Syifa Noorazizah Husein 240210140109 IV.
HASIL PENGAMATAN PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri, Kapang dan Khamir Pengencera KeteSamBaSP Gambar n rangan pel han C -4 -5 10 10 Air NA 8 15 8 x Jenis: 4 Miner 10 bakter al Bentuk: (6B) bulat berkolo NA 10-4 ni Warna: putih
NA 10-5 PDA
6
48
6x 104
PDA 10-4
Jenis: Kapang Bentuk: bulat Warna: putih
PDA 10-5 PCA
(Sumber: Dokumentasi pribadi kelas B2, 2015)
Jenis: bakteri gram positif Bentuk: basil (batang) Warna: ungu Perbesar an: 100x
Pewarnaa n Gram 10-1
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 Samp el
Baha n
Cendo NA l (7B)
Pengencera n 10-4 10-5 5 33
SP C
Gambar
5x 104
Keterangan
NA 10-4
Jenis: bakteri Bentuk: bulat berkoloni Warna: putih
NA 10-5 PDA
17
2
1,7 x 105
PDA 10-4
Jenis: kapang Bentuk: bulat Warna: putih
PDA 10-5
PCA
(Sumber: Dokumentasi pribadi kelas B2, 2015)
Jenis: bakteri gram negatif Bentuk: basil Warna: merah Perbesara n: 100x
Pewarnaan gram 10-1
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 Samp el
Bah an
Roti (8B)
NA
Pengencer an 10-4 10-5 -
SPC
Gambar
Tidak Dapat Dihitu ng NA 10-4
Keterang an
Kekuranga n agar NA dan agar NA tersebut tidak membeku
NA 10-5
PDA
12
19
12 x 104
PDA 10-4
Jenis: kapang dan khamir Bentuk: bulat berkolo ni Warna: putih
PDA 10-5
PCA
(Sumber: Dokumentasi pribadi kelas B2, 2015)
Jenis: bakteri gram negatif Bentuk: basil Warna: merah Perbesa ran: 100x
Pewarnaan gram 10-1
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 Samp el
Baha n
Tepun g Beras (9B)
NA
Pengencer an 10-4 10-5 1 2
SP C
Gambar
1x 104
Keterangan
NA 10-4
Jenis: bakteri Bentuk: bulat berkolon i Warna: putih
NA 10-5
PDA
-
-
-
Tidak terkontamin asi PDA 10-4
PDA 10-5
PCA
(Sumber: Dokumentasi pribadi kelas B2, 2015)
Jenis: Bakteri gram negatif Bentuk: bulat Warna: merah Perbesar an: 100x
Pewarnaan gram 10-1
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 Samp el
Bah an
Jahe Bubu k (10B)
NA
Pengencer an 10-4 10-5 TBU 528 D
SP C
Gambar
528
Keterang an
NA 10-4
Jenis : bakteri Bentuk: bulat berkolo ni Warna: putih
NA 10-5
PDA
64
200
64 x 104
PDA 10-4
Jenis: kapang Bentuk: bulat berkolo ni Warna: putih
PDA 10-5
PCA
(Sumber: Dokumentasi pribadi kelas B2, 2015)
Jenis: Bakteri gram positif Bentuk: coccus ( bulat) Warna: ungu Perbesa ran: 100x
Pewarnaan gram 10-1
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 Sam pel
Bah an
Kuny it Bubu k (11B)
NA
Pengence ran 10-4 10-5 183 145
SPC
Gambar
816, 15 x 104
Keterang an
NA 10-4
NA 10-5
PDA
94
31
31 x 105
PDA 10-4
Jenis: bakter i Bentu k: bulat Warn a: jingga (10-4) dan putih kekun ingan (10-5) Jenis: kapan Bentu k: bulat Warna : putih
PDA 10-5
PCA
(Sumber: Dokumentasi pribadi kelas B2, 2015)
Jenis: Bakteri gram negatif Bentuk : basil (batang ) Warna: merah Perbesa ran: 100x
Pewarnaan gram 10-1
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 4.2
Pembahasan
Praktikum yang dilakukan kali ini mengenai pemeliharaan kultur mikroorganisme. Pemeliharaan kultur mikroorganisme ini dilakukan dengan kondisi media atau alat yang steril. Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan teknik-teknik dalam pembiakan mikroorganisme yang disebut dengan teknik inokulasi biakan (Dwidjoseputro, 1998). Menurut Sukarminah dkk (2012), metode cawan merupakan cara yang sangat sensitif. Metode cawan dilakukan agar sel mikroorganisme yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar sehingga berkembang biak dan membentuk koloni. Metoda cawan terdiri dari metode permukaan dan metode tuang. Metode ini berdasarkan prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004). Praktikum kali ini menggunakan beberapa sampel yaitu air mineral, cendol, roti, tepung beras, jahe bubuk, dan kunyit bubuk. Media yang digunakan pada praktikum ini adalah NA ( Nutrient Agar ), PCA ( Plate Count Agar ) dan PDA ( Potato Dextrose Agar ). Tahap pertama yang dilakukan dalam praktikum adalah isolasi mikroorganisme (bakteri, kapang dan khamir) dari sampel dan pengenceran. Isolasi bakteri, kapang dan khamir yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan metode tuang dan metode gores. 4.2.1
Isolasi bakteri, kapang dan khamir
Hal pertama yang dilakukan untuk mengisolasi bakteri, kapang dan khamir yaitu melakukan pengenceran dari tiap sampel. Metode pengenceran dilakukan untuk mempermudah melakukan perhitungan terhadap jumlah mikroorganisme dan memperkecil atau mengurangi jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam suspensi atau sampel sehingga didapatkan suatu kultur yang benar-benar murni. Menurut Prasetyo (2009), semakin tinggi tingkat pengenceran yang dilakukan, semakin besar peluang untuk mendapatkan satu sel mikroorganisme. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 Larutan pengencer yang digunakan dalam praktikum ini adalah NaCl fisiologi 0,85%, dan pengenceran dilakukan sampai konsentrasi 10 -5. Larutan NaCl fisiologi 0,85% tersebut dimasukkan ke dalam lima tabung reaksi steril berbeda dengan menggunakan pipet volume masing-masing sebanyak 9 ml. Sebelum pengenceran, sampel terlebih dahulu ditimbang dengan perbandingan 1:1 (1 gram sampel untuk 1 ml larutan pengencer) menggunakan neraca analitik. Sampel non rempah (air mineral, cendol, roti, dan tepung beras) yang telah ditimbang dapat langsung dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama (konsentrasi 10-1) yang sudah berisi larutan pengencer, sedangkan untuk sampel berupa rempah, yaitu jahe dan kunyit bubuk, harus dilarutkan dengan akuades terlebih dahulu kemudian dipanaskan dalam waterbath sekitar 5 menit. Tujuan pemanasan tersebut adalah untuk mematikan sel vegetatif (antimikroba) yang terdapat dalam rempah secara alami sehingga nantinya tidak mengganggu pemeliharaan kultur. Setelah sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi pengenceran 10 -1 dan dikocok, larutan pengenceran 10 -1 tersebut diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet volume dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pengenceran 10 -2. Selanjutnya dilakukan pengerjaan yang sama, 1 ml larutan pengencer 10 -2 diambil menggunakan pipet volume dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pengenceran 10-3 dan begitu juga seterusnya pada pengenceran 10 -4 dan pengenceran 10 -5. Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengenceran yaitu penggunaan pipet volume yang harus diganti setiap ingin memindahkan larutan dari larutan satu ke larutan yang lainnya. Hal tersebut dilakukan agar konsentrasi yang didapat tepat dan tidak terkontaminasi oleh larutan sebelumnya karena hasilnya akan berbeda. Hasil dari pengenceran tersebut digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme di media agar. Media agar yang digunakan yaitu PCA ( Plate Count Agar ) dengan metode gores langsung, serta NA ( Nutrient Agar ) dan PDA ( Potato Dextrose Agar ) yang dilakukan dengan metode tuang. Menurut Lay (1994), mikroorganisme yang akan diisolasi dapat berupa biakan murni atau campuran. Bila biakan yang akan diidentifikasi ini tercemar, perlu dilakukan pemurnian terlebih dahulu. Lazimnya pemurnian dilakukan dengan cara menggoreskan suspensi mikroba yang akan diisolasi pada agar
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 lempengan. Setelah diperoleh koloni terpisah, dibuat pewarnaan gram dari beberapa koloni untuk melihat kemurnian biakan. Metode gores langsung dilakukan dengan cara menggoreskan suspensi secara zigzag pada media PDA yang sudah membeku menggunakan Ose yang sudah dipijarkan (disterilisasi) terlebih dahulu. Suspensi yang digunakan untuk metode gores langsung yaitu larutan pengenceran 10-1. Pada saat melakukan penggoresan, harus dilakukan dalam kondisi aseptis atau berada didekat bunsen. Saat menggoreskan sampel, media agar tidak boleh rusak atau tersobek karena akan mempengaruhi penyebaran koloni yang tumbuh dan akan sulit diamati. Setelah digoreskan, cawan petri dibungkus dan diinkubasi selama 2 hari, dan untuk pengamatan dilakukan pewarnaan Gram. Metode tuang dilakukan dengan memasukkan 1 ml sampel pengenceran 10-4 dan 10-5 masing-masing ke dalam dua cawan petri steril. Kemudian setiap cawan petri dimasukkan media NA ( Nutrient Agar ) dan PDA ( Potato Dextrose Agar ) cair secukupnya, tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak karena akan memengaruhi hasil akhir. Setelah itu cawan perti tersebut digerakkan membentuk angka delapan agar media dan sampel tercampur, lalu dibiarkan sampai beku atau padat, cawan petri diinkubasi dengan suhu 30°C selama 2 hari dalam posisi terbalik. Hasil pengamatan dari sampel air mineral yaitu pada media NA terdapat 8 koloni bakteri dengan pengenceran 10 -4 dan berjumlah 15 koloni pada pengenceran 10-5, pada media PDA 6 koloni kapang pada pengenceran 10 -4 dan 48 koloni pada pengenceran 10 -5 . Hasil menunjukkan bahwa jumlah koloni terus bertambah dari pengenceran 10-4 ke pengenceran 10 -5 hal ini berarti adanya kontaminasi
pada
saat
pengenceran
karena
seharusnya
semakin
besar
pengenceran, semakin sedikit koloni yang tumbuh. Kemungkinan bakteri yang tumbuh pada sampel air mineral tersebut adalah bakteri golongan koliform fekal ( Escherichia coli), Clostridium perfringens atau golongan Streptococcus fekal. Menurut Fardiaz (1992), uji bakteri indikator yang paling umum dilakukan pada air adalah uji koliform yang kemudian dilanjutkan dengan uji koliform fekal untuk menguji adanya kontaminasi kotoran. Dilihat dari hasil pewarnaan Gram pada kultur di media PCA, bakteri yang tumbuh adalah bakteri gram positif dan
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 berbentuk bulat atau kokus, hal tersebut berarti kemungkinan bakteri tersebut adalah bakteri Clostridium perfringens. Clostridium perfringens merupakan bakteri berbentuk batang, gram positif dan bersifat anaerob obligat sampai aerotoleran, serta bersifat patogen dan dapat menyebabkan keracunan (Muliawan, 2007). Sampel cendol menghasilkan jumlah koloni bakteri pada media NA yaitu berjumlah 5 koloni pada pengenceran 10 -4
dan berjumlah 33 koloni pada
pengenceran 10-5. Koloni kapang pada media PDA berjumlah 17 koloni pada pengenceran 10-4
dan berjumlah 2 koloni pada pengenceran 10 -5 . Hasil
menunjukkan jumlah koloni bakteri pada media NA terus bertambah dari pengenceran 10-4 ke pengenceran 10-5 ini menunjukkan bahwa adanya kontaminasi pada saat pengenceran serta dipengaruhi oleh keadaan media NA yang tidak membeku. Jumlah koloni kapang pada media PDA semakin berkurang seiring dengan pengenceran yang semakin besar menunjukkan bahwa tidak adanya
kontaminasi
pada
pengenceran.
Hasil
pengamatan
menggunakan
mikroskop terhadap koloni dari media PCA didapatkan bahwa bakteri yang tumbuh pada media PCA adalah bakteri gram negatif dan berbentuk basil, diperkirakan bakteri tersebut adalah bakteri Escherechia coli atau jenis Enterobacter . E. coli dan Enterobacter adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, bersifat gram negatif, berbentuk batang dan tidak membentuk spora (Fardiaz, 1992). Sanjaya dan Apriliana (2013) berpendapat, salah satu makanan yang dapat terkontaminasi oleh Escherichia coli adalah makanan yang proses pengolahannya menggunakan air yang sudah tercemari oleh bakteri ini. Salah satu makanan yang dapat tercemar adalah cendol. Hal ini dikarenakan proses pengolahan cendol menggunakan air untuk proses pengemasan sebelum dijual kepada konsumen. Hasil pengamatan dari sampel roti pada media NA tidak dapat diamati atau gagal karena media NA tidak membeku sehingga mikroorganisme tidak tumbuh dan tidak dapat dihitung. Media NA tidak membeku karena media yang dituangkan terlalu sedikit. Media PDA pada sampel roti ditumbuhi khamir tetapi dengan jumlah koloni kurang dari 30, yaitu pada pengenceran 10 -4 berjumlah 12 koloni dan berjumlah 19 koloni pada pengenceran 10 -5. Hal ini berarti
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Media PCA ditumbuhi bakteri gram negatif (merah) dan berbentuk basil. Bakteri yang tumbuh pada medium PCA diperkirakan merupakan famili Enterobacteriaceae, yang merupakan kelompok bakteri gram negatif berbentuk batang. Famili Enterobacteriaceae terdiri dari banyak jenis bakteri, seperti E. coli, Salmonella sp, dll. Sampel tepung beras menghasilkan jumlah koloni bakteri pada media NA yaitu berjumlah 1 koloni pada pengenceran 10 -4 dan berjumlah 2 koloni pada pengenceran 10-5, hal tersebut menunjukkan pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi atau terkontaminasi sehingga perhitungan SPC diambil pengenceran yang terendah. Media PDA untuk sampel tepung beras tidak ditumbuhi bakteri, kapang maupun khamir yang berarti sampel tepung beras tersebut bersih dari kontaminasi mikroorganisme terutama dari jenis kapang dan khamir yang biasanya tumbuh pada media PDA. Hasil pengamatan mikroskop pada kultur dari media PCA terdapat bakteri gram negatif berbentuk bulat atau kokus. Diperkirakan bakteri tersebut adalah jenis Pseudomonas karena bakteri ini berbentuk bulat dan merupakan bakteri gram negatif, sedangkan menurut Fardiaz (1992), bakteri amilolitik yang biasa tumbuh pada tepung beras adalah Bacillus subtilis dan Clostridium butyricum. Jadi, dapat dikatakan bahwa sampel tepung beras terkontaminasi oleh bakteri lain. Sampel jahe bubuk menghasilkan jumlah koloni bakteri pada media NA tidak bisa untuk dihitung (TBUD) pada pengenceran 10 -4 karena jumlah koloni yang terlalu banyak dan berjumlah 528 pada pengenceran 10 -5 . Media PDA pada sampel jahe ditumbuhi kapang tetapi dengan jumlah koloni pada pengenceran 10 -4 berjumlah 64 koloni dan berjumlah 200 koloni pada pengenceran 10 -5. Hasil menunjukkan jumlah koloni bakteri pada media NA terus berkurang dari pengenceran 10-4 ke pengenceran 10-5 ini menunjukkan bahwa tidak adanya kontaminasi pada saat pengenceran tetapi pada medium PDA terjadi penambahan jumlah bakteri yang menunjukkan terjadi kontaminasi. Bakteri yang tumbuh kemungkinan adalah jenis bakteri Staphylococcus atau Streptococcus karena berbentuk bulat, gram positif (Fardiaz, 1992). Hasil pengamatan pada sampel kunyit bubuk yaitu terdapat koloni bakteri pada media NA berjumlah 183 koloni pada pengenceran 10 -4 dan berjumlah 145
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 koloni pada pengenceran 10 -5. Media PDA pada sampel kunyit bubuk ditumbuhi kapang dengan jumlah 94 koloni pada pengenceran 10 -4 dan berjumlah 31 koloni pada pengenceran 10-5. Kedua hasil dari media NA dan PDA menunjukkan jumlah koloni bakteri terus berkurang dari pengenceran 10 -4 ke pengenceran 10 -5, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya kontaminasi pada saat pengenceran. Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan mikroskop, bakteri yang tumbuh pada media PCA berbentuk basil dan gram negatif. Diperkirakan bakteri tersebut adalah famili Enterobacteriaceae , merupakan kelompok gram negatif berbentuk batang (Fardiaz, 1992). 4.2.2
Pemeliharaan kultur cair dan padat
Tahap berikutnya yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah pemeliharaan kultur. Terdapat dua pemeliharaan kultur yang dilakukan yaitu pemeliharaan kultur padat dan kultur cair. Keduanya dilakukan menggunakan media dan metode yang berbeda. Menurut Sacher dan McPherson (2002), medium agar dalam tabung diinokulasikan dengan mengoles spesimen ke permukaan agar yang miring atau menusukkan inokulum ke dalam agar itu sendiri. Medium biakan cair dalam tabung atau botol diinokulasikan dengan memasukkan langsung spesimen ke dalam kaldu. Media yang digunakan untuk pemeliharaan kultur padat yaitu media NA ( Nutrient Agar ), sedangkan untuk pemeliharaan kultur cair digunakan media LB ( Lactose Broth). Pemeliharaan kultur padat menggunakan media NA dilakukan menggunakan dua metode, yaitu agar tegak dan agar miring. Agar tegak dibuat dengan menuangkan media NA sekitar ½ tabung reaksi dan agar dibekukan dengan posisi tegak, sementara untuk agar miring, media NA dituangkan kira-kira ¼ tabung reaksi lalu agar dibekukan dengan posisi miring. Cara menanamkan kultur pada agar tegak yaitu dengan menusukkan Ose tegak yang sudah terdapat suspensi bakteri Streptococcus pada ujungnya, di tengah-tengah media. Suspen bakteri Streptococcus ditanam pada agar miring menggunakan Ose loop dengan cara menggoreskan ( streak ) secara zigzag di permukaan agar. Diharapkan nantinya pada agar tegak akan tumbuh bakteri anaerob karena di tengah media hanya terdapat sedikit udara, sedangkan pada agar miring diharapkan tumbuh bakteri aerob karena suspen bakteri dioleskan di permukaan agar yang terdapat
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 banyak udara. Hanya saja, jika kultur terlihat adanya endapan pada bagian dasar tabung, hal ini menunjukkan pertumbuhannya terjadi di bagian dasar tabung. Di bagian dasar tabung kandungan oksigennya rendah berbeda dengan di bagian permukaan, oleh karena itu, dapat dikelompokkan dalam mikroorganisme anaerob. Begitu juga sebaliknya, jika ternyata kultur tumbuh di permukaan berarti dapat dikatakan bahwa bakteri yang tumbuh adalah bakteri aerob. Media yang digunakan untuk pemeliharaan kultur cair adalah Lactose Broth. Lactose Broth biasa digunakan untuk menumbuhkan bakteri asam laktat seperti Streptococcus karena media ini cukup banyak mengandung laktosa. Pertumbuhan mikroorganisme pada media LB adalah berupa kekeruhan berupa cincin atau pelikel atau membran, dll. Penyimpanan kultur cair ini harus hati-hati, tidak boleh terkocok agar kekeruhan yang terbentuk tidak hilang. Tabel 2. Hasil Pengamatan Pemeliharaan Kultur Cair dan Padat No. Metode Gambar Hasil pengamatan 1. Agar tegak -Bentuk: filiform -Warna: putih
2.
Agar Miring
-Bentuk: ekinulat -Warna: putih keruh
3.
Kultur cair (LB)
-Bentuk: flokulen -Kekeruhan: putih keruh
(Sumber: Dokumentasi pribadi kelas B2, 2015)
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 Hasil pengamatan dari pemeliharaan kultur padat, yaitu untuk agar tegak bentuknya adalah filiform dan berwarna putih, sedangkan untuk agar miring bentuknya adalah ekinulat berwarna putih keruh. Selain itu, hasil pengamatan pada media cair terbentuk kekeruhan. Menurut literatur, bakteri motil dapat bergerak sehingga pertumbuhannya terlihat sebagai kekeruhan. Sebaliknya bakteri non motil tidak dapat bergerak, menumpuk di bagian dasar dan membentuk sedimen (Lay, 1994). Kekeruhan yang terbentuk yaitu berbentuk flokulen yang berupa seperti bintik-bintik putih dan berwarna putih keruh. Cappucino & Sherman (1983) menyatakan, bila pada media cair yang diberi mikroba terdapat bintik-bintik putih serta terjadi kekeruhan, berarti bentuk permukaannya adalah flokulen.
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:
Hasil pengamatan dari mayoritas sampel yang digunakan memiliki jumlah koloni mikroorganisme lebih banyak pada pengenceran yang lebih besar dikarenakan adanya kontaminasi.
Sampel yang memiliki jumlah koloni besar atau sangat besar berarti pengenceran terlalu rendah, sedangkan sampel yang memiliki jumlah koloni sedikit atau sangat sedikit berarti pengenceran terlalu tinggi.
Media agar yang tidak membeku dapat mengganggu pertumbuhan pengamatan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang pertumbuhannya terdapat pada bagian dalam atau dasar
tabung
mikroorganisme
merupakan yang
mikroorganime
pertumbuhannya
pada
anaerob,
sedangkan
bagian
permukaan
merupakan mikroorganisme aerob.
5.2
Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan kali ini adalah sebaiknya pada saat praktikum harus lebih diperhatikan dalam melakukan prosedur harus dalam suasana aseptik agar medium atau sampel tidak terkontaminasi dan tidak mempengaruhi hasil pengamatan. Pemberian media juga harus diperhatikan tidak boleh terlalu sedikit karena media tidak akan membeku sehingga sulit dilakukan pengamatan.
Syifa Noorazizah Husein 240210140109 DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 2004. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta Cappuccino, J. G. dan N. Sherman. 1983. Microbiology A Laboratory Manual . Addison-Wesley Publishing Company, New York. Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Malang. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakarta. Lay, Bibiana W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Muliawan, Sylvia Y. 2007. Bakteri Anaerob yang Erat Kaitannya dengan Problem di Klinik. EGC, Jakarta. Prasetyo, A. 2009. Metode Analisi Biologi Tanah. Satker Balai Penelitian Tanah, Bogor. Sacher dan McPherson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC, Jakarta. Sanjaya dan Apriliana. 2013. Deteksi Escherichia coli pada Jajanan Cendol yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung. Jurnal Kedokteran UNILA: 12. Sukarminah, E, Sumanti, A.M. dan I. Hanidah. 2012. Mikrobiologi Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor.