TINJAUAN TEORI
A. Def Definisi nisi Teratoma Teratoma adalah tumor yang mengandung mengandung jaringan jaringan derivat dua, tiga lapis benih. Terjadi saat janin masih embrio. Terjadinya teratoma adalah karena embrio awal (tingkat clivage, blastula, awal grastula) lepas dari kontrol organier. !a seperti tubuh yang yang kemba kembarr tida tidak k seim seimban bang g yang yang satu satu dapat dapat tumb tumbuh uh norma normall yang yang lain lain hany hanyaa gumpalan jaringa yang tdak utuh atau tidak wajar. Teratoma disebut juga fetus in fetus atau bayi dalam bayi. Teratoma yang berasal dari sel embrional biasanya terjadi di garis tengah tubuh" otak, tengkorak, hidung, lidah, bawah lidah dan leher, mediastinum, retroperitoneum dan menempel di coccy#. $arang sekali bisa timbul di organ padat seperti jantung dan hati dan organ rongga seperti usus dan kandung kencing. Teratoma embrional paling sering terjadi di daerah sacrococcygeus. Teratoma bentuk ini adalah yang paling sering terjadi pada bayi baru lahir. Terat Teratoma oma sakrok sakrokoks oksige igeus us adalah adalah neoplas neoplasma ma yang terdir terdirii dari dari bermac bermacam% am%maca macam m jaringan yang berbeda dari ketiga lapisan sel germinal asing pada tempat anatomi dimana jaringan tersebut muncul yaitu sering terjadi dekat tulang ekor (coccy#), dimana konsentrasi terbesar sel primitive berada untuk periode waktu yang lama. Teratoma Teratoma diklasifikasikan kedalam tiga kategori histopatologi " &.
Terat Teratoma oma benigna benigna " terdapat terdapat defere deferensi nsiasi asi baik, baik, benigna, benigna, matur, matur, hanya hanya jaringan dewasa
'.
Terato ratoma ma denga dengan n imat imatur ur jari jaringa ngan n embri embrion onik ik yang yang bukan bukan mali maligna gna seutuhnya, dengan atau tanpa jaringan matur.
.
Teratoma Teratoma maligna , dengan jaringan maligna seutuhnya, ditambah jaringan matur dan atau embrionik.
*. +tiologi Teratoma terbentuk dan berkembang selama kehidupan intrautrin, dapat menjadi sangat besar pada teratoma sakrokoksigeus seiring dengan perkembangan fetus.teratoma sakrokoksigeus muncul dari primitif knot atau hensens node. -ensens node adalah suatu agregasi dari sel totipotensial yang merupakan pengatur utama pada perkembangan embrionik. emula terletak di bagian posterior embrio yang bermigrasi secara caudal pada minggu pertama kehidupan didalam ekor embrio, akhirnya berhenti di anterior tulang ekor (coccy#). Alur migrasi dari sel germinal menunjukan lokasi dan patologi yang paling sering terdapat teratoma (sakrokoksigeus dan gonad). el%sel ini dapat meluas ke postero%inferior masuk daerah glutea dan atau postero%superior masuk ke rongga abdominopelvik. /emisahan sel totipotensial dari hansens node mungkin menyebabkan munculnya teratoma sakrokoksigeus. el pleuripotensial ini melarikan diri dari kontrol pengatur embrionik dan berdiferensiasi masuk dalam jaringan yang tidak biasa ditemukan pada daerah sakrokoksigeus. Tumor terjadi dekat dengan tulang ekor, dimana konsentrasi terbesar primitif sel berada untuk waktu yang lama selama masa perkembangan. Tumor ini diklasifikasikan berdasarkan altman classification of surgical section of the american academy of pediatrics kedalam 0 tipe yaitu " &.
Tipe i 1 tumor terutama di bagian luar mengarah dari daerah sakrokoksigeus dan muncul dengan distorsi bokong
'.
Tipe ii 1 tumor terutama diluar , tetapi ada bagian yang luas didalam pelvis.
.
Tipe iii 1 tumor terutama di dalam
pelvis dengan sedikit pada
bagian luar, benjolan pada bokong. 0.
Tipe iv 1 tumor seluruhnya didalam tanpa ada dibagian luar atau bagian bokong
2airan kista dapat sereus, mukoid, darah, dan lapisan kista sering terdiri dari epitel skuamous serta sebasea dan gigi. Terutama tumor kistik lebih mungkin benigna dan insiden malignansi meningkat pada sejumlah jaringan padat. Teratoma benigna
biasanya berkapsul, dan adanya bagian yang nekrosis atau perdarahan memberi kesan adanya kanker. /emeriksaan
mikroskopik
pada teratoma biasanya
menunjukkan
variasi
jaringan lebih dari satu lapisan germinal. /entingnya memiliki keseragaman dalam klasifikasi histology teratoma agar evaluasi prognosis yang sesuai dan kelangsungan hidup serta dapat membandingkan hasil dari laporan bertahap dari institut yang berbeda. Teratoma diklasifikasikan kedalam tiga kategori histopatologi " &.
Teratoma benigna " terdapat deferensiasi baik, benigna, matur, hanya jaringan dewasa
'.
Teratoma dengan
imatur
jaringan
embrionik
yang
bukan
maligna
seutuhnya, dengan atau tanpa jaringan matur. .
Teratoma maligna , dengan jaringan maligna seutuhnya, ditambah jaringan matur dan atau embrionik.
2. 3anifestasi klinis ecara klinis, tumor paling sering muncul sebagai massa yang menonjol antara coccy# dan anus yang biasa ditutupi dengan kulit normal yang intak. *eberapa pasien, seluruh atau sebagian benjolan terletak pada permukaan retrorektal atau retroperitoneum. /ada bayi dan anak%anak, tumor muncul sebagai massa pada daerah sakropelvis yang menekan kandung kemih dan rectum. eringnya gejala obstruksi pada traktus urinarius yang disebabkan oleh kompresi ureter dan urethra terhadap pubis atau kompresi ureter terhadap pinggiran pelvis dan terjadi kesulitan defekasi sebagai tanda obstruksi yang mungkin tidak cukup dikenali. ebagian kecil pasien dapat mengalami paralysis, nyeri, atau kelemahan pada kaki, terutama pada stadium lambat dari invasi maligna dari tumor. /ada teratoma sakrokoksigeus pada fetus, jika tumornya besar, dapat menyebabkan distosia, kesulitan melahirkan dan perdarahan atau laserasi tumor. D. /atofisiologi
Teratoma terbentuk dan berkembang selama kehidupan intrautrin, dapat menjadi sangat besar pada teratoma sakrokoksigeus seiring dengan perkembangan fetus. Teratoma sakrokoksigeus muncul dari primitif knot atau hensens node. -ensens node adalah suatu agregasi dari sel totipotensial yang merupakan pengatur utama pada perkembangan embrionik. emula terletak di bagian posterior embrio yang bermigrasi secara caudal pada minggu pertama kehidupan didalam ekor embrio, akhirnya berhenti di anterior tulang ekor (coccy#). Alur migrasi dari sel germinal menunjukan lokasi dan patologi yang paling sering terdapat teratoma (sakrokoksigeus dan gonad). el%sel ini dapat meluas ke postero%inferior masuk daerah glutea dan atau postero%superior masuk ke rongga abdominopelvik. /emisahan sel totipotensial dari hansens node mungkin menyebabkan munculnya teratoma sakrokoksigeus. el pleuripotensial ini melarikan diri dari kontrol pengatur embrionik dan berdiferensiasi masuk dalam jaringan yang tidak biasa ditemukan pada daerah sakrokoksigeus. Tumor terjadi dekat dengan tulang ekor, dimana konsentrasi terbesar primitif sel berada untuk waktu yang lama selama masa perkembangan.
+. Diagnosis
•
/renatal 4sg prenatal dapat mendeteksi tumor ini mulai pada usia kehamilan
&minggu. 4sg menunjukkan peningkatan ukuran uterus, placentomegaly, polihidramnion, hidrops fetalis, massa inhomoge n pada sakrum dengan gambaran kalsifikasi.
!bu
pasien
bergejala
polihidramnion,
meningkat kadar alfa
fetoproteindarah sebelum partus dan partus prematur. *ila gejala ini timbul sebelum usia 5 minggu kehamilan maka prognosis anak adalah buruk. /ersalinan akan beresiko /ada ibu sehingga untuk menghindari distosia atau ruptur tumor dianjurkan untuk dilakukan sectio cesarea bila ukuran tumor lebih dari 6 cm atau tumor lebih besar dari diameter fetus.
•
/ostnatal Teratoma benign hanya sedikit bergejala atau bahkan tidak bergejala
samasekali. 3assa pada pelvis yang besar dapat menyebabkan dekompresi traktusurinarius maupun rektum. Defisit neurologis jarang terjadi, bila terjadi mengindikasikan malignansi. Tanda metastasis perlu dicari pada anak lebih tua Diagnosis teratoma sakrokoksigeus
biasanya
ditegakkan
melalui
pemeriksaan fisik. Tumor ini biasanya didiagnosa ketika ditemukan benjolan sacrum yang besar setelah kelahiran yang sulit atau obstruksi pada kelahiran. Anamnesis didapatkan adanya nyeri rectum, konstipasi, dan adanya sebuah benjolan. Teratoma sakrokoksigeus juga sering didiagnosa sebelum bayi lahir dengan pemeriksaan ultrasonografi fetal. 7aporan bertahap diagnosis antenatal pada teratoma sakrokoksigeus menunjukkan bahwa sebagian besar fetus yang didiagnosa teratoma sakrokoksigeus kemungkinan meninggal sebelum kelahiran. Diagnosis prenatal penting karena tumor ini mungkin cukup besar untuk menyebabkan distosia dan ruptur dari tumor dengan perdarahan masif dapat terjadi selama kehamilan.
/ada sebagian besar kasus, teratoma sakrokoksigeus sangat khas sehingga diagnosisnya sangat jelas. 8adang%kadang, bagaimanapun diagnosis tidak begitu jelas dan adanya lesi lain seperti kondroma, fibroma, duplikasi rektal, terutama mielomeningocele dan tumor neurogenic presakral, harus dikeluarkan. Apabila sulit membedakan teratoma sacrococygeal dengan lesi lain, studi diagnostic seperti foto polos, ultrasonografi, computer tomografi (ct) atau mri. 9oto thoraks membantu menyingkirkan penyakit metastase. 9oto polos pada sacral dapat menunjukkan adanya kalsifikasi dalam tumor. 4ltrasonografi berguna untuk menentukan sifat lesi (padat atau kistik, adanya komponen intraabdominal dan keterlibatan hati). *aik ct scan lateral dan magnetic resonance imaging ( mri )akan menunjukkan perluasan intrapelvis dan intraspinal dari lesi sacral dengan rincian yang jelas. *eberapa teratoma mengandung elemen yolk salk, dimana mengeluarkan alfa1fetoprotein. Deteksi afp dapat membantu memperjelas diagnosis dan sering digunakan sebagai marker untuk rekurensi atau efektifitas pengobatan, tapi metode yang jarang pada diagnosis awal.
Stadium
8lasifikasi
altman
membagi
tumor
berdasarkan fungsi bentanganatominya
ke
dalam 0 kelompok" &.
Altman
i
"
eksternal
tumor
yang
mendominasi, dengan perluasan minimal '.
Altman
ii
" eksternal
tumor
dengan
perluasan signifikan intrapelvis. . Altman
iii
" tumor eksternal
dengan
perluasan intra%abdominal 0. Altman iv " hanya tumor intra pelvis, tidak dapat dilihat dari luar.
9. /enatalaksanaan Teratoma sakrokoksigeus harus dieksisi lengkap. 7esi tipe i dan ii dapat dimulai pada daerah posterior melalui chevron insisi dan sagital. 7esi tipe iii dan iv harus insisi tambahan transversal pada perut bagian bawah. *agian penting pada prosedur termasuk pengangkatan lengkap pada tumor intak, ligasi arteri sakral tengah, dan eksisi tulang ekor ( coccy# ) bersama tumor. $ika tumor secara histologi benigna ( hanya jaringan matur) atau mengandung jaringan embrionik tanpa maligna seutuhnya, eksisi lengkap adekuat. $ika lesi benigna (:; <), tidak diindikasikan terapi lanjutan. 4ntuk tumor yang agresif dan terdapat jaringan malignan seutuhnya, pembedahan eksisi sendiri tidak adekuat dan pasien harus mendapatkan kemoterapi dan atau radioterapi. /asien dengan rekurensi kanker dan tidak dapat dieksisi diberikan terapi vac (vinkristin, dactinomycin, cyclophosphamide) ditambah radiasi lokal. /asien ini harus dievaluasi setiap bulan selama ' tahun pertama dengan pemeriksaan rectal dan jumlah afp. /asien yang diperkirakan rekurensi harus dievalusi dengan pemeriksan radiologi yang sesuai, ultrasonografi dan atau ct. 7esi ini paling baik direseksi dalam '0 jam pertama, sejak usus tidak dikoloni pada '0 jam pertama setelah kelahiran., mengurangi resiko infeksi pada daerah yang terkontaminasi feses selama reseksi. /erioperatif antibiotic diberikan segera sebelum pembedahan dan dilanjutkan '0%0= jam setelah operasi.
Konsep Asuhan Keperawatan
&. /engkajian Tumor ini biasanya didiagnosa ketika ditemukan benjolan sacrum yang besar setelah kelahiran yang sulit atau obstruksi pada kelahiran. Anamnesis didapatkan adanya nyeri rectum, konstipasi, dan adanya sebuah benjolan. Teratoma sakrokoksigeus juga sering didiagnosa sebelum bayi lahir dengan pemeriksaan ultrasonografi fetal. 9oto thoraks membantu menyingkirkan penyakit metastase. 9oto polos pada sacral dapat menunjukkan adanya kalsifikasi dalam tumor. 4ltrasonografi berguna untuk menentukan sifat lesi (padat atau kistik, adanya komponen intraabdominal dan keterlibatan hati). *aik ct scan lateral dan magnetic resonance imaging ( mri ) akan menunjukkan perluasan intrapelvis dan intraspinal dari lesi sacral dengan rincian yang jelas.
'. Diagnosa keperawatan a. >angguan rasa nyaman (nyeri) bd kompresi ureter dan uretra b. /enurunan nutrien bd penurunan masukan oral, ketidaknyamanan mulut, mual, muntah, c. >angguan aktivitas bd nyeri dan kelemahan pada kaki d. >angguan konsep diri bd kelainan pada partus e. An#ietas bd kurangnya pengetahuan terhadap penyakit
!ntervensi keperawatan A) >angguan rasa nyaman (nyeri) bd kompresi ureter dan uretra •
Tentukan riwayat nyeri, lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas
•
nyeriserta tindakan penghilangan yang digunakan 8urangi adanya kurang pengetahuan klien dengan menjelaskan sebab%
•
sebabnyeri kepada klien *erikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut pada ibu dan
•
keluarga bayi *icarakan dengan ibu bayi dan keluarga penggunaan terapi distraksi
•
8olaborasi pemberian analgetik untuk pereda rasa nyeri sakit
*) /enurunan
nutrien bd penurunan masukan oral, ketidaknyamanan mulut,
mual, muntah,
•
/antau ttv anak /antau masukan makanan tiap hari. 4kur tinggi, berat badan setiap hari, pantau hasil pemeriksaan laboratorium $elaskan pentingnya nutrisi yang adekuat. *eri dorongan klien untuk makan dengan orang lain. 2iptakan suasana makan yang menyenangkan Ajarkan ibu untuk mengurangi atau menghilangkan bau yang menyebabkan
•
ingin muntah, mual. *eri arahan ibu supaya bayi diberi air susu sedikit%sedikit tapi sering supaya
•
memperkecil pemicu muntah. 8olaborasi diet pendukung nutrisi.
• • • • • •
2) ?esiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat pembedahan (Tujuan " selama dalam perawatan, infeksi luka operasi tidak terjadi) -asil yang diharapkan " 3encapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen !ntervensi" •
•
/antau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya. ( r deteksi dini tentang terjadinya infeksi yang lebih berat ) 7akukan perawatan luka operasi secara aseptik dan antiseptik
!mplementasi &.
2atat hasil ttv pada anak
'.
7ihat hasil intik out put dengan menanyakan pada ibu p#
.
Timbang bb anak setiap hari dan ukur tinggi bayi
0.
*eri penjelasan pada ibu bayi pentingnya asupan nutrisi pada bayi
6.
*eri dorongan bayi agar mudah minum asi
@.
3emberi tau ibu cara member asi yang benar
;.
3ember tau ibu bayi supaya member minum bayi sedikit 1 sedikit tapi sering.
=.
3elakukan kolaborasi dengan ahli gii
Evaluasi
/rognosis teratoma sakrokoksigeus dapat membaik dipengaruhi oleh deteksi prenatal, rencana penanganan intrapartum, dan cepat dilakukan pembedahan reseksi. /rognosis pada neonatus berdasarkan klasifikasi teratoma oleh the american academy of pediatrics surgical section dengan adanya perluasan tumor, sedangkan prognosis fetus didasarkan pada ukuran tumor, laju pertumbuhan tumor dan ada tidaknya plasentomegali dan hidropsfetalis. alaupun sebagian besar tumor ini secara histologi benigna, tumor ini dihubungkan dengan mortalitas dan morbilitas karena pengaruh sekunder dari teratoma sakrokoksigeus seperti premature, distosia dan trauma kelahiran, perdarahan tumor dan kegagalan sekunder output yang tinggi. Adanya tumor yang berukuran besar baik ada atau tidak adanya kalsifikasi dalam tumor tidak begitu penting apakah lesi benigna atau maligna. ecara histologi tumor benigna, prognosisnya sangat baik setelah pembedahan eksisi yang adekuat. /rognosis buruk jika tumor mengandung jaringan maligna. ?esiko maligna tergantung pada bagian dan luasanya tumor serta umur pada saat didiagnosis
DAFTAR USTAKA
2orebima, AD. '55;. >enetika 8elamin. urabaya" Airlangga 4niversity /ress -amilton, .$ dkk. '55;. -uman +mbryology. 2ambridge" . -effer < ans 7imited.
3oore, 8eith 7. '55=. The Developing -uman. 2anada" .* aunders 2ompany.. Batim, . '55=. ?eproduksi dan +mbriologi. *andung" Tarsito /enerbit buku http"habibnurhidayah.blogspot.com'5&5@teratoma%pada%balita.html