LAPORAN PENDAHULUAN POLIP NASAL
Disusun Oleh: DINA INA MUKM UKMILA ILAH MAHAR HARIKA IKA
115070 507020 201 113102 1024
PROGRAM SUDI ILMU KEPERA!A KE PERA!AA AN N "AKULAS KEDOKERAN UNI#ERSIAS $RA!I%A&A MALANG 2015
1' DE"INISI
Polip nasi adalah suatu proses inflamasi kronis pada mukosa hidung dan sinus paranasi yang ditandai dengan adanya massa yang edematous pada rongga hidung (Kern et.al , 2013).
Polip adalah penyakit yang menyerang rongga hidung. Penyebabnya adalah tumbuhnya daging kecil (tumor lunak) di dalam rongga hidung akibat peradangan rinitis alergica yang tidak segera diobati. i samping harus men!alani pengobatan, penderita penyakit ini !uga harus menghindari pa!anan berupa debu, serbuk sari (polen), bulu binatang, asap rokok dan asap pabrik. Polip nasi muncul seperti anggur pada rongga hidung bagian atas, yang berasal dari dalam kompleks ostiomeatal. Polip nasi terdiri dari !aringan ikat longgar, edema, sel"sel inflamasi dan beberapa kelen!ar dan kapiler dan ditutupi dengan berbagai !enis epitel, terutama epitel pernafasan pseudostratified dengan silia dan sel goblet (#ho!no$ska, (#ho!no$ska, 2013). %ebelumnya polip nasal disebutkan dalam catatan &ippocrates dari abad ke"' % (lifirski, 200*) kemudian ter!adinya polip nasal dikonfirmasi pada prasasti batu nisan +a!a %abur yang bertuliskan -ostril reed/ oleh dokter esir -i"nkh %ekhmed.
ambar polip nasal dengan menggunakan
ambar polip nasal yang telah berhasil diambil dari
endoskopi di epartemen aryngology, +umah
rongga hidung di epartemen aryngolog y, +umah
ia4ystok. (#ho!no$ska, 2013).
ia4ystok. (#ho!no$ska, 2013).
2' EPIDEMIOLOGI
5nsidensi polip nasi sulit diperkirakan. diperkirakan. i merika %erikat diperkirakan 0,36 penduduk de$asanya de$asanya menderita kelainan ini, sedangkan di 5nggris lebih tinggi t inggi lagi, yaitu sekitar 0,2"36 (ecker, 2007). rekuensi ke!adian polip nasi meningkat sesuai dengan umur, dimana mencapai puncaknya pada umur sekitar 80 tahun. Ke!adian polip nasi lebih banyak dialami pria dibanding $anita dengan perbandingan 2,291. Polip nasi !arang ditemukan pada anak"anak. nak dengan polip nasi harus dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya cystic fibrosis karena cystic fibrosis merupakan faktor resiko bagi anak"anak untuk menderita polip. Pre:alensi polip nasal dalam populasi diperkirakan 1"'6, $alaupun bukti pendukung untuk temuan ini adalah langka (arsen, 2002). aporan yang terdahulu menyebutkan menyebutkan bah$a pre:alensi polip nasal mulai dari 0,2 (alliers, 1;7') sampai 2,26 (&a:as, 1;**), dan studi otopsi telah melaporkan ke!adian bilateral polip nasal berkisar antara 1,8 (%uttner, (%uttner, 1;;2) sampai 26 (arsen, 1;;1).
3' KLASI"IKASI
enurut #ho!no$ska (2013), klasifikasi polip nasal berdasarkan dera!atnya dibagi men!adi tiga yaitu sebagai berikut9 De()*)+ o
G),-)(
Ke+e()n.)n
0
1o
Polip ringan (polip kecil yang tida tidakk menc mencap apai ai tepi tepi atas atas bagian ba$ah concha nasal)
2o
Polip Polip sedan sedang g (poli (polip p yang yang leta letakn knya ya di anta antara ra bagi bagian an atas dan ba$ah dari concha nasal .
Polip
menyebabkan yang
!enis
penurunan
sign signiifika fikan n
permeabilitas o
3
hidung). Polip berat menutupi
ini dari
rongga (polip
seluruh
yang area
concha nasalI, dari tepi atas
hingga tepi ba$ah. Polip ini menyebab menyebabkan kan !umlah !umlah oklusi oklusi aliran
udara,
di
bagian
rongga hidung. liran udara tidak mampu masuk melalui hidung yang terkena polip)
enurut
•
=osinofilik edematous.
•
Polip inflamasi kronik.
•
Polip dengan hiperplasia dari glandula seromusinous.
•
Polip dengan atipia stromal
bahkan apabila dibandingkan dibandingkan dengan tonsil dan serum sekalipun. Kadar 5g, 5g, 5g terdapat dalam !umlah ber:ariasi, dimana peningkatan !umlah memperlihatkan adanya infeksi pada saluran napas. eberapa mediator inflamasi !uga dapat ditemukan di dalam polip. &istamin merupakan mediator terbesar yang konsentrasinya di dalam stroma polip 100"1000 konsentrasi serum. ediator kimia lain yang ikut dalam patogenesis dari nasal polip adalah Gamma Interferon (5-">) dan Tumour Growth Factor β (<"?). 5-"> menyebabkan menyebabkan
migrasi dan akti:asi eosinofil yang melalui pelepasan toksiknya bertanggung!a$ab bertanggung!a$ab atas kerusakan epitel dan sintesis kolagen oleh fibroblas . <"? yang umumnya tidak ditemukan dalam mukosa normal merupakan faktor paling kuat dalam menarik fibroblas dan meransang sintesis matrik ekstraseluler. Peningkatan mediator ini pada akhirnya akan merusak mukosa rinosinusal yang akan menyebabkan peningkatan permeabilitas terhadap natrium sehingga mencetuskan ter!adinya edema submukosa pada polip nasi.
4' EIOLOGI
anyak anyak teori teori yang menyatakan menyatakan bah$a bah$a polip polip merupaka merupakan n manifesta manifestasi si utama dari infla inflamas masii kroni kronis, s, oleh oleh karena karena itu kondi kondisi si yang yang menye menyebab babkan kan infla inflamas masii kronis kronis dapat dapat menyebabkan polip nasi. eberapa kondisi yang berhubungan dengan polip nasi seperti alergi dan non alergi, sinusitis alergi !amur, intoleransi aspirin, asma, sindrom #hurg"%trauss (demam, asma, :askulitis eosinofilik, granuloma), fibrosis kistik, Primary ciliary dyskinesia, Kartag Kartagen ener er syndro syndrome me (rino (rinosin sinusi usitis tis kronis kronis,, bronki bronkiekt ektasi asis, s, situs situs in:ers in:ersus) us),, dan @oung syndrome (sinopulmonary disease, aAoospermia, polip nasi) (Kirtreesakul 2002). eberapa mekanisme lain terbentuknya polip nasi !uga telah dikemukakan antara lain ketidak ketidak seimbang seimbangan an :asomoto :asomotor, r, gas -B, superanti superantigen, gen, gangguan gangguan transporta transportasi si ion transepitel, gangguan polisakarida, polisakarida, dan ruptur epitel (ssanasen 2001, Kirtreesakul 2002). Pato Patoge gene nesi siss poli polip p nasi nasi masi masih h belu belum m dike diketa tahu hui.i. Perk Perkem emba bang ngan an poli polip p tela telah h dihubungkan dengan inflamasi kronik, disfungsi sistem saraf autonom dan predisposisi genetik. genetik. erbagai erbagai keadaan telah dihubung dihubungkan kan dengan dengan polip polip nasi, nasi, yang dibagi men!adi men!adi rinosinusitis kronik dengan polip nasi eosinofilik dan rinosinuritis kronik dengan polip nasi non non eosi eosino nofifililik, k, bias biasan anya ya neut neutro rofifililikk (ra (rake ke ee, ee,1; 1;;7 ;7CC erg ergus uson on D Brla Brland ndi,i,20 200E 0ECC angunkusumo D Fardani 2007). Pada penelitian akhir"akhir ini dikatakan bah$a polip berasal dari adanya epitel mukosa yang rupture oleh karena trauma, infeksi, dan alergi yang menyebabkan edema mukosa, sehingga !aringan men!adi prolaps (King 1;;*). enomena ernoulli menyatakan bah$a udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya. Garingan yang lemah akan terisap oleh tekanan negatif sehi sehing ngga ga meng mengak akib ibat atka kan n edem edema a muko mukosa sa dan dan pemb pemben entu tuka kan n poli polip. p. eno enome mena na ini ini men!el men!elask askan an menga mengapa pa polip polip kebany kebanyaka akan n berasa berasall dari dari area area yang yang sempi sempitt di kompl kompleks eks ostiom ostiomeat eatal al di meatus meatus media media.. Falau Falaupun pun demik demikian ian polip polip dapat dapat timbu timbull dari dari tiap tiap bagian bagian mukosa mukosa hidun hidung g atau atau sinus sinus paran paranasi asi dan dan serin sering g kali kali bilate bilateral ral atau atau multip multiple le (-iAar (-iAar D angunkusumo 2001). 5' "AKOR RESIKO A' Ale(.i /)n As,)
Penelitian terdahulu menyebutkan bah$a pembentukan polip nasal ter!adi karena respons alergi (atopi) dari alergen melalui inhalasi. -amun menurut penelitian baru"baru ini dinyatakan bah$a hubungan antara polip nasal dan respon alergi adalah lemah. Pre:alensi polip nasal pada pasien dengan rhinitis alergi diperkirakan antara 1,8 (%ettipane, 1;77) "1,76 (rigoreas, 2002).
alam salah satu penyelidikan yang melibatkan lebih dari 2.000 pasien, %ettipane melaporkan bah$a polip nasal lebih umum terdapat pada penderita nonallergic asma dari pada penderita asma alergi (13 :s 86, p H0,01) (%ettipane, 1;;E). ata ini diperkuat oleh rigoeras et.al yang yang menganalisis 3.*17 pasien @unani dengan rinitis kronis dan asma. %ecara keseluruhan, insiden polip nasal pada populasi ini adalah pada penderita asma nonallergic dibanding dibanding penderita asma alergi (13 :s 2,'6). Patofisiologi kronik rhinosinusitis dan asma mungkin mencerminkan respons inflamasi kronis baik di saluran nafas atas maupun ba$ah. Peningkatan eusinofil ter!adi pada polip nasal dengan kronik rhinosinusitis rhinosinusitis (Ganko$ski, 2002). 5nfiltrat inflamasi seluler pada penderita asma !uga terdiri dari eosinofil, sel mast, dan limfosit #'I < (%utherland, 2003). achert et.al . menyatakan bah$a hubungan antara kronik rhinosinusitis yang parah dan asma mungkin karena produksi sitokin inflamasi di saluran udara yang menginduksi peningkatan regulasi eosinofil, sel mast, basofil dan oleh peningkatan regulasi sumsum tulang. %el"sel inflamasi ini kemudian bermigrasi ke mukosa !alan napas menghasilkan espon inflamasi reaktif yang mengarah ke pembentukan polip nasal (achert, 200E). $' %enis Kel),in /)n Usi)
Penelitian"penelitian sebelumnya telah mengemukakan bah$a ke!adian polip nasal meningkat seiring dengan meningkatnya usia (rigoreas, 2002 dan %ettipane, 1;;E). %ettipane melaporkan bah$a frekuensi polip nasal mencapai puncaknya pada pasien yang berusia 80 tahun ke atas (%ettipane, 1;;E). %elain itu, ia melaporkan bah$a penderita asma yang berusia lebih dari '0 tahun empat kali lebih mungkin untuk mengalami polip nasal dari pada mereka yang berusia berusia di ba$ah '0 (12,' :s 3,16, p H0,01) (%ettipane, (%ettipane, 1;;E). arsen et.al menyatakan bah$a dari 282 pasien, mereka mengamati polip nasal paling sering ter!adi pada pasien yang berusia '0"E0 tahun. %elain itu, pasien yang berusia lebih dari *0 tahun tidak mungkin untuk memiliki polip nasal. Jsia rata"rata diagnosis adalah polip nasal adalah 81 tahun pada laki"laki dan '; tahun pada perempuan. Penemuan polip nasal pada anak"anak sangat !arang. Ke!adian polip nasal diperkirakan pada pasien yang berusia kurang dari 1E tahun adalah 0,1 (%ettipane, 1;;E) sampai 0,21E6 (arsen, 2002). alam sebuah studi dari 1.081 pasien alergi pediatrik, hanya satu pasien yang memiliki polip nasal '0L. Gika -P ditemukan pada anak, hasil pemeriksaan untuk cystic fibrosis (#) harus dilakukan.
%ama halnya dengan usia, terdapat literatur yang beragam dalam kaitannya dengan dampak !enis kelamin pada pengembangan polip nasal. Pada penelitian %ettipane ini dari 211 pasien polip nasal, pre:alensi polip nasal pada laki"laki dan perempuan adalah 80,2 dibanding ';,*6 (%ettipane, 1;77). +esiko perempuan pasien dengan polip nasal adalah 2,; di usia '0"80 dan maksimal E,0 untuk pasien yang berusia antara *0"*; tahun (arsen, 2002). Ke!adian polip nasal yang terbesar pada laki"laki dan perempuan dalam rentang usia '0"E; tahun. alam kelompok ini, polip hadir di 1,E* laki"laki dan 0,*2 pasien perempuan per seribu per tahun. ' Gene+i
Penelitian telah menun!ukkan bah$a sampai 1'6 pasien dengan -P memiliki ri$ayat keluarga -P (reisner, 1;;8). alam kohort yang melibatkan 17' pasien polip nasal, 286 memiliki hubungan utama dengan keluarga yang memiliki polip (orang tua, saudara, atau anak) (#ohen, 200E). da berbagai berbagai gangguan secara secara genetik yang yang dapat mendasari mendasari ter!adinya ter!adinya polip nasal. nasal. Cystic fibrosis adalah gangguan resesif autosomal disebabkan oleh mutasi pada gen cystic fibrosis conductance regulator (#<+). (#<+). Produk gen dari #<+ adalah saluran ion klorida
terutama di eksokrin yang kelen!ar paru"paru, hati, pankreas, dan usus. %ekitar, 206 pasien dengan cystic fibrosis memiliki polip nasal (%ettipane, 1;;E). D' In+le()n Asi(in
Polip nasal sering diamati pada pasien yang tidak sensitif aspirin (asam aseti lsalisilat) atau -%5. Bbat ini dapat menginduksi respon asma akut dalam 30";0 menit dari konsumsi (%amter, 1;E*).
pada basal dan aspirin-induced generation of eicosanoid (produk yang berasal dari metabolisme asam arakidonat termasuk prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien), leukotrien), akhirnya menyebabkan menyebabkan sensiti:itas aspirin (Ko$alski, 2000). Polip nasal dari pasien triad"% menun!ukkan menun!ukkan peningkatan edema dan infiltrat inflamasi dibandingkan dibandingkan dengan pasien polip nasal dengan aspirin toleran (atra, 2003). E' Allergic Fungal Rhinosinusitis Rhinosinusitis A"RS
%ekitar 8"106 dari kronik rhinosinusitis dengan pasien polip nasal memiliki +%. Penyakit ini biasanya penyakit orang de$asa muda, dengan usia rata"rata diagnosis antara 22"2* tahun, yang secara signifikan lebih rendah dari pada yang diamati pada pasien non" +%. Penelitian Penelitian telah menun!ukkan menun!ukkan bah$a bah$a ada peningkatan peningkatan pre:alensi +% di daerah daerah yang lebih beriklim lembab. imungkinkan !uga bah$a status sosial ekonomi yang rendah, kurangnya akses pera$atan kesehatan, mungkin !uga telah memungkinkan untuk perkembangan perkembangan penyakit ini. "' E+nis /)n Ge.()6is
Pada ras Kaukasia, polip nasal telah terbukti memiliki komponen eosinophilic kuat, kemungkinan kemungkinan karena regulasi interleukin (5)"8 yang tinggi (achert, 1;;7). %elain peningkatan 5"8, eotaksin dan eosinofilik kationik protein (=#P) secara signifikan meningkat pada pasien polip nasal dan mengindikasikan eosinophilic inflamasi diperkuat '8L. %elain itu, Transforming Growth Factor (<) (<) ?1, sebuah sitokin yang dikenal untuk merangsang matriks ekstraselular dan menghambat sintesis 5"8 mengalami penurunan pada pasien dengan polip nasal. Bleh karena itu, kaskade sitokin berpuncak pada kelebihan produksi 5"8, dengan do$nregulation <"b1, mungkin mempotensiasi respon eosinophilic dan dan memiliki efek merusak pada matriks ekstraselular secara bersamaan.
' MANI"ESASI KLINIS
Penderita polip menun!ukkan ge!ala sebagai berikut9 1. 2. 3. '. 8.
&idun &idung g sepert sepertii tersum tersumba batt +ongga +ongga hidu hidung ng teras terasa a gatal gatal dan dan pedih pedih %erin ering g be bersin rsin ata ata ber berai airr akiba akibatt aler alergi gi
7' PEMERIKSAAN DIAGNOSIK
engan engan pemeriksa pemeriksaan an rhinoskopi anterior biasanya polip sudah dapat dilihat, polip yang masif seringkali menciptakan kelainan pada hidung bagian luar. Pemeriksaan +ontgen dan #< scan dapat dilakukan untuk Polip biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan, seperti daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung. Ketika baru terbentuk, sebuah polip tampak seperti air mata dan !ika telah matang, bentuknya menyerupai buah anggur yang ber$arna keabu"abuan. Polip nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dapat terlihat adanya massa yang ber$arna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan. A' N)s8en/si N)s8en/si
-aso"endoskopi memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip berukuran kecil di meatus media. Polip stadium 1 dan 2 kadang"kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak t ampak dengan pemeriksan naso"endoskopi. Pada kasus polip koanal !uga dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila. engan naso"endoskopi dapat !uga dilakukan biopsi pada layanan ra$at !alan tanpa harus ke me!a operasi. $' Pe,e(is))n R)/il.i
oto polos sinus paranasal (posisi water , P, caldwell , dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam sinus, tetapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat pada pada kasus polip. Pemeriksaan #< scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan !elas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip, atau sumbatan pada komplek osteomeatal. #< scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa.
9' PENAALAKSANAAN PENAALAKSANAAN
Polip Polip nasi nasi sanga sangatt mengga menggangg nggu u pada pada kebany kebanyaka akan n pasien pasien.. Penya Penyakit kit ini serin sering g berulang dan memerlukan pengobatan yang lama sampai bertahun"tahun. engan demikian pengobatannya pengobatannya bertu!uan untuk mengurangi besarnya atau menghilangkan menghilangkan polip agar aliran udara udara hidung hidung men!adi men!adi lapang lapang dan penderita penderita dapat bernafas bernafas dengan dengan baik. baik. %elan!ut %elan!utnya nya ge!ala"g ge!ala"ge!al e!ala a rinitis rinitis dapat dapat dihilang dihilangkan kan dan fungsi fungsi penciuma penciuman n kembali kembali normal. normal.
terl terlet etak ak di bagi bagian an hidu hidung ng.. !olypectomy hidung hidung diindi diindikas kasika ikan n untuk untuk ge!al ge!ala a yang yang tidak tidak terkon terkontro troll atau atau yang yang telah telah melaku melakukan kan terapi terapi medis medis namun namun gagal gagal (okke (okkens, ns, 2008 2008 dan uilemany uilemany,, 2010). 2010). Polypecto Polypectomy my hidung hidung merupaka merupakan n kontrain kontraindika dikasi si untuk untuk penyakit penyakit tanpa tanpa ge!ala atau dengan komorbiditas pasien yang signifikan termasuk, namun tidak terbatas pada, penyakit !antung dan paru, gangguan perdarahan yang signifikan, atau diabetes tidak terkontrol atau asma. Pe(en;)n))n ()8P(se/u(
Penilaian pra operasi #< scan adalah kriteria standar. eberapa ahli bedah !uga menggunakan
pencitraan
comput computed ed
tomogr tomograp aphy hy
intr intrao aope pera ratitiff
atau atau
pera perala lata tan n
neurona"igational untuk membantu mengidentifikasi landmark dan M atau selama kasus
re:isi untuk lebih meningkatkan keselamatan pasien.
Pe()l)+)n
5nstrumentasi %inus umumnya meliputi9 •
#up forceps
•
•
ackbiting instruments
•
#urettes
•
Probes
•
%uctions
•
Po$ered instrumentation instrumentation
•
%inus rigid endoscopes of :arying degrees
Pe(si))n P)sien
a) nestesi
%etelah operasi, sebagian besar pasien terus memerlukan penggunaan obat untuk menghindari kekambuhan dan batas peradangan (Patiar , 2007C ullol , 200; dan Goe , 200*). -asal irigasi dengan saline nasal isotonik yang dilakukan dengan mulai 1"3 hari setelah operasi dan harus dilakukan beberapa kali setiap hari. %ebuah banyak re!imen obat untuk untuk mana!e mana!emen men kedua kedua pera$ pera$ata atan n pra operas operasii dan pasca pasca operas operasii telah telah di!ela di!elaska skan n (%chlosser, 2013C -aclerio, 2013 dan Kalish, 2012). Kun!ungan pasca operasi dengan endoskopi hidung dan debridement dilakukan sampai mukosa hidung telah sembuh dan setiap krusta atau sinekia telah diselesaikan. +e!imen tindak lan!ut ber:ariasi dari mingguan men!ad men!adii setiap setiap 3 minggu minggu.. Gangka Gangka pan!a pan!ang ng tinda tindakk lan!u lan!utt dian!u dian!urka rkan n untuk untuk menil menilai ai dan mengobati kekambuhan polip.
K,li)si
Kemungkinan komplikasi meliputi9 •
#erebral kebocoran cairan tulang belakang
•
asalah mata
•
Pendarahan
•
%ynechia
•
5nfeksi lokal
•
-asofrontal saluran stenosis
•
ucocele
Penceg Pencegah ahan an kompli komplikas kasii bedah bedah mungki mungkin n dengan dengan seksam seksama a terha terhadap dap compu computed ted tomography scan, pengetahuan tentang anatomi bedah, dan kemungkinan penambahan intraoperatif pencitraan computed tomography t omography atau peralatan neurona:igational. neurona:igational. in/))n= P(se/u( Pe,-e/)h)n
Pasien diinduksi dengan anestesi umum. &idung didekongesti secara topikal dengan oNymetaAoline atau kokain. nestesi lokal dengan lidokain dan epinefrin disuntikkan ke dalam septum, sinus anatomi, dan polip. Gika neurona:igation akan digunakan, peralatan yang yang disi disiap apka kan. n. eng engan an meng menggu guna naka kan n endo endosk skop opii yang yang terd terdap apat at kame kamera ra,, anat anatom omii di:isualisasikan di:isualisasikan di layar :ideo. Garingan polypoid dapat dihapus dengan forsep polip, melalui pemotongan instrumen, atau microdebrider. &ati"hati dengan anatomi sekitarnya agar tidak melukai orbit, dasar tengkorak, atau struktur pembuluh darah. Polip biasanya dihapus dari posterior ke anterior untuk mengimbangi efek menutupi perdarah perdarahan. an. eberapa eberapa ahli ahli bedah bedah !uga melakukan melakukan !umlah !umlah ethmoidec ethmoidectomy tomy,, uncinecto uncinectomy my,, antrostomy meatus tengah, sinusotomy frontal atau prosedur draf, dan sphenoidotomy. Gika rongga sinus !uga mengandung polip, ini dapat dihapus pada saat operasi. Packing diserap dapat ditempatkan lateral konka atau di meatus tengah. Pendarahan ditemui dapat diatasi dengan :asoconstrictants topikal, hemostatik matriks komersial, atau kemasan hidung. Kauter biasanya tidak diterapkanC !ika diperlukan, harus digunakan dengan sangat hati"h hati"hati ati,, teruta terutama ma di sekita sekitarr orbit orbit dan dan tengko tengkorak rak dasar dasar,, sehing sehingga ga tidak tidak menye menyeba babka bkan n
komplikasi yang tidak diinginkan (+amakrishnan, 2011C Ganko$ski, 1;;7C Ganko$ski, 200E, asterson, 2010 dan archioni, 200*). Ps+8e()si
Pera$atan sinus Postprocedural ber:ariasi sesuai dengan preferensi ahli bedah. eberapa ahli bedah melakukan mingguan, dua mingguan atau bulanan debridement sinus endoskopi endoskopi.. ana!eme ana!emen n obat pasca operasi operasi mungkin mungkin termasuk termasuk irigasi irigasi sinus, sinus, hidung hidung atau steroid oral, hidung atau antihistamin oral antibiotik oral atau topikal, antileukotrienes, dan imunoterapi 20, 21, 22L