LAPORAN PENDAHULUAN ENTROPION
DI SUSUN OLEH: ANDI KARTINI PO.71.4.201.15.1.004
CI LAHAN
CI INSTITUSI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR PRODI D IV KEPERAWATAN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN ENTROPION KONSEP MEDIS A. Definisi Entropion
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan kornea atau yang disebut sebagai trikiasis. Kalau yang terkena kornea, maka terjadi iritasi kornea, dan dapat menjadi ulkus. (Vaughan, Daniel G, Taylor Asbury dan Paul Riordan Eva. 2010) B. Etiologi
Terbentuknya jaringan parut yang terjadi pada trakoma, atau akibat mekanik dan spasme otot orbicular terutama otot rioland pada spasme tertentu. Entropion dapat akibat senilitas, spasme, sikatrik, dan lainnya. kebanyakan kasus entropion terjadi karena pengenduran jaringan kelopak mata sebagai akibat proses penuaan. Beberapa kasus terjadi karena pembentukan jaringan parut pada permukaan dalam kelopak mata akibat luka baker kimia dan panas, peradangan atau reaksi alergi.
Kadang entropion
merupakan bawaan lahir karena kelopak mata tidak terbentuk secara sempurna.
C. Manifestasi klinis
1. Air mata berlebihan 2. Mata merah dan teriritasi 3. Pengerakan kelopak mata dan keluarnya kotoran mata 4.
Kesat atau terasa seperti berpasir
5. Nyeri ketika terpapar cahaya terang 6. Penglihatan buram. 7. Sensitivitas terhadap cahaya dan angin 8. Lendir debit dan pengerasan kulit kelopak mata
9. Kelopak mata defiasi ke dalam 10. Penurunan visi, terutama jika kornea rusak 11. Konjungtiva tampak meradang (konjungtiva bulbi merah) 12. Abrasi kornea karena gesekan dari bulumata sehingga kornea keruh atau mungkin terjadi ulkus kornea.
D. Pemeriksaan Penunjang
Entropion dapat di diagnosis dengan pemeriksaan mata rutin dan pemeriksaan fisik. Dokter mungkin menarik pada kelopak mata klien selama ujian, atau meminta klien untuk menutup mata dengan tegas, untuk menilai posisi kelopak mata klien di mana, serta otot dan sesak. Jika entropion disebabkan oleh jaringan bekas luka atau operasi sebelumnya, dokter akan memeriksa jaringan di sekitarnya juga. Memahami bagaimana kondisi lainnya menyebabkan entropion adalah penting dalam memilih perawatan yang benar atau teknik bedah. Penatalaksanaan
Entropion Kongenital
Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion involusional, dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anakanak yang horizontal secara tidak serentak. Perbaikan epiblefaron diperlukan jika ada bukti keratopati atau jika gejalanya simptomatik. Dalam banyak kasus, hal ini dapat dilakukan tanpa harus mengangkat kulit. Goresan horizontal dibuat 1,5 mm di bawah bulu mata, menyeberangi kelopak mata bawah. Goresan diperluas sekitar mm ke medial dan lateral menuju area yang melipat. Sejumlah kecil otot orbikularis pretarsal dipindahkan, agar perbatasan tarsal bawah terbuka. Luka kemudian ditutup dengan cara memperkirakan kulit bagian atas tetap
mebingkai perbatasan tarsal bawah, kemudian tepi kulit bagian bawah ditutup dengan jahitan 6.0 yang biasa4.
Entropion Spastik
Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek toksin botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang walaupun efeknya menghilang.
Entropion Involusional
1. Perbaikan fasia kapsulopalpebra Metode perbaikan entropion ini didasarkan pada jenis dan tingkatan masalah, sepeti halnya kemampuan pasien untuk mentolerir suatu
pemeriksaan.
Involusional
entropion
dapat
diobati
dengan
menentukan faktor penyebab penyakit. Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsilar dibuat 2 mm di bawah luka dari bawah punctum menuju cabang cantal. Penutup kulit yang kecil disayat ke bawah di aats tarsus, dan potongan oto orbikularis pretarsal disayat sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi fasia kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya bantalan inferior orbita, yang kondisinya sama dengan keadaan kelopak mata bawah kepada levator, dapat ditutup dengan empat jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan tarsal yang mengarah ke samping menunjukkan kelemahan kelopk mata bawah dan potongan tersebut sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak. Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali fasia kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak harus selalu dikoreksi dan banyaknya jumlah fasia kapsulopalpebral dapat dikonfirmasi dengan melakukan follow up pasien. Kulit muka yang ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi fasia kapsulopalpebral harus disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk mencegahnya otot orbikularis.
2. Jahitan quickert Jika pasien yang emmpunyai involusional entropion miskin dan tidak bisa melakukan pembedahan maka teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat digunakan. Kelemahannya tingkat kekambuhan dengan teknik ini sangatlah tinggi. Jahitan tiga double-kromik 5-0 ditempatkan horizontal 3 mm melebar ke lateral, tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan melewati forniks sampai batas di bawah perbatasan inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan ditegangkan untuk koreksi.
Entropion Sikatrik
Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi merginal (prosedur Wies) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau bawah. Anestesi lokal dinerikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4 mm dari kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap marginal yang berada 2-4 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam hitungan detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting
Westcott
atau
Tenotomi
digunakan
untuk
memperluas
blefarotomi ke medial dan lateral melewati tarsus. Lalu dijahit tiga doublearmed dengan silk 6-0 sampai tarsus, ke atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan diikat di atas kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Lalu dkoreksi untuk pastinya. Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup harus diangkat 10-14 hari.
PATHWAY ENTROPION
Entropion Evolusional
Penuaan
Kelumpuhan otot reseptor kelopak mata
Migrasi keatas muskulus orbicularis preseptal
Entropion sikatrik
Ansietas Mengenai kelopak mata
Jaringan parut di konjuntiva atau
Radang Melipatnya tepi tarsus ke atas Nyeri akut Resiko infeksi
Entropion Kongenital
Tepi kelopak mata terputar kearah kornea
Penglihatan menurun
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
1.
Keluhan utama Tanyakan kepada klien adanay keluhan seperti nyeri, mata berair, mata merah, silau dan sekret pada mata
2.
Riwayat penyakit sekarang Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai penurunan tajam penglihatan, trauma pada mata, riwayat gejala penyakit mata seperti nyeri meliputi lokasi,awitan, durasi, upaya mengurangi dan beratnya, pusing, silau.
3.
Riwayat penyakit dahulu Tanyakan pada klien riwayat penyakit yang dialami klien seperti diabetes mellitus, hrpes zooster, herpes simpleks
4.
Pengkajian fisik penglihatan
Ketajaman penglihatan Uji formal ketajaman penglihatan harus merupakan bagian dari setiap data dasar pasien. Tajam penglihatan diuji dengan kartu mata ( s nellen ) yang diletakkan 6 meter.
Palpebra superior Merah,sakit jika ditekan
Palpebra inferior Bengkak, merah, ditekan keluar secret
Konjungtiva tarsal superior dan inferior Inspeksi adanya :
Papil, timbunan sel radang sub konjungtiva yang berwarna merah dengan pembuluh darah ditengahnya
Membran,sel radang di depan mukosa konjungtiva yang bila iangkat akan berdarah, membran merupakan jaringan nekrotik yang terkoagulasi dan
bercampur dengan fibrin, menembus jaringan yang lebih dalam dan berwarna abu – abu.
Pseudomembran, membran yang bila diangkat tidak akan berdarah
Litiasis, pembentukan batu senyawa kalsium berupa perkapuran yang terjadipada konjungtiviti kronis
Sikatrik, terjadi pada trakoma. Konjungtiva bulbi - Sekresi - Injeksi konjungtival - Injeksi siliar - Kemosis konjungtiva bulbi, edema konjungtiva berat - Flikten peradangan disertai neovaskulrisasi
Kornea - Erosi kornea, uji fluoresin positif - Infiltrat, tertibunnya sel radang - Pannus, terdapat sel radang dengan adanya pembuluh darah yang membentuk tabir kornea - Flikten - Ulkus - Sikatrik
Bilik depan mata - Hipopion, penimbunan sel radang dibagian bawah bilik mata depan - Hifema, perdarahan pada bilik mata depan
Iris - Rubeosis, radang pada iris - Gambaran kripti pada iris
Pupil - Reaksi sinar, isokor - Pemeriksaan fundus okuli dengan optalmoskop untuk melihat - Adanya kekeruhan pada media penglihatan yang keruh seperti pada kornea, lensa dan badan kaca.
II.
Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan konjungtiva 2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya 3. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan.
III.
No
Rencana Keperawatan
Dx Kep
Tujuan dan kriteria
Intervensi
Rasional
hasil 1
Nyeri
Setelah dilakuakan
berhubungan
asuhan keperawatan
dengan
3x24 jam
peradangan
diharapkan Nyeri
metode distraksi selama
konjungtiva
berkurang atau
nyeri, seperti nafas dalam
terkontrol
dan teratur
1.
2.
3.
4.
5.
Kaji tingkat nyeri yang
1.
Dengan penjelasan
dialami oleh klien.
maka klien diharapkan
ajarkan kepada klien
akan mengerti. 2.
Berguna dalam intervensi selanjutnya
3.
Merupakan suatu cara
berikan kompres hangat
pemenuhan rasa
pada mata yang nyeri.
nyaman kepada klien
Ciptakan lingkungan tidur
dengan mengurangi
yang nyaman, aman dan
stressor yang berupa
tenang.
kebisingan.
Kolaborasi dengan tim
4.
Menghilangkan nyeri,
medis dalam pemberian
karena memblokir
analgesik
syaraf penghantar nyeri.
2
Ansietas
Setelah dilakukan
berhubungan
asuhan keperawatan
dengan
selama 1x24 jam
kurangnya
diharapkan ansietas
pengetahuan
teratasi dengan
tentang proses
tentang proses
krteria hasil:
penyakitnya
penyakitnya
-Klien mengatakan pemahaman tentang
1. Kaji tingkat ansietas /
1.Bermanfaat dalam
kecemasan 2. Beri penjelasan tentang
penentuan intervensi. 2.Meningkatkan
proses penyakitnya.
3. Beri dukungan moril
pemahaman klien
3.Memberikan perasaan
berupa do’a untuk klien.
tenang kepada klien.
proses penyakitnya dan tenang. 3
Resiko terjadi
Setelah dilakukan
penyebaran
asuhan keperawatan
dari dalam ke arah luar
mata dan irigasi mata,
infeksi
selama 2x24 jam
(k/p lakukan irigasi).
maka mata menjadi
berhubungan
diharapkan
dengan proses
Penyebaran infeksi
peradangan
tidak terjadi.
1.
Bersihkan kelopak mata
1.
Dengan membersihkan
bersih. 2.
Berikan antibiotika sesuai
2.
dosis dan umur.
Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi.
3.
pertahankan tindakan septik dan aseptik
3.
Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat atau perawat ke pasien.
IV.
Implementasi
Merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan,yang meliputi beberapa bagian yaitu validasi,rencana keperawatan, dan memberikan asuhan keperawatan (Lismidar,1990)
V.
Evaluasi
Merupakan perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah di tetapkan,dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tim kesehatahan lainnya (Efendi,1995)
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth Ed.8. Jakarta : EGC. Sidharta I. 2005. Kelainan Kelopak dan Kelainan Jaringan Orbita. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Jakarta: FKUI. Ilyas, Sidarta.2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.Jakarta:FKUI Wijaya, Nana. 1997. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI The eye M.D. Association, 2011-2012. Chapter 11: Periocular Malposition and Involutional Changes. In: American Academy of Ophtalmology: Orbit, Eyelids and Lacrimal System. Section Seven. San Fransisco: AAO. p.194-199.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C. Suzanne. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth Ed.8. Jakarta : EGC. Sidharta I. 2010. Kelainan Kelopak dan Kelainan Jaringan Orbita. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Jakarta: FKUI. Ilyas, Sidarta.2010. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.Jakarta:FKUI The eye M.D. Association, 2011-2012. Chapter 11: Periocular Malposition and Involutional Changes. In: American Academy of Ophtalmology: Orbit, Eyelids and Lacrimal System. Section Seven. San Fransisco: AAO. p.194-199. Amin,Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)NIC-NOC.Jilid 1 Edisi Revisi.MediAction Jogja.