LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN (NYERI) April 02, 2017
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada setiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa hidup terasa nyaman bila mempunyai banyak uang. Ada juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan. Kondisi ketidaknyamanan yang paling sering dihadapi klien adalah nyeri. Nyer i merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien merespon nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, maka perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien (Potter & Perry, 2001). Pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut Hierarki Maslow. Kebutuhan rasa aman nyaman diperlukan untuk proses kehidupan. Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006). Mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan yang hebat merupakan intervensi keperawatan utama yang memerlukan keterampilan seni dan pengetahuan keperawatan. Hal tersebut juga memerlukan konsep yang berhubungan dengan nyeri, pengumpulan data terapi, terapi yang bermanfaat dan juga memerlukan kepekaan dan empati. Salah satu usaha perawat mencari tahu apa yang dialami oleh pasien dan mengkomunikasikan asuhan yang akan diberikan. Perawat memerlukan pendekatan yang sistematis (proses keperawatan) pada pasien yang menderita nyeri (Barbara, 1996). Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang mengalami nyeri dibanding tenaga profesional lainnya dan perawat mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan efek yang membahayakan. Peran memberi perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi dan mengobati nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan
tenaga profesi lain tetapi juga memberi intervensi, dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif. Selain itu, perawat berperan sebagai pendidik untuk pasien dan keluarga, mengajarkan mereka untuk penggunaan analgesik atau regimen pereda nyeri oleh mereka sendiri ketika memungkinkan (Brunner & Suddart, 2002).
B. Tujuan
1. Tujuan umum Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien 2. Tujuan khusus a.
Untuk mengetahui pengkajian klien dengan gangguan rasa aman n yaman.
b. Untuk mendokumentasikan pengkajian. c.
Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada klien gangguan rasa aman nyaman.
d. Untuk menyusun rencana asuhan keperawatan e.
Untuk melakukan tindakan keperawatan
f.
Mampu membuat evaluasi
BAB II KONSEP DASAR
A. Definisi
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien. a.
Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram yang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Lingkungan pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman merupakan hal yang penting untuk kelangsungan hidup klien. (Potter&Perry edisi 4 volume 2, 2006)
b.
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pada pasien, perawat, atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. (Potter & Perry, 2006).
B. Etiologi
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam 2 golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. 1. Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma ( mekanik, thermal, kimiawi, maupun elektrik ) a.
Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung – ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka.
b.
Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas atau dingin
c. d.
Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
2. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau keerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga terikan, jepitan atau metaphase. a.
Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat pembengkakan.
b.
Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya pada pasien infark miokard dengan tanda nyeri pada dada yang khas.
C. Manifestasi klinis
1. Vakolasi a.
Mengaduh
b. Menangis c.
Sesak nafas
d. Mendengkur 2.
Ekspresi Wajah
a.
Meringis
b. Mengeletuk gigi c.
Mengernyit dahi
d. Menutup mata, mulut dengan rapat e.
Menggigit bibir
3. Gerakan Tubuh a.
Gelisah
b. Imobilisasi c.
Ketegangan otot
d. Peningkatan gerakan jari dan tangan e.
Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
f.
Gerakan melindungi bagian tubuh
4. Interaksi Sosial a.
Menghindari percakapan
b. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri c.
Menghindar kontak social
d. Penurunan rentang perhatian
D. Patofisiologi
Ada empat proses yang terjadi pada perjalanan nyeri, yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. 1. Tranduksi
Rangsangan (stimulus) yang membahayakan memicu pelepasan mediator biokimia (misalnya histamin, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P). Mediator ini kemudian mensensitisasi nosiseptor. 2. Transmisi proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses transduksi sepanjang jalur nyeri, dimana molekul-molekul dicelah sinaptik mentrasmisi informasi dari satu neuron ke neuron berikutnya. 3. Persepsi Individu mulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya persepsi nyeri tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan timbulnya berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri. 4. Modulasi atau sistem desenden Neuron dibatang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke tanduk dorsal medula spinalis yang terkonduksi dengan nosiseptor impuls supresif.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri seperti : 1. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi 2. Menggunakan skala nyeri a.
Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi dengan baik
b.
Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
c.
Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon, namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.
G. Komplikasi
1. Hipovolemik 2. Hipertermi 3. Masalah Mobilisasi 4. Hipertensi
5. Edema Pulmonal 6. Kejang
H. Penatalaksanaan
1. Relaksasi Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya. 2. Teknik imajinasi Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.Hipnosis diri dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan dapat mengurangi ditraksi. Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus nyeri. 3. Teknik Distraksi Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan, menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi intelektual (bermain kartu).
4. Terapi dengan pemberian analgesic Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid (morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi lebih nyaman walaupun terdapat nyeri. 5. Immobilisasi Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru seperti decubitus.
I.
Pengkajian Fokus
1. Nyeri akut a.
Mengkaji perasaan klien
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri c.
Mengkaji keparahan dan kualitas nyeri
2. Nyeri kronis Pengkajian difokuskan pada dimensi perilaku afektif dan kognitif. Selain itu terdapat komponen yang harus di perhatikan dalam memulai mngkaji respon nyeri yang di alami pasien :
a.
Penentu ada tidaknya nyeri Dalam melakukan pengkajian nyeri , perawat harus percaya ketika pasien melaporkan adanya nyeri, meskipun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cidera atau luka.
b. Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan P,Q,R,S,T yaitu: 1)
P (Provocate) Faktor paliatif meliputi faktor pencetus nyeri,terasa setelah kelelahan,udara dingin dan saat bergerak.
2) Q (Quality) Kualitas nyeri meliputi nyeri seperti di tusuk-tusuk,dipukul-pukul dan lain-lain. 3) R (Region) Lokasi nyeri,meliputi byeri abdomen kuadran bawah,luka post operasi,dan lain-lain. 4) S (Skala) Skala nyeri ringan,sedang,berat atau sangat nyeri. 5) T (Time) Waktu nyeri meliputi : kapan dirasakan,berapa lama, dan berakhir. 3. Respon fisiologis a.
Respon simpatik
1) peningkatan frekuensi pernafasan 2) dilatasi saluran bronkiolus 3) peningkatan frekuensi denyut jantung 4) dilatasi pupil 5) penurunan mobilitas saluran cerna b. Respon parasimpatik 1) Pucat 2) ketegangan otot 3) penuru nan denyut jantung 4) mual dan muntah
5) kelemahan dan kelelahan 4. Respon perilaku Respon perilaku yang sering di tunjukan oleh pasien antara lain perubahan postur tubuh, mengusap, menopong wajah bagian nyeri yang sakit mengertakan gigi, ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis.
5. Respon afektif Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat. Dalam melakuk an pengkajian terhadap pasien dengan gangguan nyeri.
F. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens Cidera Fisik 2. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Faktor Mekanik
G. Fokus Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Fisik dengan kriteria : a.
Ekpresi wajah pasien rileks
b. Skala nyeri berkurang dari 6 ke 4 Intervensi : a.
Lakukan pengkajian nyeri Rasional : untuk mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri dirasakan, faktor pencetus, berat ringannya nyeri yang dirasakan.
b.
Monitor skala nyer Rasional : untuk mengetahui skala nyeri
c.
Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien Rasional : untuk mengajarkan kepada pasien apabila nyeri timbul
d.
Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Faktor Mekanik Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Faktor Mekanik dengan kriteria :
a.
Ukuran luka berkurang (3)
b. Bau busuk pada luka berkurang (4) Intervensi : a.
Observasi daerah sekitar luka Rasional : untuk mengetahui ada tidaknya pelebaran luka, warna sekitar kulit kemerahan atau tidak.
b. Lakukan perawatan luka Rasional : untuk membersihkan area luka c.
Ajarkan kepada pasien dan keluarga mengenai luka dan perawatannya Rasional : untuk mengajarkan kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka jika sudah diruma