ANALISIS PROBABILITAS LONGSORAN PADA LERENG DI SISI TIMUR PHASE PHASE 6 6 PENAMBANGAN PIT PENAMBANGAN PIT BATU BATU HIJAU PT NEWMONT NUSA TENGGARA BERDASARKAN HASIL PEMETAAN GEOTEKNIK Randy Pariza Patah Asbi Jurusan Jurusan Teknik Teknik Pertamba Pertambangan ngan,, Sekolah Sekolah Tinggi Tinggi Teknologi Teknologi Nasiona Nasionall Yogyakart Yogyakarta a
[email protected] Abstrak Kondisi struktur pada lereng timur penambangan phase 6 pit pit Batu Hijau, dimana arah ( strik ( strikee) muka lereng memotong arah ( strike ( strike)) struktur dan kondisi massa batuan yang lemah menjadi faktor utama penyebab model longsoran baji (wedge ( wedge)) terjadi, serta nilai sudut lereng mempengaruhi besarnya nilai Probabilitas Kelongsoran (PK). Tujuan dari pene penelitia litian n ini adalah untuk men mengeta getahui hui nilai PK mod model el long longsroan sroan baji,serta baji,serta fakto faktorr yang mempengaruhi model longsroan baji dan nilai PK pada lereng penambangan phase 6 pit Batu Hijau. Data yang phase 6 pit Batu digunakan di dalam penelitian ini yaitu, orientasi lereng timur dan orientasi struktur geologi disepanjang lereng timur. Lereng timur penambangan phase phase 6 6 pit pit Batu Batu Hijau dibagi menjadi tujuh blok area analisis (LWR1, LWR2, MDL2, MDL3 Over MDL3 Over , MLD3 Below MLD3 Below,, UPR1, UPR2). Model longsoran ditentukan menggunakan metode analisis kinematika dan nilai PK menggunakan pendekatan probabilitas relatif. Kemudian sudut lereng efektif ditentukan berdasark berd asarkan an kete ketentuan ntuanstan standar dar kriter kriteria ia pene penerimaa rimaan n ( acce acceptanc ptancee crite criteria ria)) PK ≤ 20%. Hasi Hasill anal analisis isis mode modell longs longsoran oran baji dan proba probabilita bilitass kelo kelongso ngsoran ran (PK) men menunjuk unjukan an bahw bahwaa pada lereng lerengtimur timur pena penamban mbangan gan phase 6 pit pit Batu Batu Hija Hijau u terdapat 5 blok dalam kondisi model longsoran baji stabil ( stable ( stable wedge wedge) dengan PK ≤ ≤ 20% yaitu, blok MDL2, MDL3 Over MDL3 Over , MLD3 Below MLD3 Below,, UPR1, UPR2, dan terdapat 2 blok dalam kondisi model longsoran baji tidak stabil (unstable wedge) wedge ) dengan PK ˃ 20% yaitu, blok LWR1 dan LWR2.
Kata kunci: kunci:
analisis kinematik, analisis kinematik, analisis analisis probabilitas probabilitas kelongsora kelongsoran n (PK), model longsoran longsoran baji baji stabil ( sta ( stable ), ble wedge wedge), modell longsoran baji tidak stabil (unsta mode ( unstable ble wedge wedge), ), standar kriteria kriteria pener penerimaan imaan (acceptance (acceptance criteria). criteria ).
1. Penda Pendahula hulan n Kondis Kondisii struk struktur tur yang yang komple kompleks ks pada pada massa massa batuan batuan di sekit sekitara aran n badan badan bijih bijih merup merupak akan an faktor faktor penye penyebab bab utama terjadinya terjadinya longsoran, longsoran, sebagaiman sebagaimanaa struktur ( faul fault, t, shea shear, r, vein, vein, joint, joint, dll) dll) merupakan salah satu bidang batas ketidak menerusan massa batuan (diskontinuitas). Dijelaskan oleh Read dan Stacey (2010), bahwa pada batuan yang kuat (hard (hard rock ) struktur struktur merupak merupakan an faktor faktor pengontro pengontroll terjadiny terjadinyaa longsoran. Senada Senada dengan Read dan Stacey Stacey (2010), pada penambangan penambangan phase phase 6 6 pit Batu pit Batu Hijau PT. Newm Newmon ontt Nusa Nusa Teng Tengga gara ra (PT. (PT. NNT NNT), ), fakt faktor or utam utamaa peny penyeb ebab ab long longso sora ran n adal adalah ah struk struktu turr yang yang inte intens nsif, if, kemudia kemudian n ditamba ditambah h lagi lagi kekuat kekuatan an massa massa batuan batuan yang yang lemah (Adriansyah, 2013 dalam Aprilia, 2014). Khususnya pada lereng di sisi timur, dimana arah ( stri strike ke)) struktur dan arah ( arah ( st stri rike ke)) lereng yang saling berpotongan menjadi faktor penyebab model longsoran longsoran baji (wedge) wedge) terjad terjadii dan besar besarnya nya nilai nilai sudut lereng mempengaruhi nilai probabilitas kelong kelongsor soran an (PK). (PK). Oleh Oleh Karen Karenaa itu mode modell longsor longsoran an dan PK sangat dipengaruhi oleh orientasi struktur terhadap orientasi lereng, serta sudut gesek dalam ( fric fricti tion on angle angle). ). Tingkat Tingkat keberaga keberagaman man dan intensita intensitass keberadaan struktur yang tinggi pada massa batuan membutu membutuhka hkan n suatu suatu metode metodeana analisi lisiss model model longsoran yang mampu menggambarkan kondisi longsoran secara secaraleb lebih ih spesifi spesifik, k, sehingg sehinggaa resiko resikomod model el longsoran dapat dapat digamba digambarka rkan n dalam dalam bentuk bentukpers persent entase asenila nilaii PK.
2. Metode Metode Peneli Penelitian tian Penlitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Peneli Penelitia tian n deskr deskript iptif if adalah adalah penel penelitia itian n yang yang metode peny penyeeles lesaia aian masala salah h deng dengan anccara ara menggambarkan menggambarkan objek penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan berdas arkan fakta-fakta fakta-f akta sebagaimana sebaga imana adanya, kemudia kemudian n dianalis dianalisis is dandiin dan diinter terpre pretas tasika ikan, n, bentu ben tukny knyaa beru be ru pa surv su rvei ei dan da n st udi ud i per kemba ke mba ngan ng an,, dan da n pendekatan kuantitatif merupakan merupakan suatu proses peny penyele elesa saian ian mas masal alah ah yang yang meme mementi ntingk ngkan an adany adanyaa variabel-variabel variabel-variabel sebagai objek penelitian, serta variabelvariabel-vari variabel abelterse tersebut but harus harus didefinis didefinisikan ikan dalam dala m bent bentuk uk oper operas asio iona nali lisa sasi si dari dari masin asingg-ma masi sing ng vari variab abel el (Syofian (Syofian Siregar, Siregar, 2015). 2015). 2.1Metode 2.1Metode Pengum Pengumpu pulan lan Data Data Metod Metodee pengu pengump mpula ulam m data data yang yang diguna digunaka kan n dalam dalam penelitian ini adalah metode observasi, dimana d imana pene penelit litii melak melakuk ukan an peng pengam amata atan n langs langsung ung terha terhada dap p kondisi aktual lereng sisi timur phase 6 6 pit Batu Batu phase pit Hijau, beserta kondisi struktur yang ada. Kegiatan pengu pengump mpula ulan n data data ini dilak dilakuka ukan n bersa bersama ma denga dengan n engineer-engineer Departemen engineer-engineer Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi PT. NNT. Metode observasi yang digunaka digunakan n dalam dalam penilitia penilitian n ini adalah adalah metode Line metode Line Mappi Mapping ng , metod metodee ini merup merupaka akan n salah salah satu satu metod metodee dalam dalam ilmu geotekn geoteknik ik untukmem untuk mempero peroleh leh data data pada struktur struktur permuka permukaan an lereng lereng tambang tambang..
1
Tabel 1: Data Primer Pemetaan Geoteknik Blok
r o t c e S t s a E
ID Line Mapping
Jumlah Data
LWR1
NE01-NE06
63
LWR2
NE06-NE09
31
UPR1
E10-E15
70
UPR2
E15-E18/ E01-E04
83
Total
247
Tabel 2: Data Sekunder Pemetaan Geoteknik Blok
LWR1
r o t c e S t s a E
LWR2
ID Line Mapping
HD01-HD05, AT02AT07, SH08-SH14, DN6-DN9, DS1-DS4, NT01-NT05 RG1-RG2, ES01-ES03 KTL01-KTL05, SH14SH22, DH01-DH03, RG2-RG7 CW01-CW03, NT05 NT10 ES03-ES07
Jumlah Data
433
A. Dip dari diskontinuitas (atau plunge dari garis perpotangann 2 bidang) harus lebih besar dari sudut gesek dalam. B. Diskontinuitas(ataugarisperpotongan2 bidang) harus daylight dalammuka lereng. C. Dip dari diskontinuitas (atau plunge dari garis perpotangann 2 bidang) harus lebih kecil dari padadipmuka lereng. Selain dari 3 kondisi di atas, model longsoran baji dan bidang ada syarat lain yang juga harus dipenuhi. Pada model longsoran bidang, kondisi dip direction diskontinuitas ± 20 terhadap dip direction mukalereng Gambar2,dan untukmodel longsoran baji, plunge intersection (perpotongan 2 bidang) harus daylight terhadap muka lereng Gambar 4, (Hoek & Bray, 1981 dalam Charles A. Kliche, 1999).
382
MDL2
YS11-YS14, GT1-GT6, SM7-SM15
237
MDL3
YS15-YS18, SM1-SM6, GT6-GT12/ GT1-GT6
293
UPR1
DR1-DR4, YS19-YS21
236
Sumber: Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi PT. NNT, 2016.
2.2Metode Analisis Data 1. Analisis Kinematika Analisis kinematika adalah analisis murni tentang geometri, untuk meneliti model longsoran yang berpotensi terjadi pada suatu massa batuan dengan mempertimbangkan kenampakan yang ada pada lereng batuan, dalam analisis kinematika orientasi diskontinuitas, muka lereng, permukaan lereng teratas, dan permukaan lereng lainnya yang juga mempengaruhi pergerakan, kemudian diteliti untuk menentukan model longsoran yang paling mungkin terjadi(CharlesA.Kliche,1999).Analisis model longsoran dengan metode kinematika didasarkan pada uji coba yang dilakukan oleh Markland (1972, dalam Charles A. Kliche, 1999) atau disebut juga Markland Test . Uji Markland untuk longsoran bidangberpotongan, baji(wedge) dan bidang ( planar ) ada 3 kondisi yang memungkinkan longsoran terjadi (Hoek & Bray, 1981; Piteu & Martin, 1982; Charles A. Kliche, 1999) yaitu:
Gambar 1. Model Longsoran Bidang ( Planar ) (Hoek & Bray, 1981)
Gambar 2. Stereonet Longsoran Bidang ( Planar ) (Hoek & Bray, 1981)
Projeksi stereografis dapat juga digunakan untuk menentukan potensi model longsoran guling (toppling ) secara kenematika Gambar 6. Dalam menentukan kemungkinan model longsoran guling secara kinematika, ada syarat kondisi yang harus dipenuhi, sebagai berikut: 2
A. Terdapat bidang diskontinuitas yang menghunjamkedalamdan arah nya (direction) searah dengan muka lereng, serta dip diskontinuitas lebih kecil dari Sudut gesek dalam (β<θ). B. Terdapat bidang diskontinuitas ( join set tegak lurus terhadap muka lereng) yang memotong bidang diskontinuitas lainnya (bidang diskontinuitas yang menghunjam kedalam.
Gambar 6. Stereonet Longsoran Guling ( Toppling ) (Hoek & Bray, 1981)
Gambar 3. Model Longsoran Baji ( Wedge) (Hoek & Bray, 1981)
2. Analisis Probabilitas Kelongsoran (PK) Pendekatan probabilitas berdasarkan analisis kinematika merupakan pendekatan metode probabilitas relatif, dimana suatu peristiwa atau event (E) terjadi tergantung dari jumlah kejadian pada percobaan (n) dalam keseluruhan percobaan (N),secaramatematissederhana dapat ditulis: ୬ P(E) = ...........……… (1)
Gambar 4. Stereonet Longsoran Baji ( Wedge) (Hoek & Bray, 1981)
Gambar 5. Model Longsoran Guling ( Toppling ) (Hoek & Bray, 1981)
Pada setiap peristiwa yang terjadi dalammasingmasing percobaan telah mancakupi variabelvariabel persyaratan analisis kinematika seperti dip dan dip direction diskontinuitas, sudut gesek dalam, sudut lereng, serta arah umum ( strike) lereng. Peristiwa yang terjadi pada setiap percobaan yang dimaksud dalam analisis kinematika adalah bidang lemah untuk longsoran bidang dan guling atau intersection untuk longsoran baji yang berada dalam area kritis (daylight ). Bidang lemah atau intersection dalam area kritis (daylight ) maupun diluar area kritis (nondaylight ) merupakan total keseluruhan percobaanGambar 7.
Gambar 7. Ilustrasi Analisis Kinematik Longsoran Baji untuk Perhitungan P robabilitas (Rocscience Inc. Dengan Modifikasi, 2016) 3
Pada analisis kinematika dengan menggunakan penggambaran stereografis untuk memperhitungkan nilai Faktor Keamanan (FK) atau Factor of Safety (FoS) dapat dilakukan dengan menentukan bidang lemah atau intersection yang berada dalam area kritis (daylight ) dan yang berada di luar area kritis (nondaylight ). Daylight = FK/FoS < 1..........(2) Non daylight = FK/FoS ≥ 1..……(3) 3. Hasil dan Pembahasan 3.1Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok LWR1 Hasil analisis kinematika yang dilakukan pada blok LWR1 untuk 494 data struktur, analisis model longsoran wedge menghasilkan 121.718 intersection bidangstruktur dengan slope aspect 240 , untuk nilai PK ≤ 20%terletakpadasudut lereng 44. Terdapat 24.541 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 24.541 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 97.177 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge), Gambar 15. Analisis model longsoran wedge untuk sudut lereng aktual 45 dengan slope aspect yang sama pada 121.718 intersection, terdapat 26.367 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 26.372 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 95.351 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1)dalamkondisi stabil( stablewedge), dengan nilai PK = 21.66%, Gambar 16.
Gambar 8. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai PK Pada Blok LWR1
3.2Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok LWR2 Hasil analisis kinematika yang dilakukan pada blok LWR1 untuk 413 data struktur, analisis model longsoran wedge menghasilkan 85.045 intersection bidang struktur dengan slope aspect 280, untuk
nilai PK ≤ 20% terletak pada sudut lereng 44.5. Terdapat 17.009 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 17.009 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 67.126 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge) Gambar 17. Analisis model longsoran wedge untuk sudut lereng aktual 45 dengan slope aspect yang sama pada 85.045 intersection, terdapat 17.919 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 17.919 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 67.126 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge), dengan nilai PK = 21.07%, Gambar 18.
Gambar 9. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai PK Pada Blok LWR2
3.3 Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok MDL2 Hasil analisis kinematika yang dilakukan pada blok MDL2 untuk 237 data struktur, analisis model longsoran wedge menghasilkan 27.962 intersection bidang struktur dengan slope aspect 265 , untuk nilai PK ≤ 20% terletak pada sudut lereng 58.5. Terdapat 5.592 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 5.592 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalamkondisitidak stabil(unstable wedge), dan 22.370 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge) Gambar 19. Analisis model longsoranwedge untuk sudut lereng aktual 39 dengan slope aspect yang sama pada 27.962 intersection, terdapat 982 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 982 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 26.980 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge), dengan nilai PK = 3.51%, Gambar 20. 4
Gambar 10. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai PK Pada Blok MDL2
3.4Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok MDL3 Over Hasil analisis kinematika yang dilakukan pada blok MDL3 Over untuk 250 data struktur, analisis model longsoran wedge menghasilkan 31.120 intersection bidang struktur dengan slope aspect 295 , untuk nilai PK ≤ 20% terletak pada sudut lereng 48. Terdapat 6.251 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 6.251 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 24.869 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge), Gambar 21. Analisis model longsoran wedge untuk sudut lereng aktual 41 dengan slope aspect yang sama pada 31.120 intersection, terdapat 3.445 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 3.445 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 27.674 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge), dengan nilai PK = 11.07%, Gambar 22.
Gambar 11. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai PK Pada Blok MDL3 Over
3.5 Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok MDL3 Below Hasil analisis kinematika yang dilakukan pada blok MDL3 Below untuk 43 data struktur, analisis model longsoran wedge menghasilkan 903 intersection bidang struktur dengan slope aspect 295, untuk nilai PK ≤ 20% terletak pada sudut lereng 47. Terdapat 182 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 182 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 721 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge), Gambar 23. Analisis model longsoran wedge untuk sudut lereng aktual 41 dengan slope aspect yang sama pada 903 intersection, terdapat 108 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 108 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 795 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge), dengan nilai PK = 11.96%, Gambar 24.
Gambar 12. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai PK Pada Blok MDL3 Below
3.6 Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok UPR1 Hasil analisis kinematika yang dilakukan pada blok UPR1 untuk 306 data struktur, analisis model longsoran wedge menghasilkan 46.655 intersection bidang struktur dengan slope aspect 295, untuk nilai PK ≤ 20% terletak pada sudut lereng 60. Terdapat 7.118 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 7.118 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 39.537 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1
5
(FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge), Gambar 25. Analisis model longsoran wedge untuk sudut lereng aktual 38 dengan slope aspect yang sama pada 46.655 intersection, terdapat 2.967 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 2.967 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 43.688 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge), dengan nilai PK = 6.36%, Gambar 26. Gambar 14. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai PK Pada Blok UPR2
3.8Rekapitulasi Hasil Analisis Model Longsoran Baji(Wedge) dan ProbabilitasKelongsoran(PK)
Tabel3: Rekapitulasi HasilAnalisisPeneliti(PK ≤ 20%)
Gambar 13. Grafik Pengaruh Sudut Lereng Terhadap Nilai PK Pada Blok UPR1
3.7Analisis Model Longsoran Baji (Wedge) dan Probabilitas Kelongsoran (PK) Blok UPR2 Hasil analisis kinematika yang dilakukan pada blok UPR2 untuk 83 data struktur, analisis model longsoran wedge menghasilkan 3.402 intersection bidang struktur dengan slope aspect 265, untuk nilai PK ≤ 20% terletak pada sudut lereng 52. Terdapat 678 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 678 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 2.724 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge), Gambar 27. Analisis model longsoran wedge untuk sudut lereng aktual 38 dengan slope aspect yang sama pada 3.402 intersection, terdapat 171 intersection yang terkonsentrasi di area kritis dan/ atau 171 interscetion dengan nilai FoS lebih kecil dari 1 (FoS<1) dalam kondisi tidak stabil (unstable wedge), dan 3.231 interscetion yang nilai FoS lebih dari 1 (FoS>1) dalam kondisi stabil ( stable wedge), dengan nilai PK = 5.03%, Gambar 28.
Blok
Slope Aspect (º)
LWR1
Hasil Analisis Peneliti IRA (º)
PK (%)
240
44
20
LWR2
280
44.5
20
MDL2
265
58.5
20
MDL3 Below
295
48
20
MDL3 Over
295
47
20
UPR1
240
60
20
UPR2
265
52
20
Tabel4:RekapitulasiHasilAnalisisLerengAktual Blok
Slope Aspect (º)
LWR1
Analisis Lereng Aktual PT . NNT IRA (º)
PK (%)
240
45
21.49
LWR2
280
45
21.07
MDL2
265
39
3.51
MDL3 Below
295
41
11.96
MDL3 Over
295
41
11.07
UPR1
240
38
11.05
UPR2
265
38
5.03
6
Tabel rekapitulasi hasil analisis yang dilakukan tidak dimaksudkan untuk membandingkan nilai sudut lereng aktual dengan nilai sudut lereng hasil peneliti pada tingkat desain implementasi, melainkan pada tingkat desain analisis, sehingga nilai sudut lereng aktual diasumsikan ke dalam kondisi kinematika, oleh karena itu evaluasi ataupun rekomendasi yang dilakukan pada blok penelitian, disesuaikan pada standar kriteria penerimaan PK ≤ 20%. 3.9Rekomendasi Berdasarkan rekapitulasi hasil analisis model longsoran baji (wedge) dan probabilitas kelongsoran (PK) menunjukan terdapat 2 lereng dalam kondisi model longsoran baji tidak stabil (unstable wedge) blok tersebut yaitu, blok LWR1
dengan sudut lereng 45 nilai PK = 21,49% dan LWR2 dengan sudut lereng 45 nilai PK = 21,07%. Kemudian rekomendasi nilai sudut lereng efektif disesuaikan dengan ketentuan standar kriteria penerimaan (acceptance criteria) PK ≤ 20%. Berikut penjelasan rekomendasi dari masing-masing blok: 1. Blok LWR1 Rekomendasi yang diberikan untuk sudut lereng inter-ramp blok LWR1 adalah 44 yang diartikan lereng aktual (45) dilandaikan 1, dalam halnya melakukan proses pelandaian pada lereng inter-ramp ada 2 pilihan yang ditentukan, yaitu: A. Melakukan pelebaran pada bench menjadi 10m/ single bench B. Melakukan pelandaian pada BFA menjadi 68 / single bench 2. Blok LWR2 Rekomendasi yang diberikan untuk sudut lereng inter-ramp blok LWR2 adalah 44.5 yang diartikan lereng aktual (45) dilandaikan 0.5, dalam halnya melakukan proses pelandaian pada lereng inter-ramp ada 2 pilihan yang ditentukan, yaitu: A. Melakukan pelebaran pada bench menjadi 9.8m/ single bench B. Melakukan pelandaian pada BFA menjadi 69 / single bench Catatan: Rekomendasi nilai sudut lereng diasumsikan dalam kondisi kinematik dan harus diuji dengan mempertimbangkan gayagaya yang bekerja pada lereng dan aspek penting lainnya.
4. Kesimpulan dan Saran 4.1Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap ± 1828 data struktur di sepanjang lereng timur penambangan phase 6 pit Batu Hijau, menunjukkan dominan model longsoran baji (wedge) dalam kondisi stabil dengan probabilitas longsoran (PK) kurang dari 20% (PK < 20%),kecuali blok LWR1 dan LWR2 , dan pada kondisi dimana orientasi struktur yang memiliki nilai tetap tidak dapat dirubah ataupun direkayasa, serta arah ( strike) lereng yang juga memiliki nilai tetap dikarenakan geometri bijih (ore), maka sudut lereng merupakan faktor yang mempengaruhi model longsoran baji dan nilai PK. 4.2Saran Dalam proses melakukan kegiatan studi pada tahap analisis untuk memperoleh hasil yang maksimal, konsep-konsep dasar dan metodologi teoritis perlu disesuaikan dengan kondisi aktual dilapangan. Didasarkan pada hal tersebut maka ada beberapa saran dari peneliti untuk para pembaca maupun peneliti selanjutnya, yaitu: 1. Peneliti menyarankan untuk membagi atau membatasi zona kinematika berdasarkan geometri lereng yang ada, dengan tujuan hasil yang lebih maksimal namun tetap sesuai dengan kaidah keilmuan yang benar, tetapi juga tidak mengurangi kualitas lereng aktual yang ada. 2. Dari sekian banyak variabel yang ada pada struktur berkaitan dengan konsep kinematika hanya 2 variabel (dip/ dip direction) yang dijadikan bahan analisis, maka dari itu peneliti menyarakan untuk penelitian selanjutnya agar dapat mempertimbangkan variabel lain yang ada sebagai bahan analisis untuk mengetahui pengaruh yang lebih jauh dari bidang struktur atau diskontinuitas yang ada terhadap performa lereng tambang. Variabel yang dimaksud peneliti salah satunya adalah jarak antara kedua struktur atau lebih, jarak sangat mempengaruhi suatu model longsoran serta nilai probabilitasnya. Ucapan Terima Kasih Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Ir. Ircham, M.T., selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, kepada Bapak Dr. R. Andy Erwin Wijaya, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, dan tidak 7
lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada PT. Newmont Nusa Tenggara khususnya Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan untuk melakukan penelitian di tambang Batu Hijau. Daftar Pustaka Aprilia, F., 2014, Analisis Tipe Longsor dan Kestabilan Lereng Berdasarkan Orientasi Struktur Di Dinding Utara Tambang Batu Hijau, Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gajah Mada. Garwin, S., 2000, The Setting, Geometry and Timing of Intrusion-related Hydrothermal System in the Vicinity of the Batu Hijau Porphyry Copper-gold Deposit , Sumbawa, Indonesia: Disertasi doktor tidak dipublikasikan. Nedland: University of Western Australia. Garwin, S., Hall, R., Watanabe, Y., 2005, Tectonic Setting, Geology, and Gold and Copper Mineralization in Cenozoic Magmatic Arcs of Southeast Asia and the West Pacific, dalam Economic Geology 100th Anniversary Volume hlm. 891-930. Hall, R., 1995, Plate Tectonic Reconstruction of the Indonesian Region, didalam Proceeding Indonesian Petroleum Association: 24th Annual Convention-1995. Hoek, E., dan Bray, J.W., 1981, Rock Slope Engineering , edisi ke-4, London dan New York: Penerbit Institute of Mining and Metallurgic Kliche, C.A., 1999, Rock Slope Stability, USA: Penerbit Society for Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc. Mathis, J.I., A Guide to Statistically Designing A Rock Slope, USA: Penerbit Zostrich Geotechnical. Read, J., dan Stacey, P., (Ed.), 2010, Guedilines for Open Pit Slope Design, Australia: Penerbit CSIRO PUBLISHING. Siregar, S., 2015, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif , Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. ............, 2016 , Data Pemetaan Geoteknik Lereng Timur Phase 6 Penambangan Pit Batu Hijau, Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi, PT. Newmont Nusa Tenggara, Nusa Tenggara Barat. ............, 2016, Gambar Alat Muat dan Angkut , Arsip, PT. Newmont Nusa Tenggara, Nusa Tenggara Barat.
............, 2016, Peta Aktual Topografi Lereng Timur Phase 6 Penambangan Pit Batu Hijau, Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi, PT. Newmont Nusa Tenggara, Nusa Tenggara Barat. ............, 2016, Peta Desain Pit Phase 6 Batu Hijau, Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi, PT. Newmont Nusa Tenggara, Nusa Tenggara Barat. ............, 2016, Peta Lokasi Line Mapping Geoteknik Di Lereng Timur Phase 6 Penambangan Pit Batu Hijau, Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi, PT. Newmont Nusa Tenggara,
Nusa Tenggara Barat.
Gambar 15. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Blok LWR1
Gambar 16. Analisis Kinematik Longsoran Bji ( Wedge) Sudut Lereng Aktual Blok LWR1
Gambar 17. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Blok LWR2
8
Gambar 18. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Sudut Lereng Aktual Blok LWR2
Gambar 22. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Sudut Lereng Aktual Blok MDL2 Over
Gambar 19. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Blok MDL2
Gambar 23. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Blok MDL3 Below
Gambar 20. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Sudut Lereng Aktual Blok MDL2
Gambar 24. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Sudut Lereng Aktual Blok MDL3 Below
Gambar 21. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Blok MDL3 Over
Gambar 25. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Blok UPR1
9
Gambar 26. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Sudut Lereng Aktual Blok UPR1 Gambar 30. Pembuatan Line dengan Roll Meter
Gambar 27. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Blok UPR2
Gambar 28. Analisis Kinematik Longsoran Baji ( Wedge) Sudut Lereng Aktual Blok UPR2 Gambar 31. Interpretasi Bidang Struktur
Gambar 29. Plotting ID Lokasi Penelitian
10
Gambar 32. Peta Geologi Batu Hijau (Garwin, 2000)
Gambar 33. Peta Struktur Batu Hijau (Garwin, 2000)
11
Gambar 34. Geometri Lereng Timur
Gambar 35. Pembagian Blok Lokasi Penelitian
12
Gambar 36. Peta Blok Lokasi Penelitian
Gambar 37. Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian
13
Gambar 38. Peta Line Mapping Geoteknik (Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi, 2016)
14
Gambar 39. Lembar Catatan Pemetaan Geoteknik (Departemen Geoteknik dan Hidrogeologi, 2016)
15