MAKALAH PBL BLOK 16 SISTEM DIGESTIVUS 2 Nama: Stefany NIM: 10.2008.111
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 1150 2011 Email:
[email protected]
1
PENDAHULUAN Latar belakang Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis merupakan nematoda usus , siklus hidupnya tidak membutuhkan tanah . Enterobius vermicularis adalah parasit yang hanya menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oksuriasis atau enterobiasis.
Tujuan Untuk mengetahui dan mempelajari tentang Enterobius vermicularis mulai dari morfologi, daur hidup serta penyebab dan penyeberan cacing kremi dan juga mengetahui cara untuk mengobati dan mencegah munculnya cacing kremi kembali menginfeksi.
2
ISI Anamnesis Bila penderita datang untuk pertama kali pada dokter dapat ditanyakan kepada penderita berobat untuk penyakit atau keluhan apa. Hal yang penting ditanyakan pada penderita adalah: riwayat penyakit, penggunaan obat-obat untuk penyakit yang dideritanya maupun untuk penyakit lain, penakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lain, penyakit-penyakit lain yang diderita sekarang maupun pada masa lampau, dan kebiasaan tertentu. Anamnesis tidak perlu terlalu terperinci, akan tetapi dapat dilakukan lebih terarah kepada diagnosis banding setelah dan sewaktu inspeksi. Mulailah dengan pertanyaan terbuka 1.
Apa yang di rasakan ?
2.
Gatalnya dimana ?
3.
Pertama kali gatal dimananya ?
4.
Frekuensi gatalnya ?
5.
Gatalnya hilang timbul atau terus-terusan ?
6.
Gatalnya pada waktu pagi hari, siang atau malam hari ?
7.
Apakah ada alergi sesuatu ?
8.
Apakah ada faktor pemberatnya ?
9.
Apakah pernah minum obat sebelumnya ?
10.
Apakah di keluarga ada yang menderita gatal seperti itu ?
11.
Bagaimana kebersihan lingkungannya ?
3
12.
Bagaimana sosial ekonominya ?
Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja hasilnya positif kurang karena hasil positif kurang lebih hanya 5% dari yang seharusnya. Yang paling baik dengan alat anal swab . anal swab yang di tempelkan di sekitar anus. Pemeriksaan ini di lakukan pada pagi hari sebelum mandi atau defekasi. Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan scotch adhesive tape. Scotch tape atau sellophan tape yang transparan ditempelkan di daerah perianal kemudian diangkat, tempelkan pada kaca sediaan yang telah ditetesi toluol atau larutan iodium dalam xylol, periksa di bawah dibawah mikroskop. Pemeriksaan perlu dilakukan berulang-ulang dalam beberapa hari berturut-turut kerena imigrasi cacing betina hamil tidak teratur. Sekali pemeriksaan hanya menemukan lebih kurang 50% dari semua infeksi, tiga kali pemeriksaan menemukan lebih kurang 90%. Dikatakan seseorang bebas dari infeksi cacing jika pada pemeriksaan yang dilakukan 7 hari berturut-turur hasilnya negatif.
Diagnosis kerja Oksuriasis/ Enterobiasis
Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis merupakan nematoda usus , siklus hidupnya tidak membutuhkan tanah . Enterobius vermicularis adalah parasit yang hanya menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oksuriasis atau enterobiasis. Oleh awam, kita sering mendengar, kremian. Cacingan, penyakit yang cukup akrab di kalangan anak-anak Indonesia. Mulai dari yang berukuran besar seperti cacing perut, sampai yang kecil setitik seperti cacing kremi (pinworm). Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukan
4
rasa gatal di sekitar anus pada waktu malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat diambil dengan mudah dengan alat
anal swab
yang
ditempelkan disekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok).1
Diagnosis Banding Kandidiasis
Kandidosis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Sinonim : kandidiasis, kandidosis, moniliasis. Kandidiasis kutis terdiri dari : 1. Lokalisata : daerah intertriginosa, daerah perianal 2. Generalisata 3. Paronikia dan onikomikosis 4. Kandidosis kutis granulomatosa
Tinea Kruris
Tinea Kruris adalah dermatofitosis yang mengenai paha atas bagian tengah, daerah inguinal, pubis, perineum, dan daerah perianal. Dermatifitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita. 2
5
Etiologi Enterobius vermicularis adalah cacing putih kecil (1 cm), betinanya yang gravid bermigrasi pada malam hari ke daerah perianal untuk meletakkan telur-telurnya. Dalam sekali berproduksi cacing dapat mengahsilkan 11.000 butir telur. Setelah mengalami proses pematangan, larva dapat bertahan hidup selama 20 hari.3
Patofisiologi Enterobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang berarti. Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus, perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus local. Karena cacing bermigrasi ke daerah anus dan menyebabkan pruritus ani, maka penderita menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk di sekitar anus. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadangkadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung, esophagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah terse but. Cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarang di vagina dan di tuba falopii sehingga menyebabkan radang di saluran telur. Cacing sering ditemukan di apendiks tetapi jarang menyebabkan apendisitis. Beberapa gejala infeksi enterobius vermicularis yaitu kurang nafsu makan, berat badan turun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi menggeretak, insomnia, dan masturbasi, tetapi kadang-kadang sukar untuk membuktikan hubungan sebab dengan cacing kremi. Pada anak perempuan, cacing yang sampai ke anus dapat nyasar ke vulva, masuk ke uterus, tuba falopii yang dapat menimbulkan salpyngitis. Jika masuk ke urethre, ke kandung kencing anak sering
6
mengompol. Walaupun cacing ini sering ditemukan di dalam appendix tetapi jarang menimbulkan appendisitis. 4
Morfologi dan Daur Hidup Cacing Dewasa Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,3-0,5 mm, dengan pelebaran kutikulum seperti sayap pada ujung anterior yang disebut alae. Bulbus oesofagus jelas sekali, dan ekor runcing. Pada cacing betina gravid, uterus melebar dan penuh telur.
Gambar 1: E.vermicularis betina Cacing jantan lebih kecil sekitar 2-5 mm dan juga bersayap, tapi ekornya berbentuk seperti tanda tanya, spikulum pada ekor jarang ditemukan.
Gambar 2: E.vermicularis jantan Telur E. vermicularis Telur E. vermicularis oval, tetapi asimetris (membulat pada satu sisi dan mendatar pada sisi yang lain), dinding telur terdiri atas hialin, tidak berwarna dan transparan, serta rerata
7
panjangnya x diameternya 47,83 x 29,64 mm (Brown, 1979). Telur cacing ini berukuran 50μm - 60μm x 30μm, berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisinya (asimetris). Dinding telur bening dan agak tebal, didalamnya berisi massa bergranula berbentuk oval yang teratur, kecil, atau berisi embrio cacing, suatu larva kecil yang melingkar.
Gambar 3: Telur E. vermicularis Habitat cacing dewasa biasanya biasanya di rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi usus.
Gambar 4: potongan melintang E. vermicularis dewasa di usus halus Cacing betina yang gravid mengandung 11.000-15.000 butir telur, bermigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan di usus sehingga jarang ditemukan di tinja. Telur menjadi matang dalam waktu 6 jam setelah dikeluarkan. Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam
8
keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari. Kopulasi cacing jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur.
Gambar 5: cacing betina yang bermigrasi ke perianal untuk meletakkan telurnya. Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang atau larva dari telur yang menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang tertelan, telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di jejunum dan bagian atas ileum. Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung 1 bulan karena telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan. Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada re-infeksi, tanpa pengobatan pun infeksi dapat berakhir.
9
Gambar 6: siklus hidup E. vermicularis
5
Penatalaksanaan Medika Mentosa
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalu pemberian obat yaitu: 1. Mebendazole Diberikan dengan dosis 100mg 2x/hari selama 3 hari berturut-turut.baik untuk semua stadium perkembangan cacing kremi.
2. Piperazin Sangat efektif bila diberikan waktu pagi kemudian segelas air sehingga obat sampai ke sekum dan kolon.
10
3. Pirantel pamoat dan albendazol keduanya sangat efektif untuk enterobiasis, dengan dosis dan cara pemberian sama dengan pengobatan Ascaris lumbricoides. Efek sampingnya mual dan muntah. 4. Thiabendazole sangat efektif dengan dosis 25mg/kg berat badan, diberikan 2 kali sehari yang diberikan pada hari ke-1 dan ke-7. Non Medika Mentosa
Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari. 5,6
Pencegahan Mengingat bahwa Enterobiasis adalah masalah kesehatan keluarga, maka lingkungan hidup keluarga harus diperhatikan, selain itu kebersihan perorangan merupakan hal yang sangat penting dijaga. Perlu ditekankan pada anak-anak untuk memotong kuku, membersihkan tangan sesudah buang air besar dan membersihkan daerah perianal sebaik-baiknya serta cuci tangan sebelum makan. Di samping itu kebersihan makanan juga perlu diperhatikan. Hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang terkontaminasi telur cacing E.vermicularis, Tempat tidur dibersihkan karena mudah sekali tercemar oleh telur cacing infektif , Diusahakan sinar matahari bisa langsung masuk ke kamar tidur,sehingga dengan udara yang panas serta ventilasi yang baik pertumbuhan telur akan terhambat karena telur rusak pada temperatur lebih tinggi dari 46ºC dalam waktu 6 jam karena infeksi Enterobius mudah menular dan merupak penyakitkeluarga maka tidak hanya penderitanya saja yang diobati tetapi juga seluruhanggota keluarganya secara bersama-sama.6
11
Komplikasi Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang dalam tinja selama seminggu pengobatan. Juga dapat menyebabkan Salpingitis (peradangan saluran indung telur), Vaginitis ( peradangan vagina) pada perempuan.
Epidemiologi Penyebaran cacing kremi lebih luas daripada cacing lain. Penularan dapat terjadi pada keluarga atau kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama (asrama, rumah piatu). Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, buffet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur, pakaian dan tilam. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan manusia 3%-80%. Penelitian di daerah jakarta timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita enterobiasis adalah kelompok usia 5-9 tahun yaitu pada 46 anak (54.1%) dari 85 anak yang diperiksa. Penularan dapat dipengaruhi oleh: 1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (auto-infeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi. 2. Debu merupakan sumber infeksi karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.
12
3. Retroinfeksi melalui anus: larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke usus. Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya. Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada orang Negro. Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Kuku hendaknya selalu dipotong pendek, tangan dicuci bersih sebelum makan. Anak yang mengandung cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur supaya alas kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak dapat menggaruk daerah perianal. Makanan hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung parasit. Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.6
Prognosis Prognosis penyakit ini baik jika dilakukan diagnose dan terapi yang baik serta dapat menjaga kebersihan diri.
13
DAFTAR PUSTAKA
1.
Enterobius vermicularis, diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/50432963/Enterobius-vermicularis
2. Budimulja Unandar. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010 3. Djaenudin Natadisastra, Ridad Agoes. Parasitologi Kedokteran: ditinjau dari organ yang diserang. Jakarta: EGC. 2009, 86-91 4. S. Alisah N. Abidin. Buku ajar Parasitologi kedokteran. Enterobius vermicularis. Jakarta: FKUI.2008 5. Enterobius vermicularis, diunduh dari: http://dentistcentre.blogspot.com/2009/03/enterobius-vermicularis.html 6. Diagnosis dan penatalaksanaan pada penyakit enterobiasis, diunduh dari: http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada penyakit-enterobiasis.html#more-176
14