LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PERBANYAKAN VEGETATIF
Disusun Oleh: Nama
: Guindahnawaningtyas Guindahnawaningtyas S.A.
NIM
: 115040201111247 11504020111124 7
Kelompok
: Senin, 15.05
Asisten
: Mbak Dasa
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menyediakan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program budidaya secara luas. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu: perbanyakan secara generatif dan perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dan generatif merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan budidaya pertanian. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk diaplikasikan dalam kegiatan perbanyakan tanaman. Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau ata u tidak menggunakan biji bij i dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia. Beberapa teknik-teknik perbanyakan secara vegetatif ada yang mudah dilakukan dan sulit dilakukan. Untuk itu, disusunlah laporan teknologi produksi benih dengan perbanyakan secara vegetatif agar kita lebih mengerti tentang apa yang dimaksud dengan perbanyakan vegetatif dan dapat mempraktikkan teknikteknik perbanyakan vegetatif. 1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum produksi teknologi benih mengenai perbanyakan vegetatif ialah untuk mengetahui kemampuan benih untuk menghasilkan anakan yang berkulitas dan seragam dan diharapkan praktikan lebih handal dalam mempratikkan teknik-teknik perbanyakan secara vegetatif.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbanyakan Vegetatif Alami 2.1.1
Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Alami
Perbanyakan vegetatif alami, yaitu perbanyakan vegetatif dimana mengambil bahan tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman (bagian generatif) dan sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya (Ashari, 1995). Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak t idak menggunakan biji tanaman induk yang terjadi secara s ecara alami tanpa campur tangan manusia (Gunawan, I., 2004). 2.1.2
Macam Perbanyakan Vegetatif Alami
1. Stolon atau Geragih atau Runner Geragih adalah batang horizontal yang menjalar di atas atau di dalam tanah maupun air. Pada buku-buku batangnya tumbuh tunas dan membentuk akar. Setelah beberapa waktu tanaman ini tumbuh memanjang dan menjauhi induknya lalu membengkok ke atas membentuk individu baru. Beberapa conroh tanaman yang diperbanyak secara stolon atau geragih atau runner, yaitu: strawberry, lili paris, arbei (Rahardja dkk, 2003).
Gambar 1. Tanaman strawberry yang diperbanyak secara stolon 2. Corm Corm adalah teknik perbanyakan secara vegetatif alami yaitu pangkal batang yang membengkok dan memadat serta mengandung cadangan makanan. Pada dasarnya cormus terdapat subang tempat tumbuhnya akar sedangkan di bagian atasnya (ujung) terdapat mata tunas. Contoh tanaman yang berkembang biak dengan corm, adalah: gladiol, bunga coklat (Rahardja dkk, 2003).
Gambar 2. Umbi bawang merah adalah contoh corm 3. Bulb (umbi lapis) Bulb atau Bulb atau umbi lapis adalah bahan tanam yang terdiri dari suatu batang yang pipih dan pendek berbentuk cawan dikelilingi sisik yang merupakan struktur seperti daun berdaging, sisik ini menutupi tunas (titik tumbuh). Contoh tanaman yang termasuk bulb (umbi lapis) adalah: bawang, tulip. (Rahardja dkk, 2003)
Gambar 3. Bawang merah adalah contoh bulb 4. Rhizome Rhizome merupakan akar rimpang yang memiliki mata tunas baru dan tiap mata tunas akan membengkok sebagai cadangan energi. Contoh tanaman yang termasuk rhizome antara lain: jahe, kunyit (Adinugraha, 2007).
Gambar 4. Contoh rhizome 5. Tuber Tuber adalah batang yang mempunyai daging tebal yang terdapat di dalam tanah dan mengandung beberapa mata tunas. Contoh tanaman yang termasuk tuber adalah: kentang, talas (Adinugraha, 2007).
Gambar 5. Kentang adalah contoh tuber 6. Offset Offset adalah hasil pembiakan vegetatif induk yang berkenbang sendiri yang tumbuh di dekat tanaman induk. Contoh tanaman yang berkembang biak dengan offset, antara lain: Sansiviera dan bambu (Adinugraha, 2007).
Gambar 6. Contoh offset
2.1.3
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Alami
Menurut Rochiman dkk (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif alami adalah: 1. Suhu Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman . Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat cel cius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. 2. Kelembaban udara Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat. 3. Cahaya Matahari Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan. 4. Hormon Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.
2.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan 2.2.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan
Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan ta ngan manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak diperbanyak dengan cara vegetatif buatan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, dan merunduk (layering) (Rochiman dkk, 2002). Pendapat lainnya, perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan adalah sekumpulan teknik untuk menghasilkan individu baru tanpa melalui perkawinan dengan bantuan manusia (Rahardja dkk, 2003). 2.2.2
Macam Perbanyakan Vegetatif Buatan
1. Okulasi Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk, lalu dimasukkan atau ditempelkan di bagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikelupas membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Penyatuan kedua tanaman ini terjadi setelah tumbuh kalus dari kedua tanaman tersebut. Akibat pertumbuhan kalus ini akan terjadi perekatan atau penyambungan yang kuat. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi yaitu: mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.) (Hatta, 1992).
Gambar 7. Okulasi 2. Grafting Merupakan perbanyakan vegetatif yang menggabungkan batang atas dan batang bawah yang berbeda sedemikian rupa sehingga terjadi persenyawaan (bergabung). Kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. (Samekto dkk, 1995).
Gambar 8. Grafting 3. Kultur jaringan Kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan cara mengambil jaringan tertentu dari suatu tanaman (tunas, akar, daun) dan dikembangkan dalam media khusus (Salisbury, 1992).
Gambar 9. Contoh tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan
4. Cangkok Cangkok adalah perbanyakan tanaman dengan cara menguliti suatu bagian batang tanaman yang ada, kemudian dibungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh dan kemudian ditanam pada media yang lain. Teknik cangkok (marcottage atau air layerage) banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan cara lain, seperti stek, biji, atau sambung. Tanaman yang biasa dicangkok umumnya memiliki kambium atau zat hijau daun, seperti mangga (Mangifera indica), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), alpukat (Persea americana), dan lain-lain. Tanaman lain yang tidak berkambium dan bisa diperbanyak dengan sistem cangkok adalah salak dan jenis-jenis bambu (Ashari, 1995).
Gambar 10. Contoh cangkok 5. Runduk Runduk Adalah mengambil sedikit cabang suatu tanamn kemudian merundukkan ke dalam tanah. Ini dapat dilakukan pada tanaman yang memiliki cabang yang panjang dan lentur (Ashari, 1995).
Gambar 11. Contoh merunduk
6. Stek Stek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yang dapat dilakukan menggunakan organ akar, batang, maupun daun tanaman. Tanaman yang distek, salah satu organ tanamannya dipotong dan bisa langsung ditanam pada media penanaman Teknik stek banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias dan buah, seperti anggur (Vitis vinivera), markisa (Passiflora edulis), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), apel (Malus sylvestris), lada (Piper nigrum), dan vanili (Vanila planifolia) (Hartmann dkk, 1997).
Gambar 11. Contoh tahapan stek/cutting 2.2.3
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan
Menurut Hamid (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dibedakan menjadi 2, yaitu faktor internal dan faktor eksternal 1. Faktor Internal: -
Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban tinggi).
-
ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas).
2. Faktor Ekstern: -
Suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi). ti nggi).
-
Kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi).
-
Cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang tidak banyak, maka perlu diberi naungan)
-
Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga menyebabkan kebusukan). kebusukan).
3. METODOLOGI 3.1 Alat, Bahan, Fungsi Alat dan Bahan
1. Alat -
Pisau silet, untuk memotong
-
Plastik es, untuk mengikat dan menyungkup men yungkup
-
Polibag dan bak pasir, untuk tempat menanam
2. Bahan -
Bahan tanam Perbanyakan Perbanyakan Vegetatif Alami No
Metode
Bahan
1
Umbi lapis
Bawang merah
2
Umbi batang
Kentang Perbanyakan Perbanyakan Vegetatif Vegetatif Buatan
No
Metode
Bahan
1
Okulasi
Tanaman mawar
2
Grafting
Batang atas dan batang bawah dari tanaman bougenvil
-
Campuran pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1, sebaga media tanam
-
ZPT, sebagai zat perangsang pertumbuhan akar
3.2 Lembar Pengamatan
1. Umbi lapis (bawang merah) No
Minggu ke-
Parameter Pengamatan
1
2
3
Perlakuan bawang merah dipotong 1
Saat munculnya
4
5
⁄ bagian 7 Hst
6
7
8
tunas 2
Jumlah tunas
5
5
5
5
5
5
3
Tinggi tanaman (cm)
3
7,5
10,9
15,8
26,1
28,6
Perlakuan penanaman menggunakan bawang merah tanpa dipotong 1
Saat munculnya
7 Hst
tunas
2
Jumlah tunas
3
3
3
3
3
3
3
Tinggi tanaman (cm)
2.5
7
12,4
17,7
27
30,2
2. Umbi batang (kentang) No
Minggu ke-
Parameter Pengamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
7
8
Presentase tanaman hidup 100% Tidak dicelupkan ZPT 1
Saat munculnya
8 hst
tunas
3
Jumlah tunas
-
4
Tinggi tanaman (cm)
-
1 0,4
1
1
1
1
1
1,6
2,1
2,7
Dicelupkan ZPT 1
Saat munculnya
7 Hst
tunas
2
Jumlah tunas
1
1
1
1
1
1
3
Tinggi tanaman (cm)
0,3
0,9
1,3
1,9
2,4
3
3. Stek daun No
Parameter
Minggu ke-
Pengamatan
1
2
3
4
5
6
Perlakuan menggunakan ⁄ bagian daun 1
Saat munculnya
- Hst
tunas 2
Jumlah tunas
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Persentase tanaman
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
hidup (%) Perlakuan menggunakan daun utuh 1
Saat munculnya
- Hst
tunas 2
Jumlah tunas
-
-
-
-
-
-
-
3
Persentase tanaman
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
hidup (%) 4. Stek batang No
Parameter
Minggu ke-
Pengamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
Perlakuan menggunakan batang atas 1
Saat munculnya
- Hst
tunas 2
Jumlah tunas
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Persentase tanaman
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
hidup (%) Perlakuan menggunakan batang tengah 1
Saat munculnya
- Hst
tunas 2
Jumlah tunas
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Persentase tanaman
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
hidup (%) Perlakuan menggunakan batang bawah 1
Saat munculnya
- Hst
tunas 2
Jumlah tunas
3
Persentase tanaman hidup (%)
-
-
-
0%
0%
0%
-
-
-
0%
0%
0%
5. Okulasi
1
Minggu ke-
Parameter
No
Pengamatan
1
2
3
4
Persentase tumbuh
5
6
7
8
0%
(%) 2
Panjang tunas
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Warna tunas
-
-
-
-
-
-
-
-
6. Grafting Minggu ke-
Parameter
No
Pengamatan
1
2
3
4
5
1
Saat munculnya tunas
-Hst
2
Persentase tumbuh
0%
6
7
8
(%) 3
Warna batang
-
-
-
-
-
-
-
-
4
Diameter batang (cm)
-
-
-
-
-
-
-
-
3.3 Dokumentasi
1. Minggu pertama
2. Minggu kedua
3. Minggu ketiga
4. Minggu keempat
5. Minggu kelima
6. Minggu keenam
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Praktikum Teknologi Produksi Benih – Perbanyakan Vegetatif, dilakukan beberapa kegiatan antara lain perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara umbi lapis pada bawang merah, okulasi bunga mawar, umbi batang pada kentang, stek batang bunga krisan, stek daun, dan grafting pada tanaman bunga bougenvile. bougenvile. Pada perlakuan umbi lapis, didapatkan hasil bahwa pada perlakuan bawang merah dipotong 1/3 bagian jumlah tunas yang tumbuh lebih banyak, yaitu sebanyak 5 tunas dengan tinggi tanaman 28,6 cm. sedangkan pada perlakuan tanpa dipotong, jumlah tunasnya lebih sedikit, yaitu sebanyak 3 tunas dengan tinggi tanman lebih tinggi mencapai 30,2 cm. Hasil pengamatan menunjukkan nahwa bawang merah yang dipotong 1/3 bagian memiliki tunas lebih banyak dari pada yang tanpa dipotong. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumini dkk (2010) bahwa pemotongan umbi bibit bawang merah sangat nyata pengaruhnya terhadap te rhadap jumlah anakan per rumpun umur 30 HST dan jumlah umbi per rumpun, nyata pengaruhnya terhadap jumlah anakan umur 45 HST dan bobot basah umbi per rumpun. Namun, pemotongan umbi bibit bawang merah tidak nyata pengaruhnya terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan umur 15 HST dan bobot kering umbi per rumpun. Selanjutnya Rukmana (1994) menambahkan bahwa pemotongan umbi bibit bawang merah mempunyai beberapa keuntungan antara lain: pertumbuhan bibit merata, umbi bibit lebih cepat tumbuh dan berpengaruh terhadap banyaknya anakan dan jumlah daun, sehingga hasil meningkat. Sedangkan rendahnya rendahnya nilai pertumbuhan dan hasil tanaman bawang bawang merah pada perlakuan tanpa pemotongan umbi bibit diduga diakibatkan oleh lambatnya keluar mata tunas, sehingga pertumbuhan tunas dan pembentukan anakan terhambat dan mengakibatkan tanaman tumbuh tidak maksimal. Untuk perbanyakan vegetatif umbi batang tanaman kentang didapatkan hasil dari pengamatan selama 6 minggu bahwa tunas kentang tanpa perlakuan baru tumbuh pada minggu kedua dengan tinggi tanaman 0,4 cm. Hasil pada minggu ke-enam menunjukkan tinggi tanaman kentang mencapai 2,7 cm. Sedangkan tunas kentang yang diberi perlakuan perendaman ZPT didapat kan hasil
bahwa tunas kentang tumbuh pada hari ke 7 dengan tinggi tanaman pada pa da minggu mi nggu pertama yaitu 0,3 cm. Hasil pada minggu ke-enam menunjukkan tinggi tunas kentang mencapai 3 cm. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan perendaman terhadap ZPT mampu membuat tunas kentang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan tanpa dicelupkan ZPT. ZPT berguna untuk merangsang pembentukan akar, namun tanaman kentang tumbuh sangat lambat. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman kentang sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Tanaman kentang tumbuh baik pada lingkungan dengan suhu rendah, yaitu 15 oC-20oC, cukup sinar matahari, dan kelembaban udara 80-90% (Sukendro, A., 2010). Oleh karena, itu perlu ditambah zat perangsang tumbuh seperti ZPT. Hasil pengamatan stek daun dan stek batang, semua tanaman tidak ada yang tumbuh atau mati. Begitu pula dengan teknik grafting dan okulasi juga tidak tumbuh. Hal ini dikarenakan kurangnya keterampilan saat praktik stek, okulasi dan grafting serta keadaan lingkungan yang kurang mendukung arena tanaman jarang disiram. disi ram. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tambing, Y. dkk (2008) bahwa beberapa kemungkinan penyebab inkompatibilitas: (1) jumlah sambungan yang bertaut relatif kecil, (2) adanya perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dan batang atas, (3) kedua varietas yang disambungkan mengalami defisiensi hara/hormon tumbuh maupun translokasi nutrisi yang abnormal, (4) banyak getah dan mengeras pada luka di bagian sambungan, (5) infeksi penyakit, (6) beberapa varietas tertentu sangat rendah memperoduksi kalus, (7) bentuk potongan yang tidak serasi, (8) bidang persentuhan kambium tidak tepat, (9) faktor ketrampilan orang yang melakukan penyambungan. Rochiman dan Setyati (1973) dan Tirtawinata (2003) juga menyebutkan bahwa faktor kedekatan kekerabatan (genetik) juga mempengaruhi. Kekerabatan genetik tidak signifikan pada penelitian ini, karena sekalipun dilakukan sambungan pada sesama kultivar, keberhasilan pertautan sambungan tetap rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan faktor ketidakcocokan (inkompatibel) yang diduga disebabkan selain operator (penyambung) kurang terampil serta kondisi lingkungan yang kurang baik mengakibatkan tanaman tidak tumbuh. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung mengakibatkan cekaman suhu tinggi di tempat pembibitan, serta
ukuran diameter batang bawah dan entris tidak sama besar; Ukuran diameter batang yang tidak sama besar menyulitkan menyulitkan terjadinya pertautan. Mata tunas yang akan ditempel merupakan salah satu kunci keberhsilan okulasi. Mata tunas yang dipilih harus berpotensi tumbuh, kemudian cara menyayat juga cara membuat sayatan batang induk dan batang atas. Kayu dari pohon induk tak boleh tersayat. Bahkan kambium, semacam lendir licin yang menempel pada kayu induk tak boleh hilang, karena kambium berfungsi untuk lalu lintas makanan dari daun ke tubuh tanaman. Jika kambium hilang, suplai makanan ke mata tempel tidak ada. Tunas baru pun tidak akan tumbuh. Selain itu, ikatan pada mata tunas tidak boleh terlalu kencang, supaya tunas bisa tumbuh. Kemudian kecepatan kerja sewaktu melakukan okulasi, kerja harus cepat. Sayatan di pohon induk induk tidak boleh boleh terlalu lama di udara terbuka. Begitu juga dengan dengan sayatan mata tempel. Jika terlalu lama, kambium pada kayu bisa kering. (Setiawan, A., 1990)
5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Perbanyakan tanaman secara vegetative adalah perbanyakan tanaman tanpa adanya peleburan sel telur betina dengan sel sperma jantan. Perbanyakan secara vegetatif dibagi menjadi 2, yaitu perbanyakan vegetatif secara alami dan perbanyakan vegetative buatan (dengan bantuan manusia)
Dari hasil pengamatan praktikum didapatkan hasil bahwa untuk umbi lapis tanaman bawang merah yang menunjukkan anakan tunas paling banyak adalah bawang merah dengan perlakuan 1/3 bagian dipotong. Namun tinggi tunas lebih menonjol pada bawang merah tanpa perlakuan. Hal ini dikarenakan
pemotongan
lapisan
atas
berpenaruh
nyata
dalam
mempercepat pertumbuhan tunas atau anakan tetapi tidak mempengaruhi tinggi tunas.
Hasil pegamatan umbi batang tanaman kentang didapatkan hasil bahwa tunas umbi kentang lebih cepat tumbuh dengan perlakuan dicelup ZPT dibandingkan umbi kentang tanpa dipotong dan dicelup ZPT. Tanaman kentang adalah tanaman yang sulit hidup. Bila sebelum menanam ujungnya dipotong terlebih dahulu lalu dicelupkan zat perangsang tumbuh seperti ZPT maka pertumbuhan kentang akan lebih baik.
Untuk stek batang, stek daun, okulasi dan grafting semua tanaman tidak tumbuh karena kurangnya keterampilan dalam melakukan perbanyakan serta kondisi lingkungan l ingkungan tumbuh yang kurang mendukung.
5.2 Saran
Praktikum sudah bagus. Asisten juga sudah bagus dalam penyampaian materi. Namun untuk pengumpulan laporan mohon jangan mendadak dan lebih doberi toleransi waktu karena tugas kami bukan hanya laporan tekben. Tidak perlu juga ada ketentuan masalah daftar pustaka karena carinya tidak gampang
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, 2007. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias . Bogor: World Agroforestry Centre. Ashari, S. 1995. Hortikultural 1995. Hortikultural Aspek Budidaya. Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Gunawan, I. 2004. Perkembangbiakan 2004. Perkembangbiakan Vegetatif . Klaten: Aviva Hamid, N. Yusran. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis pada Berbagai Perbandingan Pupuk Kandang . Jurnal Media Litbang Sulteng Vol. IV (2) : 97-104 Hartmann, H.T., and D.E. Kester. 1997. Plant Propagation Principles and Practices 6 Practices 6th ed. Englewood Cliffs. New York: Prentice Hall. Hatta, M., L., Hutagalung, Juhasdi dan Modding, 1992 Perngaruh Model Okulasi Terhadap Keberhasilan Penempelan pada Sirsak . Sirsak . Jurnal Hortikultura 2 (2): 55-58. Jumini, S. Yenny. Yenny. F. Nurul. 2010. Pengaruh Pemotongan Umbi Umbi Bibit Dan Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah. J. Floratek 5: 164 – 171. 171. Rahardja, PC. dan Wiryanta, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Tanaman. Jakarta: Agro Media Pustaka Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 2002. Perkembangbiakan Vegetatif . Bogor: Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB. Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi, 1973, Pembiakan 1973, Pembiakan Vegetatif . . Bogor: Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB. Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1992. Plant Physiology. Physiology. California: Wadworth Publishing Company. Samekto, H., A.Supriantono dan D. Kristianto. 1995. Pengaruh 1995. Pengaruh Umur dan Bagian Semaian terhadap Pertumbuhan Stek Satu Ruas Batang bawah Jeruk Japanese Citroen. Citroen. J. Hortikultura 5 (1): 25-29. Setiawan, A. 1990. Pengantar 1990. Pengantar Produksi Benih. Benih. Bogor: Fakultas Pertanian IPB Sukendro, A. 2010. Study of Vegetative Propagation on Intsia bijuga (Colebr.) with Grafting . Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 24(7): 6-10.
Tambing, Y., E. Adelina, T. Budiarti dan E. Murniati. 2008. Kompatibilitas Batang Bawah Nangka Tahan Kering dengan Entris Nangka Asal Sulawesi Tengah dengan Cara Sambung Pucuk. J. Agroland Fakultas Pertanian Untad 15 (2): 95 – 100. 100. Tirtawinata, 2003. Kajian Anatomi Dan Fisologi Sambungan Bibit Manggis Dengan Beberapa Anggota Kerabat Clusiaceae. Bogor: Clusiaceae. Bogor: IPB.