TUGAS TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH ³Produksi Benih Padi Hibrida´
Nama : Virman Idris Nim
: 0910480288
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011
Padi hibrida yang merupakan tanaman F1 hasil persilangan antara GMJ (A) dengan galur pemulih kesuburan (R) hanya dapat ditanam satu kali karena bila hasil panen hibrida ditanam lagi akan mengalami perubahan yang signifikan sebagai akibat adanya segregasi F2 sehingga pertanaman tidak seragam dan tidak baik. Oleh karena itu, benih F1 harus diproduksi dan petani juga harus selalu menggunakan benih F1. Produksi benih padi hibrida mencakup dua kegiatan utama yaitu: produksi benih galur tetua dan produksi benih hibrida. Galur tetua meliputi GMJ, B dan R. GMJ bersifat mandul jantan, produksi benihnya dilakukan melalui persilangan GMJ x B. Galur B dan R bersifat normal (fertil), produksi benihnya dilakukan seperti pada varietas pada inbrida. Benih hibrida diproduksi melalui persilangan GMJ dan R. Beberapa faktor yang mutlak harus diperhatikan dalam produksi benih padi hibrida adalah: 1. Pemilihan lokasi yang tepat,
yaitu bersih dari benih-benih tanaman lain, bukan daerah endemik hama dan penyakit utama, tanah subur, cukup air, mempunyai sistem irigasi dan drainasi yang baik, dan tingkat keseragaman (homogenitas) tanah yang t inggi. 2. Kondisi cuaca yang optimum,
yaitu:Suhu harian 20-30ºC, kelembapan relatif 80%, sinar matahari cukup (cerah) dan kecepatan angin sedang, tidak ada hujan selama masa berbunga (penyerbukan) 3.
Isolasi dari pertanaman padi lainnya.
Untuk menghindari terjadinya kontaminasi penyerbukan dari polen yang tidak diinginkan, areal pertanaman produksi benih harus diisolasi dari pertanaman padi lainnya. Ada tiga macam isolasi yaitu: isolasi jarak, isolasi waktu, dan isolasi penghalang fisik. y
Isolasi jarak. Pada produksi benih F1 hibrida, isolasi jarak dengan pertanaman padi lainnya minimal 50 m, sedangkan pada produksi benih galur A minimal 100 m.
y
Isolasi waktu. Pada isolasi ini perbedaan waktu berbunga antara pertanaman produksi benih dengan tanaman padi di sekitarnya minimal 21 hari
y
Isolasi penghalang fisik. Pada isolasi ini dapat digunakan plastik sebagai penghalang dengan ketinggian 3 m.
4. Pola tanam
y
Pada perbanyakan benih A, dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Jarak tanam antar baris tanaman A terluar dengan baris tanaman B terluar adalah 30 cm. Jarak tanam di dalam baris B adalah 20 cm.
y
Pada produksi benih F1 hibrida, dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Jarak tanaman A terluar dengan baris tanaman R terluar adalag 30 cm. Jarak tanam di dalam baris R adalah 20 cm.
y
Arah barisan tanaman. unutk meningkatkan penyebaran polen,arah barisan tanaman galur A dan B dibuat tegak lurus arah angin pada waktu pembungaan.
5.
Pengelolaan Tanaman, terdiri dari:
y
Perkecambahan benih; Untuk produksi benih seluas 1 ha diperlukan benih : 15 kg galur A dan 5 kg galur B atau R. Rendam benih selama 24 jam, Angin-anginkan benih selama 24 jam, Tabur benih dengan kepadatan 50-75 g/m2 atau luas persemaian unutk 1 ha produksi benih : 300 m2 untuk galur A dan 100 m2 unutk galur B atau R.
y
Persiapan pesemaian, terdiri atas; Lumpurkan tanah pesemaian dua kali dengan interval satu minggu, buat bedengan setinggi 5-10 cm, lebar 1 m dan panjang sesuai petakan sawah, buat saluran pembuangan air dengan lebar 10 cm antar petak pesemaian, berikan 5-6 g pupuk NPK per m2 yang diaduk dengan tanah, berikan air setinggi 2-3 cm dan keringkan sekali waktu utnuk memperbaiaki vigor ( kekuatan) bibit, tingkatkan permukaan air sampai 5 cm untuk menekan gulma, buang gulma(rumput-rumput) yang ada pada pesemaian.
6. Pengolahan Tanah
Tanah diolah 15 hari sebelum penanaman bibit, pengelolaan tanah dilakukan untuk memperoleh tingkat pelumpuran yang tinggi
7.Penanaman
Prosedur penanaman bibit yaitu: y
Bibit berumur 18-21 hari ditanam dengan jumlah bibit 1-2 batang per rumpun.
y
Dosis pupuk yang diberikan adalah 135 kg N; 45 kg P dan 45 kg K/ha. Pupuk diberikan tiga kali yaitu 1) pada saat tanam dengan memberikan 45 kg N dan seluruh dosis pupuk P dan K, 2) pada saat tiga minggu setelah tanam dengan memberikan 45 kg N dan 3) pada saat enam minggu setelah tanam dengan memberikan 45 kg N.
y
Pada produksi benih F1 hibrida, pupuk dasra dibeikan pada saat penanaman bibit galur A.
y
Airi tanah setinggi 5 cm dari permukaan tanah sampai 10 hari sejak tanam
8. Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali tergantung pada keadaan gulma, menggunakan landak atau gasrok . Penyiangan dapat dilakukan sebelum pemupukan susulan pertama atau kedua. Hak ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, karena gulma sudah dikendalikan.
9. Pengendalian OPT
Hama dan penyakit merupakan faktor penting yang menyebabkan suatu varietas tidak mampu menghasilkan varietas seperti yang diharapkan. Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu. Hama wereng coklat dan penyakit tungro merupakan hama dan penyakit yang paling utama saat ini. Untuk itu di dalam pengembangan atau pertanaman produksi benih supaya berhasil beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : y
Hindari pengembangan di daerah endemis hama dan penyakit terutama daerah endemis wereng coklat dan penyakit tungro. Bila pengembangan dilakukan di daerah endemis
hama dan penyakit, terapkan PHT dengan monitoring keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng hijau secara intensif. Perhatikan juga serangan tikus sejak dini dan monitor penerbangan ngengat penggerek batang. y
Penggunaan pestisida dengan bijak
8. Panen dan Pengolahan Benih
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Benih padi ketika baru dipanen masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk menjamin ini, maka cara panen yang baik meliputi perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih akan menentukan mutu benih. Faktor yang paling utama adalah pengeringan benih, benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-12%. Setelah menjadi benih dan siap simpan, benih harus dikemas secara baik dan disimpan ditempat dengan kondisi khusus untuk penyimpanan.
Tahapan pada proses pemanenan benih padi diantaranya : 1. Persiapan Panen Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Sebelum panen dilakukan, semua malai dari kegiatan Roguing harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roguing.
2. Proses Panen Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih. Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok dengan threser atau potong bawah lalu digebot. Ukur kadar air panen
dengan menggunakan
moisture meter.
Calon benih kemudian dimasukan ke dalam
karung dan diberi label yang berisi : nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.; lalu diangkut ke ruang pengolahan benih. Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih dan kadar air benih saat panen.
3. Pengeringan Benih Penurunan kadar air perlu harus segera dilakukan karena pada umumnya calon benih masih mempunyai kadar air panen yang tinggi. Pada tingkat kadar air yang tinggi, calon benih bisa dianginanginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara penjemuran atau dengan menggunakan mesin pengering
y
Penjemuran y
Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari varietas yang berbeda.
y
Gunakan lamporan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan.
y
Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati
y
Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut.
y
Bila pengeringan menggunakan sinar matahari, umumnya penjemuran dilakukan selama 4 ± 5 jam. Penjemuran sebaiknya diberhentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 43 oC
y
Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifi kat (13% atau lebih rendah)
y
Alat pengering y
Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih yang tertinggal dan pastikan mesin berfungsi dengan baik.
y
Suhu udara yang mengenai benih sebaiknya disesuaikan dengan kadar air awal benih (kadar air benih pada saat mulai pengeringan)
y
Benih dengan kadar air panen yang tinggi, jangan langsung dipanaskan tetapi di angin-anginkan dahulu (digunakan hembusan angin/blower ).
y
Bila kadar air benih sudah aman untuk digunakan pemanasan, atur suhu pengeringan benih sehingga tidak melebihi 43oC
y
Lakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar air benih setiap 2-3 jam dan catat.
y
Pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifi kat (13% atau lebih rendah).
4. Pengolahan Benih Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Tujuan pembersihan ini selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, maupun daun padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih dalam skala kevil dapat dilakukan secadapat dilakukan secara manual dengan menggunakan nyiru (ditapi). Sedangkan pada skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin pembersih benih seperti air screen cleaner atau aspirator akan meningkatkan efisiensi pengolahan.
9. Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tujuan sertifikasi adalah: 1. menjamin kemurnian dan kebenaran varietas, dan 2. menjamin ketersediaan benih bermutu secara berkesinambungan.
Sertifikasi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pemeriksaan lapangan, pemeriksaan laboratorium, dan pengawasan pemasangan label. Kegiatan pengawasan dan sertifikasi ini dilakukan oleh BPSB Jabar. Pengawasan dilakukan sejak proses produksi benih hingga penanganan pascapanen. Pengawasan lapangan untuk tanaman padi dari BPSB dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu pemeriksaan pendahuluan sebelum pengolahan tanah, pemeriksaan lapangan pertama saat fase vegetatif (30 hst),
pemeriksaan fase berbunga (30 hari sebelum panen), dan pemeriksaan fase masak (1 minggu sebelum panen) 10. Pengemasan
Pengemasan
benih
selain
bertujuan
untuk
mempermudahkan
di
dalam
penyaluran/transportasi benih, juga untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insek. Oleh karena itu, efektifitas atau tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mempertahankan kadar air, viabilitas benih dan serangan insek. Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan label selesai dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastic yang dilapis dengan kantong plastik di bagian dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran benih, benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong plastik tebal 0.08 mm atau lebih dan di-sealed/ dikelim rapat. Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan dan pemasangan label benih harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari adanya tindak pemalsuan.
Daftar Pustaka Anonymous, 2011. Teknik Produksi Benih Padi Hibrida. http://cybex.deptan.go.id/. Diakses pada tanggal 7 Mei 2011 Anonymous, 2011. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih. http:// jabar.litbang .go.id/. Diakses pada tanggal 7 Mei 2011