ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS DENGAN PARTUS PREMATURUS IMINENT DI VK IRD RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Oleh: DIANA SEPTARIA ABIDIN
011513243004 011513243004
FITRIANI PUSPAYANTI
011513243051 011513243051
ZAKIA EKA PUTRI
011513243020 011513243020
RINDY DIAZ ANDROMEDA
011513243045 011513243045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Persalinan preterm merupakan salah satu masalah nasional di Indonesia karena memberikan kontribusi kematian bayi yang cukup tinggi. Selain itu, dapat terjadi gangguan pertumbuhan mental, intelektual dan fisik sehingga dapat menjadi beban dalam keluarga, masyarakat dan negara. (Manuaba, 2002) Di negara berkembang seperti indonesia dan india, persalinan preterm memberikan kontribusi paling sedikit 2/3 dari angka kemtaian bayi. Potensial kematian perinatal pada persalinan prematur sebesar 65-75% umumnya berkaitan dengan berat badan lahir rendah dan pertumbuhan janin terhambat. (Dinas Kesehatan, 2000) Penyebab partus prematurus masih sulit diidentifikasi. Pada tahun 2005 kejadian pertus prematurus di Indonesia sekitar 20% dialami oleh ibu dengan resiko tinggi kehamilan. Ada beberapa keadaan yang diketahui menjadi faktor pendorong terjadinya partus prematurus, yaitu hipertensi, IUGR, IUFD, Solusio placenta, placenta previa, kehamilan ganda dan beberapa penyebab timbulnya kontraksi seperti serviks inkompeten, ketuban pecah dini dan kelainan uterus. Dengan kemjuan ilmu di abad 20, maka kita semakin sadar bahwa persalinan preterm dapat dicegah sejak dini. Maka hari itu, pemeriksaan antenatal perlu dilakukan secara rutin dan berkala. Hal ini bertujuan agar dapat mendeteksi secara dini tentang adanya kelainan pada masa kehamilan sehingga dapat diberikan pelayanan secara tepat dan optimal, serta dapat melalui masa kehamilan, persalinan hingga nifas dengan baik dan dapat melahirkan bayi yang sehat.
1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum Setelah melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan persalinan prematur iminen, mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada partus prematurus iminen. 1.2.2 Tujuan khusus 1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan menganalisa data pada pasien dengan persalinan prematur iminen.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada pasien dengan persalinan prematur iminen. 3. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan asuhan kebidanan dengan persalinan prematur iminen. 4. Mahasiswa mampu mengantisipasi masalah potensial yang terjadi pada pasien dengan persalinan prematur iminen. 5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada pasien dengan persalinan prematur iminen. 6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan sesuai dengan persalinan prematur iminen. 7. Mahasiswa mampu membuat evaluasi tindakan yang telah diberikan pada pasien.
1.3 Manfaat 1. Bagi Penulis Meningkatkan pengetahuan dan mendeteksi pengetahuan secara dini permasalahan serta melakukan pemeriksaan / pencegahan dan tindakan dengan memberikan perawatan dan rujukan. 2. Bagi klien Mendapatkan asuhan kebidanan yang terstandar. 3. Institusi Untuk menambah kemampuan mahasiswa pendidikan bidan dalam hal yang berhubungan dengan partus prematurus.
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Persalinan Preterm 2.1.1 Pengertian Persalinan Preterm adalah persalinan yang belangsung pada umur kehamilan 20 – 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Sarwono, 2009) Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22 – 37 minggu. (Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI, 2005) Persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung sebelum waktunya pada kehamilan 28 minggu atau janin sekitar 1000 gram. (Manuaba, 1998) Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan 20-37 minggu. (Prawirohardjo,2001) Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37. (Varney, 2003) Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal. Kematian perinatal umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan bayi preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat. Permasalahan yang terjadi pada persalinan preterm bukan saja pada kematian perinatal, bayi prematur ioni sering pula disertai dengan kelainan, baik kelainan jangka pendek maupun kelainan jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi
adalah
:
RDS
(Respiratory
Distress
Syndrome),
pendarahan
intra/periventrikular, NEC (Necrotizing Entero Cilitis), displasi bronko – pulmonar, sepsis dan paten duktus arteriousus. Adapun kelainan jangka panjang sering berupa kelainan neurologic seperti serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik.
2.1.2 Etiologi 1. Iatrogenik a. Sectio Secarea ulangan yang dilakukan <2 tahun. b. Pengakhiran kehamilan karena keadaan khusus : diabetes, hipertensi, IUGR dan eritroblastosis.
2. Spontan a. Idiopatik. Sebab persalinan preterm tidak diketahui pada 50% kasus. b. KPD c. Inkompetensia serviks d. Insuficiensi Placenta e. Overdistensi uterus karena : gemelli, polihidtramnion, janin makrosomia. 3. Perdarahan trimester 3 a. Placenta previa b. Abruptio placenta c. Vasa Previa 4. Abnormalitas uterus a. Hipoplasia uteri b. Uterus bikornu c. Leiomyoma 5. Trauma a. Jatuh b. Terpukul pada perut c. Tindakan pembedahan 6. Penyakit ibu : toksemia, anemia, penyakit ginjal yang kronis dan penyakit demam yang akut
7. Faktor lain yang menyertai : a. Status ekonomi sosial rendah b. Merokok c. Bakteriuria d. Perawatan prenatal yang buruk (Harry Oxorn, 2003)
2.1.3 Manifestasi Klinik Menurut Owen (2003), gejala persalinan prematur sangat mirip dengan kasus normal, sehingga lolos dari kewaspadaan medis. Tanda dan gejala tersebut yaitu :
Konstraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
Rasa berat di panggul
Kejang uterus yang mirip dengan dismenorrhea
Keluarnya cairan pervaginam
Nyeri punggung.
Ditambahkan oleh Harry Oxorn (2003), terjadinya kontraksi yang teratur dan nyeri serta intervalnya kurang dari 10 menit dan memiliki pengaruh terhadap perubahan cervix.
2.1.4 Penegakan Diagnosa 1. Terjadinya konstraksi 2. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur urine
Gas dan pH darah janin
Darah tepi ibu untuk membantu mengetahui jumlah leukosit
C – Reaktive Protein, ada pada penderita infeksi akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksipolisakarida somatik nonspesifik kuman pneumococcus yang disebut fraksi Crp dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap 1L-1 dan 1L-6 THF.
3. Amniosintesis
Menghitung Leukosit
Pewarnaan gram bakteri (+) positif
Kultur
Kadar 1L-1 dan 1L-6
Kadar Glukosa
4. Pemeriksaan Ultrasonografi
Oligohidramnion Goulk
meneliti
adanya
hubungan
antara
Oligohidramnion
dengan
korioamnionitis klini anterpartum. Vintzileous mendapati hubungan antara oligohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion.
Penipisan Serviks Lanis mendapati ketebalan serviks >3 cm pada pemeriksaan USG 96 % dapat dipastikan akan terjadi persalinan prematur. (Joseph HK, 2010)
Jika dalam evaluasi tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis persalinan prematur, wanita dapat dipulangkan dengan instruksi berikut :
1. Batasi aktivitas-kurangi jam kerja untuk pekerjaan yang tidak berat dan tidak menimbulkan stres atau ambil cuti dari pekerjaan rumah tangga yang berat. 2. tempatkan seseorang untuk membantu pekerjaan rumah tangga dan bertanggung jawab pengasuhan anak.
3. jangan melakukan aktivitas seksual sampai evaluasi ulang dalam 1 minggu. 4. kontrol tiap 1 minggu 5. lanjutkan program pemenuhan nutrisi 6. bila terdapat tanda persalinan, segera datang kembali ke klinik untuk segera dialkukan evaluasi ulang. (Varney, 2003)
2.1.5 Pencegahan persalinan prematur Menurut Sarwono Prawiroharjo, Ilmu Kebidanan (2005), yang dimaksud pencegahan disini adalah pencegahan persalinan prematur yang bukan kondisi medis (Pendarahan, hipertensi, dll)
Pasien diberi tahu tentang gejala konstraksi baik secara palpasi maupun alat perekam selama 2 jam sehari. Pasien dapat diinstruksikan bahwa bila merasakan kontraksi 4 kali atau lebih per jam diminta untuk menghubungi klinik.
Pasien tirah baring total dengan miring ke arah kiri
Perhatikan kontra indikasi pemberian obat
2.1.6 Penatalaksanaan Prinsip umum : bila memungkinkan, hindari persalinan sebelum kehamilan 35 minggu.
Rehidrasi dan tirah baring Untuk mempertahankan keadaan umum ibu dan mengurangi frekuensi kontraksi yang bisa timbul karena aktifitas pasien.
Terapi Kortikosteroid Terapi kortikosteroid diberikan bila usia kehamilan <35 minggu. Diberikan untuk mempercepat pematangan paru janin -
Betamethasone 12 mg 1 M tiap 24 jam selama 48 jam
-
Dexamethasone 6 mg 1 M tiap 12 jam selama 48 jam
Efek optimal terjadi setelah 24 jam pemberian terakhir mencapai puncak dalam 48 jam dan bertahan sampai 7 hari. Pemberian ulang kortikosteroid tidak berguna, bahkan dapat mengganggu perkembangan motorik dan psikomotorik janin.
Tokolitik Berikan tokolitik bila : kehamilan <35 minggu, dilatasi serviks <3cm, tidak ada amnionitis, pre-eklampsia, atau perdarahan aktif, tidak ada gawat janin.
1. Betamimetik (ritrodine, terbutaline) 2. Magnesium Sulfat Pemberian harus diawasi dengan ketat melalui pemeriksaan reflek patela, frekuensi pernapasan, produksi urine. Harus tersedia antidotium kalsium glukonat 10 ml dalam larutan 10%. 3. Indomethacine Pemberian dapat peroral atau perektal. Dosis 50 – 100 mg diikuti dengan pemberian selama 24 jam yang tidak melebihi 200 mg. Pemberian Indomethacine selama 7 hari atau lebih pada kehamilan < 33 minggu tidak meningkatkan resiko medis pada neonatus (A.B Syaifuddin, 2002). 4. Calcium Charel Bloker Aktifitas miometrium bereaksi langsung dengan kalsium bebas dalam sitoplasma dan penurunan kadar kalsium menyebabkan terhambatnya konstraksi uterus. 5. Nifedipine Nifedipine adalah
tokolitik
yang lebih
aman dan efektif
dibanding
betamimetik. Pemberian Nifedipine jaringan digunakan bersama dengan MgSO4 karena akan memperkuat efek blokade neuromuskuler yang dapat mengganggu fungsi jantung dan paru. Dosis Nifedipine 20 mg peroral setipa 6 jam sampai konstraksi uterus menghilang.
Antibiotika Terapi antibiotika tidak bermanfaat dalam menghambat persalinan preterm, tetapi hanya untuk mencegah infeksi pada neonatus. Pemberian ampicilne atau peniciline, olyndamicine bagi pasien yang alergi ampiciline. Rekomendasi Penatalaksanaan Persalinan Preterm
1. Biarkan persalinan berjalan terus jika : usia kehamilan >35 minggu, pembukaan serviks >3 cm, adanya perdarahan aktif, adanya gawat janin, janin meninggal atau keadaan lain yang mengancam jiwa, adanya amnionitis atau pre-eklampsia. 2. Pantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf, hindari persalinan dengan menggunakan ekstraksi vakum karena resiko te rjadinya perdarahan intrakranial pada bayi preterm cukup tinggi. 3. Persiapkan penanganan bayi preterm dan berat badan rendah dan antisipasi kebutuhan resusitasi (A.B Syaifuddin, 2002).
2.1 KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN 2.2.1 Pengkajian Data Tempat Pengkajian
:
Tanggal Pengkajian
:
Jam Pengkajian
:
Pengkajian Oleh
:
1. Data Subjektif a. Biodata Nama
:
Umur
: Sering terjadi pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun (Manuaba, 1998) Suku / Bangsa : Who (1998) menyatakan kulit hitam lebih berpotensi mengalami partus prematurus daripada kulit putih. Agama
:
Pendidikan
: Tingkat pendidikan yang rendah dihubungnkan dengan dengan
tingkat sosial ekonomi rendah, akan meningkatkan resiko terjadi partus prematurus iminent. (Manuaba, 1998) Pekerjaan
: Resiko meningkat pada pekerjaan dengan pengahasilan
rendah, atau pekerjaan berat. Alamat
:
No. Telp
:
No. Register
:
b. Keluhan Utama ibu mengeluh perutnya kenceng – kenceng sering dan keluar darah atau lendir dari kemaluan dengan usia kehamilan 20-34 minggu. c. Riwayat Menstruasi Menarche
: 12-16 tahun
Siklus haid
: 28-30 hari
Banyak dan lama haid : 4-7 hari Dismenorrhea
: tidak
Teratur atau tidak
: teratur
Sifat Darah
: berwarna merah, encer, bau khas
Fluor Albus
:
tidak/ya
disertai
bau
dan
warna
yang
keabuan/kekuningan atau kehijauan merupakan tanda adanya infeksi pada vagina.
HPHT
: Menentukan umur kehamilan
TP
: menggunakan rumus Neagele +7 -3 +1
d. Riwayat Obstetri yang lalu N
Sua
Kehamilan
Persalinan
Nifas
Anak
K Ke
o.
mi
T
Penyu
U
Penolo
Jeni
Penyu
Penyu
BB
L
H
AS
T
lit
K
ng
s
lit
lit
L/
/
/
I
PB
P
M
B
t
Ibu Grandemultipara (melahirkan >4 kali). Riwayat persalinan atau kelahiran prematur pada kehamilan terdahulu, satu atau lebih abortus spontan pada trimester kedua, jarak yang pendek antar kehamilan, kehamilan kembar, ketuban pecah dini, riwayat infeksi dalam kehamilan, hidramnion (Manuaba, 1998). Riwayat berat lahir rendah juga menjadi salah satu faktor resi ko, dengan perkiraan sekitar 17,5% (Sarwono, 2002:314) e. Riwayat Kehamilan Ini TM I : Pusing, mual muntah berlebihan, kurang darah 9anemia meningkatkan faktor resiko terjadinya partus prematurus iminen. TM II : Keluhan perdarahan pada UK 20 minggu< merupakan salah satu faktor terjadinya partus prematurus TM III : Keluhan pengeluaran darah/lendir/air ketuban merupakan penyebab persalinan preterm. Dapat disertai kenceng-kenceng yang semakin sering. f.
Riwayat Kesehatan Memiliki pernah/ sedang menderita penyakit diabetes, hipertensi, penyakit jantung atau paru, penyakit infeksi kelamin (oleh trichomonas, streptococcus, gonococcus).
g. Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya infeksi menular dalam keluarga dapat menyebabkan persalinan preterm apabila ibu hamil tertular infeksi. Seperti TBC, pneumonia, dll. h. Pola Kebiasaan -
Pola Nutrisi Status gizi yang buruk merupakan penyebab terjadinya partus prematurus iminen. Ibu hamil memerlukan tambahan energi sebesar 300 kalori, bila mengkonsumsi makanan kurang dari itu, maka dapat terjadi kurang gizi. Defisiensi vitamin C dihubungkan dengan meningkatnya kejadian partus
preterm, juga dengan kurangnya pemenuhan kebutuhan sulfat ferrosus (Sarwono, 2002). -
Pola Eliminasi Tidak terdapat masalah khusus yang dapat dihubungkan dengan partus prematurus.
-
Pola Istirahat Istirahat
yang
kurang
dapat
menjadi
penyebab
terjadinya
partus
prematurus. -
Pola Aktifitas Ibu melakukan aktivitas berat atau berlebihan.
-
Pola Kebiasaan Merokok lebih dari 3 batang per hari dapat menyebabkan partus prematurus (Sarwono, 2002).
-
Pola Aktivitas seksual Aktivitas seksual yang tinggi juga dapat menyebabkan terjadinya partus prematurus. Sperma mengandung prostaglandin yang dapat merangsang kontraksi uterus (A.B Syaifudin, 2002).
i.
Riwayat Sosial Ibu memiliki hubungan sosial yang kurang baik. Ibu yang tidak menikah
j.
Riwayat Perkawinan Ibu yang tidak menikah juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya partus prematurus (Sarwono, 2002)
2. Data Obyektif a. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum
: baik
Kesadaran
: composmentis
Tekanan Darah
: bila >140/90 mmHg maka ibu pre eklampsi
Suhu
: bila >37˚C, dapat menjadi tanda infeksi.
Nadi
: normal (80-88) x/m
Pernapasan
: normal (16-24) x/m
TB
:
BB
: BB yang kurang dari IMT hamil merupakan salah satu
tanda kurang gizi yang dapat menyebabkan terjadinya partus prematurus. Lila tanda kurang gizi.
: lingkar lengan <23,5 cm juga dapat menjadi salah satu
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi -
Rambut Kering, mudah rontok, warna jagung bila kurang gizi.
-
Wajah Pucat bila anemia, oedem bila pre-eklampsi.
-
Mata Konjungtiva pucat bila anemia, sklera putih.
-
Mulut Bibir lembab, terdapat stomatitis bila terjadi defisiensi vitamin C, terdapat karies gigi bila calcium.
-
Leher terdapat pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan bendungan vena jugularis bila memiliki kelainan jantung atau tiroid.
-
Dada Adanya retraksi bila menderita pneumonia, atau gerak napas cepat bila TBC.
-
Abdomen Ada/Tidak terdapat bekas SC
-
Genetalia Tidak terdapat varises, bila terdapat pengeluaran cairan pervaginam seperti darah/lendir/air merupakan tanda partus prematurus , bila terdapat keputihan yang banyak dan berbau merupakan tanda infeksi yang dapat menyebabkan persalinan preterm.
-
Anus Ada/Tidak hemeroid.
-
Ekstremitas Terdapat oedema dan varices bila ibu menderita pre eklampsi.
Palpasi -
Leher
: terdapat pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan
bendungan vena jugularis bila ibu menderita kelainan jantung. -
Dada pre-eklampsia.
-
Abdomen
: membesar apabila ibu menderita edema paru karena
Leopold I
:
Menentukan
tinggi fundus
uteri
menunjukkan
kesesuaian UK dengan besarnya kehamilan, sebesar : UK 20 mg : 2-3 jari dibawah pusat UK 24 mg : setinggi pusat UK 28 mg : 3 jari diatas pusat UK 34 mg : ½ pusat-px UK 36 mg : setinggi px Diukur menggunakan Mac donald, TFU/3,5 = UK (bulan) TFU : 20-31,5 cm Menentukan bagian janin yang terdapat di fundus. teraba
bagian
lunak,
kurang
bundar
dan
tidak
melenting (bokong). Leopold II
: Menentukan letak punggung janin. Teraba bagian datar memanjang seperti papan pada abdomen bagian kiri/kanan. (puka/puki)
Leopold III
: Menentukan bagian terendah janin, teraba bulat keras dan melenting (kepala) dan seberapa jauh masuknya bagian terendah ke dalam PAP menggunakan palpasi WHO.
Leopold IV
: Menentukan penurunan bagian terendah dalam PAP menggunakan palpasi WHO..
HIS
: teratur dengan frekuensi kurang dari 10 menit, memiliki pengaruh terhadap dilatasi serviks.
Perkusi Reflek Patela
Auskultasi DJJ
: positif/negatif.
: positif, normal (120-160)x/ menit
Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan dalam pada kasus PPI adalah pembukaan <3 cm.
Pemeriksaan penunjang USG : oligohydramnion dan polihidramnion merupakan penyebab partus prematurus. Swab Vagina : adanya bakteri seperti streptococcus dan gonococcus dapat menyebabkan partus prematurus.
DL : Hb <11 gr% bila anemia dan leukosit tinggi bila ada infeksi (keduanya dapat menyebabkan partus prematurus). UL : adanya bakteri merupakan penyebab partus prematurus.
2.2.2 Diagnosa dan Masalah Aktual Diagnosa
: G...P...UK 20-35 minggu dengan partus prematurus iminen
2.2.3 Diagnosa dan masalah potensial Diagnosa potensial : partus prematurus
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan segera Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian tokolitik, kortikosteroid dan antibiotik. 2.2.5 Rencana tindakan dan Rasional 1. Anjurkan klien untuk bedrest dan miring kiri R/ untuk mencegah kontraksi yang dapat disebabkan karena aktifitas. 2. Cek laboratorium lengkap : USG, DL, UL, Swab vagina. R/ untuk mengetahui penyebab tanda dan gejala partus prematurus. 3. Berikan hidrasi dekstrosa 5% atau dekstrosa dalam salin normal 0,25%. R/ Mempertahankan keadaan umum ibu. 4. Berikan tokolitik bila : kehamilan <35 minggu, dilatasi serviks <3 cm, tidak ada amnionitis, pre-eklampsia atau perdarahan aktif, tidak ada gawat janin (A.B Syaifuddin , 2002). R/ untuk menghentikan kontraksi uterus. 5. Berikan kortikosteroid apabila UK <35 minggu R/ Mematangkan paru janin dan memperbaiki kesejahteraan neonatus (A.B Syaifuddin , 2002). 6. Observasi perubahan serviks, his dan DJJ R/ memantau keadaaan serviks, mendeteksi tanda persalinan, pemantauan keadaan janin 7. Bila UK >35 minggu, pembukaan serviks >3 cm, ada perdarahan aktif/gawat janin/amnionitis/pre-eklampsia,
biarkan
persalinan
berjalan
dan
pantau
menggunakan partograf dengan mempersiapkan penanganan bayi preterm serta antisipasi kebutuhan resusitasi. R/ memberikan terapi yang sesuai.
2.2.6 Implementasi Sesuai dengan rencana tindakan
2.2.7 Evaluasi Tidak terdapat kemajuan persalinan, kontraksi terus berkurang, DJJ dalam batas normal (120-160) x/mennit, Keadaan umum ibu baik dan TTV dalam batas normal.
BAB III TINJAUAN KASUS
Tempat Pengkajian
: VK IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal Pengkajian
: 29 September 2015
Jam Pengkajian
: 09.00 WIB
No. RM
: 1244-xx-xx
Pengkajian Oleh
:Diana Septaria Abidin Fitriani Puspayanti Zakia Eka Putri Rindy Diaz Andromeda
3.1
Data Subjektif 1. Biodata Nama Istri
: Ny Z
Nama Suami : Tn F
Umur
: 18 tahun
Umur
: 19 tahun
Suku / Bangsa : Madura/Indonesia
Suku / Bangsa : Madura/Indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
:-
Pekerjaan
: Kuli
Alamat
: Simo Gunung Kramat, Surabaya
2. Alasan Kunjungan Pasien kiriman dari BPS Sulimin dengan G1P0000 2930 minggu letkep + Inpartu 3. Keluhan Kram perut dan kenceng-kenceng mulai tanggal 28-09-2015 pukul 19.00 WIB. 4. Riwayat Menstruasi Menarche
: 14 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Banyak dan lama haid : 5-6 hari Dismenorrhea
: tidak
Teratur atau tidak
: teratur
HPHT
: 05 - 03 - 2015
TP
: 12 - 10 - 2015
5. Riwayat Obstetri yang lalu No.
Suami
1
1
Kehamilan UK
Penylt
Persalinan UK
Penol
Jenis
Nifas Penylt
Penylt
Anak BBL/PB
L/P
H/M
ASI
KB
Ket
HAMIL INI
6. Riwayat Kehamilan Ini ANC di Bidan 2 kali. Ibu mengatakan bahwa kehamilannya ini kehamilan pertama dengan keluhan: TM I : mual-mual. TM II : Tidak ada keluhan TM III : kenceng-kenceng. 7. Riwayat Kesehatan tidak pernah/ sedang menderita penyakit diabetes, hepatitis, hipertensi, penyakit jantung atau paru, dan asma. 8. Riwayat Kesehatan Keluarga tidak terdapat riwayat prematur dalam keluarga. Tidak ada yang pernah/ sedang menderita penyakit diabetes, hepatitis, hipertensi, penyakit jantung atau paru, penyakit infeksi kelamin (oleh trichomonas, streptococcus, gonococcus). Ada keluarga dari ibu yang mempunyai keturunan gemelli. 9. Pola Kebiasaan a. Pola Nutrisi Ibu makan 1-2 kali/ hari, komposisi sayur dan nasi, lauk, ikan, tidak minum susu, minum tablet Fe. b. Pola Istirahat Ibu hanya tidur 8 jam/hari, tidak pernah tidur siang c. Pola Aktifitas Ibu sehari-hari melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapu, dan mencuci baju. d. Pola Kebiasaan tidak pernah/sedang merokok atau kecanduan obat tertentu, atau minum alkohol, di rumahnya tidak ada yang merokok. e. Pola Aktivitas seksual Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual sejak 1 bulan terakhir.
f. Pola personal hygiene mandi dan ganti pakaian 2 kali/hari. Cebok dari depan ke belakang tiap setelah BAB dan BAK. g. Riwayat Sosial Ibu memiliki hubungan sosial yang baik dengan keluar ganya. h. Riwayat Perkawinan Perkawinan : sah Kawin pertama umur : 17
3.2
lama nikah : 3 bulan
Data Obyektif 1. Pemeriksaan Umum Tekanan Darah
: 120/85 mmHg
Suhu
: 367 ˚C
Nadi
: 81 x/m
Pernapasan
: 20 x/m
BB sekarang
: 42 kg
TB
: 151 cm
2. Pemeriksaan Fisik Wajah: tidak pucat, tidak oedem Mata: konjungtiva merah muda, sklera putih. Mulut: bibir lembab, tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat ka ries gigi. Leher: tidak terdapat Pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan bendungan vena jugularis. Dada: simetris, tidak ada retraksi, payudara membesar, colostrum belum keluar. Abdomen: tidak terdapat bekas SC. Leopold I
: TFU 3 jari diatas pusat, 23 cm. Pada bagian fundus teraba
bagian lunak, kurang bundar dan tidak melenting (bokong). Leopold II
: Teraba bagian datar memanjang seperti papan pada abdomen
bagian kanan. Leopold III
: Teraba bulat keras dan melenting (kepala), masih bisa
digoyang (belum masuk PAP). Leopold IV DJJ
: tidak dilakukan
: teratur, 132 x/ menit
HIS (+) 2x25’ TBJ
: (TFU-12) x 155 = (23-12) x 155 = 1705 gram
Genetalia: tidak mengeluarkan air ketuban/lendir/darah. Ada fluor albus, berwarna bening, tidak berbau dan tidak gatal. VT oleh Bidan tanggal 29/09/2015 jam 09.00 Ø 2, penipisan 50%, presentasi kepala Ekstremitas: tidak terdapat oedema dan varices pada ekstremitas atas dan bawah.
3. Pemeriksaan Penunjang Hasil lab Darah Lengkap tanggal 29/9/2015 Hb 9,3 g/dL Leukosit 12,59 10^3/uL Hasil Urine Lengkap tanggal 29/9/2015 pH 8,5 Leukosit 3+ (500) Protein negatif Glukosa negatif Hasil USG tanggal 29/9/2015 UK 29-30 minggu, Tunggal, Hidup, intrauteri, letak kepala, ketuban cukup, TBJ : 1300 gram.
3.3
Analisis
Diagnosa Aktual : GIP0000 UK 29-30 minggu, T/H/IU dengan inpartu kala 1 fase laten Diagnosa potensial : partus prematurus
3.4
Penatalaksanaan Tanggal 29-09-2015
jam 09.00
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien E/ Pasien mengerti keadaan dirinya 2. Memasang gelang identitas pasien di tangan E/ gelang identitas telah terpasang di tangan kanan 3. Melakukan observasi TTV setiap 4 jam, cortonen dan his setiap 1 jam. E/ TD : 120/70 mmHg Cort (+), teratur 131x/m
N :88x/m
S:36
RR:18 x/m
His (+) 2x25’
4. Menganjurkan ibu untuk bedrest dan miring kiri E/ibu tetap berbaring di bed. 5. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam perawatan dan pemberian terapi.
Advice dokter : Memberikan Nifedipin 2x30 mg/ 8 jam dilanjutkan 3x20 mg sampai dengan 2x24 jam dan injeksi Dexamethason 2x6 mg IM/12 jam sampai dengan 2x24 jam. Bila 2x24 jam his tidak ada, DJJ baik, pasien pro KRS dan kontrol ke poli hamil sesuai jadwal Pukul 10.15 nifedipin 30 mg per oral dan inj. dexamethason 6 mg telah diberikan 6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum. R/ ibu mau makan dan minum
CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal 29-09-2015
jam 11.30
S
= kenceng-kenceng semakin sering dan lama
O
= TD 120/70 mmhg, N 88 x/m, S 36˚C, RR 18x/m His 3x30”/10’, DJJ 144x/menit, VT Ø 7cm, Effacement 75%, selaput ketuban (+), presentasi kepala, UUK kiri depan, Hodge 2
A
= G 1P0000, 29/30 minggu, Janin tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala, inpartu kala I fase aktif
P
= 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan keadaan umum ibu dan bayi baik. 2. Melakukan observasi TTV, cortonen dan his. E/ TD : 120/70 mmHg Cort (+), teratur 131x/m
N :84x/m
S:36,5
RR:18 x/m
His (+) 2x25’
3. Memberikan HE kepada ibu untuk tidur miring kiri, makan minum sesuai kebutuhan, apabila sedang tidak ada kontraksi ; ibu miring kiri dan ibu mau minum air putih. 4. Memberikan dukungan kepada ibu untuk tetap tenang dalam menjalani proses persalinannya; ibu kooperatif 5. Mengajari ibu teknik relaksasi saat ada his ; ibu bernafas dengan benar saat ada his 6. Tidak memperbolehkan ibu untuk mengedan sebelum pembukaan lengkap; ibu bersedia tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap. 7. Melakukan kolaborasi dengan dokter
Tanggal 29-09-2015
jam 12.20
S
= ibu ingin meneran dan merasa ingin BAB, ketuban pecah spontan
O
= TD 120/70 mmhg, N 88 x/m, S 36,5 ˚C, RR 18x/m His 3x40”/10’, DJJ 140x/menit, VT Ø lengkap, Effacement 100%, selaput ketuban (-), presentasi kepala, UUK kiri depan, Hodge 3
A
= G1P0000 29/30 minggu, Janin tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala, inpartu kala II
P
= 1. Menjelaskan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan ibu diperbolehkan meneran bila ada HIS. 2. Mengajari ibu cara meneran yang benar, dan menganjurkan ibu untuk meneran saat ada dorongan untuk meneran. 3. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pertolongan persalinan. Jam 12.25 WIB bayi lahir spontan, laki-laki, AS 5/7, ketuban jernih, anus +, BB lahir 1550 gram, PB 36 cm.
BAB IV PEMBAHASAN
Menurut Manuaba (2002) Partus prematurus dapat disebabkan oleh berbagai hal, Kondisi umum : keadaan sosial ekonomi rendah, gizi kurang, anemia, perokok/ kecanduan obat, kerja keras. Penyakit ibu : hipertensi, diabetes, jantung/paru, endokrin dan terdapat faktor rhesus. Anatomi genital : serviks inkompeten, kelainan rahim. Faktor kebidanan : grande multi, pre-eklampsi/eklampsi, perdarahan, hidramnion, hamil ganda, infeksi hamil, ketuban pecah dini. Faktor umur : kurang dari 20 tahun, lebih dari 35 tahun. Manifestasi klinisnya adalah kontraksi yang berulang pada 3-5 menit sekali, terdapat pengeluaran cairan pervaginam : darah/lendir/air ketuban, dan adanya dilatasi serviks pada usia kehamilan 20-37 minggu. Dari asuhan kebidanan persalinan patologis yang dilakukan pada Ny. “Z” G1P0000 didapatkan hasil bahwa : Berdasarkan hasil pengkajian data subyektif yang diperoleh dari hasil anamnesa bahwa ibu merasa kram perut dan kenceng-kenceng namun tidak terdapat pengeluaran lender. Dihitung sejak HPHT, Umur Kehamilan Ny.”Z” adalah 29/30 minggu. Pada pengkajian data obyektif diperoleh bahwa sudah dijumpai pembukaan serviks yaitu 2 cm, kontraksi uterus 2x dalam 10 menit selama 25 detik Hal ini sesuai dengan teori Owen (2003), gejala persalinan prematur sangat mirip dengan kasus normal, yaitu : adanya kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit, kram perut/Kejang uterus yang mirip dengan dismenorrhea. Dan ditambahkan oleh Harry Oxorn (2003) bahwa gejala persalinan premature lainnya adalah memiliki pengaruh terhadap perubahan serviks. Berdasarkan hasil pengkajian data, dilakukan analisa data dan diperoleh diagnosa aktual G1P0000, 29/30 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, letak kepala, inpartu kala I fase laten dengan diagnosis potensial partus prematurus imminens. Menurut A.B Syaifuddin (2002) dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, penatalaksanaan partus prematurus iminent dengan UK 29-30 minggu dan dilatasi serviks < 3 cm, tanpa disertai perdarahan/pre eklampsia/ fetal distress adalah perawatan konservatif, dengan bedrest, memberikan tokolitik untuk menghentikan kontraksi dan kortikosteroid untuk pematangan paru janin sebagai antisipasi dari diagnosa potensial, yaitu partus prematurus. Selama Perawatan, dilakukan observasi kemajuan persalinan, yaitu His. Penatalaksanaan di VK IRD RSUD Soetomo ini sesuai dengan teori Syaifuddin (2002) yaitu dilakukan perawatan konservatif berkolaborasi dengan dokter. Penatalaksanaan kasus Ny “Z” yaitu dengan :
Rehidrasi dan tirah baring
Hal ini untuk mempertahankan keadaan umum ibu dan mengurangi frekuensi kontraksi yang bisa timbul karena aktifitas pasien.
Terapi Kortikosteroid
Terapi kortikosteroid diberikan bila usia kehamilan <35 minggu. Diberikan untuk mempercepat pematangan paru janin pada usia kehamilan <35 minggu dengan menggunakan Dexamethasone 6 mg 1 M tiap 12 jam selama 48 jam
Tokolitik
Berikan tokolitik bila : kehamilan <35 minggu, dilatasi serviks <3cm, tidak ada amnionitis, pre-eklampsia, atau perdarahan aktif, tidak ada gawat janin. Dengan menggunakan Nifedipine karena lebih aman dan efektif dibanding betamimetik. Pemberian Nifedipine untuk menekan aktivitas uterus. Dosis Nifedipine 30 mg peroral setiap 8 jam sampai konstraksi uterus menghilang.
BAB V KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan Partus prematurus adalah terjadinya tanda-tanda persalinan (adanya kontraksi, pengeluaran lendir/darah/air ketuban per vaginam, adanya perubahan pada serviks) pada usia kehamilan 20-37 minggu. Penyebab partus prematurus adalah adanya penyakit diabetes,anemia, pre eklampsia, infeksi genital, kurang gizi, kelelahan serta intensitas hubungan seksual. Dalam menegakkan diagnosa dan pemberian terapi pada kasus kehamilan patologis : partus prematurus iminent harus dikolaborasikan dengan dokter obsgyn. Penatalaksanaannya adalah bedrest, observasi cortonen dan his, pemberian tokolitik dan kortikosteroid.
5.2
Saran Setiap persalinan berpotensi untuk terjadinya komplikasi. Peran penolong selama proses persalinan memberikan pengaruh pada ibu yang bersalin untuk melayani proses persalinan dengan sebaik-baiknya. Bidan harus cepat tanggap terhadap kondisi yang terjadi dan siap memberikan tindakan dalam kondisi kegawat daruratan sewaktu-waktu serta memberikan intervensi dan health education yang sesuai, serta senantiasa menggunakan evidance based praktek pelayanan kebidanan yang tepat secara komprehensif kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Taber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi edisi 2. Jakarta : EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Helen, Varney. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC A.B Syaifuddin. 2002. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustakan Sarwono Prawirohardjo. Oxorn, Harry. 2003. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Esentia Medica
Yayasan