Asfiksia
Kelainan atau malformasi kongenital
b.
Pada bayi cukup bulan Sindrom Aspirasi Mekonium
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan bayi akibat peningkatan aktivitas usus janin. Mekonium adalah feses janin saat dalam kandungan yang apabila terjadi gangguan dapat bercampur dengan cairan amnion sehingga terhirup oleh janin.
Pneumonia
Asidosis
Kelainan atau malformasi kongenital
C.
PATOFISIOLOGI
Pada bayi dengan RDS, karena adanya ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang premature terjadi kegagal pernapasan karena imaturenya dinding dada, parenchym paru, dan imaturnya endothelium kapiler yang menyebabkan kolaps paru pada akhir ekspirasi. Pada bayi dengan RDS disebabakan oleh menurunnya jumlah surfaktan atau perubahan kualitatif surfaktan dapat menyebabkan ketidakmampuan alveoli untuk ekspansi. Terjadi perubahan intraextrathoracic dan menurunnya pertukaran udara. Secara alamiah perbaikan mulai terjadi setelah 24-48 jam. Sel yang rusak akan diganti. Membrane hyaline, berisi debris dari sel necrosis yang tertangkap dalam proteinaceous filtrate serum (saringan serum protein), di pagosit oleh makrograf. Sel cuboidal menempatkan pada alveolar yang rusak dan epitelium jalan nafas, kemudian terjadi perkembangan sel kapiler baru pada alveoli. Sintesis surfaktan kembali diproduksi dan kemudian terjadi perbaikan alveoli untuk pengembangan.
Gambar patofisiologis secara jelas dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Surfaktan menurun
Compliance (distensibilitas) paru menurun
PO2 menurun
Atelectasis Metabolisme anaerob Usaha napas meningkat
Menurunnya ventilasi
CO2 meningkat
Perfusi perifer menurun
Tekanan darah arteri menurun
Aliran darah paru menurun
Surfaktan menurun
Asidosis
Vasokonstriksi perifer dan pulmonal
Tekanan arteri pulmonal meningkat
D.
KOMPLIKASI
a.
Pneumothorax
b.
Pneumomediastinum
c.
Pulmonary intersititial dysplasia
d.
Bronchopulmonary dysplasia ( BPD)
e.
Paten ductus arteriosus (PDA)
f.
Hipotensi
g.
Menurunnya pengeluaran urine
h.
Asidosis
i.
Hipotermi
j.
Hipernatermi
k.
Hipokalemi
l.
Disseminated intravascular (DIC)
m.
Kejang
n.
Intraventicular hemorrhage
o.
Retinopathy pada premature
p.
Infeksi sekunder
E.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda biasanya tampak dalam beberapa menit kelahiran, walaupun tanda-tanda ini tidak dapat dikenali selama beberapa jam sampai pernapasan menjadi cepat, dangkal bertambah sampai 60/menit. a.
Tachypnea
b.
Retraksi dada ( suprasternal, substernal, intercostal)
c.
Pernapasan terlihat parados
d.
Cuping hidung
e.
Apnea
Terjadi ketika bayi menjadi lelah dan muncul tanda-tanda tidak menyenangkan yang membutuhkan intervensi segera. f. g.
Murmur Sianosis
Kematian jarang terjadi pada bayi hari pertama sakit, biasanya terjadi antara hari ke-2 dan ke-7 dan disertai dengan kebocoran udara alveolar dan perdarahan paru atau i nterventikuler.
F. a.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Foto rontgen
Untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diafragma dengan overdistensi duktus alveolar
b.
Analisa gas darah
Analisa gas darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, SaO2 92% - 94%, pH 7,31 – 7,45
c.
Immature lecithin
Paru-paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid dalam cairan amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolok ukur kematangan paru, dengan cara menghitung rasio lesitin dibandingkan sfingomielin dari cairan amnion. Sfingomyelin merupakan suatu membran lipid yang secara relatif merupakan komponen non spesifik dari cairan amnion. Gluck dkk menemukan bahwa L/S untuk kehamilan normal adalah < 0,5 pada saat gestasi 20 minggu dan meningkat secara bertahap pada level 1 pada usia gestasi 32 minggu. Rasio L/S = 2 dicapai pada
usia gestasi 35 minggu dan secara empiris disebutkan bahwa Neonatal RDS sangat tidak mungkin terjadi bila rasio L/S > 2. 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru. Phospatidyglicerol : meningkat saat usia 35 minggu
G.
PENALATAKSANAAN TERAPEUTIK
Terapi yang diberikan ialah pengobatan pertukaran oksigen dan karbodioksida paru yang tidak adekuat; asidosis metabolic dan insufisiensi sirkulasi. Perawatan suportif awal bayi baru lahir terutama pada pengobatan asidosis, hipoksia, hipotensi, dan hipotermia akan mengurangi keparahan RDS. Terapi memerluhkan pemantauan yang cermat dan sering terhadap frekuensi jantung dan pernapasan; PO2, PCO2, pH, bikarbonat, elektrolit arteri, glukosa darah, hematocrit, tekanan darah, dan suhu. a.
Pemberian oksigen
Oksigen hangat yang dilembabkan harus diberikan pada kadar yang cukup pada mulanya untuk mempertahankan tekanan arteri antara 55-70 mmHg dengan tanda-tanda vital yang stabil, untuk mencegah resiko toksisitas oksigen. Untuk bayi yang apneu memerluhkan bantuan ventilasi mekanis yang bertujuan memperbaiki oksigenasi dan mengeliminasi CO2 tanpa menyebabkan trauma paru atau toksisitas oksigen. Nilai gas darah yang dapat diterima yang menyeimbangkan risiko hipoksia dan asidosis dengan risiko ventilasi mekaniis adalah PaO2: 55-70 mmHg; PCO2 : 35-55 mmHg; dan pH : 7,25-7,45. b.
Pertahankan nutrisis adekuat
c.
Pertahankan suhu lingkungan netral
d.
Diit 60 kcal/kg/hari (sesuaikan dengan protocol yang ada) dengan asam amino yang mencukupi
untuk mencegah katabolisme protein dan ketoasidosis endogenous e. f.
Pertahankan PO2 dalam batas normal Menjaga suhu tubuh.
Bayi ditempatkan di dalam Isollette dan suhu dalam tubuh dipertahankan antara 36,5- 37 oC.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
a.
Identitas pasien dan penanggung jawab
b.
Riwayat kesehatan
·
Riwayat keperawatan sekarang
·
Riwayat keperawatan dahulu
·
Riwayat kesehatan keluarga
c.
Identifikasi factor resiko
Riwayat maternal ·
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
·
Kondisi seperti perdarahan placenta
·
Tipe dan lamanya persalinan
·
Stress fetal atau intrapartus
Status infant saat lahir ·
Prematur, umur kehamilan
·
Apgar score, apakah terjadi aspiksia
·
Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar
d.
Kaji system pernapasan, tanda dan gejala RDS
·
Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x )
·
Nafas grunting
·
Nasal flaring
·
Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
·
Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan persentase desaturasi
hemoglobin ·
e.
Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea
Kaji system kardiovaskuler
·
Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
·
Murmur sistolik
·
Denyut jantung dalam batas normal
f.
Kaji intergumen
·
Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal
·
Pitting edema pada tangan dan kaki
·
Mottling
·
Penurunan suhu tubuh
B.
DIAGNOSA
a.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan immature paru dan dinding dada atau kurangnya
jumlah cairan surfaktan b.
Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau pemasangan intubasi
trakea yang kurang tepat adanya secret pada jalan napas c.
Tidak efektif pola napas berhubungan dengan ketidakseimbangan napas bayi dan ventilator;
tidak berfungsinya ventilator, dan posisi bantuan ventilator yang kurang tepat d.
Resiko injuri berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-basa; o2 dan co2 dan barotrauma
(perlukaan dinding mukosa ) dari alat bantu nafas
e.
Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi sekunder dari situasi krisis
pada bayi f.
Resiko kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan,
motilitas gastrik menurun, dan kurangnya penyerapan
C.
INTERVENSI No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Perencanaa
1.
Gangguan pertukaran gas
Pertukaran gas adekuat
1.
berhubungan dengan immature paru dan dinding
Kriteria hasil :
dada atau kurangnya jumlah
·
cairan surfaktan
darah dalam batas
mungkin adanya resikoresiko yang muncul
Nilai analisa gas
normal ·
Identifikasi bayi
Nilai SaO2dalam
batas normal
2.
Monitor status
pernapasan; distress pernapasan
3.
Monitor analisa gas
darah, pulse oximetry
4.
Posisikan bayi
dengan tepat agar ada upaya bernapas
5.
Pertahankan suhu
lingkungan netral
6.
Pemberian oksigen
sesuai program 2.
Tidak efektif bersihan jalan
Kepatenan jalan napas
1.
nafas berhubungan dengan
dapat dipertahankan
adanya nafas bilateral
obstruksi atau pemasangan
Dengan Kriteria hasil:
dan ekspansi selama
intubasi trakea yang kurang tepat adanya secret pada jalan napas
·
Tidak Bunyi
rhonki ·
Tidak terjadi
retraksi interkosta
Kaji dada bayi
inspirasi 2.
Atur posisi bayi
untuk memudahkan drainage 3.
Lakukan suction
4.
Kaji kepatenan
jalan napas setiap jam 5.
Kaji posisi
ketepatan alat ventilator setiap jam 6.
Auskultasi kedua
lapang paru 3.
Tidak efektif pola napas
Support ventilator tepat
1.
berhubungan dengan
dan ada usaha bayi
darah
ketidakseimbangan napas
untuk bernafas.
bayi dan ventilator; tidak berfungsinya ventilator, dan
Dengan Kriteria hasil:
posisi bantuan ventilator
·
yang kurang tepat
dalam batas normal
analisa gas darah
2.
Monitor analisa gas
Gunakan alat bantu
pernapasan sesuai instruksi 3.
Pantau ventilator
setiap jam 4.
Berikan lingkungan
yang kondusif 5.
Kaji adanya usaha
bayi dalam bernapas 4.
Resiko injuri berhubungan
Bayi tidak mengalami
dengan ketidakseimbangan
ketidakseimbangan
1.
Evaluasi gas darah
asam-basa; o2 dan co2 dan
asam-basa dab
2.
barotrauma (perlukaan
barotrauma
oximetry
dinding mukosa ) dari alat bantu nafas
Monitor pulse
3.
Monitor komplikasi
4.
Pantau dan
pertahankan kecepatan posisi alat bantu napas 5.
Resiko perubahan peran
Orang tua bayi akan
1.
orang tua berhubungan
menerima keadaan
alat-alat (monitor, ETT,
dengan hospitalisasi
anaknya
ventilator) pada orang
sekunder dari situasi krisis pada bayi
Dengan Kriteria hasil: ·
Melakukan
bonding dan mengidentifikasi perannya ·
Memberikan ASI
eksklusif
Jelaskan semua
tua 2.
Ajarkan orang tua
untuk selalu mengunjungi 3.
ajarkan orang tua
untuk berpartisipasi dalam perawatan bayi 4.
instruksikan pada
ibu untuk memberikan ASI dan ajarkan cara merangsang pengeluaran ASI 6.
Resiko perubahan peran
Keseimbangan cairan
1.
orang tua berhubungan
dan elektrolit dapat
infus 60-100 ml/kg/hari
dengan hospitalisasi
dipertahankan
atau sesuai advice
sekunder dari situasi krisis pada bayi
2.
pertahankan cairan
gunakan infus
pompa 3.
monitor intake dan
output 4.
kaji elektrolit
5.
monitor jumlah
cairan infus yang masuk 7.
Resiko kurangnya volume
Kebutuhan intake
1.
dari kebutuhan tubuh
nutrisi dapat
perawatan bayi pada
berhubungan dengan
dipertahankan
orang tua
ketidakmampuan menelan, motilitas gastrik menurun, dan kurangnya penyerapan
2.
berikan pengajaran
kenalkan pada
orang tua untuk mengidentifikasi tanda dan gejala distress pernapasan 3.
ajarkan pada orang
tua cara melakukan risusitasi jantung paru (RJP) dan distimulasikan tekankan pentingnya control ulang dan deteksi komplikasi dari RDS
D.
EVALUASI
1.
Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-)
2.
Pasien bebas dari dispneu
3.
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
4.
Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
5.
Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
6.
Bebas dari gejala distress pernafasan
7.
Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda tekanan darah, berat
badan, urine output pada batas normal. 8.
Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
BAB IV PENUTUP
A.
SIMPULAN
ARDS adalah Penyakit akut dan progressive dari kegagalan pernafasan disebabkan terhambatnya proses difusi oksigen dari alveolar ke kapiler (a-c block) yang disebabkan oleh karena terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid protein baik interseluler maupun intra alveolar. Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung melukai paru-paru seperti: Pneumoni virus, bakteri, fungal; contusio paru, aspirasi cairan lambung, inhalasi asap berlebih, inhalasi toksin, menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama, Sepsis, Shock, Luka bakar hebat, Tenggelam,dsb. Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah terjadinya penyakit atau cedera. SGPA(sindrom gawat pernafasan akut) seringkali terjadi bersamaan dengan kegagalan organ lainnya, seperti hati atau ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
American Lung Association. 2013. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Diakses melalui http://www.lung.org/lung-disease/acute-respiratory-distress-syndrome/ pada tanggal 19 Januari 2015. Berhman, Klegman dan Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.Edisi 15. Vol 1. Jakarta : EGC. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Suriadi dan Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta : CV Agung Seto. http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/respiratory-distress-syndrome.pdf