POLIP NASI
Pembimbing : Dr. Djoko Srijono, Sp.THT Dr. Muchtar Jusuf, Sp.THT Dr. Renie Agustine, Sp.THT Dr. Wahjoe Widajatno, Sp.THT
Disusun oleh : Kianti Raisa Darusman 030 97 082
KEPANITERAAN KLINIK THT RSUD BUDHI ASIH PERIODE 29 APRIL 2002 – 1 JUNI 2002 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
2
JAKARTA KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya referat dengan judul “polip nasi” dapat saya selesaikan penyusunannya dalam rangka memenuhi salah satu tugas saya sebagai coass yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di bagian THT di RSUD Budhi Asih periode 29 April 2002 – 1 Juni 2002. Dengan selesainya referat ini, tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Dr. Djok Djoko o Srij Srijon ono, o, Sp. Sp.TH THT T 2. Dr. Dr. Mucht Muchtar ar Jus Jusuf uf,, Sp.T Sp.THT HT 3. Dr. Dr. Reni Reniee Agus Agusti tine ne,, Sp.TH Sp.THT T 4. Dr. H. Wahj Wahjoe oe Wida Widajat jatno, no, Sp.THT Sp.THT Sebagai Sebagai pembim pembimbin bing g dalam dalam penyusu penyusunan nan refera referatt juga sebagai sebagai pembim pembimbin bing g selama selama kepaniteraan klinik THT ini. Sepenuhnya saya menyadari bahwa referat ini sangat jauh dari sempurna dan masi masih h bany banyak ak kekur kekurang angan an.. Oleh Oleh kare karena na itu itu sega segala la sara saran n dan dan krit kritik ik yang yang bers bersif ifat at memb memban angun gun sang sangat at saya saya hara harapk pkan an untu untuk k memp memper erbai baiki ki refe refera ratt ini ini maup maupun un untuk untuk pembuatan selanjutnya. Lepas dari segala kekurangan yang ada, semoga referat ini berguna bagi kita semua.
Jakarta, Mei 2002
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman Kata pengantar...............................................................................................................1 Daftar isi........................................................................................................................2 Pendahuluan..................................................................................................................3 Polip Nasi I.
Defini Definisi. si.... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ......4 ..4
II.
Anatomi Anatomi dan Fisiol Fisiologi ogi.... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ....5 .5 - 9
III.
Etiologi... Etiologi.......... .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. ..........10 ...10
IV.
Patofisiol Patofisiologi... ogi.......... .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. .............. ........11 .11
V.
Gejala Gejala Klinis Klinis... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ...... ....... ....... ....... ....... ...... .....12 ..12
VI.
Diagnosis Diagnosis banding...... banding............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. ..........13 ...13
VII.
Penatalaksan Penatalaksanaan.... aan........... .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. .........14 ..14
VIII. VIII.
Prognosis.... Prognosis.......... ............. .............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. .......15 15
IX.
Kesimpulan.. Kesimpulan......... ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. ............16 .....16
Daftar Pustaka............................................................................................................17 Lampiran....................................................................................................................18
4
PENDAHULUAN
Polip nasi merupakan salah satu penyakit yang cukup sering ditemukan di bagian THT 3. Keluhan pasien yang datang dapat berupa sumbatan pada hidung yang makin lama semakin berat. Kemudian pasien juga mengeluhkan adanya gangguan penciuman dan sakit kepala. Untuk mengetahui massa di rongga hidung merupakan polip atau bukan selain perlu dikuasai anatomi hidung juga perlu dikuasai cara pemeriksaan yang dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosa lain. Di dalam referat ini akan dijelaskan mengenai anatomi, fisiologi hidung serta patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan dan penatalaksanaan pada polip nasi.
5
POLIP NASI
I.
DEFINISI 1,2,3
Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu – abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa). Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal.
6
II.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
1,4
Hidung Luar Hidung Hidung luar luar berbent berbentuk uk pirami piramid d dengan dengan bagian bagian – bagianny bagiannyaa dari dari atas atas ke bawah :
1. Pangkal hidung (bridge (bridge)) 2. Dorsum nasi asi 3. Punc Puncak ak hidu hidung ng 4. Ala nasi 5. Kolumela 6. Lubang Lubang hidung hidung (nares (nares anteri anterior) or) Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris. Kerja otot – otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh : -
Superior : os frontal, os nasal, os maksila
-
Inferi Inferior or : kartila kartilago go septi septi nasi, nasi, kartilag kartilago o nasi latera laterali lis, s, kartila kartilago go alaris alaris mayor dan kartilago alaris minor
Dengan Dengan adanya adanya kartil kartilago ago terseb tersebut ut maka maka nasi nasi ekster eksternus nus bagian bagian inferi inferior or menjadi fleksibel. Perdarahan : 1. A. Nasalis Nasalis anteri anterior or (cabang (cabang A. Etmoid Etmoidali aliss yang yang merupaka merupakan n cabang cabang dari A. Oftalmika, cabang dari a. Karotis interna). 2. A. Nasali Nasaliss poster posterior ior (cabang (cabang A.Sfen A.Sfenopal opalati atinum num,, cabang cabang dari dari A. Maksilar Maksilaris is interna, cabang dari A. Karotis interna)
7 3. A. Angul Angulari ariss (caba (cabang ng dari dari A. Fasi Fasiali alis) s) Persarafan : 1. Cabang dari dari N. Oftalm Oftalmikus ikus (N. (N. Supratrokl Supratroklearis, earis, N. N. Infratrok Infratrokleari learis) s) 2. Cabang dari dari N. Maksil Maksilaris aris (ramu (ramuss eksternus eksternus N. Etmoidali Etmoidaliss anterior) anterior)
Kavum Nasi Dengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial k ranial anterior dan fossa kranial media. Batas – batas kavum nasi : Posterior
: berhubungan dengan nasofaring
Atap
: os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus
sfenoidale dan sebagian os vomer Lantai
: mer merupakan bag bagian yang yang lun lunaak, ked kedudu udukanny nnya ham hampir pir hor horisontal,
bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. Bagian ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum. Medial
: sep septum nas nasi ya yang membagi kav kavum nas nasi men menjadi dua dua rua ruangan
(dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit kulit,, jaring jaringan an subkut subkutan an dan karti kartilag lago o alaris alaris mayor. mayor. Bagian Bagian dari dari septum septum yang yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna = kolumela. Lateral
: dibe diben ntuk ole oleh bag bagian da dari os me media dial, os ma maksila, os la lakrima, os
etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid. Konka Konka nasali nasaliss suprem suprema, a, superi superior or dan media media merupak merupakan an tonjol tonjolan an dari dari tulang etmoid. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus sfeno-etmoid yang berhubungan dengan sinis sfenoid. Kadang – kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di bagian ini. Perdarahan : Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah A.sfenopalatina yang yang merupak merupakan an cabang cabang dari dari A.maks A.maksil ilari ariss dan A. Etmoid Etmoidale ale anteri anterior or yang yang
8 merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama – sama arteri.
Persarafan : 1. Anterior Anterior kavum nasi nasi dipersara dipersarafi fi oleh serabut serabut saraf saraf dari dari N. Trigemi Trigeminus nus yaitu yaitu N. Etmoidalis anterior 2. Post Poster erio iorr
kavu kavum m
nasi nasi dipe diperrsar sarafi afi
oleh oleh ser serabut abut saraf araf dari dari gang gangllion
pterigopalatinum masuk melalui foramen sfenopalatina kemudian menjadi N. Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.
Mukosa Hidung Rong Rongga ga hidu hidung ng dila dilapi pisi si oleh oleh muko mukosa sa yang yang seca secara ra hist histol olog ogik ik dan dan fungs fungsio iona nall diba dibagi gi atas atas mukos mukosaa pern pernaf afas asan an dan dan muko mukosa sa pengh penghid idu. u. Mukos Mukosaa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel – sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang – kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous (mucous blanket blanket ) pada permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet. Sili Siliaa yang yang terd terdap apat at pada pada permu permuka kaan an epite epitell memp mempuny unyai ai fung fungsi si yang yang penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat – obatan. Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan
9 tidak tidak bersil bersilia ia ( pseudostratified pseudostratified columnar non ciliated epithelium). epithelium). Epitelnya Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.
Fisiologi hidung 1. Seba Sebaga gaii jala jalan n nafa nafass Pada inspirasi, inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, anterior, lalu naik ke atas setinggi setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk mela melalui lui koana koana dan dan kemu kemudi dian an mengi mengikut kutii jala jalan n yang yang sama sama seper seperti ti udara udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.
2.
Pengatur kondisi udara (air (air conditioning )
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara : a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim musim panas, panas, udara udara hampir hampir jenuh oleh uap air, penguap penguapan an dari dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C. 3. Sebagai Sebagai penyari penyaring ng dan dan pelind pelindung ung Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh :
a.
Rambut (vibrissae (vibrissae)) pada vestibulum nasi
b. Silia
10
c.
Palut lendir (mucous (mucous blanket ). ). Debu dan bakteri akan melekat pada
palut lendir dan partikel – partikel yang besar akan dikeluarkan deng an reflek reflekss bersin bersin.. Palut Palut lendir lendir ini akan diali dialirka rkan n ke nasofa nasofarin ring g oleh oleh gerakan silia.
d.
Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut
lysozime. lysozime.
4. Indr Indraa pen pengh ghiidu Hidu Hidung ng juga juga beke bekerj rjaa seba sebaga gaii indr indraa peng penghi hidu du deng dengan an adan adany ya mukos ukosaa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat. 5. Reso Resona nans nsii suar suaraa Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau. 6. Pros Proses es bica bicarra Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara. 7. Refl Reflek ekss nasa nasall Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna cerna,, kard kardio iova vask skul uler er dan perna pernafa fasa san. n. Cont Contoh oh : irit iritas asii muko mukosa sa hidun hidung g meny menyeba ebabk bkan an refl reflek ekss bers bersin in dan dan nafas nafas terh terhen enti ti.. Rangs Rangsan ang g bau bau tert tertent entu u menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
11
III.
ETIOLOGI 1,2,3
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam dalam hidung hidung atau atau sinus sinus parana paranasal sal sering seringkal kalii ditemu ditemukan kan bersam bersamaan aan dengan dengan adanya adanya polip. polip. Polip Polip berasa berasall dari dari pembeng pembengkaka kakan n lapisa lapisan n permuk permukaan aan mukosa mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis. Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain : 1. Alergi Alergi teruta terutama ma rini rinitis tis alergi alergi.. 2. Sinu Sinusi siti tiss kron kronik ik.. 3. Iritasi. 4. Sumbat Sumbatan an hidung hidung oleh kelainan kelainan anatomi anatomi sepert sepertii deviasi deviasi septum septum dan hipertrofi konka.
12
IV. PATOFISIOLOGI
1,6,
Pada tingka tingkatt permul permulaan aan ditemu ditemukan kan edema edema mukosa mukosa yang yang kebany kebanyakan akan terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip. Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukos mukosa. a. Muko Mukosa sa akan akan menja menjadi di iregu iregule lerr dan terd terdor oron ong g ke sinu sinuss dan dan pada pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip terrus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi a lergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis alergi perennial yang banyak terdapat di Indones Indonesia ia karena karena tidak tidak adanya adanya varias variasii musim musim sehing sehingga ga alerge alergen n terdap terdapat at sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media.
13
V.
GEJALA KLINIS 1,6
Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung. Sumbatan ini tidak hilang – timbul dan makin lama semakin berat keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau atau anos anosmi mia. a. Bila Bila poli polip p ini ini meny menyumb umbat at sinu sinuss para parana nasa sal, l, maka maka seba sebagai gai komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore. Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di hidung. Pada rinos rinoskopi kopi anteri anterior or polip polip hidung hidung sering seringkal kalii harus harus dibedak dibedakan an dari dari konka hidung yang menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaan antara polip dan konka polipoid ialah : Polip : -
Bertangkai
-
Mudah di digerakkan
-
Konsistensi nsi lunak
-
Tidak idak nyer nyerii bil bilaa dit ditek ekan an
-
Tidak mu mudah be berdarah
-
Pada Pada pemakaia pemakaian n vasokons vasokonstri trikto ktorr (kapas (kapas adrenal adrenalin) in) tida tidak k mengeci mengecil. l.
14
VI.
DIAGNOSIS BANDING 1
Polip didiagnosabandingkan dengan konka polipoid, yang ciri – cirinya sebagai berikut : -
Tidak be bertangkai
-
Sukar di digerakkan
-
Nyer Nyerii bila bila dit ditek ekan an den denga gan n pins pinset et
-
Mudah berdarah
-
Dapat Dapat mengeci mengecill pada pemak pemakaian aian vasok vasokons onstri trikto ktorr (kapas (kapas adrena adrenalin lin). ).
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior cukup mudah untuk membedakan polip dan konka polipoid, terutama dengan pemberian vasokonstriktor yang juga harus harus hati hati – hati hati pember pemberian iannya nya pada pasien pasien dengan dengan penyakit penyakit kardio kardiovas vaskul kuler er karena bisa menyebabkan vasokonstriksi sistemik, maningkatkan tekanan darah yang yang berbah berbahaya aya pada pasien pasien dengan dengan hipert hipertens ensii dan dengan dengan penyak penyakit it jantun jantung g lainnya.
15
VII.
PENATALAKSANAAN 1,2,6
Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid :
1.
Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari,
kemudian dosis diturunkan perlahan – lahan (tappering (tappering off ). ). 2. Suntikan Suntikan intrapoli intrapolip, p, misalnya misalnya triamsi triamsinolon nolon asetonid asetonid atau atau prednisolon prednisolon 0,5 cc, tiap 5 – 7 hari sekali, sampai polipnya hilang. 3. Obat Obat semp sempro rott hidun hidung g yang yang menga mengandu ndung ng korti kortiko kost ster eroi oid, d, meru merupak pakan an obat obat untu untuk k rini riniti tiss aler alergi gi,, seri sering ng digun digunak akan an bers bersam amaa atau atau sebag sebagai ai lanj lanjut utan an pengobatn kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman. Untu Untuk k poli polip p yang ang ukur ukuran anny nyaa suda sudah h besa besarr dila dilaku kuka kan n ektr ektrak aksi si poli polip p (pol (polip ipek ekto tomi mi)) deng dengan an meng menggun gunak akan an sena senarr poli polip. p. Sela Selain in itu itu bila bila terd terdap apat at sinusi sinusiti tis, s, perlu perlu dilaku dilakukan kan drenas drenasee sinus. sinus. Oleh Oleh karena karena itu itu sebelu sebelum m operas operasii polipektomi perlu dibuat foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis
16 yang yang menyer menyertai tai polip polip ini atau tidak. tidak. Selain Selain itu, itu, pada pada pasien pasien polip dengan dengan keluhan sakit kepala, nyeri di daerah sinus dan adanya perdarahan pembuatan foto sinus paranasal tidak boleh dilupakan. Prosedur polipektomi dapat mudah dilakukan dengan senar polip setelah pemberian dekongestan dan anestesi lokal. Pada Pada kasu kasuss poli polip p yang ang beru berula lang ng – ulan ulang, g, perl perlu u dila dilaku kuka kan n oper operas asii etmo etmoid idek ekto tomi mi oleh oleh kare karena na umum umumny nyaa poli polip p bera berasa sall dari dari sinu sinuss etmo etmoid id.. Etmoidektomi ada dua cara, yakni : 1. Intranasal 2. Ekst Ekstra rana nasa sall
VIII.
PROGNOSIS 1
Polip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya pengobatannya juga perlu ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi. Secara medikamentosa, dapat diberikan antihistamin dengan atau tanpa dekongestan yang berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung kortikosteroid atau atau tidak tidak.. Dan Dan untuk untuk aler alergi gi inhal inhalan an deng dengan an geja gejala la yang yang bera beratt dan dan suda sudah h berlangsung lama dapat dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan hipose hiposensi nsitis tisasi asi,, yang yang menjadi menjadi piliha pilihan n apabil apabilaa pengobat pengobatan an cara cara lain lain tidak tidak memberikan hasil yang memuaskan.
17
IX.
KESIMPULAN
1. Polip Polip nasi merup merupakan akan salah salah satu penyakit penyakit THT yang yang memberik memberikan an keluhan keluhan sumbat sumbatan an pada pada hidung hidung yang yang menetap menetap dan semaki semakin n lama lama semaki semakin n berat berat dirasakan. 2. Etiologi
polip
di
literatur atur
terbany anyak
meru erupak pakan
akibat
reaksi
hipers hipersens ensit itivi ivitas tas yaitu yaitu pada proses proses alergi alergi,, sehing sehingga ga banyak banyak didapat didapatkan kan bersamaan dengan adanya rinitis alergi. 3. Pada Pada anamn anamnes esis is pasi pasien, en, didap didapat atkan kan keluh keluhan an obst obstru ruks ksii hidu hidung ng,, anos anosmi mia, a, adanya riwayat rinitis alergi, keluhan sakit kepala daerah frontal atau sekitar mata, adanya sekret hidung. 4. Pada Pada peme pemeri riks ksaa aan n rino rinosk skop opii ante anteri rior or dite ditemu muka kan n mass massaa yang ang luna lunak, k, bertangkai, mudah digerakkan, tidak ada nteri tekan dan tidak mengecil pada pemberian vasokonstriktor lokal.
18 5. Pena Penata tala laks ksan anaan aan untuk untuk poli polip p nasi nasi ini ini bisa bisa secar secaraa konse konserv rvat atif if maup maupun un operatif, operatif, yang biasanya biasanya dipilih dipilih dengan melihat ukuran polip itu sendiri dan keluhan dari pasien sendiri. 6. Pada Pada pas pasien ien deng dengan an riwa riway yat rinit nitis aler alergi gi,, pol polip nasi nasi mempu empuny nyai ai kemung kemungkin kinan an yang yang lebih lebih besar besar untuk untuk rekure rekuren. n. Sehingga Sehingga kemung kemungkina kinan n pasien harus menjalani polipektomi beberapa kali dalam hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Soep Soepar ardi di,, Efi Efiaty aty. Iska Iskand ndar ar,, Nur Nurbai baiti. Buku Buku Ajar Ajar Ilmu Kese Keseha hattan Tel Telinga inga Hidung Tenggorok edisi IV cetakan I. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2000
2.
Soep Soepar ardi di,, Efia Efiaty ty.. Hadj Hadjat at,, Fach Fachri ri.. Iska Iskand ndar ar,, Nurb Nurbai aiti ti.. Pena Penata tala laks ksan anaa aan n dan dan Kelainan Telinga Hidung Tenggorok edisi II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2000
3.
Kapi Kapitta Sel Selekta ekta Kedo Kedokt kter eran an edi edisi III III jili jilid d I hal. hal. 113 113 – 114. 114. Pene Penerrbit bit Media edia Aesculapius FK-UI 2000
4.
Dik Diktat An Anatomi omi Hi Hidung FK FK Us Usakti kti ha hal. 1 – 12 12
5.
Adams Adams,, Geor George ge.. Boi Boies es,, Lawr Lawren ence ce.. Higl Higler er,, Pete Peter. r. Buku Buku Aja Ajarr Peny Penyaki akitt Teli Telinga nga Hidung Tenggorok. W.B. Saunders, Philadelphia 1989
6.
Ball Ballen enge ger, r, Joh John n Jaco Jacob. b. Di Diseae seaess of The The Nos Nosee Thro Throat at Ear Ear Hea Head d and and Neck Neck.. Lea Lea & Febiger 14th edition. Philadelphia 1991
19
LAMPIRAN