BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Lambung merupakan bagian dari saluran cerna setelah esofagus dan sebelum duodenum. Tukak (ulkus) dapat terjadi pada mukosa, submukosa, dan kadangkadang
sampai
lapisan
muskularis
dari
traktus
gastrointestinal
berhubungan dengan asam lambung yang cukup mengandung HCl; Termasuk tukak yang terdapat pada bagian bawah esofagus, lambung, dan duodenum bagian atas Tukak lambung dapat disebabkan oleh zat yang dapat menginduksi sekresi asam lambung, misalnya histamin dan anti inflamasi nonsteroid. Kerja berat, stress berat, tidak tenang, atau kurang tidur juga menyebabkan asam lambung yang tinggi. Sering terlambat makan, kebiasaan minum obat yang bersifat asam saat perut kosong, minum minuman beralkohol
dan menghisap rokok
berlebihan juga dapat menjadi penyebab tukak lambung. Demikian pula dengan infeksi bakteri Helicobacter pylori yang dapat menyerang lapisan submukosa lambung Tukak lambung atau lebih populer dengan penyakit maag, banyak terdapat pada masyarakat di dunia, pada semua umur. Tukak lambung lebih sering terjadi pada pria daripada wanita di mana insidensi pria:wanita adalah 35:1 dan lebih sering terjadi pada usia lebih dari 50 tahun Dengan banyaknya penelitian mengenai obat-obat yang berasal dari tumbuhan,
masyarakat mulai banyak menggunakan tanaman tradisional untuk mengobati tukak lambung. Tanaman tradisional
diharapkan mempunyai efek
samping yang lebih kecil daripada penggunaan obat-obat sintetik. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai pilihan untuk mengobati tukak lambung adalah cincau
BAB II PEMBAHASAN
1. Tekhnik Pemeriksaan Cairan Lambung a. Pengertian
Lambung adalah cairan yang terdapat di dalam lambung Yaitu : - Air - Asam lambung - Enzim pencernaan
: Pepsin, Renin, dan Lipase
- Garam-garam mineral
: - Sodium Chlorida (NaCl) - Potassium Chlorida (KCl) - Phospate - Mucin
Getah lambung merupakan cairan yang disekresi secara aktif oleh sel mukosa lambung yang terdiri atas dua kelenjar yaitu kelenjar peptik fundus dan kelenjar pilorik. Kelenjar peptik mensekresi pepsin, lipase, dan HCl, sedangkan kelenjar pilorik mensekresi bahan untuk proses fermentasi. Pemeriksaan cairan lambung ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan makroskopis, mikroskopis maupun kimia. Terdapat beberapa cara dalam pengambilan sampel cairan lambung ini diantaranya dapat menggunakan sondage lambung (sondage Wangestane, sondage Levine, dan sondage Rile), endoskopi serta ultrasonographi.
Macam-macam getah lambung :
Asam chloridan (HCl)
Bersifat baktericid ringan yang dihasilkan sel parietal Asam chlorida juga berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin Fungsi : untuk memecah protein menjadi protease Di dalam pankreas (sebagai proteolitik) :
Pepsin tripsin & chemotripsin asam amino Pepsin dihasilkan di sel gablet yangn disebut chief cell
Lipase Fungsi : memecah lemak menjadi asam lemak dan gliseral
Mucin Fungsi
: untuk melindungi lambung untuk melindikan makanan Dihasilkan
oleh neck cell yang terdapat di dalam fundus FIE (Faktor Intrinsik Eritropolitik). Merupakan mukroprotein yang ber fx untuk membantu penyerapan vit B
12 dalam
usus.Makanan yang masuk ke dalam lambung akan dipecah oleh enzim pepsin menjadi pepton protein, pepton dan protease akan diurai oleh enzim proteolitik menjadi asam amino.
Proses pembentukan getah lambung melewati 3 fose :
1.
Fase Ghepalli Melihat Mencium
; makanan à kortek cerebri à nerves vasus sel yang terdapat
Merasakan
; dalam lambung à menghasilkan HCl, pepsin, mucin, FIE
Memikirkan 2.
Fase Intestinal Makanan yang sampai di duodenum à selaput lendir duodenum à aktivase humoral à merangsang sekresi lambung
3.
Fase Gastrin Merangsang sekresi HCl dan pepsin Merangsang sekreasi FIE Merangsang sekresi enzym pencernaan Gastrin à suatu zat yg dihasikan oleh kelenjar gastrin oleh karena adanya pengaruh hormon gastrin. Fungsi Lambung:
1. Sebagai bactericid ringan 2. Sebagai pencernaan makanan 3. Sebagai daya reabsorbsi dari makanan yang rendah 4. Mengekskresikan mucin, gastrin dan FIE
Lambung dalam keadaan tenang hanya sedikit asam lambung yang dihasilkan, sekresi bertambah karena ada rangsangan neural dan hormonal.
Rangsangan itu tidak perlu berupa santapan sekreasi terjadi karena faktor psikis (melihat/mencium bau makanan).
Rangsangan dari nervus vapus akan memacu sel paretal dan set atrium untuk memproduksi gastrin.Isi gastrin akan bertambah karena dinding lambung tertekan oleh makanan dan karena adanya produk perombakan protein
(memberi
suasana
alkali)
produksi
asam
lambung
yang
selanjutnya berasal dari duodenum, yaitu bila selaput lendir duodenum isi lambung akan mengeluarkan aktivator humoral yang akan memacu sekresi lambung, akan tetapi ada pula penghambatan.
Proses Linipan balik (Feed back)
bila pH getah lambung rendah (1,5)
akan menghambat proses asing.
Cara memperoleh getah lambung : 1. Sandage lambung 2. Endogkopi 3. Ultrasonografi Metode Konvensional / sederhana
Keuntungan Kerugian
: Bahaya radiasi tidak terlalu besar : Penderita merasakan sakit
Pengambilan getah lambung dengan alat sonde disebut sondage Ada 3 macam : Sonde Wangestane Sonde Levine
: 50, 60, 70, 80, cm
Sonde Rile
: 49, 65, 81 c
: 45, 55, 65, 75, cm
b. Fungsi Pemeriksaan Cairan Lambung
Fungsi pemeriksaan cairan lambung ini meliputi :
Mengetahui motilitas lambung
Mengetahui sekresi lambung
Mencari adanya unsur-unsur abnormal (pus,leukosit,eritrosit)
Untuk medical forensic
Untuk pemeriksaan citologi (mengetahui adanya sel tumor).
Pemeriksaan Getah Lambung meliputi:
Ø Makroskopis Ø Mikroskopis Ø Kimia c. Kontraindikasi Pemeriksaan Cairan Lambung.
Stenosis esofagus, varises esofagus.
Keganasan pada esofagus.
Dekompensasi jantung.
Perdarahan lambung hebat yang baru terjadi.
Aneurisma aorta.
Tidak dianjurkan pada wanita hamil atau sakit berat.
Intoksikasi asam/basa yang baru terjadi.
Adanya hipotensi dan gangguan vasomotor (kontraindikasi untuk uji
histamin).
d. Pemeriksaan Cairan Lambung
Getah lambung diperoleh melalui sonde lambung, biasanya menggunakan Levin Stomach Tube. Aspirasi dilakukan pagi hari setelah puasa 12 jam dan bebas dari obat-obatan yang mempengaruhi lambung. Pada pagi hari penderita dilarang menggosok gigi untuk menghindari kontaminasi perdarahan. Penderita juga dilarang menelan saliva atau sputum karena dapat mempengaruhi keasaman lambung.
Motilitas Lambung
Pemeriksaan
motilitas
dengan
menggunakan
sonde
sangat
primitif
dibandingkan dengan pemeriksaan radiologik, tetapi mempunyai kelebihan karena pasien tidak perlu terpapar sinar roentgent. Biasanya pemeriksaan motilitas tidak dilakukan secara tersendiri, melainkan menjadi bagian dari pemeriksaan lambung lain. Makanan dan minuman terakhir dimasukkan kira-kira 10 jam sebelumnya. Kemudian dimasukkan sonde lambung dan dikeluarkan semua isi lambung sambil diukur volumenya, rata-rata akan didapatkan 25 sampai 75 ml cairan tanpa sisa-sisa makanan. Bila dalam cairan terdapat sisa makanan, hal ini menunjukkan adanya gangguan pengosongan lambung. Volume cairan yang melebihi 75 ml menunjukkan kemungkinan terjadi hipersekresi lambung seperti yang dijumpai pada pasien gastritis.
Keasaman Getah Lambung.
Tujuan
pemeriksaan
ini
adalah
menilai
kemampuan
lambung
untuk
mensekresikan HCl atau mengetahui apakah jumlah HCl yang disekresikan dalam batas normal atau abnormal (berlebih atau terlalu sedikit). Adanya HCl dapat diduga jika pH getah lambung kurang dari 4. Terdapat dua keadaan penentuan keasaman lambung, yaitu basal acid output (BAO) dan maximal acid output (MAO).
a. B as al Aci d Output (BAO)
BAO merupakan penentuan jumlah total asam yang disekresi lambung pada keadaan basal tanpa rangsangan (stimulasi) selama jangka waktu tertentu (biasanya 1 jam). Subyek yang akan diperiksa harus dalam keadaan puasa dan bebas dari rangsangan makanan/obat yang dapat mempengaruhi lambung. Mula-mula dilakukan aspirasi sebanyak 2 kali tiap 15 menit, hasil aspirasi ini dibuang. Setelah itu, dilakukan aspirasi kembali sebanyak 4 kali tiap 15 menit. Bahan aspirasi ini masing-masing diukur volume dan pH-nya.
Nilai BAO adalah volume tiap spesimen (dalam liter) dikali keasaman (dalam mEq/l). Nilai BAO keempat spesimen dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total BAO dalam 1 jam (mEg/jam). Interpretasi: Nilai BAO < 2 mEq : didapatkan pada penderita sindrom Zollinger-Ellison. b. Maxi mal A ci d Output (MAO)
Merupakan jumlah total sekresi asam lambung dalam waktu tertentu (misalnya 1 jam) setelah pemberian rangsangan. Stimulan yang dipakai adalah
histamin,
betazol
(histalog),
atau
pentagastrin.
Seperti
pada
penentuan BAO, terlebih dahulu dilakukan aspirasi sebanyak 2 kali tiap 15 menit. Kemudian disuntikkan bahan stimulan secara subkutan. Setelah itu, dilakukan aspirasi sebanyak 4 kali tiap 15 menit, kemudian diukur volume dan keasamannya. Interpretasi: Nilai 1-20 mEq : terdapat pada orang normal, ulkus peptikum, dan karsinoma lambung. Nilai 20-35 mEq : terdapat pada ulkus duodenum. Nilai 35-60 mEq :
terdapat pada ulkus duodenum, high normal secretor ,
dan sindrom Zollinger-Ellison. Nilai > 60 mEq :terdapat pada sindrom Zollinger-Ellison. 0 mEq : terdapat pada true achlorhydria, gastritis, atau karsinoma lambung. Pada keadaan achlorhidrya didapatkan anemia pernisiosa.
Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan ini harus menggunakan sampel cairan lambung yang diperoleh sebelum dilakukan rangsangan pada lambung untuk pemeriksaan lain. Beberapa hal yang diperiksa antara lain: a. Volume Dalam keadaan normal volume cairan lambung berbeda-beda dari beberapa ml sampai 75 ml, dengan rata-rata 25 ml. Jika didapatkan
volume yang mendekati 100 ml, hal ini adalah keadaan yang abnormal. Jumlah tersebut mungkin disebabkan oleh hipersekresi, menurunnya motilitas lambung, obstruksi pilorus, atau sindrom Zollinger-Ellison. b. Warna Warna normal getah lambung adalah abu-abu mutiara dan agak keruh (opalesent). Kelainan warna yang mungkin didapat adalah:
Kehijau-hijauan (biliverdin) atau kuning (bilirubin) akibat terjadinya regurgitasi isi duodenum ke dalam lambung. Keadaan ini akan mengakibatkan kesalahan pada hasil pemeriksaan titrasi keasaaman lambung karena isi duodenum bersifat basa.
Merah muda (darah segar) dapat disebabkan oleh trauma waktu memasukkan sonde, ataupun kelainan pada esofagus seperti ulkus, karsinoma, dan lain-lain.
Coklat (darah tua) disebabkan karena hemoglobin dalam sel darah merah telah diubah menjadi asam hematin oleh HCl.
Bermacam-macam warna oleh obat-obatan.
c. Bau Bau getah lambung normal agak asam. Bau yang keras dapat disebabkan oleh stasis dalam lambung yang disertai proses fermentasi. Bau yang busuk
dapat
disebabkan
oleh
adanya
nekrosis
dalam
lambung,
sedangkan bau tinja mungkin disebabkan oleh obstruksi usus atau akibat adanya fistula antara usus dan lambung.
d. Lendir Dalam keadaan normal hampir tidak ada lendir dalam cairan lambung, atau didapatkan dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada keadaan abnormal, jumlah lendir akan bertambah. Lendir ini dapat berasal dari mulut atau saluran pernafasan. Lendir akan terlihat tidak homogen, tampak seperti garis-garis halus, bergelembung, dan terapung di atas
cairan. Jika diperiksa secara mikroskopis,lendir ini mengandung banyak sel epitel dan kuman. Karena lendir mengikat sebagian asam bebas dalam lambung, maka penilaian titrasi asam bebas akan menurun sedangkan nilai kandungan asam total tidak berubah. e. Sisa-sisa makanan Dalam keadaan normal tidak terdapat sisa-sisa makanan. Bila ada, mungkin akibat motilitas lambung berkurang. Untuk menguji hal ini, pasien diberi makanan yang mudah dikenali, seperti kismis semalam sebelum diadakan sonde lambung. Selain karena kurangnya motilitas, retensi isi lambung mungkin disebabkan oleh adanya obstruksi pilorus akibat sikatrik atau tumor. f. Pus Dalam keadaan normal, tidak dijumpai pus pada cairan lambung. Adanya lekosit jarang sekali terlihat pada pemeriksaan mikroskopis. Lekosit mungkin berasal dari saluran makanan atau saluran pernapasan akibat sputum yang tertelan. g. Potongan jaringan Biasanya bila didapatkan potongan jaringan menunjukkan adanya trauma atau tumor sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. h. pH dan berat jenis pH normal cairan lambung adalah 1,2±0,0 pada orang dewasa dalam keadaan puasa atau 1,3-2,5 setelah makan. Berat jenis cairan ini sekitar 1,007.
Pemeriksaan Mikroskopis.
Dalam getah lambung normal didapatkan sejumlah kecil sel epitel, lekosit, eritrosit (oleh trauma sonde), dan beberapa butir amilum. Sering terdapat kesulitan untuk menentukan bilamana jumlah unsur itu menjadi abnormal dan memastikan apakah unsur-unsur tersebut berasal dari lambung atau tempat lain seperti bronkus atau paru-paru.
Tes Terhadap Darah Samar
Tes ini menggunakan sifat hemoglobin sebagai peroksidase yang memecah hidrogen peroksida dan mengoksidasi benzidine atau guajac menjadi zat berwarna biru. Getah lambung normal memberi reaksi yang negatif (tidak ada perubahan warna). Adanya darah samar mungkin disebabkan oleh ulkus ventrikuli,
karsinoma,
papilomata,
diatesis
hemoragik,
muntah
hebat,
pembendungan vena, dan lain-lain. Sering tes ini menjadi positif akibat darah dari trauma waktu sonde. Tes ini juga positif untuk hemoglobin dan beberapa derivatnya seperti methemoglobin, karboksi hemoglobin, hematin, dan myoglobin. Sebaliknya, hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh konsumsi vitamin C dan reagen yang lama atau rusak.
Pepsin
Tes terhadap adanya pepsin atau pepsinogen hanya berarti apabila telah dinyatakan adanya achlorhydria.
1. Tekhnik Pemeriksaan Cairan Otak a. Pengertian
Cairan otak ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat oleh plexus choroideus di dalam ruang atau ventrikel otak melalui transport akitf dan ultrafiltrasi, sedangkan 30% dibentuk pada tempat lain, termasuk pada ventrikel dan rongga subarachnoid. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel. Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml
dalam sewaktu.
Ini
merupakan
suatu
kegiatan
dinamis,
berupa
pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari. Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi, Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari plasma darah. Di samping filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut berpengaruh. Karena itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat, susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa macam zat dalam plasma darah. Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk kearah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna pula setelah terjadi trauma.
b. Pemeriksaan Cairan Otak
Liquor Cerebrospinalis atau yang biasa disingkat LCS adalah cairan yang menyelimuti susunan syaraf pusat. Fungsinya adalah sebagai pelindung terhadap otak maupun tulang belakang. Selain itu juga berfungsi sebagai
pengatur eksitabilitas dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (karena otak tidak mempunyai pembuluh limpe) dan memberikan perlindungan terhadap tekanan. Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi. Kelainan hasil pemeriksaan dapat memberikan petunjuk ke arah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik kasus akut maupun kronis yang akan diberikan tindakan lebih lanjut oleh klinisi berupa
pemberikan
terapi
adekuat.
Pemeriksaan
Liquor
Cerebrospinalis
ditujukan untuk mengetahui adanya kelainan pada otak maupun sumsum tulang, meningitis, tumor, abses, enchefilitis maupun infeksi virus pada daerah tersebut. Analisa Liquor Cerebrospinalis sendiri dibagi menjadi menjadi 3 bagian yaitu makroskopis, mikroskopis dan kimia.
c. Parameter Pemeriksaan Cairan Otak (Seresbrospinal).
Parameter yang umum diperiksa pada cairan otak adalah sebagai berikut : 1.
Makroskopik Warna
Kekeruhan (Kejernihan)
Bekuan
BJ
pH
2. Mikroskopik
Hitung Jumlah Sel
Hitung Jenis Sel (Diff.Count)
3. Kimiawi Pandy
Nonne
Protein
Glukosa
Chlorida
4. Bakteriologi (Pembiakan).
d. Tekhnik Pemeriksaan Cairan Serebrospinal 1. Pemeriksaan Makroskopik
Metode : Visual (Manual)
Tujuan
: Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik meliputi :
warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ.
Alat dan Bahan : a. Tabung reaksi b. Beaker gelas c. Kertas indikator pH universal d. Refraktometer abbe
Spesimen
Cara Kerja
: Cairan LCS :
a.
Cairan LCS dimasukkan dalam tabung bersih dan kering.
b.
Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang.
c.
Dicelupkan indikator pH universal pada LCS dan diukur pH dengan membandingkan deret standar pH.
d.
Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece BJ.
Hasil dan Interpretasi No
Parameter
1.
Warna
Penilaian
Interpretasi Normal
Tidak berwarna, Kuning muda, Kuning, Kuning tua, Kuning coklat, merah, hitam
Tidak berwarna
coklat,abu – abu 2.
Kejernihan
Jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh,
Jernih
keruh kemerahan 3.
Bekuan
Tidak ada bekuan, ada bekuan
4.
pH
Tidak ada bekuan
7,3 atau setara dengan pH plasma/serum
5.
BJ
1.000 – 1.010
1.003 – 1.008
Hal yang perlu diperhatikan : a. LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak dapat diperiksa karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan dalam darah, terutama bila ada bekuan merah sebagaimana darah membeku. b. Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan terdiri atas benang fibrin. c. Dalam keadaan normal cairan otak tidak berwarna, dalam keadaan patologis cairan otak berwarna : 1) Kekuning-kuningan 2) Warna ini dapat disebaakan derivat hemoglobin dari perdarahan yang telah lama terjadi ( minimum 6 jam maximum 1-1,5 minggu),
brasal dari bilirubin darah bila intensitas ikterus hebat. Cairan otak xanthocrome karena kadar protein yang sangat tinggi atau pendarahan dapat membeku 3) Merah Warna merah disebakan oleh karena:
Pendarahan artifisialyang merupakan komplikasi dari punksi
Pendarahan sub arachnoidal
4) Coklat Warna coklat disebabkan perdarahan yang lama disertai dengan adanya hemolisis , maka LC akan berwarna coklat 5) Keabu-abuan Warna keabu-abuan ini disebabkan oleh adanya leukosit dalam jumlah besar
2. Pemeriksaan Mikroskopik A.
Hitung Jumlah Sel
Metode : Bilik Hitung
Prinsip : LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung di bawah mikroskop.
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan LCS.
Alat dan Reagensia : a. Mikroskop b. Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukosit c. Tissue d. Larutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan aquadest 90 mL.
Spesimen
: LCS
Cara Kerja
:
a. Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat
b. Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat. c. Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes. d. Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x.
Perhitungan
:
PDP : 1/10 = 0,1x TKP : 1/0,1 = 10x KBH : 4 kotak leukosit Ʃ Sel
: Jumlah sel ditemukan (berwarna keunguan dengan inti dan
sitoplasma)
Sel
= PDP x TKP x Jumlah sel ditemukan KBH = 0,1 x 10 x Ʃ 4 = 2,5 x Ʃ = ……..sel/mm 3 LCS
B.
Interpretasi
: Jumlah sel normal = 0 – 5 sel/mm 3 LCS
Hitung Jenis Sel (Diff.Count)
Metode : Giemsa Stain
Tujuan : Untuk membedakan jenis sel mononuklear dan polinuklear dalam cairan LCS
Alat dan Reagensia : a. Objek Gelas b. Kaca Penghapus c. Sentrifuge d. Tabung reaksi e. Metanol absolut f. Giemsa g. Timer
Spesimen : LCS
Cara Kerja : a. Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya. b. Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm c. Supernatant dibuang dan endapan diambil. d. Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal e. Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut. f. Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit. g. Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga imersi.
Perhitungan
Jeni
1
: 2
3
4
5
6
s sel
7
8
9
1
Juml
0
ah
MN PMN Juml ah
Interpretasi : Normal MN 100% dan PMN 0% 3. Pemeriksaan Kimia A.
Uji Pandy
Metode yang digunakan untuk memeriksa adanya protein dalam Liquor Cerebrospinalis adalah Test Pandy. Reagen Pandy dibuat dari larutan jenuh fenol dalam air (phenolum liquefactum 10 ml : aquadest 90 ml : simpan beberapa hari pada suhu 37 oC dengan sering dikocok-kocok) bereaksi dengan globulin dan dengan albumin.
Pemeriksaan Pandy Reagen ini dipakai untuk mengetahui protein (albumin dan globulin) dalam cairan otak dimana akan bereaksi dengan globulin dan albumin.Tes pandy mudah dilakukan pada waktu pungsi dan sering dijalankan sebagai bed side test.Itu sebabnya test pandy masih digunakan meskipun telah banyak test lain untuk menentukan protein dalam cairan otak yang lebih spesifik dan lebih bermanfaat bagi klinik.Dalam keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau adanya kekeruhan yang sangat ringan berupa kabut halus. Semakin keruh hasil reaksi ini semakin tinggi kadar protein .Hasil reaksi ini harus segera dinilai setelah pencampuran liquor dengan reagen.Hasil dilaporkan dalam bentuk positif atau negatif saja. Perlu diingat jika ada darah dalam cairan otak hasil pemeriksaan tidak ada artinya. Pemeriksaan
pandy
menggunakan
gelas
arloji
sebagai
wadah
pereaksinya. Hal ini untuk memudahkan dalam pengamatan kekeruhan pada sampel. Pada gelas arloji ditambahkan 1 ml reagen pandy kemudian diteteskan 1 tetes sampel cairan otak pada reagen yang ditambahkan di atas gelas arloji tersebut. Kemudian diamati hasilnya apakah menunjukkan kekeruhan atau tidak. Kekeruhan diakibatkan denaturasi protein dalam larutan fenol yang jenuh yang menyebabkan protein mengendap. Semakin keruh campuran, semakin banyak kadar protein dalam sampel tersebut. Pengamatan
kekeruhan
perlahan-lahan.
menggunakan
latar
gelap
dan
digoyangkan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum kali ini adalah
Dipastikan reagen yang digunakan tidak kadaluarsa.
Cairan otak yang diteteskan pada reagen terhindar dari sedimen atau endapan agar tidak menyebabkan hasil yang positif palsu.
Pada saat pengamatan hasil menggunakan latar belakang hitam agar mudah melihat kekeruhan yang berwarna putih.
Pada saat pengamatan gelas arloji digoyang perlahan-lahan untuk melihat seberapa banyak kekeruhan yang terjadi dan apakah terdapat butiran seperti pasir atau tidak. a) Metode : Pandy b) Prinsip : Protein dalam larutan jenuh phenol akan mengalami denaturasi berupa kekeruhan hingga terjadi endapan putih. c) Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam LCS d) Alat dan Reagensia : •
Tabung reaksi
•
Pipet tetes
•
Larutan Pandy : phenol 10 mL dan aquadest 90 mL. (larutan bila keruh disaring atau dibiarkan mengendap sisa jenuhnya).
e) Spesimen
:
f) Cara Kerja
:
Dimasukkan 1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi.
Ditambah beberapa tetes larutan Pandy.
Amati adanya kekeruhan pada larutan tersebut.
g) Interpretasi
B.
LCS.
:
Negatif : tidak terbentuk kekeruhan putih
Positif : terbentuk kekeruhan putih.
Uji Nonne-Apelt
a) Metode
: Nonne Apelt
b) Prinsip
: Protein dalam larutan jenuh garam ammonium sulfat
akan mengalami denaturasi berupa kekeruhan hingga terbentuka endapan. c) Tujuan
: Untuk mengetahui adanya protein jenis globulin dalam
LCS d) Alat dan Reagensia : •
Tabung reaksi
•
Pipet tetes
•
Larutan Nonne : Ammonium sulfat jenuh 80 gram dalam 100 mL aquadest. (disaring bila keruh.
e) Spesimen
: LCS
f) Cara Kerja
:
Dimasukkan 1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi.
Ditambah beberapa tetes larutan Nonne melalui dinding tabung dengan kemiringan 45°.
Amati adanya cincin putih keruh pada kedua lapis larutan tersebut pada posisi tegak.
g) Interpretasi
C.
:
Negatif : tidak terbentuk cincin putih
Positif : terbentuk cincin putih.
Uji Protein
a) Metode : Biuret b) Prinsip : Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri (II) dalam medium alkali membentuk komplek warna yang dapat diukur dengan spektrofotometer c) Tujuan : Untuk menetapkan kadar protein dalam LCS. d) Alat
:
Tabung reaksi
Mikropipet 20 µLdan 1000 µL.
Tip kuning dan biru.
Fotometer
e) Reagensia
:
Reagen Kerja: Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida 12 mmol/L, NaOH 1,15 mol/L, deterjen.
Reagen standard : 8,0 g/dL
Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu ruang.
f) Spesimen : LCS. g) Cara Kerja :
Masukkan ke dalam tabung berlabel : Blanko
Standar
Sampel
Standar
-
20 µl
-
Serum
-
-
A. l
Reagen
1000
1000 μl
kerja
μl
Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer dengan panjang gelombang 578 nm terhadap blanko reagent.
h) Perhitungan : Total Protein= Absorben sampel x konsentrasi standar (8,0 g/dL) Absorben standard = ..............g/dL x 1000 = ......mg/dL Nilai Normal : 15 – 45 mg/dL
D.
Uji Glukosa
a) Metode b) Prinsip
: GOD-PAP. :Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan
hidrogen peroksida yang bereaksi dengn 4-aminoantipirin dan fenol dengan pengaruh katalis peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah.
c) Tujuan
: Untuk menentukan kadar glukosa dalam LCS
d) Reaksi
: Glukosa + ½ O 2 + 2 H2O
glukosa oxidase
Glukonate +
H2O2. POD
2 H2O2 + 4-Aminoantipyrine + Phenol e) Alat •
Quinoneimine + 4 H 2O
: Tabung reaksi kecil
•
Timer
•
Mikropipet 10 dan 1000 µl
Tissue
•
•
Tip kuning dan biru
•
Rak Tabung
•
Fotometer
f) Reagensia : •
Reagen kerja Glukosa
•
Reagen standar Glukosa 100 mg/dl
•
Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2-8 oC.
g) Spesimen
: LCS.
h) Cara kerja:
Dipipet ke dalam tabung: Blanko
Standar
Standar
-
10 µl
Serum
-
-
Reagen
1000
1000
kerja
µl
µl
Sampel
10 µl
Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm.
i) Pengamatan dan Pembacaan :
Absorben blanko aquabidest : 0,000
Dicatat Absorben pengukuran reagent blanko, standar dan sampel
j) Perhitungan : Glukosa = Absorben sampel
x konsentrasi standard (100 mg/dL)
Absorben standard = ..............mg/dL Nilai Normal : 45 – 70 mg/dL
E.
Uji Chlorida
a) Metode
: TPTZ
b) Prinsip
: Ion Chlorida bereaksi dengan Mercury (II), 2,4,4-tri-(2-
pyridil)-S-triazide kompleks (TPTZ) membentuk merkuri (II) chlorida. TPTZ bebas bereaksi dengan ion besi (II) menghasilkan warna biru kompleks. Perubahan absorben pada 578 nm sebanding dengan kadar chlorida. c) Tujuan
: Untuk menentukan kadar Chlorida dalam LCS
d) Alat
:
•
Tabung reaksi kecil
•
Timer
•
Mikropipet 10 dan 1000 µl
Tissue
•
•
Tip kuning dan biru
•
Rak Tabung
•
Fotometer
e) Reagensia •
:
Reagen warna : 2,4,6-tri-(2-pyridil)-S-triazide (TPTZ) dan merkuri (II) kompleks 0,96 mmol/L dan besi (II) sulfat 0,5 mmol/L
•
Standard Chlorida : Natrium chlorida 100 mmol/L atau 355 mg/dL
f) Spesimen
: LCS
g) Cara Kerja :
Dipipet ke dalam tabung:
Standar
Blanko
Standar
Sampel
-
10 µl
-
Serum
-
-
Reagen
1000
1000 µl
kerja
µl
10 l
Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm.
h) Perhitungan : Chlorida =Absorben sampel x konsentrasi standard (100 mmol/L)
Absorben standard = ..............mmol/L Nilai Normal : 98 - 106 mmol/L
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata, R.1968.”Penuntun Laboratorium
Klinik’’ .
Jakarta: Dian Rakyat Agung.
Mahode ,Albertus .2011. ‘’ Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan “.
Jakarta : EGC.