain.
F. Komponen Data Sumber Daya Manusia Adapun komponen data-data SDM untuk meningkatkan dan mengelola SDM dalam mengembangkan usaha yaitu :
1. Kualitas pekerjaan dan inovatifnya kualitas kerja adalah suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan yang dilakukan oleh sumber daya manusia atau sumber daya lainnya dalam pencapaian tujuan atau sasaran perusahaan dengan baik dan berdaya guna. Inovatif yaitu Kemampuan
seseorang
dalam
mendayagunakan
kemampuan
dan
keahlian
untuk
menghasilkan karya baru. 2. Kejujuran dalam bekerja Kejujuran selain membawa banyak dampak positif juga membawa kepada kehidupan yang jauh lebih baik. Pentingnya kejujuran dalam bekerja wajib kita terapkan sejak usia dini agar senantiasa bersikap jujur dalam berbagai tindakan. 3. Kehadiran dalam bekerja Kehadiran seorang karyawan sebagai sebuah kewajiban yang harus dilakukan kecuali ada hal-hal lain yang sifatnya penting dan hal tersebut dapat dipertanggung jawabkan oleh yang bersangkutan. Sistem kehadiran karyawan sudah ditentukan dan diatur dari perusahaan dan kemudian duterapkan di masing-masing bagian. 4. Sikap dalam bekerja Sikap positif diperlukan terutama jika menemukan masalah dalam pekerjaan. Jangan langsung pasrah melainkan berusaha mencari berbagai jalan untuk mencari solusi permasalahannya. Bisa jadi ini langkah untuk mencapai posisi yang lebih tinggi jadi selesaikan dengan hati yang jernih. 5. Inisiatif dan kreatif Seseorang akan dikatakan kreatif apabila dia mampu membuat atau menciptakan sesuatu, entah itu hasil pemikiran atau asumsi dari orang” yang belum pernah melihat hal yang dibuatnya, namun orang yang kreatif belum tentu inisiatif, Sedangkan seseorang akan dikatakan mempunyai inisiatif apabila dia mampu melakukan sesuatu tanpa disadari oleh orang lain disekitarnya, mungkin pula dia selalu mengandalkan dirinya sendiri dalam melakukan hal apapun, namun orang yang punya inisiatif belum tentu kreatif. Kerjasama dengan pihak lain
Kerjasama dengan pihak lain sangat diperlukan dalam bekerja, karena kerjasama akan membantu kelancaran dalam bekerja dan berjalannya suatu pekerjaan. 6. Keandalan dalam bekerja Keandalan dalam menjaga pekerjaan berarti mampu menjalani kepatuhan terhadap prinsip-prinsip moral dan etika kerja; mampu mengembangkan karakter diri yang taat moral dan etika; mampu menjaga kejujuran dan keikhlasan hati untuk berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan, serta mampu membebaskan diri dari kontrol dan pengaruh negatif orang lain. 7. Pengetahuan tentang pekerjaan Pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang tenaga kerja agar dapat melakukan kerja dengan wajar, Pengalaman kerja ini sebelum ditempatkan dan harus diperoleh pada ia bekerja dalam pekerjaan tersebut. 8. Tanggung jawab terhadap pekerjaan Dalam bertanggung jawab berarti kita sedang menyelesaikan sebuah masalah. Di dalam bekerja selalu saja ada kesalahan yang kita perbuat. Dan kesalahan tersebut harus dipertanggung jawabkan, harus diselesaikan. Di saat kita menyelesaikan masalah itu kita harus bijaksana dalam memilih cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal tersebut agar rasa tanggung jawab yang telah kita kerjakan dapat berhasil dengan baik. Sehingga masalah itu kita dapat selesaikan dengan bijaksana. 9. Pemanfaatan waktu dalam bekerja Waktu tidak hanya setara dengan uang, namun lebih dari itu. Waktu merupakan aset tak kasat mata yang paling sulit untuk dikendalikan penggunaannya. Untuk itulah kita harus memanfaatkan waktu dengan lebih efisien lagi.
G. Fungsi Pengelolaan Sumber Daya Manusia 1. Fungsi Pengadaan Tenaga Kerja Fungsi pengadaan tenaga kerja meliputi kegiatan penentuan kebutuhan tenaga kerja (baik mengenai mutu maupun jumlahnya), mencari sumber-sumber tenaga kerja secara
efektif dan efisien, mengadakan seleksi terhadap para pelamar, menempatkan tenaga kerja sesuai dengan posisi yang sesuai, dan memberikan pendidikan serta latihan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas bagi para tenaga kerja baru. 2. Fungsi pemeliharaan tenaga kerja Fungsi pemeliharaan tenaga kerja mencakup pelaksanaan program-program ekonomis maupun non-ekonomis, yang diharapkan dapat memberikan ketentraman kerja bagi pekerja, sehingga mereka dapat bekerja dengan tenang dan penuh konsentrasi guna menghasilkan prestasi kerja yang diharapkan oleh organisasi. H. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Tujuan manajemen SDM adalah menigkatkan kontribusi produktif orang-orang yang ada dalam perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis, dan sosial. Selain itu, Tujuan pengembangan sumber daya manusia menurut Martoyo (1992) adalah dapat ditingkatkannya kemampuan, keterampilan dan sikap karyawan/anggota organisasi sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasaran-sasaran program ataupun tujuan organisasi.
I. Manfaat Pengelolaan Sumber Daya Manusia Sedangkan manfaat dan tujuan dari kegiatan pengembangan sumber daya manusia menurut Schuler (1992), yaitu : 1. Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan kinerja pegawai saat ini, yang dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan ditujukan untuk dapat mencapai efektivitas kerja sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi. 2. Meningkatkan produktivitas Dengan mengikuti kegiatan pengembangan berarti pegawai juga memperoleh tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan mereka. Dengan semikian diharapkan juga secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kerjanya.
3. Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja Dengan semakin banyaknya ketrampilan yang dimiliki pegawai, maka akan lebih fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan adanya perubahan yang terjadi dilingkungan organisasi. Misalnya bila organisasi memerlukan pegawai dengan kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang baru, oleh Karena pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut. 4. Meningkatkan komitmen karyawan Dengan melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan akan memiliki persepsi yang baik tentang organisasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan komitmen kerja pegawai serta dapat memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang baik. 5. Mengurangi turn over dan absensi Bahwa dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi akan memberikan dampak terhadap adanya pengurangan tingkat turn over absensi. Dengan demikian juga berarti meningkatkan produktivitas organisasi.
J. Defenisi Strategi Menurut David (2011:18-19) Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi georafis, diversifikasi, akusisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengetata;n, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan atau joint venture. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam juandimlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan.8 Menurut Tjiptono (2006:3) istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Strategi juga bisa diartikan suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada daerah – daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.9
8
David, Fred R, Strategic Management, Buku 1. Edisi 12 Jakarta. 2011, h.18-19 Fandy Tjiptono. Manajemen Jasa.Edisi pertama. Yogyakarta : Andi h.3
9
Rangkuti (2013:183) berpendapat bahwa strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah di tetapkan berdasarkan misi yang telah di tetapkan sebelumnya.10
10
Rangkuti, Freddy. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.2013. h.183
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi. Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar.Inti dari manajemen strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi tujuan strategis.Manajemen strategis di saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi.Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi.Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi.
DAFTAR PUSTAKA
Wheelen, Thomas L. dan Hunger, J. David.(2013). Strategic Management and Business Policy 13th Edition. USA : Prentice Hall International (UK) Limited. Mulyadi, Sistem Akutansi, Edisi ketiga, Salemba Empat, Yogyakarta, 2001. H.40 Suwandiyanto,
M.
2010.
Manajemen
Strategi
dan
Kebijakan
Perusahaan. https://www.kajianpustaka.com/2016/11/pengertian-tujuan-dan-prosesmanajemenstrategi.html. Diakses pada tanggal 12 Desember 2018, pukul 17:52 WIB. Porter, Michael.E., Strategi Bersaing, Edisi Kedelapan, Jakarta, Penerbit Erlangga. 1996, h 56. Sumarsono, Sonny. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenaga kerjaan. Jogyakarta : Graha Ilmu 2003. h.4 Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta 2003. H.244 Mathis, R.L. & J.H. Jackson. Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.2006. h.3 David, Fred R, Strategic Management, Buku 1. Edisi 12 Jakarta. 2011, h.18-19 Fandy Tjiptono. Manajemen Jasa.Edisi pertama. Yogyakarta : Andi h.3 Rangkuti, Freddy. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.2013. h.183
PENERAPAN MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN DAN STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Disusun sebagai salah satu tugas individu yang diwajibkan dalam mengikuti perkuliahan manajemen strategi pendidikan Dosen pengampu : Dr. Fridiyanto
Oleh Dwi Putri Rahmayani Rizkita (0307163129) Semester : V (Lima)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA 2018
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Salawat serta salam kita hadiahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad Saw Yang telah memberikan konstribusi besar kepada ummatnya untuk menjadi ummat terpelajar. Atas penulisan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto selaku dosen mata kuliah “ Manajemen Strategi Pendidikan”. Yang telah memberikan supportnya dalam penyelesaian makalah ini yang berjudul “Penerapan Manajemen Strategi Pendidikan dan Strategi Pengambilan Keputusan”
dengan tepat waktu.
Dan teman-teman semuanya yang telah
membantu penyaji materi dalam pembuatan makalah dengan sebaik mungkin. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, sehingga ilmu yang dipaparkan dapat terserap dan diaplikasikan. Serta saya mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dari penyajian makalah yang ditera. Akhirul kalam, Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................1 B. Rumusan Masalah ....................................................................2 C. Tujuan Penulisan......................................................................2
BAB II:
PEMBAHASAN A. Manajemen Strategi Pendidikan ..............................................3 B. strategi Pengambilan Keputusan............................................13
BAB III:
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................19 B. Saran ......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................20
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berbicara tentang peningkatan kualitas pendidikan tentu tak lepas dari proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan menyadari pentingnya proses peningkatan sumber daya manusia, maka pemerintah bersama sekolah terus berupaya mewujudkan amanat tersebut dengan berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kepandidikan lainnya. Salah satu strategik untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah penerapan manajemen strategik. Alasan yang mendasar adalah bahwa konsep manajemen strategik menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikkan yang lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik. Konsep ini menekankan kepada upaya sekolah dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai guna dalam tatanan ruang lingkup pendidikan sehingga sekolah dapat memahami kekuatan bersaing dan mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan secara sistematis dan konsisten. Dalam mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu tentunya dibutuhkan suatu manajemen yang baik. Manajemen yang baik itu tentu mengacu pada fungsi-fungsi manajemen itu sendiri, dimana mencakup semua kegiatan yang dijalankan oleh institusi pendidikan, khususnya satuan pendidikan pada berbagai tingkatan dan fungsi tugasnya dalam rangka mencapai tujuan. Pada bagian ini pembahasan difokuskan pada implementasi
fungsi
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerak
(Actuiting),
pengoordinasian,
pengarahan
dan
pengawasan
dan
pemantauan.1 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka didapatkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dan tujuan manajemen stategi ? 2. Bagaiamana evolusi konsep manajemen strategi ? 3. Bagaimana karakteristik dan dimensi manajemen strategik ? 4. Bagaimana proses manajemen strategi ? 5. Bagaimana penerapan manajemen strategik ? 6. Apa yang menjadi komponen utama dalam manajemen strategik? 7. Apa yang menjadi faktor kesalahan dalam
proses manajemen
strategik? 8.
Dan bagaimana strategi pengambilan keputusan dalam pendidikan?
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan pada tugas makalah kelompok ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengertian manajemen strategi. 2. Untuk mengetahui evolusi konsep manajemen strategi. 3. Untuk mengetahui karakteristik dan dimensi manajemen strategik. 4. Untuk mengetahui bagaimana proses manajemen strategi. 5. Untuk mengetahui penerapan manajemen strategik. 6. Untuk mengetahui komponen utama dalam manajemen strategik. 7. Untuk mengetahui faktor kesalahan dalam
proses manajemen
strategik. 8. Untuk
mengetahui
strategi
pengambilan
keputusan
dalam
pendidikan.
1
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Cet: III, Bandung, Alfabeta, 2011), h. 54.
BAB II PEMBAHASAN 1. Manajemen Strategi Pendidikan A. Pengertian Manajemen Strategik Pendidikan Manajemen strategik secara garis besar telah mulai didiskusikan. Istilah manajemen strategik terbentuk dari dua kata yakni strategic berasal dari bahasa Yunani, strategia, yang berarti seni atau ilmu menjadi seorang jenderal. Jenderal Yunani yang efektif perlu memimpin tentara, memenangkan peperangan dan mempertahankan wilayah melindungi kota dari serangan musuh, menghancurkan musuh.2 Sedangkan dalam kamus Belanda-Indonesia, strategik berasal dari kata majemuk, yang artinya siasat perang, istilah strategik tersebut digunakan dalam kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar.3 Secara harfiah manajemen strategik tergabung dari dua kata yaitu manajemen dan strategik. Kata manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu.4 Sehingga manajemen diartikan sebagai proses pemahaman sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.5 Strategik merupakan 2 http://hipni.blogspot.co.id-pengertian-definisi-manajemen-strategi.html (Makasssar, 31 Mei 2016) 3 Datje Rahajoekoesoemah, Kamus Belanda-Indonesia (Cet.I; Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 1388. 4 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen (Ed. Revisi, Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 1. 5 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Cet. V; Bandung: CV. Alfabeta, 2001), h.137.
instrumen manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari termasuk dalam manajemen sekolah. Strategik sekolah menjelaskan metode dan proses manajemen strategik untuk mencapai tujuan strategiknya. Langkah dalam proses manajemen strategik sekolah mencakup identifikasi pilihan-pilihan strategik yang mungkin dapat dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah, evaluasi alternatifalternatif strategik dengan menggunakan kriteria yang pasti dan memiliki sebuah alternatif atau kelompok yang mungkin menjadi strategik sekolah. Penjelasan di atas menjelaskan bahwa manajemen strategik merupakan serangkaian tindakan dan keputusan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dan jangka panjang. Dengan upaya memutuskan persoalan strategik, perencanaan, dan bagaimana strategik tersebut dapat dilaksanakan dalam wujud implementatif. Ada beberapa pendapat lain tentang pengertian strategik, antara lain: a. Strategik didefinisikan sebagai garis besar haluan Negara bertindak untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.6 b. H. M Arifin. Med. Memberikan pengertian strategik adalah sebagai segala upaya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasil secara maksimal.7 c. Strategik adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapaian sasaran tertentu. Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa suatu organisasi hendaknya mampu mengimplementasikan konsep-konsep manajemen strategik dalam lingkungan pendidikan dan pembelajaran. Karena pada hakekatnya manajemen strategik bertujuan agar organisasi memiliki produktivitas yang tinggi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan demikian suatu proses perencanaan yang disusun dan ditentukan 6 Tabrani Rusyah, Atang K. BA, Drs Zainal A, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 1992), h.209. 7 M. Arifin. Med, Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.58.
oleh seorang pemimpin, yang jika dikaitkan dengan pendidikan berarti yang berwenang dalam hal tersebut adalah kepala sekolah yang dapat dibantu oleh tenaga pendidik lainnya sehingga apa yang direncanakan dapat dicapai secara efektif dan efesien. Konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategik organisasi. Rancangan ini disebut sebagai perencanaan strategik. Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital, perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan. Manajemen strategik sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencanarencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu: a. Merumuskan visi dan misi organisasi meliputi rumusan umum filosofi dan tujuan. b. Mengembangkan profil organisasi yang mencerminkan kondisi internalnya. c. Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi pesaing dan faktor kontekstual. d. Menganalisis alternatif strategik dengan menyesuaikan sumber daya yang dimiliki dengan lingkungan eksternal. e. Mengidentifikasi setiap alternatif strategik untuk menentukan strategik mana yang paling sesuai visi dan misi organisasi. f. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategik umum. g. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategik jangka pendek. h. Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem imbalan.
i.
Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang.8 B. Tujuan Berdasarkan pengamalan historis di dalam penyelenggaraan suatu
organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip manajemen strategi di dalam lembaga pendidikan adalah membantu lembaga pendidikan merumuskan strategi yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan sistematis, logis, dan rasional pada proses pemilihan strategi pengelolaan pendidikan di era global yang terus mengalami perubahan. Dasar manajemen strategi adalah menumbuhkan komitmen atau dukungan dari semua pihak (sumber daya manusia) mengenai visi, misi lembaga pendidikan, sasaran penyelenggaraan pendidikan, dan upaya-upaya pencapaiannya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama manajemen strategi adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua eksekutif maupun pelaksana lembaga pendidikan. Manfaat besar dari manajemen strategi adalah memberi peluang bagi organisasi dalam pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi. Penerapan manajemen strategi di dalam penyelenggaraan sistem pendidikan memungkinkan suatu organisasi penyelenggara pendidikan (termasuk di dalamnya sekolah dan departemen pendidikan) untuk lebih proaktif daripada reaktif dalam membentuk masa depan lembaga pendidikan di dunia global dewasa ini. Penerapan konsep berpikir dan bertindak strategik, lembaga pendidikan diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi daripada hanya memberi respons terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan birokratis, namun lebih dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras merencanakan kegiatankegiatan strategis, mengimplementasikan, dan mengendalikan segenap 8
http://hipni.blogspot.co.id-pengertian-definisi-manajemen-strategi.html (Makassar, 31 Mei 2016)
operasional kelembagaan untuk mencapai tujuan strategis yang telah dirumuskan. Manfaat besar dari manajemen strategik adalah memberi peluang bagi organisasi dalam pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi. Berdasarkan pengamalan historis di dalam penyelenggaraan suatu organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip manajemen strategik di dalam lembaga pendidikan adalah membantu lembaga pendidikan merumuskan strategik yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan sistematis, logis, dan rasional pada proses pemilihan strategik pengelolaan pendidikan diera global yang terus mengalami perubahan. Dasar manajemen strategik adalah menumbuhkan komitmen atau dukungan dari semua pihak (sumber daya manusia) mengenai visi, misi lembaga pendidikan, sasaran penyelenggaraan pendidikan, dan upayaupaya pencapaiannya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama manajemen strategik adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua eksekutif maupun pelaksana lembaga pendidikan. C. Evolusi Konsep Manajemen Strategi Rencana strategis yang telah dirumuskan oleh organisasi berisi tentang pernyataan strategi yang siap dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan utama organisasi. Menjadikan organisasi strategis merupakan proses menghasilkan strategi dan memperbaikinya sesuai dengan keperluan. Manajemen strategi dipandang suatu evolusi manajemen karena dua alasan yaitu: 1. Strategi sebagai rencana besar organisasi untuk mengatasi tantangan saat ini dan sekaligus mencapai keberhasilan visi dan misi organisasi di masa yang akan datang,
2. Organisasi menerapkan manajemen strategik menjawab perubahan dunia dalam rangka meningkatkan kemampuan daya saing untuk meraih keberhasilan di masa-masa mendatang. D. Karakteristik dan Dimensi Manajemen Strategik 1. Karakteristik Manajemen Strategik Berdasarkan uraian mengenai konsep manajemen strategik di atas disimpulkan karakteristik manajemen strategik adalah: a. Manajemen strategik diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar, dalam arti mencakup kepentingan seluruh komponen organisasi. Hasil rumusan rencana ini biasanya dituangkan dalam bentuk rencanarencana organisasi secara hierarkis, yakni: rencana strategis (renstra), rencana operasional (renop), program, dan kegiatan, b. Rencana strategik berorientasi ke masa depan (misal 10 tahun ke atas), c. Visi dan misi organisasi menjadi acuan dalam penyusunan rencana strategis, d. Adanya keterlibatan pimpinan puncak dalam penyusunan rencana strategis, e. Hasil rumusan rencana strategis diimplementasikan melalui fungsi manajemen. 2. Dimensi Manajemen Strategik Manajemen strategik memiliki dimensi yang bersifat multidimensional, yaitu: a. Dimensi waktu dan orientasi masa depan. Manajemen strategi berorientasi kepada sasaran jangka panjang. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih di masa depan. Durasi waktu rencana strategik tersebut bahkan dapat berkisar antara 25-30 tahun ke atas, b. Dimensi internal dan eksternal, c. Dimensi pendayagunaan sumber-sumber, d. Dimensi multibidang, e. Pengikutsertaan manajemen puncak. E. Tahap Proses Manajemen Strategik
Dalam menentukan langkah-langkah dan strategik yang akan diambil oleh sekolah, pengambilan keputusan harus berdasarkan tahapan proses manajemen strategik. Hal itu diperlukan mengingat pentingnya untuk mengamati, menganalisis situasi dan lingkungan yang ada sebelum menentukan strategik dari suatu lembaga pendidikan. Proses manajemen strategik mempunyai tiga tahapan yang saling terkait dan melengkapisatu sama lain. Tahap proses manajemen strategik adalah formulasi strategi (Strategy Formulation), pelaksanaan strategi (Strategy Implementation) dan evaluasi strategi (Strategy Evaluation).9 a. Formulasi Strategi (Strategy Formulation) Formulasi strategi merupakan tahap pertama dalam poses manajemen strategi yang mengutamakan efektivitas. Dalam tahap ini perusahaan harus menentukan arah dan tujuan yang akan ditempuh dalam menghadapi persaingan dan lingkungan agar comperatife aduanteg dapat berkesinambungan dan berjangka panjang. Kegiatan yang harus dilakukan dalam formulasi stratgi ini adalah: 1) Mengembangkan visi dan misi 2) Mnganalisis situasi lingkungan 3) Pengembangan tujuan jangka panjang 4) Pendataan alternative-alternatif strategi 5) Seleksi strategistrategi yang dapat diambil sesuai dengan keadaan perusahaan dan lingkungan. b. Pelaksanaan Strategi (Strategy Implementation) Tahap ini merupakan
tahap
lanjutan
dari
formulasi
strategi
yang
mengutamakan efesiensi. Setelah strategi-strategi telah diseleksi dan dianalisa sesuai dengan keadaan lingkungan dan perusahaan, maka pada tahap ini perusahaan harus memastikan bahwa semua formulasi strategi itu dapat berjalan dengan harapan. Tahap ini merupakan proses operasional, tahapan tindakan dan dinilai paling sulit dari tahap manajemen strategi yang ada.10
9
Azhar Arsyad, DKK, Pengantar Manajemen (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2006), h.92.
L. J. Bourgeois dan David R. Brodwin, “Strategic Implementation: Five Approaches to an Elusive Phenomenon” (Strategic Manajemen Journal 5, 1984), h.241-264. 10
Dalam tahap ini, perusahaan diminta untuk mngerjakan beberapa langkah-langkah sebelum formulasi strategi dapat dilakukan. Langkah-langkah tersebut adalah mengembangkan tujuan tahunan, memikirkan kebijakan-kebijakan, memotivasi karyawan dengan menggunakan keahlian antar personal dan mengalokasikan sumber daya. Pada tahap ini, semua karyawan dan manajer harus melibatkan diri dan mengerjakan tugasnya masing-masing agar pelaksanaan formulasi strategi dapat sukses. Agar kesuksesan pelaksanaan dapat dicapai maka perusahaan harus menciptakan kepemimpinan yang persuasif dengan budaya pendukung strategi perusahaan dan memotivasi karyawan, koordinasi antara kelompok, membuat struktur organisasi yang efektif, mengubah usaha pemasaran yang sesuai, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan menggunakan sistem informasi, serta memberikan penghargaan yang layak kepada karyawan atas kontribusinya akan kinerja perusahaan.11 F. Penerapan Manajemen Strategik Dalam beberapa pengertian tentang manajemen strategik terdapat satu hal yang dapat disimpulkan bahwa: a. Penerapan strategik, yang meliputi pengembangan visi, misi dan tujuan jangka panjang dan mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan perusahaan atau organisasi, pengembangan alternatif-alternati dan penentu strategik yang sesuai untuk diadopsi. b. Penerapan strategik, meliputi penentu sasaran operasional tahunan, kebijakan perusahaaan atau organisasi, motivasi karyawan dan mengalokasikan sumber- sumber daya agar srategik yang telah ditetapkan dan diimplementasikan. c. Evaluasi atau kontrol strategik, mencakup usaha untuk memonitor seluruh hasil dari pembuatan dan penerapan strategik, termasuk
11
Jay R. Gaibraith, Strategi Implementation Structure, Systems and Proces (Cet. II; USA: West, 1986), h. 341.
mengukur kinerja individu dan perusahaan serta mengambil langkalangkah perbaikan jika diperlukan.12 Selain itu penerapan akan berlangsung secara efektif dan efesien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoprasikan sekolah. Dalam rangka proses manajemen strategik, perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah.13 Penerapan staretgik dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasi tujuan strategik kedalam aksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. Karena itu, kemampuan kepala Madrasah dan personal Madrasah lainnya dapat menerapkan suatu strategik dalam manajemen suatu madrasah merupakan hal yang sangat penting dalam kaitannya dengan skill kepala madrasah sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab terhadap kemajuan profesional guru. G. Komponen Utama Manajemen Strategik Manajemen strategik melibatkan proses perencanaan melalui dua tahap (komponen) perencanaan, yakni: 1. Komponen perencanaan strategis meliputi proses perumusan: visi, misi, tujuan strategik, dan strategi utama (strategi umum), 2. Komponen perencanaan operasional meliputi proses perumusan sasaran atau tujuan operasional, pelaksanaan fungsi manajemen, kebijakan, jaringan kerja internal eksternal organisasi, kontrol, dan evaluasi. H. Konsep Visi dan Misi Perumusan visi misi organisasi harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan karakteristik rumusan visi misi tersebut. Visi merupakan sudut pandang ke masa depan organisasi dalam mewujudkan tujuan strategis organisasi yang berpengaruh langsung pada misinya
12
J. David Haunger dan Tomas L Wheelen, Manajemen Strategi (Yogyakarta: Andi, 2001,2003), h. 4 13 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. op. cit., h. 59
sekarang, dan masa yang akan datang. Sedangkan misi organisasi merupakan keseluruhan tugas pokok yang dijabarkan, berupa kegiatan apa, yang sedang atau segera dilaksanakan untuk suatu organisasi. Visi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan sekolah dikomunikasikan kepada stakeholders. Misi merupakan tugas sekolah untuk mewujudkan visi lembaga yayasan dan sekolah, yang umumnya ditandai dengan kata mewujudkan. Perumusan visi dan misi sekolah berfungsi sebagai acuan dan mempermudah penetapan kebijakan sekolah, karena visi dan misi merupakan gambaran atau cita-cita ke depan sekolah. Visi dan misi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan sekolah. I.
Kesalahan dalam Proses Manajemen Strategik Manajemen strategik pada saat sedang dipraktikkan, terdapat dua
kategori penting kesalahan-kesalahan dapat terjadi. Kategori yang pertama mencakup kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan dari cara bagaimana strategi itu digunakan. Beberapa kesalahan pada kategori pertama ini dapat dihindari dan berasal dari kesalahan pemahaman proses strategi.
Kategori
kedua
mencakup
kesalahan-kesalahan
yang
diakibatkan dari ketidakpastian yang mesti terjadi berhubungan dengan proses strategi. Kesalahan yang berhubungan dengan penggunaan strategi terdiri dari beberapa hal yaitu 1) ketidakmampuan berpikir secara strategis, 2) ketidaktepatan penggunaan pada tingkatan manajemen, 3) terlalu menekankan pada bentuk dan prosedur, 4) terpisah dari lingkungan, 5) cukup untuk mencapai waktu jangka pendek, dan 6) ketidaktepatan penggunaan sumber daya. Kesalahan
selanjutnya
adalah
ketidakmampuan
memprediksi
perubahan atau masalah lingkungan eksternal yang dapat berupa 1) perkembangan inovasi produk jasa baru, 2) perubahan peraturan pemerintah, 3) perubahan iklim, 4) kekurangan dan kelangkaan bahan
baku, 5) perubahan preferensi dan selera konsumen, dan 6) kehadiran pesaing baru atau perubahan kemampuan untuk bersaing.14
2. Strategi Pengambilan Keputusan Setiap keputusan yang telah diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu analisis proses pengambilan keputsan pada hakikatnya sama saja dengan proses kebijakan. Dunn menyatakan bahwa komponen-komponen proses kebijakan (juga merupakan komponen proses pengambilan keputusan) meliputi : (1) masalah kebijakan (policy problems) (2) alternative kebijakan (policy alternatives) (3) tindakan kebijakan (policy actions) (4) hasil kebijakan (policy outcomes) (5) pola pelaksanaan kebijakan (policy performance) knowledge of what is (fact), what is right (values), and what to do (action) requires the use of multiple methods of inquiry andargument to produce and transform information about policy problems, performances.
Identifikasi masalah Suatu organisasi apabila menghadapi permasalahan maka lebih
dulu harus dibuat jelas apakah itu memang masalah (problem) atau sekedar isu (issue) belaka. Yang dimaksud dengan masalah (problem) di sini adalah persoalan yang harus dipecahkan sedangkan isu adalah persoalan yang perlu dibicarakan saja (tidak harus dipecahkan). Problem is a question to be solved or decided. Issue is a question that arises for discussion (Hornby, 1974). Dalam mengadakan identifikasi itu sendiri perlu dilakukan : segala data atau hal yang nampaknya merupakan komponen permasalahannya dicatat untuk nantinya dianalisis lebih lanjut. Di sini belum mengadakan pemilihan mana yang nampaknya relevan dan mana yang nampaknya kurang relevan bagi masalah itu.
14
Syaiful Sagala, Manajemen Stategik dalameningkatan Mutu Pendidikan (Cet.VI; PT.Bandung, 2013), h. 132.
Mengadakan analisis permasalahannya
Hal penting yang perlu dalam menganalisis masalah tersebut adalah apakah hal itu benar-benar masalah yang serius dan perlu dipecahkan atau sekedar isu yang cukup untuk dibicarakan saja. Kalau hal itu merupakan masalah
yang
serius,
maka
perlu
ditetapkan
batas-batas
permasalahannya. Dengan demikian, maka pemecahannya menjadi lebih terarah. Jadi perlu diketemukan unsure pembatasnya dan unsure penentunya. Di situ data-data permasalahan mulai dipilah-pilah. Mana yang nampaknya relevan dan mana yang nampaknya kurang relevan untuk masalah yang dihadapinya. Kemudian juga harus diteliti dan dianalisis apa yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Tanpa mengetahui penyebab timbulnya masalah, maka pemecahannya akan sembarangan, tidak terarah.
Membuat beberapa alternative pemecahan Untuk dapat membuat alternatif – alternatif pemecahan, maka
lebih dulu harus diketahui penyebab timbulnya masalah. Kemudian setelah diketahui penyebabnya, maka dibuatkan beberapa alternatif pemecahannya (jangan hanya satu alternative saja). Dengan berprinsip pada efisiensi, perlunya beberapa alternative dibuat sekaligus, kalau alternative yang dipilihnya ternyata tidak dapat memecahkan masalah dengan baik, maka digunakanlah alternative lainnya yang telah tersedia. Pembuatan beberapa alternative, sebaiknya dilakukan oleh Unit Pengelolaan Data, mengingat pimpinan tugas dan tanggung jawabnya cukup luas dan sangat berat.
Membandingkan beberapa alternatif Untuk mengambil keputusan telah tersedia beberapa alternatif
pemecahan masalah. Masing-masing alternative juga telah disertai keunggulan dan kelemahan. Bobot timbang tinggal memilih alternative mana yang dianggap paling cocok untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Pemilihan dan penentuan alternative mana yang akan dipakai ini dapat dilakukan oleh pimpinan itu sendiri. Tetapi juga
tidak tertutup kemungkinan disarankan (recommendation), oleh Unit Pengolah Data. Keputusan akhir alternatif mana yang akan dipilih itu tetap pada pimpinan.
Megnambil keputusan dengan pasti
Kalau sudah ada alternatif pemecahan masalah yang dipilihnya, maka pimpinan harus tegas untuk menetapkan dengan pasti keputusan yang diambilnya. Dengan demikian, maka pimpinan itu sendiri dan atau para pelaksanaan keputusan juga mendapat pegangan dalam bertindak.
Melaksanakan keputusan dan memantaunya Kalau keputusan telah ditentukan, maka pada saat yang telah
ditetapkan keputusan itu dijalankan. Setiap langkah atau tahap dalam perjalanan pelaksanaan harus selalu diikuti dengan pemantauan (monitoring). Dari situ akan dapat diketahui apakah pelaksanaan itu masih sesuai dengan harapannya atau tidak. Mungkin pada tahap-tahap perjalanan awal masih sesuai, tetapi pada perjalanan selanjutnya mungkin mulai ada penyimpangan (tidak sesuai lagi). Hal ini dapat terjadi apabila hasil pemecahan masalah baru akan dapat diketahui setelah sekian lama. Dengan kata lain membutuhkan waktu untuk mengetahui apakah berhasil atau gagal.
Mengevaluasi hasilnya Ada kemungkinan bahwa hasil dari pelaksanaan keputusan
memecahkan masalah itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun dalam setiap langkah pelaksanaan harus diikuti dengan evaluasi. Setiap langkah diadakan pemantauan, hasilnya segera dievaluasi untuk menentukan apakah pelaksanaannya itu masih sesuai dengan yang diharapkan Sementara itu Prajudi mengemukakan pola proses pengambilan keputusan meliputi : Pertama, seseorang mula-mula harus menyadari dan menempatkan diri sebagai pemimpin dalam suatu organisasi yang harus bertanggung jawab sebagai pimpinan organisasi. Sebagai pimpinan itu
harus memutuskan sesuatu jika dalam organisasinya itu terdapat masalah.15 Kedua, masalah yang dihadapi lebih dulu harus ditelaah, mengingat bahwa masalah itu mempunyai bermacam-macam sifat, bentuk dan kompleksitasnya. Ketiga, selain menelaah masalahnya, juga harus dianalisis situasi yang mempengaruhi baik organisasinya maupun masalahnya. Keempat, kemudian perlu menelaah keputusan itu sendiri yang harus di buatnya. Terutama yang ditelaah adalah alternatif-alternatif yang dikemukakan dengan konsekuensi masing-masing, untuk kemudian dipilih satu di antara alternative tersebut yang dianggap paling tepat. Kelima, setelah keputusan diambil, maka keputusan itu akan saling terpengaruh dari jiwa kepemimpinan dan manajemen dari pimpinan yang bersangkutan. 3. Macam Strategi Pengambilan Keputusan 1. Keputusan yang Dibuat oleh Seseorang Kebaikannya antara lain : a. keputusannya cepat ditentukan atau diambil, karena tidak usah menunggu persetujuan dari rekan lainnya b. tidak akan terjadi pertentangan pendapat c.
kalau pimpinan yang mengambil keputusan itu mempunyai
kemampuan yang tinggi dan berpengalaman yang luas dalam bidang yang akan diputuskan, keputusannya banyak tepatnya. Kelemahannya antara lain : a) bagaimanapun kepandaian dan kemampuan pemimpin, tetapi kemampuan pasti terbatas juga. b) keputusan yang terlalu cepat diambil dan tidak minta nasihat orang lain kerap kali meleset, kerap kali tidak sesuai dengan harapannya c) kalau terjadi kesalahan pengambilan keputusan, itu merupakan beban berat bagi pimpinan seorang diri. 2. Keputusan Kelompok (Group Decision) Dalam organisasi yang besar pemecahan masalah atau pencapaian tujuan tertentu harus dilakukan oleh sekelompok pimpinan yang merupakan satu
15
Pearce dan Robinson, Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi dan Pemgemdalian (Jakarta:Binarupa Aksara, 1997), hlm. 20.
tim atau panitia. Adapun yang termasuk keputusan yang harus diambil oleh kelompok pimpinan antara lain : penetapan tujuan organisasi, perumusan rencana organisasi yang menyeluruh, kebijaksanaan strategis. Keputusan kelompok ini misalnya apabila pucuk pimpinannya lebih dari satu orang, misalnya direksi yang terdiri dari Direktur Utama dan beberapa Direktur Bidang. Dapat juga keputusan kelompok ini diambil oleh suatu tim yang terdiri dari Direktur Utama dan beberapa Direktur Bidang. Dapat juga keputusan kelompok ini diambil oleh suatu tim yang terdiri dari Direktur dengan para Kepala Divisi dalam suatu perusahaan besar. Kelompok itu dapat juga berupa suatu panitia, misalnya Panitia Eksekutif. Dapat juga keputusan yang diambil di DPR, dan lain-lainnya.16 Ciri dari keputusan yang perlu diambil oleh suatu tim atau kelompok adalah : 1. Apabila masalah atau tujuan yang ingin dicapai itu akan menyangkut kelangsungan hidup organisasinya. 2. Apabila masalah atau tujuan itu membuat risiko berat bagi organisasinya 3. Apabila menyangkut berbagai aspek atau bidang di mana seorang diri tidak mungkin menguasainya dengan baik; dan tidak cukup diberi masukan dari para ahli dalam bidangnya.
Kebaikan dari Keputusan Kelompok
1. Tugas dan tanggung jawab pucuk pimpinan menjadi lebih ringan. Tanggung jawab dalam hal ini terutama tanggung jawab moral 2. Pemikiran oleh beberapa orang akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan dengan pikiran oleh seorang diri 3. Kerjasama di antara pimpinan menjadi lebih baik, karena rasa tanggung jawab bersamanya (integrasi) terpatri dalam bentuk keputusan kelompok. 4. Hasil pemikiran beberapa orang itu saling melengkapi 5. Pertimbangan lebih matang. 16
Husni Mubarok, Manajemen Strategi (STAIN Lifetime Customer Value (Jakarta: Rajawali Pers,2013), hlm. 78-80. Kudus: Kudua, 2009), hlm. 103.
Kelemahan dari Keputusan Kelompok
1. Kalau tidak terdapat kata sepakat dan masing-masing tetap bertahan pada pendiriannya, maka akan menimbulkan ketegangan 2. Ketegangan yang timbul kerap kali menimbulkan rasa tidak senang secara pribadi, sehingga dalam banyak hal akan selalu berusaha saling menjatuhkan atau menjegal 3. Keputusan yang diambil oleh kelompok biasanya memakan waktu yang lebih lama 4. Kalau keputusan yang diambil oleh kelompok itu kerap kali dilakukan, maka akan mengurangi kewibawaan pucuk pimpinan, apalagi kalau dalam proses pengambilan keputusan ternyata pucuk pimpinan kurang berperan (karena kurang mampu dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya) 5. Rasa tanggung jawab masing-masing berkurang. 6. Kalau terjadi kegagalan, mungkin akan saling melemparkan kesalahan apalagi
pimpinan
kurang
mendapat
kesempatan
memperoleh
nasehat/saran-saran dan pada konsultannya (consultative superpisior).
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manajemen strategik merupakan serangkaian tindakan dan keputusan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dan jangka panjang. Dengan upaya memutuskan persoalan strategik, perencanaan, dan bagaimana strategik tersebut dapat dilaksanakan dalam wujud implementatif. Dalam rangka proses manajemen strategik, perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah. Penerapan staretgik dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasi tujuan strategik kedalam aksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. komponen-komponen
proses
kebijakan
(juga
merupakan
komponen strategi pengambilan keputusan) meliputi : (1) masalah kebijakan (policy problems)(2) alternative kebijakan (policy alternatives) (3) tindakan kebijakan (policy actions) (4) hasil kebijakan (policy outcomes) (5) pola pelaksanaan kebijakan (policy performance) B. Saran Disarankan kepada pembaca untuk dapat memahami langkahlangkah penerapan manajemen strategi pendidikan agar membantu mempermudah bagi calon tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan dalam penerapannya di lembaga pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA Syaiful Sagala. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung : Cet: III, Alfabeta. http://hipni.blogspot.co.id-pengertian-definisi-manajemen-strategi.html Datje Rahajoekoesoemah.1993. Kamus Belanda-Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Cet.I. Malayu S.P Hasibuan. 2009. Manajemen. Jakarta: Ed. Revisi, Cet. VIII; Bumi Aksara. Syaiful Sagala. 2001. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Cet. V; CV. Alfabeta. Tabrani Rusyah, Atang K. BA, Drs Zainal A. 1992. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung: PT. Remaja Rosada Karya. M. Arifin. Med. 1991. Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner . Jakarta: Bumi Aksara. Azhar Arsyad DKK. 2006. Pengantar Manajemen. Makassar: Alauddin Cet. I; Press. L. J. Bourgeois dan David R. Brodwin. 1984 “Strategic Implementation: Five Approaches to an Elusive Phenomenon” . Strategic ManajemenJournal. Jay R. Gaibraith. 1986. Strategi Implementation Structure, Systems and Proces. USA: West Cet. II. J. David Haunger dan Tomas L Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi. Syaiful Sagala. 2013. Manajemen Stategik dalameningkatan Mutu Pendidikan. Bandung : Cet.VI; PT. Rosda Karya. Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi dan Pemgemdalian . Jakarta:Binarupa Aksara. Husni Mubarok. 2013. Manajemen Strategi. Jakarta: Rajawali Pers (STAIN Lifetime Customer Value.
Makalah
KONSEP DASAR MANAJEMEN STRATEGI Diajukan untuk memenuhi tugas pada matakuliah Manajemen Strategi Disusun Oleh : Siska Rapika Nst (0307163131)
Dosen Pembimbing : Dr. Fridiyanto, M.Pd. I
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahmin Puji dan syukur saya persembahkan kehadirat Allah yang maha kuasa, saya dapat menyelesaikan Makalah tentang “ Konsep Dasar Manajemen Strategi” dalam mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dalam penyusunan tugas ini Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta menuangkan ide (gagasan) demi tersusunnya Tugas ini. Tidak lupa pula kepada Bapak Dr. Fridiyanto, M.Pd. I selaku dosen Manajemen Strategi Pendidikan yang telah memberikan bimbingan sehingga Tugas ini dapat tersusun. Dalam penyusunan tugas ini tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan, untuk itu saya mohon kritik dan saran demi perbaikan. Semoga penyusunan Makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat memberikan pengetahuan serta wawasan.
Medan, 13 Desember 2018
Penulis
BAB I PRNDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manajemen strategi merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tin eksekutif tersebut. Manajemen strategik memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan berkaitan erat dengan bidang perilaku organisasi. Sumber daya dan bagaimana sumberdaya yang ada tersebut dapat digunakan secara efektif. Untuk memenuhi tujuan strategi. Manajemen strategi saat ini harus memberikan fondasi dasasr atau edomaan untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Lingkungan dunia yang mengalami perubahan seperti adanya globalisasi, control masyarakat, perubahan teknologi, memberikan dampak bagi perkembangan suatu negara maupun bisnis. Control masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan pemerintahan maupun perusahaan, sehinggan pemerintah maupun pemimin perusahaan tidak dapat membuat kebijakan yang mengabaikan kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu, dalam menjalani kegiatannya perlu adanya keselarasan antara komppetensi yang dimiliki perusahaan maupun pemerintah dengan lingkungan yang ada di luar organisasi( perusahaan dan pemerintah). Untuk mengetahui dan menghargai duni dari perspektif orang lain telah menjadi masalah di dalam dunia bisnis. Dengan demikian perlu adanya kegiatan dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan antara kemampuan yang dimiliki oleh lingkungan yang ada disekitar sehinggan perlu adanya manajemen strategi.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah konsep manajemen strategi? 2. Bagaimanakah perkembangan konsep manajemen strategi? 3. Bagaimanakah proses manajemen strategi? 4. Apa saja karakteristik manajemen strategi? 5. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh dalam manajemen strategi? 6. Apa manfaat manajemen strategi? 7. Apa resiko yang di hadapi manajemen strategi. 8. Apa saja dimensi maanajemn strategi? 9. Bagaimana aplikasi manajemen strategi di dalam dunia bisnis?
C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui konsep manajemen strategi. 2. Untuk mengetahui perkembangan manajemen strategi. 3. Untuk mengetahui proses manajemen strategi. 4. Untuk mengetahui karakteristik manajemen strategi. 5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen strategi. 6. Untuk mengetahui manfaat manajemen strategi. 7. Untuk mengetahui resiko yang dihadapi manajemen strategi. 8. Untuk mengetahui dimensi manajemen strategi, 9. Untuk mengetahui aplikasi manajemen strategi di dunia bisnis.
BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR MANAJEMEN STRATEGIS 1. Pengetian Manajemen Strategi Kata “Strategi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “Strategos” yang terdiri dari dua suku kata yaitu “Stratos” yang berarti Militer dan “Ag” yang berarti Memimpin. Pada konteks permulaannya, strategi banyak diasumsikan sebagai sesuatu
yang
dilakukan
oleh para jenderal dalam membuat rencana menaklukkan atau mengalahkan musuh guna meraih kemenangan dalam perang. Oleh karena itu, sangatlah masuk akal apabila istilah ini sangat dekat dengan dunia militer dan politik. Pada masa sekarang pun, penerapan strategi sangat dekat dengan asumsi pada awal kemunculannya, sekalipun hal tersebut diterapkan bukan pada dunia militer. Sebagai contoh dalam dunia ekonomi, strategi masih sering diasumsikan dengan bagaimana cara mengalahkan kompetitor, bagaimana bisa menguasai pasar, dan sebagainya.
Begitu
juga dalam dunia olah raga, strategi juga diasumsikan dengan bagaimana cara mengalahkan lawan bertanding kita1 Pencapaian tujuan organisasi diperlukan alat yang berperan sebagai akselerator (pemercepat) dan dinamisator (pendorong) sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Sejalan dengan hal tersebut, strategi diyakini sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya konsep mengenai strategi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal tersebut antara lain ditandai dengan berbagai definisi para ahli yang merujuk pada strategi. Manajemen strategik diterapkan dalam bisnis atau badan usaha agar bisnis atau badan usaha berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen adalah sebagai ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber–sumber lainnya secaraefektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen strategi adalah proses pembuatan keputusan untuk memperoleh dan menggunakan sumber-sumber perusahaan perusahaan
yang berubah
dengan
yang sifatnyaterbatas didalam lingkungan
cepat
dandinamis. Tugas penyusanan strategi
terletak pada para manajer strategi. 1
Setiawan Hp dan Zulkieflimansyah, Manajemen StrategiI: Sebuah Konsep Pengantar, Jakarta:LPFEUI, 2005, H.8-9.
Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi
mencapai tujuannya. Manajemen
strategis berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional. Pendapat selanjutnya diungkapkan oleh Hawawi dalam Akdon bahwa manajemen strategik adalah proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya.2 Kemudian Wahjudi “Manajemen strategik adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) tentang keputusankeputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa mendatang.” Manajemen
strategi
juga
diberi
nama
lain,
yaitu
comprehensive, system
manajement, strategic planning, atau long range manajement. Manajemen strategi mencakup aliran keputusan (stream of decisions), pengembangan strtegi-strategi yang efektif, cara-cara membuat (strategi membuat keputusan, dan desain keputusan serta program. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi adalah usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan untuk mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul gunamencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan pengertian ini juga mengandung implikasi bahwa perusahaanperusahaan mengurangi kelemahannya, dan berusaha melakukan adaptasi dengan lingkungan bisnisnya. Ada dua aspek utama dalam strategi manajemen yaitu : a. Strategi perusahaan secara konsisten dalam memposisikan dirinyasecara relative terhadap para pesaing. b. Strategi untuk mencapai tujuan perusahaan dalam lingkungan
yang sedang
dihadapi saat ini.
2
Hadari Nawawi. Manajemen Strategis. (Jogjakarta: Gajah Mada University Press). 2003. H. 199
B. Perkembangan konsep manajemen strategis Hunger dan Wheelan menjelaskanperkembangan konsep manajemen strategis melalui empat tahap sebagai berikut :3 •
Perencanaan
keuangan
dasar:
pada tahap
ini manajer mulai membuat
perencanaan yang serius terutama pada saat mereka diminta mengajukan anggaran yang serius untuk tahun berikutnya. •
Perencanaan
berbasis
peramalan:
karena
pembuatan
anggaran tahunan
dianggap kurang berguna dalam menstimulasi perencanaan jangka panjang, maka para manajer selanjutnya berupaya untuk mengajukan rencana dalam waktu lima tahun mendatang. • Perencanaan strategis: frustasi dengan situasi konflik politik di dalam perusahaan, sementara pada saat yang sama diperoleh suatu kenyataan bahwa rencana lima tahunan yang dibuat tidak berjalan efektif, maka manajemen puncak kemudian mengambil
kendali
terhadap
proses
perencanaan
dengan memulai kegiatan
perencanaan strategis. • Manajemen strategis: menyadari bahwa rencana strategis terbaikpun tidak akan berguna tanpa adanya input dan komitmen dari manajer di level yang lebih rendah, maka manajer puncak pada tahap selanjutnya membentuk kelompok perencanaan yang terdiri dari para manajer dan karyawan kunci pada
berbagai
jenjang manajemen yang berasal dari berbagai departemen dan kelompok kerja. Mereka mengembangkandan mengintegrasikan serangkaian rencana strategis dengan tujuan mencapai tujuan utama perusahaan. • Konsep manajemen strategis memperoleh momentum keberhasilan sebagai model pengembangan strategi perusahaan di era tahun 1990-an di mana banyak perusahaan berskala besar merasakan manfaat dari penerapan manajemen strategis.
C. Proses manajemen strategies Menurut Ismail proses manajemen strategies adalah sebuah proses
yang
menghasilkan berbagai keputusan dan tindakan strategis yang akan menunjang pencapaian tujuan perusahaan. Pada saat melakukan kegiatan manajemen strategik, para manajer perusahaan akan mengolah input yang di peroleh melalui evaluasi terhadap misi, tujuan, dan strategi yang di miliki perusahaaan saat ini serta analisis terhadap
3
David Hunger dan Thomas L.Wheelen. Manajemen Strategis (Jogjakarta: Andi Jogjakarta). 2003. Hal 55.
lingkungan
internal
(melalui analisis
sejumlah peluang dan ancaman). akan
4
ini,
perusahaan
dapat
mengidentifikasi
Melalui pengolahan input tersebut, perusahaan
dapat merumuskan misi dan visi perusahaan. Menurut
Kuncoro,
proses
manajemen strategies adalah suatu proses yang meliputi sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan. Tahap utama dalam proses manajemen strategik umumnya mencakup analisis lingkungan,formulasi strategy,implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Menurut Hill proses perencanaan manajemen strategi terdiri dari 5 langkah, yaitu: 1. Pilih
misi
perusahaan
dan
goalsMemilih
perusahaan
Misi utama
PERUSAHAAN Dan tujuan Utama PERUSAHAAN. 2. Menganalisis
lingkungan
yang
kompetitif
eksternal
organisasi untuk
mengidentifikasi peluang dan ancaman. 3. Menganalisis lingkungan operasi internal yang thye organisasi untuk indetify strenghs dan weekneesses organisasi. 4. Pilih strategi yang membangun strenghs organisasi dan memperbaiki weekness dalam rangka untuk mengambil keuntungan dari opportunies exsternal
dan melawan
ancaman eksternal. Strategi ini harus konsisten
dengan misidan tujuan utama thw pf organisasi. Mereka harus kongruen dan merupakan model bisnis yang layak. 5. Menerapkan strategi.
D. Karakteristik Manajemen Strategi Adapun karakteristik manajemen strategi yaitu: 1. Manajemen strategik meningkatkan efektivitas organisasional Dalam setiap organisasi terdapat dua persyaratan yang sangat esensial untuk sukses, yaitu: efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berhubungan dengan bagaimana sebaiknya suatu aktivitas dilakukan untuk mencapai efisiensi, suatu organisasi perlu menetapkan suatu metode, prosedur, sistem, aturan dan lainnya untuk melaksanakan suatu aktivitas.5 Pendekatan efisiensi memastikan bahwa suatu organisasi melaksanakan aktivitas atau tindakan dengan benar (doing things right). Efektivitas berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas yang benar. 4
Tejo Tripomo, Udan, Manajemen Strategi, Bandung:Rekayasa Sains, 2005. H. 1. Sri Agustinus Wahyudi. Manajemen Strategis: Pengantar Proses Berpikir Strategis. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996). H. 49 5
Efektivitas terutama ditentukan oleh hubungan antara suatu organisasi dan lingkungan eksternalnya. Pendek kata, efektivitas memastikan bahwa suatu organisasi melaksanakan aktivitas yang benar (doing right things).Manajemen strategik terutama difokuskan pada penciptaan efektivitas organisasi, sebab efektivitas berhubungan dengan kesesuaian antara organisasi dan lingkungannya yang relevan. Menciptakan suatu organisasi yang efisien relatif lebih mudah dengan menyusun dan menetapkan metode, prosedur dan sistem untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sehari-hari. Sedang menciptakan efektivitas organisasi mungkin lebih sulit karena berhubungan dengan kesesuaian lingkungannya yang selalu mengalami perubahan.
2. Manajemen strategik berorientasikan ke arah jangka panjang Secara umum strategi berbicara mengenai isu-isu yang menjangkau lebih dari satu periode anggaran atau jangka pendek. Manajemen strategik membahas persoalan organisasi yang berdimensi masa depan, bukan masa kini atau masa lalu. Banyak faktor atau variabel yang mempengaruhi perencanaan atau manajemen strategik dalam jangka panjang antara lain: a) Faktor-faktor pasar misalnya persaingan, prediksi permintaan masa yang akan datang, ancaman produk atau jasa substitusi, reliabilitas pemasak dan sebagainya. b) Faktor-faktor manusia misalnya kapabilitas, preferensi manajemen. c) Faktor-faktor kinerja.
Organisasi yang selalu mempertahankan atau
memelihara kinerja atau kondisi yang sedang dicapai berarti hanya fokus pada jangka pendek. d) Manajemen
strategik
berkenaan
dengan
keputusankeputusan
manajemen puncak atau manajer senior. Walaupun suatu karyawan terlibat dalam implementasi keputusan strategik, kebanyakan keputusan-keputusan stratetik berasal dari para manajer puncak. Namun para manajer puncak dapat berkonsultasi untuk mendapatkan masukan para karyawan sebelum mengambil keputusan yangbersifat strategis. Dengan melakukan konsultasi dengan para karyawan, para manajer tidak hanya akan menghasilkan keputusankeputusan yang berkualitas, tetapi juga akan meningkatkan komitmen karyawan karena
karyawan akan merasa telah menjadi bagian dalam proses pengambilan keputusan. Sehingga para karyawan akan 3. merasa mempunyai tanggung jawab dalam mengimplementasikan keputusan-keputusan strategik tersebut. Seoranmanajer akan dapat mengetahui cara-cara atau metode yang tepat untuk menghindari atau mengurangi besarnya kerugian yang diderita perusahaan, sebagai akibat ketidakpastian terjadinya suatu peristiwa yang merugikan. Manajemen strategik terdapat pada setiap level organisasi
Strategi dapat dianalisa pada tiga level atau tingkatan organisasi, yaitu : a) Strategi tingkat korporasi yang membahas mengenai tipe dan pilihan bidang usaha serta alokasi diantara bidang usaha yang dipilih. b) Strategi tingkat bisnis atau strategi kompetitif yang membahas tentang bagaimana organisasi bisnis unit akan bersaing atau beroperasi dalam industri atau pasar. c) Strategi tingkat fungsional atau tingkat operasional yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi bisnis mengimplementasikan keputusan-keputusan strategiknya. d) Manajemen strategik masyarakat pengetahuan yang luas tentang organisasi
Sifat keputusan-keputusan strategik yang biasanya menyangkut perubahan kebiasaan dan perilaku diperlukan pandangan atau spektrum yang lebih luas tentang aktivitasaktivitas lintas fungsi dalam
suatu organisasi. Manajemen strategik
masyarakat wawasan general management bagi para manajer puncak atau CEO (Chief Executive Officer). CEO yang hanya fokus pada bidang tertentu (misalnya enginering, administrasi, akuntansi) akan gagal melaksanakan sifat integratif (terpadu). Dari strategi dan tidak akan mampu mendorong kinerja organisasi secara keseluruhan dalam jangka panjang. 6
6
M. Husni Mubarak, Manajemen Strategi, Kudus, DIPA: STAIN KUDUS, 2009. H.12
E. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Manajemen Strategik Manajemen strategik adalah manajemen puncak dalam suatu organisasi yang harus mampu merumuskan dan menentukan strategi organisasi sehingga organisasi yang bersangkutan tidak hanya mampu mempertahankan eksistensinya, akan tetapi tangguh melakukan penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sehingga organisasi semakin meningkat efektifitas dan produktivitasnya. Untuk mewujudkan situasi demikian para anggota manajemen puncak harus menguasai manajemen strategik yang tepat dan cocok bagi organisasi yang dipimpinnya. Faktor-faktor yang harus dijadikan petunjuk antara lain : 1. Tipe dan Struktur Organisasi Setiap organisasi memiliki “kepribadian” yang khas. Tipe dan struktur yang dipilih untuk digunakan harus dikaitkan dengan “kepribadian” dimaksud. Sifat tugas yang harus diselesaikan pun turut berperan dalam memilih tipe dan struktur organisasi. Yang jelas ialah bahwa manajemen puncak harus secara tepat memilih tipe dan struktur organisasi yang akan digunakan dengan mengingat organisasi tipe birokratik semakin ditinggalkan dan tipe organik semakin populer. Struktur organisasi tidak sekedar wadah dimana berbagai kegiatan berlangsung, akan tetapi sebagai wahana yang efektif bagi para anggotanya untuk berinteraksi dan saling berhubungan. 2. Gaya Manajerial Para teoritis dan praktisi yang mendalami teori kepemimpinan dan gaya manajerial dalam
mengelola
organisasi
dan
kompleks
menekankan
beberapa
hal.
Pertama,kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang situasional. Kedua, gaya manajerial yang tepat ditentukan oleh tingkat kedewasaan atau kematangan para anggota organisasi. Ketiga,peranan apa yang diharapkan dimainkan oleh para manajer dalam organisasi.
3. Kompleksitas Lingkungan eksternal Merupakan kenyataan bahwa setiap organisasi menghadapi kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Yang jelas lingkungan eksternal suatu organisasi selalu bergerak dinamis. Gerakan yang dinamis tersebut pasti berpengaruh pada cara mengelola organisasi termasuk dalam merumuskan dan menetapkan strategi. 4. Kompleksitas Proses Produksi Kompleksitas proses produksi yang turut berpengaruh dalam manajemen strategik antara lain apakah organisasi yang berproduksi berdasarkan pendekatan padat karya atau
pada modal. Apakah organisasi memiliki keunggulan kompetitif atau tidak. Kesemuanya itu pasti mempunyai dampak terhadap proses penentuan strategi dan implementasinya. 5. Hakikat Permasalahan yang Dihadapi Jika dikatakan bahwa strategi merupakan keputusan dasar yang diambil oleh manajemen puncak, salah satu implikasi pernyataan tersebut bahwa manajemen puncak harus merupakan orang-orang yang cekatan memecahkan masalah, terlepas apakah masalah itu rumit dan mempunyai dampak kuat untuk jangka panjang atau relatif sederhana, dengan dampak yang tidak kuat dan hanya bersifat jangka pendek atau sedang. Yang jelas pendekatan dan tehnik yang digunakan untuk memecahkan masalah harus berhasil mencabut akar permasalahan dan tidak sekedar mengobati gejalagejalanya saja.
F. Manfaat Manajemen Strategi Adapun beberapa manfaat yang diperoleh organisasi jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu : 1. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju. 2. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi. 3. Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif. 4. Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko. 5. Aktivitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan untuk mencegah munculnya masalah dimasa datang. 6. Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya. 7. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi. 8. Sifat untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.
G. Resiko Manajemen Strategik Keterlibatan para manajer dalam proses perencanaan strategik akan menimbulkan beberapa resiko yang perlu diperhitungkan sebelum melakukan proses manajemen strategik, diantaranya yaitu: 1. Waktu yang digunakan para manajer dalam proses manajemen strategik mungkin mempunyai pengaruh negatif pada tanggungjawab operasional.
2. Apabila para pembuat strategi tidak dilibatkan secara langsung dalam penerapannya, maka mereka dapat mengelak tanggungjawab pribadi untuk keputusankeputusan yang diambil dalam proses perencanaan. 3. Akan timbul kekecewaan dari para bawahan yang berpartisipasi dalam penerapan strategi karena tidak tercapainya tujuan dan harapan mereka.
Untuk mengatasi resiko-resiko tersebut maka para manajer perlu dilatih untuk mengamankan atau memperkecil timbulnya resiko ini dengan cara : 1. Melakukan penjadwalan kewajiban-kewajiban para manajer agar mereka dapat mengalokasikan waktu dengan lebih efisien. 2. Membatasi para manajer, dalam proses perencanaan, untuk membuat janji-janji mereka terhadap kinerja yang benar-benar dapat dilaksanakan oleh mereka dan bawahannya. 3. Mengantisipasi dan menanggapi keinginan-keinginan bawahan, usulan atau peningkatan dalam ganjaran . H. Dimensi-dimensi Manajemen Strategik Berdasarkan pengertian dan karakteristiknya dapat disimpulkan bahwa manajemen strategik memiliki beberapa dimensi. Dimensi-dimensi dimaksud adalah : 1. Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan Manajemen strategik dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi suatu organisasi berpandangan jauh ke masa depan, dan berperilaku proaktif dan antisipatif terhadap kondisi masa depan yang diprediksi akan dihapadi. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskandan ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih di masa depan. Visi dapat diartikan sebagai “kondisi ideal yang ingin dicapai dalam eksistensi organisasi di masa depan”. Visi organisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai sudut pandang ke masa depan dalam mewujudkan tujuan strategik organisasi yang berpengaruh langsung pada misinya sekarang dan di masa depan. Sehubungan dengan itu misi organisasi pada dasarnya berarti keseluruhan tugas pokok yang dijabarkan dari tujuan strategik untuk mewujudkan visi organisasi. Dengan kata lain misi organisasi adalah bidang atau jenis kegiatan yang akan dijelajahi atau dilaksanakan secara operasional untuk jangka waktu panjang oleh sebuah organisasi dalam merealisasikan tujuan strategiknya, yang setelah secara keseluruhannya tercapai berarti visi organisasijuga terwujud. Misi organisasi dengan mudah diketahui melalui
jawaban atas pertanyaan: “apa kegiatan yang sedang atau segera dilaksanakan secara operasional di lingkungan sebuah organisasi?”. Untuk itulah diperlukan kemampuan memprediksi masa depan dalam bidang yang menjadi tugas pokok (misi) organisasi.
2. Dimensi Internal dan Eksternal Dimensi internal adalah kondisi organisasi pada saat sekarang, berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan,yang harus diketahui secara tepat untuk merumuskan rencana strategik yang berjangka panjang. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan evaluasi diri antara lain dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statsitik, menggunakan data kuantitatif yang tersedia dalam sistem informasi manajemen atau menggunakan analisis kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu diantaranya dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis internal atau evaluasi diri ini tidak dilakukan sekali untuk selama-lamanya, tetapi
harus
dilakukan
secara
berkesinambungan,
sekurang-kurangnya
setelah
melaksanakan setiap rencana operasional untuk mengetahui pencapaian sasarannya, sebagai masukan dalam mengenali kondisi organisasi.
3. Dimensi Pendayagunaan Sumber-sumber Manajemen strategik sebagai kegiatan manajemen tidak dapat melepaskan diri dari kemampuan mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimiliki, agar secara terintegrasi terimplementasikan dalam fungsi-fungsi manajemen ke arah tercapainya sasaran yang ditetapkan di dalam setiap rencana operasional, dalam rangka mencapai tujuan strategik melalui pelaksanaan misi untuk mewujudkan visi organisasi. Sumber daya tersebut sudah dikemukakan di dalam uraian, terdiri dari sumber daya material khususnya berupa sarana dan prasarana, sumber daya finansial dalam bentuk alokasi dana untuk setiap program dan proyek, sumber daya manusia, sumber daya teknologi, dan sumber daya informasi. Semua sumber daya ini sebenarnya dapat dikategorikan sebagai bagian dimensi internal, dalam rangka evaluasi diri atau analisis internal harus diketahui secara tepat kondisinya, baik melalui analisis kuantitatif, analisis kualitatif atau analisis SWOT. Sejalan dengan dimenasi internal dan eksternal tersebut diatas, dibawah ini diketengahkan untuk mengintegrasikan sumber daya dalam manajemen strategik.
4. Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak Manajemen strategik yang dimulai dengan menyusun rencana strategik merupakan pengendalian masa depan organisasi, agar eksistensi sesuai dengan visinya dapat diwujudkan, baik pada organisasi. Rencana strategik harus mampu mengakomodasi seluruh aspek kehidupan organisasi yang berpengaruh pada eksistensinya di masa depan merupakan wewenang dan tanggung jawab manajemen puncak. Keikutsertaan pimpinan puncak dalam merumuskan rencana strategik dan rencana operasional sangat penting artinya, karena realisasinya sangat tergantung pada kewenangan dan tanggung jawabnya, baik di dalam maupun di luar organisasi. Untuk itu manajemen puncak sesuai kewenangan dan tanggung jawabnya itu harus mampu memprediksi bahwa rencana strategik dan rencana operasional dapat dilaksanakan.
5. Dimensi Multi Bidang Manajemen strategik sebagai sistem pengimplementasiannya harus didasari dengan menempatkan organisasi sebagai satu sistem. Berarti sebuah organisasi akan dapat menyusun rencana strategik dan rencana operasional. Jika tidak memiliki keterikatan atau ketergantungan sebagai bawahan pada organisasi lain sebagai atasan. Dalam kondisi sebagai organisasi bawahan berarti tidak memiliki kewenangan penuh dalam memilih dan menetapkan visi, misi, tujuan dan strategi. Manajemen strategik berdimensi multi bidang, kegaitan awalnya dimulai dari menyusun rencana strategik sampai pada pelaksanaan pekerjaan yang mengharuskan dilakukannya pengintegrasian program berkelanjutan dengan proyek tahunan yang berbeda-beda, agar terus menerus terarah pada sasaran dan tujuan strategik guna mewujudkan visi yang diinginkan organisasi.
I. Aplikasi Manajemen Strategi Di Dunia Usaha/Bisnis Ada banyak macam strategi bisnis dan Michael porter telahmerangkumnya menjadi tiga jenis umum yang memberikan awal yangbagus untuk pemikiran strategi:
keunggulan
biaya
secara
keseluruhan,diferensiasi dan focus.Strategi
keunggulan biaya secara keseluruhan merupakan strategi yang membuat unit bisnis bekerja keras mencapai biaya produksi dan distribusi terendah sehingga harganya dapat lebih rendah dari pada pesaingdan mendapat pangsa pasar yang besar. Strategi bisnis unit lebih menitik beratkan pada pembuatankeputusan- keputusan strategi yang melibatkan posisi bersaing dari sebuah produk atau pangsa pasar tertentu pada subuah devisi. Jika perusanaan ingin menang atau sebuah strategi bisnis yang
dapat menciptakan keunggulan bersaing aats para pesaing sehingga strategi bisnis sering disebut dengan strategi bersaing (competitive strategy). Strategi merupakan
strategi
unit
bisnis
yang
memilikiproduk,
pembeli
dan
bisnis pesaing
tersendiri serta berbeda dari unit bisnis lainnya. Setiap SBU akan membuat keputusan-keputusan strateginyasendiri untuk mencapai tujuan-tujuan (dan sasaran) SBU
yangbersangkutan
dengan
bimbingan
dari
misi
dan
tujuan
jangka
panjangperusahaan agar strategi yang diambil oleh SBU sejalan dengan misi.7 Bagi sebagian UI, masuk kepasar internasional merupakan petualangan baru, bagi sebagian lainnya hanya meneruskan filosofiperusahaan mereka. Misalnya, IBM telah memandang bahwa seluruh dunia merupakan pasarnya. Ada beberapa strategi bisnis bagi usaha- usahaskali internasional seperti berikut: 1. Strategi multinasional Pada strategi ini perusahaan induk memberikan banyak kebebasan pada anak perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang berada diwilayah mereka, jadi strategi ini lebihbersifat desentralisasi 2. Strategi global Strategi ini menyatkan bahwa pengendalian lebih banyakdilakukan diperusahaan induk.
Perusahaan
berusaha
memenuhikebutuhan
pelanggan
diseluruh
dunia
diproduksi secara sentral dan dikirimkan pada anak- anak perusahaan. 3. Strategi internasional Merupakan perpaduan antara strategi global dan strategimultinasional. Strategi ini memerlukan tim manajemen diperusahaaninduk yang memiliki pengetahuan dan keterampilan menembus pasarglobal. Anak perusahaan menggunakan keahlian ini untuk mengadopsi prosuk, proses, dan strategi perusahaan bagi pasar mereka sendiri. 4. Strategi transnasional Strategi ini menghendaki agar respon lebih banyak terjadi pada tingkat perusahaan.
Perusahaan
induk
dan
semua
anak perusahaan
anak
bekerjasama
memformulasikan strategi dan kebijakanoperasi serta mengkoordinasikan logistic agar
7
h. 121
M suryanto, Strategic Manajement Global Most Admired Compainies,(Yogyakarta:ANDI, 2007),
produk mencapai pasaryang tepat. Perusahaan mencapai efisiensi dan integritasi global sambil menyediakan fleksibilitas ditingkat local. 8
8
Husein Umar, Busines An Introduction, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utami, 2013 ) h. 278-279
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Manajemen adalah sebagai ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber–sumber lainnya secaraefektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen strategi adalah proses pembuatan keputusan untuk memperoleh dan menggunakan sumber-sumber perusahaan yang sifatnyaterbatas didalam lingkungan perusahaan
yang
berubah
dengan
terletak pada para manajer strategi.
cepat
dandinamis. Tugas penyusanan strategi
DAFTAR PUSTAKA
HP Setiawan dan Zulkieflimansyah, (2005). Konsep
Manajemen StrategiI: Sebuah
Pengantar, Jakarta:LPFEUI. Nawawi Hadari . (2003). Manajemen Strategis. Yogjakarta: Gajah Mada University Press. Hunger David dan
Thomas
L.Wheelen. (2003).
Manajemen
Strategis.
Yogjakarta: Andi Jogjakarta. Tripomo Tejo, Udan, Bandung:Rekayasa Sains. Wahyudi Sri Berpikir
(2005).
Manajemen
Agustinus, (1996). Manajemen
Strategi,
Strategis:
Pengantar
Strategis. Jakarta: Binarupa Aksara. Suryanto M, (2007). Strategic
Manajement
Global
Most
Admired
Compainies, Yogyakarta:ANDI. Mubarak M. Husni, (2009). Manajemen Strategi, Kudus, DIPA: STAIN KUDUS. Umar Husein, (2013) Busines An Introduction, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utami.
Proses
PENERAPAN MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN DAN STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Disusun sebagai salah satu tugas individu yang diwajibkan dalam mengikuti perkuliahan manajemen strategi pendidikan Dosen pengampu : Dr. Fridiyanto
Oleh Dwi Putri Rahmayani Rizkita (0307163129) Semester : V (Lima)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA 2018
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Salawat serta salam kita hadiahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad Saw Yang telah memberikan konstribusi besar kepada ummatnya untuk menjadi ummat terpelajar. Atas penulisan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto selaku dosen mata kuliah “ Manajemen Strategi Pendidikan”. Yang telah memberikan supportnya dalam penyelesaian makalah ini yang berjudul “Penerapan Manajemen Strategi Pendidikan dan Strategi Pengambilan Keputusan”
dengan tepat waktu.
Dan teman-teman semuanya yang telah
membantu penyaji materi dalam pembuatan makalah dengan sebaik mungkin. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, sehingga ilmu yang dipaparkan dapat terserap dan diaplikasikan. Serta saya mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dari penyajian makalah yang ditera. Akhirul kalam, Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................1 B. Rumusan Masalah ....................................................................2 C. Tujuan Penulisan......................................................................2
BAB II:
PEMBAHASAN A. Manajemen Strategi Pendidikan ..............................................3 B. strategi Pengambilan Keputusan............................................13
BAB III:
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................19 B. Saran ......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................20
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berbicara tentang peningkatan kualitas pendidikan tentu tak lepas dari proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan menyadari pentingnya proses peningkatan sumber daya manusia, maka pemerintah bersama sekolah terus berupaya mewujudkan amanat tersebut dengan berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kepandidikan lainnya. Salah satu strategik untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah penerapan manajemen strategik. Alasan yang mendasar adalah bahwa konsep manajemen strategik menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikkan yang lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik. Konsep ini menekankan kepada upaya sekolah dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai guna dalam tatanan ruang lingkup pendidikan sehingga sekolah dapat memahami kekuatan bersaing dan mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan secara sistematis dan konsisten. Dalam mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu tentunya dibutuhkan suatu manajemen yang baik. Manajemen yang baik itu tentu mengacu pada fungsi-fungsi manajemen itu sendiri, dimana mencakup semua kegiatan yang dijalankan oleh institusi pendidikan, khususnya satuan pendidikan pada berbagai tingkatan dan fungsi tugasnya dalam rangka mencapai tujuan. Pada bagian ini pembahasan difokuskan pada implementasi
fungsi
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerak
(Actuiting),
pengoordinasian,
pengarahan
dan
pengawasan
dan
pemantauan.1 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka didapatkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dan tujuan manajemen stategi ? 2. Bagaiamana evolusi konsep manajemen strategi ? 3. Bagaimana karakteristik dan dimensi manajemen strategik ? 4. Bagaimana proses manajemen strategi ? 5. Bagaimana penerapan manajemen strategik ? 6. Apa yang menjadi komponen utama dalam manajemen strategik? 7. Apa yang menjadi faktor kesalahan dalam
proses manajemen
strategik? 8.
Dan bagaimana strategi pengambilan keputusan dalam pendidikan?
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan pada tugas makalah kelompok ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengertian manajemen strategi. 2. Untuk mengetahui evolusi konsep manajemen strategi. 3. Untuk mengetahui karakteristik dan dimensi manajemen strategik. 4. Untuk mengetahui bagaimana proses manajemen strategi. 5. Untuk mengetahui penerapan manajemen strategik. 6. Untuk mengetahui komponen utama dalam manajemen strategik. 7. Untuk mengetahui faktor kesalahan dalam
proses manajemen
strategik. 8. Untuk
mengetahui
strategi
pengambilan
keputusan
dalam
pendidikan.
1
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Cet: III, Bandung, Alfabeta, 2011), h. 54.
BAB II PEMBAHASAN 1. Manajemen Strategi Pendidikan A. Pengertian Manajemen Strategik Pendidikan Manajemen strategik secara garis besar telah mulai didiskusikan. Istilah manajemen strategik terbentuk dari dua kata yakni strategic berasal dari bahasa Yunani, strategia, yang berarti seni atau ilmu menjadi seorang jenderal. Jenderal Yunani yang efektif perlu memimpin tentara, memenangkan peperangan dan mempertahankan wilayah melindungi kota dari serangan musuh, menghancurkan musuh.2 Sedangkan dalam kamus Belanda-Indonesia, strategik berasal dari kata majemuk, yang artinya siasat perang, istilah strategik tersebut digunakan dalam kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar.3 Secara harfiah manajemen strategik tergabung dari dua kata yaitu manajemen dan strategik. Kata manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu.4 Sehingga manajemen diartikan sebagai proses pemahaman sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.5 Strategik merupakan 2 http://hipni.blogspot.co.id-pengertian-definisi-manajemen-strategi.html (Makasssar, 31 Mei 2016) 3 Datje Rahajoekoesoemah, Kamus Belanda-Indonesia (Cet.I; Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 1388. 4 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen (Ed. Revisi, Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 1. 5 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Cet. V; Bandung: CV. Alfabeta, 2001), h.137.
instrumen manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari termasuk dalam manajemen sekolah. Strategik sekolah menjelaskan metode dan proses manajemen strategik untuk mencapai tujuan strategiknya. Langkah dalam proses manajemen strategik sekolah mencakup identifikasi pilihan-pilihan strategik yang mungkin dapat dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah, evaluasi alternatifalternatif strategik dengan menggunakan kriteria yang pasti dan memiliki sebuah alternatif atau kelompok yang mungkin menjadi strategik sekolah. Penjelasan di atas menjelaskan bahwa manajemen strategik merupakan serangkaian tindakan dan keputusan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dan jangka panjang. Dengan upaya memutuskan persoalan strategik, perencanaan, dan bagaimana strategik tersebut dapat dilaksanakan dalam wujud implementatif. Ada beberapa pendapat lain tentang pengertian strategik, antara lain: a. Strategik didefinisikan sebagai garis besar haluan Negara bertindak untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.6 b. H. M Arifin. Med. Memberikan pengertian strategik adalah sebagai segala upaya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasil secara maksimal.7 c. Strategik adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapaian sasaran tertentu. Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa suatu organisasi hendaknya mampu mengimplementasikan konsep-konsep manajemen strategik dalam lingkungan pendidikan dan pembelajaran. Karena pada hakekatnya manajemen strategik bertujuan agar organisasi memiliki produktivitas yang tinggi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan demikian suatu proses perencanaan yang disusun dan ditentukan 6 Tabrani Rusyah, Atang K. BA, Drs Zainal A, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 1992), h.209. 7 M. Arifin. Med, Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.58.
oleh seorang pemimpin, yang jika dikaitkan dengan pendidikan berarti yang berwenang dalam hal tersebut adalah kepala sekolah yang dapat dibantu oleh tenaga pendidik lainnya sehingga apa yang direncanakan dapat dicapai secara efektif dan efesien. Konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategik organisasi. Rancangan ini disebut sebagai perencanaan strategik. Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital, perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan. Manajemen strategik sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencanarencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu: a. Merumuskan visi dan misi organisasi meliputi rumusan umum filosofi dan tujuan. b. Mengembangkan profil organisasi yang mencerminkan kondisi internalnya. c. Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi pesaing dan faktor kontekstual. d. Menganalisis alternatif strategik dengan menyesuaikan sumber daya yang dimiliki dengan lingkungan eksternal. e. Mengidentifikasi setiap alternatif strategik untuk menentukan strategik mana yang paling sesuai visi dan misi organisasi. f. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategik umum. g. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategik jangka pendek. h. Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem imbalan.
i.
Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang.8 B. Tujuan Berdasarkan pengamalan historis di dalam penyelenggaraan suatu
organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip manajemen strategi di dalam lembaga pendidikan adalah membantu lembaga pendidikan merumuskan strategi yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan sistematis, logis, dan rasional pada proses pemilihan strategi pengelolaan pendidikan di era global yang terus mengalami perubahan. Dasar manajemen strategi adalah menumbuhkan komitmen atau dukungan dari semua pihak (sumber daya manusia) mengenai visi, misi lembaga pendidikan, sasaran penyelenggaraan pendidikan, dan upaya-upaya pencapaiannya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama manajemen strategi adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua eksekutif maupun pelaksana lembaga pendidikan. Manfaat besar dari manajemen strategi adalah memberi peluang bagi organisasi dalam pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi. Penerapan manajemen strategi di dalam penyelenggaraan sistem pendidikan memungkinkan suatu organisasi penyelenggara pendidikan (termasuk di dalamnya sekolah dan departemen pendidikan) untuk lebih proaktif daripada reaktif dalam membentuk masa depan lembaga pendidikan di dunia global dewasa ini. Penerapan konsep berpikir dan bertindak strategik, lembaga pendidikan diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi daripada hanya memberi respons terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan birokratis, namun lebih dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras merencanakan kegiatankegiatan strategis, mengimplementasikan, dan mengendalikan segenap 8
http://hipni.blogspot.co.id-pengertian-definisi-manajemen-strategi.html (Makassar, 31 Mei 2016)
operasional kelembagaan untuk mencapai tujuan strategis yang telah dirumuskan. Manfaat besar dari manajemen strategik adalah memberi peluang bagi organisasi dalam pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi. Berdasarkan pengamalan historis di dalam penyelenggaraan suatu organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip manajemen strategik di dalam lembaga pendidikan adalah membantu lembaga pendidikan merumuskan strategik yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan sistematis, logis, dan rasional pada proses pemilihan strategik pengelolaan pendidikan diera global yang terus mengalami perubahan. Dasar manajemen strategik adalah menumbuhkan komitmen atau dukungan dari semua pihak (sumber daya manusia) mengenai visi, misi lembaga pendidikan, sasaran penyelenggaraan pendidikan, dan upayaupaya pencapaiannya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama manajemen strategik adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua eksekutif maupun pelaksana lembaga pendidikan. C. Evolusi Konsep Manajemen Strategi Rencana strategis yang telah dirumuskan oleh organisasi berisi tentang pernyataan strategi yang siap dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan utama organisasi. Menjadikan organisasi strategis merupakan proses menghasilkan strategi dan memperbaikinya sesuai dengan keperluan. Manajemen strategi dipandang suatu evolusi manajemen karena dua alasan yaitu: 1. Strategi sebagai rencana besar organisasi untuk mengatasi tantangan saat ini dan sekaligus mencapai keberhasilan visi dan misi organisasi di masa yang akan datang,
2. Organisasi menerapkan manajemen strategik menjawab perubahan dunia dalam rangka meningkatkan kemampuan daya saing untuk meraih keberhasilan di masa-masa mendatang. D. Karakteristik dan Dimensi Manajemen Strategik 1. Karakteristik Manajemen Strategik Berdasarkan uraian mengenai konsep manajemen strategik di atas disimpulkan karakteristik manajemen strategik adalah: a. Manajemen strategik diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar, dalam arti mencakup kepentingan seluruh komponen organisasi. Hasil rumusan rencana ini biasanya dituangkan dalam bentuk rencanarencana organisasi secara hierarkis, yakni: rencana strategis (renstra), rencana operasional (renop), program, dan kegiatan, b. Rencana strategik berorientasi ke masa depan (misal 10 tahun ke atas), c. Visi dan misi organisasi menjadi acuan dalam penyusunan rencana strategis, d. Adanya keterlibatan pimpinan puncak dalam penyusunan rencana strategis, e. Hasil rumusan rencana strategis diimplementasikan melalui fungsi manajemen. 2. Dimensi Manajemen Strategik Manajemen strategik memiliki dimensi yang bersifat multidimensional, yaitu: a. Dimensi waktu dan orientasi masa depan. Manajemen strategi berorientasi kepada sasaran jangka panjang. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih di masa depan. Durasi waktu rencana strategik tersebut bahkan dapat berkisar antara 25-30 tahun ke atas, b. Dimensi internal dan eksternal, c. Dimensi pendayagunaan sumber-sumber, d. Dimensi multibidang, e. Pengikutsertaan manajemen puncak. E. Tahap Proses Manajemen Strategik
Dalam menentukan langkah-langkah dan strategik yang akan diambil oleh sekolah, pengambilan keputusan harus berdasarkan tahapan proses manajemen strategik. Hal itu diperlukan mengingat pentingnya untuk mengamati, menganalisis situasi dan lingkungan yang ada sebelum menentukan strategik dari suatu lembaga pendidikan. Proses manajemen strategik mempunyai tiga tahapan yang saling terkait dan melengkapisatu sama lain. Tahap proses manajemen strategik adalah formulasi strategi (Strategy Formulation), pelaksanaan strategi (Strategy Implementation) dan evaluasi strategi (Strategy Evaluation).9 a. Formulasi Strategi (Strategy Formulation) Formulasi strategi merupakan tahap pertama dalam poses manajemen strategi yang mengutamakan efektivitas. Dalam tahap ini perusahaan harus menentukan arah dan tujuan yang akan ditempuh dalam menghadapi persaingan dan lingkungan agar comperatife aduanteg dapat berkesinambungan dan berjangka panjang. Kegiatan yang harus dilakukan dalam formulasi stratgi ini adalah: 1) Mengembangkan visi dan misi 2) Mnganalisis situasi lingkungan 3) Pengembangan tujuan jangka panjang 4) Pendataan alternative-alternatif strategi 5) Seleksi strategistrategi yang dapat diambil sesuai dengan keadaan perusahaan dan lingkungan. b. Pelaksanaan Strategi (Strategy Implementation) Tahap ini merupakan
tahap
lanjutan
dari
formulasi
strategi
yang
mengutamakan efesiensi. Setelah strategi-strategi telah diseleksi dan dianalisa sesuai dengan keadaan lingkungan dan perusahaan, maka pada tahap ini perusahaan harus memastikan bahwa semua formulasi strategi itu dapat berjalan dengan harapan. Tahap ini merupakan proses operasional, tahapan tindakan dan dinilai paling sulit dari tahap manajemen strategi yang ada.10
9
Azhar Arsyad, DKK, Pengantar Manajemen (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2006), h.92.
L. J. Bourgeois dan David R. Brodwin, “Strategic Implementation: Five Approaches to an Elusive Phenomenon” (Strategic Manajemen Journal 5, 1984), h.241-264. 10
Dalam tahap ini, perusahaan diminta untuk mngerjakan beberapa langkah-langkah sebelum formulasi strategi dapat dilakukan. Langkah-langkah tersebut adalah mengembangkan tujuan tahunan, memikirkan kebijakan-kebijakan, memotivasi karyawan dengan menggunakan keahlian antar personal dan mengalokasikan sumber daya. Pada tahap ini, semua karyawan dan manajer harus melibatkan diri dan mengerjakan tugasnya masing-masing agar pelaksanaan formulasi strategi dapat sukses. Agar kesuksesan pelaksanaan dapat dicapai maka perusahaan harus menciptakan kepemimpinan yang persuasif dengan budaya pendukung strategi perusahaan dan memotivasi karyawan, koordinasi antara kelompok, membuat struktur organisasi yang efektif, mengubah usaha pemasaran yang sesuai, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan menggunakan sistem informasi, serta memberikan penghargaan yang layak kepada karyawan atas kontribusinya akan kinerja perusahaan.11 F. Penerapan Manajemen Strategik Dalam beberapa pengertian tentang manajemen strategik terdapat satu hal yang dapat disimpulkan bahwa: a. Penerapan strategik, yang meliputi pengembangan visi, misi dan tujuan jangka panjang dan mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan perusahaan atau organisasi, pengembangan alternatif-alternati dan penentu strategik yang sesuai untuk diadopsi. b. Penerapan strategik, meliputi penentu sasaran operasional tahunan, kebijakan perusahaaan atau organisasi, motivasi karyawan dan mengalokasikan sumber- sumber daya agar srategik yang telah ditetapkan dan diimplementasikan. c. Evaluasi atau kontrol strategik, mencakup usaha untuk memonitor seluruh hasil dari pembuatan dan penerapan strategik, termasuk
11
Jay R. Gaibraith, Strategi Implementation Structure, Systems and Proces (Cet. II; USA: West, 1986), h. 341.
mengukur kinerja individu dan perusahaan serta mengambil langkalangkah perbaikan jika diperlukan.12 Selain itu penerapan akan berlangsung secara efektif dan efesien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoprasikan sekolah. Dalam rangka proses manajemen strategik, perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah.13 Penerapan staretgik dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasi tujuan strategik kedalam aksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. Karena itu, kemampuan kepala Madrasah dan personal Madrasah lainnya dapat menerapkan suatu strategik dalam manajemen suatu madrasah merupakan hal yang sangat penting dalam kaitannya dengan skill kepala madrasah sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab terhadap kemajuan profesional guru. G. Komponen Utama Manajemen Strategik Manajemen strategik melibatkan proses perencanaan melalui dua tahap (komponen) perencanaan, yakni: 1. Komponen perencanaan strategis meliputi proses perumusan: visi, misi, tujuan strategik, dan strategi utama (strategi umum), 2. Komponen perencanaan operasional meliputi proses perumusan sasaran atau tujuan operasional, pelaksanaan fungsi manajemen, kebijakan, jaringan kerja internal eksternal organisasi, kontrol, dan evaluasi. H. Konsep Visi dan Misi Perumusan visi misi organisasi harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan karakteristik rumusan visi misi tersebut. Visi merupakan sudut pandang ke masa depan organisasi dalam mewujudkan tujuan strategis organisasi yang berpengaruh langsung pada misinya
12
J. David Haunger dan Tomas L Wheelen, Manajemen Strategi (Yogyakarta: Andi, 2001,2003), h. 4 13 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. op. cit., h. 59
sekarang, dan masa yang akan datang. Sedangkan misi organisasi merupakan keseluruhan tugas pokok yang dijabarkan, berupa kegiatan apa, yang sedang atau segera dilaksanakan untuk suatu organisasi. Visi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan sekolah dikomunikasikan kepada stakeholders. Misi merupakan tugas sekolah untuk mewujudkan visi lembaga yayasan dan sekolah, yang umumnya ditandai dengan kata mewujudkan. Perumusan visi dan misi sekolah berfungsi sebagai acuan dan mempermudah penetapan kebijakan sekolah, karena visi dan misi merupakan gambaran atau cita-cita ke depan sekolah. Visi dan misi sebagai arah pijakan melaksanakan kebijakan sekolah. I.
Kesalahan dalam Proses Manajemen Strategik Manajemen strategik pada saat sedang dipraktikkan, terdapat dua
kategori penting kesalahan-kesalahan dapat terjadi. Kategori yang pertama mencakup kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan dari cara bagaimana strategi itu digunakan. Beberapa kesalahan pada kategori pertama ini dapat dihindari dan berasal dari kesalahan pemahaman proses strategi.
Kategori
kedua
mencakup
kesalahan-kesalahan
yang
diakibatkan dari ketidakpastian yang mesti terjadi berhubungan dengan proses strategi. Kesalahan yang berhubungan dengan penggunaan strategi terdiri dari beberapa hal yaitu 1) ketidakmampuan berpikir secara strategis, 2) ketidaktepatan penggunaan pada tingkatan manajemen, 3) terlalu menekankan pada bentuk dan prosedur, 4) terpisah dari lingkungan, 5) cukup untuk mencapai waktu jangka pendek, dan 6) ketidaktepatan penggunaan sumber daya. Kesalahan
selanjutnya
adalah
ketidakmampuan
memprediksi
perubahan atau masalah lingkungan eksternal yang dapat berupa 1) perkembangan inovasi produk jasa baru, 2) perubahan peraturan pemerintah, 3) perubahan iklim, 4) kekurangan dan kelangkaan bahan
baku, 5) perubahan preferensi dan selera konsumen, dan 6) kehadiran pesaing baru atau perubahan kemampuan untuk bersaing.14
2. Strategi Pengambilan Keputusan Setiap keputusan yang telah diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu analisis proses pengambilan keputsan pada hakikatnya sama saja dengan proses kebijakan. Dunn menyatakan bahwa komponen-komponen proses kebijakan (juga merupakan komponen proses pengambilan keputusan) meliputi : (1) masalah kebijakan (policy problems) (2) alternative kebijakan (policy alternatives) (3) tindakan kebijakan (policy actions) (4) hasil kebijakan (policy outcomes) (5) pola pelaksanaan kebijakan (policy performance) knowledge of what is (fact), what is right (values), and what to do (action) requires the use of multiple methods of inquiry andargument to produce and transform information about policy problems, performances.
Identifikasi masalah Suatu organisasi apabila menghadapi permasalahan maka lebih
dulu harus dibuat jelas apakah itu memang masalah (problem) atau sekedar isu (issue) belaka. Yang dimaksud dengan masalah (problem) di sini adalah persoalan yang harus dipecahkan sedangkan isu adalah persoalan yang perlu dibicarakan saja (tidak harus dipecahkan). Problem is a question to be solved or decided. Issue is a question that arises for discussion (Hornby, 1974). Dalam mengadakan identifikasi itu sendiri perlu dilakukan : segala data atau hal yang nampaknya merupakan komponen permasalahannya dicatat untuk nantinya dianalisis lebih lanjut. Di sini belum mengadakan pemilihan mana yang nampaknya relevan dan mana yang nampaknya kurang relevan bagi masalah itu.
14
Syaiful Sagala, Manajemen Stategik dalameningkatan Mutu Pendidikan (Cet.VI; PT.Bandung, 2013), h. 132.
Mengadakan analisis permasalahannya
Hal penting yang perlu dalam menganalisis masalah tersebut adalah apakah hal itu benar-benar masalah yang serius dan perlu dipecahkan atau sekedar isu yang cukup untuk dibicarakan saja. Kalau hal itu merupakan masalah
yang
serius,
maka
perlu
ditetapkan
batas-batas
permasalahannya. Dengan demikian, maka pemecahannya menjadi lebih terarah. Jadi perlu diketemukan unsure pembatasnya dan unsure penentunya. Di situ data-data permasalahan mulai dipilah-pilah. Mana yang nampaknya relevan dan mana yang nampaknya kurang relevan untuk masalah yang dihadapinya. Kemudian juga harus diteliti dan dianalisis apa yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Tanpa mengetahui penyebab timbulnya masalah, maka pemecahannya akan sembarangan, tidak terarah.
Membuat beberapa alternative pemecahan Untuk dapat membuat alternatif – alternatif pemecahan, maka
lebih dulu harus diketahui penyebab timbulnya masalah. Kemudian setelah diketahui penyebabnya, maka dibuatkan beberapa alternatif pemecahannya (jangan hanya satu alternative saja). Dengan berprinsip pada efisiensi, perlunya beberapa alternative dibuat sekaligus, kalau alternative yang dipilihnya ternyata tidak dapat memecahkan masalah dengan baik, maka digunakanlah alternative lainnya yang telah tersedia. Pembuatan beberapa alternative, sebaiknya dilakukan oleh Unit Pengelolaan Data, mengingat pimpinan tugas dan tanggung jawabnya cukup luas dan sangat berat.
Membandingkan beberapa alternatif Untuk mengambil keputusan telah tersedia beberapa alternatif
pemecahan masalah. Masing-masing alternative juga telah disertai keunggulan dan kelemahan. Bobot timbang tinggal memilih alternative mana yang dianggap paling cocok untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Pemilihan dan penentuan alternative mana yang akan dipakai ini dapat dilakukan oleh pimpinan itu sendiri. Tetapi juga
tidak tertutup kemungkinan disarankan (recommendation), oleh Unit Pengolah Data. Keputusan akhir alternatif mana yang akan dipilih itu tetap pada pimpinan.
Megnambil keputusan dengan pasti
Kalau sudah ada alternatif pemecahan masalah yang dipilihnya, maka pimpinan harus tegas untuk menetapkan dengan pasti keputusan yang diambilnya. Dengan demikian, maka pimpinan itu sendiri dan atau para pelaksanaan keputusan juga mendapat pegangan dalam bertindak.
Melaksanakan keputusan dan memantaunya Kalau keputusan telah ditentukan, maka pada saat yang telah
ditetapkan keputusan itu dijalankan. Setiap langkah atau tahap dalam perjalanan pelaksanaan harus selalu diikuti dengan pemantauan (monitoring). Dari situ akan dapat diketahui apakah pelaksanaan itu masih sesuai dengan harapannya atau tidak. Mungkin pada tahap-tahap perjalanan awal masih sesuai, tetapi pada perjalanan selanjutnya mungkin mulai ada penyimpangan (tidak sesuai lagi). Hal ini dapat terjadi apabila hasil pemecahan masalah baru akan dapat diketahui setelah sekian lama. Dengan kata lain membutuhkan waktu untuk mengetahui apakah berhasil atau gagal.
Mengevaluasi hasilnya Ada kemungkinan bahwa hasil dari pelaksanaan keputusan
memecahkan masalah itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun dalam setiap langkah pelaksanaan harus diikuti dengan evaluasi. Setiap langkah diadakan pemantauan, hasilnya segera dievaluasi untuk menentukan apakah pelaksanaannya itu masih sesuai dengan yang diharapkan Sementara itu Prajudi mengemukakan pola proses pengambilan keputusan meliputi : Pertama, seseorang mula-mula harus menyadari dan menempatkan diri sebagai pemimpin dalam suatu organisasi yang harus bertanggung jawab sebagai pimpinan organisasi. Sebagai pimpinan itu
harus memutuskan sesuatu jika dalam organisasinya itu terdapat masalah.15 Kedua, masalah yang dihadapi lebih dulu harus ditelaah, mengingat bahwa masalah itu mempunyai bermacam-macam sifat, bentuk dan kompleksitasnya. Ketiga, selain menelaah masalahnya, juga harus dianalisis situasi yang mempengaruhi baik organisasinya maupun masalahnya. Keempat, kemudian perlu menelaah keputusan itu sendiri yang harus di buatnya. Terutama yang ditelaah adalah alternatif-alternatif yang dikemukakan dengan konsekuensi masing-masing, untuk kemudian dipilih satu di antara alternative tersebut yang dianggap paling tepat. Kelima, setelah keputusan diambil, maka keputusan itu akan saling terpengaruh dari jiwa kepemimpinan dan manajemen dari pimpinan yang bersangkutan. 3. Macam Strategi Pengambilan Keputusan 1. Keputusan yang Dibuat oleh Seseorang Kebaikannya antara lain : a. keputusannya cepat ditentukan atau diambil, karena tidak usah menunggu persetujuan dari rekan lainnya b. tidak akan terjadi pertentangan pendapat c.
kalau pimpinan yang mengambil keputusan itu mempunyai
kemampuan yang tinggi dan berpengalaman yang luas dalam bidang yang akan diputuskan, keputusannya banyak tepatnya. Kelemahannya antara lain : a) bagaimanapun kepandaian dan kemampuan pemimpin, tetapi kemampuan pasti terbatas juga. b) keputusan yang terlalu cepat diambil dan tidak minta nasihat orang lain kerap kali meleset, kerap kali tidak sesuai dengan harapannya c) kalau terjadi kesalahan pengambilan keputusan, itu merupakan beban berat bagi pimpinan seorang diri. 2. Keputusan Kelompok (Group Decision) Dalam organisasi yang besar pemecahan masalah atau pencapaian tujuan tertentu harus dilakukan oleh sekelompok pimpinan yang merupakan satu
15
Pearce dan Robinson, Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi dan Pemgemdalian (Jakarta:Binarupa Aksara, 1997), hlm. 20.
tim atau panitia. Adapun yang termasuk keputusan yang harus diambil oleh kelompok pimpinan antara lain : penetapan tujuan organisasi, perumusan rencana organisasi yang menyeluruh, kebijaksanaan strategis. Keputusan kelompok ini misalnya apabila pucuk pimpinannya lebih dari satu orang, misalnya direksi yang terdiri dari Direktur Utama dan beberapa Direktur Bidang. Dapat juga keputusan kelompok ini diambil oleh suatu tim yang terdiri dari Direktur Utama dan beberapa Direktur Bidang. Dapat juga keputusan kelompok ini diambil oleh suatu tim yang terdiri dari Direktur dengan para Kepala Divisi dalam suatu perusahaan besar. Kelompok itu dapat juga berupa suatu panitia, misalnya Panitia Eksekutif. Dapat juga keputusan yang diambil di DPR, dan lain-lainnya.16 Ciri dari keputusan yang perlu diambil oleh suatu tim atau kelompok adalah : 1. Apabila masalah atau tujuan yang ingin dicapai itu akan menyangkut kelangsungan hidup organisasinya. 2. Apabila masalah atau tujuan itu membuat risiko berat bagi organisasinya 3. Apabila menyangkut berbagai aspek atau bidang di mana seorang diri tidak mungkin menguasainya dengan baik; dan tidak cukup diberi masukan dari para ahli dalam bidangnya.
Kebaikan dari Keputusan Kelompok
1. Tugas dan tanggung jawab pucuk pimpinan menjadi lebih ringan. Tanggung jawab dalam hal ini terutama tanggung jawab moral 2. Pemikiran oleh beberapa orang akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan dengan pikiran oleh seorang diri 3. Kerjasama di antara pimpinan menjadi lebih baik, karena rasa tanggung jawab bersamanya (integrasi) terpatri dalam bentuk keputusan kelompok. 4. Hasil pemikiran beberapa orang itu saling melengkapi 5. Pertimbangan lebih matang. 16
Husni Mubarok, Manajemen Strategi (STAIN Lifetime Customer Value (Jakarta: Rajawali Pers,2013), hlm. 78-80. Kudus: Kudua, 2009), hlm. 103.
Kelemahan dari Keputusan Kelompok
1. Kalau tidak terdapat kata sepakat dan masing-masing tetap bertahan pada pendiriannya, maka akan menimbulkan ketegangan 2. Ketegangan yang timbul kerap kali menimbulkan rasa tidak senang secara pribadi, sehingga dalam banyak hal akan selalu berusaha saling menjatuhkan atau menjegal 3. Keputusan yang diambil oleh kelompok biasanya memakan waktu yang lebih lama 4. Kalau keputusan yang diambil oleh kelompok itu kerap kali dilakukan, maka akan mengurangi kewibawaan pucuk pimpinan, apalagi kalau dalam proses pengambilan keputusan ternyata pucuk pimpinan kurang berperan (karena kurang mampu dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya) 5. Rasa tanggung jawab masing-masing berkurang. 6. Kalau terjadi kegagalan, mungkin akan saling melemparkan kesalahan apalagi
pimpinan
kurang
mendapat
kesempatan
memperoleh
nasehat/saran-saran dan pada konsultannya (consultative superpisior).
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manajemen strategik merupakan serangkaian tindakan dan keputusan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dan jangka panjang. Dengan upaya memutuskan persoalan strategik, perencanaan, dan bagaimana strategik tersebut dapat dilaksanakan dalam wujud implementatif. Dalam rangka proses manajemen strategik, perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah. Penerapan staretgik dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasi tujuan strategik kedalam aksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. komponen-komponen
proses
kebijakan
(juga
merupakan
komponen strategi pengambilan keputusan) meliputi : (1) masalah kebijakan (policy problems)(2) alternative kebijakan (policy alternatives) (3) tindakan kebijakan (policy actions) (4) hasil kebijakan (policy outcomes) (5) pola pelaksanaan kebijakan (policy performance) B. Saran Disarankan kepada pembaca untuk dapat memahami langkahlangkah penerapan manajemen strategi pendidikan agar membantu mempermudah bagi calon tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan dalam penerapannya di lembaga pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Syaiful Sagala. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung : Cet: III, Alfabeta. http://hipni.blogspot.co.id-pengertian-definisi-manajemen-strategi.html Datje Rahajoekoesoemah.1993. Kamus Belanda-Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Cet.I. Malayu S.P Hasibuan. 2009. Manajemen. Jakarta: Ed. Revisi, Cet. VIII; Bumi Aksara. Syaiful Sagala. 2001. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Cet. V; CV. Alfabeta. Tabrani Rusyah, Atang K. BA, Drs Zainal A. 1992. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung: PT. Remaja Rosada Karya. M. Arifin. Med. 1991. Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner . Jakarta: Bumi Aksara. Azhar Arsyad DKK. 2006. Pengantar Manajemen. Makassar: Alauddin Cet. I; Press. L. J. Bourgeois dan David R. Brodwin. 1984 “Strategic Implementation: Five Approaches to an Elusive Phenomenon” . Strategic ManajemenJournal. Jay R. Gaibraith. 1986. Strategi Implementation Structure, Systems and Proces. USA: West Cet. II J. David Haunger dan Tomas L Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi. Syaiful Sagala. 2013. Manajemen Stategik dalameningkatan Mutu Pendidikan. Bandung : Cet.VI; PT. Rosda Karya. Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi dan Pemgemdalian . Jakarta:Binarupa Aksara Husni Mubarok. 2013. Manajemen Strategi. Jakarta: Rajawali Pers (STAIN Lifetime Customer Value.
MANAJEMEN SETRATEGIK PENINGKATAN MUTU LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Diajukan untuk memenuhi tugas individu ataupun tugas mata kuliah Manjemen setrategik dalam pendidikan Dosen Pembimbing : Dr. Fridiyanto, M.Pd.i
Oleh: ANGGUN MALA SARI NIM: 0207163133
POGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITA ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA MEDAN 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena hanya berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa
tersanjungkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga sahabat dan pengikut-pengikutnya yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita kepada alam yang terang benderang yaitu Islam, semoga kita mendapatkan syafaatnya di Yaumil Akhir. Penulisan makalah ini guna melengkapi atau memenuhi salah satu tugas mata kulian Metodelogi Penelitian Kuantitatif Dengan terselesaikannya proposal ini, kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung khususnya kepada Bapak fridiyanto M.Pd selaku dosen pembimbing mata manajemen setrategik dalam pendidikan. Sebagai manusia biasa tidak terlepas dari kekhilafan, demi perbaikan makalah ini di harapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penuliskhususnya dan menginspirasi bagi para pembaca. Akhirulkalamsemogasegalausaha kita dalam peningkatan mutu pendidikan mendapat ridho dari Allah SWT, Amin.
Medan, 16 Desember 2018
Penulis..............
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................ 1 A. Perumusan Masalah ............................................................................................................. 2 B. Tujuan Masalah ..................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3 A. Manajemen Strategik Pendidikan ....................................................................................... 3 1. Konsep Manajemen Strategik........................................................................................... 3 2. Prinsip Manajemen Strategik ............................................................................................ 5 3. Elemen Manajemen Strategik............................................................................................ 6 4. Langkah-langkah Manajemen Strategik ............................................................................ 7 B. Mutu Lembaga Pendidikan Islam ....................................................................................... 9 1. Pengertian Mutu Pendidikan ............................................................................................. 9 2. Komponen dan Prinsip- prinsip Mutu Pendidikan ............................................................11 3. Indikator Mutu Lembaga Pendidikan................................................................................13 4. Ciri- ciri Lembaga Pendidikan Bermutu ...........................................................................14 C. Manajemen Strategik Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam...........................15 1. Formulasi Strategi dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan Islam................... 15 2. Implementasi Strategi dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan Islam.............. 18 3. Evaluasi Strategi dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan Islam...................... 19 BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................... 21 A.Kesimpulan .......................................................................................................................... .. 21 B.Saran ........................................................................................................................................ 21 C.Daftar pustaka ....................................................................................................................... 22
BAB I PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu kunci bagi kemajuan bangsa dan negara. Karena pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan penelitian. Proses pendidikan menunjukkan adanya aktivitas dalam bentuk tindakan aktif melalui suatu interaksi yang dinamis dan dilakukan secara sadar dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, tindakan pendidikan selalu bersifat aktif dan terencana, maka pendidikan merupakan suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan secara sadar agar terjadi perubahan sikap dan tata laku yang diharapkan yaitu terjadinya pemanusiaan manusia yang cerdas, terampil, mandiri, berdisplin dan berakhlak mulia. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, namun dengan menempatkan Allah sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Pengaruh pembawaan dan pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu kekuatan yang terpadu yang berproses ke arah pembentukan kepribadian yang sempurna. Oleh karena itu, pendidikan sejatinya tidak hanya menekankan pada pengajaran yang berorientasi pada intelektualitas penalaran semata, melainkan lebih menekankan kepada pendidikan yang mengarah kepada pembentukan keribadian yang utuh dan bulat. Upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak dengan berbagai pendekatan. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan watak bangsa (Nation Character Building) untuk kemajuan masyarakat dan bangsa. Harkat dan martabat suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Dalam konteks bangsa Indonesia, peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh. Jika dikaitkan dengan pendidikan Islam, Mujamil Qomar menegaskan bahwa misi pendidikan Islam lebih kompleks dari pada pendidikan umum. Paling tidak, ada dua beban misi yang harus dilaksanakan oleh lembaga pendidikan Islam yaitu misi akademik dan misi
keagamaan.3 Dua misi inilah yang harus diwujudkan oleh setiap lembaga pendidikan Islam jika ingin menjadi lembaga yang unggul. Dari dua misi diatas, maka salah satu alternatif dalam usaha untuk membentuk kepribadian yang utuh dan bulat yang sesuai dengan harapan Islam adalah dengan didirikannya lembaga-lembaga pendidikan yang berlandaskan Islam. Lembaga Pendidikan Islam adalah suatu bentuk organisasi yamg diadakan untuk mengembangkan lembaga Islam, baik yang permanen maupun yang berabah-ubah dan mempunyai pola tertentu dalam memerankan fungsinya serta mempunyai straktur organisasi yang dapat mengikat individu yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga mempunyai kekuatan tersendiri.
B. Rumusan masalah 1. Bagaimana Manajemen Setrategik Di Dalam Pendidikan ? 2. Bagaimana Mutu Pendidikan Islam ? 3. Bagaiman Manajemen Setrategik Peningkatan Mutu Di Lembaga Pendidikan islam ? C. tujuan masalah 1. Untuk Mengetahui Bagaimana Manajemen Setrategik Di Dalam Pendidikan Tersebut 2. Untuk Mengetahui Bagaiman Mutu Pendidikan Islam 3. Untuk Mengetagui Manajemen Setrategik Peningkatan Mutu Di Lembaga Pendidikan Islam Tersebut
BAB II PEMBAHASAN A. Manajemen Strategik Pendidikan 1. Konsep Manajemen Strategik Menurut Richard Vancil yang ditulis oleh Karhi Nisjar Winardi mengemukakan bahwa manajemen strategik adalah perumusan konsep strategi sebuah organisasi, atau sub unit sebuah organisasi lebih besar, yaitu sebuah konseptualisasi dinyatakan atau diimplikasikan oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan berupa:1 a. Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut. b. Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan, yang atau di tetapkan sendiri oleh sang pemimpin, atau yang diterimanya dari pihak atasannya, yang membatasi skope aktivitasaktivitas organisasi yang bersangkutan. c. Kelompok rencana-rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek dan telah ditetapkan dengan ekspektasi akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut. 2
Manajemen strategik menurut Blocher dan Lin adalah “the development of a sustainable
competitive posisition in wich the firm's competitive provides continued success”. Manajemen strategik jika dalam dunia bisnis dimanfaatkan untuk memprediksi kecenderungan pasar dan peluang-peluang memperoleh keuggulan bersaing. Sementara itu, dunia
pendidikan
menggunakan konsep strategik untuk lebih mengefektifkan pengalokasian sumber daya yang ada dalam pencapaian tujuan pendidikan3 Budiman CHR, menjelaskan bahwa manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan tindakan- tindakan yang menuju pada penciptaan sebuah atau beberapa strategik efektif untuk mencapai tujuan perusahaan. Sehingga manajemen strategik intinya adalah memilih alternatif strategi yang terbaik bagi organisasi dalam segala hal untuk mendukung segala gerak kegiatan dan usaha instansi. Lembaga atau instansi harus melakukan manajemen strategik secara terus menerus dan fleksibel sesuai kondisi di lapangan. 1
Karhi Nisjar Winardi 1997, Manajemen Strategik (Bandung: Mandar Maju, cet 1), hlm.96.
2
Akdon, 2006 Strategic Manajement for Educational Manajement, (Bandung: Alfabeta,), hlm. 7
3
hlm. 9
Hassel Nogi S. Tangkilisan, 2003 Manajemen Modern untuk Sektor Public, (Yogyakarta: Balairung,),
Menurut Flavel dan Williams Manajemen Strategik, adalah sebagai keseluruhan sistem manajemen, dimana didalamnya terkandung formulasi, implementasi dan evaluasi guna mencapai hasil yang realistis dan obyektif. 4
Ansof berpendapat bahwa, manajemen strategik ialah suatu pendekatan yang sistematis
bagi suatu tanggung jawab manajemen, mengondisikan organisasi ke posisi yang dipastikan mencapai tujuan melalui cara yang akan meyakinkan keberhasilan yang berkelanjutan dan membuat sekolah menjamin atau mengamankan formulasi yang belum terfikirkan sebelumnya. Pendekatan sistematis untuk melakukan
perubahan menjadi hal penting dalam manajemen
strategik, dan melalui pendekatan manajemen strategik harus dipastikan bahwa tujuan akan dicapai. Oleh karena itu para pemimpin sekolah diharapkan menggunakan pendekatan yang sistematis dalam menyusun strategi program sekolah. Pelaksanaan manajemen strategik akan membuat acuan yang jelas dengan berbagai langkah-langkah dan analisa mengenai perkembangan lembaga. Dalam hal ini peranan kepala sekolah/madrasah menjadi hal yang sangat dominan dalam melakukan kontrol dan gagasannya. Maka peneliti juga akan beruaha menggali implementasi manajemen strategik yang digunakan mulai dari kepala lembaga pendidikan yang dijadikan subyek penelitiannya. Ketentuan untuk mempertimbangkan apakah sebuah organisasi itu dikelola secara baik atau tidak akan banyak dipengaruhi oleh perimbangan yang bersifat subyektif dalam melakukan penilaian terhadap perencanaan serta pelaksanaan strategi. Sebuah organisasi jika semakin baik dalam melakukan perencanaan dan semakin sedikit kecil tingkat kesalahan yang terjadi dalam implementasinya, maka akan semakin besar kesempatan bagi organisasi tersebut mencapai kinerja yang optimal. Pengertian yang menyeluruh dari berbagai pemaknaan manjemen strategik yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwasanya Manajemen strategik pada intinya adalah untuk memeilih alternative strategi yang terbaik bagi organisasi atau perusahaan dalam segala hal untuk mendukung gerak usaha lembaga atau organisasi. Serta Perusahaan atau lembaga harus melaksanakan manajemen strategik secara terus menerus dan fleksibel sesuai dengan ketentuan kondisi di lapangan. 2. Prinsip Manajemen Strategik
4
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik…, hlm. 129
Pengertian manajemen strategik yang telah dipaparkan pada sub bab diatas dapat dibentuk kedalam bagian prinsip mengenai manajemen srategik. Menurut akdon, pada dasaranya manajemen strategik mengengandung dua hal penting, yaitu: a. Manajemen strategik mengandung tiga unsur proses manajemen yaitu, pembuatan strategi, penerapan strategi, dan evaluasi atau kontrol terhadap strategi. b. Manajemen strategik menfokuskan pada penyatuan atau penggabungan aspek- aspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan dan operasional dalam sebuah bisnis. Prinsip lain dikemukakan oleh Nawawi, bahwa manajemen strategik merupakan perencanaan yang bersekala besar atau perencanaan strategik yang berorientasi terhadap jangkauan jauh kedepan (visi) kemudian ditetapkan menjadi manajemen puncak atau keputusan yang bersifat mendasar, sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (visi), untuk usaha meraih jasa atau output yang berkualitas dengan diarahkan pada optimalisasi tujuan yang disebut tujuan strategik dan berbagai tujuan sasaran organisasi.5 Definisi diatas menjelaskan bahwa manajemen strategik adalah kesatuan koponen yang membentuk sistem, sehingga didalamnya saling mempengaruhi untuk menciptakan irama kearah tujuan yang ingin dicapai. Berbagai komponen tersebut terdiri dari visi, misi, 6tujuan strategik, serta yang paling utama adalah langkah straegi organisasi. Sedangkan elemen yang kedua merupakan
perencanaan
yang
bersifat
operasional
yaitu
berupa
berbagai
fungsi
pengorganisasian, kebijakan yang bersifat insidental, komunikasi internal dan networking eksternal, fungsi control serta evaluasi umpan balik. Memahami manajemen strategik juga lebih ditekankan pada analisa eksternal atau lingkungan masyarakat, sebagai basis masa yang akan menerima produk atau jasa atau bahkan sebagai networking. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Cetro dan Peter dalam Akdon, mereka menjelaskan bahwa manajemen strategik merupakan suatu proses berulang dan berkelanjutan yang bertujuan agar dapat memelihara organisasi senantiasa sepadan dengan lingkungannya.7 3. Elemen Manajemen Strategik
5
6
Nisdar & Winardi, 1997 Manajemen strategic, (Bandung: Mandar Maju,), hlm.86 H Nawawi, 2000 Manajemen Strategic Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi Di
Bidang Pendidikan,(Yogyakara: Gadjah Mada Univ Press,). Hlm.149 7
Akdon, Strategic Manajement ….,hlm.12
Penyusunan strategi dan implementasi yang baik belum tentu menjamin kesuksesan sebuah organisasi untuk bertahan dalam kondisi terbaik. Kinerja organisasi dapat saja mengalami pasang surut dalam waktu singkat. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan kondisi lingkungan (internal dan eksternal) yang tidak terantisipasi oleh pihak manajemen. Sehingga kondisi organisasi mengalami kegoyahan dan berubah haluan dengan seketika untuk menyesuaikan kondisi lingkungan atau melakukan tindakan dengan posisi bertahan. Dalam keadaan seperti ini, seorang manajer tidak lain harus bertanggung jawab untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan yang ada. Misalnya dengan menerapkan strategi bertahan (defense) dan menerapkan berbagai pendekatan untuk tetap menunjukkan kinerja yang baik dalam situasi di luar batas kenormalan. Pemahaman terhadap proses manajemen strategik akan banyak membantu dalam mempercepat penyesuaian dengan perubahan yang terjadi.8 Paradigma manajemen strategik yang banyak dianut sampai sekarang ini pada umumnya menggunakan pendekatan proses yang secara umum berisikan bagian- bagian sebagai berikut:9 a. Analisis dan diagnosis Proses analisis dan diagnosis diarahkan pada dua hal utama yaitu: analisis lingkungan (environmental analysis) dan formulasi tujuan (goal formulation). Diagnosis yang dilakukan terhadap dua komponen tersebut pada akhirnya akan mencari bentuk kesesuaian antara misi yang diemban dan kapasitas internal serta pengaruh dari kekuatan lingkungan makro-eksternal. b. Pilihan Strategi (Strategic Choice) Proses analisis-diagnosis pada akhirnya akan menawarkan alternatif strategi bagi manajer. Proses ini kemudian diikuti dengan evaluasi terhadap masing- masing alternatif strategi khususnya tentang kesesuaiannya dengan tujuan yang diinginkan, asumsi yang dipergunakan, serta konsistensi dengan kemampuan internal organisasi. Alternatif keputusan yang diambil sudah barang tentu akan didasarkan pada nilai ekonomi, selain itu juga mempertimbangkan personal dan social values yang melekat pada diri seorang manajer. c. Implementasi Strategi (Strategy Implementation)
8
Hargo Utomo & E Tandelilin, Manajemen Strategik, (diktat kuliah Unv. Gunadarma, diunduh di
gunadarma.ac.id), hlm.10 9
Hargo Utomo & E Tandelilin, Manajemen Strategik….,hlm. 8
Implementasi strategi dapat dilakukan melalui pengembangan struktur organisasi yang mampu mendukung strategi dan pengembangan perencanaan serta kebijakan yang tepat. Selain pengembangan pada struktur organisasi, implementasi strategi menjadi lebih efektif apabila diupayakan melalui penciptaan budaya perusahaan, pola kepemimpinan, dan pengelolaan sumberdaya manusia yang mendukung terhadap perencanaan strategi. Pengendalian strategi kemudian dilakukan untuk mengetahui kinerja organisasi atas strategi yang dipilih untuk kemudian mencari bentuk umpan balik bagi pengembangan strategi di masa datang. 4. Langkah-langkah Manajemen Strategik Karakteristik pertama yang ada pada proses manajemen strategik adalah adanya kesatuan (unity) dan proses yang runtut. Jadi, sebenarnya tahapan dalam manajemen strategik yaitu dimulai dari pengembangan misi organisasi, menetapkan tujuan, menyusun strategi, implementasi strategi, dan akhirnya evaluasi kinerja adalah merupakan satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan. Kedua, tahapan dalam proses manajemen strategik tidak terjadi dalam sisi yang terpisah dari fungsi manajemen secara umum.10 Hal ini disebabkan implementasi strategi mencakup setiap aspek dalam fungsi manajemen. Selain itu kerumitan dalam implementasi strategi terjadi karena dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari berbagai sudut dalam organisasi. Ketiga, manajemen strategik menghendaki adanya fleksibilitas manajer dalam mengalokasikan waktunya. Karena perubahan situasi yang ada terjadi tidak dalam urutan waktu yang teratur dan dapat diprakirakan sebelumnya. Keempat, penyusunan manajemen strategik yang ideal adalah banyak memakan waktu atau “time-consuming”. Hal ini terjadi karena untuk mendapatkan hasil yang sempurna (perfect) dari strategi yang ada dibutuhkan strategi pendukung yang terbaik dalam setiap proses yang terjadi. Oleh karena itu sebenarnya manajemen strategik sebagian besar adalah mengendalikan apa yang sedang terjadi, bukan mengembangkan dan memulai perubahan dalam strategi. Itu sebabnya mengapa keterampilan manajemen strategik yang paling berharga adalah lebih pada pemahaman tentang kapan sesuatu itu harus dilakukan dibanding dengan tindakan perumusan strategi perubahan itu sendiri. Pada dasarnya ada lima langkah konsep yang terdapat dalam manajemen strategik sebagai berikut: 1. Organisasi Pengembangan Visi dan Misi 10
Hargo Utomo & E Tandelilin, Manajemen Strategik…, hlm.12-14
2. Menetapkan tujuan Organisasi 3. Penyusuan dan pemilihan Strategi Organisasi 4. Implementasi pemiliihan strategi 5. Evaluasi Kinerja dan Tindakan Koreksi 1. Manfaat Manajemen Strategik Manajemen Strategik digunkan sebagai instrumen untuk mengantisipasi perubahan lingkungan internal dan eksternal, sekaligus sebagai langkah sitematis untuk membangun suatu lembaga agar mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan efektif, efisien dan produktif. Penerapan Manajemen Strategik dalam suatu organisasi/perusahaan diharapkan akan membawa manfaat-manfaat sebagai berikut: a. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju. b. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi. c. Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif. d. Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko. e. Aktivitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan f. perusahaan (organisasi) untuk mencegah munculnya masalah dimasa datang. g. Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya. h. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi. i. Keengganan untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.
Manajemen strategik akan lebih mempunyai manfaat jka terdapat kesinambugan antara strategi puncak dengan strategi operasional. Perlu adanya penyatuan misi dan visi disetiap elemen lembaga tersebut, disisi lain peran pemimpin dan manajer menjadi sangat penting dalam menganalisa kebutuhan dan perkiraan kedepan mengenai tujuan lembaga.
B. Mutu Lembaga Pendidikan Islam 1. Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu adalah berkaitan dengan penilaian bagaiamana suatu produk memenuhi criteria, standar atau rujukan tertentu. Dalam dunia pendidikan menurut Depdiknas mutu dapat dirumuskan melalui hasil belajar mata pelajaran skolastik yang dapat diukur secara kuantitatif, dan pengamatan yang bersifat kualitatif khususnya untuk bidang-bidang pendidikan social.11 Pengertian lain mengenai mutu adalah suatu terminologi subjektif dan relatif yang dapat diartikan dengan berbagai cara dimana setiap definisi bisa didukung oleh argumentasi yang sama baiknya. Secara luas mutu dapat diartikan sebagai agregat atau tingkatan selisih antara karakteristik dari produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggan. Dalam mendefinisikan mutu terletak pada terminology kualitas dan permintaan pelanggan. Sehingga dalam hal ini ada beberapa elemen yang dapat menjadi karakteristik mutu. Pertama, kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kedua, kualitas mencakup produk, jasa, manusia proses dan lingkungan. Ketiga, kualitas merupakan kindisi yang selalu berubah sehingga apa yang dianggap berkuaitas saat ini belum tentu dapat dikatakan berkualitas dikesempatan yang lain. Keempat, kualitas merupakan kondisi dinamis yang berhubung dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Diwilayah pendidikan mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh mengenai jasa dan layanan. Pelayanana tersebut baik yang bersifat inernal ataupun pelanggan eksternalnya. Pelanggan internal melputi, pegawai, staf, pendidik dan tenaga kependidikan serta siswa. Sedangkan pelanggan eksternal adalah masyarakat sekitar serta seluruh satuan pendidikan atau satuan kerja yang akan menerima lulusan dari lembaga pendidikan tersebut. Sedangkan, jika dilihat dari segi korelasi mutu dengan pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Dzaujak Ahmad, bahwa mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Bennet dalam Masrokan Mutohar mengidentiflkasi prinsip- prinsip mendasar tentang mutu adalah: (1) definisi kualitas lebih mengacu pada konsumen, bukan pada pemasok, (2) konsumen adalah seseorang yang memperoleh produk atau layanan, seperti mereka yang secara internal dan eksternal terkait organisasi dan bukannya yang hanya menjadi pembeli atau 11
H Nawawi, 2000) Manajemen Strategic Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi
Di Bidang Pendidikan,(Yogyakara: Gadjah Mada Univ Press,.hlm. 149
pembayar, (3) mutu harus mencakupi persyaratan kebutuhan dan standar, (4) mutu dicapai dengan mencegah kerja yang tidak memenuhi strandar, bukannya dengan melacak kegagalan melainkan dengan peningkatan layanan dan produk yang terus menerus, (5) peningkatan mutu dikendalikan oleh manajemen tingkat senior, namun semuanya yang terlibat didalam organisasi harus ikut bertanggungjawab, mutu harus dibangun di dalam setiap proses, (6) mutu diukur melalui proses statistic, (7) alat yang paling ampuh untuk menjamin terjalinnya mutu adalah kerjasama (tim) yang efektif, dan (8) pendidikan dan pelatihan merupakan hal yang fundamental tehadap organisasi yang bermutu. Jika ingin melihat kualitas pendidikan yang sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua criteria. Criteria yang pertama melihat mutu sesuai indicator dan pakem yang telah ditetapkan atau standarisasi. Sedangkan criteria yang kedua mutu dapat dilihat melalui hasil tes sebenarnya contohnya hasil tes prestasi. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Oemar Hamalik, pengertian mutu dalam arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yaitu manusia yang terdidik, sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupa an instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Paradigma baru mutu pendidikan, yaitu, pertama bahwa pendidikan dan pelatihan yang bermutu adalah rakyat banyak, serta kedua bahwa pendidikan yang bermutu merupakan kebutuhan rakyat banyak, dan oleh karenanya partisipasi keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan, investasi, dan evaluasi pendidikan harus semakin ditingkatkan. Sehingga menurut penulis mutu pendidikan merupakan kemampuan untuk memenuhi atau melampaui standarisasi yang telah ditentukan sesuai dengan keinginan palanggan. Derajat kemampuan tersebut selalu berjalan dinamis dan mengalami pembenahan serta peningkatan seiring perubahan kriteria yang ditentukan. Sebab Pendidikan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan daya saing kualitas manusia untuk memenuhi kebutuhanya, serta sebagai upaya untuk menjawab berbagai persaingan yang timbul dimasyarakat. 2. Komponen dan Prinsip- prinsip Mutu Pendidikan 12
Komponen atau bagian yang harus diperhatikan terkait mutu pendidikan meliputi, (1)
Siswa, mengenai motivasi dan kesiapan belajarnya. (2) Guru, meliputi kemampuan professional, moral kerja (kemampuan personal), serta kemampuan untuk bekerjasama/ sosial. (3) Kurikulum 12
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik…, hlm.128
meliputi relevansi konten/isi, serta proses operasionalisasi pembelajarannya. (4) Sarana dan prasarana, meliputi kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran. (5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, perguruan tinggi) partisipasi dalam menyelenggarakan pengembangan sekolah. Menurut Umiarso dan Imam Gozali setidaknya ada delapan prinsip yang perlu diperhatiakan dalam tataran manjemen organisasi agar lembaga pendidikan dapat mencapai mutu yang diharapkan. Kedelapan prinsip tersebut adalah: 1) Fokus pada Pelanggan Lembaga yang baik adalah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini dan memahami kebutuhan serta harapan pelanggan. Kemampuan menarik, melayani, memenuhi dan memelihara kepercayaan pelangan adalah harga yang sangat mahal untuk mempertahankan mutu sekolah.13 Namun bukan berarti permintaan pelanggan merupakan orientasi sepenunya. 2) Kepemimpinan Pemimpin puncak perlu untuk menyusun tujuan dan arah yang jelas serta konsisten, selain itu juga didukung dengan perencanaan taktis dan strategis. Sehingga bisa dikatakan kesadaran mutu sekolah terletak pada pimpinan tingkat atas, dalam hal ini adalah kepala sekolah. Sedangkan para guru dan staf bertugas untuk berkomitmen dan melaksanakan dan mewujudkan tujuan pimpinan dalam usaha peningkatan mutu tersebut. 14Maka pemimpin diharapkan memiliki sikap motivator, jujur, integritas, percaya diri, inisiatif, kreatif, fleksibel berpengetahuan luas dan karismatik. 3) Pelibatan Anggota Anggota adalah komponen yang terpadu dalam setiap berjalannya organisasi. Maka pelibatan anggota dalam setiap perumusan strategi dan tujuan organisasi perlu dilakukan agar timbul rasa tanggung jawab dalam pribadi mereka, sehingga akan memunculkan komitmen bersama didalam tubuh lembaga pendidikan. 4) Pendekatan Proses
13 14
Karhi Nisjar Winardi, 1997 Manajemen Strategik (Bandung: Mandar Maju, cet 1),hlm. 104
Ibid hlm.123
Pendekatan proses merupakan pendekatan untuk perencanaan, pengendalian dan peningkatan proses- proses utama dalam sekolah dengan lebih menekankan keinginan pelanggan daripada keinginan
Pendekatan Sistem pada Manajemen Sistem merupakan komponen yang
memiliki keberagaman fungsi namun menuju pada suatu tujuan yang sama. Pendekatan sistem dengan memandang organisasi sebagai kesatuan utuh daripada bagian-baian yang diekspresikan sebagai holistik. 5) Perbaikan Berkesinambungan Perbaikan secara berkelanjutan dalam kinerja orgaisasi semestinya dijadikan tujuan tetap organisasi. Sebab proses berkesinambungan dan pembenahan kinerja adalah kebiasaan baik yang dapat menumbuhkan peningkatan mutu lembaga. Komitmen terhadap kulitas diawali dengan dedikasi terhadap visi dan misi yang telah terbentuk. Perbaiakan yang berkesinambungan bergantung pada dua unsur, yaitu pertama, memepalajari proses, alat dan keterampilan yang tepat. Kedua, menerapkan keteramapilan baru pada small acbievable projects. 6) Pendekatan Fakta pada Pengambilan Keputusan Keputusan lebih efektif didasarkan pada analisis data yang terbentuk menjadi informasi. Informasi tanpa data akurat dan lisan hanya akan menimbulkan pemahaman bias. Oleh karena itu dalam pengambilam keputusan diharapkan dengan mengambil dasar informasi dari proses analisis data dan fakta yang sesunguhnya. 7) Hubungan yang Saling Menguntungkan dengan Pemasok Hubungan pihak sekolah dengan pemasok (masyarakat) yang sal mengikat keduanya. Lembaga pendidikan akan memberikan jaminan kualitas yang diharakan oleh pemasok dan begitu juga masyarakat akan terus mempercayai lembaga tersebut untuk mengelola pendidikannya.
3. Indikator Mutu Lembaga Pendidikan Banyak criteria yang menujukkan mutu dilingkup lembaga pendidikan. Pemerintah melalui SNP telah menentukan standarisasi bagi setiap lembaga pendidikan agar tetap konsisten menciptakan peserta didik yang berkualitas. Dilihat dari kualitas peserta didik Sagala
menjelaskan mutu sekolah, yaitu anak didik memiliki pencapaian yang tinggi dalam (1) prestasi akademik yaitu nilai rapor dan nilai kelulusan memenuhi standar yang ditentukan; (2) memiliki nilai-nilai kejujuran, ketaqwaan, kesopanan, dan mampu mengapresiasi nilai-nilai budaya; dan (3) memiliki tanggung jawab yang tinggi dan kemampuan yang diwujudkan dalam bentuk keterampilan sesuai dengan dasar ilmu yang diterimanya di sekolah. Mutu dalam dunia pendidikan adalah resapan dari bagian model mutu produk dan jasa dalam perusahaan atau industry tersebut.15 Menurut Garvin, terdapat 8 dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk. Kedelapan dimensi itu adalah sebagai berikut: 1) Performa (performance) 2) Features 3) Keandalan (reliability) 4) Konformitas (conformance) 5) Daya tahan (durability) 6) Kemampuan pelayanan (serviceability) 7) Estetika (aesthetics) 8) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) 16
Klasifikasi diatas menggambarkan bahwa pencapaian mutu dalam perusahaan saat ini
mulai dilirik dalam dunia pendidikan. Kemampuan satuan pendidikan dalam memenuhi kriteria yang ditentukan, menjadi bagian untuk peningkatan kualitas pendidikan.
17
Lembaga pendidikan
perlu mempertimbagkan tingkat efektifitas dan efisiensi bagi perkembangan peserta didiknya. Sehingga diupayakan setiap elemen standar nasional pendidikan mampu diterapkan dengan sebenar- benarnya. Konteks mutu dalam hal ini berpedoman dibagian hasil pendidikan yang mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misal: ulangan umum, UN, dan lain-lain) atau prestasi di bidang lain diluar kurikulum pelajaran, (misal: dalam cabang olah raga atau seni). Bahkan,
15
Hargo Utomo & E Tandelilin, Manajemen Strategik…, hlm. 12-14 Ibid hlm. 23 17 Mujamil Qomar, 2010Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Barn Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga,), hlm.213. 16
prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible), seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, atau bisa dikatakan terciptanya lingkungan yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar dan kegiatan penunjang lainnya. Adaptasi yang dilakukan lembaga pendidikan mempunyai tingkat kesuksesan, sehingga setiap komponen menujukkan keterlibatnnya dengan baik, yang diantaranya: a.
Komitmen Pucuk Pimpinan (Kepala Sekolah) terhadap Kualitas Komitmen ini akan berpengaruh langsung pada setiap pembuatan keputusan dan kebijakan, pemilihan serta pelaksanaan program dan proyek, pemberdayaan SDM dan pelaksanaan kontrol. Melalui komitmen yang baik maka akan terbentuk pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang berorientasi pada kualitas produk dan pelayanan umum.
b. Sistem
Informasi
Manajemen
Sumber
ini
sangat
penting
karena
usaha
mengimplementasikan semua fungsi manajemen yang berkualitas sangat tergantung pada ketersediaan informasi dan data yang akurat dan lengkap serta dapat terjamin kekiniannya sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas pokok organisasi. c. Sumber Daya Manusia yang Potensial SDM di lingkungan sekolah harus dapat memenuhi baik dalam unsur kuantitatif ataupu kualitas. SDM merupakan potensi yang berkewajiban melaksanakan tugas pokok organisasi (sekolah) untuk mewujudkan eksistensinya. Kualitas pelaksanaan tugas pokok sangat ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh SDM, baik yang telah diwujudkan dalam prestasi kerja maupun yang masih bersifat potensial dan dapat dikembangkan. d. Keterlibatan Semua Fungsi Semua fungsi dalam organisasi sebagai sumber kualitas sama pentingnya antara satu dengan yang lainnya. Semua fungsi harus dilibatkan secara maksimal sehingga saling menunjang dan berkompetisi kearah produktifitas antara satu dengan yang lainnya. 4. Ciri- ciri Lembaga Pendidikan Bermutu Setiap lembaga pendidikan memiliki kemampuan untuk melakukan pngembangan sekolahnya sesuai kriteria yang telah ditentukan. Melaui kapasitas input yang dimiliki sekolah akan berusaha menyediakan layanan yang unggul dalam upaya mnjalankan proses pendidikan disekolah. Proses tersebut menjadi bagaian yang dapat dijadikan kriteria suatu sekolah dikatakan
bermutu ataupun tidak, sebab tingkat efektif dan efisiensitas dri proses tersebut akan mempengaruhi output yang akan dihasilkan.18 Merujuk pada pendapat Edward Sallis sebagaimana dikutip Sudarwan, sekolah yang bermutu mempunyai juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal, pelanggan internal tersebut mencakup guru dan tenaga kependidikan atau karyawan, sedangkan pelanggan ekternal termasuk siswa dan wali serta pihak yang berkepentingan terhadap kualiats lulusan dan sekolah itu sendiri selain pelanggan internal. Sedangkan pelanggan sekolah dari segi tingkat kebutuhan itu terdiri dari tiga komponen. Pertama, pelanggan primer, adalah siswa atau pihak-pihak yang menerima jasa pendidikan secara langsung. Kedua, pelanggan sekunder, adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap mutu jasa pendidikan. 2) Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul. 3) Sekolah memiliki investasi SDM dan strategi untuk mencapai kualitas disemua tingkatan, sehigga akan menciptakan kualitas. 4) Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk melakukan perbaikan yang terus menerus. 5) Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas (jangka pendek, menengah dan panjang). 6) Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut agar tercapai peningkatan mutu. 7) Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja yang mesti menjadi dilakukan. 8) Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap sumber daya yang tersedia. 9) Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang terarah dan dapat direalisasikan. C. Manajemen Strategik Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam 19
melaksanakan manajemen organisasi yang sesuai dengan prinsip manajemen strategik
terdapat tiga tahahapan yang sebelumya telah diuraikan. Namun pada sub bab ini akan lebih 18
Fandi Tjiptono & Anastasia Diana, 2009 Total Quality Management (Yogyakarta: Andi,), hlm. 34 Dzaujak Ahmad, 1996 Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar,(Jakarta, Depdikbud,),hlm. 8 19
ditekankan tahapan dalam menjalankan manajemen strategik di lembaga pendidikan Islam untuk mencapai peningkatan mutu. Langkah strategi tersebut menurut meliputi : 1. Formulasi Strategi dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan Islam Kunci dari formulasi strategi adalah melakukan perencanaan yang berkelanjutan. Hal tersebut akan membuat organisasi berjalan dinamis dan berkembang.51 Disisi lain usaha tersebut akan menjadikan lembaga pendidikan berkomitmen untuk senantiasa membuat berbagai macam usaha perbaikan formula, sehingga organisasi mengalami peningkatan mutu.20 a. Perumusan Visi dan Misi Lembaga Pendidikan Visi merupakan identitas yang semestinya di jiwai oleh suatu seokolah. Menurut Sagala visi merupakan penjelasan dari rupa yang seharusnya dimiliki dari suatu organisasi. Disisi lain menurut Gaffar yang yang dikutip oleh Sagala, menjelasakan bahwa visi merupakan daya pandang jauh yang mendalam dan meluas sehingga menjadikannya sebagai daya pikir abstrak yang memiliki kekuatan dan dapat menerobos segala batas baik fisik, waktu, dan tempat. Visi bagaikan gambaran indah yang mesti digapai tujuan bersama dalam organisasi. Sehingga visi menjadi energi penyemangat dan motivasi yang selalu menjiwai sekolah. Bahkan menurut Salusu visi merupakan gambaran, penglihatan yang kemungkinan dapat b. Perumusan Tujuan dan Target Sekolah 21
Menurut Etziono seperti yang dikutip oleh Syaiful Sagala menjelaskan bahwa tujuan
dalam sebuah organisasi merupakan keadaan yang dikehendaki pada masa yang akan datang yang senantiasa dikejar organisasi hingga selanjutnya direalisasikan. Tujuan digunakan sebagai landaan bagi seluruh personal sekolah maupun pihak eksternal untuk menilai keberhasilan sekolah, baik dari segi efektifias ataupun efiseiensinya. Perumusan tujuan hendaknya dilakukan dengan memperhatikan beberapa kriteria. Akdon memaparkan bahwa kriteria tujuan adalah: (a) tujuan harus serasi dan mengklarifikasi misi, visi dan nilai-nila organisasi; (b) pencapaian tujuan akan dapat memenuhi atau berkontribusi memenuhi misi, program dan sub program organisasi; (c) tujuan akan menjangkau hasil-hasil penilaian lingkungan internal/eksternal dan yang diprioritaskan, serta mungkin dikembangkan 20
Bresman Rajagukguk, 2009 Paradigma Baru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, (JURNAL
TABULARASA PPS UNIMED Vol.6 No.1, Juni), hlm.90 21
Agustinus Sri Wahyudi, 1996 Manajemen Strategik Pengantar Proses Berpikir Strategik, (Jakarta: Binarupa Aksara,),hlm. 19
dalam merespon isu-isu strategik; (d) tujuan secara esensial cenderung tidak berubah, kecuali terjadi pergeseran lingkungan atau dalam hal isu strategik hasil yang diinginkan telah tercapai; (e) tujuan biasanya relatif berjangka panjang, yaitu sekurang- kurangnya tiga tahun atau lebih.22 Namun demikian, pada umumnya jangka waktu tujuan disesuaikan dengan tingkat organisasi, kondisi, posisi dan lokasi; (f) tujuan harus dapat mengatasi kesenjangan antara tingkat pelayanan saat ini dengan yang diinginkan; (g) tujuan menggambarkan hasil program/sub program yang diinginkan; (h) tujuan menggambarkan arah yang jelas dari organisasi, program dan sub program, tetapi belum menetapkan ukuran-ukuran spesifik atau strategik; (i) tujuan harus menantang, namun realistic dan dapat dicapai. Tujuan lembaga pendidikan dilihat dari sudut pandang manjemen strategik adalah gambaran dari keadaan yang akan datang dan merupakan kesepakatan umum, sehingga tujuan seakan- akan menjadi sumber legitimasi yang membenarkan setiap kegiatan sekolah dalam mengaktualisasikan misi untuk membentuk bidang kerja, macam dan volume pekerjaan yang harus dilakukan. Pengukuran efektivitas sekolah dilihat dari sejauh mana sekolah mencapai tujuannya. Sedangkan efisiensi sekolah dikaji melalui jumlah sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan suatu unit masukan dan mutu yang dihasilkan. c. Penentuan Strategi Organisasi Sekolah Langkah perumusan strategi sebelumnya telah dibahas tentang, perumusan visi dan misi dilanjutkan dengan penentuan tujuan. Usaha untuk menjadikan tujuan dan sasaran tersebut hidup perlu ada kemampuan dalam mengakumulasi seluruh sumber daya organisasi dan menghimpunnya. Kemampuan menghimpun serta menggunkan sumber daya inilah yang sering disebut sebagai strategi organisasi.23 Strategi sekolah merupakan cara untuk menjelaskan berbagai metode dan pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan strategiknya. Edward Sallis mengemukakan bahwa upaya yang dilakukan pemimpin dalam rangka peningkatan mutu sebagai berikut: 1) Mengkomunikasikan visi. 2) Pengembangan budaya mutu. 22
Oemar Hamalik1990, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,), hlm.33
23
Tilaar, 2000 Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta,), hlm.76-77
3) Memperdayakan para guru. 2. Implementasi Strategi dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan Islam Langkah yang dapat menujukkan apakah formulasi strategi dapat memberikan efek kinerja terhap organisasi adalah pada tahapan implementasi strategi. Melalui tahapan ini pemimpin dan para anggota menterjemahkan berbagai racangan kerja kedalam tindakan. Pimpinan yang semula merencanakan kerja organisasi harus merubah menjadi mengerjakan rencana organisasi. Rumusan Higgins yang dikutip oleh J Salusu, menjelaskan bahwa implementasi adalah rangkuman dari berbagai kegiatan yang di dalamnya termasuk sumber daya manusia dan didukung sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.
24
Kegiatan ini melibatkan seluruh struktur dalam organisasi dari pimpinan utama
hingga bagian terbawah dalam hierarki organisasi. 25
Kepala sekolah mesti mampu menujukkan perannya sebagai pemimpin yang mampu
menggerakkan bawahan untuk merealisasikan program. Sebab tahapan implementasi ini merupakan bagian yang begitu sulit untuk dilaksanakan, sekaligus sebagai tahapan inti yang sangat penting. Sebaik apapun konsep strategi yang diusung tanpa mampu dituangkan dalam kinerja nyata maka tidak ada fungsinya bagi lembaga pendidikan. Sekolah melalui rencana jangka panjang ataupun jangka pendeknya memerlukan tangan dingin pimpinan agar kekonsistenan perencanaan program dapat berkesinambungan dengan berjalannya program. Seorang kepala sekolah dalam tahapan ini dituntut untuk mampu menggerakkan seluruh potensi dan sumber daya lembaga. Selain itu fungsi- fungsi sebagai pimpinan lembaga yang berkaitan dengan dorongan kerja terhadap bawahan juga harus diperhatikan. Sebab jika mengingikan kinerja yang maksimal tentunya juga harus mengedepankan SDM yang memiliki etos kerja optimal. Hasil yang diperoleh baik hasil lulusan, mutu internal pendidikan dan yang lainnya akan berjalan efektif, efisien serta memiliki nilai produktivitas yang berkualitas dan tinggi.
24
Umiarso & Imam Gojali2010, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, (Jogjakarta:
IRCiSoD,),hlm. 151 25
M. N Nasution, 2000Maajemen Mutu Terpadu (Total Qualiti Management), (Jakarta :Ghalia Indonesia,), hlm.17-18
Menurut Daryanto yang dikutip oleh Nur Efendi, menyatakan bahwa peran kepala sekolah untuk menjadikan sekolah yang efektif dan efisien perlu adanya pembagian kinerja yang jelas bagi guru- guru yang menjadi bawahannya.
26
Kepemimpinan adalah usaha kontruktif
menjadikan lembaga unggul. Melalui pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang tepat serta megingat prinsip- prinsip pengorganisasian, sehingga kegiatan sekolah akan berjalan lancar dan optimal. Dalam konteks lembaga pendidikan, maka mutu yang mesti digarap adalah proses pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran adalah implementasi dari strategi pembelajaran yang diusung mulai tingkat leader hingga tingkat terbawah dalam struktur lembaga pendidikan. Tentunya peran guru dan fasilitas penujang lainnya perlu sangat dibutuhkan agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Dalam konteks lembaga pendidikan, maka mutu yang mesti digarap adalah proses pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran adalah implementasi dari strategi pembelajaran yang diusung mulai tingkat leader hingga tingkat terbawah dalam struktur lembaga pendidikan. Tentunya peran guru dan fasilitas penujang lainnya perlu sangat dibutuhkan agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Proses implementasi strategi di sekolah meliputi keseluruhan kegiatan manajerial yang mencakup, motivasi pegawai, kompensasi, penghargaan kinerja, dan proses pengawasan pimpinan. Menurut Schender dan Hofer yang dikutip oleh Syaiful Sagala, untuk menilai keefektifan implementasi maka dapat dikelompokkan menjadi tiga katgori, (1) Struktur siapa yang memiliki tanggung jawab tugas, kepala sekolah bertanggungjawab kepada siapa; (2) Proses bagaimana masing- masing tugas dikerjakan secara personal; (3) Tingkah laku, etika, motivasi disiplin, penghargaan dan seterusnya.27 3. Evaluasi Strategi dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan Islam Setiap kinerja organisasi berjalan tidak selamanya sesaui dengan rel strategi yang diharapkan. Perlu adanya penilaian dari tingkat ketercapaian mulai dari fase perumusan strategi, hingga proses pelaksanaan bahkan proses penilaian itu sendiri. Penilaian tersebut merupakan bagaian dari evaluasi strategi. Evaluasi dimaksudkan agar pimpinan sekolah mengetahui tingkat 26
Mulyadi, 2010Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembanngkan Budaya Mutu, cet. I,(Malang : UIN Maliki Press), hlm.87-89. 27 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik …hlm.,131.
ketersesusian antara rumusan strategi terhadap pelaksanaan hasil ketercapaian terhadap target yang dituju. Evaluasi merupakan kegiatan yang sistematis dan periodik, yang didalamnya berusaha melihat kondisi sebenarnya suatu obyek dibandingkan terhadap kriteria- kriteria yang telah tersusun sebelumnya hingga ditemukan kesimpulan atau pertanyaan yang diajukan. Hal itu dilakukan sebagai bahan pertimbangan dan telaah untuk memperbaiki obyek tersebut. 28
Sedangkan evaluasi strategi dalam manajemen strategik adalah usaha- usaha untuk memonitor
hasil-hasil dari perumusan (formulasi) dan penerapan (implementasi) strategi termasuk mengukur kinerja organisasi, serta mengambil langkah- langkah perbaikan jika diperlukan. Menurut Tabrani, evaluasi merupakan proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusankeputusan yang dibuat dalam sistem kinerja. Proses tindakan evaluasi strategi dalam rangka meningkatkan mutu lembaga pendidikan evaluasi bisa dimaknai sebagai pertama, proses yang terus menerus mengiringi berjalannya strategi selama tahap perumusan dan impelentasi.29
Kedua, evaluasi selalu terarahkan pada pertanyaan-
pertanyaan tertentu untuk menemukan jawaban- jawaban terkait kinerja lembaga pendidikan yang telah dilakukan. Ketiga, evaluasi dapat dijadikan alat ukur untuk menentukan keputusan strategis selanjutnya demi meraih peningkatan mutu lembaga. Evaluasi atau penilaian kinerja sekolah dapat digunakan untuk melihat tingkat efisiensitas dan efektitifitas sekolah alam meningkatkan kualitas dan produktivitas pendidikan. Departemen Pendidikan Nasionaltelah merumuskan tujuan penilaian kinerja sekolah adalah sebagai berikut:30 a. Memperoleh gambaran kinerja sekolah secara umum, yang dapat dipergunakan sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan. b. Menyediakan informasi yang akurat kepada masyarakat tentang mutu suatu sekolah. c. Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan pembinaan dan peningkatan kualitas layanan sekolah.
28
29
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik …,hlm.133-134. Direktorat Pembinanan SMP, 2011Manajemen Berbasis Sekolah di SMPpada Era Otonomi Daerah,
(Jakarta, Dirjen Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan Nasional,), hlm.76. 30
Akdon, Akdon, Strategic Manajemen for Educational Management..., hlm.146.
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti berhasil memperoleh kesimpulkan sebagai berikut: 1. Formulasi strategi di di sekolah tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan visi dan misi melalui analisa lingkungan internal dan eksternal serta penselarasan dengan lembagapendidikan, yang kemudian dirumuskan tujuan, target serta strategi yang akan dijalankan. 2. mengimplementasikan progam dari langkah formulasi strategi yang telah tersusun sebelumnya. Implementasi strategi dipertegas pada wilayah kurikulum, pengembangan siswa dan fasilitas sekolah. Pelaksanaan progam diprioritaskan diwilayah keagamaan, kekaryaan dan profesionalisme lulusan yang berpedoman pada formulasi strategi serta dilakukan oleh bagianbagian tertentu dalam lembaga yaitu wakil dari kepala sekolah dan jurusan. 3. Evaluasi strategi di disekolah tersebut adalah sebagai berikut: a. Evaluasi ditingkat pimpinan kepala sekolah/madrasah dengan wakilwakilnya dilaksnakan dengan intensitas waktu yang sering. b. Evaluasi menyeluruh dilaksnakan dengan seluru dewan guru dan karyawan seiap bulan dan diawal serta diakhir smester. Evaluasi eksternal dilakukan oleh lembaga pemeritah dan Pimpinan Cabang di sekolah dengan system pendelagasian sebagai bentuk kotrol. B. Saran Berdasarkan temuan dan kesimpulan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti memberikan beberapa saran terutama kepada pihak yang terkait dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi lembaga pendidikan Islam untuk meningkatkan mutu pendidikan, hendaknya lebih memaksimalkan kerjasama dengan persyarikatan yang unggul sehingga akan menjadi konsep percontohan bagi lembaga tersebut. Dalam proses formulasi strategi diharapkan mampu menciptakan langkah strategis untuk menyusun progam sekolah unggulan.
2. persarikatan
diharapkan
lebih
memperhatikan
kembali
poensi-potensi
lembaga
pendidikannya. Hal ini agar tetap memperahankan identitasnya dan dominasinyadalam hal mutu lembaga pendidikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur.Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,.Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2008. Ahmad, Dzaujak.Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta, Depdikbud, 1996. Akdon.Strategic Manajement for Educational Manajement. Bandung: Alfabeta, 2006. Ary, M Irawan.Implementasi ManagemenStrategik dalam Mengelola Sekolah Unggul. Malang: PPs UNM, 2011. Mujahid.Akhmad Shobri,Strategi Pengembangan Lembaga Pendidikan Hamzanwadi NahdlatulWathan Pancor Lombok Timur, Thesis. Malang: Pps UIN MALIKI, 2011. Mulyadi.Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembanngkan Budaya Mutu,cet. I. Malang : UIN Maliki Press 2010. Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Sugiyono.Penelitian Pendidikan (pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D). Bandung: alfabeta, 2013. Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: BumiAksara, 2003. Suprayogo, Imam. Revohisi Visi Pendidikan Islam, Cet. I. Malang: STAIN Malang Press, 1999. Tilaar.Paradigma Baru Pendidikan Nasional.Jakarta: RinekaCipta, 2000. Hujair dan Sanaky.Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani Indonesia. Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003. Nawawi, H. Manajemen Strategic Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan.Yogyakara: GadjahMadaUniv Press, s2000.
Makalah: Manajemen Strategi Pendidikan
STRATEGI PENDIDIKAN MELALUI VISI MISI LEMBAGA
A.
DISUSUN O L E H
Ariani (0307163141) Semester: V (Lima)
Dosen Pengampuh: Dr. Fridiyanto, M.Pd.I
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul “VISI DAN MISI ORGANISASI” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Dalam penyusunannya kami mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto, M.Pd.I
selaku dosen pembimbing mata
Manajemen Strategi Pendidikan. Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa, kata, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran dari para pembaca sebagai acuan kepada kami untuk lebih baik kedepannya. Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca, terutama bagi diri kami sendiri.
Medan, 17 Desember 2018
Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2 C. Tujuan Makalah............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3 A. Pengertian Visi .............................................................................................................. 3 B. Pengertian Misi.............................................................................................................. 4 C. Cara Menyusun Visi dan Misi ....................................................................................... 5 D. Tujuan, Fungsi Visi dan Misi ........................................................................................ 7 E. Tujuan Organisasi .......................................................................................................... 8 F. Kaitan Antara Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Organisasi ............................................ 9 G. Kitan Visi dan Misi dalam Strategi Pendidikan ........................................................... 10 BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11 KESIMPULAN................................................................................................................ 12 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap organisasi memiliki visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu organisasi dapat dikatakan berhasil apabila dapat mencapai visi, misi, dan tujuan tersebut. Untuk dapat mencapainya, organisasi harus merumuskan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program-program atau aktivitas. Keberhasilan suatu organisasi tidak hanya tergantung dari indahnya strategi yang telah dirumuskan, tetapi lebih penting lagi terletak pada keberhasilan pengimplementasiannya. Pengimplementasian tersebut membutuhkan pengukuran kinerja untuk memastikan apakah strategi berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Berkaitan dengan hal tersebut, sangatlah penting bagi setiap organisasi untuk memiliki sebuah sistem pengukuran kinerja membandingkan hasil terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Visi dan strategi organisasi merupakan seperangkat tujuan dan ukuran strategis yang saling berkaitan yang tersusun ke dalam empat perspektif yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Menurut Simons organisasi yang dapat menerjemahkan strategi ke dalam sistem pengukuran kinerjanya akan jauh lebih baik dalam mengimplementasikan strategi mereka.
Jika strategi dapat dinyatakan dalam bentuk tujuan strategis, ukuran-
ukuran dan target yang jelas, yang kemudian dikomunikasikan kepada setiap anggota organisasi, maka setiap anggota organisasi dapat mengerti dan mengimplementasikannya dengan baik sehingga visi organisasi dapat tercapai.
B. RUMUSAN MASALAH Berdsarkan latar belakang di atas, ditemukan rumusan masalah sebagai berikut: a. Apa yang dimaksud dengan visi dan misi ? b. Bagaimana cara menyusun visi dan misi sekolah? c. Apa tujuan, fungsi visi dan misi ?
d. Apa tujuan organisasi ? e. Bagaimana kaitan antara visi, misi, tujuan dan strategi organisasi ? C. TUJUAN MAKALAH Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui maksud visi dan misi ! b. Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun visi dan misi sekolah! c. Untuk mengetahui apa tujuan, fungsi visi dan misi ! d. Untuk mengetahui apa tujuan dari organisasi ! e. Untuk mengetahui bagaimana kaitan antara visi, misi, tujuan dan strategi organisasi !
BAB II VISI DAN MISI ORGANISASI A. PENGERTIAN VISI Visi adalah kondisi masa depan yang masih abstrak, tetapi merupakan konsepsi yang dapat dibaca oleh setiap orang. 1 Ini berarti visi merupakan suatu pikiran yang melampaui realitas sekarang, sesuatu atau keadaan yang diciptakan yang belum ada sebelumnya dan akan diwujudkan oleh seluruh anggota organisasi. Nawawi mendefenisiskan visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan untuk memandu perumusan visi. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh ke depan kemana organisasi akan dibawa.2 Visi memberikan gambaran kondisi yang akan dicapai oleh organisasi di masa yang akan datang. Penetapan visi harus melihat kemampuan dan keadaan internal organisasi. Visi yang merupakan agenda tujuan sebagai prestasi yang harus dicapai dalam aktivitas organisasi, maka dalam proses merumuskan visi dimulai dengan ide-ide kreatif atau menciptakan ide-ide baru dengan menggali tuntutan lingkungannya. Visi sorganisasi harus konsisten dengan nilai dan daya perilaku yang menjadi ciri khas organisasi tersebut. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.3
1
J. Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996), Hlm. 130. 2 Hadari Nawawi, Manajemen Strategi, (Gadjah Mada Pers: Yogyakarta.2005), hal.32. 3
Undang-Undang No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
B. PENGERTIAN MISI Hendrawan Supratikno mengartikan misi adalah merupakan rangkaian utama yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai visinya.4 Moeheriono mendefenisikan misi adalah kegiatan yang harus dilaksanakan atau fungsi yang harus diemban oleh suatu organisasi untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan.5 Sedangkan Murniati mengatakan bahwa misi merupakan sebuah deskripsi alasan bagi eksistensi sesuatu organisasi, yang mencerminkan tujuan fundamentalnya. Misi merupakan prinsip yang mengarahkan, yang merangsang proses perumusan tujuan dan strategi.6 Secara sederhana dapat dipahami bahwa misi merupakan rancangan awal yang akan ditempuh di dalam mewujudkan visi. Senada dengan pernyataan George L. Morrisey yang mengatakan, "Visi adalah bagian dari pernyataan misi. Keduanya saling terkait tetapi mempunyai fungsi yang berbeda. Pernyataan misi dirancang untuk memberikan inspirasi dan memotivasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap masa depan orgnaisasi. Dalam banyak kasus, visi merupakan adaptasi ringkas dari sebagian pernyataan misi.7 Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan visi pendidikan yang telah disebutkan di atas, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut: a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; c. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; 4
Hendrawan Supratikno. Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach.(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003). Hlm. 45. 5 Moeheriono.Indikator Kinerja Utama(IKU),Perencanaan, Aplikasi danPengembangan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2012). Hlm. 15. 6 Murniati. Manajemen Stratejik “Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan”. (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008). Hlm. 106. 7 George L. Morrisey. Manajemen dan Perencanaan. (Jakarta: Prenhallindo, 1997). Hlm. 98
d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
C. CARA MENYUSUN VISI DAN MISI 1. Menyusun Visi Visi harus dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan stakeholder potensial dan kegiatan utama lembaga. Visi dirumuskan dalam kalimat yang mudah dipahami dan menunjukkan suatu keadaaan organisasi dalam jangka panjang (bisa berkisar 5-10 tahun). Keadaan tersebut dapat diwujudkan dalam ukuran kualitatif. Secara lengkap penyusunan visi yang baik harus:8 a. Menggambarkan kepercayaan-kepercayaan dan kebutuhan dan harapan stakeholder organisasi b. Menggambarkan apa yang diinginkan pada masa yang akan datang. c. Spesifik hanya khusus untuk organisasi tersebut. d. Mampu memberikan inspirasi. e. Terbuka untuk dilakukan pengembangan sesuai dengan organisasi yang ada, metodologi, fasilitas, dan proses pembelajaran. Visi yang baik harus memiliki konsep sebagai berikut:9 a. Menyatakan cita-cita atau keinginan organisasi di masa depan; b. Singkat, jelas, fokus dan merupakan standar of excellence; c. Realistis dan sesuai dengan kompetensi organisasi; d. Atraktif dan mampu menginspirasikan komitmen serta antusiasme; e. Mudah diingat dan dimengerti seluruh karyawan serta mengensankan bagi pihak yang berkepentingan; 8
Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. (Jakarta: Prenadamedia, 2009). Hlm. 158. 9 Dermawan Wibisono. Manajamen Kinerja (Konsep, Desain dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan). (Jakarta: Erlangga, 2011). Hlm. 43.
f. Dapat ditelusuri tingkat pencapaiannya.
2.
Menyusun Misi Misi organisasi dikembang dari kegiatan utama dengan memperhatikan
visi yang telah ditetapkan. Misi harus merupakan hal-hal penting yang harus dilakukan oleh organisasi dalam upaya untuk mencapai visi. Dalam pembuatan misi, penting untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut:10 1. Misi harus mampu menggambarkan berbagai kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut organisasi. 2. Statement misi harus berorientasi kemasa depan dan mampu menggambarkan organisasi pada masa yang akan datang dengan berpijak pada apa yang telah ada. 3. Statement misi harus fokus pada pencapaian visi. 4. Statement visi bukan sesuatu yang umum,
tetapi khusus berlaku untuk
organisasi Konsep misi organisasi antara lain adalah sebagai berikut:11 a. Sejalan dan searah dengan visi satuan organisasi dan satuan kerja, b. Jelas, terang, dengan bahasa yang lugas, tegas dan enak dibaca, c. Menggambarkan pekerjaan atau fungsi yang harus dilaksanakan, d. Isinya dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu atau mempunyai target terealisir, e. Memungkinkan untuk perubahan/ penyesuaian dengan perubahan visi (fleksibel). Selain syarat-syarat di atas pembuatan misi harus memperhatikan visi. Hal tersebut dikarenakan misi organisasi
merupakan hal-hal yang harus diperbuat
dalam pencapaian visi.
D. TUJUAN, FUNGSI VISI DAN MISI
10
Ibid. Muhaimin... Hlm. 166. Ibid. Moeheriono.Indikator Kinerja Utama... Hlm. 19.
11
Dalam dunia pendidikan, visi dan misi institusi pendidikan memiliki tujuan guna mendapat dukungan semua pihak untuk mencapai tujuan dari lembaga pendidikan terebut. Visi dan misi institusi pendidikan diperlukan untuk: 1. Menetapkan serta mempertahankan konsistensi dan kejelasan tujuan; 2. Memberikan kerangka acuan untuk seluruh keputusan perencanaa besar yang harus dibuat oleh tim manajemen, selain oleh unit-unit lain di dalam organisasi; 3. Mendapatkan komitmen dari semua orang di dalam organisasi melalui komunikasi yang jelas mengenai sifat dan konsep dan kebijakan organisasi; 4. Memperoleh pengertian dan dukungan dari orang-orang dari dalam dan luar organisasi yang penting bagi keberhasilan. Beberapa ahli manajemen dan perencanaan mengemukakan bahwa pernyataan visi dan misi itu sangat penting bagi suatu organisasi atau institusi. Karena dengan adanya visi dan misi itu merupakan sarana komunikasi yang efektif bagi perorangan ataupun kelompok yang berkepentingan keluar dan kedalam bagi organisasi atau institusi tersebut. Antara visi dan misi tidak dapat dipisahkan sebagai pernyataan yang ringkas namun prinsipil untuk menegaskan tujuan yang ingin dicapai. Dalam dunia pendidikan, visi dan misi institusi pendidikan memiliki fungsi strategis guna mendapat dukungan semua pihak untuk mencapai tujuan. Visi dan misi institusi pendidikan diperlukan untuk : 1. Menetapkan serta mempertahankan konsistensi dan kejelasan tujuan; 2. Memberikan kerangka acuan untuk seluruh keputusan perencanaan besar yang harus dibuat oleh tim manajemen, selain
oleh unit-unit lain di dalam
organisasi; 3. Mendapatkan komitmen
dari semua orang di dalam organisasi melalui
komunikasi yang jelas mengenai sifat dan konsep dan kebijakan organisasi
E. TUJUAN ORGANISASI Tujuan organisasi serta masing-masing anggota sering kali beriringan yaitu untuk melakukan pekerjaan secara baik serta dapat naik pangkat. Langkah dari para anggota organisasi tersebut yaitu dengan adanya konsistensi dari si pendukung terhadap tujuan organisasi yaitu dalam meningkatkan pendapatan serta untuk meningkatkan produktivitas. Tujuan organisasi menurut Simon yaitu bahwa pada tugas mewujudkan sasaran organisasi tersebut berada pada masing-masing orang yang ada pada tingkat paling bawah di struktur organisasi tersebut tidak boleh diabaikan, hal ini karena mereka merupakan anggota level bawah yang dapat menentukan tentang keberlangsungan hidup serta untuk tercapainya tujuan organisasi.12 Tujuan
organisasi
mempunyai
pengaruh
dalam
mengembangkan
organisasi baik itu perekrutan anggota, serta pencapaian apa yang ingin dicapai dalam berjalannya organisasi. Tujuan organisasi tersebut antara lain:13 1. Untuk mengatasi terbatasnya kemandirian, kemampuan, serta sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai sebuah tujuan. 2. Tempat untuk mencapai tujuan dengan afektif dan efesien karena dilakukan bersama-sama. 3. Tempat dalam mendapatkan pembagian kerjaa dan jabatan. 4. Tempat untuk mencari keuntungan dan pendapatan bersama-sama. 5. Tempat untuk mengelola lingkungan secara bersama-sama. 6. Tempat untuk mendapatkan penghargaan. 7. Tempatan mendapatkan pengawasan dan kekuasaan. 8. Tempat untuk menambatkan pergaulan serta memanfaatkan adanya waktu luang.
12 13
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikas, ( Penertbit GRASINDO:Jakarta,2006), hal.65. Ibid, Hal, 66.
F. KAITAN ANTARA VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI ORGANISASI
Visi dan misi memiliki kaitan yang sangat erat. Secara umum visi dapat dipahami sebagai sebuah pandangan terhadap keadaan yang ingin dicapai dimasa depan. Sedangkan misi merupakan segala upaya yang dilakukan untuk mewujudkannya. Jika ada visi yang tidak disertai misi, dapat diibaratkan dengan sebuah mimpi saja namun tidak ada jalan untuk mewujudkannya. Sesuai dengan pernyataan George L. Morrisey yang mengatakan bahwa, "Visi adalah bagian dari pernyataan misi.
Keduanya
saling terkait tetapi mempunyai fungsi yang berbeda. Pernyataan misi dirancang untuk memberikan inspirasi dan memotivasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap masa depan orgnaisasi.14 Setelah visi dan misi dirumuskan, maka barulah disusun strategi tentang apa saja cara yang digunakan untuk mencapai visi dan misi tersebut. Seluruh strategi yang akan disusun harus mengacu pada visi dan misi yang telah dibuat. Dan tidak boleh dibalik, dalam arti kata strategi dulu yang disusun duluan baru visi belakangan. Sebab hal ini di khawatirkan strategi tidak akan efektif karena komitmen dan arah tujuan orang yang ada dalam organisasi akan berbeda dalam struktur fungsional. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa strategi merupakan rangkaian kegiatan yang akan ditempuh dalam mengimplementasikan visi. Senada dengan pernyataan Hadari Nawawi yang berpendapat bahwa strategi adalah
“Proses atau rangakaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh disertai penetapan dan cara-cara pelaksanaanya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh anggota organisasi untuk mencapai tujuan”. 15 Secara umum, dapat dipahami bahwa antara visi, misi, tujuan organisasi dan strategi itu memiliki korelasi. Ini dapat dilihat dari peran visi yang mencerminkan alasan kuat tentang keberadaan sebuah organisasi. Misi 14
Oupchit, Manajemen dan Perencanaan, Hal.98 Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi , (Jakarta: Gadjah Mada University Press, 2000), Hal.148-149 15
yang merupakan pernyataan manajemen mengenai gambaran dari sebuah organisasi. Sedangkan tujuan menyatakan tentang yang berhubungan dengan produk yang dihasilkan dan standar yang ingin dicapai oleh organisasi. Dari ketiga hal ini menghasilkan suatu strategi yang meliputi metode, target-target, dan berbagai macam bentuk keputusan.
G. KAITAN VISI DAN MISI DALAM STARTEGI PENDIDIKAN Menurut Fred R. David,
proses manajemen strategi terdiri dari tiga
tahapan, yaitu, tahapan memformulasikan startegi, mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi. 1. Tahap Memformulasikan Pada tahap
ini,
yaitu
tahapdimana
menetapkan
visi
dan
misi,
mengidentifikasi peluang dan tantngan yag dihadapi organisasi dari sudut pandang eksternal, menetapkan kelemahan dan keunggulan yang dimiliki organisasi dari sudut pandangan interal, menyusun rencana jangka panjang, membuat strategi-stratei alternative dan memilih startegi tertentu yang akan dicapai. 2. Tahap Mengimplementasikan Tahap ini memerlukan suatu keputusan dari pihak ynag berwenang dalam mengambil suatu keputusan dalam menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi pegawai, dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki sehingga strategi yang sudah diformulasikan dapat dilaksanakan. Pada tahap ini dilakukan pengembangan strategi pendukung budaya, merencanakan struktur organisasi yang efektif, mengatur ulang usaha pemasaran yang dilakukan, mempersiapkan budget, mengembangkan dan utilitasi sistem informasi serta menghubungkan kompensasi anggota terhadap kinerja organisasi. Mengimplementasikan strategi disebut sebagai “action stage” dari manajemen strategis. Pengimplementasian strategi yang sudah diformulasikan menjadi aksi. 3. Tahap Mengevaluasi Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam manajemen strategis. Para manajer sangat perlu untuk mengetahui ketika ada strategi yang sudah
diformulasikan tidak berjalan dengan baik. evaluasi strategi memiliki tiga aktivitas yang funda mental, yaitu mereview faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar untuk strategi saat ini, mengukur performa dan mengambil langkah korektif. Dari penjelasan di atas, daoat dipahami bahwa hubungan visi, missi dan tujuan pendidikan itu memiliki korelasi dengan strategi pendidikan. Korelasi ini dpaat dilihat drai peran visi yang mencer,imkam alasan kuat tentang keberadaan suatu organisasi.misi yang merupakan pernyataan manajemen mengenai gambaran seluruh organisasi, sedangkan tujuan merupakan perni yataan yang berhubungan dengan standar produksi, pasar dan keunagan yang ingin dicpaai oleh organisasi.
Dari
ketiga hal ini akanmenghasilkan suatu strategi organisasi yang meliputi produk, target pelanggan, metode produksi, dan berbagai keputusankeputusan manajerial lainnya.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Visi adalah kondisi masa depan yang masih abstrak, tetapi merupakan konsepsi yang dapat dibaca oleh setiap orang. Sedangkan misi merupakan rangkaian utama yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai visinya. Visi dan misi yang baik memiliki konsep sebagai berikut: a) Menyatakan cita-cita atau keinginan lembaga pendidikan di masa depan; b) Singkat, jelas, fokus dan merupakan standar of excellence; c) Realistis dan sesuai dengan kompetensi organisasi; d) Atraktif dan mampu menginspirasikan komitmen serta antusiasme;dan seterusnya. Penyusunan visi yang baik harus: a)Menggambarkan kepercayaankepercayaan
dan
kebutuhan
dan
harapan
stakeholder
organisasi;
b)
Menggambarkan apa yang diinginkan pada masa yang akan datang; c) Spesifik hanya khusus untuk organisasi tersebut; dan seterusnya. Ada pun tujuan dari organisasi adalah untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri setiap anggota serta menjadi wadah untuk saling berbagi dan menjalankan segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan bersama. Dan ada pun kaitan antara visi dan misi tujuan serta strategi adalah visi yang merupakan gambaran
sesuatu
yang ingin
dicapai,
sebagai
langkah
utama
dalam
pencapaiannya maka dituangkan dalam misi. Kemudian, tujuan yang menjadi target yang diinginkan. Dan untuk mewujudkan itu semua, harus membentuk strategi-strategi yang tepat untuk mewujudkan yang menjadi tujuan dari organisasi.
DAFTAR PUSTAKA Bryson, J. M. (1998). Strategic Planning For Public and Nonprofit Organization. San Francisco: Jossey-bass. Morrisey, G. L. (1997). Manajemen dan Perencanaan. Jakarta: Prenhallindo. Moeheriono. (2012).Indikator Kinerja Utama(IKU),Perencanaan, Aplikasi danPengembangan. Jakarta: Rajawali Pers. Muhaimin, dkk. (2009). Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Prenadamedia, 2009. Murniati. (2008). Manajemen Stratejik “Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan”. Bandung: Citapustaka Media Perintis. Nawawi, H. (2005). Manajemen Strategi. Gadjah Mada Pers; Yogyakarta. Salusu, J. (1996). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Supratikno, H.(2003). Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Undang-Undang No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wibisono, D.( 2011). Manajamen Kinerja (Konsep, Desain dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan). Jakarta: Erlangga. Wiryanto. (2006). Pengantar Ilmu Komunikas. GRASINDO;Jakarta.
TUGAS UAS:
MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM DENGAN ANALISIS SWOT Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Manajemen Strategi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fridiyanto, M.Pd.
Disusun Oleh: ADLUL SYAFRIANANDA SIREGAR (030716103146) Semester V (lima)
A.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah dengan judul “MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM DENGAN ANALISIS SWOT” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Manajemen Strategik Pendidikan. Dalam penyusunannya saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fridiyanto M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategi Pendidikan. Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa, kata, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran dari para pembaca sebagai acuan kepada saya untuk lebih baik kedepannya. Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca, terutama bagi diri saya sendiri.
Medan, 17 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................ii BAB 1 Pendahuluan...............................................................................1 Rumusan Masalah......................................................................2 Tujuan Pembahasan...................................................................2 BAB II
PEMBAHASAN A. Pengertian Analisis SWOT........................................................4 B. Komponen-komponen Analisis SWOT......................................5 C. Aplikasi Analisis SWOT Dalam Manajemen Sekolah/Madrasa........6 1. Analisis SWOT Pada Perumusan visi........................................7 2. Analisis SWOT Pada Standar Kompetensi Lulusan…………......…..9 3. Analisis SWOT Pada Standar Isi……………………………..….….11 4. Analisis SWOT Pada Standar Proses…………………………….…12 5. Analisis SWOT Pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan..13 6. Analisis SWOT Pada Standar Sarana dan Prasarana…………….…14 7. Analisis SWOT Pada Standar Pengelolaan…………………...……..15 8. Analisis SWOT Pada Standar Pembiayaan………….…….…..…..17 9.Analisis SWOT Pada Standar Penilaian Pendid……………….……...18
BAB III
Penutup.....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................22
BABI. PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Untuk memenuhi
dan meningkatkan pelayanan pendidikan kepada masyarakat
sebagaimana yang dikehendaki dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1-5, maka pada tahun 1999 telah dicetuskannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, maka sejak tahun 2001 telah diberlakukan
Otonomi
Daerah Bidang Pendidikan dan
Kebudayaan. Visi pokok dari otonami dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara pada upaya pemberdayaan terhadap masyarakat setetempat untuk menentukan sendiri jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, guru dan kepala sekolah/madrasah, fasilitas dan sarana belajar untuk putra-putri generasi penerus bangsa.1 Peran Pemerintah baik diwakili oleh Departemen Tekhnis maupun oleh Pemerintah Daerah di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi adalah memberikan dukungan baik berupa dana, fasilitas dan ahli agar dapat terselenggaranya pelayanan pendidikan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun swasta (sekolah) bersama masyarakat dengan mengacu pada standar mutu akademik baik secara nasional maupun internasional. Dari visi otonami tersebut dapat dilihat bahwa sekolah dan masyarakat diberi kewenangan sepenuhnya untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai cita-cita luhur bangsa sebagaimana yang tercantum dalam Undangundang tersebut, maka dalam penyelenggaraan pendidikan, seorang menejer atau pimpinan sekolah/madrasah bersama seluruh stake holder harus mempunyai perencanaan yang jelas 1
Chaniago, Sam Mukhtar dan Adi, Tuti Tarwiyah, 2013, Analisis Swot Kebijakan Pendidikan Era
Otonomi Daerah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
dan sistematis, dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga (sekolah/madrasah) yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang tidak memiliki perencanaan yang bagus serta tidak memiliki pemetaan terhadap kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan lembaga (sekolah atau madrasah) yang dipimpinnya, maka sangat sulit untuk mencapai cita-cita tersebut di atas. Sekolah atau madrasah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan dengan tugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta menyediakan tenaga kerja, harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta dapat pula memenuhi kebutuhan masyarakat yang hidup dinamis dan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.Sekolah harus selalu berupaya mengembangkan visi, dan tujuan yang ingin dicapai. Sekolah harus merumuskan misi sebagai penjabaran dari visi yang telah ditetapkan, kemudian misi tersebut diuraikan dalam indikator-indikator pencapaian, akan tetapi sekolah juga harus membuat program-program atau kebijakan-kebijakan sebagai langkah strategis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Hal itu menjadi tanggung jawab dan kewenangan sekolah/madrasah. 2 Oleh karena itu dalam makalah ini penulis mengemukakan suatu strategi kepemimpinan, terutama pada suatu lembaga pendidikan (sekolah/madrasah) dengan menggunakan analisis SWOT untuk menyusun rencana, baik untuk program jangka pendek, maupun program jangka panjang.
B.
Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1.
Apakah analisis SWOT itu ?
2.
Komponen-komponen apasaja yang terdapat pada Analisis SWOT? 2
Fattah, Nanang, 2012, Standar Pembiayaan Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
http://subliyanto. wordpress. com/2012/12/13/analisis-swot/ diakses, 23 Maret 2016
3.
Bagaimanamengaplikasikan analisis SWOT dalam manajemen sekolah/madrasah.?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah : a. Untuk mengetahui pengertian analisis SWOT b. Untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam analisis SWOT. c. Untuk mengetahui bagaimana mengaplikasikan analisis SWOT dalam manajemen sekolah atau madrasah.
BAB II. PEMBAHASAN A. Pengertian Analisis SWOT Setiap orang yang akan menyusun suatu rencana atau program pasti akan terlintas dalam pikirannya tentang kemampuan dan peluang yang dimilikinya, kelemahan dan tantangan yang akan dihadapinya, bagaimana cara melaksanakan program tersebut, serta hasil apa yang akan dicapai. Akan tetapi biasanya kita tidak berpikir serius tentang hal-hal tersebut.Dalam memimpin, hal tersebut tidak bisa dipandang biasa-biasa saja karena seorang pemimpin harus berinisiatif tinggi memiliki strategis dalam mempertimbangkan segala sesuatu secara matang sebelum menetapkan suatu keputusan atau dalam pengambilan kebijakan. Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland dalam http://subliyanto.
wordpress.
com/2012/12/13/analisis-swot/(diakses 23 Maret 2016),analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis yang klasik dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan serta kesempatan ekternal dan ancaman. Instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.3 Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan (dalam Sam M. Chan dan Tuti T. Sam:2013), analisis KEKEPAN (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman) bersumber dari analisis akar permasalahan.Kajian terhadap akar permasalahan tidak pernah lepas dari konteksnya. Konteks tersebut adalah kajian global, namun jika kita akan mengatasi masalah, pemikiran tersebut memerlukan kajian berbagai opsi (options) yang menuntut divergent thinking (berpikir literal). Menurut kami,secara umum Analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat memberi suatu gambaran (deskriptif)sebagaisuatu masukan, kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing untuk menyusun rencana strategis
3
Kunandar, 2014, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Pesrta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013) Suatu Pendekatan Praktis disertai contoh.
dengan mengacu pada kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman untuk pelaksanaan program suatu organisasi. Sedangkan analisis SWOT bagi sekolah atau madrasah mengandung makna bahwa suatu analisa yang dilakukan secara cermat terhadap kekuatan dan peluang yang dimiliki sekolah/madrasah serta kelemahan dan hambatan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan program untuk menyusun langkah-langkah strategis dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. B. Komponen-komponen Analisis SWOT Sekolah/madrasah
sebagai suatu lembaga yang berkiprah di bidang pendidikan
dengan memiliki kemampuan yang terbatas dan memiliki peluang yang kecil sedangkan kelemahan dan hambatan yang begitu banyak menantang dan menghadang tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan di Indonesia, maka seorang kepala sekolah /madrasah harus menetapkan strategi untuk tercapainya visi dantujuan yang telah ditetapkan. Sebelum menetapkan dan melaksanakan program kerja, alangkah baiknya jika dilakukan analisis terhadap program tersebut, langkah strategis yang akan ditempuh, kekuatan dan peluang yang dimiliki serta kemungkinan adanya kelemahan dan hambatan yang akan dihadapi. Oleh karena itu seorang kepala sekolah/madrasah dapat menggunakan berbagai alat atau metode untuk menganalisis semua potensi tersebut, dan salah satunya dengan menggunakan analisis SWOT. Komponen-komponen apakah yang terdapat pada analisis SWOT ? Ada beberapa komponen yang terdapat dalam analisis SWOT yang dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisis faktor-faktor internal maupun faktor eksternal suatu sekolah/madrasah untuk mencapai visi dan tujuannya. Komponen-komponen tersebut terdiri dari : 1. Strength (kekuatan), yaitu analisis terhadap situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan atau kemampuandari suatu organisasi pada saat ini. Dalam pendidikan, yang perlu di lakukan di dalam analisis ini adalah setiap sekolah/madrasah
perlu menilai kekuatan-
kekuatan yang dimilikinya di bandingkan dengan para pesaingnya atau sekolah-sekolah lain yang ada di sekitarnya. Misalnya jika kekuatan sekolah tersebut unggul dalam bidang mata pelajaran eksakta, baik secara teoritis maupun praktis, maka keunggulan itu dapat di
manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan juga kualitas yang lebih maju. 2. Weaknesses (kelemahan),yaitu analisissituasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi pada saat ini. Menganalisis kelemahan atau kekurangan di dalam sebuah sekolah/madrasah yang menjadi kendala
seriusdalam melaksanakan program maupun
pemanfaatan output dari sekolah tersebut serta kemajuan sekolah atau madrasah pada masa kini maupun masa yang akan datang. 3. Opportunity (peluang) yaitu analisis situasi atau kondisi yang merupakan peluang suatu organisasi untuk berkembang. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu sekolah/madrasah untuk melaksanakan programnya untuk mencapai visi dan tujuan yang telah ditetapkan, serta bisa berkembang di masa yang akan datang. 4. Threats (tantangan) yaitu menganalisis tantangan atau ancaman yang akan dihadapi oleh suatu organisasi dari berbagai macam faktor
yang tidak menguntungkan organisasi atau
menyebabkan kemunduran. Jika suatu tantangan atau ancaman yang dialami oleh sekolah/madrasah tidak segera di atasi,maka ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi sekolah/madrasah dalam usaha mencapai visi dan tujuan sekolah/madrasah di masa sekarang maupun masa yang akan datang.4 C. Aplikasi Analisis SWOT Dalam Manajemen Sekolah/Madrasah Regulasi dalam penyelenggaraan pendidikan pada sekolah/madrasah terus bergulir dengan ditetapkannya Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah sebagai Payung Hukum penyelenggaraannya. Setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, kini Pemerintah Republik Indonesia kembali menetapkan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan ke dua atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.5 Pada PP ini, Pemerintah tetap menekankan delapan standar pengelolaan dalam penyelenggaraan pendidikan yaitu, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, 4
Muhaimin H, Suti‟ahHj.,Prabowo, Sugeng Listyo, 2009, Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta, Kencana Prenada Media Group,
5
kemenag.go.id, UU Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(diakses, 23 Maret 2016).
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian. Delapan standar tersebut merupakan komponen yang tak terpisahkan dari manajemen pengembangan sekolah. Oleh karana itu seorang kepala sekolah atau madrasah bersama komponen lainnya harus mengkaji, meneliti dan menganalisis berbagai faktor yang akan berpengaruh pada pelaksanaan program pendidikan yang telah direncanakan, agar program tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien. H. E. Mulyasa berpendapat bahwa, “Penelitian tindakan sekolah merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja system pendidikan, dan mengembangkan manajemen sekolah agar menjadi lebih produktif, efektif dan efisien”. 6 Dalam makalah ini, kami akan mengkaji tentang perumusan visi sekolah serta delapan standar pendidikan dengan menggunakan analisis SWOT untuk mencapai tujuan pendidikan. 1. Analisis SWOT Pada Perumusan visi Jika sekolah diibaratkan sebagai sebuah bahtera dalam pelayaran, maka visi adalah bagaikan kompas atau pedoman dalam
pelayaran yang
ditempuh dalam jangka waktu
tertentu untuk mencapai tujuan, sebab jika tidak ada kompas maka bahtera itu akan berlayar tanpa arah yang jelas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa visi adalah kemampuan untuk melihat pada inti persoalan; pandangan; wawasan; apa yang tampak dikhayal; penglihatan; pengamatan. Menurut Muhaimin, Suti‟ah dan
Sugeng Listyo Prabowo, bahwa visi sekolah
merupakan tujuan jauh yang harus dicapai oleh sekolah/madrasah dalam kurun
waktu
tertentu. Menurut kami, visi sekolah adalah rumusan tujuan atau cita-cita yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam semua aktifitas komponen sekolah untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.
6
Mulyasa,H.E. 2012, Penelitian Tindakan Sekolah Meningkatkan Produktifitas Sekolah, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, cet ke 3
Dalam merumuskan visi sekolah/madrasah, seorang pimpinan harus menghimpun data dan informasi sebanyak-banyaknya dari semua stakeholder, mengidentifikasi kebutuhan sekolah dan stakeholder, serta berbagai faktor yang berpengaruh pada sekolah/madrasah, kemudian dari data tersebut sekolah bersama komponen-komponen terkait lainnya merumuskan suatu visi, misi dan tujuan yang akan dicapai. Visi, misi dan tujuan tersebut merupakan suatu program yang akan ditindak lanjuti, sehingga harus mempertimbangkan pula kekuatan dan peluang yang dimilikinya, serta kelemahannya dan tantangan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut. Menurut Muhaimin, Suti‟ah dan Sugeng Listyo Prabowo, bahwa perumusan visi yang baik harus : -
Menggambarkan
kepercayaan-kepercayaan,
kebutuhan
dan
harapan
stakeholder
sekolah/madrasah. - Menggambarkan apa yang diinginkan pada masa yang akan datang. - Spesifik hanya khusus untuk sekolah/madrasah tertentu. - Mampu memberikan inspirasi - Jangan mengasumsikan pada system yang sama pada saat ini. - Terbuka untuk dilakukan pengembangan sesuai dengan organisasi yang ada, metodologi, fasilitas dan proses pembelajaran. Berdasarkan ciri-ciri visi yang baik tersebut di atas, kami menganalisanya sebagai berikut : Kekuatan : Sekolah/madrasah mempunyai kepercayaan yang kuat untuk mewujudkan citacitanya yang dirumuskan dalam program strategis sekolah yang didukung oleh delapan standar nasional pendidikan. Kelemahan : Pada delapanstandar nasional pendidikan tersebut, ada standar-standar tertentu yang tidak terpenuhi seutuhnya. Peluang : Visi, misi, tujuan dan program strategis yang dirumuskan tersebut sepenuhnya didukung oleh semua stakeholder. Tantangan : Apabila standar-standar yang memiliki kekurangan tersebut tidak segera diatasi, maka kemungkian kecil untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Langkah strategis : sekolah/madrasah segera melakukan pendataan yang berkaitan dengan delapan standar dalam penyelenggaraan pendidikan untuk mengetahui standar mana yang perlu dilakukan penguatan komponennya, mana yang mengalami kekurangan dan tidak memenuhi standar minimal serta standar mana pula yang perlu dilakukan pembaharuan atau pengadaan yang disesuaikan dengan sumber dana yang ada atau mencari sumber dana lain yang sah dan tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, untuk tercapainya visi dan tujuan yang telah ditetapkan. 2. Analisis SWOT Pada Standar Kompetensi Lulusan Dalam PP No. 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa, “Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan”. 7 Menurut Kunandar, “standar kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan”. Menurut kami, standar kompetensi lulusan adalah suatu rumusan kriteria yang harus dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar, karena standar kompetensi lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya pada
jenis dan jenjang satuan
pendidikan tertentu. Pada standar ini, seorang pimpinan sekolah/madrasahbersama komponen lainnya harus mengkaji dengan cermat berbagai faktor yang berpengaruh untuk pencapaian standar kompetensi ini, baik yang berkaitan dengan perangkat keras maupun perangkat lunak, mulai dari standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian, bahkan sampai pada faktor lingkungan di mana sekolah/madrasah itu berada.Sekolah harus memiliki data dan menganalisis prosentasi kelulusan yang masuk di sekolah faforit tingkat kabupaten, kejuaraan akademik dan non akademik tingkat kabupaten/kota, kejuaraan olimpiade tingkat 7
Salinan PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan kedua PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan
kabupaten/kota, rata-rata UAN-UAS dan lain-lain.Factor-faktor tersebut harus dianalisis apakah kekuatan dan peluangnya,
kelemahan dan tantangan yang akan dihadapi serta
langkah strategi apa yang akan ditempuh. Misalnya : Kekuatan : sekolah/madrasah memiliki standar isi yang memenuhi kriteria standar nasional pendidikan, pendidik dan tanaga kependidikan terpenuhi, sarana dan prasarana tersedia, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian memenuhi standar. Kelemahan : Minat belajar siswa rendah dan kurang disiplin. Peluang : Dengan tersedianya pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, penilaian dan lain-lain, maka kegiatan pembelajaran harus berlangsung secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Tantangan : Karena rendahnya minat belajar siswa dan kurang disiplin sehingga sekolah/madrasah tidak dapat bersaing dengan sekolah/madrasah lain disekitarnya sehingga akan menyebabkan kurangnya minat masyarakat pada sekolah/madrasah tersebut. Langkah strategis : sekolah harus menganalisis mengapa sehingga rendahnya minat belajar siswa, apakah guru menggunakan metode mengajar yang kurang tepat atau situasi yang kurang kondusif atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi siswa kurang aktif dan kurang disiplin. Setelah mengidentifikasi permasalahannya dengan jelas, maka sekolah/madrasah harus mengambil langkah strategis untuk mengatasi kelemahan dan tantangan tersebut. 3.Analisis SWOT Pada Standar Isi Dalam PP No. 13 Tahun 2015 disebutkan bahwa, “Standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu”. Pada standar
ini, pimpinan sekolah atau madrasah harus memiliki strategi untuk
menganalisis apakah sekolah/madrasah telah memiliki dokumen kurikulum secara lengkap atau tidak, apakah telah memiliki tim pengembang kurikulum yang handal atau belum serta mampu menuntaskan ruang lingkup materi pada jenjang dan jenis pendidikan tersebut atau tidak, karena terpenuhinya standar ini akan dipengaruhi berbagai faktor, misalnya : Kekuatan : Sekolah/Madrasah memiliki kurikulum baku (BSNP) yang juga digunakanoleh semua sekolah sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kelemahan : Pada kurikulum muatan lokal, sekolah tidak dapat merumuskan kurikulum muatan local dengan baik, tidak bersifat operasional serta kurangnya sarana/prasarana penunjang,sehingga sulit diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Peluang :
Masyarakat menaruh harapan untuk bisa memanfaatkan output yang memiliki
keterampilan dari hasil pembelajaran materi muatan lokal. Tantangan:
Karena kurikulum muatan lokal tidak memenuhi standar nasional pendidikan,
serta kurangnya sarana/prasarana penunjang, sehingga para siswa tidak memiliki konsep pengetahuan serta tidak mampu mempraktekkannya (tidak memiliki keterampilan) dalam kehidupan. Langkah strategis : Sekolah harus membentuk team pengembangan kurikulum tingkat sekolah dengan melibatkan semua stakeholder untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan kurikulum muatan lokal yang telah ada, serta merumuskan dan memperbaiki kurikulum muatan lokal tersebut
4. Analisis SWOT Pada Standar Proses Menurut PP No. 13 Tahun 2015 disebutkan bahwa,“Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan”. Berkaitan dengan standar proses, Prof. Dr. H. Wina Sanjaya mengemukakan bahwa :salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam buku yang sama, Prof. Dr. Wina Sanjaya berpendapat bahwa, “akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Jika kita menyimak
pendapat tersebut, sekolah harus menganalisis factor-faktor
apakah yang mempengaruhi KBM, serta berlangsung secara efektif dan efisien atau tidak,
apakah pelaksanaan strategi pembelajaran
yang mutakhir atau tidak, misalnya dengan
menggunakan metode CTL, cooperative learning, collaborative learning dan lain-lain. Pada standar proses terdapat banyak kekuatan dan peluang yang dimiliki sekolah/madrasah, tetapi banyak pula kelemahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam proses kegiatan pembelajaran; misalnya : Kekuatan :Para guru memiliki kualifikasi sesuai dengan disiplin ilmu, media atau sarana dan prasarana tersedia. Kelemahan : Guru kurang menguasai tekhnologi sehingga tidak dapat memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal atau kurang inovatif sehingga berlangsungnya kegitan belajar mengajar yang kurang efektif dan efisien. Peluang : Situasi sekolah yang kondusif dan terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa, antara sesama guru, antara guru dan kepala sekolah serta semua komponen di sekolah berlangsung harmonis. Tantangan : Para guru tidak berusaha meningkatkan kompetensi diri sesuai dengan profesinya, serta siswa kurang memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk belajar, baik di sekolah maupun di rumah atau di lingkungan keluarga dan masyarakat. Langkah strategis : sekolah segera mengidentifikasi kelemahan dan tantangan yang dihadapi dengan cara mengadakan pelatihan pemanfaatan media tekhnologi pembelajaran, memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh, memanfaatkan perpustakaan dengan sebaikbaiknya pada waktu-waktu tertentu serta melibatkan orang tua siswa untuk mengontrol dan mendampingi anak belajar di rumah atau membentuk kelompok-kelompok belajar di lingkungan masyarakat di luar jam sekolah. 5.
Analisis SWOT Pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dalam PP No. 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan
bahwa“Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan”. Guru adalah pekerjaan professional, sehingga guru harus memiliki ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang tugasnya, memiliki kemampuan dan keahlian berdasarkan profesinya. Sedangkan tenaga kependidikan adalah komponen yang juga sebagai pendukung
dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pada kompetensi ini, sekolah harus manganalisis tentang
kecukupan jumlah guru, guru yang bersertifikasi, guru yang berkualifikasi S1, kecukupun jumlah ideal pustakawan, laboran, teknisi computer, karyawan dan lain-lain. Contoh Analisis SWOT terhadap pendidik dan tenaga kependidikan sebagai berikut : Kekuatan : Jumlah guru/tenaga pendidik dan tenaga kependidikan terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sekolah/madrasah. Kelemahan : Guru tidak kreatif menciptakan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan tenaga kependidikan tidak mempunyai deskripsi tugas yang jelas pada pekerjaannya. Peluang : Guru mengikutipertemuan KKG/MGMP tingkat sekolah / madrasah maupun tingkat yang lebih tinggi. Tantangan : Guru dan tenaga kependidikan lainnya kurang memiliki kesempatan untuk meningkatkan produktifitas, penyesuaian diri terhadap informasi dan strategi baru dalam pembelajaran serta rendahnya sikap mental sehingga menghambat tumbuh kembangnya sekolah/madrasah. Langkah Strategis : Kepala sekolah sebagai menejer, harus memeiliki langkah strategi untuk mengatasi masalah ini, misalnya senantiasa memberikan motivasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan produktifitas, mengadakan diklat bagi pendidik dan tenaga kependidikan, meninggalkan pola-pola pembelajaran lama, bermental baik dan berakhlak mulia
serta
memberikan
deskripsi
tugas
yang
jelas
kepada
semua
komponen
sekolah/madrasah. 6. Analisis SWOT Pada Standar Sarana dan Prasarana Dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa :Sarana dan prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolah raga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan tekhnologi informasi dan komunikasi. Menurut Prof. Dr. Wina Sanjaya, “sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran,….sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran”.
Kelengkapan sarana dan prasarana dapat memudahkan guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran, dan dapat memberikan berbagai pilihan untuk belajar.Karena sarana dan prasarana sangat penting untuk menunjang terselenggaranya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien, maka seorang kepala sekolah/madrasah dan seluruh komponen harus dilibatkan untuk menganalisis faktor ini, yang meliputi kepemilikan ruang kelas yang cukup, kepemilikan buku pelajaran yang ideal, ruang laboratorium/praktikum, jaringan internet, meubeler memadai, kotak UKS, kantin, toilet dan lain-lain. Dalam menyusun rencana program dan analisis program misalnya ; Kekuatan : Guru mampumenggunakanmedia tekhnologi pendidikan, ruang belajar memenuhi syarat ruang belajar ideal. Kelemahan : Sekolah/madrasah memiliki proyektor tetapi terbatas, hanya terdapat pada beberapa ruang belajar saja. Peluang : Sekolah/madrasah dapat memenuhi kekurangan sarana dengan menggunakan dana BOS. Tantangan : POS pembiayaan sarana dan prasarana pada dana BOS sangat terbatas dan tidak memungkinkan untuk belanja memenuhi kekurangan tersebut. Jika kepala sekolah salah mengambil kebijakan dalam pembiayaan belanja sarana/prasarana,
maka akan
mengakibatkan kerugian Negara. Langkah Strategis : Sekolah harus mengkaji dan mengidentifikasi sarana dan prasarana yang tersedia, berapa yang baik dan layak pakai, berapa yang mengalami kerusakan serta berapa kekurangan yang harus dilengkapi, sarana dan prasarana mana yang diprioritaskan dan mana yang dapat ditangguhkan. Dana dapat diperoleh dari para donatur, misalnya menjaring dana dari komite sekolah, para alumni sekolah/madrasah yang bersangkutan dan lain-lain 7. Analisis SWOT Pada Standar Pengelolaan Dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Kriteria Baldrige dalam perspektif kesisteman untuk mengelola organisasi pendidikankhususnya membutuhkan sinergitas, integrasi, konsistensi, kesepadanan (linkages)
antara perencanaan, proses, ukuran dan tindakan-tindakan perbaikan dan pengembangan standar. Dari pengertian di atas, kami merumuskan bahwa standar pengelolaan adalah adanya perpaduan yang serasi antara perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atau pengawasan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi inti dari pengelolaan itu adalah kesesuaian antara perencanaan, proses, pengawasan dan tindak lanjut. Dengan demikian standar pengelolaan pendidikan merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan dan perlu dikaji dan dianalisis serta ditindak lanjuti dengan langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan pendidikan.Hal-hal yang perlu dianalisis misalnya : - Kepemimpinan/manajemen, meliputi :kelengkapan dan keakuratan rencana strategi, rencana operasional, kemitraan warga sekolah dan masyarakat, forum publikasi, lingkungan yang kondusif dalam KBM, penerapan demokratisasi di sekolah, kepemilikan usaha sekolah dan lain-lain. - Organisasi dan administrasi meliputi : memiliki tupoksi yang jelas, memiliki system administrasi yang lengkap dan lain-lain. - Kesiswaan, meliputi : memiliki regulasi penerimaan siswa baru yang professional, memiliki program pembinaan dan bimbingan siswa yang jelas. - Hubungan masyarakat, meliputi : memiliki wadah hubungan antara sekolah dengan masyarakat, uraian kadar keterlibatan masyarakat dalam pengembangan sekolah yang jelas. - Kultur sekolah, meliputi : pengembangan budaya yang kondusif, memiliki sarana yang membangkitkan komitmen yang tinggi dan pencitaan rasa aman, memiliki regulasi yang menciptakan rasa tanggung jawab yang tinggi, menciptakan suasana harmonis dan etos kerja yang tinggi dan lain-lain. Contoh analisis standar pengelolaan pada sekolah/madrasah sebagai berikut : Kekuatan : Sekolah memiliki perencanaan yang bagus, tersusun secara sistematis tahapantahapan pelaksanaan program dengan mempertimbangkan berbagai factor yang akan mempengaruhinya. Kelemahan : Rencana program yang disusun hanya berasumsi pada masa kini, bukan berasumsi pada masa depan.
Peluang : Program akan terlaksana dengan baik karena didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap serta rencana program yang memenuhi standar pelayanan minimal. Tantangan : Karena lemahnya pengawasan sehingga pada standar proses ada aspek-aspek tertentu yang berlangsung tidak sesuai dengan rencana program yang ditetapkan, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berlangsung secara efektif dan efisien. Langkah Strategi : Sekolah harus menganalisis kembali rencana program untuk mengetahui kelemahannya, serta merumuskan kembali rencana program tersebut serta tantangan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan program pada revisi rencana program tersebut. 8. Analisis SWOT Pada Standar Pembiayaan Dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Menurut Nanang Fattah, system pembiayaan pendidikan merupakan proses di mana pendapatan dan sumber daya yang tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah. Pada standar ini yang perlu dianalisis secara cermat meliputi : Kepemilikan regulasi pembiayaan pendidikan yang jelas, kepemilikan sarana untuk penggalangan dana sekolah/madrasah, sumber dana pendapatan sekolah/madrasah yang sah, dan kepemilikan aturan yang jelas dalam system pertanggung jawaban. Contoh analisis rencana program sekolah/madrasah pada standar pembiayaan adalah : Kekuatan :
Sekolah/madrasah memilikisiswa dalam jumlah yang besar sehingga
mendapatkan alokasi dana BOS yang cukup besar. Kelemahan : Sekolah/madrasah memiliki rencana program dan rencana operasional program yang tidak tersusun secara sistematis. Peluang : dengan mendapatkan input/siswa yang banyak dan pada akhirnya memiliki output/alumni yang banyak sebagai salah satu potensi unsur penunjang pengembangan sekolah. Tantangan : dengan memiliki rencana program dan rencana operasional program yang kurang sistematis sehingga masyarakat kurang tanggap terhadap perkembangan sekolah/madrasah.
Langkah strategis : merumuskan kembali program strategis dan rencana operasional program yang jelas dan terfokus dengan alokasi dana yang tepat pada upaya pencapaian tujuan, kemudian mensosialisasikan program dan rencana operasional program tersebut kepada semua stakeholder 9.Analisis SWOT Pada Standar Penilaian Pendidikan Dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan instrument penilaian hasil belajar. Menurut Kunandar, dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Melalui penilaian juga dapat dijadikan acuan untuk melihat tingkat keberhasilan dan efektifitas guru dalam pembelajaran.Oleh karena itu penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan baik mulai dari penentuan instrument, penyusunan instrument, telaah instrument, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan program tindak lanjut hasil penilaian. Pada standar penilaian, sekolah atau madrasah harus memperhatikan dan menganalisis secara cermat beberapa hal sebagai berikut : - Harus memiliki bank soal yang baik - Harus memiliki system validasi soal. - Harus memiliki dokumen penilaian yang lengkap - Harus memiliki pedoman tindak lanjut hasil evaluasi - Memiliki standar penilaian berdasarkan BSNP. Contoh analisis standar penilaian sebagai berikut : Kekuatan : Sekolah/guru memiliki instrument penilaian yang lengkap untuk melakukan evaluasi. Kelemahan : Guru tidak melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien Peluang : Rata-rata peserta didik adalah siswa potensial baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Tantangan : Karena KBM berlangsung tidak efektif dan efisien, sehingga peserta didik sulit mencapai nilai tertinggi pada ujian akhir nasional di tingkat kabupaten/kota. Langkah strategis : guru harus melakukan penilaian diri berkaitan dengan tugasnya sebagai pendidik, dan kepala sekolah harus melakukan supervise akademik terhadap guru-gurunya. Setelah membahas atau mengkaji dan menganalisis visi serta delapan standar nasional pendidikan, bahwa untuk mencapai mutu yang baik atau unggul dalam suatu lembaga pendidikan tidak tercapai begitu saja, melainkan harus melalui langkah-langkah strategis yang harus ditempuh, mulai dari penyusunan rencana program yang analitis, pelaksanaan program yang sistematis, serta evaluasi yang berkelanjutan dan tindak lanjut. Menurut Edward Sallis, Perencanaan strategis memungkinkan formulasi prioritasprioritas jangka panjang dan perubahan institusional berdasarkan pertimbangan rasional. Tanpa strategi, sebuah institusi tidak akan bisa yakin bagaimana mereka bisa memanfaatkan peluang-peluang baru. 8 Dari kajian tersebut di atas, menurut kami suatu rencana strategi akan tersusun secara sistematis, pelaksanaan rencana strategi akan berjalan secara efektif dan efisien, evaluasi program akan terlaksana secara kontinu dan tindak lanjut evaluasi pelaksanaan program akan berlangsung dengan baik apabila semua komponen sekolah/madrash diberdayakan, diberi tupoksi yang jelas sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Oleh karena itu seorang kepala sekolah/madrasah alangkah baiknya membentuk suatu tim yang bekerja untuk mengkoordinir semua aktivitas di sekolah/madrasah yang terkait dengan perumusan rencana program strategis, menganalisis program, pelaksanaanprogram, evaluasi program dan tindak lanjut hasil evaluasi program.
8
Sallis, Edward, 2010, Total Quality Management In Education (Manajemen Mutu Pendidikan), Jogjakarta,
IRCiSoD,
BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan makalah ini dapat kami simpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1.
Untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien, maka perlu dirumuskan suatu
program secara sistematis, terencana, terlaksana sesuai rencana, terukur, dianalisis dan tindak lanjut evaluasi program kearah yang lebih baik. 2. Dalam dunia pendidikan, sekolah/madrasah harus menyusun program strategis untuk mencapai visi dan tujuan yang akan dicapai. 3. Untuk mencapai visi dan tujuan sekolah/madrasah, maka program strategis terlebih dahulu harus dicermati dan dianalisis mengenai kekuatan dan peluang yang dimiliki serta kelemahan dan tantangan yang dihadapi.
4.
Untuk mencapai visi dan tujuan sekolah/madrasah dan tujuan nasional pada umumnya,
sekolah harus mengelola delapan standar pendidikan yang telah ditetapkan BSNP sebagai mana yang tercantum dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan kedua PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. B. Penutup Demikianlah makalah ini kami sajikan, jika terdapat hal-hal yang tidak berkenan atau terdapat kekurangan pada sistematika penulisan atau penggunaan formulasi bahasa yang kurang tepat, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran dalam rangka perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA Chaniago, Sam Mukhtar dan Adi, Tuti Tarwiyah, 2013, Analisis Swot Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada Fattah, Nanang, 2012, Standar Pembiayaan Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya http://subliyanto. wordpress. com/2012/12/13/analisis-swot/ diakses, 23 Maret 2016 Kunandar, 2014, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Pesrta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis disertai contoh. kemenag.go.id, UU Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, (diakses, 23 Maret 2016). Muhaimin H, Suti‟ahHj.,Prabowo, Sugeng Listyo, 2009, Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, Mulyasa,H.E. 2012, Penelitian Tindakan Sekolah Meningkatkan Produktifitas Sekolah, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, cet ke 3 Salinan PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan kedua PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Sallis, Edward, 2010,
Total Quality Management In Education (Manajemen Mutu
Pendidikan), Jogjakarta, IRCiSoD,