RESUME JURNAL EFFICACY AND ADVERSE EVENTS OF EARLY HIGH-FREQUENCY OSCILLAATORY VENTILLATION IN ADULT BURN PATIENTS WITH ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME Diajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Kriis Pada Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
EVALIA RAHMAT PUZIAN NPM. 220110130088
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017
RESUME JURNAL
Judul
: Efficacy and Adverse Events of Early High-Frequency Oscillatory Ventilation In Adult Burn Patients with Acute Respiratory Distress Syndrome
Penulis
: Sabah Abdel-Raouf, Nashwa Nabil Mohamed
Tempat
: Penelitian ini dilakukan diruang rawat ICU di zona utara KSA dari 2007 ke 2011
Latar Belakang
: Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) ditandai oleh kerusakan parah pada oksigenasi, peradangan yang parah menyebabkan perubahan permeabilitas di alveolar dan membran kapiler yang menyebabkan pergeseran cairan ke alveolar dan ruang interstitial . Osilasi ventilasi frekuensi tinggi (HFOV) merupakan salah satu strategi pelindung paru-paru pada sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Predisposisi ARDS pasien luka bakar merupakan faktor yang dapat menyebabkan cedera paru-paru seperti asap, sepsis, peradangan sistemik. Karena kematian ARDS masih tinggi 48%, maka direkomendasikan mode ventilasi seperti osilasi ventilasi frekuensi tinggi (HFOV)
Tujuan
: Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi efisiensi dan komplikasi dari HFOV sebagai terapi awal (setelah 24 jam dari CMV) untuk jangka waktu yang ditentukan (72 jam) dalam pengelolaan ARDS pada orang dewasa pasien luka bakar lalu dibandingkan dengan CMV saja.
Hasil ukur
:
Hasil primer meliputi penentuan kematian di rumah sakit (mortalitas 30 hari). Hasil sekunder meliputi penilaian dari parameter pertukaran gas dan efek samping (barotraumas dan hemodinamik tidak menguntungkan). Metode
: Penelitian ini dilakukan pada 70 pasien luka bakar ARDS dengan ventilasi oleh CMV selama 24 jam pertama (hari ke 0). Kemudian, pasien secara acak dialokasikan ke dalam dua kelompok yang sama (35 masingmasing). Kriteria inklusi: pria atau wanita, usia 18-60 tahun, pasien luka bakar dengan 40% terbakar atau lebih. a. Kelompok 1 / G1 (CMV) : pasien melanjutkan CMV oleh LPS untuk hari 1, 2, 3 dan 4. b. Kelompok 2 / G2 (HFOV) : pasien bergeser ke strategi HFOV selama 72 jam untuk hari 1, 2 dan 3. Kemudian, pasien bergeser ke CMV pada hari 4 atau untuk melanjutkan LPS. Dalam penelitian ini setting ventilator, parameter pertukaran gas, hemodinamik, obat penenang, persyaratan vasoaktif dan lumpuh, barotraumas dan kematian di rumah sakit dicatat dan dibandingkan antara kedua kelompok.
Hasil Penelitian
:
Pada Hari ke 0: Data demografi, pengaturan ventilator, parameter pertukaran gas, dan hemodinamik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.
Hari 1, 2, 3: ada penurunan signifikan secara statistik dari FiO2 dan OI disertai dengan peningkatan PaO2, PaO2 / FiO2 dan PaCO2 di G2.
Hari 4: sementara kedua kelompok pada CMV, pasien G2 menunjukkan penurunan signifikan secara statistik pada PEEP dan mPaw dengan pertukaran gas yang sama pada hari 1, 2, 3 antara dua kelompok.
Selama masa penelitian, Hipotensi diamati berikut HFOV di G2 dan paling signifikan dalam Day 1. G2 menunjukkan peningkatan signifikan dalam barotraumas dan diperlukan lebih midazolam, atracurium dan norepinefrin. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam 30 hari mortalitas di antara kedua kelompok. Kesimpulan
: HFOV dini efektif dalam meningkatkan oksigenasi pada pasien luka bakar dengan ARDS, tapi gagal untuk mengurangi angka kematian di rumah sakit.
Kelebihan
: Dapat mengetahui perbandingan keefektifan dengan HFOV dan CMV saja.
Kekurangan
: Pada penelitian ini tidak menindaklanjuti dan menjelaskan tentang tingginya kematian pada G2 dalam 30 hari padahal perbaikan oksigenasi terjadi.
Implikasi Keperawatan : Dapat menjadi pilihan perawatan pada pasien luka bakar dengan ARDS karena terapi HFOV dini efektif dalam meningkatkan oksigenasi pada pasien ini dan dapat menambah pengetahuan untuk dijadikan EBP.