LAPORAN PENDAHULUAN EPILEPSI
A. Peng Penger erti tian an Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Tarwoto, 2!". Epilepsi Epilepsi adalah gangguan gangguan kronik kronik otak dengan #iri timbulnya timbulnya gejala$gejala gejala$gejala yang datang dalam serangan$serangan, berulang$ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel$sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2". Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai ma#am etiologi dengan #iri$#ir #iri$#irii timbul timbulnya nya seranga serangan n paroks paroksism ismal al dan berkal berkalaa akibat akibat lepas lepas muatan muatan listrik listrik neuron neuron$neu $neuron ron otak otak se#ara se#ara berleb berlebiha ihan n dengan dengan berbag berbagai ai manifes manifestas tasii klinik klinik dan laboratorik (anonim, 2%". &. Etio tiologi Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui ('diopatik" ering terjadi pada) *. Traum Traumaa lahir, lahir, Asphy Asphy+ia +ia neona neonator torum um 2. edera edera -epal -epala, a, 'nfe 'nfeksi ksi sistem sistem syaraf syaraf . -era#u -era#unan nan /, /, intok intoksika sikasi si obat0a obat0alko lkohol hol 1. emam, emam, ganguan ganguan metabolik metabolik (hipog (hipoglikemia likemia,, hipokalsem hipokalsemia, ia, hiponatrem hiponatremia" ia" 3. Tumor /tak 4. -ela -elain inan an pem pembu bulu luh h dara darah h 5aktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah epilepsi idopatik, remote symptomati# epilepsy (6E", epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi pada anak$anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri$ atau antenatal. alam klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan 6E. ari kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda,
masing$masing
dengan
prognosis
yang
baik
dan
yang
buruk.
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada T s#an atau magneti# resonan#e imaging (76'" maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurol neurologi ogik k yang yang jelas. jelas. ement ementara ara itu, itu, dipand dipandang ang dari dari kemung kemungkin kinan an terjadi terjadiny nyaa bangkitan ulang pas#a$awitan, definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai berikut) Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu *2 bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit neurologik
terjadi pada saat pas#alahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah !38 pada *2 bulan pertama dan %38 dalam 4 bulan pertama. -e#uali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 18 dalam *2 bulan pertama dan 4 bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. e#ara keseluruhan resiko untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. ebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam waktu 4 bulan pertama. Epilepsi dapat dibagi dalam tiga golongan utama antara lain) a. Epilepsi 9rand 7al Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron diseluruh area otak$di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. -ejang grand mal berlangsung selama atau 1 menit. b. Epilepsi Petit 7al Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan kesadaran selama sampai detik, di mana selama waktu serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twit#h$ like",biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata. #. Epilepsi 5okal Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regio setempat pada korteks serebri atau struktur$struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik setempat atau adanya kelainan fungsional. . PAT/5''/:/9'. 7enurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal dari sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan se#ara berlebihan dan hypersinkron. -elompok sel neuron yang abnormal ini, yang disebut juga sebagai fokus epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik yang umum maupun yang fokal (parsial". :epas muatan listrik ini kemudian dapat menyebar melalui jalur$ jalur fisiologis$anatomis dan melibatkan daerah disekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak. Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat men#etuskan bangkitan epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. el neuron diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu men#etuskan bangkitan epilepsi. ampai saat ini belum terungkap dengan pasti mekanisme apa yang men#etuskan sel$sel neuron untuk melepas muatan se#ara sinkron dan berlebihan (mekanisme terjadinya epilepsi". e#ara Patologi fenomena biokimia sel saraf yang menandai epilepsi )
*. -etidakstabilan membran sel saraf. 2. ;euron hypersensitif dengan ambang menurun. . Polarisasi abnormal. 1. -etidakseimbangan ion. . Pathways
E. 7anifestasi klinik *. 9ejala kejang yang spesifik akan tergantung pada ma#am kejangnya.
*. -ejang Parsial a. Parsial ederhana 9ejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran. 7isal) hanya satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus atau somatosensorik seperti) mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak umum0tdk nyaman b. Parsial -ompleks engan gejala kompleks, umumnya dengan ganguan kesadaran. engan gejala kognitif, afektif, psiko sensori, psikomotor. 7isalnya) individu terdiam tidak bergerak atau bergerak se#ara automatik, tetapi individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat 2. -ejang =mum (grandmal" 7elibatkan kedua hemisfer otak yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi Terjadi kekauan intens pada seluruh tubuh (tonik" yang diikuti dengan kejang yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot (-lonik" isertai dengan penurunan kesadaran, kejang umum terdiri dari) a. -ejang Tonik$-lonik b. -ejang Tonik ) keadaan kontinyu #. -ejang -lonik ) -ontraksi otot mengejang d. -ejang Atonik ) Tidak adanya tegangan otot e. -ejang 7yoklonik ) kejang otot yang klonik f. pasme kelumpuhan g. Tidak ada kejang h. -ejang Tidak iklasifikasikan0 digolongkan karena datanya tidak lengkap. 9. Pemeriksaan iagnostik *. Pungsi :umbal Pungsi lumbal adalah pemeriksaan #airan serebrospinal (#airan yang ada di otak dan kanal tulang belakang" untuk meneliti ke#urigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi. a. 7emiliki tanda peradangan selaput otak (#ontoh ) kaku leher" b. 7engalami #omple+ partial sei>ure #. -unjungan ke dokter dalam 1% jam sebelumnya (sudah sakit dalam 1% jam sebelumnya" d. -ejang saat tiba di '9 (instalasi gawat darurat" e. -eadaan post$i#tal (pas#a kejang" yang berkelanjutan. 7engantuk hingga sekitar * jam setelah kejang demam adalah normal. f. -ejang pertama setelah usia tahun Pada anak dengan usia ? *% bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan ke#urigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.
2. EE9 (ele#troen#ephalogram" EE9 adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan" neurologis. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EE9 yang dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan datang. @alaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi. . Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnsium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk men#ari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin. 1. ;euroimaging ang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah T$s#an dan 76' kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya. B. Pen#egahan =paya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pen#egahan epilepsi. 6esiko epilepsi mun#ul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi yang digunakan sepanjang kehamilan. edera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat di#egah. 7elalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pen#egahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pen#egahan epilepsi akibat #edera kepala. 'bu$ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat$obatan, diabetes, atau hipertensi" harus di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau #edera akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan. Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program pen#egahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat$obat anti konvulsan se#ara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari ren#ana pen#egahan ini.
'.
Pengobatan Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (#omplian#e" seta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll. Penyembuhan akan terjadi pada $18 anak dengan epilepsi. :ama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2$th sudah #ukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 3th. Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan se#ara bertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek sama sekali. Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap ke#erdasannya.
penyakit
epilepsi,
atau
mengatasi bahkan
kejang pada anak, keterbalakangan
ada
mental.
-eterbelakangan mental di kemudian hari. -ondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya. <. -/7P:'-A' *. -erusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang yang berulang 2. apat timbul depresi dan keadaan #emas ( Eli>abeth, 2* ) *!1 "
ASUHAN KEPERAWATAN
*. Pengkajian a. &iodata ) ;ama ,umur, seks, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan penanggungjawabnya. =sia) Penyakit epilepsi dapat menyerang segala umur Pekerjaan) eseorang dengan pekerjaan yang sering kali menimbulkan stress dapat memi#u terjadinya epilepsi. -ebiasaan yang mempengaruhi) peminum al#ohol (al#oholi#" b. -eluhan utama) =ntuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasanya ketempat pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami penurunan kesadaran se#ara tiba$tiba disertai mulut berbuih. -adang$kadang klien 0 keluarga mengeluh anaknya prestasinya tidak baik dan sering tidak men#atat. -lien atau keluarga mengeluh anaknya atau anggota keluarganya sering berhenti mendadak bila diajak bi#ara. #. 6iwayat penyakit sekarang) kejang, terjadi aura, dan tidak sadarkan diri. d. 6iwayat penyakit dahulu)
$
Trauma lahir, Asphy+ia neonatorum
$
edera -epala, 'nfeksi sistem syaraf
$
9anguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia"
$
Tumor /tak
$
-elainan pembuluh darah
$
demam,
$
stroke
$
gangguan tidur
$
penggunaan obat
$
hiperventilasi
$
stress emosional
e. 6iwayat penyakit keluarga) Pandangan yang mengatakan penyakit ayan merupakan penyakit keturunan memang tidak semuanya keliru, sebab terdapat dugaan ter dapat 1$%8 penyandang ayan diakibatkan oleh faktor keturunan. f. 6iwayat psikososial $
'ntrapersonal ) klien merasa #emas dengan kondisi penyakit yang diderita.
$
'nterpersonal ) gangguan konsep diri dan hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit epilepsi (atau CayanD yang lebih umum di masyarakat".
g. Pemeriksaan fisik (6/" *" &* (breath") 66 biasanya meningkat (takipnea" atau dapat terjadi apnea, aspirasi 2" &2 (blood") Terjadi takikardia, #ianosis " & (brain") penurunan kesadaran 1" &1 (bladder") oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine 3" &3 (bowel") nafsu makan menurun, berat badan turun, inkontinensia alfi 4" &4 (bone") klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat menggerakkan anggota tubuh, mengeluh meriang h. Analisis ata Data
Etiologi
)
perubahan aktivitas listrik di 6esiko #edera
/)
pasien
menendang$
kejang
(kaki otak
nendang, -eseimbangan terganggu
Masalah Keperaatan
ekstrimitas
atas fleksi", gigi gerakan tidak terkontrol
geligi terkun#i, lidah menjulur ) sesak,
gangguan nervus , 'F, F
&ersihan
/)apnea, #ianosis
lidah melemah
efektif
jalan
napas
menutup saluran trakea Adanya obstruksi ) terjadi aura (mendengar Terjadi depolarisasi berlebih bunyi
yang
melengking
9angguan persepsi sensori
di &angkitan listrik di bagian otak
telinga, bau$ bauan, melihat serebrum sesuatu", halusinasi, perasaan 7enyebar ke nervus$ nervus bingung, melayang2.
7empengaruhi aktivitas organ
/) penurunan respon terhadap sensori persepsi stimulus, terjadi salah persepsi ) klien terlihat rendah diri tigma masyarakat yang buruk 'solasi sosial saat berinteraksi dengan orang tentang penyakit epilepsi atau lain
DayanD
/)menarik diri
-lien merasa rendah diri 7enarik diri
)
klien
terlihat
#emas, Terjadi kejang epilepsi
gelisah.
-urang
pengetahuan
Ansietas tentang
/) takikardi, frekuensi napas kondisi penyakit #epat atau tidak teratur
&ingung
) pasien mengeluh sesak
Terjadi bangkitan listrik di otak -etidakefektifan pola napas
/) 66 meningkat dan tidak 7enyebar ke daerah medula teratur,
oblongata 7engganggu pusat respiratori 7empengaruhi pola napas
) klien merasa lemas, klien terjadi bangkitan listrik di otak 'ntoleransi aktivitas mengeluh
#epat
lelah
saat menyebar ke 7/
melakukan aktivitas
mengganggu
/)takikardi, takipnea,
kardiovaskular
pusat
takikardia / menurun uplai darah (/2" ke jaringan
tidak
menurun metabolisme
aerob
menjadi
anaerob ATP dari % menjadi 2 kelelahan intoleransi aktifitas )
pasien
menunjukkan
/ menurun
6esiko
penurunan
perfusi
kelelahan, diam, tidak banyak uplai darah ke otak berkurang serebral bergerak /)
'skemia jaringan serebral (/2
penurunan
kesadaran, tidak adekuat"
penurunan kemampuan persepsi sensori, tidak ada reflek !" Diagnosa Keperaatan
*" 6esiko
#edera
b.d
aktivitas
kejang
yang
tidak
terkontrol
(gangguan
keseimbangan". 2" -etidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva " 'solasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk penyakit epilepsi dalam masyarakat 1" -etidakefektifan pola napas b.d dispnea dan apnea 3" 'ntoleransi aktivitas b.d penurunan kardia# output, takikardia 4" 9angguan persepsi sensori b.d gangguan pada nervus organ sensori persepsi !" Ansietas b.d kurang pengetahuan mengenai penyakit %" 6esiko penurunan perfusi serebral b.d penurunan suplai oksigen ke otak #" Inter$ensi %an rasional
*" 6esiko
#edera
b.d
aktivitas
kejang
yang
tidak
terkontrol
(gangguan
keseimbangan". Tujuan ) -lien dapat mengidentifikasi faktor presipitasi serangan dan dapat meminimalkan0menghindarinya, men#iptakan keadaan yang aman untuk klien, menghindari adanya #edera fisik, menghindari jatuh -riteria hasil ) tidak terjadi #edera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak ada memar, tidak jatuh Inter$ensi
Rasional
O&ser$asi'
'dentivikasi fa#tor lingkungan yang
&arang$
memungkinkan
membahayakan saat terjadi kejang
resiko
terjadinya
#edera Pantau status neurologis setiap % jam
barang
7engidentifikasi
di
sekitar
pasien
perkembangan
dapat
atau
penyimpangan hasil yang diharapkan Man%iri
7engurangi terjadinya #edera seperti akibat
mengakibatkan terjadinya #edera pada
aktivitas kejang yang tidak terkontrol
pasien saat terjadi kejang Pasang penghalang tempat pasien :etakkan pasien
tidur Penjagaan untuk keamanan, untuk men#egah yang
#idera atau jatuh Area yang rendah dan datar dapat men#egah
rendah dan datar Tinggal bersama pasien dalam waktu
terjadinya #edera pada pasien 7emberi penjagaan untuk keamanan pasien untuk
di tempat
beberapa lama setelah kejang 7enyiapkan kain lunak
kemungkinan terjadi kejang kembali untuk :idah berpotensi tergigit saat kejang karena
men#egah terjadinya tergigitnya lidah menjulur keluar saat terjadi kejang Tanyakan pasien bila ada perasaan =ntuk mengidentifikasi manifestasi awal sebelum yang
tidak
biasa
yang
dialami
terjadinya kejang pada pasien
beberapa saat sebelum kejang Kola&orasi' &erikan obat anti konvulsan sesuai advi#e dokter
7engurangi
aktivitas
kejang
yang
berkepanjangan, yang dapat mengurangi suplai oksigen ke otak
E%(kasi)
Anjurkan pasien untuk memberi tahu
ebagai informasi pada perawat untuk segera
jika merasa ada sesuatu yang tidak melakukan tindakan sebelum terjadinya kejang nyaman, atau mengalami sesuatu yang berkelanjutan tidak
biasa
sebagai
terjadinya kejang. &erikan informasi
pada
permulaan keluarga
tentang tindakan yang harus dilakukan selama pasien kejang
7elibatkan keluarga untuk mengurangi resiko #edera
2" -etidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva Tujuan ) jalan nafas menjadi efektif -riteria hasil ) nafas normal (*4$2 kali0 menit", tidak terjadi aspirasi, tidak ada dispnea Inter$ensi Man%iri
Rasional
Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut
menurunkan resiko aspirasi atau masuknya
dari benda 0 >at tertentu 0 gigi palsu atau alat
sesuatu benda asing ke faring.
yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal. :etakkan pasien dalam
posisi miring,
permukaan datar
meningkatkan
aliran
(drainase"
sekret,
men#egah lidah jatuh dan menyumbat jalan
Tanggalkan pakaian pada daerah leher 0
nafas untuk
dada dan abdomen
ekspansi dada
7elakukan su#tion sesuai indikasi
7engeluarkan
memfasilitasi
usaha
mukus
bernafas
yang
0
berlebih,
menurunkan resiko aspirasi atau asfiksia.
Kola&orasi
7embantu memenuhi kebutuhan oksigen
&erikan oksigen sesuai program terapi
agar
tetap
adekuat,
hipoksia
serebral
sirkulasi
yang
dapat
sebagai
menurun
menurunkan akibat atau
dari
oksigen
sekunder terhadap spasme vaskuler selama serangan kejang.
" 'solasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk penyakit epilepsi dalam masyarakat Tujuan) mengurangi rendah diri pasien -riteria hasil) $
adanya interaksi pasien dengan lingkungan sekitar
$
menunjukkan adanya partisipasi pasien dalam lingkungan masyarakat
Inter$ensi O&ser$asi'
Rasional
'dentifikasi dengan pasien, fa#tor$ fa#tor 7emberi informasi pada perawat tentang yang berpengaruh pada perasaan isolasi fa#tor yang menyebabkan isolasi sosial pasien sosial pasien Man%iri 7emberikan dukungan psikologis dan
ukungan psikologis dan motivasi dapat
motivasi pada pasien Kola&orasi'
membuat pasien lebih per#aya diri
-olaborasi dengan tim psikiater
-onseling
6ujuk
pasien0
orang
terdekat
kelompok penyokong, seperti
dapat
membantu
mengatasi
perasaan terhadap kesadaran diri sendiri. pada 7emberikan kesempatan untuk mendapatkan
yayasan
epilepsi dan sebagainya.
informasi, dukungan ide$ide untuk mengatasi masalah
dari
orang
lain
yang
telah
mempunyai pengalaman yang sama. E%(kasi)
Anjurkan
keluarga
untuk
memberi
motivasi kepada pasien
-eluarga sebagai orang terdekat pasien, sangat mempunyai pengaruh besar dalam keadaan psikologis pasien
7emberi informasi pada keluarga dan teman
dekat
pasien
epilepsi tidak menular
bahwa
7enghilangkan
stigma
buruk
terhadap
penyakit penderita epilepsi (bahwa penyakit epilepsi dapat menular".
1" -etidakefektifan pola napas b.d dispnea dan apnea Tujuan ) sesak napas berkurang -riteria Basil) &ebas sianosis dan tanda0 gejala hipoksia 'ntervensi ) *. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik, #atat perubahan tekanan udara. 60 -esulitan bernafas dengan ventilator atau peningkatan tekanan jalan nafas diduga terjadi komplikasi. 2. Auskultasi bunyi nafas 60 Area atelektasis tak ada bunyi nafas dan sebagian area kolaps menurun bunyinya. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pertukaran gas dan memberi data evaluasi perbaikan pneumothoraks. . -aji pasien adanya area nyeri, nyeri tekan bila batuk.
60 okongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif atau mengurangi trauma. 1. Evaluasi fungsi pernapasan, #atat ke#epatan0 pernapasan sesak, dispnea, terjadinya sianosis, perubahan tanda vital. 60 istres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia 0 perdarahan. 3. atat pengembangan dada dan posisi trakea 60 Pengembangan dada sama dengan ekspansi paru. eviasi trakea dari area sisi yang sakit pada tension pneumotoraks. 4. &ila dipasang selang dada pada pasien, evaluasi ketidaknormalan atau kontinuitas gelembung botol penampung. 60 Tak adanya gelembung udara dapat menunjukkan ekspansi paru lengkap (normal" atau tidak adanya komplikasi. -olaborasi a. -aji hasil foto thoraks 60 7engidentifikasi kesalahan posisi selang endotrakeal, mempengaruhi inflamasi paru. b. Awasi hasil 9as arah 60 7engkaji status pertukaran gas dan ventilasi #. &erikan oksigen tambahan sesuai indikasi. 60 =ntuk menurunkan kerja nafas dan menghilangkan distres respirasi dan sianosis 3" 'ntoleransi aktivitas b.d penurunan kardia# output, takikardia T(j(an ' Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di 6. Kriteria Hasil ' $ klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien $ frekuensi jantung 4$* +0 menit $ T *2$% mmBg Inter$ensi '
*. atat frekuensi jantung, irama, dan perubahan T selama dan sesudah aktifitas 2. Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur " . &atasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat. 1.
)" E$al(asi
a. Pasien tidak mengalami #edera, tidak jatuh, tidak ada memar b. Tidak ada obstruksi lidah, pasien tidak mengalami apnea dan aspirasi #. Pasien dapat berinteraksi kembali dengan lingkungan sekitar, pasien tidak menarik diri (minder" d. Pola napas normal, TT dalam batas normal e. Pasien toleran dengan aktifitasnya, pasien dapat melakukan aktifitas sehari$ hari se#ara normal f.
/rgan sensori dapat menerima stimulus dan menginterpretasikan dengan normal
g. Ansietas pasien dan keluarga berkurang, pasien tampak tenang h. tatus kesadaran pasien membaik
DA*TAR PUSTAKA
arpenito, :ynda er. 2*, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi % ol . E9,