29
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Mikroskop
Manusia dianugrahi pancaindra yang lengkap, salah satunya adalah mata. Mata merupakan panca indra yang berfungsi untuk penglihatan, namun untuk melihat benda-benda yang relatif kecil, mata sulit mengidentifikasinya. Mata tidak dapat memusatkan pandangan pada benda-benda yang jaraknya kurang dari 25cm, karena merupakan jarak maksimum untuk melakukan pembesaran efektif mata.
Banyak hal yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Sel-sel salah satu contohya, yang merupakan fungsional dan struktural terkecil dari makhluk hidup. Diperlukan sebuah alat yang dapat membantu untuk melihat benda-benda berukuran sangat kecil seperti sel. Seiring perkembangan zaman, para ilmuan berhasil menciptakan mikroskop. Mikroskop berfungsi sebagai alat bantu untuk mengamati benda yang sangat kecil bentuknya. Penting untuk mempelajari sejarah dan cara kerja dari mikroskop.
1.1.2 Pembuatan Sediaan Segar
Struktur tubuh tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya terdiri atas organ pokok yaitu akar, batang dan daun. Organ tersusun oleh beberapa jaringan, dan jaringan disusun oleh beberapa sel yang mempunyai bentuk, struktur serta fungsi yang sama, untuk mengamati hal tersebut diperlukan pembuatan sediaan segar agar dapat diamati. Pembuatan sediaan irisan (section preparation) ditujukan pada objek-objek yang besar dan tebal baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan, supaya jaringan dan sel-selnya dapat dilihat di bawah mikroskop, sehingga perlu ditipiskan dengan jalan diiris-iris menjadi bagian yang kecil dan tipis. Beberapa bahan seperti ranting-ranting kecil, ujung batang yang masih mudah, dapat dipotong atau diiris menjadi bagian-bagian yang cukup tipis dengan mempergunakan pisau cukur atau silet. Bahan-bahan yang tidak begitu kuat seperti daun, akar agar dapat dipotong tipis harus ditunjang dengan gabus, paraffin atau bahan lain.
1.1.3 Alat Reproduksi Seksual Tumbuhan
Tumbuhan adalah salah satu makhluk hidup di dunia ini, sebagai makhluk hidup tumbuhan memiliki kemampuan untuk berkembangbiak. Perkembangbiakkan adalah suatu mekanisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup tumbuhan di alam ini. Reproduksi atau perkembangbiakkan dapat dilakukan baik secara aseksual maupun seksual, dalam praktikum ini yang dipelajari adalah perkembangbiakkan secara seksual.
1.1.4 Pengenalan Hijauan
Makhluk hidup diciptakan untuk saling berhubungan dan saling membutuhkan seperti hewan ternak yang membutuhkan hijauan untuk kelangsungan hidup ternak. Hijauan pakan ternak menjadi salah satu bahan dasar dan utama dalam mendukung peternakan ruminansia, terutama bagi peternak sapi yang tiap harinya membutuhkan hijauan.
Kebutuhan hijauan semakin lama akan semakin meningkat mengikuti bertambahnya populasi ternak. Hijauan bereproduksi untuk menghasilkan keturunan. Bunga adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga. Organ reproduksi (benang sari dan putik) terdapat pada bunga. Pengetahuan tentang morfologi bunga dapat mempermudah dalam penyediaan pakan untuk ternak. Ketika musim penghujan akan melimpah, sebaliknya saat kemarau produksinya rendah. Disitulah pentingnya mengatahui macam-macam hujauan pakan ternak (HPT) juga mempelajari reproduksinya.
1.1.5 Anatomi Aves
Ternak unggas merupakan suatu komoditas yang memberikan keuntungan ekonomis bagi manusia yang memeliharanya, salah satu jenis unggas yang memberikan keuntungan yaitu ayam. Banyak hal yang perlu di perhatikan mengenai ternak ayam terkait dengan tujuan produksi, semakin optimum sistem organ pada tubuh ayam bekerja maka akan menimbulkan performan yang baik terutama pada organ eksteriornya.
Pengetahuan tentang anatomi dan morphologi eksterior ayam juga di perlukan dalam pencegahan dan penanganan penyakit. Hal ini karena pengetahuan tersebut di pakai sebagai dasar pengamatan (diagnosis) terhadap kondisi ayam.
1.1.6 Anatomi Mamalia
Peternakan merupakan segala kegiatan yang berhubungan dengan ternak. Mamalia termasuk ternak yang memiliki rambut hampir seluruh bagian tubuhnya. Rambut-rambut tersebut berbeda-beda antara spesies yang satu dengan yang lain. Mamalia termasuk hewam homoioterm atau sering disebut hewan berdarah panas.
Mamalia identik dengan keberadaan glandula (kelenjar) mammae pada tubuh, yang berfungsi sebagai penyuplai susu. Pada jantan tidak memiliki kelenjar mammae yang berfungsi seperti yang betina. Dapat dikatakan semua mamalia mempunyai mammae tetapi pada yang jantan tidak berfungi.
Tujuan
1.2.1 Mikroskop dan Pembuatan Sediaan Segar
1. Mengetahui sejarah mikroskop.
2. Mengetahui bagian-bagian dan fungsi dari mikroskop.
3. Mampu membuat macam-macam sediaan.
Alat Reproduksi Seksual Tumbuhan dan Pengenalan Hijauan
1. Mempelajari reproduksi seksual pada tumbuha.
2. Mengetahui macam-macam hijauan pakan ternak.
3. Mengetahui fungsi dan bagian-bagian dari setiap hijauan pakan
Ternak.
Anatomi Mamalia
1. Mengetahui inspectia Cavia cobaya.
2. Mengetahui topografi Cavia cobaya.
3. Mengetahui sistem tulang Cavia cobaya.
Anatomi Aves
1. Mengetahui anatomi dari Gallus sp/aves.
2. Mengetahui bagian-bagian dan fungsi inspectio aves.
3. Mengetahui bagian-bagian dan fungsi topografi aves.
4. Mengetahui sistem tulang dan organ pada aves.
Waktu dan Tempat
Mikroskop dan Pembuatan Sediaan Segar
Praktikum ini dilaksanakan Rabu, 20 September 2017 pukul 16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Ilmu Pengetahuan Dasar Ternak Fakultas Peternakan Unsoed Purwokerto.
Alat Reproduksi Tumbuhan dan Pengenalan Hijauan
Praktikum ini dilaksanakan Rabu, 27 September 2017 pukul 16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Ilmu Pengetahuan Dasar Ternak Fakultas Peternakan Unsoed Purwokerto.
Anatomi Mamalia
Praktikum ini dilaksanakan Rabu, 4 Oktober 2017 pukul 16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Ilmu Pengetahuan Dasar Ternak Fakultas Peternakan Unsoed Purwokerto.
Anatomi Aves
Praktikum ini dilaksanakan Rabu, 1 November 2017 pukul 16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Ilmu Pengetahuan Dasar Ternak Fakultas Peternakan Unsoed Purwokerto.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroskop dan Pembuatan Sediaan Segar
Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk mengamati bagian atau benda yang sangat kecil dan tidak nampak dengan mata telanjang. Mikroskop pertama kali ditemukan oleh ilmuan (saintis) zaman reinaissans, dan dikenal dengan mikroskop cahaya. Dalam mikroskop cahaya (light microscope, LM), cahaya diteruskan melalu spesimen dan kemudian melalui lensa kaca (Champbell, 2010).
Mikroskop optik terdiri atas dua yaitu mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda tipis tranparan. Penyinaran diberikan dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Sedangkan mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran lebih besar. Mikroskop stereo memiliki perbesaran tujuh kali hingga tiga puluh kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat diliht secara tiga dimensi (Tim pengajar, 2012).
Cara pencahayaan terhadap objek pada mikroskop yang mempergunakan dua lensa objektif (stereo) berbeda dengan cara pencahayaan pada mikroskop- mikroskop yang mempergunakan satu lensa objektif. Pencahayaan terhadap objek dilakukan dengan cara transmisi. Menurut Mono Sutarno (2001) mikroskop biologi ini umumnya memiliki lensa okuler dan lensa objektif dengan kekuatan perbesaran objektif sebagai berikut:
Objektif 4x dengan okuler 10x, perbesaran 40x
Objektif 10x dengan okuler 10x, perbesaran 100x
Objektif 40x dengan okuler 10x, perbesaran 400x
Objektif 100x dengan okuler 10x, perbesaran 1000x
( Nono Sutarno, 2001)
Sedian merupakan objek yang diletakan pada meja benda yang akan diamati menggunakan lensa objektif dan lensa okuler pada mikroskop. Pembuatan preparat atau sediaan dapatdilakukan dengan mengiris secara vertikal (tegak) dan horizontal (mendatar). Melaui pengirisan dengan arah ventrikal dan horizontal akan diperoleh objek dengan penampang melintang dan membujur (Gunarso, 1989).
Epidermis pada tumbuhan merupakan jaringan penyusun tubuh yang paling luar, umumnya terdiri dari selaput sel dengan dinding sel berlapis katikula menghadap ke udara. Mencegah penguapan air yang terlalu besar kadang-kadang masih terdapat lapisan lilin atau rambut epidermis yang disebut jaringan pelindung. Diantara epidermis terdapat alat tambahan yang disebut derival epidermis, berupa rambut daun, stomata dan sel kapas (Pramesti,2000).
Jaringan epidermis, terletak pada permukaan akar, daun, dan batang. Epidermis dilapisi zat lemak yaitu katikula dan kitin.
Jaringan parenkim dan kolenkim, parenkim atau jaringan dasar fungsinya memperkuat kedudukan jaringan- jaringan lain.
Sklerenkim, merupakan kumpilan dari sel-sel.
Jaringan meristem, yaitu sekelompok sel-sel yang aktif membelah dan memperbayak diri.
Jaringan pengangkut berfungsi untuk mengantarkan dan menyebarkan suatu zat makanan yang diperlukan sel tumbuh (Winarto, 1981).
2.2 Alat Reproduksi Seksual Tumbuhan dan Pengenalan Hijauan
Hibiscus rosa-sinensis di Indoneisa dikenal dengan nama kembang sepatu, merupakan tumbuhan perdu berkayu yang dapat berbunga sepanjang tahun. Hibiscus rosa-sinensis banyak dikultivasi sebagai tanaman hias dan dimanfaatkan sebagai obat. Bunga Hibiscus rosa-sinensis dapat ditanam dipekarangan rumah ataupun dalam pot dengan habitat tumbuh berupa tanah bercampur pupuk dengan kelembaban sedang dan tidak tergenang air. Hibiscus rosa-sinensis dapat tumbuh di tempat teduh sampai tidak teduh, namun tidak toleran terhadap tanah bergaram (Beers & Howie : 2, Gilman 1999 : 3)
Pemanfaatan Hibiscus rosa-sinensis dapat digunakan sebagai obat batuk. Akar Hibiscus rosa-sinensis dapat digunakan sebagai obat batuk. Bunga Hibiscus rosa-sinensis dimanfaatkan sebagai campuran obat tradisional, dicampur rempah-rempah untuk membuat minyak rambut yang dapat mencegah kerontokan dan memutihnya rambut. (Abdulrahman & Oladele 2010 : 89). Senyawa kimia yang terkandung Hibiscus rosa-sinensis terdiri dari taraxery aceate. B-sitoserol, campesterol, stigmaterol, cholesterol, ergosterol, lipid, citric, tartatic, dan oxalic acid, fruktosa, galaktosa, sukrosa, flauonoid, dan flavounoid glikosida, hibiscutin, cyanidin dan cyanin glukosida, dan alkanes. (Shimzu, G. 2009, dalam Kardono dkk. 2003 : 256)
Hijauan pakan ternak yang potensial dan sering diberikan pada ternak ruminansia adalah gajah (Pennisetum purpureum). Sekian banyak jenis rumput gajah di Indonesia yang belum banyak dikenal adalah rumput gajah dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott). Penanaman hijauan pakan pada lahan yang subur, menghasilkan produktivitas hujauan pakan yang lebih baik dibandingkan pada lahan kritis atau kurang subur. (Lasamadi, dkk, 2013)
Selama ini, pemanfaatan limbah jerami belum optimal. Biasanya jerami dipergunakan untuk pakan ternak dan sisanya dibiarkan membusuk atau dibakar. Hal ini akan menghasilkan polutan (CO2, NOx, SOx) yang dapat merusak lingkungan dan penyumbangan gas rumah. Jerami padi adalah bagian batang dan tangkai tanaman. Padi setelah dipanen butir-butir buahnya. Jerami padi mengandung 37,71% selulosa; 21,99% hemiselulosa; dan 16,62% lignin. Kandungan selulosa yang cukup tinggi ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal antara lain sebagai bahan bioplastik. (Hayuningtas, dkk, 2014).
Kaliandra merupakan tanaman leguminosa berupa pohon kecil atau perdu yang termasuk ke dalam keluarga leguminosae. Keluarga ini memiliki 132 spesies terbesar dari Amerika Utara hingga Amerika Selatan, 9 jenis berasal dari Madagaskar, 2 jenis dari Afrika, dan 2 jenis dari India (MACQUEEN, 1996). Sedangkan menurut SOEDARSONO et al, (1996), kaliandra memiliki 140 jenis yang tersebar di daerah tropis hingga subtropis benua Amerika.
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah kersen (Muntingia calabura). Daun kersen berkhasiat sebagai obat batuk dan peluruh dahak, buah yang telah masak dapat digunakan untuk sakit kuning. Manusia mempunyai sistem perlindungan antioksidan yang sangat canggih dan komplek yang melibatkan berbagai komponen, baik endogen dan eksogen yang berfungsi secara interaktif dan sinergi untuk menetralisir radikal bebas (Pervical M, 1998). Kersen atau talok (kerukup siam di negara Malaysia) adalah nama sejenis pohon dan buahnya yang kecil dan manis, batang tegak dan bulat, daun tunggal (Warintek, 2011).
2.3 Anatomi Mamalia
Tubuh mamalia biasanya ditutupi oleh bulu yang periodik, pada kulitnya banyak mengandung kelenjar seperti kelenjar minyak, kringat dan susu. Marmut (cavia cobaya) merupakan contoh hewan mamalia yang jantungnya sudah terbagi empat ruangan sempurna (dua atrium dan dua ventrikel). Paru-paru marmut relatif besar, kompak, kenyal dan terletak di dalam rongga dada (Stoner dan Usinger, 1961).
Marmut merupakan binatang darat berkulit tebal yang zat tanduknya berubah menjadi rambut. Alat pernapasannya terdiri dari paru-paru, bronchus, trachea serta memiliki alveoli yang banyak. Difusi O2 dan CO2 terjadi pada alveoli paru-paru. Marmut mempunyai larynx yang berupa jakun pada pangkal tenggorokan. Lidah marmut berotot tebal berfungsiuntuk membantu menelan dan menguyah makanan, serta berguna sebagai indra pengecap. Air liurnya berlendir dan berenzim ( Suwenda, 1993).
Marmut termasuk ordo rodentia yang memiliki kelenjar susu, rambut, dan melahirkan anaknya. Tubuh marmut pada umumnya dapat dibedakan dengan jelas antara kepala, leher, badan dan ekor. Mulut, lubang hidung, mata dan lubang telinga pada marmut terdapat pada bagian kepala. Telinga marmut dilengkapi daun telinga (auriculae) pada mulut terdapat labium inferior dan labium superior (moment, 1967).
Badan marmut terdiri atas punggung, dada, perut, dan daerah selangkangan. Puting susu (papilla mammae) terdapat pada daerah perut. Anggota gerak bebas marmut adalah empat dan sepasang kaki belakang dengan jumlah digiti masing-masing tiga yang memiliki kuku keras dan kuat (Brotowijoyo, 1990).
Menurut Radiopoetro (1986) klasifikasi marmut (cavia cobaya) adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kingdom : Animalia
Classis : Mammalia
Subclassis : Placentalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Simplicidentata
Famillia : Caviadae
Genus : Cavia
Species : Cavia cobaya
Tubuh marmut (Cavia cobaya) dibedakan menjadi atas caput, cervix, truncus dan cauda yang rudimen. Caput terdiri atas rima oris yang dibatasi oleh labium superior dan inferior serta terdapat celah pada bagian tengahnya terdapat vibrissae (rambut-rambut peraba/kumis). Truncus dipisahkan dari caput columna vertebralis cervicalis dan dibagi menjadi beberapa daerah yaitu thorax, abdomen, dorsum, glutea dan perinum yaitu daerah sempit antara lubang anus dengan urgenitalis (Jasin, 1989).
Marmut mempunyai badan pendek, kuat dengan kaki dan telinga pendek. Marmut biasanya tinggal di lubang-lubang tanah atau dalam sarang diantara rumput tinggi. Badan marmut gemuk dan pendek mudah menyimpan panas dengan baik pada suhu rendah daripada suhu tinggi (Hadikastowo, 1984).
Sistem pencernaan pada marmut dimulai dari mulut kemudian oesophagus, gasturum, duodenum, jejunum, illeum, caecum, colon, rectum, dan anus. Lidah pada marmut memiliki papilla perasa. Marmut juga memiliki empedu dengan saluran empedu dan saluran getah pancreas yang bermuara pada duodenum. Caecum berdinding tebal dengan panjang kira-kira 50cm (Brotowijoyo, 1990).
Lambung pada marmut merupakan bentuk kantung sebagai lanjutan dari oesophagus. Lambung dapat dibedakan atas pars cardia yang merupakan tempat muara eosaphagus kemudian pars pyrolica sebagai bagian terakhir yang selanjutnya bersambung dengan duodenum, dimana selain pars cardia dan pars pyrolica, serta fundus sebagai ruang sebelah caudal dari cardia. Dindingnya banyak megandung kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan sekresi dan pepsin berupa HCL. Fundus mempunyai lengkung yang kecil disebutcurvatura minor dan lengkung yang besar disebut curvatura mayor (Jasin, 1989).
Menurut Jasin (1989) marmut mempunyai kelenjar-kelenjar pencernaan yaitu hati dan pancreas. Hati merupakan suatu kelenjar yang besar dan berwarna kecoklatan yang terbagi atas beberapa lobi. Tiap lobi terdapat ductus hepaticus yang mengeluarkan sekresi ke vesica felea.
Pancreas terletak antara pars ascendens dan pars descendes duodenum berwarna merah muda dan bersaluran membentuk ductus pancreaticus dimana didalamnya terdapat sel yang disebut insulae langerhensi (island of langerhens) yang menghasilkan sekresi berupa insulin yang langsung masuk ke pembuluh darah.
Marmut mempunyai sifat yang spesifik yaitu mempunyai ekor yang menonjol, pada waktu lahir marmut mirip seperti marmut dewasa karena sudah berambut dan mata sudah terbuka. Marmut merupakan hewan pengerat, makanannya tumbuh-tumbuhan. Marmut mempunyai gigi pemotong seperti pahat yang berguna untuk pemotong dan pengerak. Ciri lain yang membedakan dengan hewan lain adalah pada jantng mamalia dewasa mempunyai dua ventrikel yang berfungsi memompa darah, dengan dinding yang sangt tebal dan dua atrium. Marmut menarik lawan jenisnya dengan cara mengeluarkan kelenjar bau yang terdapat pada lekuk pirenium yang letaknya posterior dari penis atau vulva, peristiwa ini disebut hedonik (Ville, 1988).
Organ genetalia marmut betina terdiri dari ureter, osteum tuba, tuba falopi, uterus, fesica urinaria, vulva, dan clitoris. Sistem urogenitalia marmut betina juga dilengkapi sepasang ren dan sepasang andreal. Vulva merupakan organ dari genitalia marmut betina yang sering digunakan untuk memikat lawan jenisnya (johson, 2001).
Sistem genetalia marmut jantan dibangun oleh sepasang testis yang bentukna bulat telur berwarna putih, terletak dalam rongga perut. Epididymis terdiri dari caput, corpus dan cauda. Ductus defferens beruapa saluran berjalan di sebelah dorsal dari kantong urin dan bermuara pada ductus spermaticus yang terdapat pada batang penis (Stoner and Usinger, 1961). Marmut betina memiliki sepasang papila mammae (muara glandula mammae) yang terletak diantara kaki belakang. Marmut jantan memiliki glandula mammae yang tidak melakukan sekresi. Bagian penis terdapat lekuk pirenium yang merupakan lekukan yang dalam dan nampak selalu kotor. Lekuk ini merupakan tempat bermuara kelenjar bau yang digunakan sebagai pengenal spesies dan hedonik atau pemikat lawan jenis (Brotowijoyo, 1990).
2.5 Anatomi Aves
Ayam merupakan salah satu ternak unggas yang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Daging ayam merupakan bahan makanan bergizi tinggi yang mudah untuk di dapat ,rasanya enak, teksturnya empuk, baunya tidak terlalu amis serta harga yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat sehingga disukai banyak orang dan sering di gunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan makanan.
Hirarki klasifikasi ilmiah ayam menurut Rose (2001) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus Gallus
Morfologi luar dari Gallus Gaallus terdiri atas :
1. Tubuh yang terdiri atas bagian caput (kepala), collum (servix), truncus (badan), dan cauda (ekor)
2. Extremitas (alat gerak)
Caput (bagin kepala) terdiri dari:
1. Paruh (rostrum) yang terdiri dari maxilla dan mandibula yang berguna sebagai tangan dan mulut
2. Nares (lubang hidung) berjumlah sepasang terletak pada lateral rostrum bagian atas
3. Cera,yaitu tonjolan kulit yang lunak terletak pada bagian atas rostrum
4. Organon visus (mata), dikelilingi oleh kulit yang berbulu padanya antara lain terdapat irisyang berwarna kuning atas jingga berkemerah-merahan serta terdapat pupil yang relatif besar dibandingkan dengan besar matanya
5. Porus acusticus externus (lubang telinga luar), terletak disebelah dorso caudal mata.membrana tympani terdapat di sebelah dalamnya dan bagian untuk menangkap getaran suara.
Truncus ditumbuhi bulu-bulu yang khas dan bulu-bulu ini berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan cuaca, memiliki bentuk tersendiri dibandingkan dengan bulu-bulu yang terdapat pada vertebrata yang lain.
Bulu dibedakan berdasarkan anatomi dan letaknya. Menurut susunan anatominya bulu dapat dibedakan kedalam :plumae , plumulae, dan filoplumae. plumae terdiri dari culumus, rachis, umbilicus interior, umbilicus superior, dan vexilum. Callamus yaitu tangkai bulu berbentuk memanjang dengan rongga di dalamnya. Pada pangkalnya ada lubang yang disebut:umbilicus inferior sedang bagian distalnya terdapat lubang yang disebut umbilicus superior dimana lubang ini kearah rachis menjadi sulcus.waktu bulu masih muda kedua umbilicus tadi dilalui oleh pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makanan pada bulu-bulu yang masih muda tadi. Vexilum dibentuk oleh barbae ialah suatu cabang ke arah lateral daripada rachis. Plumae, terdapat pada ayam yang masih muda kadang-kadang terdapat pada ayam yang sedang mengerami telurnya terdiri dari:calamus, rachis, barbae dan burbulae. Tidak membentuk vexillum. Filoplumae, fungsinya belum jelas. Tumbuh di seluruh tubuh tetapi jaraknya sangat jarang. Mempunyai tangkai panjang dan puncaknya ada keberapa barbae.
Cauda berbentuk pendek dan biasa dikenal dengan uropygium, selain itu juga cauda ini ditutupi dengan bulu-bulu yang disebut vetcnces pada bagian uropygium bagian dorsal terdapat kelenjar minyakyang disebut glandula uropygialis.
Extremitas cranialis superius merupakansayap yang ditumbuhi bulu-bulu dan extremitas candalis inferius,kaki bagian bawah ditutupi oleh sisik-sisik (radio poetra 1991).
Sistem respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan, karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Setiap mahluk hidup melakukan pernapasan untuk memperoleh oksigen (O2) yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh. Alat pernapasan setiap mahluk tidaklah sama, pada hewan invertebrata memiliki alat pernapasan dan mekanisme pernapasan yang berbeda dengan hewan vertebrata,ada dua jenis respirasi yang terjadi di dalam tubuh mahluk hidup yaitu respirasi internal dan respirasi external. Respirasi internal adalah proses absorpsi oksigen dan pelepasan karbondioksida dari sel, sedangkan respirasi external adalah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan sisa hasil metabolisme sel yang berupa O2 (wiwi isnaeni,2006).
Sistem respirasi pada unggas (ayam) terdiri dari nasal cavities, larynx, tracea (whinpipe), syrinx(voice box), bronchi, bronchiale dan bermuara di alveoli. Unggas memerlukan energi yang sangat banyak, maka unggas memiliki sistem respirasi yang memungkinkan berlangsungnya pertukaran oksigen yang sangat besar perunit hewan.untuk melengkapi kebutuhan oksigen yang tinggi tersebut maka anatomi dan fisiologi sistem respirasi unggas sangat berbeda dengan mamalia, perbedaan utama adalah fungsi paru-paru.pada mamalia, otot diafragma berfungsi mengontrol ekspansi dan kontraksi paru-paru. Unggas tidak memiliki diafragma sehingga paru-paru tidak mengembang dan kontraksi selama ekspirasi dan inspirasi. Paru-paru hanyalah sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas di dalam darah (sembiring,2009).
Diana (menyatakan bahwa) terdapat lima fungsi utama dai sistem sistem respirasi, yaitu:
1. Menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah
2. Jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru
3. Melindungi permukaan respirasidari dehidrasi,perubahan tempertur ,dan berbagai keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi itu sendiri dan jaringan lain dari patogen
4. Sumber produksi suara termasuk untuk berbicara,menyanyi,dan bentuk komunikasi lainya
5. Memfasilitasi deteksi stimulus alfactory dengan adanya reseptor alfactory di superior portion pada rongga hidung
Apabila dibandingkan dengan mamalia,paru-paru ayam relatif lebih kecil secara proposional dengan ukiran tubuhnya.paru-paru tersebut mengembang dan berkontaksi hanya sedkit karena tidak terdapat diafragma sejati.paru-paru maupun kantong udara berfungsi sebagai coling mechanism (mekanisme pendingin) bagi tubuh apabila panas tubuh dikeluarkan lewat pernafasan dalambentuk uap air.laju espirasi diatur olih kandungan karbondioksida dalam darah.apabila kandungan karbondioksida meningkat,maka laju pernapasan jyga akan meningkat.laju pernafasan bervariasi antara 15-25 siklus/menit pada ayam yang sedang istirahat (fransdson,1992)
Siklus respirasi pada ayam berbeda dengan sistem respirasi pada ternak ruminansia.karena ruminansia termasuk ternak mamalia,namun secara garis besar siklus respirasi pada ayam sama dengan siklus respirasi pada aves.berikut adalah siklus-siklus respirasi yang terdapat pada ayam:
1. Selama inspirasi pertama, perjalanan udara melalui lubang hidung(narres yang terletak di sambunganantara bagian atas paruh atas dan kepala). Seperti dalam mamalia, udara bergerak melalui lubang hidung ke rongga hidung, dari rongga hidung udara melalui larynx dan ke trachea dititik sebelum trachea membagi dua
2. Selama ekspirasi pertama, udara dipindahkan dari posterior menuju ke kantong udara melalui ventrobenchochi ke paru-paru, bronkuus akan membelah udara ke saluran kapiler dari diameter yang lebih kecil
3. Ketika mengulangi inspirasi kedua kalinya, udara bergerak ke kantong-kantong udara tengkorak
4. Ekspirasi kedua udara bergerak keluar dari udara tengkorak kantung,melalui syrink ke trachea,melalui larynx,dan akhirnya melalui rongga hidungdan keluar dari lubang hidung(foster dan smith 2007)
Suhu udara berkisar antara 24derajat-30derajat celcius denan suhu rata-rata 27,4derajat c suhu ini terlalu tinggi untuk ayam petelur karena menurut priyatno(1994) suhu untuk ayam petelur berkisar antara 21d-27d.ckelembaban udara dilingkungan kandang antara 72%-90% dengan kelembaban rata-rata 82%.hal ini juga tidak sesuai dengan pendapat piyato(1994) yang menyatakan bahwa kelembaban yang tinggi sangat berpengaruh pada kepekaanya terhadap penyakit pernapasan. Pencernaan adalah proses dimana protein,lemak,dan karbohidrat kompleks dipecah menjadi unit kecil yang selanjutnya akan diserap oleh tubuh.ayam tidak mempunyai bibir,lidah,pipi dan gigi sejati,bagian mulut atas dan bawah tersusun atas lapisan tanduk,bagian ats dan bawah mulut dihubungkan ketengkorak dan berfungsi seperti angsel.bentuk seperti kail pada belakang lidah berfungsi untuk mendorng makanan ke oesophagus sewaktu lidah di gerakan dari depan kebelakang.lidah berfungsi untuk membantu menelan makanan.kelenjar saliva mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan untuk mempermudah masuk ke oesophagus.(nesheim et al.,1997)
Oesophagus merupakan saluran memanjang berbentuk seperti tabung yang merupakan jalan makanan dari mulut sampai permukaan tembolok dan perbatasan pharynk pada bagian atas dan proventriculus bagaian bawah dinding dilapisi selaput lendir yang membantu melicinkan makanan untuk masuk ke tembolok, setiap kali ayam menelan secara otomatis pesophagus menutup dengan adanya otot. Fungsi oesophagus adalah menyalurkan makanan ketembolok bawah(nort,1998).
Crop mempunyai bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang merupakan perbesaran oesophagus, pada bagian didingnya terdapat banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk melembekkan makanan. Crop berfungsi menyimpan dan menerima makanan untuk sementara sebelum masuk ke proventiculus. Tembolok adalah modifikasi dari oesophagus. Fungsi utama dari organ ini adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak. Kapasitas tombolok mampu menampung 250g, pada tembolok terdapat saraf yang berhubungan dengan pusat kenyang lapar dihipotalamus sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan memberikan respon pada syaraf untuk makan atau menghentikan makan (yuwanta,2004).
Proventiculus merupakan pembesaran terakhir dari oesophagus dan juga merupakan perut sejati dari ayam, juga merupakan kelenjar, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis, karena dindingnya direkresikan asam klorida, pepsin dan getah lambung yang berguna mencerna protein(nesheim et al.,1997). Sel kelenjar secara otomatis akan mengeluarkan cairan kelenjar perut begitu makanan melewatinya dengan cara berkerut secara mekanis(akoso,1993).
Gizzard berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah, bagian atas lubang pemasukan berasal dari proventiculus dan bagian bawah lubang pengeluaran menuju keduodenum. Besar kecilnya empedal dipengaruhi oleh aktivitasnya, apabila ayam dibiasakan diberi pakan yang sudah digiling maka empedal akan lisut(akoso,1993).
Small intestine memanjang dari ventriculus sampai large intestinum dan terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum berbentuk huruf v dengan bagian pars desendens sebagai bagian yang turun dan bagian pars ascendens sebagai bagian yang unik. Menurut akoso (1993) selaput mukosa pada dinding usus halus memiliki jonjot yang lebut dan menonjol seperti jaring yang berfungsi sebagai penggerak aliran pakan yang memperluas penyerapan nutrien.
Cara terletak diantara small intestine (usus kecil) dan large intestine(usus besar) dan pada kedua ujungnya buntu, maka disebut juga usus buntu. Usus buntu mempunyai panjang sekitar 10-15 cm dan berisi calon tinja (akoso,1993). Fungsi utama ceca secara jelas belom di ketahui tetapi di dalamnya terdapat sedikit pencernaan karbohidrat, protein dan absorpsi air (north,1978), didalamnya juga terjadi digesti serat oleh aktivitas mikroorganisme (nesheim et al.,1997).
Large intestine berupa saluran yang mempunyai diameter 2x dari diamter small intestine dan berakhir pada kloaka (north,1998). Usus besar di belakang terdiri dari rektrum yang pendek dan bersambung dengan kloaka (akoso,1993), pada large intenstine terjadi rebsorpsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada unggas (north,1998) kloaka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan. Kloaka merupakan lubang pelepasan sisa-sisa digesti, urin dan merupakan muara saluran reproduksi (north,1998). Air kencing yang sebagian berupa endapan asam urat di keluarkan melalui loaka berama tinja dengan bentuk seperti pasta putih(akoso,1993).
Alat reproduksi ayam jantan terbagi dalam 3 bagian utama yaitu:
Testis, terletak dibelakang paru-paru bagian depan dari ginjal tepatnya pada rongga badan sekitar tulang belakang yang melekat dibagian dorsaldari rongga abdomen dan dibatasi oleh liga mentum mesorchium serta berdekatan dengan aosta dan venacava. Temperatur testi selalu 41derajat-413 derajat c meskipun dekat dengan rongga udara tetapi, karena spermatogenesin (pembuatan sperma) akan terjadi pada temperatur tersebut.
Saluran deferensi, dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas yang merupakan muara dari testis sedangkan bagian bawah yang merupakan saluran deferensi perpanjangan dari saluran epididimis. Saluran deferensi ini bermuara dikloaka pada daerah proktodeum yang berbelahan dengan urodeum dan koprodeum. Sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan didalam saluran deferens sebelum di ejakulasikan. Sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan pada 65% bagian distal saluran diferens.
Alat kopulasi,mengalami radimenter pada ayam berupa papila (penis) kecuali pada itik brbentuk spiral dengan panjang 12-18 cm.papila ini di produksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma pada saat terjadinya kopulasi (yuwanta,2004).
Sistem reproduksi betina sebagai stimulasi hormone FSH dari pituitary yang menyebabkan terjadinya perkembangan folikel-folikel yang telah dewasa. Ovarium dan prinsipnya sama dengan ovarium mamalia. Ovarium terletak diujung ganial ginjal dan agak kekiri dari baris tengah daerah sub lumbal covum abdominalis, tergantung pada dinding dorsal abdomen oleh lipatan peritoneum (neobandiv,1990).
Oviduck pada ayam yang belum dewasa berukuran kecil dan meningkat pada saat memasuki periode produktif. Ukuran mengalami perubahan sejalan dengan aktivitas reproduksi (suprijatna,2005). Ukuran oviduck bervariasi tergantung pada tingkat daur reproduksi setiap sepesies unggas. Perubahan ukuran di pengaruhi oleh tingkat hormon ganodotropin yang disekresikan oleh pituitari anterior serta produksi hormon estogen dari ovarium. Oviduck dalam ayam di bagi 5 bagian yaitu infundibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina(hartanto,2010).
Folikel didalam ovarium terdiri dari beberapa tahap yaitu folikel primer,terbentuk sejak masih dalam kandungan dan mengandung oogonium yang dikekelilingi oleh satu lapis sel folikuler kecil; folikel sekunder, terbentuk setelah hewan lahir dan selfolukuternya lebih banyak; folikel hertier, terbentuk pada saat hewan mencapai dewasa dan mulai mengalami siklus birahi; dan yang terakhir adalah folikel de graf merupakan folikel terbesar pada ovarium pada waktu hewan betina menjelang birahi(blakely and bade,1998).
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Mikroskop dan Pembuatan Sediaan Segar
Gambar 3.1 Bagian-bagian Mikroskop
Keterangan gambar :
1. Lensa okuler 16. Penggerak diafragma
2. Lensa objektif 17. Kaki mikroskop
3. Kondensor 18. Object glass
4. Diafragma 19. Cover glass
5. Cermin
6. Tabung mikroskop
7. Coarsa foccus control
8. Fina foccus control
9. Revolver
10. Lengan mikroskop
11. Meja benda
12. Penjepit
13. Mistar
14. Penggerak mistar
15. Condensor foccus control
Gambar 3.2 Sediaan Bawang Merah
Keterangan gambar :
1. Ruang sel 3. Ruang antar sel
2. Dinding sel
Gambar 3.3 Sediaan Kapas dan Kapuk
Keterangan gambar :
1. Ruang sel
2. Dinding sel
3. Ruang antar sel
4. Torsi
3.1.2 Alat Reproduksi Seksual Tumbuhan dan Pengenalan Hijauan
Alat reproduksi pada tumbuhan :
Seksual, yaitu aktivitas produksi anak dengan pembelahan (fusi) material genetic dari inti haploid.
Aseksual, yaitu aktifitas reproduksi oleh suatu aorganisme tunggal tanpa menghasilkan sel gamet, tetapi menghasilkan produksi anak secara genetik identik.
Gambar 3.4 Bunga Sepatu
Keterangan Gambar :
1. Stigna 9. Epicallix
2. Style 10. Tangkai bunga
3. Anther
4. Fillament
5. Androginophorum
6. Petal
7. Ovule
8. Callix
Keterangan Gambar :1. Stigma2. Anther3. Palea4. Lemma5. Jenis : Limbah pertanian6. Fungsi : HPT sumber energi7. Tulang Daun : Sejajar8. Akar : Serabut9. Batang : Beruas tidak berkambium Keterangan Gambar :1. Stigma2. Anther3. Palea4. Lemma5. Jenis : Limbah pertanian6. Fungsi : HPT sumber energi7. Tulang Daun : Sejajar8. Akar : Serabut9. Batang : Beruas tidak berkambium
Keterangan Gambar :
1. Stigma
2. Anther
3. Palea
4. Lemma
5. Jenis : Limbah pertanian
6. Fungsi : HPT sumber energi
7. Tulang Daun : Sejajar
8. Akar : Serabut
9. Batang : Beruas tidak berkambium
Keterangan Gambar :
1. Stigma
2. Anther
3. Palea
4. Lemma
5. Jenis : Limbah pertanian
6. Fungsi : HPT sumber energi
7. Tulang Daun : Sejajar
8. Akar : Serabut
9. Batang : Beruas tidak berkambium
Gambar 3.5 Padi
Keterangan Gambar :1. Jenis : Limbah pertanian2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Sejajar4. Akar : Serabut5. Batang : Beruas tidak berkambium Keterangan Gambar :1. Jenis : Limbah pertanian2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Sejajar4. Akar : Serabut5. Batang : Beruas tidak berkambium
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Limbah pertanian
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Sejajar
4. Akar : Serabut
5. Batang : Beruas tidak berkambium
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Limbah pertanian
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Sejajar
4. Akar : Serabut
5. Batang : Beruas tidak berkambium
Gambar 3.6 Jagung
Keterangan Gambar :1. Jenis : Rambanan2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Menyirip4. Akar : Tunggang5. Batang : Berkambium Keterangan Gambar :1. Jenis : Rambanan2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Menyirip4. Akar : Tunggang5. Batang : Berkambium Keterangan Gambar :1. Stigma2. Anther3. Palea4. Lemma5. Jenis : Limbah pertanian6. Fungsi : HPT sumber energi7. Tulang daun : Sejajar8. Akar : Serabut9. Batang : Beruas tidak berkambium Keterangan Gambar :1. Stigma2. Anther3. Palea4. Lemma5. Jenis : Limbah pertanian6. Fungsi : HPT sumber energi7. Tulang daun : Sejajar8. Akar : Serabut9. Batang : Beruas tidak berkambium
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Rambanan
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Menyirip
4. Akar : Tunggang
5. Batang : Berkambium
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Rambanan
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Menyirip
4. Akar : Tunggang
5. Batang : Berkambium
Keterangan Gambar :
1. Stigma
2. Anther
3. Palea
4. Lemma
5. Jenis : Limbah pertanian
6. Fungsi : HPT sumber energi
7. Tulang daun : Sejajar
8. Akar : Serabut
9. Batang : Beruas tidak berkambium
Keterangan Gambar :
1. Stigma
2. Anther
3. Palea
4. Lemma
5. Jenis : Limbah pertanian
6. Fungsi : HPT sumber energi
7. Tulang daun : Sejajar
8. Akar : Serabut
9. Batang : Beruas tidak berkambium
Gambar 3.7 Daun Nangka
Keterangan Gambar :1. Jenis : Limbah pertanian2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Menjari4. Akar : Serabut5. Batang : Tidak berkambium6. Anti Nutrisi : HCN(Asam sianida) Keterangan Gambar :1. Jenis : Limbah pertanian2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Menjari4. Akar : Serabut5. Batang : Tidak berkambium6. Anti Nutrisi : HCN(Asam sianida)
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Limbah pertanian
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Menjari
4. Akar : Serabut
5. Batang : Tidak berkambium
6. Anti Nutrisi : HCN(Asam sianida)
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Limbah pertanian
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Menjari
4. Akar : Serabut
5. Batang : Tidak berkambium
6. Anti Nutrisi : HCN(Asam sianida)
Gambar 3.8 Daun Ketela Pohon
Keterangan Gambar :1. Jenis : Rambanan2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Menyirip4. Akar : Tunggang5. Batang : Berkambium Keterangan Gambar :1. Jenis : Rambanan2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Menyirip4. Akar : Tunggang5. Batang : Berkambium
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Rambanan
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Menyirip
4. Akar : Tunggang
5. Batang : Berkambium
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Rambanan
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Menyirip
4. Akar : Tunggang
5. Batang : Berkambium
Gambar 3.9 Daun Kersen
Keterangan Gambar :1. Jenis : Rerumputan2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Sejajar4. Akar : Serabut5. Batang : Beruas tidak berkambiumKeterangan Gambar :1. Jenis : Rerumputan2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Sejajar4. Akar : Serabut5. Batang : Beruas tidak berkambium
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Rerumputan
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Sejajar
4. Akar : Serabut
5. Batang : Beruas tidak berkambium
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Rerumputan
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Sejajar
4. Akar : Serabut
5. Batang : Beruas tidak berkambium
Gambar 3.10 Rumput Gajah
Keterangan Gambar :1. Jenis : Rerumputan2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Sejajar4. Akar : Serabut5. Batang : Beruas tidak berkambiumKeterangan Gambar :1. Jenis : Rerumputan2. Fungsi : HPT sumber energi3. Tulang Daun : Sejajar4. Akar : Serabut5. Batang : Beruas tidak berkambium
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Rerumputan
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Sejajar
4. Akar : Serabut
5. Batang : Beruas tidak berkambium
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Rerumputan
2. Fungsi : HPT sumber energi
3. Tulang Daun : Sejajar
4. Akar : Serabut
5. Batang : Beruas tidak berkambium
Gambar 3.11 Rumput Setaria Lampung
Keterangan Gambar :1. Jenis : Leguminosa2. Fungsi : HPT sumber protein3. Tulang Daun : Menyirip4. Akar : Tunggang5. Batang : Berkambium6. Anti Nutrisi : MimosinKeterangan Gambar :1. Jenis : Leguminosa2. Fungsi : HPT sumber protein3. Tulang Daun : Menyirip4. Akar : Tunggang5. Batang : Berkambium6. Anti Nutrisi : Mimosin
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Leguminosa
2. Fungsi : HPT sumber protein
3. Tulang Daun : Menyirip
4. Akar : Tunggang
5. Batang : Berkambium
6. Anti Nutrisi : Mimosin
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Leguminosa
2. Fungsi : HPT sumber protein
3. Tulang Daun : Menyirip
4. Akar : Tunggang
5. Batang : Berkambium
6. Anti Nutrisi : Mimosin
Gambar 3.12 Lamtoro
Keterangan Gambar :1. Jenis : Leguminosa2. Fungsi : HPT sumber Protein3. Tulang Daun : Sejajar4. Akar : Tunggang5. Batang : Berkambium6. Anti Nutrisi : TaninKeterangan Gambar :1. Jenis : Leguminosa2. Fungsi : HPT sumber Protein3. Tulang Daun : Sejajar4. Akar : Tunggang5. Batang : Berkambium6. Anti Nutrisi : Tanin
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Leguminosa
2. Fungsi : HPT sumber Protein
3. Tulang Daun : Sejajar
4. Akar : Tunggang
5. Batang : Berkambium
6. Anti Nutrisi : Tanin
Keterangan Gambar :
1. Jenis : Leguminosa
2. Fungsi : HPT sumber Protein
3. Tulang Daun : Sejajar
4. Akar : Tunggang
5. Batang : Berkambium
6. Anti Nutrisi : Tanin
Gambar 3.13 Kaliandra
3.1.3 Anatomi Mamalia
Sistematika Mamalia :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub Class : Placentalia
Ordo : Rodentia
Sub Ordo : Simplicidentata
Family : Cavidae
Genus : Cavia
Spesies : Cavia cobaya
Gambar 3.14 Inspectio
Keterangan Gambar :
Caput 13. Abdomen(Perut)
Cervix 14. Glutea(Pantat)
Truncus 15. Extremitas Anterior
Extremitas Liberae 16. Extremitas Posterior
Organon Visus
Auriculae
Porus Acusticus Externus
Nares Anteriores
Vibrissae
Rima Oris(Celah mulut)
Dorsum(Punggung)
Thorax(Dada)
Gambar 3.15 Diafragma
Keterangan Gambar :
1. Ost Procesus Xypoideus 11. Heatus Aurticus
2. Musculus Xypoideus 12. Heatus Foramen Venaecavae
3. Pars Sternalis
4. Pars Muscularis
5. Pars Lumbalis
6. Pars Costalis
7. Muscullus Psoas
8. Centrum Tendineum
9. Musculus Tendineum
10. Heatus Oesophagus
Gambar 3.16 Organon Visus
Keterangan Gambar :
1. Palpebra Superior 4. Bulbus Oculi
2. Palpebra Inferior 5. Iris
3. Plica Semilunaris 6. Pupil
Gambar 3.17 Topografi
Keterangan Gambar :
1. Ventriculus 4. Intestinum Crassum
2. Intestinum Tenue 5. Vesica Urinaria
3. Caecum
Gambar 3.18 Cavum Oris
Keterangan Gambar :
1. Maxilla 9. Dens Premolare
2. Mandibula 10. Dens Molare
3. Palatum Durum 11. Diastema
4. Palatum Mole 12. Vellum Palatini
5. Choanae 13. Pharynx
6. Lingua 14. Labium Superior
7. Gemma Gustatoria 15. Labium Inferior
8. Dens Incicivus
Gambar 3.19 Tractus Digestivus
Keterangan Gambar :
1. Oesophagus 12. Ileum 23. Mesentrium
2. Pharynx 13. Intestinum Crassum
3. Ventriculus 14. Caecum
4. Cardia 15. Colon
5. Fundus 16. Rectum
6. Phylorus 17. Taenia
7. Curvatura Minor 18. Haustra
8. Curvatura Mayor 19. Incicura
9. Intestinum Tenue 20. Anus
10. Duedenum 21. Limpa
11. Jejenum 22. Pancreas
Gambar 3.20 Hepar
Keterangan Gambar :
1. Heparlobus Sinister Superior
2. Heparlobus Sinister Medoueus
3. Heparlobus Sinister Inferior
4. Heparlobus Dexter Superior
5. Heparlobus Dexter Inferior
6. Ductus Hepaticus
7. Ductus Coleodocus
8. Ductus Cysticus
9. Vesica Fellea
Gambar 3.21 Organa Genitalia Maskulina Interna
Keterangan Gambar :
1. Corpus Adiposum 4. Vas Defferens
2. Testis 5. Ureter
3. Epididimis 6. Mesorchium
Gambar 3.22 Organa Genitalia Maskulina Externa
Keterangan Gambar :
1. Penis 4. Preputeum
2. Glands Penis 5. Perineum
3. Orificium Uretrae Externus 6. Scrotum
Gambar 3.23 Cardio Respiratory
Keterangan Gambar :
1. Pulmo 11. Larynx
2. Pulmolobus Dexter Superior
3. Pulmolobus Dexter Medianus
4. Pulmolobus Dexter Inferior
5. Pulmolobus Synister Superior
6. Pulmolobus Synister Inferior
7. Cor
8. Pembungkus Jantung
9. Pembungkus Paru-paru
10. Trachea
Gambar 3.24 Organa Genitalia Femina Externa
Keterangan Gambar :
1. Labium Mayor
2. Labium Minor
3. Clitoris
4. Orivisium Uretra Externus
5. Vulva
6. Perineum
Gambar 3.25 Uropoetica
Keterangan Gambar :
1. Ren
2. Ureter
3. Vesica Urinaria
4. Uretra
5. Glandula Suprarenalis
6. Cortex
7. Medulla
8. Pyramid Malphigi
9. Pelvis Renalis
Gambar 3.26 Organa Genitalia Femina Interna
Keterangan Gambar :
1.Ovarium 11. Vagina
2. Infundibulum 12. Mesovarium
3. Ampella 13. Mesosalphynx
4. Isthmus 14. Mesometrium
5. Cornua Uteri
6. Septum Uteri
7. Corpus Uteri
8. Cervix Uteri
9. Oviduct
10. Uterus
Gambar 3.27 Extremitas Posterior
Keterangan Gambar :
1. Ost Femur
2. Ost Patela
3. Ost Tibia
4. Ost Fibula
5. Ost Tarsal
6. Ost Metatarsal
7. Ost Tarso Metatarsus
8. Ost Digiti
9. Ost Phalanges
Gambar 3.28 Extremitas Anterior
Keterangan Gambar :
1. Ost Cartilago Scapula 11. Ost Digiti
2. Ost Scapula 12. Ost Phalanges
3. Ost Infra Scapula
4. Ost Supra Scapula
5. Ost Humerus
6. Ost Radius
7. Ost Ulna
8. Ost Carpal
9. Ost Metacarpal
10. Ost Carpometacarpal
Gambar 3.29 Sternum Et Costae
Keterangan Gambar :
1. Ost Columna Vertebralis
2. Ost Manubrium Sterni
3. Ost Sternum
4. Ost Processus Xypoideus
5. Ost Costae Verae
6. Ost Costae Spuriae
7. Ost Costa Fluctuantes
8. Ost Costalis
9. Ost Cartilago Castalis
10. Ost Costae
3.1.4 Anatomi Aves
Sistematika Aves :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Galliformis
Sub Ordo : Galli
Family : Phasianidae
Sub Family : Phaianinae
Tribus : Phasianina
Genus : Gallus
Spesies : Gallus sp
Gambar 3.30 Inspectio
Keterangan Gambar :
1. Caput 11. Earlobe
2. Cervix 12. Pial
3. Truncus 13. Dorsum
4. Extremitas Liberae 14. Thorax
5. Rostrum 15. Abdomen
6. Nares Anteriores 16. Cauda
7. Comb 17. Extremitas Anterior
8. Cera 18. Extremitas Posterior
9. Porus Acusticus Externus 19. Shank
10. Organon Visus
Gambar 3.31 Organon Visus
Keterangan Gambar :
1. Palpebra Superior 4. Iris
2. Palpebra Inferior 5. Pupil
3. Bulbus Oculi 6. Membrana Nictitans
Gambar 3.32 Organa Genitalia Maskulina
Keterangan Gambar :
1. Testis 4. Ureter
2. Epididimis 5. Mesorchium
3. Va Defferens 6. Papilae
Gambar 3.34 Tipe Bulu
Keterangan Gambar :
1. Plumae
2. Plumulae
3. Filoplumae
4. Calamus
5. Umbilicus Inferior
6. Umbilicus Superior
7. Rachis
8. Vexillum
9. Barbae
10. Barbulae Proximal
11. Barbulae Distal
Gambar 3.35 Cavum Oris
Keterangan Gambar :
1. Maxilla
2. Mandibula
3. Choanae
4. Lingua
5. Plica Palatini
6. Crista Marginalis
7. Fissura Choanae Secundaria
8. Ost Pharyngeum Tuba Auditiva Eustachii
9. Aditus Laryangis
10. Nares Posteriores
11. Papila
Gambar 3.36 Cor
Keterangan Gambar :
1. Arteri
2. Aorta
3. Vena
4. Atrium Dexter
5. Atrium Synister
6. Ventrikel Dexter
7. Ventrikel Synister
8. Pericardium
Gambar 3.37 Hepar
Keterangan Gambar :
1. Heparlobus Synister Superior
2. Heparlobus Synister Inferior
3. Heparlobus Dexter
4. Lien
5. Vesica Fellea
6. Ductus Hepaticus
7. Ductus Coleodocus
8. Ductus Cysticus
Gambar 3.38 Tractus Digestivus
Keterangan Gambar :
1. Pharynx 11. Jejenum
2. Upper Oesophagus 12. Illeum
3. Lower Oesophagus 13. Caecum
4. Crop 14. Caeca Tonsil
5. Proventriculus 15. Colon
6. Ventriculus 16. Rectum
7. Intestinum Tenue 17. Cloaca
8. Duodenum 18. Diverticulum Merkel
9. Pars Ascenden Duodeni 19. Pancreas
10. Pars Descenden Duodeni
Gambar 3.39 Sistem Respiratory
Keterangan Gambar :
1. Larynx 11. Bivurcatio Trachealis
2. Trachea
3. Anulus Trachealis
4. Musculus Sterno Trachealis
5. Syrynx
6. Broncus
7. Bronciolus
8. Alveolus
9. Pulmolobus Synister
10. Pulmolobus Dexter
Gambar 3.40 Organa Genitalia Femina
Keterangan Gambar :
1. Ovarium
2. Oviduct
3. Infundibulum
4. Magnum
5. Istmus
6. Uterus
7. Vagina
8. Cloaca
Gambar 3.41 Topografi
Keterangan Gambar
1. Hepar
2. Ventrikulus
3. Intestinum Crassum
4. Intestinum Tenue
5. Limpa
Gambar 3.42 Extremitas Posterior
Keterangan Gambar :
1. Ost Femur
2. Ost Tibia
3. Ost Fibula
4. Ost Patela
5. Ost Tarsal
6. Ost Metatarsal
7. Ost Tarso Metatarsus
8. Ost Digiti
9. Ost Phalanges
Gambar 3.43 Sternum Et Costae
Keterangan Gambar :
1. Ost Scapula 10. Ost Sternum
2. Ost Coracoid 11. Ost Spina Sterni
3. Ost Clavicula 12. Ost Carina Sterni
4. Ost Foramen Trioseum 13. Ost Processus Medianus Anterior
5. Ost Ligamentum 14. Ost Processus Medianus Posterior
6. Ost Costae
7. Ost Processus Lateralis Anterior
8. Ost Processus Lateralis Oblingus
9. Ost Processus Lateralis Posterior
Gambar 3.44 Extremitas Anterior
Keterangan Gambar :
1. Ost Humerus
2. Ost Radius
3. Ost Ulna
4. Ost Cuney Formey
5. Ost Carpal
6. Ost Metacarpal
7. Ost Carpo Metacarpus
8. Ost Scapoideus
9. Ost Phalanges
10. Ost Digiti
3.2 Pembahasan
3.2.1 Mikroskop dan Pembuatan Sediaan Segar
Berdasarkan hasil praktikum pengenalan mikroskop yang telah dilakukan, praktikan dapat mengetahui fungsi dari bagian-bagian mikroskop. Prosedur penggunaannya baik itu dalam menggunakan dan menyimpan mikroskop hal tersebut didukung oleh pendapat Campbell (2010), yang menyatakan fungsi dari bagian-bagian mikroskop yaitu :
1. Lensa okuler : berfungsi memperbesar benda yang diamati.
2. Lensa objektif : lensa yang langsung berhubungan dengan objek atau spesimen dan terpasang pada bagian bawah relover.
3. Tabung mikroskop : berfungsi mengatur fokus dan dapat dinaik turunkan
4. Makrometer : untuk menggerakkan mikroskop secara vertikal dengan pergeseran kasar.
5. Mikrometer : untuk menggerakkan tabung mikroskop secara vertikal dengan pergeseran halus.
6. Revolver : untuk menempatkan lensa objektif yang dikehendaki.
7. Meja Benda : tempat sediaan objek terdapat lubang cahaya masuk ke mata pengamat.
8. Kondensor : untuk memfokuskan cahaya pada spesimen.
9. Diafragma : untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk.
10. Cermin : untuk menangkap cahaya yang masuk.
11. Kaki Mikroskop : untuk menjaga mikroskop agar dapat berdiri baik.
12. Penggerak Kondensor : bagian yang diputar jika ingin menaikkan atau menurunkan mikroskop.
Menurut Suripto (1994) mikroskop optik dapat dibagi menjadi dua yaitu mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Hal tersebut dengan yang dijelaskan pada saat praktikum. Mikroskop biologi adalah mikroskop yang digunakan pengamatan benda tipis transparan. Penyinaran dilakukan dari bawah dengan sinar alam atau lampu.
Mikroskop stereo adalah mikroskop yang digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak. Penyinaran dapat diatur dari atas maupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Mikroskop merupakan alat utama dalam melakukan pengamatan bidang dalam biologi, karena dapat digunakan untuk mempelajari struktur dari benda-benda kecil (Tim Pengajar Jurusan Biologi, 2012).
Berdasarkan hasil praktikum sel bawang merah tersebut menyerupai susunan batu bata. Dari pengamatan itu terlihat adanya dinding sel dan inti sel. Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. Dinding sel itu tipis, berlapis-lapis dan pada tahap awalnya lentur. Lapisan yang terbentuk pada saat pembelahan sel terutama adalah pektin. Setelah pembelahan sel, tiap belahan baru membentuk dinding dalam serat selulosa. Dinding ini terentang selama sel tumbuh serta menjadi tebal dan kaku setelah tumbuh dewasa. Pada dinding sel ada bagian yang tidak menebal yaitu bagian yang disebut noktah (Pramesti, 2000).
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma. Membran sel membungkus organel-organel dalam sel. Membran sel juga merupakan transportasi bagi sel, yaitu tempat keluar masuk zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel (Pramesti, 2000).
Berdasarkan pengamatam kapas (Gossyphium hirsutum), sel kapas berbentuk memanjang seperti pita sel tersebut memiliki kuntiran (torsi) dibeberapa bagian dan tidak memiliki organel-organel didalam selnya, sehingga sel kapas merupakan sel mati. Sel tersebut termasuk jenis sel skrelenkim, yaitu berfungsi jaringan penguat pada tumbuhan. Serat kapas tumbuh menutupi seluruh permukaan biji kapas. Serat mulai tumbuh pada saat tanaman mulai berbunga dan merupakan pemanjangan sebuah sel tunggal dari epidermis atau selaput luar biji. Kapas banyak digunakan dalam industri tekstil (Mader S., 2004).
Berdasarkan pengamatan kapuk randu (chieba patandra), sel kapuk randu adalah seperti hanya sel kapas yang berbentuk memanjang, perbedaannya antara sel kapuk randu yaitu pada sel kapuk tidak terdapat torsi. Sehingga sel kapas hanya berupa lumen (rongga sel) yang dibatasi oleh dinding sel dalam lingkungan luar. Serat kapuk berasal dari sel epidermis dari kulit buah. Sel-sel ini mulai tumbuh kira-kira 16 hari sesudah pembuangan, yaitu pada waktu pembelahan sel telur ada kepastian buah tidak rontok. Dinding sel serat kapuk licin dan terpilin sehingga serat kapuk tidak dapat dipintal menjadi barang karena antara serat yang satu dengan yang lain tidak melekat menjadi satu (Marieb dan Mallat, 2001).
3.2.2 Alat Reproduksi Seksual Tumbuhan dan Pengenalan Hijauan
3.2.2.1 Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Berdasarkan hasil praktikum, Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) mengandung zat antinutrisi saponin. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Dwita Oktiarni, dkk (2013), bahwa bunga kembang sepatu mengandung senyawa golongan favonoid, saponin, dan antosianin. Kandungan senyawa tesebut diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pewarna dan pengawet alami pada mie basah.
Bunga pada kembang sepatu mengandung polifenol, diglukosida sianidin, asam askorbat, serat, niasin, riboflavin, tiamin, air, hibicetin, alkaloid, dan lendir. Efek farmakologis yang dimiliki oleh kembang sepatu diantaranya antirudang (anti-inflamasi), antidiuretik dan antibakteri. Penelitian lain melaporkan khasiat bunga kembang sepatu dalam meningkatkan senyawa antioksidan endogen miokardial, sehingga berefek kardioprotektif (Sukawati, 2007).
3.2.2.2 Rerumputan
Rumput (Graminae) merupakan famili tumbuh-tumbuhan yang paling luas penyebarannya. Rumput memiliki sistem perakaran berbentuk serabut yang mempunyai peranan dalam pembentukan struktur tanah, titik tumbuh yang berada dekat pada pangkal tanaman memungkinkan tumbuh kembali setelah pemotongan, kemampuan membentuk anakan membantuk menutup tanah dengan cepat pada fase pertumbuhan pertama (Mc Ilroy, 1976). Hal tersebut sesuai dengan penjelasan pada saat praktikum, yaitu bentuk akar pada rumput gajah dan setaria lampung adalah serabut.
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman pakan ternak yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan bagi ternak ruminansia. Rumput gajah mempunyai morfologi yaitu batang dan daun lebar (Purbajanti, 2007). Hal tersebut sesuai dengan penjelasan saat praktikum yaitu batang beruas dan berkambium.
Setaria splendida disebut juga sebagai rumput lampung atau setaria lampung. Rumput ini berasal dari Afrika tropika dan merupakan tanaman berumur panjang, termasuk rumput yang berumpun dengan rhizome pendek dan jumlah anaknya banyak. Komposisi zat gizi rumput setaria (dasar Bk) terdiri dari : abu 11,5% ; ekstrak eter (EE) 2,8% ; serat kasar (SK) 32,5% ; bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 44,8% ; protein kasar (PK) 8,3% dan total digestible nutrients (TDN) 52,88%, serta mampu berproduksi hijauan sampai 100 ton rumput segar h-1 th-1 (Rukmana 2009).
3.2.2.3 Limbah Pertanian
Jerami padi merupakan bahan yang tersedia dengan jumlah besar dan belum dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Biasanya jerami padi hanya ditumpuk atau dibakar di ladang selepas panen. Jerami padi umumnya mengandung selulosa (30%), hemselulosa (27%), hugain (18%), dan alas (11%) (Lee et al., 2007). Kandungan selulosa pada jerami padi tinggi sehingga jerami padi sangat potensial dikembangkan sebagaieksternal dalam produksi bioethanol.
Jagung ( Zea mays) selain untuk keperluan pangan, juga digunakan untuk bahan baku industry pakan ternak,maupun eksporr susunanmosfologi tanaman jagung terdiri dari akar batang, daun, bunga, dan buah. Akar jagung termasuk akar serat, batang tanaman jagung beruas, tulang daun sejajar. Bunga memiliki struktur khas dari sistem Poacene (floret) dan buah jagung terdiri dari tungkai, biji dan daun pembungkus (Wirawan dan Wahab, 2007).hal tersebut sesuai dengan penjelasan pada saat praktikum.
Daun dari beberapa tanaman mengandung protein tinggi, selain satu diantaranya adalah daun singkong. Ketersediaan daun singkong mengacu kepada produksi tanaman singkong. Daun singkong merupakan limbah dari system produksi pertanian singkong terutama pada daerah industry tapioca. . Daun singkong pada umumnya memiliki kandungan protein berkisar antara 20-27%dari bahan kering. Daun singkong memiliki kelemahan yaitu mengandung asamsianida yang bersifat racun bagi ternak (Marhaeniyanto, 2007). Hal tersebut sesuai dengan peringatan pada saat praktikum yaitu mengandung asam sianida sehingga bila untuk pakan ternak harus dikeringkan terlebih dahulu.
3.2.2.4 Leguminosa
Lamtoro merupakan tanaman serbaguna termasuk tanaman kacang-kacangan, berbentuk pohon dan dapat tumbuh dengan tinggi pohon 8-15 m serta berumur tahunan (17-32 tahun). Tanaman ini tersebar luas didaerah pedesaan dan mudah tumbuh hamper disemua tempat yang mendapat curah hujan cukup. Perbanyakan tanaman tersebut dilakukan secara generative (biji). Penanaman dengan biji menyebabkan tanaman memiliki system perakaran yang kuat dari dalam sehingga dapat bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama.
Manfaat tanaman ini telah banyak dilaporkan, yakni sebagai tanaman pioner, pupuk hijau (penyubur tanah), bahan bangunan, tanaman pinggir jalan, sebagai tanaman pelindung (untuk tanaman cacao), pagar hidup, tanaman pendukung (untuk tanaman merica), sebagai pembasmi tanaman herba (alang-alang), pencegahan erosi, bahan baku pembuatan kertas, bahan bakar dan sebagai sumber hijauan makanan ternak yang berprotein tinggi.
Kaliandra merupakan tanaman leguminosa berupa pohon kecil atau perdu yang termasuk kedalam keluarga leguminosa. Keluarga ini memiliki 132 spesies tersebar dari Amerika Utara hingga Amerika Selatan, 9jenis berasal dari Madagaskar, 2 jenis dari Afrika, dan 2 jenis dari India (Macueen, 1996). Sedangkan menurut Soedarsono et al., (1996), kaliandra memiliki 140 jenis yang tersebar didaerah tropis hingga sub-tropis benua Amerika. Tanaman kaliandra masuk ke pulau Jawa berasal dari Guetamala Selatan yaitu spesies Calliandra calothyrsus berbunga merah dan Calliandra tetragona berbunga putih, dengan tujuan utama adalah sebagai pohon pelindung perkebunan kopi. Pada tahun 1974 Peruni Perhutani melalui program MA-LU (Mantri Kelurahan-Lurah), yaitu program kerjasama dengan mantra kehutanan dan lurah, melakukan penanaman kaliandra secara serentak diseluruh area kawasan hutan serta daerah aliran sungai di pulau Jawa yang bertujuan merklamasi lahan kritis dan melindungi komiditas hasil utama kehutanan seperti pohon jari, pinus dan damar dari penjarahan pencari kayu bakar oleh ppenduduk disekitar kawasan hutan.
Spesies Calliandra calothyrsus merupakan salah satu spesies kaliandra yang sangat popular di Indonesia, terutama di masyarakat yang berada pada area kawasan hutan di pulau Jawa sebagai tanaman multiguna untuk konservasi lahan, reklamasi lahan marginal, hijauan pakan ternak, pakan lebah, penyedia pupuk hijau dan bubur kayu (pulp) untuk membuat kertas (Tangendjaja et al., 1992).
3.2.2.5 Artocarpus
Pohon Artocapus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 m. batangnya tegak berkayu, bulat kasar dan berwwarna hijau kotor. Bunga nagka merupakan bunga majemuk yang berbentuk bulir, berada diketiak daun dan berwarna kuning. Tanaman pohon ini berasal dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Namgka merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang termasuk dalam family Moraceae. Tanaman nangka berupa pohon yang memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah daging buahnangka muda (tewel) dimanfaatkan sebagai makanan sayuran, buahnya dapat digunakan sebagai perasa es krim, daun muda dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan tepung benih nangka digunakan sebagai bahan baku industry makanan (bahan makanan campuran). Selain dapat dikonsumsi dalam bentuk segar dan sayur, tanaman nangka juga dapat dijadikan tanaman penahan erosi dalam system konservasi , sehingga sangat potensial untuk dikembangjan ( Widyastutin 1993).
Kersen merupakan pohoon yang sering ditemui dipinggir jalan. Daun kersen banyak digunakan sebagai obat tradisional. Daun kersen mempunyai khasiat sebagai penurun panar, sebagai antiradang bahkan sebagai antimikroba yang berbahaya dan dapat digunakan sebagai antiseptic alami. Noorhaindani, Yosep dan Rosalia (2014) menyebutkan bahwa daun kersen mempunyai fungsi sebagai antipiretik dan antiinflamasiaktivitas anti bakteri yang dimiliki daun kersen karena daun kersen mengandung flavonoid, saponin, dan tannin (Kurniawan, Sawiyono dan Surjuwardojo, 2013).
3.2.3 Anatomi Mamalia
Mamalia merupakan kelompok tertinggi derajatnya dalam dunia hewan. Termasuk didalamnya kelas ini adalah tipus, kelelawar, kucing, kera, ikan paus, kuda, kijang, manusia, dan lain-lain. Hampir semua tubuhnya tertutup dengan kulit yang berambut banyak atau sedikit dan berdarah panas (homoitherm). Sebutan mamalia berdasarkan adanya kelenjar mamae pada hewan betina untuk menyusui anaknya yang masih muda. Pengasuhannya terhadap anaknya berkembang baik sekali dan puncaknya terdapat pada manusia. Mamalia hidup diberbagai habitat mulai dari sampai daerah ekuator, dari dasar laut sampai hutan lebat dan huruf pasir. Banyak yang hidup secara nocturnal dan banyak juga yang hidup secara dirubah. Species tertentu sebagai hewan buat yang diburu, Species lainnya jinak. Beberapa pemakan daging (carivora), sebagai hewan penyebut, sebagai pemateri biji-bijian dan buah -buahan l, dan beberapa sebagai sumber penyakit. Hewan termasuk mamalia adalah penting sekali bagi manusia sebagai bahan makanan, bahan pakaian, dan amat transport (Jasin, 1984: h.137)
Mamalia adalah vertebrata yang tubuhnya tertutup rambut. Yang betina mempunyai kelenjar mamae (air susu) yang tumbuh baik. Anggota gerak anggota depan mamalia dapat dimodifikasi untuk berlari, menggali lubang, berenang dan terbang. Pada jari-jarinya terdapat banyak kelenjar minyak dan kelenjar keringat (Djarubito, 1989:h.232).
Ukuran tubuh bermacam-macam, yang terkecil kurang lebih 5 cm (tikus kecil), yang besar adalah gajah dan yang paling besar adalah ikan paus (Balanophora musculus) yang bisa mencari panjang 8meter dengan berapa 115 ton (Jasin, 1984:h.139)
Pada caput terdapat rima oris (1) yang diatas Oleh labium superior (bibir atas) dan labium inferior (bibir bawah). Ditengah-tangah terdapat celah dan umumnya diatas labium superior terdapat vibrissae (kumis atau rambut-rambut panjang yang kaku). Diatas mulut terdapat nares yang merupakan dua celah cendong. Organon visus memiliki palpebrae superior dan palpebrae inferior dan umumnya memiliki rambut halus, membrana nictitans pidah dipojok dekat hidung dari biji mata atau sering sudah disebut plica semilunaris. Dibelakang Organon visus terdapat auriculae atau pinnae (daun telinga) sebagai corong dari perusahaan acusticus externa (lubang telinga luar) yang selanjutnya ke alat pendengaran (Jasin, 1984: h.139).
Mamalia mempunyai tujuh vertebia servikal (leher), yang pertama atlas (Mitos Yunani, Atlas, dewa yang memiliki dunia pada pundaknya) dan kedua aksis, mengalami perusahaan-perubahan untuk memungkinkan gerakkan kepala yang leluasa. Tengkorak berdarah kertas dan kebawah, pada persendian antara aksis dan atlas. Tulang belakang mamalia dipisah menjadi daerah torasik dan daerah lumbar. Manusia mempunyai 12 buah torasik (dada) dan 6 buah vertebra lumbar (panggul). Hanya pada vertebra torasik terdapat tulang iga, yang sebagai besar berhubungan dengan tulang dada atau sternum melalui perantaraan tulang kontak (Ville, 1984:h. 113).
Mamalia umumnya mempertahankan suhu tubuh tinggi dan memiliki kisaran suhu tubuh sekitar 36 C - 38 C untuk sebagai besar mamalia. Mempertahankan susu dalam, kisaran yang sempit ini memerlukan kemampuan untuk secara ketat menyeimbangkan laju produksi panas dari lingkungan luarnya. Laju produksi panas dapat ditingkatkan dengan satu atau dua cara: dengan meningkatkan kontraksi otot (dengan cara bergerak atau menggigil) atau dengan kerja hormone yang meningkatkan laju metabolisme dan produksi panas disebut termogenesis tanpa memanggil (nonshivering thermogenesis) (Champbell, 2004:h.105).
Ciri-ciri khusus dari organisme yang tergolong mamalia adalah tubuh biasanya diliputi bulu atau rambut yang lepas secara periodic. Kulit banyak mengandung kelenjar, yaitu kelenjar sbacius, keringat, bau, dan susu. Cranium (tulang tempurung kepala) memiliki dua occipital condyle ; vertebrae leher biasanya panjang dan dapat digerakkan. Regio sanalis (bagian dari hidung) umumnya silindris ; mulutnya mengandung gigi (jarang tidak terdapat) yang tertanam dalam kampung (alviola). Gigi itu terletak pada kedua belakang rahang dan berdeferensiasi sesuai dengan makanannya, lidah muda digerak-gerakkan, memiliki pelupuk mata yang muda digerakkan; alat pendengar, memiliki daun telinga. Memiliki empat anggota atau kaki (kecuali anjing laut dan singa laut tidak memiliki kaki belakang) ; masing-masing kami memiliki kurang lebih 5 hari yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan keperluan berjalan, lari, memanjat, membuat lubang, berenang atau meloncat, jari-jari berkait tanduk atau berkuku atau berteracak dengan bantalan-bantalan daging (Kimball, 1984: h.942).
4.2.2 Cavia Cobaya
Marmut (cavia cobaya) merupakan hewan dari kelas mamalia yang berdarah panas (homoitherm). Marmut digolongkan sebagai hewan pengerat yang memakan tumbuh-tumbuhan dan memiliki gigi pemotong seperti pahat yang berguna untuk memotong dan mengerat. Membrana nictitans, terdapat pada sudut mata. Lubang telinga luar dilengkapi daun telinga. Struktur kelenjar susu terletak dilipatan paha, alat-alat kelamin luar dan tungguinlah terdapat pada badannya. Tungkai depan berjari tiga dan tungkai belakang berjari empat (Pratigno, 1982).
Marmut termasuk mamalia, yaitu hewan yang memiliki kelenjar
mammae untuk menyusui anaknya sebagai makanan pertama setelah mereka dilahirkan. Ciri lain yang khas dari mamalia adalah tubuhnya dilindungi oleh rambut, kulit mengandung bermacam-macam kelenjar, jari kaki memiliki cakar, kuku, dan telapak. Kaki beradaptasi untuk berjalan, memanjat, menggali tanah, dan loncat. Marmut merupakan hewan berdarah panas (Brotowidjoyo, 1993).
Marmut mempunyai tubuh berbentuk bilateral, simetris dengan rangka yang mempunyai kendio okspital, pada rahangnya terdapat gigi yang bentuk dan besarnya berbeda untuk setiap individu. Kaki teradapatasi untuk berjalan, memanjat, serta berenang sehingga kakinya mempunyai cakar, kuku, dan telapak. Jantung mempunyai empat ruang dengan sekat yang sempurna, aortanya hanya terdapat disebelah kiri. Ukuran paru-paru relatif besar, kompak dan kenyal yang terdapat pada rongga dada (Djuhanda, 1982). Tubuh marmut diisolasi oleh pembungkus (rambut dan strukturnya yang berlemak), dengan sistem ini maka metabolismenya tinggi dan akibatnya dibutuhkan banyak makanan (Jasin, 1989).
Sistem pernapasan marmut terdiri dari trachea, bronchus, bronchioli, dan paru-paru. Trachea disongkong oleh cincin-cincin rawa yang terbuka pada bagian dorsalnya, bekerja sebagai jalan nafas. Pangkal dari trachea berupa rongga yang disebut larynx. Cabang dari trachea adalah bronchus, yang kemudian membentuk percabangan lagi disebut bronchioli. Paru-paru terdiri dari beberapa lobi yang terdapat pada rongga pleural, selaput yang membungkusnya disebut pleura (Djuhanda, 1982).
Sistem pencernaan marmut terdiri dari cavum oris, pharynx, oesophagus, intestinum, caecum, colon, dan anus. Caecum pada marmut berkembang dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jasin (1989) yang menyatakan bahwa sistem pencernaan marmut terdiri dari :
1. Cavum Oris
Rongga ini dibentuk oleh atap dan dasar. Atap rongga mulut terdiri dari palatum durum(langit-langit keras disebelah antrerior), dan palatum mole (langit-langit lunak disebelah posterior). Sedangkan mulut terdiri dari dentis dan lingua.
2. Faring
Faring merupakan persimpangan jalan makanan dan jalan respirasi. Bagian bawah lidah setelah ventral terdapat tulang respirasi atau glotis. Bila makanan melalui lubang ini maka akan ditutup oleh klep antrerior yang disebut klep epiglotis.
3. Oesophagus
Oesophagus merupakan pipa musculus yang sempit sebagai lanjutan dari faring.
4. Ventriculus
Ventriculus merupakan kantong lanjutan dari oesophagus. Dibedakan menjadi pars cardia, pylorus, dan fundus.
5. Intestinum
Intestinum merupakan saluran berkelok-kelok yaitu tempat penyerapan zat-zat makanan setelah mengalami perombakan yang terakhir. Intestinum ada dua yaitu tenue (duodenum, jejenum, ileum) dan intestinum crassum (haustrae, incisura, dan taenia). Caecum merupakan betas antara intestinum tenue dan intestinum cranium.
6. Colon
Pangkal colon keluar dari caecum berdekatan dari ileum. Colon ascenden yang mengarah keatas, colon descenden yang mengarah kebawah, colon transverum yang mengarah melintang, dan colon sigmodeum yang merupakan colon terakhir.
7. Rectum
Rectum merupakan usus terakhir dan dari sini kotoran dikeluarkan melalui anus.
Sistem genitalia marmut jantan dibangun oleh sepasang testis yang bentuknya bulat telur berwarna putih, terletak dalam rongga perut. Epididimis terdiri dari caput, corpus, dan cauda epididimis. Ductus deferens berupa saluran berjalan disebelah dorsal dari kantung urine dan bermuara pada ductus spermaticus yang terdapat pada batang penis (Storer dan Usinger, 1961).
Terdapat sepasang papilla mamae dan bermuara glandula mamae diantara kaki belakangnya, namun pada hewan jantan, glandula mamae tidak mengalami sekresi. Terdapat lekukan perineum pada bagian belakang penis yang merupakan lekukan yang dalam nampak selalu kotor. Lekukan ini merupakan tempat bermuaranya kelenjar bau yang digunakan sebagai tanda pengenal spesies dan hedonik atau pemikat lawan jenis (Brotowidjoyo, 1993).
3.2.4 Anatomi Aves
Negara Indonesia memiliki keanekaragaman jenis burung yang tinggi. Jenis-jenis burung telah lama dikenal oleh masyarakat walaupun tidak semua jenis burung, akan tetapi kecintaan dan perhatian masyakat terhadap jenis burung liar yang sangat begitu kurang. Begitu juga peneliti-peneliti dan juga hobi mengamati burung dialam belum dilakukan dinegara kita (Iskandar , 1989).
Indonesia merupakan Negara keempat didunia yang memiliki keanekaragaman jenis burung setelah Columbia dan Peru. Menurut penelitian jenis-jenis burung di Indonesia ini sangat luar biasa, terdapat 1531 jenis burung, 381 diantaranya adalah endemic. Sumatra merupakan salah satu pulau yang sangat kaya dengan jenis burung setelah irian jaya. Di Sumatra terdapat 486 jenis burung, 138 jenis diantaranya juga dijumpai dikawasan sunda, 14 jenis burung hanya ditemui di Pulau Jawa dan Sumatra, dan 11 jenis di Kalimantan dan Sumatra. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa burung memiliki kekayaan jenis yang tinggi. Untuk itu penting bagi kita mepelajari cara mengamati dan mengidentifikasi burung. (Iskandar, 1989)
Burung atau Aves adalah salah satu kelompok yang paling banyak dan paling terkenal didunia. Mereka berdarah panas seperti mamalia tetapi lebih dekat kekerabatannya dengan reptile, mereka berkembang sejak 135 juta tahun yang lalu. Semua burung lebih dulu bernenek moyang dari fosil burung pertama, yaitu Archaeoptry (Mac kinnon, 1991).
Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari tiga ruang. Rahang bawah tidak mempunyai gigi karna gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan, hewan ternak, hobi dalam peliharaan. Dalam bidang industry bulunya dapat dimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding, dan lainnya (Mukayat, 1990).
Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk penerbangan efisien. Yang paling utama dari semua ini tentu saja adalah sayap, meskipun sekarang sayap itu bias memungkinkan burung untuk terbang jarak jauh untuk mencari makanan yang cocok dan berlimpah. Mungkin saja sayap itu dahulu timbul sebagai adaptasi yang membantu meloloskan diri dari pemangsanya (Kimball, 1999).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir eluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptil serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil deminal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu meleekuk kedalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu merunduk dan membentuk bungkus yang halus, sedangkan epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembulih darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada pengembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Burung padaumumnya mempunyai kulit yang tipis, mengandung keratin sedikit sekali. Hubungan dengan jaringan yang ada disebelahnya tidak erat. Struktur tambahan dari kulit ialah bulu yang mengalami penandukan kuat sekali. Bagian bawah kaki dan jari, ditutupi oleh sisik tanduk yang terdapat pada Archosauria dan ini mengelupas. Paruh juga mengakami penandukan (Djuanda, 1983).
Tubuh aves dibungkus oleh kulit yang yang seolah-olah tidak melekat pada otot. Dari kulit akan muncul bulu yang merpakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, sebagai pembungkus tubuh yang resisten. Warna bulu yang disebabkan oleh adanya subtansi kimia dan elemen-elemen fisik. Subtansi kimia tersebut adalah adanya pigmen biochrome yang menyerap dan memantulkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Warna-warna yang ditimbulkan hasil dari pancaran tersebut adalah merah, jingga, kuning, hitam, kelabu, coklat, dan hijau. Warna-warna yang disebabkan adanya elemen-elemen fisik adalah putih, biru, dan gemerlapan. Untuk membaurkan tubuh dengan lingkungan, untuk mengelabuhi predator dan untuk menarik pasangan(Anis, 2009).
Kelas aves memiliki kemajuan bila dibandingkan dengan kelas-kelas yang mendahuluinya dalam hal ; tubuh mempunyai penutup yang berisifat isolasi, 2 darah vena dan arteri terpisah secara sempurna daalam sirkulasi pada jantung, 3. Pengaturan suhu tubuh, 4. Rata-rata metabolism eaves tinggi, 5. Mempunyai kemampuan untuk terbang, 6. Suaranya berkembang dengan baik, 7. Menjaga anaknya dengan baik dan cara khusus. (Jasin, 1992).
Ayam kampong merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetic perunggasan ditanah air. Ayam kampung di indkasikan dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dari ayam hutan hijau atau Green Jungle fowls (Gallus Varius). Awalnya, ayam tersebut hidup di hutan, kemudian di domestikasi serta dikembangkan oleh masyarakat pedesaan (Yaman, 2010).
Ayam kampung merupakan ayam asli yang sudah beradaptasi dengan lingkungn tropis Indonesia. Masyarakat pedesaan memeliharanya sebagai sumber pangan keluarga akan telur dan dagingnya (Iskandar, 2010).
Ayam-ayam tersebut mengalami seleksi alam dan menyebar dan bermigrasi bersama manusia kemudian dibudidayakan secara turun-temurun. Sampai sekarang (Suharyanto, 2007).
Ayam kampung digolongkan ke dalam bangsa Galli formes (unggas) , ayam kampung merupakan salah satu keluarga ayam lokal yang berukuran kecil dan bentuknya agak ramping. Serta memiliki keragaman genetis tinggi (Sulandari, 2007).
Ayam kampung termasuk ke dalam kelas aves ordo Galli formis, genus Gallus, spesies Gallus domesticus, variasi individu dalam satu jenis tidak hanya terbatas pada warna bulu, tetapi juga pada ukuran tubuh. Produktivitas telor dan suara ayam kampung memiliki produktivitas telur yang rendah dan pertumbuhan tubuh lambat. (Isuandar, 2004).
Ayam kampung adalah salah satu spesies ungas lokal yang telah lolos seleksi alami, sehingga genetic mempunyai keunggulan beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia, terutama di pedesaan (Hardjo sworo, 1995).
Ayam pejantan berupaya memikat betina dengan bunyi kokok sebagai alat komunikasi (Sathers, 2004 ; mooney et al, 2009).
Organ yang memproduksi kokok ayam jantan adalah bagian dari saluran respirasi yang disebut siring. Perangkat ini terletak antara trachea dan bronchus sehingga di klasifikasikan sebagai siring trachea broachial (Myes, 1971 ; Getts, 1971 ; Gaban lima and Hofling, 2006).
Tubuh ditutupi oleh bulu-bulu terdiri atas bagian kepala, yaitu paruh (rostrum) yang terbentuk oleh mandibula pada rahang bawah dan rahang atas maxilla, ada mata besar, tidak bergigi, berlidah, dan berjengger. Badan terdiri atas sayap satu pasang dan ekor yang ditutupi bulu rectrices, dan pada sayap ada bulu remiges. Pada atas paru terdapat lubang hidung (nares interna) dan (nares externa) hidung bagian luar (Jasin, 1992).
Terdapat sepasang extremitas anterior merupakan alat (sayap) yang terlipat seperti huruf Z, pada tubuh waktu terbang, extremitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedangkan bagian bawahnya bersisik dan bercakar untuk menerkam dan mengambil mangsanya. Tubuh di bungkus oleh kulit yang seolah-olah tau melekat pada otot. Bulu merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan , fleksibel (Jasin, 1992).
Sebagai central adalah cor , yang terletak di dalam median berbentuk kerucut diliputi oleh pembungkus pericardium, terbagi atas empat ruangan. Atrium sinistrom dan atrium dekstrum yang terpisah oleh septum antrium dan ventriculum dinistrum, deventriculum d exrum yang terpisah oleh septum ventriculum (Jasin, 1992).
Alat repirasi terdiri dari nostril yang tercetaap pada paruh, cavum nasalis, cavum oris, larynx yang tersusun atas tulang rawan terhubung dengan carum oleh rima giottis (Jasin, 1992).
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Mikroskop dan Pembuatan Sediaan Segar
1. Mikroskop optik dibagi menjadi dua, yaitu mikroskop biologi dan mikroskop stereo.
2. Bagian-bagian mikroskop dibagi menjadi lensa okuler, lensa objektif, tabung mikroskop, makrometer, mikrometer, dan sebagainya.
3. Sediaan segar yang diamati pada saat praktikum adalah Allium cepa, Gossyphium hirsutum, dan Ceiba pentandra.
4.1.2 Alat Reproduksi Tumbuhan dan Pengenalan Hijauan
Alat reproduksi seksual pada tumbuhan berbiji adalah bunga. Terdiri atas kelopak, mahkota, benang sari, dan putik.
Macam-macam Hijauan Pakan Ternak (HPT) dalah rerumputan, libah pertanian, leguminosa, dan rambanan.
Fungsi dari Hijauan Pakan Ternak (HPT) adalah sumber nutrisi dan sumber protein.
Pada padi terdapat bagian stigma, anther, kulit dan lanma.
Rumput gajah bertulang daun sejajar, batang beruas dan berkambium serta berakar serabut.
Pohon kersen bertulang daun menyirip, batang berkambium, serta berakar tunggang.
Lamtoro mempunyai daun yang menyirip, batang yang berkambium, serta akar yang tunggang.
4.1.3 Anatomi Mamalia
Inspectio cavia cobaya terdiri dari caput, cervix, truncus, dan extremitas liberae.
Bagian pertama yang terlihat adalah ventriculus, intestinum tenue, caecum, vesica urinaria. Dan setelah dilakukan pengamatan secara mendalam terdapat organ cardio respiratory, tractus digestivus, diafragma, organa genitalia masculina interna dan externa pada marmut jantan, organa genitalia femina interna dan externa pada marmut betina, organ hepar, organ uropetica.
Tiga sistem tulang pada cavia cobaya yaitu extremitas antrerior, extremitas posterior, dan sternum et costae.
4.1.4 Anatomi Aves
Anatomi bulu pada Gallus sp memiliki tiga tipe yaitu plumae, filoplumae, plumulae.
Inspectio Gallus sp terdiri dari caput, cervix, truncus dan extremitas liberae sebagai alat gerak.
Bagian yang terlihat setelah pembedahan adalah intestinum venue, intestinum crasum, ventriculus, lien, dan hepar untuk menetralisir racun.
Ada tiga jenis tulang, extremitas anterior yang berupa sayap, extremitas posterior, dan sternum et costae.
4.2 Saran
4.2.1 Mikroskop dan Pembuatan Sediaan Segar
1. Sebaiknya alat praktikum di laboratorium disediakan lebih banyak agar praktikan tidak saling pinjam dan lebih efisien waktu.
2. Pengamatan dan pembuatan sediaan kurang bervariasi sedangkan bahan yang dibawa sangat bervariasi.
4.2.2 Alat Reproduksi Tumbuhan dan Pengenalan Hijauan
Pada praktikum selanjutnya aktu mulai dan selesai harus sama dengan jadwal.
Bagian dan jumlah bahan disebutkan secara lebih rinci.
4.2.3 Anatomi Mamalia
Penyembelihan sudah baik dilakukan secara bersama-sama namun saat pembedahan tidak diajarkan cara pembedahan yang benar karena hanya perwakilan.
Saat topografi penjelasan kurang tentang tata letak organ secara spesifik dalam tubuh marmut.
Materi penjelasan tulang hanya menghayal tanpa menunjuk langsung pada objek.
4.2.4 Anatomi Aves
Penyembelihan sudah baik dilakukan bersama-sama, namun belum diajarkan penyembelihan yang susuai syariat islam.
Penjelasan tentang materi tulang hanya mengkhayal tanpa menunjuk langsung pada objek.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman, A. A. & F. A. Oladele. 2010. Leaf Epidermis Features Fea Diagnostic Characters In Hibiscus rosa-sinensis, H. Sabdariffa, and Abeimoschus escurentus Maivaceae. UABR. 2 (2) : 88-95.
Beers, L. & J. Howie. 1990. Growing Hibiscus. G. T Setters Pty Limited : Hongkong. 67 hlm
Gilman, E. F. 1999. Hibiscus rosa-sinensis. Cooperative Extension Service, Institue of Food and Agricusture Science. Universty of Florida, Florida : 3 hlm
Hayunungtiyas, S. K., Sunarto. Sari, S. L. A, Bioteknologi II (1) : 1-4, Mei 2014. ISSN : 0216-688). EISSN : 2301_8658. Doi : 10. 13057/Biotek/
Kardono, L. B. S>, M. Artanti, I. D. Dewiyanti & T. Basuki. 2003. Selected Indonesian Medical Plants Monographs and Description. Grasindo. Jakarta : XVII +445 hlm
Lee, D. K., Owens, S. N, Boe, A. dan Jeranyama, P. 1992. Composition of Herbaceoor Biomars Feedstocks Sun Grant Instiative. North Central Center. South Dakota State University. Brookings
Macqueen, D. J. 1996. Calliandra Taxonoms and Distribution with Particular References to The Series Racemosae. In : D. O. Evans (ed). Proceodings of International Workshop in The Genus Calliandra Forest, Farm and Community Tree Research. Morrilton Arkansas USA. P1-17
Marhaeniyanto, E. 2006. Pemanfaatan Selase Daun Umbi Untuk Pakan Ternak Kambing. Buana Sains. Vol. 7(1) : 71-82
Mcllroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradyaparamita. Jakarta
Purbajanti ED, S Anwar dan F. Kusmiyati . 2007. Peranan Kalium Terhadap Produksi Bahan Kering, Kadar Air Relatif dan Efisiensi Pemanfaatan Air Tanaman Rumput Pakan. J. Pastura n (r) : 9-19
Pervical, A. 1998. Antioxidant Clinical Nutrition in Sights (NUT). 031:96 Rev. 10/98
Shi, G. 2009. A Stidy on Developmental Plasticity of Leaf blades Structure of Hibiscus Syriacus. Jurnal of Agriturcural University of Herbal. 6 (09) : 10
Susanti, S. dan Marhaeniyanto. F. 2007. Kecernaan Refensi Nitrogen dan Hubungannya dengan Produksi Susu Pada Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) yang Diberi Pakan Poliard dan Bekatul. Jurnal Protein, vol.15 (2) : 141-147
Warintek, Muntingia Calobura L, Maret 2012 http://www.warintek.ristek.go.id/pangankesehatan/tanamanobat/depkes/3-077.pdf
Wirawan, G. N. dan M. I. Wahab. 2007. Teknologi Budidaya Jagung
Gaban-lima, R. dan E. Hofling. 2006. Comparative Anatomy of the Synrinx in the Tribe
Arini (Aves : Psittocidae). Braz. J. Morphol. Sci. 23 (3-4) : 501-512
Hardjosworo, P.S 1995. Peluang pemanfaatan potensi genetik dan prospek
pengembangan ungags local. Prosiding Seminar Nasional Sains dan teknologi peternakan. Pusat penelitian dan pengembangan peternakan, Depten Bogor. Hal :17-23.
Mooney, R ,DKK. 2008. Neurophysiology of birdsong learning. Durham NC
USA : 442-474
Myer, J.A. 1971. Studies of the Syrinx of Gallus domesticus. J. Morp
29 : 165-215.
Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan UNgggas.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Nurcholis, DKK. 2009 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam ras petelur
periode Layer di popular Farm Desa Kuncen Kecamatan Mijen Kota Semarang. Mediagro. Vol. 5 No. 2 (38-49).
North, 1998. Nutrisi Aneka Ternak Unggas Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Sembiring, P. 2009. Buku Ajar dan Penuntun Dasar Ternak Unggas USU press, Medan.
Suharyanto, A.A. 2007. Panen Ayam Kampung dalam 7 minggu bebas flu burung
Penebar Swadaya. Jakarta.
Yaman, A. 2010. Ayam kampung unggul dalam 6 minggu panen. Penebar sSwadaya.
Yuwanta, T. 2004 Dasar Ternak Unggas. Kanisus, Yogyakarta.
Campbell, A. Neil, dkk. 2010. Biologi. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Mader, S.S. 2014. Biology. Boston. Mc Grow. Hill.
Marieb, E.N dan J. Mallut. 2001. Human Anatomny. 3rd ed. San Fransisco. Benjamin Cummings.
Pramesti, Heniny Tjaturma. 2000. Mikroskop dan Sel FK. Unlam. Banjarbaru.
Brotowidjoyo, D.M. 1993. Makhluk Hidup II. Jakarta:Erlangga.
Brotowidjoyo, M. 1990. Zoologi Dasar Erlangga. Jakarta.
Campbell, Neil A, Jane B. Reace, dan Lawrence G. Mikehell. Biologi Jilid 3. Jakarta: Elangga, 2004.
Djuhanda, Tatang. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan I. Amrico, Bandung.
Hadikastowo. 1984. Sistematika Hewan Avertebrata dan Vertebrata
Sinar Wijaya. Surabaya.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.
Jasin, Maskoeri. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Johnson, Ramen. 2001. Biology. Sixth Edition.
Kimball, John W. 1984. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Momets, B.G. 1967. General Zoology. Boston: Houghton Miffin Company.
Pratigno, S. 1982. Makhluk Hidup II. Jakarta: Intan Pariwara.
Radiopoetro. 1986. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Storer dan Usinger, 1961. Element of zoology. Mac Grab-Hill Book Company inc, USA.
Suwenda, I. 1983. Belajar Mudah Biologi. Bandung: PS ITB.
Ville, C.A. Walker, W.F. and Smith, F.E. 1988. General Zoology. Pindhelpia: W.B. Sandeex Company.
Ville, Claude A, Warren F. Walker, Jr, dan Robert D. Warners.1984. ZoologiUmum. Jakarta: Erlangga.