1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan
dibidang
kesehatan
merupakan
bagian
integral
dari
pembangunan Nasional Indonesi yang diatur dalam Sistem Kesehataan Nasional (SKN), dijelaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat swasta maupun pemerintah secara sinergis (Depkes RI, 2009). Demi tercapainya tujuan tersebut perlu diupayakan kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (DepKes RI, 2004).
Upaya kesehatan adalah adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya
kesehatan
diselenggarakan
dengan
pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan ( promotif promotif ), ), pencegahan penyakit ( preventif preventif ), ), penyembuhan penyakit (kuratif ( kuratif ) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif )
yang
dilaksanakan
secara
menyeluruh,
terpadu
dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk puskesmas (DepKes RI, 2014).
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Pe rmenkes RI, 2014).
2
Dalam sarana kesehatan puskesmas, farmasi merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang pelayanan kesehatan. Profesi farmasi telah mengalami perkembangan yaitu dari orientasi pada obat berubah menjadi orientasi pada pasien dengan berdasarkan pasal asas pharmaceutical asas pharmaceutical care care yaitu yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi farmasis dalam pekerjaan kefarmasian untuk mencapai tujuan akhir yaitu peningkatan kualitas kualitas hidup pasien (DepKes RI, 2014).
Berkaitan dengan dilaksanakannya Pengantar Praktek Kerja Lapangan (PPKL) di Puskesmas Cempaka Banjarmasin sebagai upaya untuk mengaplikasikan antara teori dan praktek sehingga menjadi dasar untuk mencapai suatu keberhasilan. Selain itu PPKL dilaksanakan untuk mencapai pengalaman belajar pada tatanan yang nyata n yata sehingga dapat memahami peran farmasi di Puskesmas dan memiliki keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian untuk persiapan menghadapi dunia kerja.
B. Tujuan Pengantar Praktek Kerja Lapangan
1. Tujuan Umum Mampu
memberikan
pelayanan
kefarmasian
dengan
pendekatan
pharmaceutical care, care, serta mengerti dan memahami ruang lingkup puskesmas yang meliputi perundang-undangan mengenai manajemen perbekalan farmasi di puskesmas, pengelolaan obat, pelayanan informasi obat (PIO) sesuai undang-undang dan kode etik kefarmasian. 2. Tujuan Khusus a. Mampu memahami manajemen sumberdaya manusia di Puskesmas Cempaka Banjarmasin. b. Mampu memahami manajemen perbekalan farmasi di Puskesmas Cempaka Banjarmasin. c. Mampu memahami struktur organisasi di Puskesmas Cempaka Banjarmasin.
3
d. Mampu melaksanakan asuhan kefarmasian ( pharmaceutical pharmaceutical care) care) di Puskesmas Cempaka Banjarmasin.
C. Manfaat Pengantar Praktek Kerja Lapangan
1. Manfaat Untuk Mahasiswa Meningkatkan kualitas dan pengetahuan tentang pelayanan kefarmasian di Puskesmas dengan pendekatan asuhan kefarmasian. 2. Manfaat Untuk Institusi Membantu institusi pendidikan tinggi dalam mencetak sumberdaya manusia yang berkualitas dalam bidang farmasi. 3. Manfaat Untuk Instansi Memberikan informasi dalam pengembangan pelayanan kefarmasian dan membantu proses pelayanan agar lebih maju lagi kedepannya.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yaitu merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil penggunaan ilmu pengetahuan dan tegnologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertaggung jawab menyelenggarakan pembangunan di suatu wilayah kerja. Fungsi dan tugas
Puskesmas
adalah
mengembangkan
dan
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan temasuk program kefarmasian (DepKes, 2006).
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia
untuk
meningkatkan
kesadaran,
kemauan,
dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya (Depkes RI, 2006).
Pelayanan yang diberikan di puskesmas adalah pelayanan yang meliputi : 1. Pelayanan pengobatan (kuratif) yaitu merupakan suatu rangkaian dari pengelolaan obat yang merupakan tahapan akhir dari suatu pelayanan kesehatan yang ikut menentukan efektifitas upaya pengobatan oleh tenaga medis kepada pasien. 2. Upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yaitu merupakan suatu kegiatan dalam upaya pemulihan kesehatan.
5
3. Upaya pencegahan (preventif) yaitu merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pencegahan suatu penyakit dengan memelihara kesehatan lingkungan maupun perorangan. 4. Upaya peningkatan kesehatan ( promotif ), yaitu suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat yang di dukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Anonim, 2009). Hal tersebut jadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan termasuk puskesmas yang merupakan unit pelaksanaan kesehatan tingkat pertama dalam pelayanan yang bersifat pokok yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat termasuk di dalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas ditujukan kepada semua penduduk dan ti dak membedakan jenis kelamin dan golongan umur (Anonim,2006). Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, dengan beberapa faktor yaitu: kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi, dan keadaan instruktur lainnya yang merupakan bahan pertimbangan dala menentukan wilayah kerja Puskesmas. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggugjawab wilayah kerja dibagi antara Puskesmas dan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa atau kelurahan, dusun atau rukun warga (DepKes RI, 2006).
6
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan yang lebih sederhana diantaranya, yaitu : 1. Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan tempat pelayanan pengobatan dibawah Puskesmas Induk pelayanannya dilakukan oleh perawat yang bertempat di suatu desa jauh dari Puskesmas. 2. Puskesmas keliling (Pusling) kegiatannya dilakukan sama seperti di dalam Puskesmas, hanya saja Puskesmas Keliling di lakukan oleh seorang dokter, bidan, perawat, gizi, dan Asisten Apoteker. 3. Pusat Pelayanan terpadu (Posyandu), terbagi dua : a. Posyandu untuk kesehatan ibu dan balita, terutama pelayanan imunisasi dan gizi terhadap ibu hamil, bayi, dan balita. b. Posyandu Lansia (Lanjut Usia) untuk pelayanan pengobatan bagi usia lanjut. 4. Pos
Kesehatan
desa
(Poskesdes)
disediakan
untuk
pelayanan
kesehatan yang bersifat mendasar. 5. Pondok Bersalin Desa (Polindes) yaitu suatu pela yanan yang dilakukan oleh seseorang bidan yang ditempatkan disuatu desa jauh dari puskesmas induk.
B. Tugas dan Fungsi Puskesmas 1. Tugas Puskesmas
Tugas dapat dilihat dari visi dan misi yang bisa dijadikan sebagai indikator dalam menentukan keberhasilan dari pelaksanaan tugas dari puskesmas. Adapun visi dan misi puskesmas adalah sebagai berikut : a. Visi Puskesmas Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan yang sehat yang harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat dan wilayah kecamatan. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan
7
penduduk.
Untuk
menyelenggarakan
mencapai upaya
visi
kesehatan
tersebut,
Puskesmas
perorangan
dan
upaya
kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarnasian yang bermutu (Anonim, 2006).
b. Misi Puskesmas Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Misi tersebut adalah sebagai berikut: 1)
Menggerakkan
pembangunan
sektor
lain
yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek
kesehatan,
yaitu
pembangunan
yangtidak
menimbulkan dampak kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku sehat masyarakat. 2)
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemandirian untuk hidup sehat.
3)
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Puskesmas akan selalu berupaya mnyelenggarakan kesehatan yang sesuai dengan standar
dan
pemerataan
memuaskan pelayanan
masyarakat,
kesehatan
serta
mngupayakan meningkatkan
efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat terjangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
8
4)
Memelihara dan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkungan. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhakan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya tanpa diskriminasi, dan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi dan kesehatan yang sesuai, termasuk aspek lingkungan (Adlaina, 2012).
2. Fungsi Puskesmas
a. Pusat penggerak pembangun berwawasan kesehatan Puskesmas selalu berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan
dari
penyelenggaran
setiap
program
pembangunan di wilayah kerjanya . b. Pusat pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, ikut menetapkan menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan progam kesehatan. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. Pemberdayaan ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. c. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat petama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi :
9
1)
Pelayanan kesehatan peroragan (private goods) adalah pelayanan yang bersifat publik, mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya peneyembuhan dan pemulihan kesehatan. Contoh
pelayanan
publik
adalah
promosi
kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, keehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. 2)
Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods) adalah pelayanan yang bersifat meningkatkan kesehatan publik, mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Contoh pelyanan publik adalah promosi
kesehatan,
lingkungan,
pemberantasan
perbaikan
gizi,
penyakit,penyehatan
peningkatan
kesehatan
lingkungan, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
C. Manajemen Sumber Daya Manusia
sumber daya manusia puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Tenaga non kesehatan harus dapat me ndukung kegiatan tata usaha, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di puiskesmas. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan non kesehatan di hitung berdasarakan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselanggarakan, jumlah pennnduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri atas: a. Dokter atau dokter pelayanan primer b. Dokter gigi c. Perawat
10
d. Bidan e. Tenaga kesehatan masyarakat f.
Tenaga kesehatan lingkungan
g. Ahli teknologi laboratorium medik h. Tenaga gizi, dan i.
Tenaga kefarmasian
Tenaga kesehatan di puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi menghormati
hak
pasien,
serta
mengutamakan
kepentingan
dan
keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja. Sumber daya manusia ( SDM ) untuk melakukan pekerjaan kef armasian di puskesmas adalah Apoteker dan asisten apoteker ( UU RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan ). Apoteker adalah seorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang kefarmasian baik di apotik, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang msaih berkaitan dengan bidang kefarmasian. Kompetensi apoteker di puskesmas menurut PERMENKES RI No.30 Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1) Sebagai penanggung jawab a) Mempunyai kemampuan untuk memimpin b) Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mengelola dan mengembangkan pelayanan kefarmasian. c) Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri. d) Mempunyai kemampuan untuk bekerja sam dengan pihak lain. e) Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi, mencegah, menganalisis dan memecahkan masalah. 2) Sebagai tenaga fungsional a) Mampu memeberikan pelayanan kefarmasian b) Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian
11
c) Mampu mengelola manajemen praktis farmasi d) Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian e) Mampu melaksakan pendidikan dan pelatihan f) Mampu melaksakan penelitian dan pngembangan ( DepKes RI, 2014 ) Asisten apoteker yang dimuaat dalam keputusan menteri kesehatan RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker, sedangkan asisten apoteker
menurut
pasal
1
keputusan
mentri
kesehatan
RI
No.679/MENKES/SK/V/2003, tentang registrasi dan izin kerja asisten apoteker menyebutkan bahwa “Asisten Apoteker “ adalah tenaga kesehatan yang berijazah sekolah menengah farmasi, akademi farmasi jurusan farmasi politeknik kesehatan, akademi analisis farmasi dan makanan jurusana analis farmasi dan makanan politeknik kesehatan sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku.
Kompetensi seorang asisten apoteker di puskesmas adalah sebagai berikut: (1) Pelayanan resep, meliputi: (a) Mampu mengidentifikasi resep (b) Mampu melakukan konsultasi (c) Mampu memastikan resep dapat dilayani (d) Mampu menyiapkan dan meracik sediaan farmasi (e) Mampu memeriksa hasil akhir (f) Mampu menyerahkan sdiaan farmasi kepada pasien sesuai resep disertai informasi yang diperlukan (2) Pengelolaan sediaan farmasi, meliputi: (a) Mampu menyusun perencanaan pemesanan dan menerima sediaan obat di puskesmas
12
(b) Mampu memeriksa stok sediaan farmasi yang hampir habis atau menipis (c) Mampu memeriksa dan mengendalikan sediaan farmasi yang mendekati waktu kadaluarsa (d) Mampu menyimpan sediaan farmasi sesuai dengan golongan nya. (3) Pengelolaan dokumen, meliputi: (a) Mampu melaksanakan tata cara menyimpan resep (b) Mampu melakukan pencatatan sediaan farmasi (c) Mengerti cara pembuatan LPLPO (d) Mampu ikut serta dalam pencatatan dan menyimpan laporan narkotika dan psikotropika serta obat generik berlogo Semua tenaga kefarmasian di puskesmas melaksanakan pelayanan kefarmasian berdasarkan standar prosedur operasional (SPO) yang dibuat secara tertulis, disusun oleh kepala ruang farmasi, dan ditetapkan oleh kepala puskesmas. SPO tersebut diletakkan ditempat yang mudah dilihat. Jenis SPO dibuat sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang dilakukan pada puskesmas yang bersangkutan (anonim2, 2006). D. Manajemen Perbekalan Farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi merupakan siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup
perencanaan,
pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi. Ruang lingkup pengelolaan sediaan farmasi di puskesmas mencakup : 1. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan seleksi obat dan pembekalan kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas. Perencanaan kebutuhan untuk puekesmas setiap periode
13
dilaksanakan oleh pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan di puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan oleh puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan perencanaan obat tahunan. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun, puskesams diminta mneyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO fungsinya untuk analisis penggunaan, perencanaan kebutuhan, pengendalian perserdiaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat. Selanjutnya UPOPPK (Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan) yang akan melakukan komplikasi dan analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas diwilayah kerjanya. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan : a. Perkiraan jenis dan jumlah obat serta pembekalan kesehatan yang mendekati kebutuhan. b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional c. Meningkatkan efesiensi penggunaan obat
Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan sediaan farmasi dan perbekalan yang akan diadakan (Depkes RI, 2008). Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat ditiap unit pelayanan kesehatan adalah : a. Metode konsumsi Yaitu dengan menganalisis data konsumsi obat tahunan sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan data dan pengolahan data, analisis data untuk informasi dan evaluasi, di perhitungan perkiraan kebutuhan obat. b. Metode epidemiologi Yaitu dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan jumlah pendudukan
yang
akan
dilayani,
menentukan
jumlah
kasus
berdasarkan frekuensi penyakit, menyediakan pedoman pengobatan,
14
meghitung perkiraan kebutuhan obat, dan penyesuaian dengan alokas i dana yang tersedia.
c. Metode campuran Yaitu merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode epidemiologi.
2. Permintaan
Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di puskesmas. Tujuan permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat dimasing-masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerjanya.
Sumber penyediaan obat di puskesmas adalah berasal dari Dinas Kesehatan Kab/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah obat essensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN). Selain itu sesuai dengan kesepakatan global maupun keputusan Menteri Kesehatan No.085 tahun 1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik di pelayanan kesehatan milik pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan di puskesmas. Adapun beberapa dasar pertimbangan dari kabupaten tersebut adalah : a. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh dunia bagi pelayanan kesehatan publik. b. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar pengobatan. c. Meningkatkan cakupan pelayaan kesehatan publik bagi masyarakat. d. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik,
15
e. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi alokasi dana obat di pelayanan kesehatan publik.
Berdasarkan pertimbangan dan ketepatan waktu penyerahan obat kepada puskesmas, kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan penyerahan obat secara langsung dari UPOPPK ke puskesmas. 1. Kegiatan a. Permintaan rutin Dilakukan sesuai dengan jadwal yang di susun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk masing-masing puskesmas. b. Permintaan khusus Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila : 1) Kebutuhan meningkat 2) Menghindari kekosongan 3) Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluarsa. 2. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan pemakaian dan Lembar Perintaan Obat (LPLPO). 3. Permintaan
obat
Kabupaten/Kota
ditujukan kepada dan
selanjutnya
kepala
Dinas
Kesehatan
diproses
oleh
UPOPPK
Kabupaten/Kota. 4. Menentukan jumlah permintaan obat Data yang diperlukan : a. Data pemakaian obat periode sebelumnya b. Jumlah kunjungan resep c. Data penyakit d. Frekuensi obat oleh UPOPPKK
16
3. Penerimaan Obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. Setiap penyerahan obat oleh UPOPKK, kepada Puskesmas dilaksanakan setelah mendpatkan persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang. Tujuan penerimaan obat adalah obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan Puskesmas.
Barang yang datang akan diperiksa oleh asisten apoteker atau apoteker dan disesuaikan dangan LPLOP. Petugas penerimaan obat mencakup jumlah kemasan, jenis obat, bentuk sediaan, serta pemeriksaan lain yang diperlukan. Jika terdapat kekeliruan, penerimaan obat wajib menuliskan jenis yang keliru (rusak , jumlah kurang, dan lain-lain). Keluar masuknya barang yang dicatat dalam buku pemasukan barang dari kartu stok masing-masing. Setelah itu barang (obat) disimpan dan disusun sesuai dengan tempatnya.
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Tujuan penyimpanan adalah agar obat yang tersedia di unit pelayanan kesehatan mutunya dapat dipertahankan.
Gudang obat puskesams merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan semua perbekalan farmasi untuk kegiatan yang dilakukan di puseskesmas. Adapun persyaratan gudang obat puskesmas sebagai berikut : 1. Persyaratan gudang dan pengaturan penyimpanan obat a. Persyaratan Gudang
17
1)
Cukup luas mnimal 3x4
2)
Ruangan kering tidak lembab
3)
Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab dan panas.
4)
Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung.
5) Lantai dibuat dari semen yang tidak memungkinakan bertumpuknya debu atau kotoran lain. Bila perlu dibuat alas papan. 6)
Dinding dibuat licin
7)
Hindari pembuatan sudut lantai untuk penyimpanan obat.
8)
Gudang khusus digunakan untu penyimpanan obat.
9)
Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.
10) Tersedia lemari atau laci khusus untuk narkotika dan psikotropik yang selalu terkunci. 11) Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan (Anonim, 2005).
b. Pengaturan penyimpanan obat : 1)
Obat disusun berdasarkan alfabetis
2)
Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
3)
Obat disimpan pada rak
4)
Obat yang disimpan pada lantai harus diletakkan di atas palet
5)
Tumpukkan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk
6)
Cairan dipisahkan dari padatan
7)
Sera, vaksin, sippositoria disimpan dalam lemari pendingin
c. Penyimpanan obat Untuk obat-obat narkotik, psikotropika hendaknya ditempatkan didalam lemari yang terkunci. Tempatkan obat secara terpisah berdasarkan bentuk seperti kapsul, tablet, sirup, injeksi, dan lainlain.
18
2. Kondisi penyimpanan Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faltor sebagai berikut: a. Kelembaban Udara lembab dapat mempengaruh obat-obatan yang tidak tertutup sehingga harus ditutup rapat, jangan dibiarkan terbuka Bila memungkinkan pasang kipas angin atau mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1) Ventilasi harus baik, jendela dibuka 2) Simpan obat ditempat yang kering 3) Wadah harus tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka 4) Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena makin panas udara diruangan maka udara semakin lembab. b. Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki c. Sinar matahari Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak kerena pengaruh sinar matahari. d. Temperatur atau suhu Obat seperti salep, krim, dan suppositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas dan dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara panas. Ruang obat harus sejuk, beber apa jenis obat yang harus disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 2-8o Celcius, seperti : 1) Vaksin 2) Sera dan produk darah 3) Antitoksin 4) Insulin 5) Injeksi Antibiotik yang sudah dipakai (sisa) 6) Injeksi oksitoksin
19
5. Distribusi
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran obat dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan obat masyarakat dan sub unit pelayanan kesehatan seperti kamar obat, laboratorium, Pustu, Pusling, Posyandu, Polindes.
Tujuan distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat masyarakat dan sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah, dan tepat waktu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan menentukan frekuensi distribusi, yaitu : a. Jarak sub unit pelayanan. b. Biaya distribusi yang tersedia.
Dalam menentukan jumlah obat dipertimbangkan : a. pemakaian rata-rata tiap jenis obat. b. Sisa stok c. Pola penyakit d. Jumlah kunjungan dimasing-masing sub unit pelayan kesehatan
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara: a. Gudang obat menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di unit pelayanan. b. Penyerahan digudang puskesmas diambil sendiri oleh sub unit pelayanan.
Obat diserahkan bersama-sama dengan formulir LPLPO dan lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat.
20
6. Pengendalian
Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan obat diunit pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan pengendalian adalah: a. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu dipuskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini disebut stok kerja. b. Menentukan : 1) Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan atau kekosongan. 2) Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan unuk mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya keterlambatan pengiriman dari UPOPPK. 3) Menentukan waktu tunggu (deadline), yaitu waktu yang diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima.
Pengendalian obat terdiri dari: a. Pengendalian persediaan Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut : 1) Cantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok 2) Laporkan segera kepada UPOPPK, jika terdapat pemakaian yang melebihi rencana karena keadaan yang tidak terduga. 3) Buat laporan sederhana secara berkala kepada Kepala Puskesmas tentang pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya yang masih mempunyai persediaan banyak.
21
b. Pengendalian penggunaan Tujuan pengendalian pengguanaan adalah untuk menjaga kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efesiensi permanfaatan dana obat. Pengendalian
penggunaan
meliputi
:
presentase
penggunaan
antibiotik, presentase penggunaan injeksi, presentase pnggunaan ratarata jumlah resep, presentase obat penggunaan obat generik.
c. Penanganan obat hilang Tujuan penanganan obat hilang adalah asebagai bukti pertanggung jawaban Kepala Puskesmas sehingga diketahui persediaan obat saat itu. Uuntuk menangani kejadian obat hilang perlu dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Petugas pengelola obat yang mngetahui kejadian obat hilang, serta melaporkan kepada kepala puskesmas. Daftar obat hilang tersebut nantinya akan digunakan sebagai lampiran dari berita cara obat hilang yang diterbitkan olah Kepala Puskesmas. 2) Kepala puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan kejadian tersebut, serta menerbitkan Berita Acara Obat Hilang. 3) Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, disertai berita acara hilang. 4) Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah obat yang hilang pada masing-masing kartu stok. 5) Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi mancukupi
kebutuhan,
segera
disiapkan
LPLPO
untuk
mengajukan tambahan obat. 6) Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan kepada kepolisian dengan membuat berita acara.
22
7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat dipuskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan dipuskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, sumber data dalam pelaporan. Selain itu, pencatatan stok obat juga bertujuan untuk mengetaui pegeluaran dan pemasukan obat, sehingga mudah dimonitor. Pencatatan stok obat meliputi keluar masuknya obat, baik obat Narkotika, Psikotropika ataupun bukan jenis obat lain yang dicatat dalam kartu stok masing-masing.
Pencatatan stok dapat dilakukan untuk periode tertentu, baik per hari, minggu ataupun perbulan. Pencatatan pada buku pemasukan, hanya dilakukan pada waktu barang masuk ke apotek di Puskesmas.LPLPO dibuat 3 rangkap yaitu 2 rangkap untuk DINKES Kabupaten/Kota melalui UPOPPK, untuk di isi jumlah yang diserahkan. Setelah ditandatangani disertai 1 rangkap lainnya disimpan LPLPO dan 1 rangkap lainnya disimpan UPOPPK, 1 rangkap untuk arsip Puskesmas.
Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan. Untuk Puskesmas yang mendapatkan distribusi LPLPO dikirim setiap awal bulan begitu juga untuk puskesmas yang mendapatkan distribusi setiap triwulan.
E. Pelayanan Farmasi di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari
23
Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes RI, 2014). Pelayanan farmasi Puskesmas bertujuan untuk: 1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. 2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai. 3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian. 4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan farmasi Puskesmas meliputi: 1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. a. Persyaratan administrasi meliputi: 1) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien. 2) Nama, dan paraf dokter. 3) Tanggal resep. 4) Ruangan/unit asal resep. b. Persyaratan farmasetik meliputi: 1) Bentuk dan kekuatan sediaan. 2) Dosis dan jumlah Obat. 3) Stabilitas dan ketersediaan. 4) Aturan dan cara penggunaan. 5) Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
24
c. Persyaratan klinis meliputi: 1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat. 2) Duplikasi pengobatan. 3) Alergi, interaksi dan efek samping Obat. 4) Kontra indikasi. 5) Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan
kegiatan
menyiapkan/meracik sediaan
farmasi
pelayanan Obat,
dengan
yang
memberikan informasi
dimulai
dari
label/etiket, yang
tahap
menyerahan
memadai
disertai
pendokumentasian. Tujuan: a. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan. b. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO) PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan: a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat. b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan
stabilitas,
penyimpanan yang memadai). c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
harus
memiliki
alat
25
Kegiatan: a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan pasif. b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka. c. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lainlain. d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta masyarakat. e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai. f. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: a. Sumber informasi Obat. b. Tempat. c. Tenaga. d. Perlengkapan.
3. Konseling Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
26
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan: a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien. b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain. c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat d. Verifikasi
akhir,
yaitu
mengecek
pemahaman
pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi. Faktor yang perlu diperhatikan: a. Kriteria pasien: 1) Pasien rujukan dokter. 2) Pasien dengan penyakit kronis. 3) Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi. 4) Pasien geriatrik. 5) Pasien pediatrik. 6) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas. b. Sarana dan prasarana: 1) Ruangan khusus. 2) Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan kompleksitas
sosial,
karateristik
penggunaan
Obat,
Obat,
kompleksitas
kebingungan
atau
pengobatan, kurangnya
27
pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat. 4. Ronde/Visite Pasien Ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan: a. Memeriksa Obat pasien. b. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien. c. Memantau perkembangan klinis
pasien
yang terkait
dengan
penggunaan Obat. d. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan dokumentasi dan rekomendasi. Kegiatan visite mandiri:
a. Untuk Pasien Baru 1) Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan. 2) Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal pemberian Obat. 3) Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien.
28
4) Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait Obat yang mungkin terjadi. b. Untuk pasien lama dengan instruksi baru 1) Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru. 2) Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat. c. Untuk semua pasien 1) Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien. 2) Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan. Hal-hal yang perlu diperhatikan: a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif. b. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim. c. Memahami teknik edukasi. d. Mencatat perkembangan pasien.
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat. 5. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO) ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
29
Tujuan: a. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang. b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan: a. Menganalisis laporan efek samping Obat. b. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping Obat. c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO). d. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan: a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain. b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO) PTO merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi
Obat
yang
efektif,
terjangkau
dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Tujuan: a. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat. b. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.
Kriteria pasien: a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui. b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis. c. Adanya multidiagnosis. d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
30
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit. f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Kegiatan: a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria. b. Membuat catatan awal. c. Memperkenalkan diri pada pasien. d. Memberikan penjelasan pada pasien. e. Mengambil data yang dibutuhkan. f. Melakukan evaluasi. g. Memberikan rekomendasi.
7. Evaluasi Penggunaan Obat Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan: a. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu. b. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan obat dan menyerahkan bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resap adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan terhadap resep merupakan salah satu pelayanan farmasi di Puskesmas, selain itu penyediaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi untuk Puskesmas. Pelayanan obat bertujuan agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter dan dapat informasi bagaimana
31
menggunakannya. Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai penyerahan obat kepada pasien (Anief,2007).
F. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
Pengadaan pada awalnya LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat), kemudian ditandatangani oleh kepala puskesmas yang bersangkutan. LPLPO dibuat sebanyak 4 rangkap, 1 untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotasetempat, 2 untuk Gudang Farmasi dan 1 lembar untuk arsip Puskesmas. LPLPO dikirim pada setiap akhir bulan dan permintaan barang akan diterima pada setiap awal bulan. Adapun macam-macam permintaan obat, sebagai berikut: 1. Permintaan rutin, dilakukan dengan sesuai jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2. Permintaan Khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila: kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan, penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluarsa. 3. Permintaan obat dilakukan dengan menggunan formulir Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). 4. Permiantaan obat ditunjukkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan selanjutnya diproses oleh UPOPPK kabupaten/kota.
Untuk menentukan jumlah permintaan obat data yang diperlukan yaitu: 1. Data pemakaian obat periode sebelumnya. 2. Jumlah kunjungan resep. 3. Data penyakit dan frekuensi distribusi oleh UPOPPK.
32
BAB III TINJAUAN UMUM
A. Puskesmas Cempaka
Puskesmas Cempaka termasuk tempat pelayanan kesehatan tertua yang ada di Kota Banjarmasin dan keberadaannya mempunyai sejarah yang cukup panjang. Bangunan pertama berdiri pada tahun 1960 dan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat disebut dengan UKIDA (Usaha Kesehatan Ibu dan Anak) dimana waktu itu dipimpin oleh bidan Ny. Hanafi. Kemudian dalam perkembangannya sesuai dengan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka gedung UKIDA tersebut ditambah 2 lokal, yaitu gedung P2 TB Paru dan gedung Rontgent yang dipimpin oleh Dr. Halamex. Oleh sebab itu Puskesmas Cempaka dikenal dengan Pusat Pela yanan Ibu dan Anak serta Pemberantasan Penyakit Menular, kemudian pimpinan digantikan oleh Dr. Tedjo Negoro. Karena sistem pelayanan yang terkotak kotak, dimana secara manajerial menjadi tidak efektif dan efisien, maka pemerintah pusat mencetuskan konsep puskesmas.
Dalam hal ini dapat diantisipasi dengan keluarnya SK Walikota madya Dati II Banjarmasin No.I-B-212821/1970 maka berdirilah secara resmi Puskesmas Cempaka sejak bulan Maret 1970 yang untuk pertama kali dipimpin oleh
Dr.
Santoso Tanusaputera, sedangkan wilayah kerja puskesmas yang harus dijangkau pada waktu itu cukup luas yaitu satu Kecamatan Banjar Barat yang meliputi 12 Kelurahan.
Seiring dengan pergeseran waktu keadaan Puskesmas Cempaka sekarang jauh lebih baik dari segi fisik karena telah menempati bangunan baru dan beberapa program wajib dan program tambahan menjadi tugas pokok pimpinan sebagai manajerial dan staf Puskesmas sudah dapat dilaksanakan sebagaimana arahan program dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.
33
B. Tugas dan Fungsi Puskesmas Cempaka
Puskesmas merupakan salah satu komponen dalam sistem kesehatan masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna meliputi upaya kuratif, rehabilitatif, promotif dan preventif. Pada saat ini Puskesmas perlu memperhatikan dengan seksama terjadinya dinamika lingkungan.
Perubahan lingkungan usaha akibat globalisasi juga mempengaruhi cara berpikir pemerintah sehingga terbit berbagai peraturan baru untuk pelayanan kesehatan dalam konteks Puskesmas, saat ini berbagai internal memberikan dinamika yang sangat kuat. Didalam Puskesmas sendiri berbagai perubahan terjadi seperti perubahan sistem manajemen sampai ke perubahan budaya.
Sehubung dengan kondisi dan situasi diatas : Puskesmas Cempaka melalui Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin bertekad membangun dan menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) berstandarkan internasional yaitu ISO 9001:2008, yang implementasinya telah dicanangkan sejak tanggal 05 Oktober 2009. Sehingga pada tahun 2015 implementasinya telah mencapai tahun keenam. Penerapan dan implementasi ini ditujukan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih bermutu. Tentunya dengan segala keberhasilan dan kendala yang ada.
Adapun visi dan misi Puskesmas Cempaka adalah sebagai berikut : 1.
Visi Puskesmas Cempaka “Terwujudnya pelayanan kesehatan yang optimal dan profesional menuju masyarakat sehat diwilayah kerja Puskesmas Cempaka ”.
2. Misi Puskesmas Cempaka a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui pemenuhan standar mutu pelayanan, kelengkapan sarana dan profesionalisme sumber daya manusia.
34
b. Membina kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dan berwawasan sehat. c. Membangun citra puskesmas dengan pelayanan cepat, tepat, aman dan nyaman. 3. Motto Pelayanan “ Kepuasan Anda adalah Kebahagiaan Kami ” 4. Janji Pelayanan Cepat Tepat Aman Nyaman
5. Etika Pelayanan
SENYUM SALAM SAPA SOPAN SANTUN
6. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Cempaka Dalam pelaksanaan pelayanan dengan menerapkan SMM ISO 9001:2008, Puskesmas Cempaka memiliki beberapa pelayanan kesehatan, yaitu:
a. UKP (Unit Kesehatan Perorangan) 1. Pengobatan umum -
Poli Umum Dewasa
35
-
Poli Umum Anak
2. Pengobatan gigi 3. KIA/KB 4. MTBS 5. PKPR 6. Laboratorium 7. Fisioterapi 8. Radiologi 9. Apotek b. UKM (Unit Kesehatan Masyarakat) 1. Promosi kesehatan 2. Kesehatan lingkungan 3. Pemberantasan penyakit menular -
P2 TB Paru
-
P2 ISPA
-
P2 Kusta
-
P2 Pelayanan imunisasi
-
Surveilens
-
P2 Diare
-
P2 Malaria
-
P2 DB
4. Gizi 5. Public Health Nursing 6. Kesehatan usila 7. Kesehatan jiwa 8. Kesehatan olahraga 9. UKS/UKGS c. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat d. Pusling e. Pelayanan Tata Usaha
36
C. Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas Cempaka
Sumber daya Puskesmas Cempaka terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan penyebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di Puskesmas Cempaka sebanyak 48 orang dengan perincian sebagai berikut :
Table 3.1 Jumlah SDM Puskesmas Cempaka dan Jabatan NO JENIS JABATAN 1 Jabatan Struktural
2
3
NAMA JABATAN Kepala Puskesmas Ka.Sub.Bag.Tata Usaha Jabatan Fungsional Dokter Umum Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Perawat Perawat Gigi Bidan Bidan Desa Tenaga Pelaksanaan Gizi Pelaksana Laboratorium Sanitarian Radiografer Refraksionis Optisien Staf/Pelaksana/Jabatan Lain-lain Pelaksana Tata Usaha Verifikator Keuangan Pelaksana Loket Bidan PTT Kasir TKS/Honorer Petugas Kebersihan/CS TOTAL
JUMLAH 1 orang 1 orang 3 orang 1 orang 1 orang 2 orang 8 orang 4 orang 5 orang 1 orang 3 orang 2 orang 2 orang 1 orang 1 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 3 orang 2 orang 47 orang
37
1. Struktur Organisasi Puskesmas Cempaka Unit Apotek
Kepala Puskesmas Drg. Emma Ariesnawati
Koordinator UKP Drg. Diyah Sinda
Kepala Unit Apotek M. Juanda, S.Si., Apt NIP. 19770514 201001 1 009
Penanggung jawab Pelayanan
Penanggung jawab
Penanggung jawab Gudang Obat
Administrasi/ Inventaris
Rohani Marpaung Nurul Isnani NIP. 196706161991032017
M. Juanda, S.Si., Apt NIP. 19770514 201001 1 009
NIP. 19720916 199203 2 009
Berdasarkan data wilayah kerja dan jumlah penduduk disekitar wilayah kerja Puskesmas Cempaka yang didapat, jumlah penduduk yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas Cempaka adalah 15.452 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 7.493 jiwa serta sebanyak 4.333 kepala keluarga yang tersebar di 4 kelurahan dengan rincian sebagai berikut :
38
Tabel C.2 Wilayah Kerja Dan Jumlah Penduduk Puskesmas Cempaka No
Keluarahan
Luas Wilayah
RT/RW
Total Penduduk
Rumah
1
KBU
0,51 Ha
10/2
1.556
486
552
2
KBI
0,79 Ha
15/2
3.290
839
855
3
Mawar
0,89 Ha
15/2
5.620
1.368
1.557
Kelayan Luar
0,15 Ha
15/2
4.986
1.256
1.369
Jumlah
2,34 Ha
52/8
15.452
3.949
4.333
4
KK
1. Geografi Dan Luas Batas Wilayah Demografi Puskesmas Cempaka Puskesmas Cempaka merupakan suatu sarana kesehatan yang terletak diwilayah kerja kecamatan Banjarmasin Tengah. Dalam suatu upaya mendukung pelayanan kefarmasian di Puskesmas Cempaka diperlukan sarana dan prasarana yang menandai disesuaikan dengan kebutuhan puskesmas.
Adapun sarana fisik Puskesmas Cempaka sebagai berikut : 1. Luas tanah
: ± 1.859,55 m 2
2. Luas bangunan
: ± 628,6 m 2
3. Daya listrik
: 7.300 watt
4. Genset
: 2.000 watt
5. Pengolahan Limbah
: SPAL dan ST
6. Sumber air
: PDAM
Puskesmas Cempaka terletak dijantung kota Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin Tengah dengan luas wilayah kerja 2,34 Ha yang terdiri dari 4 kelurahan, yaitu : a. Kelurahan Kertak Baru Ulu b. Kelurahan Kertak Baru Ilir c. Kelurahan Mawar
39
d. Kelurahan Kelayan Luar
Lokasi Puskesmas Cempaka yang strategis memudahkan dalam akses pencapaiannya, baik dengan menggunakan alat transportasi roda dua maupun roda empat. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Cempaka adalah sebagai berikut : a. Utara
: Kelurahan Antasan Besar Kevamatan Kevamatan Banjaramsin Tengah
b. Timur
: Keluarahan Pekapuran Laut Kecamatan Banjarmasin Timur
c. Selatan
: Kelurahan Teluk Dalam Banjaramsin Tengah
d. Barat
: Kelurahan Teluk Tiram Banjarmasin Barat
2. Demografi Puskesmas Cempaka a. Kelurahan Kertak Baru Hulu 1. Jumlah Penduduk
: 1502 Jiwa
2. Jumlah KK
: 467 KK
3. Jumlah Rumah
: 434 rumah
4. Jumlah RT/RW
: 19/5
b. Kelurahan Kertak Baru Hilir 1. Jumlah Penduduk
: 3293 Jiwa
2. Jumlah KK
: 1020 KK
3. Jumlah Rumah
: 932 rumah
4. Jumlah RT/RW
: 23/8
c. Kelurahan Mawar 1. Jumlah Penduduk
: 5240 Jiwa
2. Jumlah KK
: 1420 KK
3. Jumlah Rumah
: 1211 rumah
4. Jumlah RT/RW
: 29/9
d.Kelurahan Kelayan Luar 1. Jumlah Penduduk
: 4765 Jiwa
2. Jumlah KK
: 1419 KK
3. Jumlah Rumah
: 3881 rumah
40
4. Jumlah RT/RW
: 17/5
D. Manajemen Perbekalan Farmasi di Puskesmas Cempaka
Ruang lingkup manajemen perbekalan farmasi secara keselurahan mencakup : 1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan mendapatkan : a. Perkiraan jenis dan jumlah obat perbekalan kesehatan yang mendekati kebtuhan. b. Meningkatkan penggunaan secara rasional. c. Meningkatkan efiensi penggunaan obat.
Perencanaan obat dan perbekalan farmasi di Apotek Puskesmas Cempaka terdiri atas 2, yaitu perencanaan tahunan dan perencanaan bulanan.
Perencanaan
tahunan
dilakukan
oleh
Apotek
selaku
penanggung jawab Apotek Puskesmas dengan metode konsumsi yang berdasarkan data penggunaan obat pada tahun sebelumnya yang disesuaikan dengan alokasi anggaran dari Gudang Farmasi Kota Banjarmasin. Obat yang direncanakan dimasukkan dalam daftar POA. Perencanaan yang dibuat tidak boleh lebih dari anggaran yang tersedia atau ditetapkan. Kalau ada yang direncanakan melebihi anggaran, maka pemilihan daftar perencanaan disusun secermat mungkin untuk menghindari dari penumpukan barang dan kekosongan barang. Perencanaan tahunan dibuat seefisien mungkin, karena hal ini akan berpengaruh terhadap perencanaan bulanannya.
41
2. Permintaan Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dipuskesmas. Tujuan Tujuan permintaan obat obat adalah untuk memenuhi kebutuhan di masing-masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada diwilayah kerjanya. Kegiatan permintaan barang di Puskesmas Cempaka terbagi menjadi 2 yaitu permintaan rutin dan permintaan khusus.
3. Penerimaan Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. b awahnya. Setiap penyerahan pen yerahan obat oleh UPOPKK, kepada puskesmas dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang. Tujuan penerimaan obat adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan puskesmas.
Penerimaan obat dan perbekalan farmasi oleh tugas apotek akan dicek dan disesuaikan dengan LPLPO. Pengecekan meliputi jumlah, jenis obat, bentuk obat yang diminta dalam dalam LPLPO, tanggal ED ( Expired ( Expired Date ). Date ).
Kemudian jika telah sesuai maka akan ditandatangani oleh petugas apotek yang menerima barang tersebut dan diberi tanggal masuk barang. Jika ada ketidaksesuaian baik dalam jumlah, jenis, dan kualitas maka petugas apotek yang menerima dapat mengajukan keberatan. keberatan.
Barang yang telah dicek dicatat dalam kartu stok st ok yang ada digudang obat, baru kemudian barang disimpan sesuai ketentuan penyimpanan. penyimpanan.
42
4. Penyimpanan Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Tujuan penyimpanan obat adalah untuk : a. Memelihara mutu obat. b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab. c. Menjaga kelangsungan persediaan. d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Gudang obat puskesmas merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan semua perbekalan farmasi untuk kegiatan yang dilakukan di puskesmas. Barang pesanan Apotek Puskesmas Cempaka yang telah diterima, disimpan didalam gudang obat. Penyimpanan berdasarkan efek obat terhadap penyakitnya (farmakologinya) dengan sistem FIFO ( Fist In First Out ).
5. Pendistribusian Distribusi adalah kegiatan pengeluaran obat dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan obat masyarakat dan sub unit pelayanan kesehatan seperti kamar obat, laboratorium, Pustu, Pusling, Posyandu, Polindes. Tujuan distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat masyarakatdan sub unit pelayanan kesehatan yang ada diwilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah, dan tepat waktu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan menentukan frekuensi distribusi, yaitu: a.
Jarak sub unit pelayanan
b. Biaya distribusi yang tersedia Dalam menentukan jumlah obat dipertimbangkan : 1. Pemakaian rata-rata tiap jenis obat.
43
2. Sisa stok. 3. Pola penyakit. 4. Jumlah
kunjungan
dimasing-masing
sub
unit
pelayanan
kesehatan.
Sistem distribusi di Puskesmas Cempaka terbagi atas 2, yaitu distribusi internal dan distribusi eksternal. Distribusi internal adalah penyaluran obat yang terjadi antara pihak apotek dengan petugas yang berada dilingkungan puskesmas untuk pelayanan puskesmas, misalkannya permintaan dilaboratorium, poli gigi, bidan, dan untuk disalurkan pada sub unit pelayanan lain seperti POSKESDES, posyandu ( Posyandu Lansia Dan Posyandu Balita ) serta PUSLING ( Puskesmas Keliling ). Sedangkan distribusi eksternal adalah penyaluran yang terjadi antara petugas apotek kepada pasien ketika pelayanan apotek Puskesmas Cempaka.
6. Pengendalian Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan obat diunit pelayanan kesehatan dasar ( Anonim. 2007). Kegiatan pengendalian adalah : a. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu dipuskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini disebut stok kerja. b. Menentukan stok optimum yaitu jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan atau kekosongan dan stok pengaman yaitu jumlah stok yang disediakan untuk mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga , misalnya keterlambatan pengiriman dari UPOPPK ( Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ).
44
c. Menentukan waktu tunggu ( Leadtime ), yaitu waktu yang diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima. 7. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dan pelaporan data obat dipuskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan dipuskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, sumber data dalam pelaporan. Selain itu pencatatan stok obat juga bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan pemasukan obat, sehingga mudah dimonitor. Pencatatan stok obat meliputi keluar masuknya obat, baik obat narkotika, psikotropika ataupun jenis obat lain yang dicatat dalam kartu stok masing-masing. Pencatatan stok dilakukan untuk periode tertentu, baik perhari, minggu ataupun perbulan. Pencatatan pada buku pemasukan, hanya dilakukan pada waktu barang masuk ke apotek dipuskesmas.
E. Pelayan Farmasi di Puskesmas Cempaka
1. Apotek Apotek Puskesmas Cempaka memiliki 3 tenaga teknis kefarmasian yaitu, 2 orang tenaga teknis kefarmasian dan 1 orang apoteker. Setiap tenaga teknis kefarmasian tersebut memiliki wewenang dan tugas yang telah ditetapkan. Pelayanan yang dilakukan di Puskesmas Cempaka dilakukan pada Senin sampai Kamis dari jam 08.00-13.00 wita, hari Jumat dari jam 08.00-10.30 wita dan Sabtu dari jam 08.00-12.30 wita. Puskesmas Cempaka sendiri akan ditutup jam 15.00 wita, dimana setelah waktu pelayanan selesai dari jam 12.00-15.00 wita digunakan untuk melakukan registrasi dan administrasi
45
Adapun fungsi dan tugas apotek, yaitu : a. Tempat dilakukannya kegiatan pelayanan kefarmasian seperti, penataan ruang pelayanan obat, pelayanan resep, penyiapan obat dan lain-lain. b. Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien dengan etika pelayanan yang baik. c. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat yang benar kepada pasien. d. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat serta perbekalan farmasi kesehatan. e. Menyimpan, memelihara dan mencatat obat dan perbekalan farmasi kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima Apotek Puskesmas dan buku catatan obat.
Puskesmas Cempaka mempunyai 1 unit Apotek yang terdiri atas apotek (ruang pelayanan) dan gudang obat. Apotek mempunyai sarana dan prasarana yang memadai sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pasien. Sarana dan prasarana di Apotek Puskesmas Cempaka yaitu : 1. Rak obat 2. Lemari narkotika dan psikotropika 3. AC 4. Meja 5. Kursi 6. Meja racikan obat 7. Lemari pendingin 8. Kartu stok 9. Blender 10. Mortir dan stemper
46
11. Papan nama apotek 12. Ruang tunggu 13. Alat pembungkus puyer 14. Tempat penyerahan obat
Dalam hal pelayanan resep obat oleh pihak apotek untuk memudahkan pelaksanaan maka obat jadi telah dibungkus sesuai jumlah yang ditentukan. Berdasarkan sertifikat ISO yang didapat, maka setiap unit di Puskesmas Cempaka harus memenuhi sasaran mutu yang telah di tetapkan. Unit apotek sendiri memiliki tiga sasaran mutu, yaitu: sasaran mutu obat jadi, sasaran mutu obat racikan dan sasaran mutu gudang.
Sasaran mutu pelayanan obat jadi dan racikan adalah sasaran waktu pelayanan
yang
ditentukan
oleh
pihak
apotek
sesuai
dengan
kemampuannya sehingga dapat memberi ketegasan pada pasien tenteng lama waktu pelayanan. Pelayanan obat oleh petugas apotek dibatasi maksimal 4 menit sedangkan untuk obat racikan adalah 10 menit. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya sasaran mutu pada obat jadi yang telah ditetapkan maka diambil 15 resep pasien secara acak setiap harinya dan dirata-ratakan setiap bulannya, apabila rata-rata tidak lebih dari 4 menit, maka dapat dikatakan bahwa sasaran mutu tercapai. Sedangkan untuk obat racikan sendiri sampel diambil apabila ada resep racikan saja, karena jumlah peresepan obat racikan yang sedikit, kemudian dirata-ratakan perbulannya.
Apotek melayani 3 macam resep, yaitu resep umum yang berwarna putih, resep Jamkesmas dan Jamkesda yang berwarna merah muda dan resep askes berwarna hijau. Perbedaan warna dilakukan untuk memudahkan petugas menghitung jumlah resep yang masuk. Pasien yang berobat terdiri dari pasien dalam kota dan luar kota, dimana pasien yang berasal dari luar kota dikenakan biaya administrasi yang akan dibayarkan dikasir.
47
Apotek Puskesmas Cempaka menyediakan obat-obatan psikotropik seperti Alprazolam 0,5 mg, Chorpromazine 25 mg, Phenobarbital 30 mg, Amitripytiline 25 mg, Trihexypenidil 2 mg dan Diazepam 2 mg, sedangkan obat narkotik yang ada adalah Codein. Obat-obat psikotropik dan narkotik yang keluar dicatat dalam daftar penggunaan obat psikotropik dan narkotik. Obat psikotropik dan narkotik pelaporan dilakukan setiap 1 bulan sekali.
Pengelolaan obat di Apotek Puskesmas Cempaka mencakup perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan pelaporan. Pengelolaan obat bertujuan untuk meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan aman. Pelaksanaan pengelolaan obat yaitu dibuat perencanaan terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengadaan dengan menyerahkan LPLPO keepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Gudang Farmasi.
2. Gudang Obat Gudang obat merupakan tempat untuk menyimpan obat. Obat-obatan yang ada di gudang diminta melalui LPLPO kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di gudang farmasi. Obat yang ada di gudang disusun dan di kelompokkan tata letaknya berdasarkan terapi farmakologi dari obat.
Suhu gudang di atur sesuai suhu kamar yaitu 16°-24° C agar kualitas obat tetap terjaga. Selain sebagai tempat penyimpanan obat, gudang juga berfungsi untuk melindungi obat dari hewan ngengat, serangga dan kerusakan yang disebabkan oleh suhu maupun cahaya. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau yang sering disebut dengan manejemen pergudangan.
Manajemen pergudangan memiliki cakupan antara lain:
48
a. Mengatur orang/petugas b. Mengatur penerimaan barang c. Mengatur penataan atau penyimpanan gudang d. Mengatur pelayanaan akan permintaan barang
3. Balai Pengobatan Pemko Balai pengobatan di pemko memiliki sarana seperti lemari khusus untuk penyimpanan obat, ruangan pemeriksaan khusus, kipas angin, meja dan kursi yang memadai untuk melekuan kegiatan pelayanan. Dengan diadakannya empat orang tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, tenaga teknis kefarmasian, dan tenaga teknis kesehatan lainnya. Pelayanan dijadwalkan pada hari Selasa dan Kamis, dimulai jam 11.00-12.00 WITA.
4. Balai Pengobatan Gunung Satria Untuk pengobatan di pabrik Gunung Satria juga memiliki sarana seperti lemari khusus untuk penyimpann obat, kursi dan meja untuk melaksanakan kegiatan pelayanan. Tetapi untuk ruang pemeriksaan ti dak ada, sudah jadi satu dengan yang lainnya. Dengan diadakannya empat orang
tenaga
kesehatan
seperti
dokter,
perawat,
tenaga
teknis
kefarmasian, dan tenaga teknis kesehatan lainnya. Pelayanan dijadwalkain satu kali seminggu yaitu pada har kamis, dimulai jam 11.00-12.00 WITA.
F. Laporan Pemakaian Dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
Laporan pemakaian dan lembara permintaan obat disampaikan oleh puskesmas/ UPK ke instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota. Petugas Pencatatan dan Evaluasi melakukan evaluasi dan pengecekan sesuai dengan rencana distribusi dari instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota lalu dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mendapatkan persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Formulir yang digunakan sebagai dokumen bukti mutasi obat adalah formulir yang digunakan sebagai dokumen bukti mutasi obat adalah formulir LPLPO atau disebut juga
49
formulir Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat. Formulir Ini dipakai Untuk permintaan Dan pengeluaran Obat.
Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dibuat rangkap 3 (tiga) : 1. Asli untuk Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. 2. 1 Untuk arsip Instalasi penerima ( Puskesmas ) 3. 2 dikirim untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Kegunaan LPLPO Sebagai : 1. Bukti pengeluaran obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. 2. Bukti penerimaan obat di puskesmas. 3. Surat permintaan/pesanan obat dari puskesmas kepada Dinas Kesehatan kabupaten/Kota, Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. 4. Sebagai bukti penggunaan obat puskesmas.
50
BAB IV PEMBAHASAN
A. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia yang dimaksud dalam hal ini adalah para tenaga kefarmasian yang melakukan pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek dan di gudang farmasi Puskesmas Cempaka. Sumber daya manusia yang terdapat di apotek dan di gudang farmasi Puskesmas Cempaka secara keseluruhan berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 orang Apoteker dan 2 orang Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker). Para tenaga teknis kefarmasian dan yang terdapat di Apotek Puskesmas Cempaka sudah terlatih dan mempunyai kemampuan dalam melaksanakan kegiatan dibidang kefarmasian baik di dalam gedung (di lingkungan Puskesmas Cempaka) maupun diluar gedung (Posling, Posyandu, Poskesdes, Balai Pengobatan dan Pengobatan Gratis). Apoteker bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang ada di apotek dan di gudang baik pengelolaan obat, pelayanan obat, maupun perbekalan farmasi. Berikut uraian tugas dan fungsi pokok Apoteker: 1. Uraian Tugas a. Menerima resep, meracik, dan mempersiapkan sesuai kebutuhan. b. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemakaian obat. c. Merencanakan kebutuhan obat dan vaksin. d. Membuat list permintaan obat dan ke gudang farmasi. e. Mencatat pemakaian obat. f. Mengelola pemasukan dan pengeluaran obat. g. Menyusun dan menyimpan arsip resep. h. Mempersiapkan dan mengevaluasi data pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan PKRT. i.
Menyediakan sediaan obat jadi.
j.
Mengembangkan/menerapkan prosedur dan SOP Unit Apotek.
51
2. Tanggung Jawab a. Resep pasien terlayani. b. Tidak terjadi komplain dari pasien. c. Penanganan ketidaksesuaian pelayanan yang diidentifikasi di unit apotek dan memastikan bahwa tindakan preventif yang diambil efektif mencegah terulang kembali. d. Laporan terkait implementasi SMM ISO 9000:2008. e. Evaluasi pencapaian SMM di unit apotek. f. Pelaksanaan tindakan perbaikan/pencegahan sesuai waktu yang ditentukan. g. Laporan kegiatan Unit Apotek ke DKK Banjarmasin . 3. Wewenang a. Mengkoordinir dan melaksankan pelayanan Apotek. b. Memantau setiap proses yang dilakukan di lingkup Apotek. 4. Tugas Lainnya Melaksanakan tugas lain yang relevan yang diberikan oleh atasan langsung.
Tugas dan Fungsi Pokok Tenaga Teknis Kefarmasin 1.
Uraian tugas: a. Menerima resep, meracik dan mempersiapkan obat sesuai kebutuhan. b. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemakaian obat. c. Merencanakan kebutuhan obat vaksin. d. Membuat list permintaan obat ke gudang farmasi. e. Mencatat pemakaian obat. f. Mengelola pemasukan dan pengeluaran obat. g. Menyusun dan menyimpan arsip resep. h. Mempersiapkan dan mengevaluasi data pengadaan sediaan farmasi, alat kesehtan dan PKRT. i.
Menyediakan sediaan obat jadi.
52
j.
Menerapkan prosedur dan SOP yang telah ditetapkan di Unit Apotek.
2.
Tanggung Jawab a. Resep pasien terlayani dengan baik. b. Pendeteksian ketidaksesuaian dan pelaporan di unit Apotek.
3.
Wewenang a. Melaksanakan pelayanan Apotek. b. Pendeteksian ketidaksesuaian dan pelaporan di Unit Apotek.
4.
Tugas Lainnya Melaksanakan tugas lain yang relevan yang diberikan oleh atasan langsung.
B. Manajemen Perbekalan Farmasi
Ruang lingkup manjemen perbekalan farmasi secara keseluruhan mancakup: 1. Perencanaan Perencanaan obat dan perbekalan farmasi di Apotik Puskesmas Cempaka terdiri atas 2, yaitu perencanaan tahunan dan perencanaan bulanan. Perencanaan tahunan dilakukan oleh Apoteker selaku penanggung jawab Apotek Puskesmas dengan metode komsumsi yang berdasarkan data Teknis Kefarmasian dengan metode komsumsi yang berdasarkan data penggunaan obat pada tahun sebelumnya yang di disesuaikan dengan alokasi anggaran dari Gudang Farmasi Kota Banjarmasin. Obat yang direncanakan dimasukkan dalam daftar POA. Faktor-faktor dari suatu perencanaan, yaitu: 1. Jumlah obat yang digunakan. 2. Jumlah obat yang diterima. 3. Sisa obat pada akhir bulan sebelumnya. 4. Jumlah kunjungan penyakit. 5. Pola penyakit. 6. Penyakit yang mewabah (KLB) 7. Berdasarkan musim.
53
8. Keadaan dan jumlah penduduk sekitar puskesmas. 9. Berdasarkan 10 macam obat terbanyak. Perencanaan yang dibuat tidak boleh lebih dari anggaran yang tersedia atau ditetapkan. Kalau apa yang direncanakan mel ebihi anggaran, maka pemilihan daftar perencanaan disusun secermat mungkin untuk menghindari dari penumpukan barang dan kekosongan barang. Perencanaan tahunan dibuat seefisien mungkin, karena hal ini akan berpengaruh terhadap perencananaan bulanannya. Perencanaan bulanan dibuat oleh apoteker setiap bulan dalam bentuk LPLPO. LPLPO dibuat oleh petugas Apotek pada akhir bulan dan ditandatangani oleh Kepala Puskesmas Cempaka. Format LPLPO terdiri atas 5 rangkap, 3 rangkap ditujukan untuk Kepala Dinas dan 1 Rangkap lagi untuk arsip Apotek Puskesmas Cempaka. 2. Permintaan Kegiatan permintaan barang di Puskesmas Cempaka te rbagi menjadi 2, yaitu permintaan rutin dan permintaan khusus. Permintaan rutin dan permintaan khusus. Permintaan rutin dilakukan setiap bulan. Sumber menyediakan obat Puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan/Kota di Gudang Farmasi dengan apoteker penanggung jawab apotek yang telah disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Puskesmas Cempaka dan diajukan di Gudang Farmasi dengan menggunakan format LPLPO. Gudang farmasi akan mempersiapkan permintaan obat dan alat kesehatan. Proses ini berlangsung lebih dari 1 minggu, baru kemudian obat dikirim ke Puskesmas Cempaka. Permintaan khusus akan dilakukan apabila terjadi peningkatan pemakaian obat dari dari yang biasanya atau terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau terjaadi obat kadaluarsa, maka Puskesmas Cempaka melakukan
permintaan
khusus
ke
gudang
Farmasi
dengan
54
menggunakan bon obat. Permintaan dangan bon obat tersebut akan dimasukkan ke LPLPO bulan selanjutya.
3. Penerimaan Penerimaan obat dan perbekalan farmasi oleh petugas apotek akan dicek dan disesuaikan dengan LPLPO. Pengecekan meliputi jumlah, jenis obat, bentuk obat yang diminta dalam LPLPO, tanggal ED (Expired Date). Kemudian jika telah sesuai maka akan ditandatangani oleh petugas apotek yang menerima barang tersebut dan diberi tanggal masuk barang. Jika ada ketidaksesuaian baik dalam jumlah, jenis, dan kualitas maka petugas apotek yang menerima dapat mengajukan keberatan. Barang yang telah di cek dicatat dalam kartu stok yang ada di gudang obat, baru kemudian barang disimpan sesuai ketentuan penyimpanan.
4. Penyimpanan Barang pesanan Apotek Puskesmas Cempaka yang telah diterima, disimpan didalam gudang obat. Penyimpanan berdasarkan efek obat terhadap penyakitnya (farmakologinya) dengan sistem FIFO (Fist In First Out) dan FEFO (First Expire First Out). FIFO adalah sistem dimana penyimpanan dimana obat yang masuk terlebih dahulu maka lebih dahulu dikeluarkan. FEFO adalah sistem penyimpanan dimana obat yang kadaluarsanya terdekat maka obat tersebut yang didahulukan. Letak gudang tidak jauh dari ruang Apotek sehingga hal ini akan memudahkan petugas dal mengambil obat/perbekalan farmasi. Ruangan gudang dan Apotek dilengkapi dengan AC serta termometer. Hal ini untuk selalu menjaga kualitas obat agar tidak cepat rusak karena disimpan sesuai dengan ketentuan. Untuk obat golongan Narkotik dan Psikotropika dilemari terkunci. Untuk penyimpanan obat injeksi dan suppositoria terdapat dilemari es yang selalu dijaga suhunya dan dikontrol dengan termometer. Penyimpanan alat-alat kesehatan dilemari terpisah dengan rak obat-obatan yang dikhususkan untuk penyimpanan
55
alkes. Untuk penyimpanan Obat steril seperti tetes mata, salep mata, tetes telinga dan cairan steril disimpan di lemari kaca khusus terkunci. Pengaturan
penyimpanan
obat
diruang
pelayanan
diletakkan
berdasarkan jenis dan bentk sediaan. Sedangkan penyusunannya tidak berdasarkan abjad melainkan obat yang sering keluar diletakkan didekat petugas apotek sehingga mempermudah pengambilannya. Untuk penyimpanan kartu stok diletakkan terpisah dari susunan obat, untuk penyimpanan kartu stok obat-obatan diletakkan di atas lemari dengan rak dan diberi kode sesuai abjad dan angka. Abjad yang terdapat dikartu stok adalah menurut susunan rak obat. Untuk penyimpanan kartu stok Narkotik dan Psikotropika dipisahkan dan diletakkan di dekat pencatatan pemesanan Narkotika dan Psikotropika. Dan penyimpanan kartu stok untuk alat kesehatan diletakkan juga di dalam lemari alkes. Sedangkan untuk penyimpanan kartu stok obat steril diletakkan disamping lemari penyimpanan.
5. Pendistribusian Sistem distribusi di Puskesmas Cempaka terbagi atas 2, yaitu distribusi internal dan distribusi eksternal. Distribusi internal adalah penyaluran obat yang terjadi antara pihak apotek dengan petugas yang berada dilingkungan Puskesmas untuk pelayanan puskesmas, misalnya permintaan di laboratorium, poli gigi, bidan, dan untuk disalurkan pada Sub unit pelayanan lain seperti Poskesdes, Posyandu (Posyandu Lansia dan Posyandu Balita) serta Pusling (Puskesmas Keliling). Sedangkan distribusi eksternal adalah penyaluran yang terjadi antara petugas apotek kepada pasien ketika pelayanan apotek Puskesmas Cempaka. Obat-obat yang didistribusikan dari gudang ke apotek harus dicatat dalam kartu stok, meliputi: tanggal keluar barang, nama obat, bentuk sediaan dan banyaknya obat yang dikeluarkan. Hal ini untuk mempermudah sistematika.
dalam
pengontrolan
obat
yang
tercatat
secara
56
Khusus untuk narkotika dan psikotropika dicatat pengeluarannya dalam buku khusus untuk masing-masing item obat.
6. Pengendalian Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang di inginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan obat diunit pelayanan kesehatan dasar (Anonim, 2007). a. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stock ini di sebut stock kerja. b. Menentukan stock optimum yaitu jumlah stock obat yang diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan atau kekosongan dan stock pengaman yaitu jumlah stock yang disediakan untuk mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak te rduga, misalnya keterlambatan pengiriman dari UPOPPK (Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan). c. Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima.
7. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan data obat di puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, sumber data dalam pelaporan. Selain itu, pencatatan stock obat juga bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan pemasukan obat, sehingga mudah di monitor. Pencatatan stock obat
57
meliputi keluar masuknya obat, baik obat Narkotik, Psikotropik ataupun jenis obat lain yang dicatat dalam kartu stock masing-masing. Pencatatan stock dapat dilakukan setiap hari, pencatatan pada buku pemasukan hanya dilakukan pada waktu barang masuk ke apotek di Puskesmas.
C. Pelayanan Kefarmasian
1. Pelayanan kefarmasian dalam gedung Di Puskesmas Cempaka pelayanan dilakukan setiap hari kerja, yaitu : Hari Senin – Kamis : 08.00-13.00 WITA Hari Jum’at
: 08.00-10.30 WITA
Hari Sabtu
: 08.00-12.30 WITA
Kegiatan registrasi dilakukan setelah jam pelayanan sampai jam kerja di Puskesmas Cempaka selesai, yaitu untuk hari Senin-Kamis jam 15.00 WITA, untuk hari jum’at 11.00 WITA dan untuk hari Sabtu jam 14.00 WITA. Alur pelayanan di Puskesmas Cempaka dimulai dari pasien mengambil nomor antrian untuk umum, Askes/BPJS dan Jamkesda, Jamkesmas dan Pelajar. Nomor urut/nomor antrian tersebut didaftarkan diloket. Selanjutnya pasien menunggu panggilan dari loket menurut nomor urut pasien yang telah mengambil nomor antrian, setelah dipanggil pasien tersebut diarahkan sesuai usia dan penyakit pasien, bisa menuju Poli dewasa, Poli Anak, Poli Gigi, Poli KIA, MTBS dan lain-lain. Khusus untuk pasien yang berada diluar kota dikenakan biaya yang dilakukan kasir. Dokter, perawat, bidan akan memeriksa pasien. Setelah pasien tersebut diperiksa maka akan ada 2 kemungkinan, yang pertama pasien akan diarahkan langung ke Apotek, yang kedua pasien diarahkan kepelayanan penunjang seperti Laboratorium, Radiologi (Rontgen) atau Fisioterapi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Setelah dari pelayanan penunjang apabila pasien diarahkan kesana maka pasien
58
tesebut harus kembali kepada pemeriksaan awal untuk diberikan resep dan diminta untuk menuju apotek untuk pengambilan obat. Resep yang diserahkan kepada petugas Apotek terbagi menjadi 3, yaitu: a. Resep Pasien Askes yang berwarna hijau. b. Resep pasien Jamkesmas dan Jamkesda berwarna Pink c. Resep berwarna putih untuk pasien umum. Untuk pasien umum harus memenuhi syarat yang berlaku, yaitu membawa fotokopy KTP (untuk dewasa) atau kartu keluarga (untuk anak-anak). Untuk Pasien Jamkesmas, Askes dan Jamkesda harus menunjukkan kartu diloket. Setelah pasien menyerahkan resep ke bagian apotek, maka petugas apotek akan menyiapkan obat sesuai yang tertulis dan kemudian diberikan etiket. Untuk obat yang menurut petugas kurang rasional atau obat yang tertulis tidak ada maka petugas apotek akan segera menanyakan pada penulisan resep. Untuk pengerjaan resep obat jadi pelayanan maksimal 4 menit dan untuk obat racikan maksimal 10 menit. Pada saaat penyerahan obat maka pasien akan diberikan informasi obat. Pada kenyataan di lapangan, pengerjaan resep non racikan 1-3 menit sangat jarang terjadi sampai 4 menit terkecuali pasien banyak. Sedangkan untuk racikan 5 menit tetapi untuk pemesanan racikan sangat jarang terjadi. Apabila ada pasien yang memerlukan penanganan lebih lanjut makan akan diberikan rujukan ke Rumah Sakit. 2. Kegiatan Pelayanan Luar Gedung Kegiatan luar Gedung Puskesmas Cempaka Banjarmasin
meliputi
kegiatan pelayanan kesehatan gratis, balai pngobatan, pemberian Vitamin A dan lain-lain yang dilakukan di wilayah kerja Puskemas Cempaka Banjarmasin. Kegiatan-kegiatan luar gedung Puskesmas Cempaka yaitu :
59
a. Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) Pada kegiatan Poskesdes, perawat lebih banyak petugas karena jumlah pasien yang banyak sehingga pemberian obat terkadang diatasi oleh petugas yang memeriksa (perawat/dokter). 3. Posyandu Lansia Adalah kegiatan posyandu yang ditujukan untuk para lansia. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan penyakit yang di derita dan pemberian obat. 4. Posyandu Balita Posyandu balita ditentukan pada hal-hal terkait imunisasi bayi.
60
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan a. Puskesmas merupakan tempat pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat ditingkat kecamatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. b. Puskesmas Cempaka adalah sarana pelayanan kesehatan yang memiliki Apotek yang dikelola oleh satu orang apoteker dan 2 orang tenaga t eknis kefarmasian (Asisten Apoteker). c. Puskesmas Cempaka mendapatkan pengakuan sasaran pelayanan dari ISO 9001 : 2008 pada bulan Januari 2010 sehingga dalam pelayanannya harus memenuhi beberapa sasaran mutu yang telah ditetapkan. d. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Cempaka diberikan pada pasien umum, Askes/BPJS dan Jamkesmas. e. Sasaran mutu yang harus dicapai di Apotek Puskesmas Cempaka adalah sasaran mutu pelayanan obat jadi, sasaran mutu pelayanan obat racikan dan sasaran mutu gudang. f. Pengelolaan obat dan perbekalan farmasi di Puskesmas Cempaka meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pencatatan dan pelaporan serta pelayanan kefarmasian. g. Perencanaan di Puskesmas Cempaka terbagi 2, yaitu perencanaan tahunan dan perencanaan bulanan dengan format LPLPO. h. Permintaan rutin dilakukan setiap bulan, sedangkan permintaan khusus dilakukan pada waktu stok obat habis dan pada saat itu belum waktunya dilakukan pemesanan obat. i. Dalam menerima obat yang dikirim dari gudang farmasi, ada beberapa hal yang harus diperiksa, diataranya jumlah obat, jenis obat, nomor batch, tanggal kadaluarsa. j. Penyimpanan farmasi di gudang Apotek Pukesmas Cempaka dilakukan dengan system FEFO, FIFO, dan Farmakologinya. k. Distribusi terbagi menjadi 2, yaitu distribusi internal dan distribusi eksternal. l. Pencatatan di Puskesmas Cempaka dilakukan rutin per hari dan per bulannya. Untuk kegiatan pelaporan dilakukan setiap awal bulan. m. Pelaporan narkotika dilakukan setiap bulan sekali dan pelaporan Psikotropika dilakukan dalam 3 bulan sekali.