PRESENTASI KASUS EPILEPSI SEKUNDER
Oleh Cindy Feliciana 112016284
Pembimbing Dr. Hardhi Pranata, Sp.S, MARS
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN NEUROLOGI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA PERIODE 12 Maret – 14 14 April 2018
BAB I STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. E
Usia
: 61 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Kristen Protestan
Status Pernikahan
: Menikah
Suku Bangsa
: Sulawesi Tengah
Tanggal Masuk
: 23 Maret 2018
Tanggal Periksa
: 23 Maret 2018
No. RM
: 814551
II. ANAMNESA
Autoanamnesa dan Alloanamnesa pada tanggal 23 Maret 2018 pukul 12.00 WIB di Poliklinik Departemen Saraf RSPAD Gatot Subroto.
KELUHAN UTAMA
Tremor tangan dan kaki kiri berulang KELUHAN TAMBAHAN
Tidak ada
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke poliklinik saraf RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan tremor tangan dan kaki kiri berulang. Pasien kontrol untuk memberikan hasil EEG pada tanggal 19 Maret 2018. Keluhan tremor tangan dan kaki kiri datang tiba-tiba sejak tahun 2014 dan berulang durasi tremor kurang dari 1 menit. Riwayat kejang terakhir pada tanggal 3 Maret 2018 tangan dan kaki kaki kiri kaku lamanya kurang lebih 30 detik. Pasien sadar setelah kejang. Pasien tidak melihat cahaya atau mendengar suara sesaat sebelum kejang. Pasien juga mengeluh penglihatannya menurun.
1
Pasien memiliki penyakit Tumor otak sejak tahun 2015 dan gagal dioperasi karena gula darah yang tinggi. Pasien juga memiliki riwayat Stroke tahun 2011 dan telah sembuh sempurna. Trauma kepala, demam, mual muntah, sakit kepala tidak ada dan sesak pada ulu hati juga tidak ada. Tidak ada penurunan nafsu makan dan berat badan menurun. Nyeri pada pinggang dirasakan sejak 3 tahun yang lalu. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien hiperkolesterol,
ada dan
riwayat
diabetes
mellitus,
hiperuricemia. Pasien
hipertensi,
juga mengatakan
penyakit tidak ada
jantung, penurunan
kesadaran sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala. Pasien memiliki riwayat Tumor otak tahun 2015.
RIWAYAT PERSONAL SOSIAL
Pasien
tidak
memiliki
riwayat
minum
-
minuman
beralkohol.
Pasien
mengkonsumsi obat-obatan rutin pagi hari : valsartan 80mg, furosemide , diltiazem, kutoin, asam folat . Siang hari pasien menkonsumsi neurosanbe, kutoin dan prurinal. Pada malam hari pasien menkonsumsi atorvastatin 20 mg, plurinal, kutoin, dan clopidogrel. Pasien juga menyuntikan insulin 28 unit sebelum makan, dan lantus 10 unit setiap jam 10 malam .
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Dalam keluarga ada yang mempunyai riwayat penyakit atau dengan keluhan serupa seperti pasien. Ibu pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus. Adik pasien juga memiliki penyakit Tumor.
RIWAYAT KELAHIRAN/ PERTUMBUHAN/ PERKEMBANGAN
Pasien lahir normal cukup bulan. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan tidak terhambat, pasien sama dengan teman-teman seusianya.
2
III. PEMERIKSAAN FISIK STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: CM, E4M6V5, GCS 15
BB
: 90 kg
TB
: 160 cm
Gizi
: Obesitas 2 (IMT = 35,15)
Tanda Vital
Tekanan Darah Kanan
: 120/70 mmHg
Tekanan Darah Kiri
: 120/70 mmHg
Nadi Kanan
: 64 x/menit
Nadi Kiri
: 64 x/menit
Pernafasan
: 16 x/menit
Suhu
: 36,7ºC
Mata
: pupil bulat +/+, isokor +/+, Ǿ 2mm/2mm, reflex cahaya langsung dan tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-
Leher
:pembesaran KGB (-), JVP meningkat (-)
Jantung
: BJ I-II, regular, Gallop (-), Murmur(-)
Paru
:VBS kanan=kiri, Rhonki (-)/(-), Wheezing(-)/(-)
Hepar
: Tidak teraba membesar
Lien
: Tidak teraba membesar
Ekstemitas
: Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT
<2”
3
STATUS PSIKIATRI
Tingkah Laku
: Wajar
Perasaan Hati
: Euthym
Orientasi
: Baik
Jalan Pikiran
: Baik
Daya Ingat
: Baik
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran
:CM, E4M6V5, GCS 15
Sikap Tubuh
: Berbaring
Cara Berjalan
: Normal
Gerakan Abnormal
: Tidak ada
KEPALA
Bentuk
: Normocephali
Simetris
: Simetris
Pulsasi
: Teraba pulsasi A.Temporalis dextra dan sinistra
Nyeri tekan
: Tidak ada
LEHER
Sikap
: Normal
Gerakan
: Bebas
Vertebra
: Normal
Nyeri tekan
: Tidak ada
GEJALA RANGSANG MENINGEAL
Kanan
Kiri
Kaku kuduk
:
Tidak ada
Laseque
:
> 70
Kerniq
:
> 135
Brudzinsky I
:
Tidak ada
Brudzinsky II
:
Tidak ada
> 70
°
°
> 135
°
°
4
NERVI CRANIALIS N I. Olfaktorius
Daya Penghidu
:
Normosmia
Normosmia
Ketajaman Penglihatan
:
Baik
Baik
Pengenalan Warna
:
Baik
Baik
Lapang Pandang
:
Baik
Baik
Fundus
: Tidak dilakukan
N II. Optikus
N III. Occulomotorius/ N IV.Trochlearis /N VI. Abduscen
Ptosis
:
(-)
(-)
Strabismus
:
(-)
(-)
Nistagmus
:
(-)
(-)
Exopthalmus
:
(-)
(-)
Enopthalmus
:
(-)
(-)
Lateral
:
Baik
Baik
Medial
:
Baik
Baik
Atas Medial
:
Baik
Baik
Bawah Medial
:
Baik
Baik
Atas
:
Baik
Baik
Bawah
:
Baik
Baik
Ukuran
:
Ǿ 2 mm
Ǿ 2 mm
Bentuk
:
Bulat
Bulat
Iso/anisokor
:
Posisi
:
Sentral
Sentral
Reflek Cahaya Langsung
:
(+)
(+)
(+)
(+)
Gerakan Bola Mata
Pupil
Reflek Cahaya Tidak Langsung:
Isokor
N V. Trigeminus
Menggigit
:
Baik
Baik
Membuka Mulut
:
Baik
Baik
Sensibilitas Atas 5
Tengah
:
Baik
Baik
Bawah
:
Baik
Baik
Reflek Masseter
:
Baik
Baik
Reflek Zigomatikus
: Tidak dilakukan
Reflek Kornea
: Tidak dilakukan
Reflek Bersin
: Tidak dilakukan
N VII. Fasialis
Pasif
Kerutan kulit dahi
: Simetris kanan kiri
Kedipan mata
: Simetris kanan kiri
Lipatan nasolabial
: Simetris kanan kiri
Sudut mulut
: Simetris kanan kiri
Mengerutkan dahi
: Simetris kanan kiri
Mengerutkan alis
: Simetris kanan kiri
Menutup mata
: Simetris kanan kiri
Meringis
: Simetris kanan kiri
Menggembungkan pipi
: Simetris kanan kiri
Gerakan bersiul
: Simetris kanan kiri
Daya pengecapan lidah 2/3 depan: Tidak dilakukan
Hiperlakrimasi
: Tidak ada
Lidah kering
: Tidak ada
Aktif
N VIII. Vestibulocochlearis
Mendengar suara gesekan jari tangan:
(+)
Mendengar detik jam arloji
: Tidak dilakukan
Tes swabach
: Tidak dilakukan
Tes rinne
: Tidak dilakukan
Tes webber
: Tidak dilakukan
(+)
6
N IX. Glosopharingeus
Arcus pharynx
: Simetris
Posisi uvula
: Ditengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak diperiksa Reflek muntah
:
(+)
N X. Vagus
Denyut nadi
: Teraba pulsasi reguler, isi cukup
Arcus pharynx
: Simetris
Bersuara
: Normal
Menelan
: Baik
N XI. Accesorius
Memalingkan kepala
:
Sikap bahu
:
Mengangkat bahu
:
(+)
(+) Simetris
(+)
(+)
N XII. Hipoglosus
Menjulurkan lidah
: Tidak ada deviasi
Kekuatan lidah
: Baik
Atrofi lidah
: (-)
Artikulasi
: Jelas
Tremor lidah
: Tidak ada
SISTEM MOTORIK
Trofi
Gerakan
Kekuatan
Tonus
:
:
:
:
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
5555
5555
5555
5555
Normotonus Normotonus Rigidity
Rigidity
7
SISTEM REFLEKS
REFLEKS FISIOLOGIS Refleks Tendon:
Kanan
Kiri
Refleks Biseps
:
(+)
(+)
Refleks Triseps
:
(+)
(+)
Refleks Patella
:
(+)
(+)
Refleks Achilles
:
(+)
(+)
Refleks Periosteum
: Tidak dilakukan
Refleks Permukaan
: Tidak dilakukan
Dinding perut
:
Cremaster
: Tidak dilakukan
Spinchter Anii
: Tidak dilakukan
Refleks Patologis
Simetris
Kanan
Kiri
Hoffman Trommer
:
(-)
(-)
Babinski
:
(-)
(-)
Chaddock
:
(-)
(-)
Openheim
:
(-)
(-)
Gordon
:
(-)
(-)
Schaefer
:
(-)
(-)
Rosolimo
:
(-)
(-)
Mendel Bechterew
:
(-)
(-)
Klonus paha
:
(-)
(-)
Klonus kaki
:
(-)
(-)
Nyeri
:
(+)
(+)
Suhu
: Tidak dilakukan
Taktil
:
SISTEM SENSIBILITAS
Eksteroseptif
(+)
(+)
Proprioseptif Vibrasi
: Tidak dilakukan
Posisi
:
(+)
(+)
Tekan dalam
:
(+)
(+) 8
KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN
Tes Romberg
:+
Tes Tandem
: Baik
Tes Fukuda
: Baik
Disdiadokinesis
: (-)
Rebound phenomenon
: (-)
Dismetri
: (-)
Tes telunjuk hidung
: Baik
Tes telunjuk telunjuk
: Baik
Tes tumit lutut
: Baik
FUNGSI OTONOM
Miksi Inkontinensia
: -
Retensi
: -
Anuria
: -
Defekasi Inkontinensia
: (-)
Retensi
: (-)
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa
: Baik
Fungsi emosi
: Baik
Fungsi orientasi
: Baik
Fungsi memori
: Baik
Fungsi kognisi
: Baik
9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium klinik (Pada tanggal 2 November 2015) Jenis Pemeriksaan
Nilai Rujukan
2/11/2015
11/11/2015
Protein total
6-8.5 g/dL
8.2
Albumin
3.5 – 5.0 g/dL
5.0*
Globulin
2.5 – 3.5 g/dL
3.2
Glukosa Darah (Puasa)
70-100 mg/dL
288*
162*
Glukosa Darah (2PP)
<140 mg/dL
300*
275*
HbA1C
Normal <5.7
5.4
Kimia Klinik
Prediabetes:
5.7-
6.4%
MRI Kepala pada tanggal 13 Februari 2018
Pada pemeriksaan MRI Kepala dnegan kontras, potongan axial T1 SE, T2 TSE, T2 TIRM, DWI, potongan coronal T1 TSE, sagital T1 SE, maka tampak: Septum nasi lurus, concha nasalis kanan dan kiri normal. Sinus paranasalis dan mastoid dalam batas normal. Bulbus oculi, nn. Optici dan struktur retrobulbar normal Canalis acusticus internus, cochlea, dan N. VII se gman vestibular normal. Jaringan infra tentorial: -
Pons, kedua hemisphere cerebellum, dan ventrikel IV dalam batas normal
-
Tidak tampak adanya perubahan intensitas signal pada parenchym infra tentorial
Jaringan supra tentorial: -
Tampak lesi hipoisointens multiple yang menyangat pasca pemberian kontras di midline lobus frontal berukuran +/- 2 x 2 x 1,5 cm dan di lobus parietal kanan, disertai perifokal edema, menyempitkan ventrikel lateralis bilateral terutama kanan cornu anterior disertai midline shift minimal ke kiri sejauh +/- 0,6 cm.
-
Tampak lesi hipointens (T1), hiperintens (T2/TIRM) di kapsula interna kiri dan white matter lobus parietal kanan.
-
Sulci cerebri region lainnya tampak melebar dengan gyrii prominent
-
Ventrikel III dan IV sedikit melebar.
10
Kesan :
Massa multiple di midline lobus frontal berukuran +/- 2 x 2 x 1,5 cm dan di lobus parietal kanan , disertai perifokal edema, menyempitkan ventrikel lateralis bilateral terutama kanan cornu anterior disertai herniasi subfalcine minimal ke kiri sejauh +/0,6 cm , DD Glioma, metastasis
Infark lacunar kronik di kapsula interna kiri dan white matter lobus pariet al kanan
Atrofi cerebri
EEG pada tanggal 19 Maret 2018
Konklusi
Perekaman dilakukan dalam keadaan sadar tanpa premedikasi
Latar belakang berupa aktivitas gelombang dengan frekuensi 12-13 SPD dengan amplitude rendah – sedang
Pada buka tutup mata tak tampak perubahan
Tampak aktivitas gelombang paku pada temporal sinistra dan sentral selama 0,25 - 0,5 detik, tampak asimetris/paroxysmal
Pada photic stimulasi dan hiperventilasi tidak didapatkan perubahan yang berarti
Kesan : EEG abnormal dengan epileptiform pada temporal sinistra. 11
V. RESUME
Seorang laki-laki berusia 61 tahun, dengan keluhan tremor tangan kiri dan kaki kiri. Riwayat kejang 1 kali pada 3 Maret 2018 durasinya kurang dari 1 menit. Pasien sadar setelah kejang. Pasien tidak melihat cahaya atau mendengar suara sesaat sebelum kejang. Pasien juga mengeluh penglihatannya menurun. Pada pemeriksaan fisik neurologis dalam batas normal Pemeriksaan sensorik didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan EEG didapatkan hasil EEG abnormal dengan epileptiform pada temporal sinistra. Pada pemeriksaan radiologis MRI kepala dengan kontras: Massa multiple di midline lobus frontal berukuran +/- 2 x 2 x 1,5 cm dan di lobus parietal kanan , disertai perifokal edema, menyempitkan ventrikel lateralis bilateral terutama kanan cornu anterior disertai her niasi subfalcine minimal ke kiri sejauh +/- 0,6 cm ,Infark lacunar kronik di kapsula interna kiri dan white matter lobus parietal kanan, atrofi cerebri.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
: Bangkitan epilepsi sederhana partial tipe tonik
Diagnosis Topis
: Fokus epileptikus di lobus temporal sinistra
Diagnosis Etiologi
: Epilepsi sekunder et causa tumor otak
DD : Epilepsi tipe tonik klonik Diagnosa Sekunder
: DM tipe II
VII. PENATALAKSANAAN Medikamentosa
-
Fenitoin 3 x 1 kapsul 100 mg
-
Azetazolamid 1 x 1 tablet 250 mg
-
Insulin injeksi 28U sebelum makan
Non Medikamentosa
-
Pemeriksaan darah lengkap
-
Konsul PD toleransi operasi
-
Konsul Paru toleransi operasi
-
Konsul anastesi toleransi operasi
-
Teratur dan rutin minum obat setiap hari
-
Makan dan minum yang teratur dan bergizi
12
-
Hindari stress, terlalu dingin, terlalu panas, kela paran yang mungkin mencetuskan bangkitan
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanam
: Dubia ad malam
Quo ad cosmeticum
: Dubia ad bonam
13
BAB II DISKUSI KASUS
Definisi
Epilepsi didefinisikan sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi akibat lepas muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuron-neuron secara paroksismal dengan berbagai macam etiologi, sedangkan serangan atau bangkitan epilepsi yang dikenal dengan nama epileptic seizure adalah manifestasi klinis yang serupa dan berulang secara paroksismal, yang disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang spontan.2,3 Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002). Tidak semua bangkitan disertai kejang, misalnya bangkitan lena (absence seizure). Diagnosa epilepsi ditegakkan, bila penderita mengidap minimal 2 serangan kejang (konvulsi) dalam kurun waktu 2 t ahun. 1,4 Pada pasien ini ditemukan riwayat kejang berulang terakhir kali tanggal 3 Maret 2018 lamanya kurang dari 1 menit.
Patofisiologi
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang disebabkan oleh adanya potensial membran sel. Potensial membran neuron bergantung pada permeabilitas selektif membran neuron, yakni membran sel mudah dilalui oleh ion K + dari ruang ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca 2+, Na+ dan Cl-, sehingga di dalam sel terdapat konsentrasi tinggi ion K + dan konsentrasi rendah ion Ca 2+, Na+, dan Cl-, sedangkan keadaan sebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion inilah yang menimbulkan potensial membran. Ujung terminal neuron-neuron berhubungan dengan dendrit-dendrit dan badan-badan neuron yang lain, membentuk sinaps dan merubah polarisasi me mbran neuron berikutnya. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan li strik.
14
Diantara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamat,aspartat dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Hal ini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologik apabila potensial aksi tiba di neuron. Dalam keadaan istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membran neuron dan seluruh sel akan melepaskan muatan listrik. Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca 2+ dan Na+ dari ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca 2+ akan mencetuskan/melepaskan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu sifat khas serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. Di duga inhibisi ini adalah mempengaruhi neuron-neuron sekitar pusat epilepsi. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus melepas muatan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.
Klasifikasi
Dikenal sejumlah tipe bangkitan epilepsi yang paling lazim adalah bentuk serangan luas (grand mal, petit mal, absence) pada mana sebagian besar otak terlibat dan serangan parsial (sebagian) yang mana pelepasan muatan listrik hanya terbatas sampai sebagian otak.4 Klasifikasi bangkitan epilepsi menurut ILAE tahun 1981 yaitu : I. Bangkitan parsial (bangkitan Fokal) A. Parsial sederhana 1.Disertai gejala motorik 2.Disertai gejala somato-sensorik 3.Disertai gejala otonomik B. Parsial kompleks
15
1. Disertai dengan gangguan kesadaran sejak awitan dengan atau tanpa automatism 2. parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran dengan atau tanpa otomatism C. Parsial sederhana yang berkembang menjadi umum sekunder 1. parsial sederhana menjadi umum tonik-klonik 2. parsial kompleks menjadi umum tonik-klonik 3. parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik-klonik II. Bangkitan umum a. Bangkitan Lena (Absence) b. Bangkitan Mioklonik c. Bangkitan Klonik d. Bangkitan Tonik e. Bangkitan Tonik klonik f.
Bangkitan Atonik
g. Bangkitan yang tidak terklasifikasikan
Manifestasi Klinis
1. Bangkitan Umum a. Grand mal (Perancis = penyakit besar) atau bangkitan Tonik-klonik
‘generalized’ Kejang ini merupakan bentuk kejang yang paling banyak terjadi. Bercirikan kejang kaku bersamaan dengan kejutan-kejutan ritmis dari anggota badan dan hilangnya untuk sementara kesadaran dan tonus. Terdiri atas 3 fase; fase tonik, fase klonik dan fase pasca kejang. Fase tonis ini berlangsung kira-kira 1 menit untuk kemudian disusul oleh fase klonis dengan kejangkejang dari kaki-tangan, rahang dan muka. Lamanya serangan berkisar antara 1 dan 2 menit yang disusul dengan keadaan pingsan selama beberapa menit dan kemudian sadar kembali dengan perasaan kacau serta depresi. 1,4,5 b. Bangkitan lena (petit mal/absence) Kejang ini termasuk jenis yang jarang. Bangkitan lena terjadi secara mendadak dan juga menghilang secara mendadak (10-45 detik). Berupa kesadaran menurun sementara, namun kendali atas postur tubuh masih baik (penderita tidak jatuh); biasanya disertai automatisme (gerakan-gerakan 16
berulang), keadaan termangu-mangu (pikiran kosong), mendadak berhenti bergerak. Terjadi pada masa kanak-kanak (4-8 tahun). Remisi spontan 6070% pasien pada masa remaja. 1,4,5 c. Bangkitan lena yang tidak khas (bangkitan lena atipikal) Manifestasi klinisnya berupa perubahan postural terjadi lebih lambat dan lebih lama, biasanya disertai retardasi mental.1 d. Bangkitan mioklonik (bangkitan klonik) Berupa kontraksi otot sebagian/seluruh tubuh yang terjadi secara cepat dan mendadak. Bercirikan kontraksi otot-otot simetris dan sinkron yang tak ritmis dari terutama bahu dan tangan (tidak dari muka). Adakalanya berlangsung dengan jangka waktu singkat sekali, kurang dari satu detik. 1,4 e. Bangkitan atonik Tiba-tiba kehilangan tonus otot postural sehingga seringkali jatuh tiba-tiba. Sering terjadi pada anak-anak.1 2. Bangkitan parsial/fokal a. Bangkitan parsial sederhana Dapat menyebabkan gejala-gejala motorik, sensorik, otonom dan psikis tergantung korteks serebri yang teraktivasi, namun kesadaran tidak terganggu; penyebaran cetusan listrik abnormal minimal, penderita masih sadar.1 b. Bangkitan parsial kompleks (epilepsi lobus temporalis) Penyebaran cetusan listrik yang abnormal lebih banyak.Biasanya terjadi dari
lobus
temporal
karena
lobus
ini
rentan
terhadap
hipoksia/infeksi.Cirinya ada tanda peringatan/”aura” yang disertai oleh perubahan kesadaran; diikuti oleh “automatisme”, yakni gerakan otomatis yang tidak disadari seperti menjilat bibir, menelan, menggaruk, berjalan, yang biasanya berlangsung selama 30-120 detik. Kemudian, biasanya pasien kembali normal yang disertai kelelahan selama beberapa jam.1 c. Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum Biasanya terjadi pada bangkitan parsial sederhana. 1 3. Bangkitan lainnya 1
Kejang demam
Status epileptikus
17
Penatalaksanaan
1. Tindakan Umum (non farmakologi) 10 Selama bangkitan epilepsi : (a) Letakan penderita di tempat teduh dan aman, untuk mencegah kecelakaan. (b) Jangan mencoba mengambil sesuatu dari mulut / membukanya kecuali mencegah lidah tergigit. (c) Kendorkan ikat pinggang atau ikat leher (dasi) (d) Jangan mencoba menahan gerak / konvulsi, dapat meninbulkan luksasio / fraktur. (e) Setelah bangkitan berhenti (bila mungkin dihentikan dengan anti konvulsi, letakan pada posisi koma (semi frone / three-quarterprone position) (f) Awasi terus dan bebaskan jalan nafas sampai penderita sadar kembali. (g) Jangan cepat-cepat dibawa kerumah sakit, kecuali bila serangan berkepanjangan, terjadi kecelakaan atau anoreksia. (h) Segera setelah fase iktal, penderita merasa bingung, perlu bantuan untuk memuluhkan kepercayaan diri dan simpati tanpa kegaduhan (i) Jangan tergesa memberikan minum setelah bangkitan, apalagi obat anti epilepsi (OAE) 2. Tindakan Khusus Prinsip-prinsip terapi farmakologi untuk epilepsi yakni: 6 a. Obat anti epilepsi (OAE) mulai diberikan apabila diagnosis epilepsi sudah dipastikan. Selain itu pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai tujuan pengobatan dan efek samping dari pengobatan tersebut. b. Terapi dimulai dengan monoterapi dengan satu jenis obat anti epilepsi. c. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan secara bertahap sampai dengan dosis efektif tercapai atau timbul efek samping obat. d. Apabila dengan penggunaaan OAE dosis maksimum tidak dapat mengontrol bangkitan, maka ditambahkan OAE kedua dimana bila sudah mencapai dosis terapi, maka OAE pertama dosisnya diturunkan secara perlahan.
18
Tabel 1.Pemilihan Obat Anti Epilepsi (OAE) Berdasarkan Tipe Bangkitan.9 Tipe bangkitan
OAE lini pertama
OAE lini kedua
Bangkitan
Fenitoin, karbamazepin,
gabapentin, lamotrigin,
parsial(sederhana
asam valproat
levetirasetam, tiagabin,
atau kompleks)
topiramat
Bangkitan umum
Karbamasepin, fenitoin,
gabapentin, lamotrigin,
sekunder
asam valproat
levetirasetam, tiagabin, topiramat
Bangkitan umum
Karbamasepin, fenitoin,
Lamotrigin, topiramat
tonik klonik
asam valproat, fenobarbital.
Bangkitan lena
Asam valproat, etosuksimid
Lamotrigin
Bangkitan mioklonik
Asam valproat
Lamotrigin, topiramat
Berikut dosis dan sediaan obat antikonvulsi yang beredar di Indonesia. Tabel 2.Dosis, Kadar Terapi dan Sediaan Obat Antikonvulsi yang Beredar di Indonesia. 1,9 OBAT
DOSIS
FREKUENSI PEMBERIAN
Sediaan
PERHARI Asam
DD : 5-15 mg/kgBB/hari
Valproat
DA : 10-30 mg/kgBB/hari
Sirup 250 mg/5 ml 3-4 kali/hari
Tablet 250 mg, 150 mg
ablet 2 mg, 5 mg, 10 mg Diazepam
DD : 0.2mg/kgBB/hari DA : 0.15-
Fenitoin
10 mg, 20 mg
DD : 300 mg/hari
Kapsul 100 mg, 50 mg 1-2 kali/hari
Ampul 100 mg/2 ml
DD : 2-3 mg/kgBB/hari DA : 3-5mg/kgBB/hari
Karbamazepin
Gel rektal (suposituria) 2 mg, 5 mg,
0.3mg/kgBB/hari
DA : 5 mg/hari Fenobarbital
Injeksi 5 mg/ml 2-4 kali/hari
DD : 1000-2000 mg/hari
2 kali / hari 2-4 kali/hari
Tablet 30 mg, 50 mg, 100 mg Ampul 50 mg/ml
DA : 15-25 mgkgBB/hari Klonazepam
DD : 1.5 mg/hari DA : 0.01-0.03 mg/kgBB/hari
Lamotrigin
Kaplet salut film 200 mg 3 kali/ hari
DD : 100-500 mg/hari
Tablet salut film 2 mg
DA : 1.2 mg/kgBB/hari 1-2 kali/hari
19
Levetirasetam
DD : 2x500mg/hari
Tablet 50 gr, 100 mg
atau 2x1500mg/hari
Gabapentin*
2 kali/hari
DA : DD : 900 mg – 2.4 g/hari
Tablet 250 mg dan 1-3 kali/hari
Topiramat
500 mg
Tablet 300 mg DA : DD : 200-600 mg/hari
Tablet 25 mg, 50 mg 2 kali/hari
100 mg
DA = Dosis anak DD = Dosis dewasa *dalam kombinasi
Kesimpulan
-
Telah di bahas kasus seorang pria, umur 61 tahun dengan diagnosa epilepsi sekunder et causa Tumor otak dengan diagnosis sekunder Diabetes Mellitus tipe II. Terapi yang diberikan Fenitoin 3 x 1 tablet dan juga diberikan insulin injeksi untuk mengontrol gula darahnya, juga perlu diedukasi untuk teratur dan rutin minum obat setiap hari, makan dan minum yang teratur dan bergizi, hindari stress, terlalu dingin, terlalu panas, kelaparan yang mungkin mencetuskan bangkitan.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Goodman and Gilman. Dasar Farmaklogi dan Terapi. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2008. Hal 506-531 2. Hoan Tjay, Tan. Kirana, Rahardja. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan efek-efek sampingnya. Edisi 6. Jakarta:Penerbit PT Elex Media Komputindo . 2007. Hal 415-427 3. Katzung, Betram G. Farmakologi Dasar dan Klinik . Edisi 9. Jakarta: EGC, 2002. Hal 83-125 4. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. PATOFISIOLOGI: Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi 6 . Jakarta: EGC, 2006. Hal 1157-1166 5. Arif, A. Bahan Kuliah Antiepilepsi. Farmakologi. FK UNCEN. Jayapura, 2011. 6. Public health. Epilepsi (ayan). [Online]. 2012 April. [diakses 4 April 2018];[1 screens]. Tersedia dari: http://publichealthnote.blogspot.com/2012/04/epilepsi.html 7. Farmacia. Mengenal Penyakit Kuno Epilepsi. [Online]. 2006 Februari[diakses 4 April 2018];[1 screens]. Tersedia dari: www.majalahfarmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=55 8. Harsono. . Epidemiologi epilepsi. dalam: Kapita selekta Neurology. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2007. 9. Suwarba. Insidens dan Karakteristik Klinis Epilepsi pada Anak .[online]. Agustus 2011.[diakses 4 April 2018] Tersedia dari: www.idai.or.id/saripediatri/fulltext.asp?q=752 10. Buku naskah lengkap dan kumpulan abstrak ilmiah. Konas perdossi ke 6 2007
21