LAPORAN PENDAHULUAN (TUMOR TESTIS )
Disusun Oleh :
Nama
: Firdhaaulia Hasanuddin
Nim
: 14420162031
Kelompok
: II
Preceptor
Preceptor Lahan
(Ns.Ernawaty, S.Kep)
Preceptor Institusi
(Ns. Yusrah Taqiah, S.Kep,M.Kes)
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN DISASTER NURSING PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2017
RESUME KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN TUMOR TESTIS DI RUANG OPERASI RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR
Disusun Oleh :
Nama
: Firdhaaulia Hasanuddin
Nim
: 14420162031
Kelompok
: II
Preceptor
Preceptor Lahan
(Ns.Sherly P Bethony, S.Kep)
Preceptor Institusi
(Ns. Yusrah Taqiah, S.Kep,M.Kes)
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN DISASTER NURSING PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2017
Tumor Testis A. Konsep Medis 1. Pengertian Tumor testis adalah pertumbuhan sel-sel di dalam testis (buah zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar). Tumor dapat bersifat ganas atau jinak, tumor ganas atau kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel jaringan sekitarnya
(infiltratif)
sambil
merusaknya
(destruktif),
dapat
menyebar ke bagian lain tubuh dan umumnya fatal jika dibiarkan. Tumor jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif) (Basuki B Purnomo,2007). 2. Etiologi Kebanyakan tumor testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya kanker testis: a. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum) b. Perkembangan testis yang abnormal c.
Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan rendahnya kadar hormon pria, kemandulan,
pembesaran payudara (ginekomastia) dan testis yang kecil) (Basuki B Purnomo,2007). 3. Manifestasi Klinis Gejala berupa : a. Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya) b. Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis c.
Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah – Ginekomastia
d. Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat. Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul dengan sangat bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit pinggang (akibat perluasan nodus retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat badan, dan kelemahan umum dapat diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran testis tanpa nyeri adalah temuan diagnostik yang signifikan. Satu-satunya
metode
deteksi
dini
yang
efektif
adalah
pemeriksaan testis mandiri. Suatu bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus mencakup pameriksaan mandiri.
Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi penting untuk deteksi dini penyakit ini (Basuki B Purnomo,2007). 4. Patofisiologi Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya
mengenai
kemudian
seluruh
menyebar
ke
parenkim rate
testis.
testis,
Sel-sel
epididimis,
tumor
funikulus
spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albugenia oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar testis. Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju ke kelenjar mediastinal
dan
supraclavikula,
sedangkan
kariokarsinoma
menyebar secara hematogen ke paru, hepar, dan otak . 5. Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
gejala
dan
hasil
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: a. USG skrotum
b.
Pemeriksaan
darah
untuk
petanda
tumor
AFP
(alfa
fetoprotein), HCG (human chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase). c.
Biopsi jaringan.
6. Penatalaksanaan Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan: a. Pembedahan:
pengangkatan
testis
(orkiektomi)
dan
pengangkatan kelenjar getah bening (limfadenektomi). b. Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi
pada
tumor
non-seminoma.
Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium awal. c. Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi
telah
meningkatkan
angka
harapan
hidup
penderita tumor non-seminoma. d. Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang penderita (Suzanne. C. Smeltzer.2001).
B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas Umur: sering terjadi terbanyak pada usia 20-40 tahun jenis kelamin: laki-laki. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama: Biasanya klien mengeluh adanya rasa berat dan ketidaknyamanan pada perubahan bentuk skrotum. 2) Riwayat Penyakit Sekarang Biasanya pasien datang dengan keluhan adanya pembesaran skrotum dan skrotum teraba keras. 3) Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan apakah klien pernah mengalami kriptorkismus, infeksi testis, epididimitis dan tumor testis sebelumnya. 4) Riwayat Penyakit Keluarga Tanyakan pada keluarga apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Kaji adanya riwayat kanker pada keluarga. c.
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: compos mentis TTV:
d. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala: kaji bentuk kepala, penyebaran rambut, adanya ketombe, luka jahitan, benjolan. 2) Wajah: kaji bentuk wajah,ekspresi wajah 3) Mata: kaji lapang pandang, refleks pupil dan kornea, konjungtiva anemis/ananemis, kaji adakah edema pada palpebra, 4) Hidung:
kaji
kesimetrisan
lubang
hidung,
kebersihan,sekret, kaji adanya polip, kaji adanya PCH dan sianosis serta nyeri tekan, 5) Telinga: biasanya normal, tidak ada serumen, bentuk simetris 6) Mulut: kaji adanya lubang pada gigi, kebersihan, bercak koplik, kaji pergerakan lidah dan warna. 7)
Leher:
palpasi
adanya
pembesaran
kelenjar
limfe,
pembesaran kelenjar tiroid dan distensi vena jugularis, adanya massa dileher (apabila terjadi metastase ke nodus limfatikus supraklavikular). 8) Thoraks Dada Inspeksi : kaji pengembangan paru, bentuk dada, Palpasi : kaji ada krepitasi,kaji adanya nyeri tekan, kaji vocal fremitus kanan dan kiri sama. Perkusi : normalnya, sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : kaji adanya suara nafas tambahan 9) Abdomen Inspeksi:
kaji
adanya
luka
bekas
operasi,
tidak
terdapatpembesaran abdomen Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan, hanya teraba benjolan pada inguinal. Auskultasi : bising usus normal (5-35x/mnt) Perkusi : bunyi timpani 10) Genitalia: Inspeksi: pembesaran / benjolan pada skrotum, adanya pengerutan cord, dan kulit skrotum. Palpasi: skrotum teraba keras, terfiksasi dengan tunika albugenia. 11) Ekstremitas: kaji CRT, turgor kulit, kaji adanya varises, kaji adanya sianosis, clubbing finger, reflek patela.
2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan b. Resiko hipotermia c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, tindakan pembedahan
3. Intervensi No 1
Diagnosa
NOC
Nyeri
Tujuan: Setelah
berhubungan
NIC
Rasional
1. Kaji nyeri secara
1. Berguna dalam
dilakukan tindakan
komprehensif
pengawasan
dengan proses
keperawatan selama
meliputi lokasi,
keefektifan obat,
pembedahan
....... pasien merasa
intnsitas, kualitas,
kemajuan
nyaman dan
durasi dan skala
penyembuhan ,
nyerinya berkurang
dengan PQRST
perubahan dalam
Kriteria Hasil : 1. Pasien mengatakan / tidak
karakteristik nyeri 2. Observasi tandatanda vital
ada keluhan nyeri
3. Ekspresi wajah
merasakan nyeri biasanya TTV juga
2. TTV dalam batas Normal
2. Ketika seseorang
akan meningkat 3. Jelaskan faktor penyebab nyeri
tenang
3. Agar klien dapat memahami nyerinya dan
4. Skala nyeri 0-3
mengurangi
(berkurang)
kecemasan 4. Ajarkan tehbik
4. Tehnik relaksasi
relaksasi dan
dan distraksi dapat
distraksi
menurunkan nyeri dan kecemasan
5. Kolaborasi medis
5. Pemberian
untuk pemberian
analgetik yang
analgetik
tepat dapat membantu pasien untuk beradaptasi dan mengatasi nyeri
2
Resiko infeksi
Tujuan : setelah
1) Kaji kondisi keluaran
1) Perubahan yang
dilakuakan tindakan
yang keluar pada
terjadi pada dischart
keperawatan selama
luka
saat dikaji sat
......... jam
dirschart keluar
diharapkan resiko
adanya perubahan
infeksi terkontrol
warna yang lebih
dengan
gelap disertai bau
kriteria hasil :
tidak enak mungkin
1. tidak adanya
merupakan adanya
dolor,kalor, dubor, tumor, fungsi laesa
tanda infeksi 2) Kaji adanya tandatanda infeksi
2) Untuk dilakukan intervensi
2. tidak ada pus
selanjutnya jika
3. suhu normal
ditemukan adanya
4. menunjukkan
tanda infeksi
perbaikan luka
3) Gunakan tindakan
3) Untuk mencegah
aseptik saat
luka terkontaminasi
melakukan tindakan
dengan lingkungan
invasif
yang tidak steril
4) Kolaborasi pemberian antibiotik
4) Antibiotik dapat membantu menghambat pertumbuhan mikrobakteri.
3
Ansietas
Tujuan: Setelah
berhubungan
dilakukan tindakan
pengalaman klien
mengenai
dengan
keperawatan selama
sebelumnya
pengalaman klien
perubahan
....... pasien merasa
terhadap penyakit
sebelumnya akan
status
tenang
yang dideritanya.
memberikan dasar
kesehatan
Kriteria Hasil :
untuk penyuluhan
1. Klien dapat
dan menghindari
1. Tentukan
mengurangi rasa cemasnya 2. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
1. Data-data
adanya duplikasi. 2. Berikan informasi
2. Pemberian
tentang prognosis
informasi dapat
secara akurat.
membantu klien dalam memahami
3. Menunjukkan koping yang efektif serta
proses 3. Beri kesempatan pada klien untuk
mampu
mengekspresikan
berpartisipasi
rasa marah, takut,
dalam
konfrontasi. Beri
pengobatan.
penyakitnya. 3. Dapat menurunkan kecemasan klien.
informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai. 4. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan 5. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
4. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya. 5. Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/ istirahat
4
Resiko
Tujuan : setelah
hipotermia
dilakuakan tindakan
dan mendiskusikan
mempengaruhi
perioperatif
keperawatan selama
tipe anastesi yang
terhadap
......... jam
direncanakan untuk
pemaparan
diharapkan resiko
pasien
terhadap suhu
1. Mengidentifikasi
hipotermia tdk terjadi kriteria hasil : 1. Suhu 36°C-37,5°C
ruangan 2. Menyesuaikan suhu disekitar ruangan
dapat membantu
hipotermia
mengngigil
4. Tubuh teraba
2. Penyesuaian suhu
meminimalkan
2. Klien tidak
3. Wajat tidak pucat
1. Tipe anastesi
3. Meminimalkan paparan pasien
3. Paparan dingin terlalu lama dapat
hangat
selama persiapan
menyebabkan
dan prosedur
penurunan suhu tubuh
4. Memberikan selimut kepada pasien
4. Selimut berfungsi memberikan kehangantan terhdap tubuh pasien
C. Pathway
Kelainan hereditar
Kelainan Kromosom/ mutasi gen
Paparan bahan kimia
Adanya benjolan pada testis
Tumor testis
Tindakan pembedahan
Gang. Psikologis
Perubahan status
ansietas
Adanya luka Post Op
Luka Terbuka
Terputusnya kontinuitas jaringan
Suhu ruangan Merangsan area sensori Paparan tubuh Nyeri akut
Terpapar dengan mikroorganisme
Resiko Infeksi
Penurunan suhu tubuh
Resiko Hipotermi
DAFTAR PUSTAKA Basuki B Purnomo,2007. Dasar-dasar Urologi.Edisi kedua, cetakan ketiga, CV. Sagung Seto: Jakarta 2007. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition. Missouri: Mosby Elsevier Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri: Mosby Elsevier NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-2014/ Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC. Suzanne. C. Smeltzer & Brenda.G.Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001