22 " Pemeriksaan cairan sendi
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi). Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat digerakkan. Beberapa komponen penunjang sendi antara lain kapsula sendi, ligamen (ligamentum), tulang rawan hialin (kartilago hialin), cairan sinovial atau cairan sendi. Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi yang dihasilkan dari ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam hialuronat. Asam hialuronat ini menyebabkan cairan sendi bersifat kental sehingga cairan sendi dapat berfungsi sebagai pelumas.
Cairan synovial akan memberikan nutrisi bagi tulang rawan sehingga tidak terjadi gesekan dalam pergerakan sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi. Cairan sendi diambil menggunakan jarum yang ditusuk kedalam cairan itu berada diarea antara tulang pada sendi tersebut.
Indikasi memeriksa cairan sendi diberikan oleh bertambah banyaknya cairan itu dan pemeriksaan laboratorium membantu diagnosis kelainan.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana proses metabolisme cairan sendi?
Bagaimana patofisiologi cairan sendi?
Apa saja jenis pemeriksaan yang dilakukan pada cairan sendi, Serta persiapan pemeriksaan cairan sendi?
Bagaimana abnormalitas cairan sendi?
BAB II
PEMBAHASAN
DEFENISI SENDI
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya. Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan sindemosis;
sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan
sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung leukosit. Asam hialuronidase bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Jenis sendi sinovial :
Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis ;
Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxila ;
Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial ;
Trochoid : rotasi, mono aksis ;
Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis.
Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan kembali ke belakang.
Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel kondrosit, dan matriks. Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang terbenam di dalam bahan dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3 macam tulang rawan, yaitu :
tulang rawan hialin, yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan ujung-ujung persendian;
Tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva; dan
tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis, simfisis pubis dan insersio tendo-tulang. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun oleh kolagen tipe II dan proteoglikan yang sangat hidrofilik sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang kuat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan
proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau penambahan usia
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk "meminyaki" sendi. Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat dilakukan.
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.
Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :
Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air, hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi elastic
Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi yang tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim.
PATOFISIOLOGI
Inflamasii mula – mula mengenai sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi seluler. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, teutama pada sendi articular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulas membentuk panus, atau penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ketulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi artilago artikuler. Kartilag menjadi nekrosis.
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau disiokasi dari persendian.
Proses fagositosis menghasilkan enzim – enzim dalam sendi. Enzim – enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
JENIS PEMERIKSAAN CAIRAN SENDI
Pemeriksaan Cairan Sendi
Pemeriksaan ini dikenal dengan nama formal yaitu: analisis cairan sinovial, tetapi mempunyai nama lain berupa analisis cairan sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi. Cairan sendi diambil menggunakan jarum yang ditusuk ke dalam cairan itu berada (area diantara tulang pada sendi tersebut). Cairan sinovial menjadi pelumas dalam sendi. Cairan sinovial akan memberikan nutrisi bagi tulang rawan sehingga tidak dapat aus selama penggunaan (gesekan dalam pergerakan sendi).
Analisis cairan sendi terdiri dari serangkaian uji yang dilakukan untuk mendeteksi perubahan yang terjadi akibat dari penyakit tertentu. Ada beberapa karakteristik cairan sinovial yang patut dikaji antara lain:
Karakteristik fisik: evaluasi dari penampilan secara umum dari cairan sinovial, meliputi kekentalan (viskositas). Karakteristik fisik yang normal berupa: cairan bening, berwarna jernih hingga kekuningan, dan kental (viskositas tinggi akibat kandungan asam hialuronat, ketika mengambilnya dengan jarum membentuk 'string' beberapa inchi layaknya cairan kental pada umumnya). Perubahan yang terkait pada aspek fisik ini yaitu: cairan keputihan (berawan) disebabkan oleh hadirnya mikroorganisme dan sel darah putih) dan berwarna kemerahan akibat hadirnya sel darah merah. Antara cairan sinovial berawan dan kemerahan dapat terjadi dalam satu spesimen.
Karakteristik kimia: mendeteksi perubahan zat kimia tertentu pada cairan sinovial, meliputi: glukosa (level glukosa di dalam cairan ini lebih rendah daripada level glukosa darah dan dapat menurun lebih signifikan lagi pada inflamasi dan infeksi sendi, protein (kandungan protein meningkat akibat peradangan infeksi), asam urat yang meningkat (pada Gout).
Karakteristik mikroskopik: menghitung sel-sel yang terdapat pada cairan sinovial (terutama untuk menghitung leukosit) meliputi: hitung leukosit (batas normal yaitu <200 sel / mm3, leukosit yang berlebihan menandakan adanya inflamasi seperti pada Gout dan rheumatoid artritis, neutrofilia menandakan infeksi bakteri, dan eosinifilia menandakan penyakit Lyme), dan melewati cairan sinovial ke sinar polarisasi untuk melihat adanya kristal asam urat (kristal jarum) pada penyakit Gout.
Karakteristik infeksius1: menemukan agen infeksius (bakteri atau jamur) dalam cairan sinovial meliputi: pewarnaan gram (untuk melihat tipe agen infeksius), pembiakan, uji kerentanan terhadap antibiotik (sebagai panduan dalam memilih antibiotik), dan uji BTA jika dikhatirkan adanya mikrobakterium.
Analisis cairan sendi dilakukan jika menemukan sesuatu yang mencurigakan di daerah persendian, berupa:
(1) nyeri di daerah persendian
(2) eritema meliputi daerah persendian dan sekitarnya
(3) inflamasi di daerah persendian
(4) akumulasi cairan sinovial.
Prosedur dalam pengambilan cairan sinovial dikenal dengan arthrocentesis. Setelah dianastesi lokal, dokter akan melakukan penyuntikan hinga masuk ke tempat cairan sinovial berada (area diantara tulang). Selain untuk mengambil spesimen cairan sinovial, prosedur ini dilakukan juga dalam:
Pengambilan cairan sinovial berlebihan untuk mengurangi tekanan yang berlebihan.
Injeksi kortikosteroid ke dalam cairan sinovial yang mengalami inflamasi.
Proses Pengambilan Sampel Cairan Sendi
Arthrocentesis dilakukan oleh dokter atau paramedik terlatih dengan mengunakan alat yang steril dan tepat.
Pre Analitik
Spuit yang digunakan (19/21 untuk sendi besar, 23/25 untuk sendi kecil).
Digunakan sarung tangan steril.
Dilakukan anastesi lokal (lidokain atau etiklorida spray).
Kapas alkohol dan betadine.
Empat tabung penampungan tanpa antikoagulan.
Analitik
Ditentukan lokasi penusukan, daerah ektensor lebih aman (bebas saraf) dan beri tanda.
Dilakukan tindakan aseptik pada lokasi.
Dilakukan anastesi lokal (inflamasi lidokain/prokain dengan jarum halus atau etiklorida spray).
Ditusuk daerah yang sudah ditandai dengan spuit yang berisi 25 µ sodium heparin (dibilas) dan gunakan jarum yang sesuai hingga terasa jarum menembus membran sinovia (seperti menusuk kertas).
Dilakukan aspirasi perlahan-lahan (untuk meminimalisasi nyeri).
Spesimen ditampung (sesuai urutan tabung pertama kali diisi).
~ Tabung I (tabung heparin ) steril untuk pemeriksaan mikrobiologis (gram dan biakan).
~ Tabung II (tabung EDTA) untuk pemeriksaan mikroskopis, memeriksa kristal, dan hitung jenis sel.
~ Tabung III (tanpa EDTA) untuk pemeriksaan kimia atau imunologi dan untuk pemeriksaan makroskopis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel:
Mengetahui apakah pasien mempunyai gangguan hemostasis.
Melakukan dengan tehnik yang benar dan berusaha untuk selalu steril.
Sampel yang didapatkan sesegera mungkin untuk dibawa kelaboratoium.
Jika akan dikerjakan pemeriksaan glukosa cairan sendi maka pasien dipuasakan 6-8 jam terebih dahulu.
Bila dikehendaki antikoagulan digunakan heparin.
Bila akan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi wadah untuk menampung cairan sendi harus steril
Macam – macam pemerisaan
Tes Makroskopik
Volume
Dalam keadaan normal cairan sendi susah didapat dan biasanya volume normal tidak melebihi 2 ml. Volume yang melebihi 2 ml menandakan adanya kelainan, makin besar volume itu, maka makin luas juga kelainan yang ada.
Warna dan kejernihan :
Warna
Cairan sendi normal tidak berwarna atau mempunyai warna kekuning-kuningan yang sangat muda.Jika terjadi warna merah karena adanya darah biasanya disebabkan oleh trauma pungsi.
Kejernihan
Dalam keadaan normal cairan sendi jernih.Proses patologis seperti radang dapat mengubah ciri-ciri itu menjadi agak keruh sampai keruh sekali. Selain oleh peradangan kekeruhan mungkin juga disebabkan proses-proses lain, yakni oleh adanya beberapa macam Kristal atau oleh sel-sel synovia yang terlepas.
Pre Analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna dan kejernihan yang berbeda.
Alat : tabung yang steril.
Analitik
Cara kerja :
Sampel dimasukan kedalam tabung steril
Dilihat warna dan kejernihan sampel .
Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih.
Pasca Analitik
Interpretasi :
Kuning jernih : artritis traumatik, osteoartritis dan artritis rematoid ringan.
Kuning keruh : inflamasi spesifik dan non spesifik, karena bertambahnya lekosit.
Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid dengan efusi kronik, pirai dengan efusi akut dan obstruksi limfatik dengan efusi.
Seperti nanah atau purulent : artritis septik yang lanjut.
Seperti darah : pada trauma, hemofilia dan sinovisitis vilonodularis hemoragik. Bila darah terjadi karena trauma pada waktu aspirasi maka warna merahnya akan berkurang bila aspirasi diteruskan, sedangkan jika bukan oleh trauma maka warna merah akan menetap.
Kuning kecoklatan : pada perdarahan yang telah lama (Gandasoebrata,2006).
Bekuan
Cairan sendi normal tidak membeku karena tidak berisi fibrinogen. Proses peradangan dapat menyebabkan menyusupnya fibrinogen ke dalam cairan sendi. Kalau ada bekuan laporkanlah besarnya bekuan itu, semakin besar bekuan itu, maka semakin berat proses inflamasi
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : fibrinogen menyebabkan sampel membeku.
Alat : tabung yang steril.
Analitik
Cara kerja :
Sampel dimasukan kedalam tabung steril
Dibiarkan sampel selama 1 jam
Dilihat ada tidaknya bekuan.
Nilai rujukan : tidak membeku.
Pasca analitik
Interpretasi :
Bekuan + : ada proses peradangan (Gandasoebrata,2006).
Viskositas
Cairan sendi mempunyai nilai viskositas tertentu, beberapa keadaan patologis dapat mengurangi viskositas sehingga cairan itu seolah-olah menjadi encer.Untuk menguji viskositas isaplah cairan sendi kedalam semprit 2 ml, kemudian biarkan cairan itu mengalir keluar dari semprit (tanpa jarum) dan perhatikan panjangnya benang lendir yang dapat dibentuk sampai saat cairan itu jatuh. Dalam keadaan normal panjangnya paling sedikit 5 cm. Makin pendek benang itu, maka makin abnormal, kadang-kadang viskositas itu rendah sekali sehingga menetesnya seperti air saja.
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam hialuronat dalam cairan sendi menentukan viskositas cairan.
Alat : spuit atau semprit tanpa jarum.
Analitik
Cara kerja :
Dihisap sampel ke dalam spuit atau semprit tanpa jarum.
Diteteskan sampel ke luar dari spuit tersebut.
Diukur panjang tetesan. Atau diambil sampel dengan jari telunjuk, direntangkan antara jari telunjuk dan ibu jari.
Hitung panjang rentangan.
Nilai rujukan : panjangnya tanpa putus 4-6 cm disebut viskositas tinggi.
Pasca analitik
Interpretasi :
non inflamatorik Viskositas tinggi.
Viskositas menurun (< inflamatorik akut dan septik) hemoragik Viskositas bervariasi (Gandasoebrata,2006).
Mikroskopis
Menghitung jumlah sel
Upaya ini dilakukan seperti menghitung leukosit dalam darah tepi.Akan tetapi cairan pengencer Turk tidak dapat dipakai karena asam acetat membekukan mucin yang terdapat dalam cairan sendi. Pakailah larutan NaCl 0,85 % sebagai pengganti cairan Turk untuk menghitung jumlah sel dan kamar hitung Fuchs-Rosenthal seperti diterangkan dalam bab mengenai cairan otak.Dalam keadaan normal jumlah sel dalam cairan sendi kurang dari 200 per µl. Pertambahan cairan sendi oleh causa bukan radang dapat meningkatkan jumlah itu sampai 2.000 per µl, sedangkan adanya radang mendorong angka itu sampai lebih dari 2.000 per µl.
Jumlah lekosit
Hasil hitung lekosit total maupun hitung jenis lekosit pada sendi dapat membedakan inflammatory arthritis, non inflammatory arthritis dan infectious arthrtis.
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% atau metilen biru dalam NaCl 0,9% untuk cairan yang jernih.
Jika cairan sendi terlalu kental kemungkinan sulit untuk dipipet, maka sampel harus diencerkan dengan buffer hialuronidase.
Bila cairan sendi banyak mengandung eritrosit, maka digunakan HCl 0,1% atau saponin 1%, karena cairan ini dapat melisiskan eritrosit.
Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar hitung (hemositometer). Dengan memperhitungkan faktor pengenceran, jumlah lekosit dalam darah dapat diketahui.
Analitik
Cara kerja :
Dipipet sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 0,5.
Dipipet NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi pipet beberapa menit agar isi pipet bercampur baik.
Kemudian dibuang 4 – 5 tetes isi pipet.
Disiapkan kamar hitung dengan cover glass di atasnya.
Diteteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar hitung
Dihitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak lekosit dengan menggunakan perbesaran lensa objektif 10 x dan hasilnya dikali 50 (pengenceran).
Nilai rujukan: jumlah lekosit < 200/mm3.
Pasca analitik
Interpretasi :
Jumlah lekosit 200-500/mm3 penyakit non inflamatorik (penyakit degeneratif).
Jumlah lekosit 2.000-100.000/mm3 menandakan inflamatorik akut.
~ Artritis gout akut : jumlah lekosit 750-45.000/mm3, rata-rata 13.500/mm3.
~ Faktor rematoid : jumlah lekosit 300-98.000/mm3, rata-rata 17.800/mm3
~ Artritis rematoid : jumlah lekosit 300-75.000/mm3, rata-rata 15.500/mm3.
~ Septik (infeksi) : jumlah lekosit 20.000-200.000/mm3
~ Artritis TB : jumlah lekosit 2.500-105.000/mm3, rata-rata 23.500/mm3.
~ Atritis gonore : jumlah lekosit 1.500-108.000/mm3, rata-rata 14.000/mm3.
~ Atritis septik : jumlah lekosit 15.600-213.000/mm3, rata-rata 65.400/mm3.
~ Hemoragik : jumlah lekosit 200-10.000/mm3
Menghitung jenis sel
Cairan sendi diperiksa seperti cairan tubuh yang lain dengan cara membuat sediaan apus yang dipulas Giemsa atau Wright. Dalam keadaan normal leukosit berinti segment kurang dari 25% dari semua jenis sel yang ada dalam cairan sendi. Semakin tinggi angka itu, maka semakin akut keadaan patologis.
Hitung Jenis
Hitung jenis lekosit pada sendi dapat membedakan inflammatory arthritis, non inflammatory arthritis dan infectious arthrtis.
Pre Analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
Sampel harus diperiksa < 1 jam setelah pengambilan.
Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi atau dari sedimen cairan sendi yang telah disentrifus (paling baik).
Prinsip tes : cairan sendi diapuskan di atas obyek glass kemudian diwarnai.
Analitik
Cara kerja pewarnaan MGG :
Diambil cairan sendi yang telah disentrifuge
Diteteskan 1-2 tetes cairan sendi diatas objek glas, kemudian dibuat hapusan di atas objek glass, dibiarkan mengering.
Difiksasi apusan tersebut dengan metanol selama 5 menit lalu dibilas dengan air mengalir.
Diteteskan sediaan apusan dengan larutan May Grunwald ± 1 – 2 menit.
Digenangi dengan larutan buffer pH 6,4 dan diamkan selama 3 menit.
Diwarnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan dengan buffer pH 6,4 dan dibiarkan 5 – 10 menit, cuci dengan air mengalir lalu keringkan.
Diamati apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x menggunakan oil emersi.
Nilai rujukan : jumlah netrofil < 25 %.
Pasca analitik
Interpretasi :
Jumlah netrofil < normal atau non inflamatorik25%
Jumlah netrofil pada kelompok akut inflamatorik :
~ Artritis gout akut : jumlah netrofil 48 – 94%, rata-rata 83%.
~ Faktor rematoid : jumlah netrofil 8 – 89%, rata-rata 46%.
~ Artritis rematoid : jumlah netrofil 5 – 96%, rata-rata 65%.
~ Artritis tuberkulosa : jumlah netrofil 29 – 96%, rata-rata 67%.
~ Artritis gonore : jumlah netrofil 2 - 96% , rata-rata 64%.
~ Artritis septik : jumlah netrofil 75 – 100%, rata-rata 95%.
~ Jumlah netrofil pada kelompok hemoragik : <50 o:p="">
(Gandasoebrata,2006).
Kristal-kristal
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus.
Persiapan sampel : sampel disentrifus terlebih dahulu.
Prinsip tes : jenis kristal tergantung jenis kelainan.
Analitik
Cara kerja :
Diteteskan satu sampai dua tetes cairan sendi yang telah disentrifus diatas objek glass dan ditutup dengan cover glass.
Diperiksa dengan mikroskop lensa objektif 10x dan 40x.
Nilai rujukan : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi.
Pasca analitik
Interpretasi :
~ Kristal monosodium urat (MSU) ditemukan pada artritis gout.
~ Calcium pyrophosphate dihydrate (CPPD) yang ditemukan pada kondro-kalsinosis (pseudogout).
~ Calcium hydroxyapatite (HA) terdapat pada calcific periarthritis dan tendenitis.
~ Kristal kolesterol ditemukan pada artritis rematoid.
Kimia
Test Bekuan Mucin
Test ini menguji kualitas mucin yang ada dalam cairan sendi. Mucin adalah satu komplex yang tersusun dari asam hialuronat dan protein, mucin itu membeku oleh pengarah asam acetat. Dalam keadaan normal dan pada proses non-radang :
Mucin "berkualitas baik" : terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan jernih.
Mucin "berkualitas lumayan" : menyusun bekuan yang kurang kuat,bekuan itu tidak mempunyai batas-batas tegas dalam cairan jernih.
Mucin "berkualitas buruk" : seperti pada proses-proses radang teristimewa pada radang oleh infeksi, bekuan yang terjadi itu berkeping-keping dalam cairan keruh.
Ø Tes bekuan mucin
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam asetat dapat membekukan asam hialuronat dan protein.
Alat dan bahan :
Tabung reaksi
Pengaduk
Aquades
Asam asetat glacial
Asam asetat 7 N
Analitik
Cara kerja :
Kedalam 1 tabung reaksi dimasukan 4mL aquadest.
Dimasukan sebanyak 1 mL cairan sendi.
Diteteskan 1 tetes larutan asam asetat 7 N.
Diaduk kuat-kuat dengan batang pengaduk.
Kemudian diperiksa hasil reaksi segera setelah diaduk dan setelah 2 jam.
Nilai rujukan
Terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan jernih Mucin baik : normal.
Pasca analitik
Interpretasi :
Mucin sedang : jika bekuan kurang kuat dan tidak mempunyai batas tegas dalam cairan jernih. Misalnya pada RA.
Mucin buruk : jika bekuan yang terjadi berkeping-keping dalam cairan keruh, misalnya karena infeksi.
Test Glukosa
Pre analitik
Persiapan pasien : pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum pengambilan sampel.
Persiapan sampel : tidak hemolisis, cairan sendi disentrifus terlebih dahulu.
Analitik
Cara Kerja:
Tes Glukosa menggunakan alat Cobas Mira
Masukkan 50 μl sampel cairan sendi ke dalam tabung mikro
Kemudian letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan
Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein, glukosa, LDH)
Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
Pengukuran akan dilakukan secara otomatis
Hasil tes akan keluar pada print out
Nilai rujukan: Perbedaan antara glukosa serum dan glukosa cairan sendi adalah < 10 mg%.
Pasca analitik
Interpretasi :
Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10 mg="" o:p="">
Kelompok inflamatorik :
~ arthritis gout akut perbedaannya 0 – 41 mg%, rata-rata 12 mg%.
~ faktor rematoid perbedaannya 6 mg%.
~ artritis rematoid perbedaannya 0 – 88 mg%, rata-rata 31 mg%.
Kelompok septik :
~ artritis tuberkulosa perbedaannya 0 – 108 mg%, rata- rata 57 mg%.
~ artritis gonore perbedaannya 0 – 97 mg%, rata-rata 26 mg%.
~ artritis septik perbedaannya 40 – 122 mg%, rata-rata 71 mg%.
~ Kelompok hemoragik perbedaannya < 25 mg% (
Test Laktat dehidrogenase (LDH)
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.
Persiapan sample : tidak ada persiapan khusus.
Analitik
Tes Laktat dehidrogenase (LDH) menggunakan alat Cobas Mira
Masukkan 50 μl sampel cairan sendi ke dalam tabung mikro.
Kemudian letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan.
Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein, glukosa, LDH).
Masukkan nomor identitas penderita dan program tes.
Pengukuran akan dilakukan secara otomatis.
Hasil tes akan keluar pada print out.
Nilai rujukan : 100-190 U/L
Pasca analitik
Interpretasi : LDH meningkat pada RA, gout dan artritis karena infeksi, tetapi tetap normal pada penyakit sendi generative (Kadir. A, 2012).
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi sebagai pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk melihat struktur yang dicurigai mengalami kelainan. Pemeriksaan rontgen merupakan modalitas utama (sekitar 60-70% kelainan muskuloskeletal dapat ditegakkan diagnosis). Berikut penjelasan dari temuan radiologik yang meliputi penyakit pada sendi:
Celah sendi
Pada sendi normal, tulang yang berhubungan tidak bertemu secara langsung. Adanya tulang rawan dan cairan sinovial memberikan gambaran adanya celah di rontgen (tulang rawan dan cairan tidak terlihat pada foto polos). Adanya masalah di dalam tulang rawan dan cairan sinovial berakibat salah satunya hubungan antara tulang mendekat sehingga celah sendi menyempit. Hal ini bisa diakibatkan degenerasi tulang rawan atau cairan sinovial.
Osteofit
Osteofit merupakan penulangan baru akibat kompensasi denerasi tulang rawan. Karena penulangan ini di luar 'kebiasaan', hasil dari penulangan ini menjadi tidak teratur, osteofit ini bisa menyebabkan nyeri jika tumbuh dan berinteraksi dengan tulang lain dalam bergerak.
Sclerosis subchondral
Subchondral merupakan lapisan yang berada di bawah tulang rawan. Karena aliran darah yang meningkat menyebabkan penebalan lapisan ini dan bisa membentuk kista subchondral dan meningkatkan tekanan pada tulang dan menyebabkan nyeri.
Dapat dilihat foto polos articulatio genu yang normal (atas: AP, bawah: lateral)
Berikut foto polos dari gambaran penyempitan sendi, osteofit (multipel), dan sclerosis subcohndral.
ABNORMALITAS / GANGGUAN SENDI
Persendian dapat mengalami beberapa kelainan atau gangguan, diantaranya sebagai berikut :
Ankiliosis yaitu persendian yang tidak dapat digerakkan karena seolah-olah kedua tulang menyatu.
Dislokasi yaitu sendi bergeser dari kedudukan semula.
Terkilir atau keseleo yaitu tertariknya ligamen akibat gerak yang mendadak.
Artritis yaitu peradangan pada satu atau beberapa sendi dan kadang-kadang posisi tulang mengalami perubahan. Artritis dibedakan menjadi
Gout artritis yaitu gangguan persendian akibat kegagalan metabolisme asam urat. Asam urat yang tinggi dalam darah diangkut dan ditimbun dalam sendi yang kecil, biasanya pada jari-jari tangan. Akibatnya ujung-ujung ruas jari tangan membesar.
Osteoartriris yaitu suatu penyakit kemunduran, sendi tulang rawan menipis dan mengalami degenarisi. Biasa terjadi karena usia tua.
Reumathoid yaitu suatu penyakit kronis yang terjadi pada jaringan penghubung sendi. Sendi membengkak dan terjadi kekejangan pada otot penggeraknya.
Kelainan sendi akibat infeksi antara lain :
Artritis eksudatif yaitu peradangan pada sendi dan terisi cairan nanah.
Artritis sika yaitu peradangan sendi sehingga rongga sendi menjadi menjadi kering (kekurangan minyak sinoval).
Layuh sendi atau layuh semu yaitu suatu keadaan tidak bertenaga pada persendian akibat rusaknya cakraepifisis tulang hingga sebagian tulang mati dan mengering.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi. Dalam proses pengambilan sampel cairan sendi yang perlu diperhatikan yaitu sterilitas dalam proses pengambilan dan menggunakan teknik pengambilan yang benar. Jenis pemeriksaan dari cairan sendi diawali dengan pemeriksaan makroskopi, pemeriksaan mikroskopi dan pemeriksaan kimia.
Saran
Dari penyususnan makalah ini, masih banyak kekurangan yang ada maka saran dan kritikan dari pembaca (Dosen dan teman-teman Mahasiswa) sangat di harapkan untuk penulis demi penyempurnaan makalah berikutnya atau masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
zier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5. Jakarta : EGC.
Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.
Sloane et all. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner& Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.
Syarifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC