BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Dalam suatu usaha budidaya ikan yang intensif dengan padat penebaran tinggi, dengan penggunaan pakan buatan yang sangat besar dapat mengakibatkan terjadinya suatu masalah. Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi penghambat budidaya ikan adalah munculnya serangan penyakit. Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam tubuh ikan sehingga organ tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan . Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan) dan kondisi jasad patogen (agen penyakit). Dari ketiga hubungan faktor tersebut dapat mengakibatkan mengakibatkan ikan sakit. Serangan penyakit yang disertai gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi sangat lambat (kekerdilan), mortalitas meningkat, konversi pakan manjadi sangat tinggi dan menurunnya hasil panen (produksi). Ikan yang dipelihara dapat terserang hama dan penyakit karena diakibatkan oleh kualitas air yang memburuk dan malnutrisi. Ikan yang sehat akan mengalami pertumbuhan berat badan yang optimal. Ikan yang sakit sangat merugikan bagi para pembudidaya karena akan mengakibatkan penurunan produktivitas. Oleh karena itu agar ikan yang dipelihara di dalam wadah budidaya tidak terserang hama dan penyakit harus dilakukan pencegahan. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan, Sebab, pencegahan dilakukan sebelum terjadi serangan, baik hama maupun penyakit, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. 1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mencari parasit yang terdapat dalam ikan Nilem, Mas, Ar-Ar, Lele, Tambakan yang dijadikan objek pengamatan dan mengidentifikasinya lalu membandingkan membandingkan data hasil pengamatan dari setiap kelompok lain . 1.3. Kegunaan
Menambah keterampilan dan wawasan praktikan mengenai parasit karena praktikan mengidentifikasi parasit yang ditemukan. Selain itu juga memenuhi tugas mata kuliah Parasit Dan Penyakit Perikanan..
1
1.4.Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada : Hari, tanggal
: Kamis, 4 Mei 2012 dan Kamis 11 Mei 2012
Jam
: 10.00-12.30
Tempat
: Laboratorium FHA, Laboratorium MSP, Laboratorium Akuakultur FPIK
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Ikan Lele (Clarias sp. )
Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae) ( Ariidae).. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan. pembuangan. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami umumnya,namun ada beberapa jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih dari 2 kg,contohnya lele Wels dari Amerika. Banyak jenis lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang. Sebagian jenis lele telah dibiakkan orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi liar di alam. Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya adalah jenis asing yang didatangkan (diintroduksi) (diintroduksi) dari Afrika. Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya. membersihkannya. Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk. jentik-jentik nyamuk.
3
2.1.1.Biologi Ikan Lele
Ikan lele adalah salah satu ikan yang berasal dari Taiwan dan pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1985 melalui sebuh perusahaan swasta di Jakarta (Suryanto, 1986). Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak dibudidayakan dibudidayakan di Indonesia, dalam habitatnya ikan lele sangat fleksibel, dapat dibudidayakan dengan padat penebaran tinggi, pertumbuhannya sangat pesat, dan dapat hidup pada lingkungan dengan kadar oksigen rendah. r endah.
Menurut Seanin (1984), klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Sub-kingdom : Metazoa Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Pisces
Sub Kelas
: Teleostei
Ordo
: Ostariophysi
Sub Ordo
: Siluroidea
Famili
: Clariidae
Genus
: Clarias
Spesies
: Clarias sp.
Ikan lele (Clarias sp.) adalah ikan yang termasuk dalam golongan catfish. Ikan lele mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang kritis, misalnya perairan yang kecil kadar oksigennya dan sedikit air. Ikan lele juga termasuk ikan omnivor, yaitu pemakan segala jenis makanan tetapi cenderung pemakan daging atau karnivora. Secara alami ikan lele bersifat nokturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap, tetapi dalam usaha budidaya ikan lele dibuat beradaptasi menjadi diurnal (Sur yanto, 1986). Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan ikan lainnya, sehingga dapat dengan mudah dibedakan dengan jenis-jenis ikan lain. Menurut Astuti (2003) ikan lele memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent organ). Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih. Seperti yang sudah di sebutkan di atas, Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan dalam kondisi lingkungan perairan yang sedikit akan kandungan oksigen terlarut disebut 4
dengan arboresence (Suryanto, 1986). Alat pernapasan tambahan ini terletak di bagian kepala di dalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat dibagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar (berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang (Pillay, 1990). Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang diantaranya lebih panjang dan besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel pada rahang. Penglihatan lele kurang berfungsi dengan baik, akan tetapi ikan lele memiliki dua buah alat olfaktori yang terletak berdekatan dengan sungut hidung untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan penciuman. Jari-jari pertama sirip pektoralnya sangat kuat dan bergerigi pada kedua sisinya serta kasar. Jari-jari sirip pertama itu mengandung bisa dan berfungsi sebagai senjata serta alat penggerak pada saat ikan lele berada di permukaan p ermukaan (Rahardjo dan Muniarti, 1984). Semua jenis ikan lele berkembang dengan ovipar , yakni pembuahan telur di luar tubuh. Ikan lele memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar usus. Ikan lele memiliki lambung yang relatif besar dan panjang. Tetapi ususnya relatif pendek daripada badannya. Hati dan gelembung renang ikan lele berjumlah 2 dan masing-masing sepasang. sepasang. Habitat ikan lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal, ada pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat berlumpur. Kualitas air o
yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30 C, akan o
tetapi suhu optimalnya adalah 27 C, kandunga oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH 3 sebesar 0.05 ppm (Khairuman dan Amri, 2002).
2.1.2.Morfologi Ikan Lele
Tidak seperti ikan lainya, agak sulit untuk mengatakan bentuk badan lele secara tepat. Tengah badanya mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih p ipih kesamping (compressed), jadi pada lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang ( pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping).
5
Kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat. Mulut berada diujung moncng (terminal), dengan dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek berada dibelakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih bundar berada di belakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbitalyang bebas. Sirip ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut berbentuk membulat dan panjangnya mencapai mencapai sirip anal. Sirip Si rip dada dilengkapi sepasang duri tajam / patil yang memiliki panjang maksimum mencapai mencapai 400 mm. Patil ini beracun terutama pada ikan ikan remaja, sedangkan padaikan yang tua sudah agak berkurang racunya. Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua buah lubang penciuman yang terletak dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang maksimum mencapai 400 mm. Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Aborescen organ yang merupakan menbran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak didalam ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah hidupnya lele lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada kolam banyak terdapat eceng gondok ikan ini tidak berdaya. Pada ikan lele, gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus ti dak bergerigi. Sedangkan organ – organ lainya dari ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan anus. 2.1.3.Peranan Ikan Lele
Keunggulan ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin (C 6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Sedangkan Lisin merupakan salah 6
satu dari 9 asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringnan. Lisin termasuk asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Pasalnya, asam amino ini sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang pada anak, membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dan memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Lisin juga dibutuhkan untuk menghasilkan antibody, hormone, enzim, dan pembentukan kolagen, disamping perbaikan jaringan. Tak kalah pentingnya, lisin bisa melindungi anak dari cold sore dan virus herpes. Peranan lainya yang menguntungkan dari ikan lele adalah: Sebagai bahan makanan Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan hias. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele. Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain. Selain peranan yang menguntungkan ikan lele juga dapat memiliki peranan yang merugikan bagi manusia. Peranan yang merugikan tersebut diantaranya : Pada ikan lele yang masih muda patilnya mengandung racun, sedangkan pada ikan lele yang agak tua racunya agak berkurang. Ikan lele juga dapat memakan ikan-ikan lainya atau sebagai predator.
2.2.Ikan Ar-Ar ( Carracius carracius )
Kingdom:
Animalia
Phylum:
Chordata
Class:
Actinopterygii
Order:
Cypriniformes
Family:
Cyprinidae
Genus:
Carassius
7
Species:
C. carassius
Ikan Ar-ar (Carassius carracius) pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Cina pada tahun 960-1729. Awalnya bentuk ikan ar-ar seperti ikan Mas (C yprinus carpio L), bedanya ikan ar-ar tidak memiliki sepasang sungut di mulutnya (Bachtiar 2002). Pada masa dinasti Ming (tahun 1368-1644) popularitas ikan ar-ar mulai menanjak. Di sinilah bermunculan ikan ar-ar dengan bentuk tubuh yang bervariasi dan unik. Perkembangan ikan ar-ar kemudian merambah hingga ke negeri Jepang. Di negeri matahari terbit ikan ar-ar terus mengalami perkembangan pesat sehingga menghasilkan bentuk yang lebih bervariatif seperti saat ini. Dari negeri Sakura, ikan ar-ar mulai menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia (Bachtiar 2002). Umumnya, bentuk tubuh ikan ar-ar unik, bermata besar agak menonjol ke luar dan warna sisik yang menarik. Ikan ar-ar tergolong mudah dipelihara karena sifatnya cukup adaptif terhadap lingkungan yang baru. Tak mengherankan jika ikan ar-ar dengan berbagai varietasnya tersebar di seluruh dunia (Bachtiar 2002). Ikan ar-ar masuk ke dalam Kingdom Animalia, Subkingdom Eumetazoa, Filum Chordata, Subfilum Vertebrata, Infrafilum Gnathostomata, Kelas Actinopterygii, Subkelas Neopterygii, Superordo Teleostei, Ordo Clupeiformes, Family Cyprinidae, Genus Carassius dan Spesiesnya berupa Carassius carracius (Freyhof 2004). Salah satu jenis ikan ar-ar yang populer adalah Ikan ar-ar varietas Oranda (Spencer). Ikan ini memiliki keunikan yang terletak pada kepalanya yang berjambul dan memiliki sirip punggung (Iskandar dan Sitanggang 2003), hal tersebut dapat diamati pada Gambar 1. Ikan ar-ar merupakan ikan hias air tawar yang hidup di perairan dengan air yang mengalir tenang serta berudara sejuk (Bachtiar 2002). Ikan ini merupakan hewan omnivora (Watson et al 2004) dan bukan hewan kanibal sehingga dapat dipelihara secara koloni dalam satu
lingkungan pemeliharaan (Iskandar dan Sitanggang Sit anggang 2003).
2.2.1.Morfologi Ikan Ar-Ar Ikan ar-ar memiliki organ interna dan eksterna yang keseluruhan organ tersebut memiliki ciri dan fungsi tertentu untuk mendukung kelangsungan hidup ikan (Yanong 2003). Insang merupakan salah satu organ interna ikan ar-ar yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup ikan. Peranan penting tersebut adalah sebagai media pertukaran gas (Campbell et al 2004). Insang terdiri dari lamela insang primer, lamela insang sekunder dan tulang rawan insang. Lamela primer adalah lamela yang bersentuhan langsung dengan tulang rawan insang dan lamela sekunder merupakan percabangan dari lamela primer (Yanong 2003). 8
Insang akan mengoptimalkan mengoptimalkan ekstraksi oksigen dari air dan merupakan tempat untuk melepaskan karbon dioksida. Ikan memompa air melalui mulut dan 5 keluar diantara celah insang lewat gerakan terkoordinasi dari rahang dan operculum (penutup insang), agar terjadi ventilasi. Ventilasi yang dimaksudkan berupa aktivitas inhalasi dan ekshalasi atau proses mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida lewat pernafasan. Ketika ventilasi terjadi, darah mengalir dengan arah yang berlawanan dengan aliran air yang mengalir, oksigen akan masuk ke dalam aliran darah dan CO 2 akan dibuang ke air (Campbell et al 2004). Usus merupakan salah satu organ interna ikan yang mengambil peranan dalam sistem pencernaan. Usus berbentuk seperti tabung memanjang yang melingkar-lingkar dan mengisi sebagian besar rongga abdomen. Makanan yang ditangkap oleh mulut akan masuk ke dalam rongga mulut, melewati faring, esofagus, bola usus ( intestinal bulb) , , usus kemudian sisa makanan yang tidak diserap akan dikeluarkan lewat anus (Sarbahi 1951).
2.2.2.Biologi Ikan Ar-Ar
Suhu optimal air untuk hidup ikan ar-ar adalah 18-24ºC. Mempertahankan suhu untuk terus berada dalam kisaran suhu optimal perlu dilakukan. Karena pemeliharaan di luar suhu optimal dapat menekan sistem kekebalan tubuh ikan dan akan menyebabkan penurunan penurunan nafsu makan serta gangguan pada pertumbuhan ikan. Ikan ar-ar dapat hidup dalam air yang memiliki kandungan oksigen minimal 5 mg/L, pH 7-7.8, tingkat amoniak terlarut maksimal 0,05 mg/L dan tingkat nitrit terlarut maksimal 0,05 mg/L (Watson et al 2004). Ikan ar-ar dianggap sebagai ikan yang tangguh karena dapat bertahan hidup di air berkualitas buruk. Walaupun demikian, kualitas air penting di perhatikan agar pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ikan berjalan optimal (Watson et al 2004). Ikan ar-ar dapat hidup hingga umur 30 tahun dengan panjang mencapai 23 inches (58 cm) dan berat mencapai 2,7 kg .
2.3.Ikan Mas
Ikan mas atau Ikan karper ( Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan mas memiliki
9
beberapa nama sebutan yakni kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya. Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30% 0. Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
2.3.1.Biologi Ikan Mas
Kerajaan: Animalia Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Cypriniformes
Famili:
Cyprinidae
Genus:
Cyprinus
Spesies:
C. carpio
Nama binomial Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)
Ikan ini merupakan ikan pemakan organisme hewan kecil atau renik ataupun tumbuhtumbuhan (omnivore). Kolam yang di bangun dari tanah banyak mengandung pakan alami,ikan
ini
mengaduk
Lumpur,memangsa
larva
insekta,cacing-cacing
mollusca
(Djarijah,2001). Cahyono (2000) menyatakan, jenis makan dan tambahan yang biasa di berikan pada ikan mas adalah bungkil kelapa atau bungkil kacang, sisa rumah pemotongan hewan, sampah rumah tangga dan lain-lain, sedangkan untuk makanan buatan biasanya di berikan berupa crumble dan pellet
2.3.2.Morfologi Ikan Mas
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae C yprinidae yang mempunyai mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed) dan mulutnya terletak di
10
ujung tengah (terminal), dan dapat di sembulka, di bagian mulut di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat beragam (Susanto,2007 ( Susanto,2007). ). Ikan mas dapat di klasifikasikan secara taksonomi (Susanto, 2007) sebagai berikut: Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono, 2000). Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang bebas. Selain itu system alat pencernaan ikan mas secara umum terdiri atas saluran pencernaan berturut-turut dari mulut hingga ke anus sebagai berikut: 1. Rongga mulut, di dalam rongga terdadat sebagai berikut a. Lidah yang melekat pada dasar mulut dan tidak dapat di gerakan b. Kelenjar-kelenjar lendir, tetapi tidak terdapat t erdapat kelenjar ludah. c. Rahang dengan gigi-gigi kecil berbentuk kerucut. 2. Faring, yaitu pangkal tenggorokan yang tempatnya yang sesuai dengan tempat insang. 3. Kerongkongan yaitu kelanjutan faring yang terletak di belakang insang. 4. Lambung yaitu kelanjutan kerongkongan yang merupakan pembesaran dari usus. 5. Ususnya panjang dan berliku-liku pada saluran pencernaan terdapat beberapa kelenjar pencernaan, pencernaan, antara lain: a) Hati, terletak di bagian muka rongga badan meluas mengelilingi usus. b) Pangkereas terletak dibagian lambung dan usus. c) Jantung, terletak di dalam rongga tubuh yang dibatasi dekat daerah insang dan di bungkus oleh selaput. Disamping alat-alat yang terdapat dalam, rongga peritoneum dan pericardium, gelembung renang, ginjal, dan alat reproduksi pada sistem pernapasan ikan umumnya berupa insang (Bactiar,2002) Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150o
o
1000 m diatas permukaan laut, dengan suhu 20 C-25 C pH air antara 7-8 (Herlina,2002). Diantara jenis ikan Mas itu sendiri jika di amati lebih l ebih lanjut ada perbedaan dari segi sisik, bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan ras pda jenis ikan air tawar.
11
Ras-ras yang ada pada ikan mas antara lain: 1. Punten: Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan jinak punggung lebar dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan relatif pendek di bandingkan ikan mas lainya. 2. Sinyonya: Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata tidak begitu menonjol dan normal pada usia yang masih muda, sedang yang sudah tua sipit, yag masih muda gerakannya gerakannya jinak dan suka berkumpul pada permukaan air, perbandingan panjang dan terhadap tinggi badan antara 3,66:1. 3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih gelap kearah punggung badan relative pendek, punggung tinggi (membungkuk) dengan perbandingan panjang dan tinggi badan 3,20:1 dan gerakan jinak. 4. Kumpai: Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah siripnya panjang dan gerakannya lambat 5. Kancra Domas: Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau hij au kehitaman dan ada bagian titik yang mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan berwarna putih. 6. Fancy Carp (Koi): Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak, badan relatif pendek dan tinggi.
2.4.Ikan Nilem ( Osteochilus vittatus )
Nilem (Osteochilus vittatus) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae. Ikan herbivora ini diketahui menyebar di Asia Tenggara: Tonkin, Siam Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa. Nilem merupakan ikan budidaya untuk konsumsi, terutama di Jawa. Kini, nilem juga diintroduksi ke beberapa danau di Sulawesi. Ikan nilem dapat mencapai panjang tubuh 32 cm. Di Jawa Barat, ikan nilem memiliki popularitas sedikit di bawah ikan mas. Pada umumnya, ikan nilem dapat dipelihara pada daerah dengan ketinggian sekitar 150-800 m dpl. Ikan nilem adalah ikan organik yang artinya tidak membutuhkan pakan tambahan atau pellet. Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Larva yang baru menetas biasanya memakan jenis zooplankton (hewan yang berukuran kecil atau mikro yang hidup diperairan dan bergerak akibat arus perairan) yaitu rotifer. Sedangkan benih dan ikan dewasa memakan tumbuh-tumbuhan air seperti chlorophyceae, characeae, ceratophyllaceae, polygonaceae polygonaceae (Susanto, 2006). Ikan nilem tergolong ikan bersisik lingkaran (silkoid), rahang atas sama pajang atau lebih pajang dari diameter mata. Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik garis ke8 sampai garis rusuk ke-10, bentuk sirip dubur agak tegak. Sisirp perut tidak mencapai dubur 12
(Saanin, 1980). Saanin (1984) menyatakan bahwa cirri-ciri ikan nilem adalah badan memajang, pipih kesamping kompres. Panjang baku 2,5 sampai 3 kali tinggi badan. Mulut dapat disambulkan dengan bibir berkerut. Sungut ada dua pasang, permukaan sirip punggung terletak dibelakang permulaan sirip dada. Sisik pada Linea Lteralis (LL) 33-36 buah. Sirip ekor bercagak kedalam.
2.4.1.Biologi Ikan Nilem
Kerajaan: Animalia Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Cypriniformes
Famili:
Cyprinidae
Genus:
Osteochilus
Spesies:
O. vittatus
Nama binomial: Osteochilus vittatus Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan herbivore, yaitu memakan makanan yang berupa makanan nabati, antara lain yaitu alga filamen dan plankton lainnya. Kebiasaan makanan ikan (food habits) adalah kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits) adalah waktu, tempat dan caranya makanan itu didapatkan oleh ikan. Kebiasaan makanan dan cara memakan ikan secara alami bergantung pada lingkungan tempat ikan itu hidup. Tujuan mempelajari kebiasaan makanan (food habits) ikan dimaksudkan untuk mengetahui pakan yang dimakan oleh setiap jenis ikan. Ikan nilem merupakan ikan air tawar yang banyak terdapat diperairan umum terutama diperairan mengalir atau agak tergenang serta kaya akan oksigen terlarut. Ikan nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan, posisi mulut terletak diujung (terminal), sedangkan posisi sirip terletak di belakang sirip dada (abdominan). Ikan nilem (Osteochilus vittatus) hidup di perairan yang jernih. Oleh karena itu, ikan i kan ini dapat ditemukan 13
di sungai-sungai. Populasi ini hanya cocok dipelihara di daerah sejuk, yang tingginya diatas permukaan air laut mulai dari 150m – 1000m, tetapi yang paling baik adalah di daerah 0
0
setinggi 800m, dengan suhu air optimum 18 C – 28 C (Soeseno, 1985).
2.4.2 Morfologi Ikan Nilem
Ikan nilem atau Silver Sil ver Shark minnow Familia Cyprinidae, Genus Osteochilus, Species Osteochilus vittatus mempunyai ciri morfologi antara lain bentuk tubuh hampir serupa dengan ikan mas. Bedanya, kepala ikan nilem relatif lebih kecil. Pada sudut-sudut mulutnya, terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuhnya hijau abu-abu. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak. Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Jumlah sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut rahang atas ada 2 pasang sungut peraba. Menurut Djuhanda (1982), lengkung insang pada ikan nilem berupa tulang rawan yang sedikit membulat dan merupakan tempat melekatnya filamen-filamen insang. Arteri branchialis dan arteri epibranchialis terdapat pada lengkung insang di bagian basal pada kedua filamen insang pada bagian basalnya. Tapis insang berupa sepasang deretan batangbatang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melejat pada bagian depan dari lengkung insang. Ikan nilem memiliki gelembung renang untuk menjaga keseimbangan di dalam air.
2.5.Ikan Tambakan ( Helostoma temmincki temmincki)
Ikan tambakan ( Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini pada awalnya berasal dari Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya diintroduksi ke seluruh dunia. Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena kebiasaannya "mencium" saat mengambil makanan dari permukaan benda padat maupun saat berduel antara sesama pejantan. Di 14
Indonesia sendiri, ikan ini memiliki banyak nama seperti bawan, biawan, hingga ikan samarinda.
2.5.1.Biologi Ikan Tambakan
Kerajaan: Animalia Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Perciformes
Upaordo: Anabantoidei Famili:
Helostomatidae
Genus:
Helostoma
Spesies:
H. temminckii
Ikan tambakan merupakan ikan air tawar yang bersifat bentopelagik (hidup di antara permukaan dan wilayah dalam perairan). Wilayah asli tempatnya tinggal umumnya adalah wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus tenang, dan banyak terdapat tanaman air. Pada awalnya ikan tambakan hanya ditemukan di perairan air tawar Asia Tenggara, namun belakangan mereka menyebar ke seluruh wilayah beriklim hangat sebagai
binatang
introduksi. Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir segala jenis makanan. Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman air, zooplankton, hingga serangga air. Bibirnya yang dilengkapi gigi-gigi kecil membantunya mengambil makanan dari permukaan benda padat semisal batu. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel plankton dari air. Saat sedang mencabut
makanan yang menempel di permukaan benda padat memakai mulutnya itulah, ikan ini bagi manusia terlihat seolah-olah sedang "mencium" benda tersebut. Ikan tambakan termasuk ikan yang mudah berkembang biak. Di alam liar, dalam waktu kurang dari 15 bulan, populasi minimum mereka sudah bisa bertambah hingga dua kali lipat populasi awalnya. Reproduksi ikan tambakan sendiri terjadi ketika periode musim kawinnya sudah tiba. Di Thailand misalnya, musim kawin ikan tambakan terjadi antara bulan Mei hingga Oktober.
15
Perkawinan antara kedua ikan tambakan yang berbeda jenis kelamin terjadi di bawah tanaman air yang mengapung. Ikan tambakan betina selanjutnya akan melepaskan telurtelurnya yang kemudian akan mengapung di antara tanaman air. Tidak seperti anggota subordo Anabantoidei lainnya, ikan tambakan tidak membuat sarang maupun menjaga anakanaknya sehingga anak ikan tambakan yang baru menetas sudah harus mandiri. Sehari setelah pertama kali dilepaskan ke air, telur-telur tersebut akan menetas dan setelah sekitar dua hari, anak-anak ikan tambakan sudah bisa berenang bebas. Ikan tambakan juga dijuluki sebagai "ikan gurami pencium" karena kebiasaannya dalam memakai bibirnya untuk "mencium" benda-benda lain maupun ikan tambakan lainnya. Sebenarnya ikan tambakan tidak bena-benar mencium. Saat sedang mencium benda-benda padat semisal batu, ikan ini sebenarnya sedang menggerogoti makanan yang menempel pada permukaan benda padat tersebut. Ikan tambakan jantan juga saling beradu mulut satu sama lain untuk menegaskan menegaskan supremasinya atas pejantan lain saat menjaga wilayah kekuasaannya. kekuasaannya. Perilaku adu bibir ini tidak pernah berakibat fatal, namun di dalam tangkapan, ikan tambakan jantan yang terus terus menerus kalah kalah usai duel adu adu bibir bisa mati akibat akibat stress.
2.5.2.Morfologi Ikan Tambakan
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 sentimeter. Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun gigigigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air. Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, namun mereka masih termasuk dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan tambakan berwarna pucat atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan tambakan yang ukurannya lebih kecil dari
16
ikan tambakan kebanyakan dan bentuknya bundar nyaris menyerupai balon. Variasi genetis ikan tersebut biasa dikenal dengan nama "gurami pencium kerdil" atau "balon merah muda".
2.6.Penyakit dan Parasit Ikan
Berdasarkan daerah penyebaran, penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : 1. Penyakit atau parasit pada kulit Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat dideteksi. Apabila organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah dapat langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi dengan mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang timbulkan oleh serangan organisme-organisme tersebut. Biasanya ikan yang terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara berlebihan. Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri, virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan. Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. 2. Penyakit atau parasit pada insang Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara dini karena menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati pola tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah menjadi sulit untuk bernafas. Selain itu, tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang menjadi semakin pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan besar di sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel. 3. Penyakit atau parasit pada organ dalam Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat) dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik. Akan tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut 17
yang sangat kurus. Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pada usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenangnya berenangnya jungkir balik tidak terkontrol. t erkontrol. Beberapa tindakan pencegahan pencegahan penyakit yang dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Sebelum pemeliharaan, kolam harus dikeringkan dan dikapur untuk memotong siklus hidup penyakit. 2. Kondisi lingkungan harus tetap dijaga, misalnya kualitas air tetap baik. 3. Pakan tambahan yang diberikan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Jika berlebihan dapat mengganggu lingkungan dalam kolam. 4. Penanganan saat panen harus baik dan benar untuk menghindari agar ikan tidak l uka-luka. 5. Harus dihindari masuknya binatang pembawa penyakit seperti burung, siput atau keong mas.
18
BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan
A. Alat 1. Alat tulis (kertas dan pulpen) 2. Penggaris 3. Timbangan Digital 4. Cawan petri 5. Mikroskop 6. Kaca objek 7. Peralatan untuk membedah :
Pinset (forceps) untuk menjepit Ikan
Pisau bedah (scalpel) untuk membedah ikan
Jarum tusuk
Cawan Petri
Gunting bedah
Baki
B. Bahan 1
Ikan Mas
2
Ikan Nilem
3
Ikan Ar-Ar
4
Ikan Tambakan
5
Ikan Lele
3.2 Prosedur Praktikum
A. Pengamatan ektoparasit Pengamatan ini bertujuan mencari dan menentukan ektoparasit pada bagian tubuh eksternal ikan yaitu sirip, kulit, dan insang yang menimbulkan gangguan pada kesehatan ikan. Langkah kerjanya yaitu : 1) Siapkan peralatan identifikasi yaitu mikroskop, dan peralatan bedah ikan, 2) Mukus dari ikan diambil dengan menggunakan scalpel atau slideglass, 3) Encerkan dengan akuades dan selanjudnya ditutup dengan cover glass. 19
4) Semua helai insang baik insang kiri maupun kanan dil epas
5) Letakkan pada petri disk secara terpisah. 6) Buka rongga mulut periksa ada tidaknya parasit pada rongga tersebut. 7) Cuci rongga hidung dengan menggunakan pipet. 8) Periksa sisik dan sisi bagian dalamnya. Lalu tempelkan pada objek glass.
9) Gunting setiap sirip dan letakkan diatas objek glass secara terpisah. 10) Catat setiap spesies jan jumlah parasit yang ditemukan pada setiap organ. B. Pengamatan Endoparasit Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari dan menentukan endoparasit yang tergolong cacing atau protozoa yang hidup pada bagian tubuh eksternal ikan. Langkah kerjanya yaitu : 1) Rongga tubuh bagian dalam dibuka dengan menggunting dari anus. Hindari menggunting usus, karena kemungkinan parasit ada didalam usus. 2) Periksa organ-organ viscera in situ. Organ-organ viscera (gall dan urinary bladder, hati, limpah, ginjal, gonad, jantung otak dan mata) dipindahkan pada petri disk secara terpisah untuk pemeriksaan. 3) Gunting organ pencernaan mulai dari pangkal anus sampai pada lokasi sekitar insang. 4) Setelah pemeriksaan permukaan luar organ pencernaan, lakukan pemotongan terhadap bagian-bagian tertentu seperti lambung, pyloruc caeca, bagian anterior, 20
tengah dan posterior usus dan rectum. Bagian-bagian tersebut dibuka dan diperiksa parasitnya. 5) Setelah itu mucus dari organ tersebut dikeruk dengan scalpel/ slide. Dinding dari saluran pencernaan diperiksa dengan menggunakan cahaya dari bawah. 6) Kemudian catat setiap spesies dan jumlah parasit yang ditemukan pada setiap organ.
21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Praktikum 4.1.1. Hasil Praktikum Kelompok 5
Hasil Praktikum Identifikasi Parasit 4 Mei 2012
Identifikasi Parasit Pada Ikan Lele Setelah Pengobatan dengan Kunyit 1250 ppm (Lele dari praktikum pengobatan) Ektoparasit
No
Jenis Parasit
1.
Dactylogyrus
-
-
1
2.
Myxobolus
-
-
10
Sirip Kulit Insang
Jenis Parasit
Endoparasit Usus
Otot
-
-
-
-
-
-
Identifikasi Parasit Pada Ikan Ar-Ar No
Jenis Parasit
1.
Dactylogyrus
Ektoparasit Sirip Kulit Insang -
1
Jenis Parasit
-
Endoparasit Usus
Otot
-
-
-
Identifikasi Parasit Pada Ikan Tambakan Tidak ada hasilnya sebab praktikum terhenti saat mati lampu.
Hasil Praktikum Identifikasi Parasit 11 Mei 2012
Identifikasi Parasit Pada Ikan Mas No
Jenis Parasit
1.
Dactylogyrus
Ektoparasit Sirip Kulit Insang -
-
Jenis Parasit
1
Endoparasit Usus
Otot
-
-
-
Identifikasi Parasit Pada Ikan Nilem No
Jenis Parasit
1.
Ichthyophthirus
2.
Dactylogyrus
3.
Gyrodactylus
4.
Nematoda
Ektoparasit Sirip Kulit Insang -
2
Jenis Parasit
-
-
Endoparasit Usus
Otot
-
-
5 2 2
22
4.1.2.Hasil Praktikum Sekelas
Ikan Lele N o
Nama Penyakit
1
Gyrodactylus sp.
4
2
Dactylogyrus sp.
2
3
Trichodina sp.
1
4
Myxosoma sp.
5
5
Argulus sp.
2
6
Sparganum sp.
2
7
Rhabditis Rhabditi s sp.
8 9
Echinostoma sp. Acanthocephala sp.
10
Lernea sp.
1
2
3
4
5
1
1 0
1 1
1 2
29
Intensitas (%) 283,333333 3 322,222222 2
4
200
13,33333333
5
500
6,666666667
2
200
6,666666667
5
250
13,33333333
1
1
100
6,666666667
1
1
100
6,666666667
1
1
100
6,666666667
1
6
7
8
9
3
2
5
1
2
2
3
2
6
1 3
1 4
1 5
Tota l 17
1
9
3
3
3
Prevalensi (%) 40 60
1
100
6,666666667
22
2200
6,666666667
11
Ergasilus sp.
2 2
12
Nyctoterus sp.
2
2
200
6,666666667
13
Anisakis sp.
3
3
300
6,666666667
14
Myxobolus sp.
10
1000
6,666666667
1 0
Ikan Ar-Ar N o
Nama Penyakit
1
Gyrodactylus sp.
2
Trichodina sp.
3
Myxobolus sp.
4
Anisakis sp.
5
Nyctoterus sp.
6
Dactylogyrus sp.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
3
2
1 0
1 1
1 2
1 3
1 4
1 5
Tota l
Intensitas (%)
Prevalensi (%)
5
166,6666667
0,133333333
6
200
0,133333333
1
1
50
0,066666667
1
4
5
166,6666667
0,133333333
1
3
4
133,3333333
0,133333333
9
300
0,133333333
4
1
8
2
23
Ikan Tambakan (tidak ada data akibat mati lampu) No
Nama Penyakit
1
2
3
Ikan Nilem No
Nama Penyakit
1
2
1
Gyrodactylus sp.
2
7
2
Ichthyopthirus sp.
3 4
3
Total
Intensitas (%)
Prevalensi (%)
9
450
66,66666667
2
2
200
33,33333333
Dactylogyrus sp.
5
5
500
33,33333333
Nematoda sp.
2
2
200
33,33333333
Ikan Mas No
Nama Penyakit
1
1
Gyrodactylus sp.
2
Dactylogyrus sp.
3
Myxobolus sp.
4
Chironomus sp.
5
Trichodina sp.
6
Diplozoon sp.
7
Ichthyopthirus sp.
8
Acarus sp.
9
Nematoda sp.
10
Opecoelus sp.
11
Rhabditis sp.
12
Epistylis sp.
1
13
Trichodinella sp.
1
14
Nyctoterus sp.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
6 1
1
6
3
3
1 1
1
1
12
13
14
15
8
5
10
2
3
1
1
2
13
1
4
2
1
4
5
1
1
4 1 1
2
24
16
17
18
19
Total
Intensitas (%)
Prevalensi (%)
35
388,8888889
30
103
515
66,66666667
1
8
160
16,66666667
2
2
200
3,333333333
15
500
10
9
180
16,66666667
9
450
6,666666667
3
100
10
4
400
3,333333333
1
100
3,333333333
1
100
3,333333333
1
100
3,333333333
1
100
3,333333333
2
200
3,333333333
5
2
2
4
20
21
22
23
24
25
26
2 1
14
4
8
3
7
27
28
29
3
2
2
5
2
9
30
17
1
4.2.Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kelompok kami kelompok 5 menemukan bahwa ikan yang diteliti baik itu ikan lele, ikan ar-ar, ikan nilem, dan ikan mas semuanya rata-rata terjangkit oleh ektoparasit. Ektoparasit yang paling sering muncul adalah Dactylogyrus. Dactylogyrus sp. lebih suka menyerang insang. Cacing ini bentuknya pipih dan pada
ujung badan dilengkapi alat yang berfungsi sebagai pengait dan pengisap darah. Ikan yang terserang menjadi kurus dan kulit tidak terlihat cerah lagi. tutup insang tidak dapat menutup dengan sempurna. sempurna. Gejala infeksi pada ikan antara lain pernafasan ikan meningkat, meningkat, produksi lendir berlebih.
25
Dactylogyrus sp digolongkan ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, famili Dactylogyridae, subfamilyDactylogyrinae dan genus Dactylogyrus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendahn (Trematoda). Dactylogyrus sp sering menyerang menyerang pada bagian insang ikan
air tawar, tawar, payau payau dan laut.
Dactylogyrus sp mempunyai ophistapor (posterior sucker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx.
Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. Pada data kelas didapatkan bahwa rata-rata intensitas penyakitnya lebih dari 100%, hal ini berarti ikan yang diteliti sudah terinfeksi oleh parasit dengan intensitas sangat tinggi, intensitas menggambarkan jumlah parasit tertentu yang ditemukan pada ikan yang diperiksa dan terinfeksi. Pada data kelas didapatkan bahwa rata-rata prevalensinya rendah, prevalensi menggambarkan menggambarkan persentase parasit tertentu dalam populasi ikan.
26
BAB V KESIMPULAN 5.1.Kesimpulan
* Dalam praktikum untuk pemeriksaan ikan lele, ar-ar, nilem, mas, banyak ditemukan ektoparasit. Parasit dominan yang sering ditemukan yaitu Dactylogyrus. * Dalam data kelas ditemukan intensitas parasit rata-rata lebih dari 100%. Artinya jumlah parasit yang ditemukan dalam suatu ikan yang terinfeksi, sangat tinggi. Terinfeksi berat. * Dalam data kelas ditemukan prevalensi bervariasi. Artinya persentase ikan yang terinfeksi oleh parasit tertentu dalam populasi ikan bervariasi.
5.2.Saran
* Praktikan harus lebih teliti mengambil sampel karena bisa saja pada bagian tubuh yang dianggap tidak terdapat parasit, terdapat parasit namun tidak teramati. * Praktikan harus belajar lebih cepat dalam mengidentifikasi penyakit agar praktikum berjalan tepat waktu.
27
DAFTAR PUSTAKA
hydroph ila pada Astuti, Asrini Budi. 2003. Interaksi Pestisida dan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila
Ikan Lele Dumbo ( Clarias sp.). Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Effendie, Moch Ichsan. Biologi Perikanan. Jakarta: Yayasan Pustaka Nusantama; 2002 Effendi.H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Dan Linkungan Perairan Afrianto, I. dan Liviawati, E. (1998) Beberapa Metode Budidaya Ikan. Yogyakarta : Kanisesis (Anggota IKAPI). Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Perkarangan. Agromedia Pustaka. Jakarta Cahyono, B. 2002. Budidadaya Air Tawar. K anisius. Yogyakarta 10-14 hal Djarijah, A. S. 2001. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta, 30-34 hal
28