KONSEP DASAR KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN
OLEH : KELOMPOK IX D- IV KEPERAWATAN TINGKAT 1A
PUTU INDAH PERMATA SARI
(P07120216 019)
NI PUTU NOVIA HARDIYANTI
(P07120216 020)
NI WAYAN MUJANI
(P07120216 021)
KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP DASAR KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN” dengan baik dan lancar. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Ni Luh Putu Yunianti SC,S.kep,Ners,M.Pd selaku ketua jurusan keperawatan di Politeknik Kesehatan Denpasar. 2. Ibu
Ni
Luh
Kadek
Sulisnadewi,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An
selaku
dosen
pembimbing mata kuliah kebutuhan dasar kemanusian. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, dan bermanfaat di masyarakat. Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Denpasar,
September 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI`
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii DAFTAR
ISI`................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ..........................................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah .....................................................................................................
1
1.3
Tujuan .......................................................................................................................
2
1.4
Manfaat .....................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
2.1
Definisi Keamanan atau Keselamatan ......................................................................
4
2.2
Klasifikasi Kebutuhan Keamanan atau Keselamatan ...............................................
4
2.3
Lingkup Kebutuhan Keamanan atau Keselamatan ................................................... 5
2.4
Cara Meningkatkan Keamanan atau Keselamatan .................................................... 6
2.5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan ............................ 7
2.6
Jenis Dasar Resiko terhadap Keamanan Klien di dalam Lingkungan Pelayanan Kesehatan ..................................................................................................................
8
2.7
Definisi Kenyamanan (Rasa Bebas Nyeri) .............................................................
13
2.8
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri ............................................................... 14
2.9
Masalah-masalah pada Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri) .......................... 17
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 20
3.1
Kesimpulan .............................................................................................................
20
3.2
Saran .......................................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya selalu berusaha mencari yang terbaik. Sebagai makhluk sosial, dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya tadi manusia selalu memelukan pihak lain. Seseorang manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Kebutuhan manusia sendiri jika ditinjau dari segi tingkatan kepentingannya dibagi menjadi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang sangat penting dan paling utama. Dahulu kebutuhan primer hanya mencakup sandang, pangan dan papan. Namun dewasa ini karena kehidupan yang semakin kompleks maka ditambahkan pula sebagai kebutuhan primer yaitu kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, hiburan, dan lain-lain. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahan kehidupan dan kesehatan. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan rasa aman dan nyaman. Keamanan sering kali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis. Lingkungan pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup klien. Kenyaman adalah suatu rasa telah terpenuhinya kebutuhan dasar kemanusiaan. Tindakan untuk mengupayakan rasa nyaman dengan memberikan kekuatan, dorongan, motivasi, dan bantuan.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian keamanan atau keselamatan? 2. Apa saja klasifikasi kebutuhan keamanan atau keselamatan?
1
3. Apa saja lingkup kebutuhan dan keamanan atau keselamatan? 4. Bagaimana cara meningkatkan keamanan atau keselamatan? 5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan? 6. Apa saja jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di dalam lingkungan pelayanan kesehatan? 7. Apakah pengertian kenyamanan? 8. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nyeri? 9. Masalah apa saja pada kebutuhan rasa nyaman?
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian keamanan atau keselamatan 2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kebutuhan keamanan atau keselamatan 3. Untuk mengetahui lingkup kebutuhan keamanan dan keselamatan 4. Untuk mengetahui cara meningkatkan keamanan atau keselamatan 5. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keamanan
dan
kenyamanan 6. Untuk mengetahui jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di dalam lingkungan pelayanan kesehatan 7. Untuk mengetahui pengertian kenyamanan 8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri 9. Untuk mengetahui masalah-masalah pada kebutuhan rasa nyaman
1.4 Manfaat 1. Bagi penulis a. Menambah pengetahuan tentang rasa aman dan nyaman b. Menambah pengetahuan menulis makalah 2. Bagi mahasiswa a. Menambah pengetahuan tentang rasa aman dan nyaman
2
3. Bagi masyarakat a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang rasa aman dan nyaman
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Keamanan atau Keselamatan Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006). Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000). Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis. Kebutuhan akan keaman terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (misalnya penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya). Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman. (Asmadi, 2005)
2.2 Klasifikasi Kebutuhan Keamanan atau Keselamatan 2.2.1
Keselamatan Fisik Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi
ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin penyakit, kecelakaan,bahaya pada lingkungan. Pada saat sakit, seorang klien mungkin
4
rentan terhadap komplikasi seperti infiksi. Oleh karena itu bergantung pada profesional dalam sistem pelayanan kesehatan untuk perlindungan. Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih dahulu diatas pemenuhan kebutuhan fisiologis. Misalnya, seorang perawat mungkin perlu melindungi klien disointasi dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. (Potter&Perry, 2005). 2.2.2
Keselamatan Psikologis Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus
memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesional pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan beberapa ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal. (Potter&Perry,2005). Orang
dewasa
yang
sehat
memenuhi kebutuhan keselamatan fisik dan
secara
umum
psikologis
mereka
mampu tanpa
bantuan dari profesional pemberi perawatan kesehatan.Bagaimanapun, orang yang sakit atau cacat lebih rentan untuk terancam kesejahteraan fisik dan emosinya,sehingga
intervensi yang
dilakukan
perawat
adalah
untuk
membantu melindungi mereka dari bahaya. (Potter&Perry, 2005).
2.3 Lingkup Kebutuhan Keamanan atau Keselamatan Lingkungan Klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. 2.3.1
Kebutuhan Fisiologis
5
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengauhi kemampuan seseorang. 1. Oksigen Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida. 2. Kelembaban Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat. 3. Nutrisi Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda yang dapat menyebabkan kondisi-kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan risiko infeksi dan keracunan makanan. 2.3.2
Macam-macam Bahaya atau Kecelakaan 1. di rumah 2. di RS : mikroorganisme 3. Cahaya 4. Kebisingan 5. Cedera 6. Kesalahan prosedur 7. Peralatan medis, dan lain-lain
2.4 Cara Meningkatkan Keamanan atau Keselamatan 1. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri 2. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah
6
3. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti 4. Penghalang sisi tempat tidur 5. Bel yg mudah dijangkau 6. Meja yang mudah dijangkau 7. Kereta dorong ada penghalangnya 8. Kebersihan lantai 9. Prosedur tindakan
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan 1. Emosi Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan. 2. Status Mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya risiko injuri. 3. Gangguan Persepsi Sensori Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan pengelihatan. 4. Keadaan Imunitas Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang penyakit. 5. Tingkat Kesadaran Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur. 6. Informasi atau Komunikasi Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan. 7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
7
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya. 8. Penggunaan Antibiotik yang tidak Rasional Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik. 9. Status Nutrisi Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat berisiko terhadap penyakit tertentu. 10. Usia Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anakanak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri. 11. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya. 12. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai.
2.6 Jenis Dasar Resiko terhadap Keamanan Klien di dalam Lingkungan Pelayanan Kesehatan Lingkungan klien mencakup semua factor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. Definisi yang luas tentang lingkungan ini menggabungkan seluruh tempat terjadinya interaksi antara perawat dan klien. Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit
dan
cedera,
memperpendek
lama
tindakan
dan
hospitalisasi, meningkatkan atau mempertahankan status fungsi klien dan meningkatkan kesejahteraan klien. Lingkungan yang aman juga akan memberikan perlindungan kepada stafnya dan memungkinkan mereka dapat
8
bekerja secara optimal. Lingkungan yang aman adalah salah satu kebutuhan dasar yang terpenuhi (Potter&Perry, 2005). Jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di dalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah jatuh, kecelakaan yang disebabkan oleh klien, kecelakaan yang disebabkan oleh prosedur, dan kecelakaan yang disebabkan oleh penggunaan alat. (Potter&Perry, 2005). 2.6.1
Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan yang dilaporkan dari seluruh kecelakaan yang terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami oleh klien lansia. Selain usia, riwayat jatuh terdahulu, masalah pasca sikap berjalan dan mobilisasi, hipotensi postural, perubahan sensorik, disfungsi saluran dan kandung kemih, dan beberapa kategori diagnose tertentu seperti kanker, penyakit kardiovaskuler, neurologi, dan penggunaan obat-obatan dan interaksi obat juga dapat menyebabkan jatuh modifikasi dalam lingkungan pelayanan kesehatan dengan mudah mengurangi resiko jatuh. Pegangan yang aman ditoilet, kunci pada tempat tidur, pagar tempat tidur dan bel pemanggil beberapa bentuk keamanan yang ditemukan dalam pelayanan k esehatan Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah jatuh : 1. Kaji resiko klien untuk jatuh 2. Tempatkan klien yang beresiko jatuh dekat dengan ruangan perawat 3. Ingatkan seluruh petugas terhadap resiko klien jatuh 4. Kunci seluruh temapt tidur, kursi roda atau brankar (Potter&Perry, 2005). 2.6.2
Oksigen Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan
mempengaruhi keamanan pasien. Menurut jurnal Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit yang aman dalam situasi darurat dan bencana, system gas medic harus diatur seperti berikut :
9
1. Gas medik disimpan dengan benar dan dipasang dalam area penyimpangan dengan kompartemen 2. Lokasi yang benar dan aman untuk penyimpanan gas medik. 3. Untuk penggunaan di rumah sakit gas medik harus dalam pipa, penyimpanan minimum selama tujuh hari 2.6.3
Pencahayaan Rumah sakit merupakan sarana pelayanan public yang penting. Kualitas
pelayanan dalam rumah sakit dapat ditingkatkan apabila didukung oleh peningkatan kualitas fasilitas fisik. Ruang rawat inap merupakan salah satu wujud fasilitas fisik yang penting keberadaannya bagi pelayanan pasien. Tata pencahayaan dalam ruang rawat inap dapat mempengaruh kenyamanan pasien selama menjalani rawat inap, disamping juga berpengaruh bagi kelancaran paramedis dalam menjalankan aktivitasnya untuk melayani pasien.( Adi Santosa)
Depkes RI (1992) mendefinisikan pencahayaan sebagai jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pada rumah sakit intensitas pencahayaan antara lain sebagai berikut: 1. Untuk ruang pasien saat tidak tidur sebesar 100-200 lux dengan warna cahaya sedang 2. Pada saat tidur maksimum 50 lux 3. Koridor minimal 60 lux 4. Tangga minimal 100 lux 5. Toilet minimal 100 lux Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan silau dan intensitasnya sesuai dengan peruntukannya. 2.6.4
Kecelakaan yang disebabkan oleh Prosedur Kecelakaan yang disebabkan oleh prodesur terjadi selama terapi. Hal ini
meliputi
kesalahan
pemberian
medikasi
dan
cairan.
Perawat
dapat
melaksanakan sesuai prosedur agar tidak terjadi kecelakaan. Menurut jurnal PENGEMBANGAN
BUDAYA
10
PATIENT
SAFETY
DALAM
PRAKTIK KEPERAWATAN oleh Lia Mulyati dan Asep Sufyan ada enam cara pemberian obat, antara lain : Enam benar pemberian obat : 1. Tepat obat Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada tidaknya alergi obat, menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat, mengecek label obat, mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat, hanya memberikan obat yang didiapkan diri sendiri. 2. Tepat dosis Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek hasil hitungan dosis dengan dengan perawat lain, mencampur/mengoplos obat. 3. Tepat waktu Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek tanggal kadarluarsa obat, memberikan obat dalam rentang 30 menit. 4. Tepat pasien mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama pasien yang akan diberikan obat, mengecek identitas pasien pada papan/kardeks di tempat tidur pasien 5. Tepat cara pemberian mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek cara pemberian pada label/kemasan obat. 6. Tepat dokumentasi mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat. Potensial terjadinya infeksi akan berkurang bila ternik aseptic digunakan. Salah satu nya adalah dengan cuci tangan yang benar. Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanismelepaskan
kotoran
dan
11
debris
dari
kulit
tangan
dengan
menggunakan sabun biasa dan air. Tujuan mencuci tangan menurut DEPKES 2007 adalah merupakan salah satu unsur pencegahan penularan infeksi. Teknik aseptic juga sering dilakukan dalam berbagai tindakan keperawatan di ruang keperawatan, seperti dalam perawatan luka operasi (mengganti balutan). agar tidak terjadi infeksi pada pasien dan terciptalah rasa aman dan nyaman. 2.6.5
Kecelakaan yang disebabkan Peralatan Kecelakaan yang disebabkan peralatan terjadi karena alat yang digunakan
tidak berfungsi, rusak atau salah digunakan. Hal-hal yang dapat terjadi antara lain kebakaran. Kebakaran dapat terjadi karena listrik atau anestetik. Menurut kemenkes Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit yang aman dalam situasi darurat dan bencana dalam hal system listrik adalah sebagai berikut : 1. Sistem kelistrikan Generator darurat mempunyai kapasitas memenuhi kebutuhan prioritas rumah sakit (ketentuan untuk system cadangan kelistrikan, termasuk ruang operasi, perawatan intensif dan lorong) Dalam kamar mandi dan dalam area basah atau lembab, kotak kontak harusdilengkapi dengan pemutus kegagalan sirkit pembumian (GPAS = Gawai Proteksi Arus Sisa) Kotak kontak (stop kontak, outlet) dilengkapi dengan kutup pembumian Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan melengkapi system alarm. 2. Sistem Pemadam Kebakaran a. Sistem alarm, deteksi dan pemadaman harus dihubungkan dengan sistem alarm kebakaran otomatis, sistem deteksi panas dan/atau sistem pemadam kebakaran otomatik b. Sistem alarm kebakaran dapat dioperasikan secara manual dan otomatis c. Sistem alarm kebakaran di monitor oleh pos pemadam kebakaran atau agen monitor yang terakreditasi
12
d. Deteksi panas dan asap dipasang di koridor rumah sakit, panti jompo, dan fasilitas penyandang cacat e. Menggunakan zat pemadaman yang ramah lingkungan, effektif dan kerusakan yang diakibatkannya kecil f. Setiap ruangan dilengkapi dengan alat pemadam api ringan
3. Sistem Eksit Darurat a. Lantai balok dari jalan keluar diterangi pada semua titik termasuk sudut dan persimpangan dari koridor dan lorong, bordes tangga dan pintu eksit dengan lampu yang mempunyai lumen minimal 0,001 lumen per cm2 b. Sumber pencahayaan mudah diakses dan andal, seperti layanan listrik PLN c. Tanda arah “EKSIT” diterangi, dengan warna khusus, dengan sumber yang andal, 0,005 lumen per cm2 d. Tinggi huruf dari tanda arah 15 cm dengan huruf yang menonjol dengan lebar tidak kurang dari 19 mm
2.7 Definisi Kenyamanan (Rasa Bebas Nyeri) Kolcaba
(1992,
dalam
Potter
&
Perry,
2005)
mengungkapkan
kenyamanan/ rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan harus dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu: 1. Fisik Berhubungan dengan sensasi tubuh.
13
2. Sosial Berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial. 3. Psikospiritual Berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan). 4. Lingkungan Berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya. Meningkatkan
kebutuhan
rasa
nyaman
diartikan
perawat
telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/ hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/ hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
2.8 Faktor -faktor yang Mempengaruhi Nyeri 1. Usia Usia
merupakan
variabel
penting
yang
mempengaruhi
nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat. Anak yang masih kecil sulit mengungkapkan secara verbal dan mengekpresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Dengan demikian perawat harus mengadaptasi pendekatan dalam upaya mencari cara mengkaji nyeri pada anak. Pada lansia yang mengalami nyeri perlu dilakukan pengkajian, diagnosis, dan penatalaksanaan secara agresif. Kemampuan klien lansia untuk menginterpresentasikan nyeri dapat mengalami komplikasi dengan keberadaan berbagai
14
penyakit disertai gejala samar-samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama. Apabila lansia memiliki nyeri lebih dari satu bagian, maka perawat harus mengkaji lebih rinci. 2. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon terhadap nyeri (Gil, 1990). Beberapa kebudayan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merukan hal yang unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin. 3. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).Mengenali nilainilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa nilainilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare, 2003). 4. Keluarga dan Support Sosial Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport,
15
membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993). 5. Ansietas ( Cemas ) Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas
yang
relevan
atau
berhubungan
dengan
nyeri
dapat
meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002). 6. Pola koping Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien. 7. Pengalaman masa lalu Pengalaman masa lalu Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
16
mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri. 8. Perhatian Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990) perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri. 9. Makna nyeri Berhubungan dengan bagaimana pengalaman/ persepsi seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.
2.9 Masalah-masalah pada Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri) Masalah-masalah pada kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri) diartikan sesuai klasifikasi nya. Yaitu: 2.9.1 Nyeri Menurut Tempat 1. Peripheral pain 2. Superficial pain (nyeri permukaan) 3. Dreppain (nyeri dalam) 4. Defereed ( nyeri alihan) 2.9.2 Nyeri Menurut Sumber 1. Nyeri fisik Nyeri fisik disebabkan karena kerusakan jaringan yang timbul dari stimulasi serabut saraf pada struktur somatik viseral 2. Nyeri somatik
17
Nyeri yang terbatas waktu berlangsungnya kecuali bila diikuti kerusakan jaringan diikuti rasa nyeri pada sigmen spinal lokasi tertentu. 3. Nyeri Viseral Nyeri yang sulit ditentukan lokasi nya karena lokasinya dari organ yang sakit ke seluruh tubuh. 4. Sentral pain/ nyeri sentral thalamik Nyeri ini terjadi karena perangsangan system saraf pusat,spinal cord,batang otak 5. Psyhcogenik pain Nyeri yang dirasakan tanpa penyebab mekanik, tetapi akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.. Biasanya disebabkan oleh ketegangan otot yang kronis yang terjadi pada klien yang mengalami stress yang lama 2.9.3 Nyeri Menurut Sifatnya 1. Seperti diiris benda tajam 2. Seperti ditusuk pisau 3. Seperti terbakar 4. Seperti diremas-remas 2.9.4
Menurut Berat dan Ringannya
1. Nyeri ringan : Nyeri yang intensitasnya ringan 2. Nyeri sedang : Nyeri yang intensitasnya menimbulkan reaksi 3.
2.9.5
Nyeri Berat : Nyeri yang intensitasnya tinggi Menurut Waktunya
Berkembang secara progresif selama 6 bulan lebih 1. Reaksinya menyebar 2. Respon parasimpatis 3. Penampilan Depresi dan menarik diri 4. Pola serangan tidak jelas 5. Nyeri akut
18
6. Berlangsung singkat kurang dari 6 bulan 7. Terelokasi 8. Respon system saraf parasimpatis 9. Penampilan: Gelisah , cemas 10. Pola serangan jelas
19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram Kenyamanan/rasa terpenuhinya
nyaman
kebutuhan
dasar
adalah
manusia
suatu yaitu
keadaan
telah
kebutuhan
akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan seharihari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif
dan
hanya
orang
yang
mengalaminya
yang
dapat
menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Long,1996). Secara umum,nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman,baik ringan maupun berat (Priharjo,1992).
3.2 Saran Kebutuhan dasar manusia sangat penting untuk diterapkan dalam praktik keperawatan.
Salah satu kebutuhan dasar manusia
adalah kebutuhan akan rasa aman dan nyaman. Sebagai perawat, kita harus mengetahui kebutuhan dasar dari pasien, salah satunya kebutuhan akan rasa aman dan nyaman, karena ini merupakan hal yang harus dipenuhi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.2005. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta : EGC Carpenito& Lynda Jual.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC Christensen, Paula dan W.Kenney, Janet.2009. Aplikasi Model Konseptual . Jakarta : EGC Potter&Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, danPraktik, Vol.1,E/4.Jakarta : EGC Potter&Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, danPraktik, Vol.2,E/4.Jakarta : EGC http://irm4chimut.wordpress.com/2009/10/14/kdpk/
21