LAPORAN PENDAHULUAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG
Disusun Oleh
Lutfi Kurniati
P17420211076
KELAS 2B
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO 2013/2014
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG
A.
DEFINISI Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Menurut Suradi & Rita (2010), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 2005). Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
B.
KLASIFIKASI DIARE Menurut Klinisnya: KLASIFIKASI Sedang (3 – 9% BB turun)
Berat (>9% BB turun)
Anxietas
Letargi/tidak sadar
Sedikit meningkat
Takikardi atau bradikardi
Kualitas denyut Normal
Sedikit lemah
Lemah hinggaimpalpable
Napas
Normal
Agak meningkat
Takipnea-hiperpnea
Mata
Normal
Cekung
Cekung
Fontanella
Normal
Agak cekung
Cekung
Air mata
Normal
Sedikit menurun
Tidak ada
Gejala/tanda
Ringan (<3% BB turun)
Baik, compos Keadaan umum mentis Denyut jantung Normal
Mukosa
Lembab
Agak kering
Kering hingga pecah-pecah
Rasa haus
Minum biasa, tidak haus
Sangat haus
Tidak minum
Kembali cepat
Kembali lambat (<2”)
Kembali sangat lambat (>2”)
Capillary Refill Time < 2”
Agak memanjang
Memanjang dan kurang merah
Extremitas
Dingin
Sianosis
Turgor kulit
Hangat
Tabel Tingkatan dehidrasi ( King et al., 2003) C.
ETIOLOGI Menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu: a. Faktor infeksi 1.
Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
-
Infeksi bakteri : Vibrio, E.colli, Salomnella, Shigella, Campylobacter , Yersinia , Aeromonas , dan sebagainya.
-
Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie , Poliomyelitis), Adenovirus , Rotavirus , Astrovirus , dan lain-lain.
-
Infeksi parasit : cacing (Ascari, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides); Protozoa (Entamoeba Histolytica,
Giardia Lamblia, Trichomonas Hominis); Jamur (
Candida Albicans ) 2.
Infeksi Parenteral Adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut ( OMA ) , Tonsilitis atau tonsilofaringitis , bronkopneumonia , ensefalitis , dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak yang berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorpsi
-
Malabsorpsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa , fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ( intoleransi laktosa).
-
Malabsorpsi lemak
-
Malabsopsi protein
c. Faktor Makanan: makanan basi , beracun , alergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas
D.
PATOFISIOLOGI Makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Adanya gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi beberapa hal sebagai berikut: a. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler. c. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya
telah
menderita
KKP.
Hal
ini
terjadi
karena
adanya
gangguan
penyimpanan/penyediaan
glikogen
dalam
hati
dan
adanya
gangguan
absorbsi
glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak. d. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh: -
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
-
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
-
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal
Pathway
faktor infeksi
F malabsorbsi KH,Lemak,Protein
Masuk dan berkembang dlm usus
Tek.osmotik meningkat
Hipersekresi air dan elektrolit
F makanan
F. Psikologi
toksin tak dapat diserap
cemas
pergeseran air dan hiperperistaltik elektrolit ke rongga usus menurunya kesempatan usus menyerap makanan
DIARE
Frek. BAB meningkat
distensi abdomen
Kehilangan cairan & elekt berlebihan
gg. kes. cairan & elekt
Resiko hipovolemi syok
integritas kulit perianal
Asidosis. Metabolik
sesak
Gang. Oksigenasi
mual, muntal
nafsu makan menurun
BB menurun
Ketidakseimbangan nutrisi
E.
F.
MANIFESTASI KLINIS a.
Pasien cengeng, gelisah, Suhu tubuh meningkat, nafsu makan tidak ada
b.
Timbul diare, tinja cair, kadang-kadang disertai lendir dan darah.
c.
Anus dan sekitarnya lecet karena sering defekasi
d.
Timbul muntah
e.
Bila pasien kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak, akan nampak : ·
BB menurun
·
Turgor berkurang
·
Pada bayi ubun-ubun besar dan mata cekung
·
Selaput lendir bibir dan mulut kering
·
Kulit tampak kering
KOMPLIKASI 1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik). Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare 2. Renjatan hipovolemik. Pada dehidrasi berat menyebabkan volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala nadi cepat dan lemah, pasien sangat lemah dan kesadaran menurun. 3. Hipokalemia Hipokalemia ditandai dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram. 4. Hipoglikemia. Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak. 5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus. 6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik. 7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Tinja
Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus, adanya darah dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan Laboratorium
feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
H.
Faal ginjal : Peningkatan Ureum dan Kreatinin Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemonia
PENATALAKSANAAN DIARE Dasar pengobatan diare adalah : a. Pemberian cairan : jenis cara pemberian, dan jumlah pemberian dengan memperhatikan derajat dehidrasi dan keadaan umum 1) Cairan Peroral : · Dehidrasi ringan dan sedang : Naol, NaHCO3, Kcl, Glukosa, biasa berupa Oralit. · Untuk pengobatan sementara sebelum ke rumah sakit dan mencegah dehidrasi lebih jauh. 2) Cairan Parenteral : Jumlah cairan Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
Metode Pierce: Berdasarkan keadaan klinis, yakni: diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Metode Perbandingan BB dan Umur
Total BB (kg)
Umur
PWL
NWL
CWL
Kehilangan Cairan
<3
< 1 bln
150
125
25
300
3-10
1 bln-2 thn
125
100
25
250
10-15
2-5 thn
100
080
25
205
15-25
5-10 thn
080
025
25
130
Keterangan: PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB)
= cairan
muntah NWL : Normal Water Lose (ml/kgBB)
= cairan
diuresis, penguapan, pernapasan CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB)
= cairan diare
dan muntah yang terus menerus Jadwal pemberian cairan
Belum ada dehidrasi
Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
- 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
- 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit atau intragastrik.
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
- 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- 7 jam berikutnya: 10 ml/kg BB/jam atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml=15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit (1 ml=20 tetes)
- 16 jam berikutnya: 125 ml/kg BB oralit per oral atau intragastrik.
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
- 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral atau anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kg BB/ menit (1 m= 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kg BB/ menit (set 1 ml= 20 tetes)
Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
- Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
- Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2kg
- Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
- Kecepatan cairan: sama dengan pada bayi baru lahir. b.
Pengobatan Dietetik (Makanan) Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan: -
Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenisnya)
-
Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa
-
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
Cara memberikannya: -
Hari 1, setelah rehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/ susu formula tetap diare masih sering, supaya diberikan oralit selang seling dengan ASI, misalnya 2x ASI/ susu khusus.
-
Hari ke-2 sampai ke-4, ASI/ susu formula rendah laktosa penuh.
-
Hari ke 5, bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa, disesuaikan dengan umur bayi dan berat badannya.
Obat-obatan Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, ait tajin, tepung beras dan sebagainya). Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah: -
I.
Obat anti sekresi
Asetosal dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.
Klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.
-
Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
-
Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
PENCEGAHAN a. Mencegah berkembang baiknya lalat dengan menghilangkan sarang-sarang, dengan cara : Membuang sampah pada tempat tertutup, Membakar sampah, Mencegah lalat hinggap/mengotori makanan/minuman. b. BAB pada tempat tertentu (WC), Tinja harus dibuang di tempat yang aman c. Memelihara kebersihan rumah dan pekarangan d. Cuci tangan setelah buang air besar atau membersihkan tinja, sebelum makan, Menyuapi anak, atau menyiapkan makanan e. Menjaga kebersihan alat-alat makan/minum. f. Menghindari makanan yang menyebabkan diare. g. Menjaga agar air minum terbebas dari kontaminasi bahan bahan tinja, baik di rumah maupun di sumbernya. h Pengolahan dan penyajian makanan harus sesuai dengan syarat kesehatan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN Pengkajian Keperawatan pada Klien Diare 1.
Identitas Perlu diperhatikan adalah usia, ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2.
Keluhan Utama BAB lebih dari 3 x
3.
Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4.
Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5.
Riwayat Nutrisi Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan mencuci tangan.
6.
Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7.
Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8.
Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan a. Pertumbuhan o Kenaikan BB karena umur 1 – 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya. o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah o Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring. b.
Perkembangan o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud. Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain). o Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson. Autonomy vs Shame and doundt Perkembangn keterampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh dari kemampuannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak. o Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
9.
1.
Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
2.
Meniru membuat garis lurus (GH)
3.
Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4.
Melepasa pakaian sendiri (BM)
Pemeriksaan Fisik
- pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
-
keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
-
Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
-
Mata : cekung, kering, sangat cekung
-
Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
-
Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
-
Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
-
Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
-
Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
-
Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan pada Klien Diare 1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare 2. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia 4. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare 5.
III.
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare
INTERVENSI Intervensi Keperawatan 1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare Tujuan : keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal NOC : Fluid Status Kriteria hasil : o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : 40-60 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung. o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari NIC : Fluid Balance Intervensi :
-
Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
-
Pantau intake dan output Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
-
Timbang berat badan setiap hari Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
-
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
-
Kolaborasi :
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN) Rasional : koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik) Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin..
2. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi Tujuan : nyeri berkurang NOC : Pain Control Kriteria Hasil : o
Melaporkan nyeri berkurang
o
Ekspresi wajah rileks, tidak rewel
o
TTV dalam rentang normal
NIC : Pain Management Kaji keluhan nyeri (skala 1-10),perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan
-
non verbal R:Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi sela njutnya. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
-
R; Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase
-
punggung dan kompres hangat abdomen R: Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
-
R: Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia Tujuan
: kebutuhan nutrisi terpenuhi
NOC : Nutritional Status : food and Fluid Intake Kriteria Hasil: o
Mual muntah berkurang
o
Nafsu makan meningkat
o
BB meningkat atau normal sesuai umur
o
Asupan nutrisi terpenuhi
NIC : Nutrition Management Intervensi :
-
Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fas e akut. R: Menurunkan kebutuhan metabolik.
-
Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat R : situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan
-
Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet R: Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
-
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi.
R: Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut. 4.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare Tujuan : tidak terjadi peningkatan suhu tubuh : Risk control
NOC
Kriteria hasil : o
suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
o
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio l easa)
NIC: Temperature Regulation Intervensi : Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
-
Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi) Berikan kompres hangat
-
Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh Kolaborasi pemberian antipirektik
-
Rasional : Merangsang pusat pengatur panas di otak
5. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB Tujuan
: integritas kulit tidak terganggu
NOC : Tissue integrity : skin and mucous membrans Kriteria hasil : o
Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
o
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
NIC: Pressure Management Intervensi :
-
Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
-
Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) Rasional : Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
-
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam Rasional : Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
IV.
EVALUASI Evaluasi yang diharapkan 1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare o
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : 40-60 x/mnt
o
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
o
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
2. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi o
Melaporkan nyeri berkurang
o
Ekspresi wajah rileks, tidak rewel
o
TTV dalam rentang normal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia o
Mual muntah berkurang
o
Nafsu makan meningkat
o
BB meningkat atau normal sesuai umur
o
Asupan nutrisi terpenuhi
4. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare o
suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
o
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
5. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB o
Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
o
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/77512276/Diare-Akut-Dehidrasi-Sedang (diakses tanggal 3 Mei 2013) Ngastiyah.2005. Perawatan Anak Sakit .Jakarta:EGC Suriadi,Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak.Jakarta:Sagung Seto Suryanah,2000. Keperawatan Anak Jakarta:EGC .
Wilkinson, Judith M dan Nancy R Ahern.2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta:EGC