LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PAKAN PENGOLAHAN FISIK PADA BUTIRAN
D i aj ukan Untuk M emenuhi Salah Salah Sa S atu Tugas T ugas Pra Pr aktikum kti kum Teknologi Pakan Oleh: Kelompok 2 Kelas B Dicky Nugraha Darin Nisrina Hanif Nurkholis Ratri Ayudianingtias Aisofi Fitriani Aditya Ramdani Hikmatyar Faris Ayu Kamila Haya Sayyid Muhammad Muhammad D. Shabrina Rosadi P.
200110130218 200110130218 200110140026 200110140026 200110140036 200110140036 200110140105 200110140105 200110140130 200110140130 200110140214 200110140214 200110140221 200110140230 200110140230 200110140238 200110140238 200110140170 200110140170
LABORATORIUM NUTRISI TERNAK UNGGAS, NONRUMINANSIA NONRUMINANSIA DAN INDUSTRI MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengolahan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan pakan baru yang dihasilkan dihasi lkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami peningkatan kualitas. Proses pengolahan pakan ini mempunyai beberapa tujuan diantaranya meningkatkan kualitas bahan, pengawetan, meningkatkan palatabilitas, efesiensi pakan. Salah satu pengolahan adalah pengolahan secara fisik. Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah bentuk pakan melalui proses atau perlakuan perubahan fisik sehingga pakan pada akhir proses akan mengalami pengecilan ukuran dan perluasan permukaan bahan pakan. Pengolahan ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pemakaian ransum dan juga mempermudah untuk proses dan pencampuran selanjutnya. Salah satu bahan pakan yang biasa menggunakan metode pengolahan fisik adalah bahan pakan jenis butiran seperti jagung. Pada pelaksanaan praktikum kali ini, diharapkan praktikan dapat mengetahui secara visual (makroskopis) yang dihasilkan oleh proses penghancuran dengan menggunakan berbagai ukuran screen untuk mempermudah pencampuran pada saat mixing dalam pembuatan pakan/ransum. Selain itu, dari pengamatan yang dilakukan agar dapat menentukan ukuran partikel bahan pakan (secara visual) hasil penggilingan dengan menggunakan ukuran screen yang ditentukan.
1.2
Identifikasi Masalah
1. Bagaimana produktivitas mesin hammer mill. 2. Berapa persentase kehilangan bahan yang telah disaring dengan menggunakan screen yang berbeda. 3. Bagaimana bentuk bahan pakan yang telah diproses dengan screen yang berbeda.
1.3
Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui produktivitas mesin hammer mill . 2. Untuk mengetahui persentase kehilangan bahan yang telah disaring dengan menggunakan screen yang berbeda. 3. Untuk mengetahui bentuk bahan pakan yang telah diproses dengan screen yang berbeda.
1.4
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di gedung mini feedmill dan Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Nonruminansia, dan Industri Makanan. Pada hari Senin tanggal 26 September 2016 dan tanggal 3 Oktober 2016.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengolahan Fisik
Proses pengolahan secara fisik adalah pengolahan bahan pakan dari bentuk fisiknya dengan menggunakan mesin atau alat bantu yang merubah bentuk asli dari bahan pakan tersebut menjadi bahan pakan yang mudah digunakan kembali serta bertujuan mempermudah dalam pengolahan bahan pakan selanjutnya namun juga memiliki kelemahan
yaitu jika bahan pakan yang digiling
akan
mengakibatkan kerusakan pada material bahan pakan tersebut. Dalam pengolahan mekanik secara fisik dengan pengubahan bentuk ada dua hal yang dapat digunakan, perubahan bentuk dengan menggunakan grinder, bentuk bahan pakan diubah menjadi serbuk halus agar memudahkan pencampuran dengan bahan pakan lain. Serta pelleter yang digunakan untuk membuat bahan pakan berbentuk pellet dan mempermudah untuk di berikan kepada ternak. (Hermawan,2014). Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan mengalami penurunan kandungan air. Besarnya temperatur dan lama proses pengolahan harus diperhatikan untuk mencegah hal-hal sebagai berikut : a
Terjadinya kerusakan asam amino esensial (terutama Lysin dan Methionin).
b
Perubahan sifat kimia dan fisik pati menjadi bentuk seperti gelatin.
c
Merusak vitamin yang thermolabil (Vitamin B dan C).
d
Merusak ikatan lemak tak jenuh
Keuntungan pengolahan fisik ini adalah : a
memperpanjang masa simpan bahan pakan.
b
menginaktifkan beberapa zat antinutrisi (contoh : antitrypsin dalam kedelai mentah dan HCN dalam ubi kayu).
2.2
H ammer mill Mesin Hammer mill adalah mesin yang di pakai untuk menghancurkan /
menghaluskan bahan yang keras sampai jadi tepung. Mesin ini mempunyai beragam wujud bergantung pada produsennya. Tetapi prinsip kerjanya sama, yaitu menghaluskan tujuan. Type mesin yang satu ini, pada hakekatnya adalah mesin yang daya kerjanya menghaluskan bahan apa pun. Hammer mill merupakan aplikasi dari gaya pukul (impact force). Prinsip kerja hammer mill adalah rotor dengan kecepatan tinggi akan memutar palu-palu pemukul di sepanjang lintasannya. Bahan masuk akan terpukul oleh palu yang berputar dan bertumbukan dengan dinding, palu atau 5ertic bahan. Akibatnya akan terjadi pemecahan bahan. Proses ini berlangsung terus hingga didapatkan bahan yang dapat lolos dari saringan di bagian bawah alat. Jadi selain gaya pukul dapat juga terjadi sedikit gaya sobek. Mesin hammer mill merupakan mesin penggiling pakan dengan kekuatan memukul yang nantinya akan menjadi tepung dan dijadikan konsentrat, dengan tujuan untuk merubah bentuk atau ukuran suatu bahan. Mesin hammer miil ini dilengkapi alat penyaring ukuran 3-6 mm. Mesin hammer mill ini bermacammacam jenis dan ukurannya. Manfaat dari penggilingan dengan menggunakan mesin hammer mill ini dapat mengekstraksi zat yg diinginkan, menganalisa komposisi zat yang terkandung, memperluas permukaan shg mempercepat
pengeringan, meningkatkan aktifitas kerja enzim, meningkatkan daya cerna zat makanan hewan omnivore, pada ruminansia, jika terlalu halus merugikan memudahkan pencampuran secara homogen, seperti dalam membuat ransum. Pertimbangan dalam penggunaan alat hammer mill ini salah satunya adalah sifat bahan pakan tersebut keras contohnya yaitu biji jagung apabila akan disimpan untuk jangka panjang dan akan dijadikan konsentrat akan dikeringkan supaya kadar airnya menurun sehingga jagung tersebut teksturnya keras. Prinsip mesin atau bahan mesin, apabila menginginkan bahan pakan yang halus dan banyak mesinnyapun harus yang berkualitas dan yang besar. Apabila Kadar air bahan : ka > 18% lebih baik menggunakan alat pemukul/hammer mill, dan sensitivitas mesin serta bahan terhadap panas. Faktor yang mempengaruhi proses penggilingan yaitu: 1. Tipe atau macam butiran, apabila butiran tersebut kecil sehingga mesin hammer mill akan mudah dan cepat. 2. Kadar air, kadar air lebih banyak dan butiran akan lebih cepat halus. 3. Ukuran saringan, lebih halus bahan keluar lebih lambat. 4. kecepatan hasil keluar dari mesin, butiran lebih besar , cepat keluar. Menurut Mc Colly (1955), penggunaan hammer mill mempunyai beberapa keuntungan antara lain adalah : 1.
Konstruksinya sederhana
2.
Dapat digunakan untuk menghasilkan hasil gilingan yang bermacammacam ukuran
3.
Tidak mudah rusak dengan adanya benda asing dalam bahan dan beroperasi tanpa bahan
4.
Biaya
operasi
dan
pemeliharaan
lebih
murah
dibandingkan
dengan burr mill Sedangkan beberapa kerugian menggunakan hammer mill antara lain adalah : 1.
Biasanya tidak dapat menghasilkan gilingan yang seragam
2.
Biaya
pemasangan
mula-mula
lebih
tinggi
dari
pada
menggunakan burr mill 3.
Untuk gilingan permulaan atau gilingan kasar dibutuhkan tenaga yang 7ertical besar sampai batas-batas tertentu.
2.2.1
Spesifikasi Mesin Hammer Mill
Beberapa bahan yang dapat dihaluskan oleh mesin hammer mill ini yaitu biji-bijian layaknya biji jagung, buah pala, singkong, bebijian gandum, batok kelapa dan ada banyak lagi yang lain. Istimewanya, mesin hammer mill ini juga dapat dipakai untuk bikin bubuk kayu, tepung untuk pellet ayam atau pakan ayam, apalagi dapat juga untuk menghaluskan biji batu 7ertica pada manfaat paling akhir, hammer mill sudah alami modifikasi hingga dayanya kuat untuk memecah bebatuan. Bahan bahan yang dapat jadikan tepung dengan mesin hammer mill ini diantaranya kayu jati, tempurung / batok kelapa, cangkang kerang, biji jagung, tulang ikan dan seterusnya. Dengan mesin hammer mill anda dapat bikin tepung
kayu, tepung batok kelapa, tepung untuk bahan pellet yang berbentuk cangkang kerang, tulang ikan, biji jagung, dsb. Menurut Smith (1955), hammer mill terdiri dari atas martil/palu yang berputar pada porosnya dan sebuah saringan yang terbuat dari plat baja. Hasil pertanian yang akan digiling dimasukkan melalui sebuah corong pemasukan dan dipukul oleh suatu seri plat baja. Bagian utama dari hammer mill adalah corong pemasukan, pemukul, corong pengeluaran, motor penggerak, alat transmisi daya, rangka penunjang dan ayakan.
Corong pemasukan
Corong pemasukan terbuat dari plat esher 1.5 mm, bagian atas dari corong pemasukan berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 350 mm x 350 mm dan bagian bawahnya menyempit sampai 90 mm x 50 mm dengan kemiringan dinding corong 40o.
Pemukul
Pemukul terbuat dari stainless steel. Pada bagian ini terdapat lima pasang pemukul yang juga terbuat dari bahan stainless steel. Ukuran pemukul adalah antara 100 mm x 25 mm x 5 mm dan pada kedua sisi pemukul dibuat tajam, hal ini bertujuan agar sisi pemukul yang satu dapat menggantikan sisi pemukul yang sudah tumpul dengan cara membalik posisi. Pemukul dipasang dengan posisi horizontal dengan jumlah lima pasang yang disatukan oleh empat buah poros yang terbuat dari stainless steel dengan berdiameter 10 mm dipasang vertical.
Saringan
Saringan yang digunakan pada hammer mill terbuat dari plat baja. Pada hammer mill saringan memegang peranan penting dalam menentukan besar ukuran butir biji-bijian, saringan dapat diganti-ganti tergantung dati besar ukuran butir hasil gilingan yang dikehendaki.
Corong pengeluaran
Corong pengeluaran terbuat dari plat esher 1.5 mm yang berbentuk kerucut terpancung pada posisi terbalik. Diameter corong adalah 550 mm dan diameter bawahnya adalah 120 mm.
Ayakan
Alat ini berukuran 600 mm x 600 mm yang mana konstruksinya terbuat dari kayu dengan bentuk seperti trapezium dan kostruksi penyangga terbuat dari plat siku 25 mm x 25 mm x 2.5 mm dengan ukurannya sama dengan ukuran ayakan. Posisi ayakan ini adalah miring dengan kemiringan 10 oC, ini bertujuan untuk memudahkan gerak dari transmisi yang menggerakkan ayakan dan mempercepat proses pengayakan.
Motor penggerak
Motor penggerak yang digunakan adalah motor listrik dengan daya dan kecepatan putaran berturut-turut 1 hp dan 148 rpm. Motor tersebut dipasang pada dudukan
yang terbuat dari baja plat 8 mm yang berukuran 250 mm x 147 mm yang dipasang dengan sebuah engsel. Fungsi engsel adalah jarak antara poros terhadap motor dengan poros utama dapat diatur untuk memperoleh tegangan sabuk yang diinginkan. Menurut Smith (1955), tipe hammer mill dibedakan berdasarkan sifat dari gigi penggiling yaitu gigi penggiling dapat berayun bebas pada porosnya dan gigi penggiling tidak dapat berayun bebas pada porosnya (statis). Kedua tipe hammer mill tersebut dalam operasinya tidak mempunyai banyak perbedaan, yang penting diperhatikan adalah jumlah ketebalan dari gigi-gigi penggiling.
2.3
Penyaringan
Prinsip dari penyaringan bahan pakan ini adalah menghomogenkan bahan pakan yang telah digiling dengan menggunakan Hammer mill . Untuk menentukan banyaknya alat penggiling jagung yang akan dioperasikan dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah produksi jagung, energi yang dibutuhkan dan yang tersedia untuk proses penggilingan, serta jumlah produksi jagung tergiling yang diinginkan. Alat penggiling jagung ini dibuat untuk meningkatkan nilai tambah jagung dan untuk mempertahankan serta meningkatkan daya simpan jagung (Mutiara,2012). Penyaringan ini dilakukan karena bahan yang keluar dari Hammer mill tidak homogeny. Penghomogenan yang dilakukan saat penyaringan bertujuan untuk mempermudah dalam pembuatan ransum. Pada praktikum kali ini menggunakan sampel tepung jagung ada 2, yang dihaluskan dengan screen 2 dan screen 3. Penyaringan bahan yang dilakukan saringan 10, 14, 18, dan 30.
menggunakan 4 saringan yaitu
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya dan bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa yang disebut pakan adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi persyaratan tersebut di atas dan tidak menimbulkan keracunan bagi ternak yang memakannya (Kamal, 1994). Kebutuhan pakan terkait erat dengan jenis ter nak, umur ternak, tingkat produksi. Konsumsi bahan kering (DW) pakan ditentukan oleh tubuh ternak. Macam ransum, umur, penyakit, lingkungan, kondisi ternak dan defisiensi nutrient tertentu (Tillman, 1998). Pengolahan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan pakan baru yang dihasilkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami peningkatan kualitas (Pubon,2013). Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan mengalami penurunan kandungan air. Keuntungan pengolahan fisik ini adalah, memperpanjang masa simpan bahan pakandan menginaktifkan beberapa zat antinutrisi. Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan mengalami penurunan kandungan air. Keuntungan pengolahan fisik ini adalah, memperpanjang masa simpan bahan pakandan menginaktifkan beberapa zat antinutrisi. Pengolahan fisik yang dilakukan pada praktikum kali ini merupakan memperkecil butiran menggunakan Hammer mill . Pengecilan ukuran dapat didefinisikan sebagai penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil. Perubahan ukuran ini bertujuan untuk mempermudah pembuatan ransum dan dalam pencernaan ternak.
III ALAT, BAHAN, DAN METODE PRAKTIKUM
3.1
Alat
1. Hammer mill 2. Screen no. 2 dan 3 3. Baki 4. Timbangan Analitik 5. Karung 6. Stopwatch 3.2
Bahan
1. Jagung 10 kg 3.3 Metode
1. Bahan sampel (jagung) disiapkan sebanyak 10 kg kemudian dimasukkan ke dalam karung. 2. Lalu pakan jagung dibagi menjadi 2 bagian masing-masing sebanyak 5 kg. 3. Screen 2 dan 3 disiapkan lalu mesin hammer mill dinyalakan kemudian dibiarkan beberapa saat sampai mesin stabil 4. Jagung sebanyak 5 kg dituangkan secara bertahap ke dalam mesin dengan ukuran screen 3 sambil stopwatch dinyalakan. 5. Stopwatch dimatikan apabila jagung yang ada di dalam karung sudah habis. 6. Jagung halus yang telah dihasilkan kemudian ditimbang lalu dicatat.
7. Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh jagung halus dihitung dengan satuan kg/jam. 8. Metode yang sama dilakukan pada screen 2. 9. Menyiapkan sampel bahan pakan (tepung jagung) hasil penggilingan dari hasil praktikum materi 1. 10. Meletakkan sampel di atas alas/terpal sampai merata, kemudian dibagi 4 bagian. 11. Mengambil satu bagian (secara acak) dari pembagian tersebut dan dilakukan penimbangan. 12. Menyiapkan saringan dari ukuran 14, 18 dan 30 serta baki penampung. 13. Pertama sampel ditimbang lalu sampel mulai disaring menggunakan penyaringan 14, dan yang tidak lolos saring ditimbag beratnya 14. Hasil yang lolos saringan 14 kemudian disaring kembali menggunakan saringan 18, dan yang tidak lolos saring ditimbang kembali 15. Selanjutnya hasil yang lolos saringan 18 disaring kembali menggunakan saringan 30, dan yang tidak lolos saring ditimbang kembali
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Hasil Pengamatan Penggilingan
Kel.
Jenis Screener
Berat Awal
Berat Akhir
Waktu
1.
3
(B0) 5,085 kg
(B1) 5,130 kg
4 menit 30 detik
2.
2
5 kg
4,91 kg
7 menit 2 detik
3.
3
5 kg
4,995 kg
6 menit 25 detik
4.
2
5 kg
4,98 kg
7 menit
5.
3
5 kg
5,010 kg
7 menit 31detik
6.
2
5 kg
5 kg
7 menit 57 detik
Produktivitas mesin = 5 kg / 7,2 x 60 (menit) = 41,67 kg/jam
4.1.2
Hasil Pengamatan Penyaringan Screen 3
Screen 2
1
3
5
2
4
6
O
0
0
0
0
0
0
P
21,8 %
20 %
16,3 %
12,6 %
6,7 %
7,5 %
Q
21,3 %
21 %
23,7 %
24,2 %
23,2 %
23,6 %
R
20,9 %
22 %
22,9 %
22,1 %
25,1 %
28,9 %
S
35,4 %
30 %
36,2 %
36,4 %
48,2 %
39,4 %
Kehilangan
0,6 %
4%
0,9 %
4,7 %
3,2 %
0,6 %
Rata-rata Kehilangan
1,83%
2,83%
Hasil perhitungan kelompok 2 (menggunakan screen 2)
Bahan : Jagung giling 1 kg = 1000 gram 1. Perhitungan bahan yang tidak lolos dengan saringan 10 O=
()
100% =
100% = 0%
2. Perhitungan bahan yang tidak lolos dengan saringan 14 P=
26
100% =
()
100% = 12,6%
3. Perhitungan bahan yang tidak lolos dengan saringan 18 Q=
8 ()
100% =
242
100% = 24,2%
4. Perhitungan bahan yang tidak lolos dengan saringan 30 R=
()
100% =
22
100% = 22,1%
5. Perhitungan bahan yang lolos dengan saringan 30 S=
()
100% =
364
100% = 36,4%
6. Kehilangan bahan %Kehilangan = 100% - O – P – Q – R – S = 100% - 0% - 12,6% - 24,2% - 22,1% - 36,4% = 4,7%
4.2
Pembahasan
4.2.1
Penggilingan
Jagung merupakan bahan pakan sumber energi. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku pakan ternak akan memberi nilai tambah bagi usaha ternak. Berdasarkan komposisi dan kandungan nutrisi yang dimiliki jagung, jagung mempunyai prospek yang sangat baik sebagai bahan pakan. Suarni (2003) menyatakan bahwa, bentuk fisik bahan pakan dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu bahan pakan butiran (jagung, kacang-kacangan, sorgum), bahan pakan berbentuk tepung (dedak halus, tepung ikan, tepung tulang) dan bahan pakan berbentuk cairan (minyak ikan, minyak kelapa, molasses).
Dan
pengelompokan ini dikelompokkan lagi kedalam bahan pakan sumber energi, protein, lemak, dan vitamin. Pengolahan secara fisik pada bahan pakan ternak (jagung) yang kami lakukan pada saat praktikum adalah dengan penggilingan menggunakan mesin hammer mill. Hammer mill merupakan mesin dengan daya terbesar, yaitu mampu mencapai 250 KW, dengan rating arus sebesar 480 KW. Adapun prinsip dari mesin hammer mill adalah menggunakan prinsip tumbukan, prinsip ini merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan, ada kapasitas besar dan kapasitas kecil. Mesin hammer mill sangat efektif dan pembuatannya mudah, namun hasil penggilingannya bervariasi dan waktunya cukup lama untuk mendapatkan hasil penggilingan, serta daya yang dibutuhkan untuk kapasitas yang besar dengan muatan penuh (Smith, 1955). Menurut Smith (1955), hammer mill terdiri dari atas martil/palu yang berputar pada porosnya dan sebuah saringan yang terbuat dari plat baja. Hasil
pertanian yang akan digiling dimasukkan melalui sebuah corong pemasukan dan dipukul oleh suatu seri plat baja. Penggunaan screen 2 pada hammer mill membuat jagung lebih halus, ukuran partikel lebih kecil dan luas permukaan lebih besar. Dari hasil hitungan didapatkan produktivitas dari mesin hammer mill 41,67 kg/ jam. Kecepatan mesin dalam menghaluskan bahan pakan tergantung dengan bahan pakan yang haluskan dan keterampilan dari manusia yang menjalankan mesin tersebut, keterlambatan dalam mengatur katup yang terdapat pada corong pemasukan hammer mill dapat menghambat dan memperlambat jalannya mesin hammer mill. Dari 5kg jagung yang dihaluskan dengan menggunakan mesin hammer mill didapatkan 4,91kg yang halus. Perbedaan berat awal dan berat akhir disebabkan oleh tumpahnya jagung saat dimasukan kedalam corong hammer mill, terpental-pental hasil jagung keluar dari mesin dan tertinggalnya butiran – butiran pada wadah penampung yang terdapat pada hammer mill. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, penggunaan screen 2 dalam menggiling jagung mempengaruhi waktu proses penggilingan yang dihasilkan. Karena hasil dari penggilingan menggunakan screen 2 lebih halus dan kecil partikelnya menurut kelompok kami, waktu yang dibutuhkan untuk menggiling jagung akan lebih lama. Misalnya pada kelompok 1, kelompok 3 yang menggunakan screen 2 waktu yang dicapai lebih cepat dari kelompok 2, 4 dan 6. Kecuali pada kelompok 5 yang mencapai waktu yang cukup lama sekitar 7 menit lebih menggunakan screen 3 mungkin terjadi kesalahan pada saat menggiling atau terjadi kesalahan teknis pada saat praktikum menggunakan mesin hammer mill tersebut. Karena, screen 2 memiliki ukuran lubang penggilingan yang relatif lebih kecil dibandingkan screen 3. Selain penggunaan screen 2, faktor lain yang mempengaruhi waktu penggilingan adalah
kemahiran praktikan dalam pengoprasian alat dan penguasaan materi. Hal tersebut menjadi salah satu faktor karena praktikan baru pertama kali mengoperasikan mesin hammer mill. Penentuan mutu hasil giling ditentukan oleh modulus kehalusan yang menyatakan rata-rata ukuran partikel hasil gilingan dan indeks keseragaman yang menyatakan fraksi-fraksi kasar, sedang dan halus dari partikel hasil gilingan (Smith, 1955). Menurut Zulkarnain (2014,) untuk memperoleh hasil produksi yang banyak dalam waktu yang lebih singkat kedepannya plat penyaring pada hammer mill bisa diganti dengan blower, yang mana blower bisa lebih cepat menyaring (mengangkat atau menyedot) partikel-partikel jagung yang sudah menjadi halus menuju saluran keluar.
4.2.2
Penyaringan
Menurut Suparjo (2008) pengujian bahan pakan secara fisik merupakan analisis pakan dengan cara melihat keadaan fisiknya. Pengujian secara fisik bahan pakan dapat dilakukan secara langsung (makroskopis) maupun dengan alat (mikroskopis). Pengujian secara fisik disamping untuk mengenali bahan pakan secara fisik, juga dapat untuk mengevaluasi bahan pakan secara kualitatif. Pengujian bahan pakan secara fisik dan mikroskopik sangat bermanfaat dalam penyusunan ransom. Hal ini dikarenakan penyusunan bahan pakan sendiri sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel, jumlah partikel, bentuk partikel, densitas, kemampuan elektrolisitas, sifat higroskopis dan florvabilitas. (Axe, 1995). Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan
mengalami penurunan kandungan air yang salah satunya bermanfaat untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan pakan. prinsip dari adanya proses penyaringan adalah memperkecil bahan pakan butiran dengan menggunakan saringan, bahan diperkecil dengan cara disaring dan lolos melewati saringan, tujuan dilakukannya penyaringan ini adalah untuk dapat mengetahui hasil penyaringan dari berbagai ukuran saringan dan menentukan proporsi hasil saringan yang lolos dan tidak lolos. Pada proporsi ukuran bahan pakan hasil penggilingan, prinsip kerjanya adalah memperkecil dan homogenisasi ukuran bahan pakan butiran. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan saringan nomor 14 yang partikel penyaringnya berukuran 2 mm, saringan nomor 18 yang partikel penyaringnya berukuran 1 mm, saringan nomor 30 yang partikel penyaringnya berukuran 0,59 mm. Homogenisasi ini dilakukan untuk menyimpan bahan pakan butiran yang telah digiling yang berukuran sama. Selain itu, dengan melakukan homogenisasi dengan penyaringan butiran yang telah digiling, dapat diketahui berapa persen butiran jagung yang lolos penyaringan yang menunjukkan seberapa baik hasil penggilingan yang dilakukan. Proses homogenisasi ukuran bahan pakan butiran tersebut dilakukan dengan meratakan sejumlah sampel diatas plastik sampai merata yang kemudian dibagi menjadi empat bagian yang sama. Lalu praktikan mengambil satu bagian secara acak dan melakukan penimbangan sampel. Proses homogenisasi dengan menggunakan sampel dilakukan agar proses homogenisasi lebih efektif dan efisien .
Hasil perhitungan persentase kehilangan bahan pada kelompok 2, yaitu menggunakan screen 2 menunjukkan bahwa kehiangan bahan sebesar 4,7%. Persentase kehilangan setiap saringan yaitu saringan 10, 14, 18, dan 30 masingmasing sebesar 12,6%, 24,2%, 22,1%, dan 36,4%. Tentu saja dihasilkan perbedaan pula antara rata-rata persentase kehilangan screen 2 dan screen 3 yaitu sebesar 1,83% dan 2,83%. Hanya saja, pada kelompok yang memakain screen 2 hanya kelompok 6 yang berbeda jauh dengan rata-rata kelompok lain yang memakai screen 2. Persentase yang tidak lolos saring dengan memakai ukuran saringan yang semakin kecil menunjukkan bahwa hasilnya semakin besar, yang berarti semakin kecil ukuran saringan, makin saulit partikel bahan (tepung jagung) menembus saringan tersebut dan hasilnya pun semakin halus. Pada penyaringan memakai saringan 14, kelompok screen 3 mencapai 16-21% dan kelompok yang menggunakan screen 2 sebesar 6-12%, hal ini mungkin disebabkan karena penggilingan menggunakan screen 3 masih menghasilkan partikel jagung yang lebih besar dibanding dengan screen 2, sehingga persentase tidak lolos yang dihasilkan pun lebih besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika ukuran screen yang digunakan pada tahap penggilingan itu bisa mempengaruhi proses penyaringan dan juga hasil akhir dari tepung jagung yang sudah disaring. Hasil tersebut didapat menggunakan mesin penggiling screen dua. Sedangkan presentase kehilangan dalam penyaringan ini yaitu sebesar 4,7% nilai tersebut didapatkan karena saat penyaringan terdapat partikel yang jatuh, kesalahan penimbangan, kesalahan dalam penyaringan jagung dan pengambilan jagung dari tiap kuadran yang tidak merata.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
1.
Kesimpulan
Produktivitas mesin hammer mill yang dihasilkan berdasarkan perhitungan yaitu sebesar 41,67 kg/jam, dari jumlah jagung yang digiling sebesar 5 kg dan dengan waktu 7 menit 2 detik menggunakan screen 2.
2.
Rata-rata persentase kehilangan bahan yang telah disaring menggunakan screen 2 sebesar 2,83% dan screen 2 sebesar 1,83% hal ini disebabkan karena hasil penggilingan yang dihasilkan oleh screen 3 lebih besar partikelnya dibandingkan dengan hasil penggilingan screen 2 yang menjadi halus sehingga persentase kehilangan pada screen 2 lebih besar dan persentase tidak lolos pada screen 3 juga lebih besar.
3.
Bentuk bahan pakan (tepung jagung) yang dihasilkan hasil akhir yang menggunakan screen 2 bentuk bahan (tepung jagung) lebih halus karena pada saat proses penggilingan screen 2 mempunyai bolongan yang lebih kecil daripada screen 3. Bentuk bahan pakan yang dihasilkan oleh screen 3 partikelnya lebih padat. Sehingga perbedaan tersebut bisa disimpulkan bahwa tahap penggilingan bisa mempengaruhi proses penyaringan dan hasil akhir bahan.
5.2
1.
Saran
Seharusnya mahasiswa lebih teliti dan memahami bagaimana cara menggunakan hammer mill agar pada saat proses penggilingan berjalan dengan baik tanpa ada bahan yang terbuang karena kesalahan praktikan
2.
Lebih baik lagi jika pada saat proses penyaringan dilakuakn dengan baik lagi agar tepung jagung tidak terbuang begitu saja dan juga pengambilan tepung saat sebelum disaring harus merata agar data yang didapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan. 2014. Esensi Pengolahan Bahan http://hermawansetyo.my.id/esensi-pengolahan-bahan-pakan/ pada Senin, 9 Oktober 2016 pada pukul 19:54 WIB)
Pakan. (Diakses
Kamal, M., 1994. Nutrisi Ternak I . Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Maghfira, Mutiara. 2012. Teknologi Pakan Pengolahan Fisik Pada Butiran . https://katahatimutiara.wordpress.com/2012/10/18/teknologi-pakan pengolahan-fisik-pada-butiran (Diakses pada tanggal 09 Oktober 2016, Pukul 19:14) McEllhiary, R.R. 1994. Feed Manufacturing Technology IV . Am. Feed Industry Assoc. Inc. Arlington Pfost, H.B. 1964. Feed Production Handbook . Feed Production School Inc. Kansas Pubon.
2013. Pengertian dan Tujuan Pengolahan Pakan. http://pubon.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-dan-tujuan-pengolahan pakan.html (Diakses pada tanggal 09 Oktober 2016, Pukul 17:26)
Pujaningsih,R.I. 2006. Pengelolaan Pakan Bijian. Cetakan 1. Penerbit Alif Press. Semarang. Smith, H.P. 1955. Farm Machinery and EquipmentInc. Fourth Edition. Mc GrawHill Book Co. New York. Suarni. 2003. Jagung pulut: Pemanfaatan dan pengolahan sebagai pangan lokal potensial di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna Perteta dan LIPI. Bandung Suparjo, R. Murni, Akmal, BL. Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S. Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar . Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Zulkarnain, Rifki. 2014. Perancangan Mesin Hammer Mill Penghancurr Bongkol Jagung Dengan Kapasitas 100kg/jam Sebagai Pakan Ternak. Universitas Muria Kudus, Gondangmanis.