LAPORAN TUTORIAL BLOK 3.4 LBM 2: AKU TAK SECANTIK DULU LAGI
KELOMPOK 7:
13195 Berlian Kusuma Dewi
13355
Dinda Putri Dwi P.
13198 Yulanticha Diaz A.A.
13357
Tri Cahyani Utami
13211 Chairunnisa Rahmatina
13359
Suis Galischa Wati
13212 Nur Laila Safitri
13360
Rahma Anggraini
13216 Mega Nur Amalia
13446
Avin Maria
13352 Anisa Diah Nastiti
13497
Venni Winta Pratiwi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012
1
PROSES TUTORIAL
Pertemuan pertama:
Hari, tanggal : Senin, 27 Februari 2012 Pukul
: 08.00 WIB
Hadir
: 12 orang
Agenda
: Step I-V
Tutor
: Anita Kustanti S. Kep., Ns.
Pertemuan kedua:
Hari, tanggal : Kamis, 01 Maret 2012 Pukul
: 08.30 WIB
Hadir
: 12 orang
Agenda
: Step VII
Tutor
: Anita Kustanti S.Kep., Ns.
Ketua
: Mega Nur Amalia
13216
Sekretaris
: Anisa Diah Nastiti
13352
Nur Laila Safitri
13212
2
SKENARIO 2 Fitria (19 th) seorang bintang film remaja yang sedang menjadi idola. Dia mengalami kecelakaan ketika mengendarai mobil stelah minum alkohol. Dia mengalami luka pada wajah dan tangannya, tindakan yang dilakukan adalah operasi. Dari keterangan tim kesehatan, kalau wajahnya tidak dapat kembali secantik seperti sebelumnya. Akhirnya Fitria sring murung dan putus asa. Dia datang ke seorang psikolog dan disimpulkan bahwa dia mengalami gangguan body image.
STEP 1 Gangguan body image adalah:
Perasaan seseorang yang negatif terhadap fisiknya.
Kepribadian bagaimana memandang dirinya.
Hubungan sosial seseorang juga akan terganggu.
STEP 2 1. Apa saja dampak dari gangguan body image? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi body image? 3. Apa saja pengakajian yang perlu dilakukan? 4. Apa saja sumber koping dan mekanisme koping yang dapat diberikan untuk pasien dengan gangguan body image ? 5. Apa peran keluarga terhadap pasien gangguan body image? 6. Bagaimana pencegahan agar individu tidak mengalami gangguan body image?
7. Apa saja tanda dan gejala mengalami gangguan body image? 8. Apa saja peran perawat untuk klien dengan gangguan body image?
3
9. Bagaimana hubungan gangguan somatoform dengan gangguan body image?
10. Asuhan keperawatan apa yang mungkin bisa ditegakkan untuk gangguan body image?
11. Apa saja terapi / penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi untuk gangguan body image? 12. Bagaimana penegakan diagnosis untuk gangguan body image? 13. Bagaimana ciri-ciri body image positif dan negatif?
STEP 3 1. Dampak dari gangguan body image:
Menarik diri dari lingkungan, sosialisasi berkurang di masyarakat.
Memerlukan pengeluaran ekonomiyang banyak hanya untuk bisa tampil sempurna.
Memicu timbulnya kriminaltas dan bunuh diri.
Dapat menimbulkan gangguan jiwa.
Gangguan peran diri
Berdampak pada kesehatan fisik/fisiologis
Tergantung kepribadiannya, jika introvert maka akan lari dari masalah seperti bunuh diri, jika ekstrovert masih mungkin untuk bertahan.
2. Faktor yang mempengaruhi gangguan body image?
Perkembangan
melihat keadaan lingkungan.
Significant other orang terdekat dengan klien, tergantung pendapat
mereka tentang dirinya.
Kegagalan fungsi tubuh
misal berhubungan dengan reproduksi: rahim
diangkat sehingga tidak bisa memiliki anak.
Ketergantungan dengan mesin.
Perubahan bentuk tubuh
misal menjadi lansia.
4
Budaya
gaya hidup yang ada di suatu daerah, bagaimana suatu budaya
memandang “cantik/tampan” seperti apa.
Tingkat religius
semakin tinggi maka akan semakin bersyukur dengan
keadaan tubuhnya.
Profesi misal pramugari yang mengutamakan penampilannya.
Pengalaman masa lalu
Jenis kelamin dan orientasi sosial.
Persepsi diri : Individual seksual. Interpersonal
mungkinpernah diejek.
kepuasan akan jenis kelamin, orientasi
berhubungan dengan orang lain, tanggapan
orang lain tentang seorang individu. Psikologis
merasa depresi dengan
bentuk tubuhnya.
Ada dugaan disebabkan karena kapasitas serotonin yang berlebih.
Berdasarkan sifat
misal obsesiv-kompulsif : berulang-ulang untuk
mendapatkan kesempurnaan.
3. Pengkajian gangguan body image:
Menggali perasaan klien tentang keadaan bagian tubuhnya, baik bagian tubuhnya yang disukai maupun yang tidak disukai.
4. Koping:
Mekanisme koping: -
Jangka pendek : pengalihan sementara, misalnya melakukan hobi.
-
Jangka panjang : sering mengalami maladaptive
-
Ego : depersonalisasi, berfantasi
Sumber koping: -
Tergantung pada kepribadian individu
-
Tingkat kepercayaan diri seseorang
misal rasa perccaya dirinya
rendah, maka jika ada masalah kecil dirasa sangat berat. -
Tingkat religius
jika tinggi, akan dapat mudah menerima apa yang
diberikan Tuhan.
5
-
Orang terdekat dari klien / support system
dukungan terhadap
klien.
5. Peran keluarga:
Menciptakan lingkungan yang kondusif
Mengunggulkan kelebihannya, agar tidak terlalu memikirkan hal yang dirasa tidak sesuai/kegagalan.
Meningkatkan kepercayaan diri klien.
Orang tua sebaiknya tidak membeda-bedakan anaknya.
Membantu anak mengidentifikasi kelebihannya.
Keluarga merupakan support system yang penting.
Membina hubungan yang baik antar anggota keluarga.
Pendidikan dini pada anak untuk mempersiapkannya terjun ke masyarakat.
Membuat setiap anggota keluarga merasa diterima dan dihargai.
6. Pencegahan:
7.
Peningkatan religius.
Meningkatkankepercayaan diri.
Selalu berpikiran positif.
Menjadiakan kekurangan menjadi kelebihan.
Menciptakan suasana yang salaing menerima dan menghargai.
Ikut motivation training.
Tanda dan genjala gangguan body image:
Merasa tidak puas pada keadaan tubuhnya (sering bercermin, operasi plastik).
Merasa minder / harga diri rendah.
Sering murung dan putus asa.
Tidak mau menyentuh bagian tubuhyang dioperasi / tidak disukai.
6
Menolak penjelasan dan selalu berpresepsi negatif.
Meminta pendapat orang lain tentang penampilannya berkali-kali.
Berpandangan tentang kesempurnaan.
Melakukan diet berlebih, terobsesi dengan lab el “cantik” yang kurus.
Kamuflase
berpenampilan yang menyembunyikan bagian tubuh yang
tidak disuakai.
Tergantung bentuk body image : body image distorsion (persepsi diri), dan body image dissastifaction (tidak puas dengan bagian tubuhnya).
8.
Peran perawat:
Membina hubungan salaing percaya.
Mengutamakan prinsik keterbukaan.
Menggali potensi individu, dan berusaha bersama klien untuk mengembangkannya.
Memberi dukungan kepada klien.
Memberi edukasi dan dukungan untuk keluargamya.
9. Hubungan gangguan somatoform dengan gangguan body image:
Gangguan somatoform yang salah satunya adalah gangguan body dismorfik merupakan gangguan body image.
Gangguan somatoform dapat dipicu karena gangguan body image.
Bisa salaing mempengaruhi.
Tergantung mekanisme koping yang digunakan,
10. Asuhan Keperawatan : -
11. Penatalaksanaan gangguan Body Image:
Farmakologi : menggunakan antidepresan
Non Farmakologi:
7
-
CBT (Cognitif Behavior Therapy)
membentuk pemikiran kognitif
yang selalu positif sehingga menampilkan perilaku yang positif. -
Menampilkan seseorang yang memiliki koping yang lebih baik (keadaannya sama dengan klien atau lebih parah).
-
Terapi aktifitas kelompok (TAK).
-
Melakukan meditasi ( masuk ke dalam alam bawah sadar untuk meningkatkan rasa positif dan menurunkan kecemasan).
12. Penegakan diagnosis untuk gangguan body image : -
13. Ciri body image positif dan negatif : -
STEP 4
Sumber
Penegakan Diagnosa
Mekanisme
+
Tanda/gejala
KOPING
Faktor-faktor
BODY IMAGE
--
Gangguan Somatoform
Gangguan Body Image
Dampak
Pengkajian
ASKEP
8
STEP 5 : LO 1. Bagaimana hubungan gangguan somatoform dengan gangguan body image?
2. Apa saja terapi / penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi untuk gangguan body image? 3. Asuhan keperawatan apa yang mungkin bisa ditegakkan untuk gangguan body image?
4. Bagaimana penegakan diagnosis untuk gangguan body image? 5. Apa saja faktor presipitasi dan predisposisi gangguan body image? 6. Bagaimana ciri-ciri body image positif dan negatif?
STEP 6 : mencari literatur mandiri
9
STEP 7 1. Hubungan gangguan somatoform ( body dismorphic disorder) dengan gangguan body image pada kasus Body dismorphic disorder merupakan preokupasi dengan kecacatan yang
dibayangkan atau yang dilebih-lebihkan dalam penampilan fisik. Jadi klien
mempunyai bayangan yang berlebihan akan kondisi fisiknya. Sedangkan pada kasus, klien tidak hanya membanyangkannya saja karena kecacatan fisik benarbenar terjadi dan ada statement dari dokter bahwa klien tidak akan secantik dulu lagi. Dengan kata lain orang yang memiliki gangguan body image tidak selalu mengalami body dismorphic disorder tetapi orang yang mengalami body dismorphic disorder otomatis mengalami gangguan body image.
Kriteria diagnostik body dismorphic disorder menurut Simposium Ikatan Dokter Jiwa Indonesia (IDJI): a. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan b. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya c. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih lanjut oleh gangguan mental lain Perbedaan gangguan body image dengan body dismorphic disorder : Gangguan Body Image
Body Dismorphic Disorder
Diagnosa dipakai di keperawatan
Diagnosa dipakai di medis
Bila diberi pendidikan kesehatan bisa
Diberi pendidikan kesehatan tetap sulit
sembuh
disembuhkan
Tidak selalu ada gangguan psikologis
Selalu
yang mendahului
psikologis
didahului
dengan
gangguan
10
Secara klinis, body dismorphic disorder (BDD) merupakan bagian dari obsessive-compulsive disorder (Watkins, 2006; Thompson, 2002). Simptom
reaksi obsessive-compulsive disorder adalah kekacauan psikoneurotik dengan kecemasan-kecemasan, yang berkaitan dengan pikiran-pikiran yang tidak terkontrol, dan berhubungan dengan impuls-impuls repetitif untuk melakukan suatu perbuatan. Penderita sadar kalau pikiran dan kecemasan itu sia-sia, tidak pantas/tidak perlu, abnormal, absurd dan tidak mungkin. Namun ia tak mampu mengontrolnya. Penderita body dismorphic disorder biasanya memfokuskan tidak hanya pada bagian tubuh tertentu, tetapi lebih ke bagian-bagian tubuh yang lain pula. Itulah yang membedakannya dengan eating disorder , bulimia nervosa, maupun anorexia nervosa yang biasanya menyangkut gangguan kecemasan mengenai
ukuran dan berat badan.
2. Terapi farmakologi dan non-farmakologi untuk klien gangguan body
image Terapi farmakologi klien gangguan body image lebih ditekankan untuk mengatasi depresi dan kecemasannya, obatnya dapat berupa: a. Fluoxetine Obat ini bekerja dengan menghambat reuptake serotonin
ke dalam
prasinap saraf terminal. Sehingga akan terjadi peningkatan neurotransmisi oleh serotonin sehingga menimbulkan efek antidepresan. Keistimewaan obat ini dibanding antidepresan lain ialah bisa diberikan pada usia lanjut, di atas 65 tahun. Sejak tahun 2003, obat ini sudah mendapat pengakuan dari FDA untuk mengatasi depresi dan obsessive-compulssive disorder pada anak dan remaja (7-17 tahun).
11
b. Sertraline Setraline terutama diindikasikan untuk mengatasi gejala ddepresi dan kecemasan. Tetapi obat ini juga diresepkan untuk mengatasi OCD, stres pasca trauma, gangguan panik, dan bipolar. c. Paroxetine Merupakan obat yang paling banyak diresepkan untuk depresi. Kal ini karena efikasinya tak hanya ampuh untuk depresi tapi juga ampuh untuk mengatasi kecemasan, mulai dari panik hingga phobia. Potensi untuk kenaikan berat badan, interaksi obat, dan disfungsi sosial sedikit lebih tinggi pada pasien yang menggunakan paroxetine dibanding dengan fluoxetine dan sertraline. d. Citalopram Biasanya diindikasikan untuk mengobati depresi dengan gangguan mood. Terkadang obat ini digunakan untuk pengobatan body dismorphic disorder dan ansietas. Obat ini cocok
digunakan untuk pasien yang menerima
banyak pengobatan. e. Mirtazapine Studi memperlihatkan bahwa mirtazapine efektif mengobatai depresi dalam setiap tingkat keparahan. Selain itu juga efektif mengatasi depresi sedang dan berat, terutama pasien dengan ansietas, gangguan tidur, agitasi, dan pasien dengan keterbelakangan mental.
Terapi non-farmakologi: a. Terapi keluarga Terapi ini melibatkan seluruh anggota keluarga klien. Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar anggota keluarga supaya tercipta suasana yang kondusif. b. Latihan asertif Dengan cara memperbanyak sosialisasi dengan orang lain, serta berlatih komunikasi.
12
c. Terapi aktivitas kelompok Salah satu jenis TAK adalah tipe sosialisasi, dimana klien akan berkumpul bersama kelompok dengan macam gangguan yang berbeda untuk saling berbagi cerita. Tujuannya adalah memperbanyak sosialisasi guna meningkatkan citra diri positif dalam dirinya. d. Terapi perilaku kognitif (CBT) Tujuannya dalah untuk mengurangi gangguan kecemasan dan akibat gangguan masa lalu seperti agresif dan permusuhan, dan untuk meningkatkan kualitas hidup klien supaya tidak berlanjut ke BDD. e. Terapi lingkungan Dengan cara mengalihkan perhatian klien dari fokus-fokus yang selama ini negatif ke hal-hal yang bermanfaat misalnya melakukan aktivitas sesuai hobinya dan kesenangannya. Tujuannya untuk meningkatkan kepercayaan diri, belajar mencintai diri sendiri, dan melatih gambaran diri yang positif. f. Meditasi Untuk merelaksasikan pikiran karena saat meditasi berhasil pikiran klien ada di alam bawah sadar. g. Manajemen stres Dengan teknik guided imagery, nafas dalam, dan terapi kognitif.
Menurut National Eating Disorder Association (2002) ada 10 cara untuk memiliki body image yang positif:
Appreciate all that your body can do, setiap hari dengan kita dapat
beraktivitas mendekati cita-cita kita dengan tubuh yang sudah kita punya
Buatlah daftar 10 bagian tubuh yang paling disukai
Selalu mengingat bahwa kecantikan yang sesungguhnya bukan hanya dari luarnya saja, beauty is state of mind not state of your body
13
Lihat diri sebagai manusia seutuhnya, jangan hanya berfokus pada kekurangan semata. See yourself as you want others to see you as a whole person
Surround yourself with positive people, jangan bergaul dengan
orang yang selalu menilai keburukan kita
Hilangkan pikiran negatif tentang diri kita
Pakai pakaian yang nyaman dan membuat kita merasa nyaman dengan kondisi tubuh kita
Menjadi orang yang kritis dan pandai menilai media massa bila ada iklan atau slogan media massa yang membuat kita merasa ada yang salah dengan tubuh kita
Melakukan hal positif untuk diri sendiri
Daripada memikirkan kekurangan diri, lebih baik mengisi waktu dengan membantu orang lain
3. Penegakan diagnosa gangguan body image
Dalam NANDA disebutkan kriteria gangguan body image adalah: a. Acknowledgment of one’s body b. Menghindari bagian tubuh c. Memonitor bagian tubuh d. Respon secara nonverbal pada perubahan tubuh e. Respon secara nonverbal dalam persepsi perubahan tubuh f. Secara
verbal
mengungkapkan
keterbatasan
tubuhnya
menurut
pandangannya g. Secara verbal mempersepsikan ketidakpuasan pada penampilan tubuhnya
4. Asuhan Keperawatan untuk klien dengan gangguan body image
Diagnosa keperawatan: Disturbed Body Image b.d low self esteem / b.d self care deficit Definisi: kebingungan gambaran mental pada fisik seseorang
14
NOC: -
Adaptation to physical disability
-
Body image
-
Self-esteem
NIC: -
Body image enhancement: untuk meningkatkan realitas dan penerimaan
-
Coping enhanchement: menguatkan koping dan dukungan yang adekuat
-
Emotional support
-
Therapy group
Peran perawat: a. Memperluas hubungan dengan klien dengan cara membina hubungan saling percaya, tidak mengadili, dan mengeksplorasi pikiran pasien dengan cermat. b. Arahkan kegiatan yang disukai pasien c. Saat klien terlihat sangat agresif, jangan panik d. Bantu klien menyelidiki kemampuan dan persepsi diri e. Menumbuhkan persepsi positif dan konsep diri pasien f. Mampu membantu pasien untuk mengontrol perasaan g. Mengkaji kemampuan koping pasien h. Membantu pasien membuat rencana-rencana selanjutnya i.
Memberi edukasi kepada keluarga pasien terkait kemampuan peran pasien yang mungkin berubah
j.
Memberi saran kepada klien dengan memfasilitasi perawatan diri guna meningkatkan gambaran diri
k. Menyarankan kelompok-kelompok yang mungkin bisa menguatkan koping klien
15
5. Faktor predisposisi dan presipitasi untuk klien dengan gangguan body
image Faktor predisposisi: a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh b. Perubahan ukuran dan penampilan c. Prosedur pengobatan misalnya kemoterapi dan radiasi yang menimbulkan efek samping d. Teori psikososial (psikodinamik) melihat hubungan yang tidak harmonis antara ibu dan anak e. Pandangan orang tua, teman sebaya, dan struktur sosial f. Pengalaman masa lalu g. Kepribadian: introvert lebih senang menyimpan masalah kegelisahan sendiri Faktor presipitasi: a. Kegagalan peran b. Trauma c. Transisi sehat-sakit d. Transisi peran situasi e. Transisi peran ketegangan Teori terbentuknya gangguan citra tubuh (Body Image Distortion) antara lain: a. Teori perseptual Teori ini menjelaskan bahwa munculnya gangguan citra tubuh terjadi karena kurang akuratnya persepsi seseorang terhadap ukuran atau bentuk tubuhnya. Hal ini bisa disebabkan karena adanya defisit kortikal yang kemudian menyebabkan gangguan perseptual dan visuospasial. Sebab lain yaitu karena adanya persepsi maladaptif individu mempersepsikan diri mereka dalam ukuran maksimum dan minimum (Crisp dan Kalucy dalam Thompson, 1996).
16
b.
Teori Developmental
Salah satu hal penting dan mempengaruhi citra tubuh seseorang ialah waktu terjadinya tahap pubertas pada remaja. Thompson (1996) menyebutkan bahwa bila seorang remaja mengalami keterlambatan perkembangan dalam masa pubertas, semakin besar kecenderungan bahwa ia mendapatkan ejekan atau komentar yang tidak menyenangkan. Satu hal lagi yang dapat mempengaruhi terbentuknya gangguan citra tubuh ialah pelecehan seksual atau pengalaman seksual yang terlalu dini. c. Teori sosiokultural Walaupun ada beberapa model teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan masalah citra tubuh, banyak penelitian yang berpendapat bahwa faktor masyarakat dan budaya memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk, mengembangkan, dan mempertahankan masalah citra tubuh pada masyarakat barat. Teori ini dikenal dengan teori sosiokultural, yang menyebutkan bahwa masyarakatlah yang menentukan standar sosial mengenai apa yang cantik dan menarik (Heinberg dalam Thompson dkk, 1999). Thompson (1996) juga berpendapat bahwa norma budaya memiliki peranan dalam mempengaruhi pekembangan tingkah laku dan sikap yang berhubungan dengan citra tubuh. 6. Gambaran diri positif dan negatif
Gambaran diri positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai kondisi yang sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan bangga dan menerima bentuk badannya yang ubik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009) Gambaran diri negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk individu, perasaan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya. 17
Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-concious, dan khawatir akan badannya. Individu merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya (Dewi, 2009) Body image positif
Body image negatif
Bisa menerima kondisi tubuh apapun
Tidak mampu menerima kondisi fisik
bentuknya
yang dianggap kurang
Menerima kekurangan yang dimiliki
Punya pandangan bahwa orang lain menarik, sedangkan dirinya tidak
Bangga menerima keunikan dirinya
Merasa tidak nyaman bila berbeda dengan orang lain
Selalu
percaya
diri
pada
keadaan
Memandang dirinya rendah
dirinya Persepsi diri sesuai dengan realitas,
Selalu
ingin
menjadi
sosok
yang
tidak memaksakan diri
sempurna, sesuai idolanya
Mampu mengatasi masalahnya
Peka terhadap perkataan orang lain (kritik)
Merasa setara dengan orang lain
Merasa tidak disukai orang lain
18