ANALISIS KUALITATIF BAHAN BAKU PARASETAMOL METODE KONVENSIONAL
Ellena Maggyvin Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, Indonesia
ABSTRAK
Telah dilakukan uji kualitatif terhadap sampel bahan baku parasetamol dengan metode konvensional, meliputi uji organoleptis, uji kelarutan, uji reaksi warna, dan uji titik leleh. Parasetamol merupakan golongan obat analgesic non-opioid yang dijual secara bebas. Parasetamol digunakan sebagai pereda nyeri, umumnya digunakan untuk pengobatan sakit kepala, nyeri oto, dan demam. Uji kualitatif dilakukan sebagai sarana penentu atau memastikan identitas suatu senyawa. Uji organoleptis didasarkan dengan panca indra, dan didapatkan hasil berupa serbuk putih hablur, tidak berbau dan rasanya pahit. Uji kelarutan dilakukan dengan melarutkan zat dengan pelarut-pelarut sesuai literature, dan diamati kelarutannya. Selanjutnya uji reaksi warna dilakukan dengan variasi pereaksi yaitu pereaksi besi (III) klorida, pereaksi liebermann, dan pereaksi kalium dikromat. Pada pereaksi besi (III) klorida didapatkan hasil larutan kuning, hasil coklat didapatkan dari pereaksi Liebermann dan warna kuning terbentuk pada saat penambahan dengan pereaksi kalium dikromat. Hasil tersebut tidak sesuai dengan literature dimana hasil perubahan warna yang diharapkan dari ketiga pereaksi tersebut adalah warna ungu. Uji titik leleh dengan alat Melting Point Apparatus, Apparatus, didapatkan hasil titik leleh o sampel pada 162,5 C; tidak sesuai dengan literature dimana titik leleh parasetamol pada range o o 169 C-172 C. Ketidaksesuaian hasil dengan literature menunjukkan bahwa sampel parasetamol yang diuji tidak murni dan tidak memenuhi kriteria. Kata Kunci
: Parasetamol, Kelarutan, Titik Leleh, Kualitatif, Organoleptis, Organolept is, Reaksi
Warna ABSTRACT
Qualitative tests were conducted on samples of the raw material of paracetamol with conventional methods, including organoleptic test, solubility test, color reaction test, and test the melting point. Paracetamol is the drug class of non-opioid analgesic that is sold freely. Paracetamol used as a pain reliever, is commonly used for the treatment of headache, bibs, and fever. Qualitative test conducted as a means of deciding or confirm the identity of a compound. Organoleptic test based on the senses, and the obtained results in the form of white crystalline powder, odorless and bitter taste. Solubility test conducted by dissolving substances with
solvents appropriate literature, and observed solubility. Further testing was done by varying the color reaction using these reagent, which are iron (III) chloride, Liebermann reagents and potassium dichromate reagent. In the reagent of iron (III) chloride yellow solution is obtained, the results obtained from the reagent Liebermann brown and yellow color formed when the addition of the reagent potassium dichromate. These results are not in accordance with the literature where the color change results expected from the third reagent is purple. Test with a melting point apparatus Melting Point Apparatus, showed the melting point of the sample at o 162,5 C; not in accordance with the literature in which the melting point of paracetamol in the o o range of 169 C-172 C. Non-compliance with the results of the literature indicates that the sample tested was not pure paracetamol and did not meet the criteria. Keywords: Paracetamol, solubility, melting point, qualitative, organoleptic, Color Reaction
PENDAHULUAN
Parasetamol (Acetamenopen) adalah turunan
dari
senyawa
sintetis
dari
hidroksil dan atom nitrogen dari gugus
p-
amida pada posisi para. Senyawa ini dapat
aminofenol yang merupakan metabolit aktif
disintesis dari senyawa asal fenol yang
dari fenasetin, namun tidak memiliki sifat
dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan
karsinogenik (menyebabkan kanker) seperti
natrium
halnya fenasetin dan telah digunakan sejak
terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol
tahun 1893
direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat
Parasetamol, mempunyai daya
kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, berkaitan.
meskipun
secara
Tidak
seperti
kimia
nitrat.
Parasetamol
dapat
pula
(Hardman, 2001).
tidak
Asetosal,
Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol (Wilmana, 1995).
Struktur acetaminophen (Ditjen POM, 1995) Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan
Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena,
tersubstitusi
oleh
satu
gugus
perdebatan.
Parasetamol
menghambat
produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit
memenuhi syarat : khasiat, keamanan dan
memiliki
Telah
kualitasnya (UU 36/2009, pasal 98 ayat 1).
mampu
Maka dari itu pengujian bahan baku obat
khasiat
dibuktikan
anti
bahwa
mengurangi
bentuk
siklooksigenase
inflamasi.
parasetamol teroksidasi (COX),
enzim sehingga
harus
dilakukan
termasuk
kesesuaian dengan persyaratan bahan baku
menghambatnya untuk membentuk senyawa
obat
penyebab inflamasi. Sebagaimana diketahui
kemurnian dan kadar .
bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa
pro-inflamasi
(Sartono,1993;
Darmapatni, 2014)
penetapan
meliputi
identitas,
atribut
mutu,
Syarat identitas atau identitas baku adalah pernyataan kualitatif yang harus dipenuhi untuk membuktikan kebenaran, kesesuaian dan keotentikan senyawa aktif seperti yang tertera pada etiketnya sehingga dapat
dibedakan
dengan
senyawa/bahan
Analisis kualitatif merupakan suatu
lain. Identifikasi adalah cara mengungkap
proses dalam mendeteksi keberadaan suatu
identitas dan membuktikan bahwa bahan
unsur kimia dalam cuplikan yang tidak di
yang diperiksa sesuai dengan etiketnya
ketahui. Analisis kualitatif merupakan suatu
(BPOM RI, 2014).
cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalamlarutan.Dalam metode kualitatif,kita
menggunakan
analisis beberapa
pereaksi,di antaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Analisis kualitatatif dapat digunakan untuk menganalisis reaksi-reaksi khusus
senyawa
yang
mengandung
C,H,N,O. ( Miessler,1991 ). Setiap obat dan produk farmasi yang
Pemilihan metode analisis mengacu pada monografi-monografi yang ada pada kompedia
resmi
seperti
Farmakope
Indonesia (FI). Selain mengikuti metode analisis yang ada dalam kompedia, industri farmasi
dapat
mengembangkan
metode
analisis sendiri sesuai dengan kebutuhannya sebagai metode alternatif, asalkan dapat dibuktikan bahwa metode alternatif tersebut valid
sesuai
persyaratan
yang
digunakan dan diedarkan untuk dijual harus
ditetapkan (Mahdiyar dkk, 2015).
METODE PENELITIAN
Alat
telah
Beaker
glass,
cawan
porselen,neraca
analitik, oven, penangas air, pipet tetes, plat tetes, rak tabung reaksi dan tabung reaksi Bahan
dan catat pada suhu berapa parasetamol melebur. Uji Kelarutan
Sebanyak 0,5 gram sampel parasetamol
Aseton, aquadest, etanol, fecl3, gliserol,
yang akan diuji ditimbang dan dimasukkan
larutan
pada
asam
klorida,
larutan
kalium
masing-masing
6
tabung
reaksi.
dikromat, larutan natrium hidroksida, reagen
Kemudian tiap tabung reaksi diberikan
Liebermann, reagen nessler, parasetamol,
perlakuan
dan propilenglikol.
ditambahkan dengan aquadest sebanyak 35
1
tabung 4 diisi dengan 30 mL glilserol;
Bahan baku sampel parasetamol diambil secukupnya,
kemudian
bau
dan
diamati
rasa
dari
warna, sampel
parasetamol. Kemudian bandingkan dengan dan
bahan
baku
parasetamol
standar
tabung 5 diisi dengan 4,5 mL propilenglikol dan terakhir tabung 6 diisi dengan 5 mL NaOH. Amati kelarutan parasetamol pada terhadap variasi pelarut tersebut. Uji dengan Pereaksi Besi (III) Klorida
Sebanyak
Uji Titik Leleh
secukupnya dan diletakkan diatas kaca arloji. Pipa kapiler ditutup salah satu ujungnya dengan cara dibakar. Setelah salah satu sisi tertutup, lakukan tapping pada parasetamol
100
mg
sampel
parasetamol
dilarutkan dalam 10 mL aquadest, kemudian
Bahan baku sampel parasetamol diambil
serbuk
Tabung
tabung 3 diisi dengan 6,5 mL aseton ;
Uji Organoleptis
literature
berbeda.
mL, tabung 2 diisi dengan 3,5 mL etanol;
Metode
wujud,
yang
dengan
mengetuk-
ketukkan pipa kapiler pada serbuk hingga serbuk terisi kurang lebih 0,5 cm dalam pipa kapiler. Setelah itu, nyalakan melting point apparatus dan masukkan pipa kapiler. Amati
ditambahkan
dengan
pereaksi
FeCl3
sebanyak 0,05 mL dan diamati perubahan warna yang terjadi. Uji dengan Pereaksi Liebermann
Sebanyak
100
mg
sampel
parasetamol
dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Liebermann dalam tabung reaksi, dan amati perubahan warna yang terjadi
Uji dengan Pereaksi Kalium Dikromat
Sebanyak
100
mg
sampel
Parasetamol + 0,7 terdapat mL aquadest
parasetamol
endapan pada dasar tabung
dimasikkan dalam tabung reaksi, kemudian 10
ditambahkan dengan 1 mL larutan asam
mg Larut
Parasetamol
klorida ke dalam tabung reaksi. Tabung
+ sempurna
0,07 mL etanol
reaksi yang berisi sampel dan asam klorida
10
kemudian dipanaskan diatas penangas air
mg Larut
Parasetamol
selama kurang lebih 3 menit, setelah itu
+ sempurna
0,13 mL aseton
tambahkan 10 mL aquadest dan dinginkan
10
sejenak. Setelah itu tambahkan pereaksi
mg Larut
Parasetamol + 0,5 sempurnaa
kalium dikromat 0,02M sebanyak 0,05 mL
mL NaOH
kedalam tabung reaksi dan amati perubahan warna yang terjadi.
Uji Titik Leleh
HASIL
Hasil uji titik leleh pada sampel parasetamol
Uji Organoleptis
didapatkan Uji
organoleptis
Pada
suhu
sampel
dengan literature dimana disebutkan titik
didapatkan hasil bahwa sampel berupa
leleh pada baku parasetamol adalah 169 C-
serbuk putih hablur halus, tidak berbau dan
172 C.
dan
rasa.
pada
162,2 C. Hasil yang didapatkan tidak sesuai
bau,
uji
melebur
terhadap
wujud,
meliputi
sampel
o
o
o
pahit. Hasil tersebut sesuai dengan literature. Uji Reaksi Warna Uji Kelarutan
Uji reaksi warna yang dilakukan terhadap Pada uji kelarutan, dilakukan percobaan
sampel bahan baku parasetamol dengan
kelarutan sampel terhadap variasi pelarut
variasi
yang berbeda, meliputi aquadest, etanol,
pereaksi
aseton, dan larutan natrium hidroksida.
Liebermann, dan pereaksi kalium dikromat.
PERLAKUAN
HASIL
reagensia, besi
termasuk
(III)
didalamnya
klorida,
pereaksi
Pada penambahan sampel dengan pereaksi FeCl3 didapatkan perubahan warna dari
10
mg Keruh,
campuran sampel dan reagen menjadi warna
kuning. Warna berbeda didapatkan dari
untuk pengujian bahan baku sampel dan
penambahan pereaksi Liebermann dengan
dibandingkan pada baku. Didapatkan sampel
sampel, yaitu warna coklat pekat. Dan
yang diuji wujud, warna, rasa dan baunya
terakhir pada penambahan sampel dengan
adalah sampel berbentuk serbuk hablur
larutan kalium dikromat didapatkan hasil
halus, berwarna putih dengan rasa pahit dan
perubahan warna menjadi kuning.
tidak berbau. Hasil ini sesuai dengan literature parasetamol menurut Farmakope
PEMBAHASAN
Indonesia.
Dilakukan uji kualitatif pada sampel bahan baku parasetamol dengan 4 metode, meliputi uji organoleptis, uji titik leleh, uji kelarutan, dan uji reaksi warna. Percobaan yang pertama kali dilakukan adalah uji organoleptis.
Uji
organoleptis
atau
uji
sensorik merupakan cara pengujian paling sederhana dan paling primitive. Penilaian dengan indra/organoleptic telah menjadi bidang ilmu setelah prosedur penilaian dibakukan, dirasionalkan , dan dihubungkan dengan penilaian dengan obyektid, analisa data menjadi lebih sistematis, demikian pula dalam
penilaian
digunakan industry
untuk farmasi
organoleptic menilai dan
mutu
banyak dalam
industry-industsri
lainnya. Uji organoleptic dapat digunakan untuk
menilai
mutu
produk,
untuk
menganalisa mutu produk dari suatu waktu ke waktu lain apakah masih sama atau telah mengalami
perubahan
atau
kemunduran
mutunya. Maka dari itu, uji organoleptic dianggap penting dan umumnya dilakukan
Pada uji kedua, analisis kualitatif terhadap sampel parasetamol yang akan diuji adalah dengan uji kelarutan. Kelarutan adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh
pada
temperature
tertentu
atau
interaksi spontan dari dua atauh lebih zar untuk
membentuk
disperse
molekuler
homogen. Kelarutan parasetamol menurut literature, serbuk akan larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut pula dalam etanol dan aseton. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa parasetamol larut dalam aquadest panas, namun saat dingin terbentuk endapan putih pada dasar tabung. Hal tersebut dapat terjadi karena bahan baku parasetamol yang sudah melewati
batas
masa
pemakaian
atau
expired . Pada pencampuran sampel dengan aseton,
etanol,
Hidroksida homogen
dan
didapatkan sempurna.
larutan hasil Hal
Natrium larutan tersebut
menunjukkan kesesuaian dengan kelarutan pada literature (Farmakope Indonesia).
Uji selanjutnya yaitu uji titik leleh.
Uji terakhir yang dilakukan adalah
Titik leleh suatu zat padat merupakan
uji reaksi warna. Uji reaksi warna dimulai
temperature dimana terjadi kesetimbangan
dengan pereaksi besi (III) klorida. FeCl3
antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan
merupakan pereaksi yang umum digunakan
satu atm. Zat padat meleleh dikarenakan
untuk mengidentifikasi zat yang memiliki
ikatan antar molekul terputus. Semakin kuat
senyawa fenol. Saat FeCl3 ditambahkan
ikatannya, semakin tinggi pula temepratur
didalam larutan parasetamol, FeCl3 akan
yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan.
memutuskan ikatan – OH pada gugus dan
Semakin banyak zat pengotor dalam suatu
mengganti dengan Fe dan mengikat 3
zat, ikatan yang terputus akan semakin
parasetamol untuk
banyak pula menyebabkan penurunan titik
kompleks.
leleh dari nilai aslinya. Angka titik leleh
kemudian
tergantung
pemanasan,
ungu/violet bila positif terkandung fenol
keakuratan thermometer yang digunakan
didalamnya. Pada uji parasetamol, hasil
sehingga didapatkan rentang lelehan yang
yang didapatkan adalah perubahan warna
ditetapkan untuk memastikan identitas dan
menjadi kuning. Hal tersebut tidak sesuai
kemurnian. Pengujian titik leleh dilakukan
dengan literature dimana seharusnya terjadi
dengan
kompleks
pada
kecepatan
alat Melting
Point
Apparatus,
membentuk
Kompleks akan
warna
tersebut
menghasilkan
ungu
senyawa
karena
yang warna
terdapat
dimana perlu ditekankan bahwa suhu saat
senyawa fenol didalamnya. Warna kuning
memulai harus dari suhu yang rendah, agar
kemungkinan besar didapatkan dari warna
sampel tidak langsung meleleh dan lebih
pereaksi FeCl3 sendiri. Padatan besi(III)
mudah diamati saat sampel mulai meleleh.
klorida berwarna kuning kecoklatan, dan
Menurut literature, titik leleh paraetamol ada
ketika dilarutkan dalam air, besi (III) klorida
o
o
pada suhu 169 C-172 C. sedangkan hasil
akan mengalami hidrolisis yang merupakan
yang
reaksi
didapatkan
dari
melting
point
apparatus adalah sampel telah meleleh pada o
kuning
eksotermis
menghasilkan
kecoklatan,
asam
dan
larutan bersifat
suhu 162,3 C. Hal ini menunjukkan sampel
korosif. Ketidaksesuain yang terjadi dapat
yang
terjadi karena bahan baku sampel yang
diuji
tidak
murni
atau
telah
terkontaminasi dengan pengotor-pengotor
mengandung
terlalu
banyak
pengotor
lain yang menyebabkan penurunan titik
(dibuktikan dengan titik leleh yang rendah),
leleh.
ataupun sampel yang telah rusak atau
kadaluarsa. Alas an lain seperti kurang
Uji reaksi warna terakhir adalah
tingginya konsentrasi dalam pereaksi yang
dengan pereaksi kalium dikromat. Kalium
dibuat sehingga FeCl3 tidak memutuskan
dikromat merupakan pereaksi dengan warna
rantai
orange,
OH
kompleks
dengan
warna
sempurna
yang
hingga
terbentuk
tidak
sempurna. uji
dengan
pereaksi
Liebermann. Pereaksi Liebermann terdiri atas NaNO2 dalam larutan H2SO4 pekat. Warna dari pereaksi Liebermann adalah bening. Reagen Liebermann akan bereaksi dengan senyawa cincin benzene tersubstitusi tunggal yang tidak tergabung dengan gugus karbonil, amida atau C=N-O menghasilkan warna jingga. Sedangkan warna coklat diberikan oleh beberapa senyawa yang mengandung
dua
cincin
benzene
tersubstitusi mono yang tergabung dengan atom
karbon
atau
atom
karbon
berdampingan. Hasil yang diharapkan dalam uji dengan pereaksi Liebermann adalah warna biru-violet karena Liebermann akan bereaksi dengan p-aminophenol . Menurut hasil pengamatan yang didapatkan larutan berubah warna menjadi warna coklat setelah penambahan Liebermann. Hal ini jelas tidak sesuai dengan literature, ketidaksesuaian disebabkan oleh bahan baku sampel uji yang memang telah terkontaminasi atau rusak sehingga
oksidator
tidak
memenuhi
persyaratan
kualitas uji kualitatif yang sesuai.
berbau,
kuat
Penambahan
Selanjutnya
satu
tidak
dan
yang
dengan
merupakan
bersifat
iritan.
reagen
kalium
dikromat, dimana kemudian reagen akan bereaksi memutus ikatan N-H membentuk NH
pada
struktur
berdasarkan
parasetamol.
literature
adalah
Hasil
terbentuk
kompleks warna ungu. Namun pada saat percobaan,
dihasilkan
warna
kuning.
Ketidaksesuaian dapat terjadi akibat tidak sempurnanya
pemutusan
ikatan
saat
membentuk rangkap N pada struktur akhir parasetomol, selain itu, warna kuning dapat dihasilkan dari warna awal pereaksi sendiri. SIMPULAN
Bahan baku parasetamol yang digunakan tidak sesuai dan tidak memenuhi standar dari ketetapan yang ada. Hasil negative ditemukan hampir pada setiap uji yang dilakukan termasuk uji reaksi besi (III) klorida, Liebermann, kalium dikromat dan titik leleh. DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
Darmapatni, K. A. G. 2014. Analisis
urnal-dewangga-mahdiyar.html
Parasetamol (Asetaminophen)
[diakses 11 Maret 2016]
pada Urin dan Rambut secara Kualitatif dengan Menggunakan
Sartono., 1993. Pengaruh Pemberian Dosis Tunggal Parasetamol Terhadap
Kromatografi Gas. Jurnal Kimia
Komposisi
8 (2), Juli 2014: 257-262.
Metabolit
Parasetamol Dalam Urin Tikus
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia
Jantan
Ed. IV. Jakarta : Depkes RI.
Darsono, I., 2002. Diagnosis
2001.
dan
Analgesic-
Available
[diakses 11 Maret 2016]
agents and drugs employed in Wilmana,
P.F.,
dan
Gan,
S.G.,
2007.
L.J. and Morrow, J.D. eds.
Analgesik-Antipiretik Analgesik
Goodman
The
Anti- Inflamasi Nonsteroid dan
of
Obat Gangguan Sendi Lainnya.
and
Gillman’s
Pharmacological
Basis
Therapeutics. 10th edition. New
Dalam:
York
Farmakologi dan Terapi. Edisi
:
Mc
Graw
Hill
Companies. p: 687-691, 706 Miessler,
Parasetamol.
From: http://cls.maranatha.edu.
Antipyretic and Antiinflamatory
treatment of gout. In : Roberts,
Dalam:
dan Terapi Intoksikasi Salisilat
Hardman, J.G., Limbrid L.E., dan Gilman, A.G.
Malnutrisi.
G.L.,
dan
Tarr,
D.A.
1991.
Prentice-Hall Inc. Mahdiyar, D , Taufiq, A, dan Farida Nuraeni. 2015. Analisis Secara Parasetamol
dan
Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Available Online
at
S.G.,
Editor.
5. Jakarta: Gaya Baru, 230- 240.
Inorganic Chemistry. London:
Simultan
Gan,
:
http://dokumen.tips/documents/j