PENGELOLAAN PRODUKSI BENIH TANAMAN Rika Despita, SST, MP Arum Pratiwi, SP, MP Dr. Ir. Adi Prayoga, MP Achmad Nizar, SST, M.Sc
Proposal Perencanaan Poduksi Benih Padi Oleh Farid Abdul Majid ( 07.1.2.15.1932) 07.1.2.15.1932)
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian 2016
PROPOSAL PERENCANAAN PRODUKSI BENIH PADI IMPARI 33 29 Mei 2016
Oleh: FARID ABDUL MAJID CV. MUTIARA SEED
CV. MUTIARA SEED JL. Joko Basuki 32 Desa Karanganom Karanganom Kecamatan Kauman Kauman Tulungagunga
[email protected] / 085646445638 085646445638
BAB I Latar Belakang
Indonesia dikenal
sebagai
Negara
Agraris,
karena
sebagian
besar
masyarakat Indonesia bertani tanaman padi dan mayoritas makanan pokok penduduk Indonesia adalah nasi, yaitu padi yang melalui beberapa proses menjadi nasi. Benih merupakan kebutuhan pokok petani dalam kegiatan budidaya padi. Saat ini kebutuhan benih di Indonesia masih belum sebanding dengan benih yang diproduksi oleh penangkar, terutama benih unggul yang bersertifikat, sehingga kadangkala petani tidak menggunakan benih bersertifikat melainkan menanam kembali hasil panen yang seharusnya untuk dikonsumsi, hal ini akan berdapkan pada produktifitas tanaman karena kualitas benih semakin menurun. Desa Karanganom Kecamatan Kauman Kabupaten Tunlungagung memiliki lahan seluas 133 Ha dengan luasan lahan sa yah yang ditanami padi sepanjang tahun adalah 64 ha, yang sebagian besar kebutuhan benih padi belum tercukupi, sehingga timbul dorongan untuk menciptakan mandiri benih di des a Karanganom. Sehingga petani tidak akan kesulitan lagi untuk mencari benih unggul yang akan ditanam, terutama benih dengan varietas impair 33 yang di rekomendasikan oleh BPP setempat untuk ditanan masih sulit dicari. Oleh sebab itu penagkar perlu menyediakan benih bagi petani agar tidak lagi kesulitan mencari benih unggul yang bersertifikat. 1.2. Tujuan - Memenuhi kebutuhan benih petani. - Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar - Mendapatkan keuntungan dari hasil penagkaran benih - mengembagkan ketrampilan dan pengetahuan sumberdaya manusia
BAB II Demogrfi Wilayah Dan Perencanaan
2.1. Waktu dan Pelaksanaan Waktu pelaksanaan produksi benih adalah dimulai pada tanggal 29 Mei 2016 Tempat pelaksanaan adalah pada lahan sawah yang berlokasi di desa Karanganom kecamatan Kauman kabupaten Tulunggung Dengan luasan lahan 1 hektar 2.1. Deskripsi Lahan 2.1.1. Jenis tanah yang akan digunakan untuk penangkaran benih adalah tanah berjenis litosol dengan kadar bahan organik sedang dengan tingakat ph yang normal. 2.1.2. Luas tanah yang akan digunakan untuk penangkaran adalah 1 hektar dengan akses tranportasi yang muda dan berada di tepi jalan dan kiri dan kanan adalah rumah warga dan baguan belakang adalah sungai irigasi dari waduk Wonorejo. Lahan sekitar terletak lumayan jauh sekitar 10 meter baru terdapat lahan sawah padi dikarenakan terpisah oleh sungai irigasi yang lumayan lebar, terdapat juga lahan pertanian holtikultura di dekan lahan yang akan digunakan sehingga kemungkinan tercampurnya varietas lin adalh sangat kecil. Jarak tempuh lokasi 30 menit dari pusat kota Tulungagung 2.1.3. Topografi lahan adalah ketinggian lahan dan wila yah sekitar adalah 95 mdpl , dengan ketinggian tersebut lokasi dikatakan berada di dataran tinggi, suhu ratarata wilayah adalah 27˚ Celsius dengan rata-rata bulan hujan dalam satu tahun adalah 4 bulan. Kemiringan lahan yang akan digunakan antara sudut 3˚ 2.1.4. Kepemilikan tanah yang akan dikelola adalah tanah milik sendiri dengan riwayat tanaman adalah tanaman holtikultura. 2.1.5. Kondisi pengairan lahan sangat baik, aliran air dari irigasi sangatlah lancer dikarenakan irigasi berasal dari proyek irigasi waduk Wonorejo yang merupakan waduk dengan kubik air terbesar di Asia Tenggara, sehingga air mudah didapat
sepanjang tahun, dan juga kondisi system irigasi sangatlah baik dan selalu dipantau setiap saat. 2.1.6. Riwayat serangan hama hamper tidak ada karena lahan tersebut sebelumnya ditanami tanaman sayur dan buah sehingga tinggkat serangan hama kemungkinan sangat kecil, kecuali serangan tikur karena lahan terdapat di antara perumahan warga. 2.3. Sruktur Organisasi Direktur FARID ABDUL MAJIAD
Bendahara
Sekertaris
SHOFIA AFIFAH
FIFIAFIFAH
Distribusi dan Pemasaran
Pengawas Mutu FAQIH SHOFYAN
FIRA NURAZIZAH
Mandor Lahan
Mandor Gudang
JADUG PRIAMBODO
IMAM FAUZI
Karyawan Lahan / on farm
2.4. Perencanaan 2.4.1. Rencana Kebutuhan Benih 2.4.1.1. Kebutuhan Benih Desa Karanganom
Karyawan gudang dan pengemasan
Data lahan berdasarkan varietas yang ditanam No
Luas lahan
Varietas yang
System tanam
Setatus
ditanam
yang digunakan
ketersediaan benih
1
14 ha
Bengawan
Tegel
Tersedi
2
50 ha
Impari
Tegel
Kurang
Data ketersediaan benih di toko saprodi No
Nama toko
Jumlah benih
Jenis/varietas
tersedia
benih
1
UD. Tani Maju
100 kg
Impari 33
2
UD. Mekar Makmur
100 kg
Impari 33
3
UD. Ayem Terntrem
82,5 kg
Impari 33
4
UD. Ayem Terntrem
567 kg
Bengawan
Menghitung kebutuhan benih Impari di desa Karanganom dengan luas lahan sawah yang akan ditanamai 50 Ha :
Kebutuhan benih / Ha : Populasi tanaman dalam 1 Ha Luas lahan 1 ha = 10.000 cm x 10.000 cm Jika jarak tanam 20cm x20cm maka populasi tanaman dalam 1 ha adalah : = (10.000/20) x (10.000x20) = 500 x 500 = 250.000 bibit Jika pertancap adalah 3 bibit maka = 250.000 x 3 = 750.000 bibit dalam 1 ha
Sehingga dalam luasan lahan 50 ha maka populasi benih yang akan ditanam adalah : = 750.000 x 50 = 37.500.000 bibit Jika berat 1.000 butir padi impair adalah 28,6 gram maka kebutuhan benih dalam kilogram adalah : = (37.500.000 : 1.000) x 28.6 gram = 37.500 x 28,6 = 1.072.500 gram = 1.072,5 kg Jika daya tumbuh benih 90% maka kebutuhan benih ditambah 110 kg adalah tambahan 10% untu yang tidak tumbuh 1.072,5 + 110 = 1182,5 kg Jika total benih yang tersedia di toko saprodi adalah 282,5 kg maka kekurangan benih di desa Karanganom adalah = 1072,5 kg – 282,5 kg = 900 kg total kekurangan benih desa Karanganom Dengan dikethuinya kekurangan benih berikut maka benih sebar yang harus diproduksi tiapkali musimtanam adalah 900 kg Maka rencan kebutuhan benih tahun 2016 untuk memenuhi kebutuhan benih desa karanganom adalah : Penggunaan benih 750.000 benih / ha = (750.000 : 1000) x 28,6 = 21,5 kg Luas lahan 64 ha Produktifitas 1,2 ton per hektar Tingkat keberhasilan produksi benih 80%
Musim tanam 1(februari-
Musim tanam 2 (juni-juli)
maret)
Musim tanam 3 (oktober – November)
Kebutuhan BR
Kebutuhan BR
Kebutuhan BR
900 kg
900 kg
900 kg
Kebutuhan calon benih BR =
Kebutuhan calon benih BR
Kebutuhan calon benih BR =
(100:80) 900 = 1125 kg
= (100:80) 900 = 1125 kg
(100:80) 900 = 1125 kg
Luas penagkaran BR =
Luas penagkaran BR =
Luas penagkaran BR =
1125 : 1200 = 0,94 ha
1125 : 1200 = 0,94 ha
1125 : 1200 = 0,94 ha
Kebutuhan benih pokok BP
Kebutuhan benih pokok
Kebutuhan benih pokok
=
0,94 x 21,5 = 20,15 kg
0,94 x 21,5 = 20,15 kg
Kebutuhan calon benih BP=
Kebutuhan calon benih BP=
Kebutuhan calon benih BP=
(100:80) 20,15 = 25,2 kg
(100:80) 20,15 = 25,2 kg
(100:80) 20,15 = 25,2 kg
Luas penangkaran BP =
Luas penangkaran BP =
Luas penangkaran BP =
25,2 : 1200 = 0,022 ha
25,2 : 1200 = 0,022 ha
25,2 : 1200 = 0,022 ha
Kebutuhan benih dasar BD =
Kebutuhan benih dasar BD
Kebutuhan benih dasar BD =
0,022 x 21,5 = 0,45 kg = 4,5
=
0,022 x 21,5 = 0,45 kg = 4,5
ons
0,022 x 21,5 = 0,45 kg = 4,5
ons
0,94 x 21,5 = 20,15 kg
ons
Total benih yang dibutuhan dalam sekali produksi untuk musim tanam yang akan dating
Benih Dasar = 4,5 ons Benih Pokok = 25,2 kg Luas lahan yang diperlukan Penagkaran benih sebar = 0,94 ha Penagkaran benih pokok = 0,022 ha Total lahan yang diperlukan = 0.96 ha
2.4.2. Rencana Kebutuhan Pupuk 2.4.2.1. Rencana Kebutuhan Pupuk Untuk Lahan Penagkaran BR /Benih Sebar Rekomendasi pemupukan untuk produksi 2,5 ton per hektar 75 kg Ur ea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl dan 100 kg pupuk organik dengan pemupukan terja dwal 1. Pemupukan dasar Pupuk Urea =
100 45
Pupuk SP-36 = Pupuk KCl =
x 75 = 166 kg/ha x 0,96 ha = 159,3 kg
100 36
100 60
x 100 = 277 kg/ha x 0,96 ha = 266 kg
x 50 = 83 kg/ha x 0,96 ha = 79,6 kg
Organic pupuk kandang = 1000 kg x 0,96 = 960 kg
2. Pemupukan ke-2 Pupuk Urea =
100 45
Pupuk SP-36 = Pupuk KCl =
x 75 = 166 kg/ha x 0,96 ha = 159,3 kg
100 36
100 60
x 100 = 277 kg/ha x 0,96 ha = 266 kg
x 50 = 83 kg/ha x 0,96 ha = 79,6 kg
3. Pemupukan ke-3 Pupuk Urea =
100 45
Pupuk SP-36 =
x 75 = 166 kg/ha x 0,96 ha = 159,3 kg
100 36
x 100 = 277 kg/ha x 0,96 ha = 266 kg
2.4.2.1. Rencana Kebutuhan Pupuk Untuk Lahan Penagkaran BP /Benih Pokok 1. Pemupukan dasar Pupuk Urea =
100 45
Pupuk SP-36 = Pupuk KCl =
x 75 = 166 kg/ha x 0,022 ha = 3,7 kg
100 36
100 60
x 100 = 277 kg/ha x 0,022 ha = 6,1 kg
x 50 = 83 kg/ha x 0,022 ha = 1,8 kg
Organic pupuk kandang = 1000 kg x 0,022 = 22 kg
2. Pemupukan ke-2 Pupuk Urea =
100 45
Pupuk SP-36 = Pupuk KCl =
x 75 = 166 kg/ha x 0,022 ha = 3,7 kg
100 36
100 60
x 100 = 277 kg/ha x 0,022 ha = 6,1 kg
x 50 = 83 kg/ha x 0,022 ha = 1,8 kg
3. Pemupukan ke-3 Pupuk Urea =
100 45
Pupuk SP-36 =
x 75 = 166 kg/ha x 0,022 ha = 3,7 kg
100 36
x 100 = 277 kg/ha x 0,022 ha = 6,1 kg
2.4.3. Rencana Kebutuhan Alsintan 2.4.3.1. Kebutuhan Mesin Pertanian No
Nama Mesin Pertanian
Jumlah
1
Hand Traktor
3
2
Combine Harvester
1
2.4.3.2. Kebutuhan Alat Pertanian No
Nama Alat
Jumlah
1
Cangkul
10
2
Sabit
5
3
Alat penggaris jarak tanam
2
4
Ember
10
5
Tempat untuk CVL
20
6
Sprayer
4
2.4.3.3. Kebutuhan Alat dan Bahan Panen ,Pasca Panen dan Pengemasan No
Nama Alat dan Bahan
Jumlah
1
Mobil Pick Up trasportasi gabah
1
2
Alat pengukur kadar air
1
3
Alat pengering gabah
1 set
4
Alat penjahit karung goni
4
5
Siler plastic
5
7
Alat dan bahan uji daya kecambah
1
8
Karung goni
-
9
Palet
-
2.4.4. Rencana kebutuhan Tenaga Kerja No
Kegiatan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
tenaga kerja
tenaga kerja
tenaga kerja
HKSP
HKSW
HKSM
1
Olah lahan
2
-
2
2
Penyemaian
-
4
-
3
Penanaman
-
20
-
4
Pemupukan
10
-
-
5
Penyiangan
-
10
-
6
Pemanenan
4
-
2
7
Pengendalian OPT
4
-
-
8
Pengangkutan
5
-
-
9
Penjemuran
-
5
-
10
Pengemaan
-
20
-
11
Pendistribusian
10
-
-
12
Karyawan dan mandor
5
-
-
BAB III STANDARD BUDIDAYA
3.1. Persiapan Benih Persiapan adalah kegiatan yang pertama yang harus disiapakan. Benih yang akan ditanam adalah kelas benih dasar dengan luasan lahan 0,022 ha yang diharapkan menghasilkan benih pokok untuk musim tanam selanjutnya, dan kelas benih pokok dengan luasan lahan yang digunakan untuk menghasilkan benih sumber adalah 0.96 ha yang diharapkan menghasilkan benih sebar untuk memenuhi kebutuhan enih di desa Karanganom, dengan lahan tersebut kebutuhan benih telah dihitung pada bab sebelumnya 3.1.1. Menetapkan dan membuat lokasi persemaian Dalam membuat lokasi persemaian terlebihdahulu harus menentukan lokasi persemaian, lokasi persemaian yang baik adalah lokasi lahan yang paling dekat dengan aliran air, sebelum melakukan persemaian dilakukan olah tanah terlebih dahulu agar benih tumbukh dengan baik. 3.1.2. Melakukan penyemaian Luas persemaian adalah 4 % dari luas areal pertanaman atau sekitar 500 m2 untuk tiap hektar pertanaman. Sebelum di sebar Pemilahan benih padi sebelum disemai/ditebar dapat dilakukan dengan perendaman benih ke dalam larutan garam 3% atau, benih yang tenggelam menunjukkan benih yang baik. Sebelum disebar, benih direndam selama 24 jam,kemudian diperam selama 24 jam. Benih ditabur di persemaian sebanyak 0,5 – 1,5 kg per 20 m. Persemaian dilakukan kurang lebih 20-21 hari sebelum tanam
3.2. Penanaman Penanaman bibit dilakukan setelah 13 hari setelah semai bibit ditanam dengan system tanam konvensional atau tegel dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, penanaman bibit satu tanaman tiap lubang hal ini dilakukan agar mempermudah dalam proses seleksi dan roguing. Tanam dilakukan manual oleh tenaga kerja
wanita, penanaman dilakukan di pagi hari sebelum matahari tinggi, sebelum penanaman terlebih dahulu air disurutkan sampai macak-macak,air dibiarkan macak macak selama 3 hari. 3.3. Pemeliharaan 1. Pemupukan pemberian pupuk dilakukan secara terjadwal berdasarkan fase pertumbuhan tanaman, maka pemberian pupuk untuk padi hibrida sebaiknya pada umur 7 – 10 hari setelah tanam (HST), 21 HST dan 42 HST, masing-masing sebanyak 75 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl per hektar; 150 kg Urea per hektar, serta 75 kg Urea dan 50 kg KCl per hektar. Pupuk Urea perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar pemberian pupuk N menjadi lebih efisien terserap oleh tanaman padi hibrida. Sedangkan pemberian pupuk KCl dilakukan 2 kali, agar proses pengisian gabah menjadi lebih baik dibanding dengan satu kali pemberian bersamaan dengan pupuk Urea pertama. 2.
Penyiangan penyiangan adalah kegiatan membersihkan pertanaman dari rumput dan
tanaman yang tidak dikehendaki keberadaannya (gulma) di areal pertanaman karena dapat mengganggu perkembangan tanaman pokok. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan, menggunakan alat gasrok (landak ) atau menggunakan herbisida. 3. Pengairan
1) Setelah bibit ditanam atau setelah pemupukan N pertama, selama
3 hari
petakan sawah dikeringkan sampai kondisi macak-macak. 2) Pada umur 4-14 hari setelah tanam sawah diairi setinggi 7-10 cm agar suhu tanah tidak naik yang akan mengakibatkan tanaman menjadi layu. 3) 15-30 hari setelah tanam sawah digenangi terus setinggi 3-5 cm.
Apabila
tinggi air > 5 cm akan menghambat perkembangan anakan. Sebaliknya apabila kekurangan air pada umur tersebut akan mengurangi jumlah anakan.
4) Setelah itu sawah dikeringkan selama 3 hari dan dibiarkan macak -macak. Pada keadaan ini dilakukan pemupukan N kedua. 5) Pada umur 35-50 hari setelah tanam sawah diairi lagi sampai setinggi 5-10 cm selama 14 hari. 6) Pada umur 50 hst sawah dikeringkan lagi sampai macak-macak selama 5 hari. Pada keadaan ini dilakukan pemupukan N ketiga. 7) Pada umur 55 hari dilakukan penggenangan lagi sedalam 10 cm secara terus menerus sehingga berbunga serempak. 8) Pada 7-10 hari sebelum panen, sawah dikeringkan agar masaknya dapat serempak dan untuk menghindari kemungkinan roboh.
4. Pengendalian OPT
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alam dan tidak menimbulkan kerugian yang besar. Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan perpaduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit diantaranya dengan melakukan monitoring populasi hama dan
kerusakan tanaman
sehingga
penggunaan teknologi
pengendalian dapat menjadi lebih tepat. Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) dapat dilakukan dengan menggunakan strategi diantaranya :
Tanam tanaman yang sehat
Memanfaatkan musuh alami
Pengendalian secara mekanik (menggunakan alat) dan fisik (menangkap)
Penggunaan pestisida hanya jika diperlukan dan dilakukan tepat sesuai dosis, sasaran dan waktu.
Matrik dan Jadwal Kegiatan
N Umur o padi
Tangg al
Pemupuka n
Penyianga n
Pengendali an opt
Pengairan
a 1
c 1 juni20 juni
d
e
f
g penuh
b 0
2
-
-
-
-
-
-
Penyemai an
3
1 hst
21 juni
-
-
-
Macak macak
4
4 hst
25 juni
-
-
-
Diairi 7-10 cm
5
14 hst
6
17 hst
8 juli
7
5 juli Pemupuka n pertama
Penyianga n sebelum pemupuka n
Pengendali an secara mekanik
Digenagi 3 cm
-
Penyianga n
21 hst
12 juli Pemupuka n kedua
Penyianga n sebelum pemupuka n
Pengendali an secara mekanik Pengendali an secara mekanik
Disurutkan dan dibiarkan macak-macak Dibiarkan macak-macak
8
35 hst
26 juli
-
Pengendali an secara mekanik
Diairi 5-7 cm
9
49 hst
15 agustu s
-
Pengendali an secara mekanik
Di keringkan atau macakmacak
1 0
55 hst
21 agustu s
-
Pemupuka n ke tiga tanpa KCL -
-
-
Kegiatan lain dan keteranag an h Olah lahan
Digenagi 10 cm sampai berbunga serempak
Penanama n
1 1
99 hst
24 septem ber
-
-
Pengendali an secara mekanik
Di keringkan
3.4. Rugoing Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu Roguing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai mulai fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Roguing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya. Untuk tujuan tersebut, pertanaman petak pembanding (pertanaman check plot ) dengan menggunakan benih autentik sangat disarankan. Pertanaman ini digunakan sebagai referensi/acuan di dalam melakukan Roguing dengan cara memperhatikan karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan yang dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Jadwal Roguing
No
Fase
Karakter yang
Pertumbuha
perlu diperhatikan
Patokan
n Tanaman
1
Bibit Muda
Laju
pemunculan bibit
Vigor
Tanaman tumbuh serentak dengan tinggi yang rata.
Benih tumbuh serentak dan tidak kerdil.
2
Tanaman Muda Vegetatif
Warna daun
Awal ( 35 –
45 HST)
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian besar
Warna kaki
rumpun-rumpun lain.
(pelepah bagian bawah)
Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.
Sudut daun Warna pelepah
Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).
3
Vegetatif
Sudut daun
Akhir/Anaka
Warna kaki
Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan1.
n Maksimum
(pelepah
( 50 – 60
bagian bawah)
menyimpang dari sebagian besar
Warna pelepah
rumpun-rumpun lain.
HST)
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan
Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang warna kaki atau helai daun, dan pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
4
Generatif
Jumlah
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya
Awal
malai/rumpun;
menyimpang dari sebagian besar
/Berbunga (
Jumlah
rumpun-rumpun lain.
85 – 90 HST)
malai/m2
Tanaman yang bentuk dan ukuran daun
Bentuk &
benderanya berbeda dari sebagian besar
Ukuran gabah
rumpun-rumpun lain.
Bentuk daun
Tanaman yang berbunga terlalu cepat
bendera
atau terlalu lambat dari sebagian besar
Posisi
rumpun-rumpun lain.
keluarnya
malai
Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda.
5
Generatif
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya
Akhir
menyimpang dari sebagian besar
/Masak ( 100
rumpun-rumpun lain.
– 115 HST)
Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang.
Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah warna gabah, dan ujung gabah (rambut /tidak berambut) berbeda.
3.5.Panen dan Pasca Panen 3.5.1. Menetukan Waktu Panen Waktu panen yang tepat ditandai dari kondisi pertanaman 90-95 % bulir sudah memasuki fase masak fisiologis (kuning jerami) dan bulir padi pada pangkal malai sudah mengeras, 95 % gabah sudah menguning dan daun bendera telah mengering ,kadar air berkisar 21 – 26 %,kerontokan gabah sekitar 16 – 30 % (Cara mengukurnya dengan meremas malai dengan tangan). Untuk pertanaman padi tanam pindah, vigor optimal dicapai pada umur 30-42 hari setelah bunga merata bagi pertanaman padi musim hujan (MH), dan 28-36 hari setelah berbunga merata bagi pertanaman musim kemarau (MK). 3.5.1.1. Kadar Air Pada Gabah atau Benih Padi
Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangkan tanaman. Benih siap dipanen apabila telah masak fisiologis. Ada beberapa fase untuk mencapai suatu ti ngkat kemasakan benih, yaitu fase pembuahan, fase penimbunan zat makanan dan fase pemasakan. Fase pertumbuhan dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan, yang ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi. Fase penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di luar dan setelah mencapai tingkat masak fisiologis, benih berat kering benih tidak akan banyak mengalami perubahan. Kadar air benih merupakan salah satu factor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh. Kadar air benih ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih
sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut. Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih. Metode yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu Konvensional (Menggunakan Oven) dan Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer). Dalam penentuan uji kadar air digunakan 2 metode oven, yaitu metode temperatur rendah 103±2°C dan metode temperatur tinggi 130 133°C. Kedua metode tersebut dapat digunakan dalam penentuan kadar air. 3.5.1.2. Pemanenan Proses panen harus memenuhi standar baku sertifikasi : dimulai dengan mengeluarkan rumpun yang
tidak seharusnya dipanen, menggunakan sabit
bergerigi untuk mengurangi kehilangan hasil, perontokan biji segera dilakukan setelah
panen
pemumpukan akan
dengan
dibanting
atau
dengan
tresher,
hindari
terutama jika sampai terjadi fermentasi / panas tinggi karena
mematikan lembaga, lakukan pembersihan pendahuluan, dan ukur kadar
air gabah, beri label dengan identitas sekurang-kurangnya asal blok, nama varietas, berat, kelas calon benih, dan tanggal panen.
3.5.1.3. Pengeringan Pengeringan dilakukan dengan 2 cara, yaitu : a.
Pengeringan dengan sinar matahari
Dengan cara ini dianjurkan menggunakan lantai jemur yang terbuat dari semen, dilapisi terpal agar tidak terlalu panas dan gabah tidak tercecer, serta dibolak-balik setiap 3 jam sekali. Calon benih dikeringkan sampai mencapai kadar air maksimal 13 %, dan sebaiknya 10-12 % agar tahan disimpan lama. b.
Pengeringan buatan dengan dryer
Dryer dibersihkan setiap kali ganti varietas, hembuskan udara sekitar 3 jam tanpa pemanasan, kemudian diberikan hembusan udara panas suhu rendah dimulai dari 320C, selanjutnya ditingkatkan seiring dengan menurunnya kadar air gabah calon benih, sampai suhu mencapai panas 420C pada kadar air 14 %. Atur laju penurunan kadar air 0,5 % per jam. Suhu disesuaikan setiap 3 jam, bahan dibolak balik agar panas merata, dan lanjutkan pengeringan sampai diperoleh kadar air minimal 13 % namun sebaiknya 10-12 %. 3.5.1.4. Pembersihan Pembersihan dilakukan untuk memisahkan dan mengeluarkan
kotoran dan biji
hampa sehingga diperoleh ukuran dan berat biji yang seragam. Kegiatan ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut : a. Dilakukan secara manual jika jumlah bahan sedikit b. Apabila bahan dalam jumlah yang besar dilakukan dengan menggunakan mesin pembersih seperti : blower, separator, dan gravity table separator c. Peralatan yang digunakan sebaiknya yang berfungsi baik d. Bersihkan alat tersebut setiap kali akan digunakan e. Gunakan kemasan/karung baru dan pasang label atau keterangan diluar dan dalam kemasan f. Petugas pengawas benih tanaman pangan setempat diminta untuk mengambil contoh guna pengujian laboratorium 3.5.1.5. Pengemasan / Penyimpanan Benih a. Benih yang layak disimpan adalah benih dengan daya tumbuh awal sekitar 90 % dan KA 10-12 %
b. Gunakan gudang yang memenuhi syarat c. Bebas dari hama gudang seperti tikus, hama bubuk, dan lainnya d. Gunakan kantong yang kedap udara e. Kemasan ditata teratur, tidak bersentuhan langsung dengan lantai dan dinding gudang. f. Benih yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam kantong/karung dan diberi label yang memuat nama varietas, kelas benih, bobot benih, kadar air benih dan daya tumbuh benih.