BAB I TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Hidung
Gambar 1. Anatomi Hidung
A. Hidung Luar Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian – bagiannya dari atas ke bawah :
1.
Pangkal hidung (bridge (bridge))
2.
Dorsum nasi
3.
Puncak hidung
4.
Ala nasi
5.
Kolumela
6.
Lubang hidung (nares anterior)
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris. Kerja otot – otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh : -
Superior : os frontal, os nasal, os maksila
-
Inferi Inferior or : kartil kartilago ago septi septi nasi, nasi, karti kartilag lago o nasi nasi latera lateralis lis,, kartil kartilago ago alaris alaris mayorb mayorb
dan
kartilago alaris minor Dengan adanya kartilago tersebut tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi fleksibel. Perdarahan : 1. A. Nasalis Nasalis anterior anterior (cabang (cabang A. Etmoidal Etmoidalis is yang merupakan merupakan cabang cabang dari A. Oftalmi Oftalmika, ka, cabang dari a. Karotis interna). 2. A. Nasali Nasaliss poster posterior ior (cabang (cabang A.Sfen A.Sfenopa opalat latinu inum, m, cabang cabang dari dari A. Maksila Maksilaris ris interna interna,, cabang dari A. Karotis interna) 3. A. Angul Angulari ariss (caban (cabang g dari dari A. Fasi Fasiali alis) s) Persarafan : 1. Cabang dari dari N. Oftalmik Oftalmikus us (N. Supratr Supratroklear oklearis, is, N. Infratr Infratroklear oklearis) is) 2. Cabang dari dari N. Maksil Maksilaris aris (ramus (ramus eksternus eksternus N. Etmoid Etmoidalis alis anteri anterior) or)
B. Kavum Nasi Denga Dengan n adan adanya ya sept septum um nasi nasi maka maka kavu kavum m nasi nasi diba dibagi gi menj menjad adii dua dua ruan ruanga gan n yang yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial media. Batas – batas kavum nasi : Posterior
: berhubungan dengan nasofaring
Atap
:
os
nasal,
os
frontal,
lamina
kribriformis
etmoidale,
korpus
sfenoidale dan sebagian os vomer Lant Lantai ai
: meru merupa paka kan n bagi bagian an yang yang lunak lunak,, kedud keduduka ukann nnya ya hamp hampir ir horis horisont ontal al,, bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. Bagian ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum.
Medial
: septum nasi yang membagi kav kavum nasi menj enjadi dua ruangan (deks ekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna = kolumela.
Lat Lateral eral
: dibe dibent ntuk uk oleh oleh bagi bagian an dari dari os medi medial al,, os maks maksiila, os lakr akrima, ma, os etm etmoid, oid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid.
Konka nasalis suprema, superior dan media merupakan tonjolan dari tulang etmoid. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus resesus sfeno-etmo sfeno-etmoid id yang berhubungan dengan sinis sfenoid. sfenoid. Kadang – kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di bagian ini. Perdarahan : Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah A.sfenopalatina yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama – sama arteri.
Persarafan : 1. Ante Anteri rior or kavum kavum nasi nasi dipe dipers rsar araf afii oleh oleh sera serabu butt sara saraff dari dari N. Trig Trigem emin inus us yait yaitu u N. Etmoidalis anterior 2. Poster Posterior ior kavum nasi dipers dipersara arafi fi oleh oleh serabu serabutt saraf saraf dari dari ganglio ganglion n pterig pterigopa opalat latinu inum m masuk melalui foramen sfenopalatina sfenopalatina kemudian kemudian menjadi menjadi N. Palatina Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.
C. Mukosa Hidung Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel – sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang – kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Dalam keadaan
normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous (mucous blanket ) pada permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet. g oblet. Silia Silia yang yang terdap terdapat at pada pada permuk permukaan aan epitel epitel mempun mempunyai yai fungsi fungsi yang yang pentin penting. g. Dengan Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan akan menyeb menyebabk abkan an banyak banyak sekret sekret terkum terkumpul pul dan menimb menimbulk ulkan an keluhan keluhan hidung hidung tersum tersumbat bat.. Ganggua Gangguan n geraka gerakan n silia silia dapat dapat diseba disebabkan bkan oleh oleh penger pengering ingan an udara udara yang yang berleb berlebiha ihan, n, radang, radang, sekret kental dan obat – obatan. Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia pseudostratified ( pseudostratified columnar non ciliated epithelium). epithelium ). Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan. D. Sinus Paranasal Polip nasi sering dihubungkan dengan sinusitis. Sinus paranasal ada empat buah yaitu sinus maksila, sinus etmoid, sinus frontal, dan sinus sphenoid. 1. Sinus maksila maksila terdapat terdapat dilateral dilateral hidung, hidung, dasar sinus sinus maksila maksila adalah processus processus alveolar alveolaris is gigi gigi,, atap atap sinu sinuss maks maksil ilaa berh berhub ubung ungan an denga dengan n dasa dasarr orbi orbita ta.. Psti Pstium um sinu sinuss maks maksil ilaa berhubungan dengan meatus media. 2. Sinus etmoid etmoid seperti seperti sarang sarang tawon tawon (honeycomb). (honeycomb). Dibagi Dibagi menjadi menjadi dua bagian bagian anterior anterior dan poster posterior ior.. Terlet Terletak ak antara antara dindin dinding g latera laterall hidung hidung dan dindin dinding g medial medial orbit orbitaa (lamin (laminaa papirasea). Atap sinus etmoid berhubungan dengan sinus frontal dan fossa kranii anterior. Di inferolateral sinus etmoid berhubungan dengan sinus maksila. Sinus etmoid posterior berhubungan dengan sinus sphenoid. 3. Sinus Sinus fronta frontall terlet terletak ak pada tulang tulang fronta frontal. l. Dindin Dinding g poster posterior ior sinus frontal frontal membentu membentuk k dinding anrerir fosa kranii. Di inferior sinus ini berbatasan dengan orbita dan sinus etmoid. Drainase sinus ini melalui duktus nasofrontal langsung ke hidung atau melalui infundibulum etmoid. 4. Sinus sphenoi sphenoid d terletak terletak di garis garis tengah. Dibagi Dibagi dua oleh oleh septum. septum. Di superior superior berbata berbatasan san dengan hipofisa, lobus frontal dan sinus kavernosus. Di posterior terletak pons cerebri
dan arteri basilaris, di inferior terletak nasofaring. Arteri karotis terletak di lateral sinus ini.
Gambar 2 : Anatomi sinus
Definisi Polip Nasi
Polip Polip nasi nasi merupa merupakan kan kelain kelainan an mukosa mukosa hidung hidung berupa berupa massa massa lunak lunak yang yang bertan bertangka gkai, i, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabuan, dengan permukaan licin dan agak bening karena karena mengan mengandung dung banyak banyak cairan cairan.. Polip Polip nasi nasi bukan bukan merupak merupakan an penyaki penyakitt tersen tersendir dirii tapi tapi merupakan manifestasi klinik dari berbagai macam penyakit dan sering dihubungkan dengan sinusitis, rhinitis alergi, fibrosis kistik dan asma. Berdasarkan jenis sel peradangannya, polip dikelompokkan menjadi 2 : 1. Polip eusinofilik Polip jenis ini biasanya disebabkan proses hipersensitivitas atau alergi. 2. Polip neutrofilik Polip jenis ini biasanya disebabkan oleh proses inflamasi non-alergi. Epidemiologi
Polip nasi sudah di kenal sejak 4000 tahun yang lalu, melalui pengetahuan dari prasasti yang ditemukan pada makam raja-raja raja-raja Mesir. Polip Polip nasi digambarkan sebagai buah anggur yang turun melalui hidung ( grapes ( grapes coming down from the nose) .Istilah .Istilah polip berasal dari kata Yunani poly-pous ya yang ng ber berar arti ti be berk rkak akii ba bany nyak ak.. Pa Pada da aw awal al pe perk rker ernb nban angan ganny nyaa po poli lip p na nasi si se seri ring ng dihubungkan dengan neoplasma, baru pada tahun 1882 Zuckerkandl menyatakan bahwa polip nasi merupakan suatu proses inflamasi (Abdul Qadar Punagi) . Polip nasi ditemukan 1-4 % dari populasi, 36 % penderita dengan intoleransi aspirin, 20% pada penderita fibrosis kistik, 7% pada pender penderita ita asm asma. a. Pol Polip ip nas nasii leb lebih ih bany banyak ak dit ditemu emukan kan pada pen pender derita ita asm asmaa non ale alergi rgi (13 (13%) %) dibanding diband ing pender penderita ita asma alergi (5%). Polip nasi terut terutama ama ditem ditemukan ukan pada usia dewasa, hanya kurang lebih 0.1% ditem ditemukan ukan pada anak-anak, lebih sering dite ditemukan mukan pada lakilaki-laki laki dibanding dibanding dengan wanita dengan rasio 2:1 atau 3:1 dan dapat ditemukan pada seluruh kelompok ras dan kelas ekonomi. Angka mortalitas polip nasi tidaklah signifikan, namun polip nasi dihubungkan dengan turunnya kualitas hidup seseorang. Polip multipel yang jinak biasanya timbul setelah usia 20 tahun dan lebih sering pada usia diatas 40 tahun. Polip nasi jarang ditemukan pada anak usia dibawah 10 tahun.
Etiologi dan Faktor Resiko
Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai etiologi polip nasi, terdapat sejumlah hipotesis mengenai asal dari polip nasi eosinofilik dan neutrofilik yang berkisar dari predisposisi predisposisi gene ge neti tik, k,
vari va rias asii
anat an atom omii,
inf nfek eksi si
kron kr oniis,
aler al ergi gi
inh nhal alan an,,
aler al ergi gi
mak akan anan an,,
sam sa mpa paii
ketidakseimbangan vasomotor. Namun saat ini yang banyak digunakan, yaitu yaitu : teori infeksi dan teori inflamasi. Etiologi yang pasti belum diketahui tetapi ada 3 faktor penting pada terjadinya polip, yaitu : 1. Adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa hidung dan sinus. 2. Adanya gangguan keseimbangan vasomotor. 3. Adanya peningkatan tekanan cairan interstitial dan edema mukosa hidung. Fenomena Bernoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya. Jaringan yang lemah akan terhisap
oleh oleh tekana tekanan n negati negatiff ini sehing sehingga ga mengak mengakiba ibatka tkan n edema edema mukosa mukosa dan pembent pembentukan ukan polip. polip. Fenome Fenomena na ini menjel menjelask askan an mengap mengapaa polip polip kebany kebanyaka akan n berasa berasall dari dari daerah daerah yang yang sempit sempit di kompleks ostiomeatal (KOM) di meatus medius. Walaupun demikian polip juga dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan seringkali bilaterak dan multipel. Selaim dari fenomena Bernouli terdapat beberapa hipotesa lainnya. 1. Peru Peruba baha han n Poli Polisa sakar karid idaa di postulatkan pada 1971 oleh Jackson dan Arihood. 2. Infeksi 3. Infeksi Infeksi berulang berulang pada sinus sinus predispos predisposisi isi pada pada mukosa menjadi menjadi perubaha perubahan n polipoid. polipoid. 4. Alergi alergi telah di implikasikan sebagai penyebab, sejak sekresi hidung mengandung eosinofil dan pasien mempunyai gejala alergi, sering dikaitkan dengan asma dan atopi. 5. Teor Teorii vaso vasomo moto tor r Gangguan keseimbangan otonomik di duga mungkin sebagai penyebab pada individu non atopi. Juga di kaitkan dengan mediator inflamasi, faktor anatomi lokal, dan tumor. Predisposisi genetik diketahui sebagai penyebab polipoid pada fibrosis kistik. Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain : . 1.
Alergi te terutama ri rinitis al alergi.
2.
Sinusitis kr kronik.
3.
Iritasi.
4.
Sumb Sumbat atan an hid hidun ung g oleh oleh kel kelai aina nan n anat anatom omii seper seperti ti dev devia iasi si sept septum um dan dan hip hiper ertr trof ofii
konka. Patofisologi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti teta tetapi pi ada ada kera keragu gu – ragua raguan n bahwa bahwa infe infeks ksii dala dalam m hidu hidung ng atau atau sinu sinuss paran paranas asal al seri seringk ngkal alii ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh
gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis. Banyak faktor yang mempengaruhi pementukan polip nasi. Kerusakan epitel merupakan patogenesa dari polip. Sel-sel epitel teraktivasi oleh alergen, polutan dan agen infeksius. Sel melepaskan berbagai faktor yang berperan dalam reson inflamasi dan perbaikan. Epitel polip menunjukan hiperplasia sel goblet dan hipersekresi h ipersekresi mukus yang berperan dalam obstruksi hidung dan rinorea. Polip dapat timbul pada hidung yang tidak terinfeksi kemudian menyebabkan sumbatan yang yang meng mengak akib ibat atkan kan sinu sinusi siti tis, s, teta tetapi pi poli polip p dapat dapat juga juga timb timbul ul akib akibat at irit iritas asii kroni kroniss yang yang disebabkan oleh infeksi hidung dan sinus. Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama dan berulang. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh pembuluh darah submukosa menyebabkan menyebabkan edema mukosa. mukosa. Kemudian Kemudian stroma stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid Mukosa akan menjadi menjadi ireguler ireguler dan terdorong terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk membentuk suatu suatu struktur struktur bernama polip polip.. Biasan Biasanya ya terjad terjadii di sinus sinus maksil maksila, a, kemudi kemudian an sinus sinus etmoid etmoid.. Bila Bila proses proses ini berlan berlanjut jut,, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian tururn kedalam rongga hidung sambil memben membentuk tuk tangkai tangkai yang akan akan turun turun ke kavum kavum nasi nasi kebanya kebanyakan kan terjad terjadii di daerah daerah meatus meatus medius. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis alergi perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena tidak adanya variasi musim sehingga alergen terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media. Gejala Klinis
Pasien dengan polip yang masif biasanya mengalami sumbatan hidung yang meningkat, hiposmia sampai anosmia, perubahan pengecapan, dan drainase post nasal persisten. Sakit kepala dan nyeri pada muka jarang ditemukan dan biasanya biasanya pada daerah periorbita periorbita dan sinus maksila. maksila.
Pasien polip dengan sumbatan total rongga hidung atau polip tunggal yang besar memperlihatkan gejala sleep gejala sleep apnea obstruktif dan pernafasan lewat mulut yang kronik. Pasien dengan polip soliter seringkali hanya memperlihatkan gejala obstruktif hidung yang dapat berubah dengann perubahan posisi. Walaupun satu atau lebih polip yang muncul, pasien mungkin memperlihatkan gejala akut, rekuren, atau rinosinusitis bila polip menyumbat ostium sinus. sinus. Beberapa Beberapa polip dapat timbul berdekatan dengan muara sinus, sinus, sehingga sehingga aliran udara tidak terganggu, tetapi mukus bisa terperangkap dalam sinus. Dalam hal ini dapat timbul perasaan penuh di kepala, penurunan penciuman, dan mungkin sakit kepala. Mukus yang terperangkap tadi cenderung terinfeksi, terinfeksi, sehingga sehingga menimbulkan menimbulkan nyeri, demam, dan mungkin mungkin perdarahan perdarahan pada hidung. Manife Manifesta stasi si polip polip nasi nasi tergan tergantun tung g pada pada ukuran ukuran polip. polip. Polip Polip yang yang kecil kecil mungki mungkin n tidak tidak menimbulkan gejala dan mungkin teridentifikasi sewaktu pemeriksaan rutin. Polip yang terletak posterior biasanya tidak teridenfikasi pada waktu pemeriksaan rutin rinoskopi posterior. Polip yang yang keci kecill pada pada daer daerah ah dima dimana na poli polip p bias biasan anya ya tumb tumbuh uh dapa dapatt meni menimb mbul ulkan kan geja gejala la dan dan menghambat aliran saluran sinus, menyebabkan g ejala-gejala sinusitis akut atau rekuren. Diagnosis Anamnesa
Pada anamnesa kasus polip, keluahan utama biasanya ialah: 1. Hidung Hidung tersumb tersumbat at dari yang ringan ringan sampai sampai berat. berat. Sumbat Sumbatan an ini menetap, menetap, tidak tidak hilang dan semakin lama semakin berat. 2. Rinore Rinore mulai mulai dari dari yang yang jernih jernih sampa sampaii purulen purulen 3. Pasi Pasien en seri sering ng meng mengel eluh uhka kan n tera terasa sa ada ada mass massaa di dala dalam m hidu hidung ng dan dan sukar ukar membuang ingus. 4. Hipo Hiposm smia ia atau atau anosm anosmia ia Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung disertai sakit kepala di daerah frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin di dapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, halitosis, nyeri muka, suara nasal nasal (binden (bindeng), g), teling telingaa terasa terasa penuh, penuh, menden mendengkur gkur,, ganggua gangguan n tidur tidur dan penurun penurunan an kualit kualitas as hidup.
Selain itu juga harus di tanyakan riwayat rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat serta makanan. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi Polip Polip yang masif sering sudah menyebabkan menyebabkan deformitas deformitas hidung luar. Dapat dijumpai dijumpai pelebaran kavum nasi terutama polip yang berasal dari sel-sel etmoid. 2. Rino Rinosk skop opii Anter Anterio ior r Memper Memperlih lihatka atkan n massa massa yang yang berwar berwarna na pucat pucat yang yang berasa berasall dari dari meatus meatus medius medius yang yang mudah mudah digera digerakka kkan. n. Deform Deformit itas as septum septum membuat membuat pemeri pemeriksa ksaan an menjad menjadii lebih lebih sulit. sulit. Tampak sekret mukus dan polip multipel atau soliter. Polip kadang perlu dibedakan dengan konka nasi inferior, yakni dengan cara memasukan kapas yang dibasahi dengan larutan efedrin 1% (vasokonstriktor), konka nasi yang berisi banyak pembuluh darah akan mengeci mengecil, l, sedang sedangkan kan polip polip tidak tidak mengeci mengecil. l. Polip Polip dapat dapat diobse diobserva rvasi si berasa berasall dari dari daerah sinus etmoidalis, ostium sinus maksilaris atau dari septum 3. Rinoskopi Posterior Kadang-kadang dapat dijumpai polip koanal. Sekret mukopurulen ada kalanya berasal dari dari daerah daerah etmoid etmoid atau atau rongga rongga hidung hidung bagian bagian superi superior, or, yang yang menanda menandakan kan adanya adanya rinosinusitis.1,6,9,10. 4. Naso Nasoen endo dosk skop opii Adanya Adanya fasil fasilita itass nasoend nasoendosk oskopi opi akan sangat sangat membant membantu u diagno diagnosis sis kasus kasus baru. baru. Polip Polip stadium awal tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi. Pada kasus polip koanal juga sering dapat terlihat tangkai polip yang berasal dari ostium assesorius sinus maksila. Pemeriksaan Radiologi Foto Foto polo poloss sinu sinuss para parana nasa sall ( posi posisi si wate waters rs,, late latera ral, l, Cald Caldwe well ll dan dan AP) AP) dapa dapatt memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan di dalam sinus, tetapi sebenarnya kurang bermanfaat pada kasus polip nasi karena dapat memberikan kesan
positi positiff palsu palsu atau atau negati negative ve palsu palsu dan tidak tidak dapat dapat member memberika ikan n inform informasi asi mengena mengenaii keadaan dinding lateral hidung dan variasi anatomis di daerah kompleks osteomeatal. Pemeriksaan tomografi computer sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks osteomeatal. Terutama pada kasus polip yang gagal diobati dengan terapi medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan tindakan bedah terutama bedah endoskopi. endoskopi. Biasanya untuk tujuan tujuan penapisan penapisan dipakai dipakai potongan koronal, sedangkan polip yang rekuren juga dipeerlikan potongan aksial. 6. Tes alergi Evaluasi alergi sebaiknya dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat alergi lingkungan atau riwayat alergi pada keluarganya. 7. Labo Labora rattori orium Untuk Untuk membed membedakan akan sinusi sinusiti tiss alergi alergi atau atau non alergi alergi.. Pada Pada sunisi sunisitis tis alergi alergi ditemu ditemukan kan eosino eosinofil fil pada swab swab hidung hidung,, sedang sedang pada pada non alergi alergi ditemu ditemukann kannya ya neutro neutrofil fil yang yang menandakan adanya sinusitis kronis.
Stadium Polip Nasal
Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997) : •
Stadium 1 : polip masih terbatas di meatus medius
•
Stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus medius tapi belum memenuhi rongga hidung
•
Stadium 3 : polip yang masif
Diagnosis Banding
Polip didiagnosisbandingkan dengan konka polipoid, yang ciri – cirinya sebagai berikut : •
Tidak bertangkai
•
Sukar digerakkan
•
•
Nyeri bila ditekan dengan pinset Mudah berdarah
•
Dapat Dapat mengec mengecil il pada pemaka pemakaian ian vasokon vasokonstr strikt iktor or (kapas (kapas
adrenalin). Pada pemeriksaan pemeriksaan rinoskopi anterior anterior cukup mudah untuk membedakan polip dan konka polipoid, terutama dengan pemberian vasokonstriktor yang juga harus hati – hati pemberiannya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena bisa menyebabkan vasokonstriksi sistemik, maningkatkan tekanan darah yang berbahaya pada pasien dengan hipertensi dan dengan penyakit jantung lainnya. Penatalaksanaan
Kare Karena na etio etiolo logi gi yang yang mend mendas asar arii pada pada poli polip p nasi nasi adal adalah ah reak reaksi si infl inflam amas asi, i, maka maka pen penat atal alak aksa sanaa naan n medi mediss ditu dituju juka kan n untu untuk k mpen mpengob gobat atan an yang yang tida tidak k spes spesif ifik ik.. Pada Pada tera terapi pi medikamentosa dapat diberikan kortikosteroid. Kortikosteroid dapat diberikan secara sistemik ataupun intranasal. Pemberian kortikosteroid sistemik diberikan dengan dosis tinggi dalam waktu yang singkat, dan pemberiannya perlu memperhatikan efek samping dan kontraindikasi. Kortikosteroid oral adal adalah ah pengb pengbat atan an palin paling g efek efekti tiff untuk untuk pengo pengoba bata tan n jangk jangkaa pend pendek ek dari dari poli polip p nasi nasi,, dan dan kortikosteroid oral memiliki efektivitas paling baik dalam mengurangi inflamasi polip. Kortikosteroid juga dapat diberikan secara intranasal dalam bentuk spray steroid, yang dapat mengurangi atau menurunkan pertumbuhan polip nasi yang kecil, tetapi secara relatif tidak efektis untuk polip yang masif. Steroid intranasal paling efektif pada periode post operatif untuk mencegah atau megurangi relaps. Pengo Pengoba bata tan n juga juga dapa dapatt ditu dituju jukan kan untuk untuk meng mengur uran angi gi reak reaksi si aler alergi gi pada pada poli polip p yang yang dihubungkan dihubungkan dengan rhinitis rhinitis alergi. Pada penderita penderita dapat diberikan antihistamin antihistamin oral untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi. Bila telah terjadi infeksi yang ditandai dengan adanya sekret yang mukopurulen maka dapat diberikan antibiotik. Pengobatan Medis polip nasal sebagai berikut : •
Ster Steroi oid d oral oral dan topi topikal kal di beri berika kan n pada pada pengo pengoba bata tan n pert pertam amaa pada pada nasal nasal poli polip. p. Antihi Antihista stamin min,, dekonge dekongesta stan n dan sodium sodium cromolyn memberikan memberikan sedikit sedikit keuntungan. keuntungan. Imunoterapi Imunoterapi mungkin mungkin dapat
berguna berguna untuk pengobatan pengobatan rhinitis rhinitis alergi, alergi, tapi bila di
gunakan sendirian, ak dapat berguna pada polip yang telah ada, pemberian antibiotik bila terjadi superimposed infeksi bakteri.
•
Kortikoste Kortikosteroid roid adalah pengobatan pengobatan pilihan, pilihan, baik secara topikal maupun sistemik. sistemik. Injeksi langsung pada polip menunjukkan berkurangnya pertumbuhan polip dan berkurangnya gejala pada hidung dibandingkan dengan pengobatan intranasal. Injeksi steroid intrapolip ini ini meru merupa paka kan n peng pengoba obata tan n alte altern rnat atif if yang yang aman aman pada pada pasi pasien en tert tertent entu u tapi tapi masi masih h dibutuhkan dibutuhkan penelitian penelitian lebih lanjut. Tapi tindakan tindakan ini kemudian tidak dibenarkan dibenarkan oleh Food and Drug Administration karena dilaporkan terdapat 3 pasien dengan kehilangan penglihatan penglihatan unilateral unilateral setelah setelah injeksi injeksi intranasal intranasal langsung dengan kenalog. Keamanan Keamanan mungkin tergantung pada ukuran spesifik partikel. Berat molekuler yang besar seperti Aristocort lebih aman dan sepertinya sedikit yang di pindahkan ke area intrakranial. Hindari injeksi
•
langsung ke dalam pembuluh darah.
Pemberian Pemberian kortikoster kortikosteroid oid untuk menghilangkan menghilangkan polip nasi disebut disebut juga polipektomi polipektomi medika medikament mentosa osa.Unt .Untuk uk polip polip stadiu stadium m 1 dan 2, sebaik sebaiknya nya diberi diberikan kan korti kortikos koster teroid oid intranasal selama 4-6 minggu. Bila reaksinya baik, pengobatan ini diteruskan sampai polip polip atau atau gejala gejalanya nya hilang. hilang. Bila Bila reaksi reaksinya nya terbat terbatas as atau atau tidak tidak ada perbai perbaikan kan maka maka diberikan juga kortikosteroid sistemik. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid intranasal mungkin mungkin harganya mahal dan tidak tidak terjangkau terjangkau oleh sebagian pasien, pasien, sehingga sehingga dalam keadaan demikian langsung diberikan kortikosteroid oral. Dosis kortikosteroid saat ini belum ada ketentuan yang baku, pemberian masih secara empirik misalnya diberikan Prednison 30 mg per hari selama seminggu dilanjutkan dengan 15 mg per hari selama seminggu. Menurut van Camp dan Clement dikutip dari Mygind dan, Lidholdt untuk polip dapat diberikan prednisolon dengan dosis total 570 mg yang dibagi dalam beberapa dosis, yaitu 60 mg/hari selama 4 hari, kemudian dilakukan tapering tapering off 5 off 5 mg per hari. Menurut Naclerio. pemberian kortikosteroid tidak boleh lebih dari 4 kali dalam setahun. Pemberian suntikan kortikosteroid intrapolip sekarang tidak dianjurkan lagi mengingat bahayanya dapat menyebabkan kebutaan akibat emboli. Kalau ada tanda-tanda infeksi harus diberikan juga antibiotik. Pemberian antibiotik pada kasus polip dengan sinusitis sekurang-kurangnya selama 10-14 hari.
•
Respon dengan kortikosteroid tergambar dari ada atau tidaknya eosinofilia, jadi pasien dengan polip dan rhinitis alergi atau asma seharusnya respon dengan pengobatam ini. Pasien Pasien dengan dengan polip polip yang yang sediki sedikitt eosino eosinofil fil mungki mungkin n tidak tidak respon respon terhada terhadap p steroi steroids. ds. Penggunaan steroid oral jangka panjang tidak direkomendasikan karena efek sampingnya
yang merugikan (seperti gangguan pertumbuhan, Diabetes Melitus, hipertensi, gangguan psikis, gangguan pencernaan, katarak, glukoma, osteoporosis) •
Banyak Banyak penulis penulis menganj menganjurk urkan an pember pemberian ian steroi steroid d topika topikall untuk untuk polip polip nasal, nasal, sebagai sebagai pengobatan primer atau pengobatan lanjutan mengikuti pemberian per oral, atau bedah. Banyak steroid nasal (seperti ; flucitason, beclomethasone, budesonide) efektik untuk menurunkan gejala subjektif, dan meningkatkan meningkatkan aliran udara di hidung hidung ketika dipastikan secara objektif. Beberapa penelitian mengindikasikan mempunyai onset yang lebih cepat dan mungkin sedikit lebih lebih baik dari beclomethasone.
•
Pemberian topikal kortikosteroid di beriakan secara umum karena lebih sedikit efek yang merugikan merugikan dibandingkan dibandingkan pemberian pemberian sistemik sistemik karena bioavaibil bioavaibilitasn itasnya ya yang terbatas. terbatas. Pemberian jangka panjang khususnya dosis tinggi dan kombinasi dengan kortikosteroid inhalasi, inhalasi, terdapat terdapat resiko resiko penekanan penekanan hipotalamus hipotalamus-pitua -pituari-adr ri-adrenal enal aksis, aksis, pembentuakan pembentuakan katara katarak, k, ganggua gangguan n pertum pertumbuha buhan, n, perdar perdaraha ahan n hidung hidung,, dan pada pada jarang jarang kasus kasus terjad terjadii perforasi septum.
•
Inhibitor Leukotrien : Leukotrien dibentuk selama pemecahan asam arachidonat oleh enzim enzim 5-lipo 5-lipoxig xigena enase. se. Mereka Mereka merupa merupakan kan mediat mediator or inflam inflamasi asi yang yang berper berperan an dalam dalam patog patogenes enesis is asma, asma, rhinit rhinitis is alergi alergi,, dan polip polip nasal. nasal. Hasiln Hasilnya ya mereka mereka menjad menjadii target target modulasi modulasi terapi. terapi. Penelitian Penelitian baru-baru baru-baru ini mengenai mengenai penghambatan penghambatan sintesis sintesis leukotrien leukotrien menunjukkan peningkatkan aliran udara dalam hidung dan pengecilan polip nasal yang dibuktikan dibuktikan dengan endoskopi endoskopi dan studi imaging . Penggunaan Penggunaan inhibitor inhibitor leukotrien leukotrien ini menunjukkan hasil maksimal pada penderita dengan rhinitis alergi konkomitan dan polip nasal eosinofilik.
•
Obat-obatan lain : obat-obatan lain yang mungkin digunakan dalam pengobatan polip nasal adalah antibiotic antibiotic makrolid, makrolid, terapi terapi diuretic diuretic topical, topical, dan asam asetilsali asetilsalisilat silat-lisi -lisin n intranasal. Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat
masif masif dipert dipertimb imbang angkan kan untuk untuk terapi terapi bedah. bedah. Pembeda Pembedahan han dilakuk dilakukan an jika jika Polip Polip menghal menghalangi angi saluran pernafasan, menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus, atau berhubungan dengan tumor .
Terapi bedah yang dipilih tergantung dari luasnya penyakit (besarnya polip dan adanya sinu sinusi siti tiss yang yang meny menyer erta tain inya ya), ), fasi fasili lita tass alat alat yang yang ters tersed edia ia dan dan kemam kemampu puan an dokte dokterr yang yang menangani. menangani. Macamnya operasi mulai dari polipektomi polipektomi intranasal intranasal menggunakan menggunakan jerat snare) ( kawat kawat dan/ polipe polipekto ktomi mi intran intranasa asall dengan dengan cunam cunam (forse (forseps) ps) yang yang dapat dapat dilaku dilakukan kan di ruang ruang tindakan unit rawat jalan dengan analgesi lokal; etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid; operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat dilakukan tindakan endoskopi untuk polipektomi saja, atau disertai disertai unsinektomi unsinektomi atau lebih lebih luas lagi disertai pengangkatan pengangkatan bula etmoid etmoid sampai sampai Bedah Bedah Sinus Sinus Endosk Endoskopi opik k Fungsi Fungsional onal lengka lengkap. p. Alat Alat muta mutakhi khirr untu untuk k memb memban antu tu oper operas asii polipektom polipektomii endoskopik endoskopik ialah microdebrider ( powered powered instrument instrument ) yait yaitu u alat alat yang yang dapa dapatt menghancurka menghancurkan n dan mengisap mengisap jaringan jaringan polip sehingga sehingga operasi operasi dapat berlangsung berlangsung cepat dengan trauma yang minimal. Tindakan pengangkatan polip atau polipektomi dapat dilakukan dengan menggunakan senar polip dengan anestesi lokal, untuk polip yang besar tetapi belum memadati rongga hidung. Polipektomi sederhana cukup efektif untuk memperbaiki gejala pada hidung, khususnya pada kasus polip yang tersembunyi atau polip yang sedikit. Bedah sinus endoskopik (Endoscopic Sinus Surgery) merupakan teknik yang lebih baik yang tidak hanya membuang polip tapi juga membuka celah di meatus media, yang merupakan tempat asal polip yang tersering sehingga akan akan memban membantu tu mengur mengurang angii angka angka kekamb kekambuhan uhan.. Surgic Surgical al micro micro debride debridement ment merupakan prose prosedur dur yang yang lebih lebih aman aman dan cepat, cepat, pemoto pemotongan ngan jaring jaringan an lebih lebih akurat akurat dan mengur mengurangi angi perdarahan dengan visualisasi yang lebih baik.
Penatalaksanaan Polip Hidung dan sinus para nasal
Keluhan Sumbatan hidung dengan 1/> gejala
Massa polip hidung Tentukan stadium
Curiga keganasan Permukaan berbenjol, mudah berdarah
Jika mungkin : biopsy untuk tentukan tipe polip dan lakukan polipektomi reduksi
Stad 2&3 Terapi bedah
Stad I & 2 Terapi medik
Semua stadium tipenetrofili k terapi bedah
Biopsy tatalaksana sesuai
Semua stadium tipenetrofili k terapi medik
Keterangan menentukan stadium Polip dalam MM (NE) Polip keluar dari MM Polip memenuhi rongga hidung
Persiapan pra bedah Terapi medik : steroid topical dan atau polipektomi medikamentosa dengan cara : deksametason 12 m (3 Hr) 8 mg (3 Hr)4 mgt (3 Hr) Methylprednisolon 64 mg 10 mg (10 Hr) Prednisone 1 mg/ kgbb (10 Hr)
Terapi bedah
Tidak ada perbaikan
Perbaikan mengecil
Tindak lanjut dengan steroid topical Pemeriksaan berkala sebaiknya dengan NE
Polip rekuren : Cari faktor alergi Steroid topical Steroid oral tidak lebih 3-4x/ tahun Kaustik Operasi ulang Bagan 1: Penatalaksanaan Polip Nasal Sumber : Perhati-KL, Perhati-KL, Guideline Penyakit Penyakit THT-KL di Indonesia
Perbaikan hilang
sembuh
Prognosis
Polip nasi dapat muncul kembali selama iritasi alergi masih tetap berlanjut. Rekurensi dari polip umumnya terjadi bila adanya polip yang multipel. Polip tunggal yang besar seperti polip antral-koanal jarang terjadi relaps.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Zulfadli. 2007. Polip Nasi. Diakses dari www.solaraid.com www.solaraid.com.. Diakses pada tanggal
20 Juni 2008 2.
Punagi, Ab Abdul dul Qa Qadar dar. 20 2005. Pe Peranan Si Sitokin kin Pa Pada Pol Poliip Na Nasi da dalam Ju Jurnal Media
Nusantara Volume 26 No.4 Oktober- Desember 2005. Hal 263-267. 3.
Nizar, Nuty W, Endang Mangunkusumo. Hidung. Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Hidung dan Telinga editor : Eliaty AS, Nurbaiti, Nurbaiti, edisi ke 6 tahun 2007. Hal 118122. 4.
Snell, Ric Richard S, Ke Kepala dan dan Leh Leher dal dalam Ana Anatomi Kl Klinik ali alih bah bahasa dr . Jan
Tamboyang. EGC 1997 5.
Niz Nizar, Nu Nuty W, W, En Endang Ma Mangunku nkusumo. Po Polip Hi Hidun dung. Da Dalam Bu Buku Aj Ajar Ilmu
Kesehatan Hidung dan Telinga editor : Eliaty AS, Nurbaiti, Nurbaiti, edisi ke 6 tahun 2007. Hal 123125 6.
McClay, Jhon E MD. Nasal Polyps, di akses dari : www.emedicine.com . Diakses
tanggal 20 Juni 2008. 7.
Polip hidung, 2004. Diakses dari www.medicastore.com Diakses tanggal 20 Juni
2008 8.
Blum Blumen entthal hal MN. MN. Kel Kelaina ainan n al alergi ergi pada pada pas pasien ien THT THT.. Dal Dalam am:: Ada Adam, m, Boi Boies, es, Hi Higler gler..
BOIES. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta, EGC, 1997. Hal 196-8. 9.
Bechara, Y Ghorayeb. Nasal polyps. Diakses dari www.otolaryngology
Houston.htm.. Diakses tanggal 20 Juni 2008. Houston.htm 1 0.
Polip Nasal. Diakses dari www.arquivosdeorl.org.br www.arquivosdeorl.org.br Diakses Diakses tanggal 21Juni 2008.
1 1.
Valerie J Lund. Diag Diagnos nosis is and and Trea Treatm tment ent of Nasa Nasall Poly Polyps ps.. Diak Diakse sess dari dari
www.otolayngologyhouston www.otolayngology houston Htm. Diakses tanggal 20 Juni 2008. 12. 12.
Per Perhim himpuna punan n Dokt Dokter er Spe Spesi sial aliis THT THT-KL -KL Indo Indone nessia. ia. Gui Guideli deline ne Pen Peny yakit akit THT THT-K -KL L
di Indonesia. 2007. Hal 58
BAB II LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN
N am a
: Ny. Y
Umur
: 23 tahun
Jenis Kelamin Kelamin : Perempuan Perempuan Alamat
: Lubuk Basung
Suku Bangsa : Minang
ANAMNESIS
Seorang pasien wanita berumur 22 tahun datang ke RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 29 Desember 2009 dengan :
Keluhan Utama : Hidung kanan terasa tersumbat sejak 4 bulan yang lalu.
Keluhan tambahan : Tidak ada.
Riwayat penyakit sekarang :
-
Hidung kanan terasa terasa tersumbat tersumbat sejak 4 bulan bulan yang yang lalu. lalu. Awalnya Awalnya hidung kanan tersumbat tersumbat hilang timbul sejak 5 tahun yang lalu. Kemudian menjadi menetap.
-
Tamp Tampak ak benj benjol olan an di hidung hidung kanan. kanan. Awal Awalny nyaa pasi pasien en tidak tidak meny menyad adar arii adany adanyaa benj benjol olan an.. Kemudian Kemudian selama selama 4 bulan terakhir ini pasien merasakan merasakan adanya benjolan benjolan yang semakin lama semakin membesar.
-
Gangg Ganggua uan n penci pencium uman an mulai mulai berk berkur uran ang g seja sejak k 4 bula bulan n yang yang lalu. lalu. Keluha Keluhan n ini ini terj terjadi adi perlahan-lahan, makin lama makin susah mencium bau-bauan.
-
Riwayat Riwayat bersinbersin-bersi bersin n pada pagi hari, hari, mata berair, berair, mata mata merah merah di di pagi hari disangkal. disangkal.
-
Riwaya Riwayatt alergi alergi maka makanan, nan, serb serbuk uk sari sari bunga bunga , obatobat-oba obatan tan tida tidak k ada.
-
Riwa Riway yat aler alergi gi debu debu ada. ada.
-
Tidur Tidur ngor ngorok ok seja sejak k 1 tahu tahun n yan yang g lal lalu. u.
-
Pasien Pasien suli sulitt bernaf bernafas as melal melalui ui hidun hidung g kanan kanan sejak sejak 4 bulan bulan yang yang lalu. lalu.
-
Riwaya Riwayatt pernah pernah keluar keluar cairan cairan berwar berwarna na kuning kuning encer encer sejak sejak 6 bulan yang yang lalu, lalu, cairan cairan tidak tidak berbau, dan tidak berdarah.
-
Riwaya Riwayatt saki sakitt kepa kepala la ada, kadangkadang-kada kadang ng dan hebat. hebat.
-
Riwa Riwaya yatt gigi gigi berl berlub uban ang g ada ada..
-
Riway Riwayat at ter teras asaa caira cairan n turu turun n ke teng tenggor gorok ok ada. ada.
-
Riway Riwayat at dem demam am,, nyer nyerii mene menela lan n disa disangk ngkal al..
-
Riway Riwayat at nyer nyerii pada pada waja wajah h saat saat suju sujud d ada. ada.
-
Pasien Pasien belu belum m perna pernah h mengoba mengobati ti peny penyaki akitt ini ini sebel sebelumn umnya. ya.
Riwayat penyakit dahulu :
Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga :
-
Tidak Tidak ada ada kelua keluarga rga yang yang mende menderit ritaa sakit sakit sepert sepertii ini. ini.
-
Tidak Tidak ada ada riw riway ayat at asma asma pada pada kelu keluar arga ga
-
Tidak Tidak ada ada riw riway ayat at atop atopii pad padaa kel keluar uarga ga
Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan :
-
Pasi Pasien en adal adalah ah seor seoran ang g ibu ibu ruma rumah h tan tangga gga
-
Pasien Pasien mempun mempunyai yai kebias kebiasaan aan bersih bersih-be -bersi rsih h ruma rumah h
PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis cooperative
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Frekuensi nadi
: 81 x/menit
Frekuensi nafas
: 20 x/menit
: 37,5 0C
Suhu Pemeriksaan Sistemik
Kepala
: tidak ada kelainan .
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Leher
: tidak ditemukan pembesaran KGB.
Paru Ins Inspeks peksii
: sim simetr etris kir kiri, kana kanan n stat statiis dan dan dina dinam mis. is.
Palpasi
: fremitus kiri = kanan.
Perkusi
: sonor kiri = kanan.
Ausk Auskul ulta tasi si
: suar suaraa nafas nafas vesi vesikul kuler er norm normal al,, rhonk rhonkii -/-, -/-, whee wheezi zing ng -/-. -/-.
Jantung Inspeksi
: iktus tidak terlihat .
Palp alpasi
: ik iktus te teraba 2 jari me medial LM LMCS RI RIC V, V, kua kuat ang angkat.
Perkusi
: batas jantung normal.
Ausk Auskul ulta tasi si
: buny bunyii jant jantung ung murn murni, i, ira irama ma ter terat atur ur,, bisi bising ng (–) (–)..
Abdomen Inspeksi
:tak ta tampak me membuncit.
Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi
: tympani.
Auskultasi
: bising usus + normal .
Extremitas
: edem -/-.
Status Lokalis THT Telinga
Pemeriksaan Daun telinga
Dinding liang
Kelainan Kel kongenital Trauma Radang Kel. Metabolik Nyeri tarik Nyeri tekan tragus Cukup la lapang (N) Sempit Hiperemis
Dekstra Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Cukup la lapang (N) Tidak ada
Sinistra Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Cuku ukup la lapang(N) Tidak ada
telinga
Sekret/serumen
Edema Massa Ada / Tidak Bau Warna Jumlah Jenis
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Membran timpani
Utuh
Perforasi
Warna Reflek cahaya Bulging Retraksi Atrofi Jumlah perforasi Jenis Kwadran pinggir
Putih mengkilat (+) arah jam 5 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Putih mengkilat (+) arah jam 7 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tanda radang Fistel Sikatrik Nyeri tekan Nyeri ketok Rinne Schwabach
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (+) Sama dengan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (+) Sama dengan
Gambar
Mastoid
Tes garpu tala
Weber Kesimpulan Audi Audiom omet etrri
pemeriksa pemeriksa Tidak ada lateralisasi Normal Normal Tidak idak dil dilakuk akukan an Tida Tidak k dila dilaku kuka kan n
Hidung
Pemeriksaan
Hidung luar
Kelainan Deformitas Kelainan kongenital Trauma Radang Massa
Dektra
Sinistra Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sinus paranasal
Pemeriksaan Nyeri tekan Nyeri ketok
Dekstra Tidak ada Tidak ada
Sinistra Tidak ada Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan Vestibulum
Cavum nasi
Sekret Konka inferior
Konka media
Septum
Kelainan Vibrise Radang Cukup lapang (N) Sempit Lapang Lokasi Jenis Jumlah Bau Ukuran Warna Permukaan Edema Ukuran Warna Permukaan Edema Cukup
Dekstra Ada Tidak ada + Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Eutrofi Merah muda Rata Tidak ada Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Cukup lurus
Sinistra A da Tidak ada + Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Eutrofi Merah muda Rata Tidak ada Eutrofi Merah muda Rata Tidak ada Cukup lurus
lurus/deviasi Permukaan Warna Spina Krista Abses Perforasi Lokasi Bentuk Ukuran Permukaan Warna Konsistensi
Rata, licin Merah muda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Meatus medius Bulat lonjong Tidak bisa dinilai Licin Putih keabu-abuan Lunak, tidak
Rata, licin Merah muda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Massa
rapuh, tidak Mudah digoyang Pengaruh
mudah berdarah (+) Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
vasokonstriktor Gambar Rinoskopi Posterior : sukar dinilai
Pemeriksaan
Kelainan Cukup lapang (N)
Dekstra
Sinistra
Koana
Sempit
-
-
Lapang Warna Ed e m Jaringan granulasi
-
-
-
-
-
-
-
-
Dekstra Simetris Merah muda Tidak ada Tidak ada Merah muda Licin T3 Merah muda
Sinistra Simetris Merah muda Tidak ada Tidak ada Merah muda Licin T2 Merah muda
Mukosa
Ukuran Warna Konka inferior Permukaan Ed e m Adenoid Ada/tidak Muara tuba Tertutup sekret Edem mukosa eustachius Lokasi Ukuran Bentuk Massa Permukaan Post Nasal Drip Ada/tidak Jenis Gambar Orofaring dan mulut
Pemeriksaan
Kelainan Simetris/tidak Warna Pala Palatu tum m mole mole + Edema Arkus Faring Bercak/eksudat Dinding faring Warna Permukaan Ukuran Warna
Tonsil
Peritonsil
Tumor Gigi
Lidah
Permukaan Muara kripti Detritus Eksudat Perlengketan dengan pilar Warna Edema Abses Lokasi Bentuk Ukuran Permukaan Konsistensi Karies/Radiks Kesan Warna Bentuk Deviasi Massa
Melebar Ad a Tidak ada
Melebar Ad a Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada M1 atas Karies Merah muda Normal Tidak ada Tidak ada
Merah muda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada M1 atas
Dekstra -
Sinistra -
Merah muda Normal Tidak ada Tidak ada
Gambar Laringiskopi Indirek : sukar dinilai
Pemeriksaan
Epiglotis
Ariteniod
Ventrikular band
Plica vokalis Subglotis/trakea
Kelainan Bentuk Warna Edema Pinggir rata/tidak Massa Warna Edema Massa Gerakan Warna Edema Massa Warna Gerakan Pingir medial Massa Massa Sekret
Sinus piriformis Valekula
Massa Sekret Massa Sekret ( jenisnya )
-
-
Gambar Pemeriksaan Kelenjar getah bening leher : tidak ada pembesaran KGB
Insp Inspek eksi si
: Tida Tidak k terl terlih ihat at ada adany nyaa pemb pembes esar aran an kele kelenj njar ar get getah ah beni bening. ng.
Palpasi
: Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar getah bening.
RESUME (DASAR DIAGNOSIS)
Anamnesis : -
Hidung kanan terasa terasa tersumbat tersumbat sejak 4 bulan bulan yang yang lalu. lalu. Awalnya Awalnya hidung kanan tersumbat tersumbat hilang timbul sejak 5 tahun yang lalu. Kemudian menjadi menetap.
-
Tamp Tampak ak benj benjol olan an di hidung hidung kanan. kanan. Awal Awalny nyaa pasi pasien en tidak tidak meny menyad adar arii adany adanyaa benj benjol olan an.. Kemudian Kemudian selama selama 4 bulan terakhir ini pasien merasakan merasakan adanya benjolan benjolan yang semakin lama semakin membesar.
-
Riwa Riway yat aler alergi gi debu debu ada. ada.
-
Riwaya Riwayatt saki sakitt kepa kepala la ada, kadangkadang-kada kadang ng dan hebat. hebat.
-
Riwa Riwaya yatt gigi gigi berl berlub uban ang g ada ada..
-
Riway Riwayat at ter teras asaa caira cairan n turu turun n ke teng tenggor gorok ok ada. ada.
-
Riway Riwayat at dem demam am,, nyer nyerii mene menela lan n disa disangk ngkal al..
-
Riway Riwayat at nyer nyerii pada pada waja wajah h saat saat suju sujud d ada. ada.
Pemeriksaan Fisik : •
Rhinoskopi Anterior :
Tampak massa di meatus medius, bentuk bulat lonjong, permukaan licin, warna putih keabu-abuan, konsistensi lunak, tidak rapuh, tidak mudah berdarah, mudah digoyang. •
Orofaring dan Mulut : Tonsl : T3-T2, T3-T2, warna merah muda, muda, muara muara kripti kripti melebar, melebar, detrit detritus us (+) Gigi Gigi
: kari karies es pada pada M1 atas atas dext dextra ra dan dan sin sinis istr traa
Diagnosis Kerja : Polip Nasal Dextra Stadium 3 Diagnosis Tambahan : - Susp. Sinusitis Maxillaris - Susp. Tonsilitis Kronis - Karies Dentis
Diagnosis Banding : -
Papi apiloma oma inver verted
-
Konkh nkha hip hipertrofi ofi
Pemeriksaan Anjuran : -
Nasoendoskopi,
-
Ront Rontge gen n fot foto o pol polos os sinus sinus paran paranas asal al,,
-
Prick test,
-
Pemer emeriiksaa ksaan n eosi eosino noffil, il,
-
Biops opsi massa polip
Terapi : •
Kalnex 3x1
•
Asam mefenamat 3x1
•
Gentamisin 2x1
Terapi anjuran : Ekstraksi polip nasi (polipektomi) + FESS
Prognosis :
•
Quo ad ad sanam sanam : bonam bonam
•
Quo Quo ad ad vit vitam am : bon bonam am
Follow up 30 Desember 2009
S/ Hidung tersumbat tersumbat (+),Gangguan penciuman (+) O/ Status Generalis: KU: sedang , kesadaran : CMC, TD: 110 /70, Nd: 82, Nfs: 18, T: afebris Status THT: Telinga
: dbn
Hidu Hidung ng
: Tam Tampa pak k mas massa sa di meat meatus us medi medius us,, ben bentu tuk k bul bulat at lonj lonjon ong, g, perm permuk ukaa aan n lic licin in,, warna putih keabu-abuan, konsistensi lunak, tidak rapuh, tidak mudah berdarah, mudah digoyang.
Tenggor Tenggorok ok
: T3-T T3-T2, 2, warna warna mera merah h muda, muda, muara muara kripti kripti melebar melebar,, detr detritu ituss (+) (+) karies pada M1 atas dextra dan sinistra
A/ Polip Nasi Dextra Stadium 3 P/ Ekstraksi (polipektomi)
31 Desember 2009
S/ Hidung tersumbat (-),Gangguan (-),Gangguan penciuman (-), perdarahan perdarahan (-) O/ Status Generalis: KU: sedang , kesadaaan : CMC, TD: 120 /80, Nd: 84, Nfs: 20, T: afebris Status THT: Telinga
: dbn
Hidung
: tampon (+), massa (-), darah (-)
Tenggor Tenggorok ok
: T3-T T3-T2, 2, warna warna mera merah h muda, muda, muara muara kripti kripti melebar melebar,, detr detritu ituss (+) (+) karies pada M1 atas dextra dan sinistra
A/ Post ekstraksi polip nasi dextra dextra (polipektomi). P/ Gentamisin 2x1
01 Januari 2010
S/ Hidung tersumbat (-), (-), Gangguan penciuman (+), Perdarahan (-) O/ Status Generalis: KU: sedang , kesadaaan : CMC, TD: 120 /80, Nd: 79, Nfs: 19, T: afebris Status THT: Telinga
: dbn
Hidung
: tampon (-), massa (-), darah (-)
Tenggor Tenggorok ok
: T3-T T3-T2, 2, warna warna mera merah h muda, muda, muara muara kripti kripti melebar melebar,, detr detritu ituss (+) (+) karies pada M1 atas dextra dan sinistra
A/ Post ekstraksi polip nasi dextra dextra (polipektomi). P/ Gentamisin 2x1
DISKUSI
Telah Telah dilapo dilaporka rkan n seoran seorang g pasien pasien peremp perempuan uan,, 22 tahun tahun dengan dengan diagnos diagnosis is Polip Polip Nasi Nasi Dextra Stadium 3. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis anamnesis terdapat hidung kanan terasa terasa tersumbat tersumbat sejak 4 bulan yang lalu. Awalnya Awalnya hidung kanan tersumbat hilang timbul sejak 5 tahun yang lalu. Kemudian menjadi menetap. Tampak benjolan di hidung kanan. Dari pemeriksaan rhinoskopi anteriorior tampak massa di meatus medius, medius, bentuk bulat lonjong, permukaan permukaan licin, warna putih keabu-abuan, keabu-abuan, konsistensi konsistensi lunak, lunak, tidak tidak rapuh, rapuh, tidak tidak mudah mudah berdar berdarah, ah, mudah mudah digoya digoyang. ng. Penata Penatalak laksan sanaann aannya ya adalah adalah dengan dengan ekstraksi polip nasi dextra.