Oleh : Kelompok 3
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.(Price tuberculosis.(Price dan Wilson, 2005). Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. ( Smeltzer, 2001). Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam, dapat merupakan organisme patogen atau saprofit (Sylvia Anderson, 1995). Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Bruner dan Suddart. 2002). Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah.Penyakit ini disebabkan oleh mikrooganisme Mycobacterium tuberculosis (Elizabeth J. Corwn, 2001). Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi (FKUI, 2001). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau saprofit dan terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid ( lipid ). ). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. (Amin, 2007).
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant sifat dormant . Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet (droplet infection ) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon ) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat
dan
terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1 -3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut. Faktor predisposisi penyebab penyebab penyakit tuberkulosis antara lain ( Elizabeth Elizabeth J powh 2001). 1.
Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2.
Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
3.
Pengguna obat-obat IV dan alkoholik.
4.
Individu tanpa perawatan yang adekuat
5.
Individu dengan gangguan gangguan medis seperti seperti : DM, GGK, penyimpanan penyimpanan gizi, by pass gatrektomi.
6.
Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika Latin Karibia)
7.
Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8.
Individu yang tinggal di daerah kumuh
9.
Petugas kesehatan
Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak
ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan .keluhan yang terbanyak : 1.
Demam Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang pana badan dapat mencapai 40-41 0 Celsius. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar ,tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbul demam influenza ini ,sehingga pasien merasa tidak pernah terbeba dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat terpengaruh oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkolosis masuk.
2.
Batuk/batuk berdarah gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah minggu-mimggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradagan menjadi produktif(menghasilkal sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang pecah.kebanyakan batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3.
Sesak bernafas pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas.sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru dan takipneu.
4.
Nyeri dada gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5.
Malaise dan kelelahan Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering ditemukan berupa anaoreksia tidak ada nafsu makan,badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, keringat malam, dll. Selain itu juga terjadi kselitan tidur pada malam hari (Price, 2005). Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi ilang timbul secara tidak teratur.
Adapun klasifikasi TB paru berdasarkan petogenesisnya yaitu:
0
1
2
Tidak ada pejanan TB.
Tidak ada riwayat terpajan.
Tidak terinfeksi
Reaksi terhadap tes tuberculin negative.
Terpajan TB
Riwayat terpajan
Tidak ada bukti infeksi
Reaksi tes kulit tuberkulin negative
Ada infeksi TB
Reaksi tes kulit tuberculin positif
Tidak timbul penyakit
Pemeriksaan
bakteri
negative
(bila
dilakukan) Tidak ada bukti klinis, bakteriologik atau radiografik Tb aktif 3
TB, aktif secara klinis
Biakan M. tuberkulosis (bila dilakukan). Sekarang
terdapat
bukti
klinis,
bakteriologik, rsdiografik penyakit 4
TB,
Riwayat episode TB atau
Tidak aktif secara klinis
Ditemukan radiografi yang abnormal atau tidak berubah;reaksi tes kulit tuberkulin positif dan tidak ada bukti klinis atau radiografik penyakit sekarang
5
Tersangka TB
Diagnosa ditunda
(Price, 2005)
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paruparu atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit
polimorfonuklear
tampak
didaerah
tersebut
dan
memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari. Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan
cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan
dari
dinding
kavitas
akan
masuk
kedalan
percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh s endiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.
1.
Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara: a. Promotif 1) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC 2) Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko 3) Mensosialisasiklan BCG di masyarakat. b. Preventif 1) Vaksinasi BCG 2) Menggunakan isoniazid (INH) 3) Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab. 4) Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini.
2.
Penatalaksanaan secara medik Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian : a. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1
–
3
bulan. 1) Streptomisin injeksi 750 mg. 2) Pas 10 mg. 3) Ethambutol 1000 mg. 4) Isoniazid 400 mg. b. Jangka panjang Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis : 1) INH. 2) Rifampicin. 3) Ethambutol. Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
3.
Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat : a.
Rifampicin.
b. Isoniazid (INH). c.
Ethambutol.
d. Pyridoxin (B6).
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah
Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu: 1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB. 2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut. 3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari. 4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup. 5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.adapun efek samping OAT antara lain yaitu: 1.
Isoniazid (INH) a.
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin (syndrom pellagra).
b. Efek samping berat dapat berupa hepatitis imbas obat yang dapat timbul pada kurang lebih 0,5% pasien. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan khusus. 2.
Rifampisin a.
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik ialah : Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang, Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare, Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
b. Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi i alah : 1) Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus 2) Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang 3) Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas 4) Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar dimengerti dan tidak perlu khawatir. 3.
Pirazinamid Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, h al ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4.
Etambutol Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang
diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi. 5.
Streptomisin Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.
Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli). Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr. Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.
Pasien masuk Rumah sakit tanggal 19 maret 2018 lewat poli anak dengan diagnose TB paru+gizi buruk+anemia. Saat pengkajian didapatkan BB 4,8 Kg, TB 94 cm, LILA 8 cm, GCS 15 (E4 V5 M6). T 39,0 oC, N 103x/menit, RR 23x/menit, TD 90/60 mmHg, pasien batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu. Demam naik turun ± 2 minggu yang lalu, nafsu makan dan minum menurun, riwayat dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama yaitu TB paru. Di keluarga nenek pasien menderita penyakit TB. Pemeriksaan penunjang didapatkan HB 10.4 , leukosit 29.740 , HT 34.3% , Tr 1.128.000 , Na 134 , K 5,1 Cl 95. Pasien mendapat terapi Inj. Ampicilin 3x150 mg/IV, Inj. Gentamicin 1x25 mg/Iv, vit A 1x100.000 ui, As. Folat 1x5 mg, zink 1x1 cth, OAT (obat anti TB) INH 1x50 mg, Rif 1x70 mg, Pza 1x130 mg, etambutol 1x100 mg, tiap jam 22.00. Diit 750 kkal entrokid 3x150 cc, bubur saring 3x/ hari. Saat pengkajian pasien tidak menghabiskan makanan/minuman yang diberikan rumah sakit, hanya makan/minum sedikit-sedikit saja.
Topik
: Asuhan keperawatan pada klien dengan TB paru+gizi buruk+anemia
Sasaran
: Klien An. Y dengan umur 10 bulan
Waktu
: 60 menit ( 11.00 wita s/d 12.30 )
Hari
: Sabtu, 24 Maret 2018
1. Tujuan Ronde Keperawatan a Tujuan Umum : Menyelesaikan masalah-masalah yang belum teratasi b Tujuan Khusus : 1) Menjustifikasi masalah yang belum teratasi 2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer 2. Sasaran Sasaran pada ronde ini adalah An. Y umur 10 bulan yang dirawat di Melati (infeksi) Kamar 8 ISO RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. 3. Materi a. Teori perawatan TB Paru+Gizi buruk+Anemia b. Masalah keperawatan yang muncul pada klien 4. Metode Metode yang digunakan dalam ronde ini adalah diskusi, tanya jawab. 5. Media 1) Dokumen/status pasien 2) Sarana diskusi : kertas, bullpen, LCD, Laptop 3) Materi yang disampaikan secara lisan
6. Kegiatan Ronde Keperawatan :
23-3-2018
Pra ronde
1. Menentukan kasus
Ketua Kelompok
dan topic
Ruang Melati (infeksi ) RSUD.
2. Menentukan tim
AWS
ronde 3. Informed consent 4. Membuat proposal 5. Diskusi 6. Mencari sumber literature 7. Mempersiapkan pasien 24-3-2018
Ronde
Pembukaan :
(09.00
1. Salam pembuka
wita)
2. Memperkenalkan tim
Kepala Ruangan (Karu)
-
ronde 3. Menyampiakan identitas dan masalah pasien Menjelaskan tujuan ronde Penyajian masalah : 1. Memberi salam dan memperkenalkan pasien dan keluarga kepada tim ronde 2. Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan kepada pasien 3. Menjelaskan masalah pasien dan rencana
PP
Mendengarkan
tindakan yang telah dilaksanakan dan serta menetapkan prioritas yang perlu didiskusikan
Validitas data :
Karu, PP, Perawat
Memberikan
4.Mencocokan dan
Konselor.
respon dan
menjelaskan kembali
menjawab
data yang tela
pertanyaan
disampaikan. 5.Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang masalah keperawatan tersebut. 6.Pemberian justifiasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruang tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan 7.Menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan.
8-1-2018
Post
(10.00
Ronde
1. Evaluasi dan
wita)
Karu,
rekomendasi
Supervisor,Perawat
intervensi
Konselor,
keperawatan
Pembimbing
2. Revisi dan perbaikan
4. Kriteria Evaluasi a. Struktur 1) Bagaimana koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde 2) Bagaimana peran PA/PP saat ronde 3) Bagaimana peran PP dan PA dalam Pengorganisasian ronde b. Proses 1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir 2) Seluruh peserta beerperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan. c. Hasil 1) Pasien puas dengan hasil kegiatan 2) Masalah pasien berkurang 3) Peran perawat : a) Menumbuhkan cara berfikir yang krtis dan sistematis b) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawtan yang berorientasi pada masalah pasien e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan f) Meningkatkan kemampuan justifikasi g) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja h) Melakukan pengkajian antropometri 5. Pengorganisasian Kepala Ruangan
: Iswanti, S.ST
Perawat Primer
: Grace Fracilia JT, S.Kep
Perawat
: Vera Wilanda, S.Kep
Associated/
: Novita Sari, S.Kep
pelaksana
: Desi Rahmasari, S.Kep : Eri Mustika Ratu, S.Kep : Fitronius, S.Kep : Nurul Aulia Dewi, S.Kep : Ni Made Ardhani, S.Kep
Konselor
: Ahli Gizi, dan fisioterapi
Preseptor
: Ns. Helen Dzianofalia., S.Kep
Pembimbing
: Ns. Sumiati Sinaga, S.Kep., M.Kep
1.
2.
Identitas Data Nama
: An. Y
Tempat/tgl lahir
: 10 mei 2017
Usia
: 10 bulan
Nama ayah/ibu
:Tn. Y/Ny.D
Pekerjaan ayah
:Swasta
Pekerjaan ibu
:IRT
Pendidikan ayah
:
Pendidikan ibu
:
Agama
:
Suku/bangsa
:
Alamat
:
Keluhan utama Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami batuk-batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu.
3.
Riwayat keluhan saat ini Pasien masuk Rumah sakit tanggal 19 maret 2018 lewat poli anak dengan diagnose TB paru+gizi buruk+anemia. Saat pengkajian didapatkan BB 4,8 Kg, TB 94 cm, LILA 8 cm, GCS 15 (E4 V5 M6). T 39,0 oC, N 100x/menit, RR 23x/menit, TD 90/60 mmHg, pasien batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit dan sampai dengan sekarang. Demam naik turun ± 2 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit sampai dengan sekarang, nafsu makan dan minum menurun, riwayat dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama yaitu TB paru.
1.
Riwayat kesehatan masa lalu a.
Prenatal Ibu pasien mengatakan saat masa kehamilan ia sering berkunjung ke bidan praktek, saat kehamilan tidak ada masalah dan diberi obat vitamin. Ibu pasien mengatakan ia lupa dengan nama obat vitaminnya.
b.
Intranatal Ibu pasien mengatakan ia melahirkan pasien spontan di klinik bidan, dengan berat badan lahir 3.000 gram, bayi tidak cacat, sehat, menangis spontan, dan kehamilan aterm
c.
Postnatal Ibu mengatakan tidak ada masalah, perdarahan dalam batas normal, anak dirawat oleh ibu.
2.
Riwayat masa lalu a.
Penyakit waktu kecil Ibu klien mengatakan anaknya waktu kecil sering mengalami batuk, demam, dan diare.
b. Pernah dirawat di RS Ibu pasien mengatakan, sebelumnya pasien pernah dirawat dirumah sakit dengan penyakit yang sama yaitu TB paru c.
Obat-obatan yang digunakan Ibu pasien mengatakan anaknya diberi obat anti TB INH, PZA, dan Rifampicin.
d. Tindakan (operasi) Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah dilakukan tindakan operasi. e.
Alergi Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi makanan dan alergi obat.
f.
Kecelakaan Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami kecelakaan.
g. Imunisasi Ibu pasien mengatakan anaknya di imunisasi BCG pada usia 1 bulan, polio usia 1 bulan, hepatitis usia 1 bulan, dan DPT usia 1 bulan dan 2 bulan. 3.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan Ibu pasien mengatakan anaknya hanya bisa tengkurap
4.
Riwayat sosial a.
Yang mengasuh dan neneknya
: ibu mengatakan yang mengasuh anaknya ibu
b. Hubungan dengan anggota keluarga
: ibu kandung
c.
:
Hubungan dengan teman sebaya
ibu
mengatakan
anaknya
belum bisa bermain dengan teman sebayanya, karena anaknya hanya bisa tengkurap. 5.
Riwayat keluarga a.
Sosial ekonomi Ibu pasien mengatakan penghasilan dalam keluarga cukup, pendapatan dalam sebulan ± 1.500.000. pasien dirawat di RS mengunakan jaminan BPJS.
b. Lingkungan rumah Ibu pasien mengatakan lingkungan dirumah aman, bersih, dan tenang karena jauh dari kejauhan keramaian (jauh dari jalan raya), tipe rumah semi permanen, ventilasi ada, pencahayaan baik, mengunakan listrik PLN, WC jongkok, pembuangan limbah seviteng dengan jarak 10 m eter. c.
Penyakit keluarga Ibu pasien mengatakan didalam keluarga nenek pasien menderita TB paru.
d. Genogram
Ket: = hubungan keluarga = Laki_laki
=perempuan =klien Ibu pasien mengatakan keluarga (neneknya) mengalami penyakit yang
sama dengan pasien .
6.
Pengkajian tingkat perkembangan saat ini Ibu pasien mengatakan pasien hanya bisa tengkurap dan berbalik-balik badan, ibu pasien mengatakan dari lahir sampai sekarang hanya mengalami peningkatan berat badan hanya 1,6 kg.
7.
Pengkajian pola kesehatan saat ini a.
Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan Ibu pasien mengatakan pemeliharaan dilingkungan rumah baik dan bersih.
b.
Nutrisi 1) Sebelum MRS Ibu pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit anaknya hanya minum ASI. 2) Setelah MRS Ibu pasien mengatakan saat di RS anaknya hanya minum susu formula 3x70 cc
c.
Cairan 1) Sebelum MRS Ibu pasien mengatakan saat dirumah anaknya hanya minum ASI dan air putih ± 400cc 2) Setelah MRS Ibu pasien mengatakan saat di RS anaknya hanya minum susu formula 3x70cc/hari
melalui selang NGT dan minum air putih
±300cc d.
Aktivitas 1) Sebelum MRS Ibu pasien mengatakan saat dirumah pasien hanya bermain ditempat tidur dengan saudaranya 2) Setelah MRS Ibu pasien mengatakan saat di RS pasien hanya berbaring di tempat tidur
e.
Tidur dan istirahat 1. Sebelum MRS Ibu pasien mengatakan saat di rumah pasien tidur siang mulai jam 1 atau jam 2 sampai dengan jam 3 atau jam 4. Dan pada malam hari ibu pasien mengatakan anaknya tidur mulai jam 8 atau jam 9 dan sampai dengan jam 8 atau jam 9. 2. Setelah MRS Ibu pasien mengatakan saat di RS anaknya tidk pernah tidur siang, dan saat malam hari anaknya tidur jam 9 sampai dengan jam 6 atau jam 7 dan sering terbangun malam saat diberikan obat.
f.
Eliminasi 1) BAK sebelum MRS Ibu pasien mengatakan saat di rumah ± 7-8 kali/hari, ± berwarna kuning jernih 2) BAK setelah MRS Ibu pasien mengatakan saat di RS ± 7-8 kali/hari, berwarna kuning jernih. 3) BAB sebelum MRS Ibu pasien mengatakan saat dirumah anaknya BAB 3 hari 1 kali/hari, dengan warna kuning kecokelatan, dan tekstur padat 4) BAB setelah MRS Ibu pasien mengatakan saat di Rumah Sakit anaknya BAB 1kali/hari, dengan warna kuning kecokelatan dan tekstur sedikit cair.
g.
Pola hubungan Ibu pasien mengatakan pola hubungan pasien dengan saudara, orang tua dan keluarga lainya baik.
h.
Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan Ibu pasien mengatakan menerima dengan keadaan anaknya saat ini dan hanya ingin anaknya cepat sembuh.
i.
Kognitif dan persepsi Pasien terlihat gelisah dan menganis bila perawat dan dokter datang
j.
Konsep diri Pasien tampak gelisah dokter.
dan menangis bila dikunjungi perawat dan
k.
Seksual dan menstruasi Pasien berusia 10 bulan dan Jenis kelamin pasien laki-laki
l.
Nilai Ibu pasien mengatakan ia selalu mengajarkan anaknya berdoa sebelum tidur, walaupun anaknya belum mengerti.
Keadaan umum KU : tampak lemah, kesadaran compos mentis Tanda-tanda vital : TD 90/60 mmHg, RR 23x/menit, Nadi 103x/menit, suhu 36,4oC, BB 4,8 kg TB 92 cm, LILA 16 cm Skala nyeri 4 Resiko jatuh : Skala Humpty Dumpty Parameter
Kriteria
Nilai
Skor
< 3 tahun
4
3-7 tahun
3
7-13 tahun
2
≥13 tahun
1
Laki-laki
2
Perempuan
1
Diagnosis neurologi
4
Perubahan oksingenasi (diagnosis
3
Usia
Jenis kelamin
respiratorik, Diagnosis
Gangguan Kognitif
Faktor lingkungan
dehidrasi,
anemia,
sinkop, pusing) Gangguan perilaku/psikiatrik
2
Diagnosis lainnya
1
Tidak menyadari keterbatasannya
3
Lupa akan adanya keterbatasan
2
Orientasi baik terhadap diri sndiri
1
Riwayat
4
jatuh/bayi
diletakkan
ditempat tidur dewasa Menggunakan
alat
3
bantu/diletakkan dalam tempat tidur bayi
Pembedahan/sedasi/an astesi
Pasien diletakkan ditempat tidur
2
Area diluar rumah sakit
1
Dalam 24 jam
3
Dalam 48 jam
2
≻48
1
jam atau tidak menjalani
Pembedahan/sedasi/anastesi Pengunaan obat
multiple:
hypnosis,
fenotiazin, Penggunaan medika mentosa
sedative,
3
barbiturate, antidepresan,
pencahar, diuretic, narkose Penggunaan
salah
satu
obat
2
medikasi
1
diatas Penggunaan
lainnya/tidak ada medikasi
a. Kulit Warna kulit kuning langsat, kulit kering, tidak ada kemerahan tidak ada lesi. Turgor elastic b. Kepala Bentuk kepala simetris, rambut berwarna kekuningan, persebaran rambut rata, kepala bersih, tidak ada lesi dan tidak ada fraktur tulang tengkorak c. Mata Konjungtiva tidak anemis, seklera tidak ikterik, pupil isokor, reflek cahaya (+), tidak ada gangguan penglihatan. d. Telinga Telinga simetris, selumen (+), pendengaran baik.
e. Hidung Bentuk simetris tidak ada skret, terpasang NGT, tidak ada polip hidung, tidak ada cuping hidung dan tidak ada fraktur tulang hi dung f. Mulut Mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak ada sariawan, tidak ada perdarahan gusi. g. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pemebsaran vena jugularis, terdapat pembesaran kelenjar limfe. h. Dada Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas Palpasi : tidak ada fraktur kosta, tidak ada nyeri tekan Perkusi : sonor Auskultasi : suara nafas ronkhi i. Paru Infeksi : paru simetris, tidak ada retraksi dindning dada Perkusi : sonor Auskultasi : terdengar suara nafas ronchi j. Jantung Inspeksi : tidak ada pembesaran jantung Perkusi : terdengar pekak Auskultasi : s1, s2 tidak ada suara tambahan k. Abdomen Infeksi : bentuk abdomen simetris, tidak terdapat bekas operasi, tidak ada lesi dan tidak ada asites. Auskultasi : bising usus 7 xmenit Palpasi : tidak ada benolan, atau massa Perkusi : bunyi abdomen timpany l. Genetalia Skrotum menurun, penis normal, tidak ada kemerahan, tidak ada lesi genetalia bersih m. Anus dan rectum Tidak ada kemerahan, tidak ada hemoroid , tidak ada lesi anus (+)
n. Muskuluskeletal MMT 5 5
5 5
o. Neurologi Reflex bisep (+), reflek patella (+) reflek trisep (+)
a. Pemeriksaan labolatorium 19 maret 2018 HEMATOLOGI : Leukosit : 29,74 10 ⋏3/µL Eritrosit : 4,78 10 ⋏6/µL Hemoglobin : 10,4 gr/dl Hematokrit : 34,3% KIMIA KLINIK : Natrium : 134 mmol/L Kalium : 5,1 mmol/L Chloride : 95 mmol/L
b.
Program terapi dan cairan Injeksi : ampicillin 3 x 150 mg/IV Injeksi : gentamicin 1 x 25 mg/IV Vitamin A 1 x 100.000 ui Asam folat 1 x 5 mg Zink 1 x 1 cth OAT (obat anti TB) setiap jam 22:00 INH : 1 x 50 mg Rif : 1 x 70 mg P2A : 1 x 130 mg E tambutol 1 x 100 mg Diit 750 kkal
:Entrakid 3 x 150 cc bubur saring 3 x/hr
No. 1
Data Penunjang
Kemungkinan Penyebab
Masalah
DS : ibu pasien
Ketidakseimbangan nutrisi
mengatakan nafsu
: kurang dari kebutuhan
makannya menurun,
tubuh
setiap makan bubur ia selalu muntah. DO : A : BB 4,9 Kg, TB 92 cm, LILA 5 cm, BBI 9,5 kg B : Hb 10,4 gr/dl C : konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering, kulit kering, rambut berwarna kekuningan. D : diit susu formula 3x70 cc, bubur saring 3x/hari.
2
DS : ibu pasien anaknya
Ketidakefektifan bersihan
batuk berdahak sejak 2
jalan nafas
minggu yang lalu. DO : terdapat suara ronchi di dada.
3
DS : ibu pasien mengatakan anaknya sering mengalami demam DO : leukosit 29.740 T 36,40C, RR 23x/menit, N 100x/menit
Risiko infeksi
4
DS : ibu mengatakan pasien berumur 10 bulan DO :
1.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
2.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
3.
Risiko infeksi
4.
Risiko jatuh
Risiko jatuh
1 Definisi : menyediakan dan Klien dapat memperlihatkan
meningkatkan intake nutrisi
Domain 2 (nutrisi)
peningkatan makan selama 3x24
yang seimbang
Kelas 1 (makan)
jam, dengan Skala Target :
1.
Kaji ABCD nutrisi pasien.
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup
1: Tidak Adekuat
2.
Observasi perhari BB
untuk keperluan metabolisme
2: Sedikit Adekuat
pasien, catat adanya
tubuh.
3: Cukup Adekuat
peningkatan dan
Batasan karakteristik :
4: Sebagian Besar Adekuat
penurunan.
1. Berat badan 20 % atau lebih di
5: Sepenuhnya Adekuat
bawah ideal 2. Dilaporkan adanya intake
keluarga pasien tentang
1. Asupan Kalori dipertahankan
gizi seimbang
pada skala 2 ditingkatkan ke
(Recomended Daily Allowance)
skala 3.
kekurangan makanan 4. Kurang berminat terhadap makanan
2. Asupan protein dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala . 3. Asupan Karbohidrat
5. Suara usus hiperaktif
dipertahankan pada skala 2
Faktor-faktor yang berhubungan :
ditingkatkan ke skala 3.
Kurang asupan makanan gizi buruk)
Berikan penjelasan ke
Indikator :
makanan yang kurang dari RDA
3. Dilaporkan atau fakta adanya
3.
4. Asupan serat dipertahannkan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3. 5. Asupan Vitamin dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3. 6. Asupan Mineral dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3. 7. Asupan Zat Besi dipertahankan pada skala 2
4.
Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi terkait pemilihan kebutuhan gizi pasien
ditingkatkan ke skala 3. 8. Asupan kalsium dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3. 9. Asupan Natrium dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3.
2 1.
Posisikan pasien untuk
Domain : 11 Keamanan /
Klien dapat memperlihatkan
Perlindungan
penurunan produksi eksudat
Kelas : 2 Cidera Fisik
selama 3x24 jam, dengan Skala
Def. ketidakmampuan
Target :
membersihkan sekresi atau
1 : deviasi berat dari kisaran
catat area yang
obstruksi dari saluran nafas untuk
normal
fentilasinya menurun atau
mempertahankan bersihan jalan
2 : deviasi yang cukup, cukup
tidak ada dan adanya sura
nafas.
berat dari kisaran normal
tambahan
Batasan Karakteristik :
3 : deviasi sedang dari kisaran
1.
Batuk yang tidak efektif
normal
2.
Seputum dalam jumlah
4 : deviasi ringan dari kisaran
yang berlebihan
normal
Suara nafas tambahan
5 : tidak ada deviasi dari kisaran
3.
Faktor yang berhubungan :
normal
Eksudat dalam alveoli
Indikator
Sekresi yang tertahan
1. Frekuensi pernafasan dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3. 2. Irama pernafasan dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala . 3. Kemampuan untuk mengeluarkan secret
memaksimalkan ventilasi 2.
Fisioterapi dada, semana mestinya
3.
Auskultasi suara nafas,
dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3. 4. Suara nafas tambahan dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3. 5. Penggunaan otot bantu nafas dipertahankan ke skala 2 ditingkatkan ke skala 3. 6. Batuk dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3.
3 Domain 11 (keamanan /
Definisi : indakan individu untuk
Definisi : meminimalkan
perlindungan)
mengerti, mencegah,
perolehan dan transmisi dari
Kelas 1 (infeksi)
mengeliminasi atau mengurangi
agen infeksius
ancaman infeksi
1.
Definisi : Rentan mengalami invasi
setelah dipakai pasien lain
dan multiplikasi organisme
Klien dan keluarga mampu
patogenik yang dapat mengganggu
menunjukkan kemampuan
kesehatan
mencegah infeksi dalam waktu
Faktor resiko : o
Malnutrisi
Bersihkan lingkungan
2.
Batasi pengunjung bila perlu
3.
Instruksikan pada
3x24 jam dengan skala target :
pengunjung untuk
1: Tidak Pernah menunjukkan
mencuci tangan saat
2: Jarang Menunjukkan
berkunjung dan setelah
3: Kadang-kadang Menunjukkan
berkunjung meninggalkan
4: Sering Menunjukkan
pasien
5: Secara Konsisten Menunjukkan Indikator :
4.
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Mengidentifikasi faktor risiko dipertahankan pada skala 2
Memonitor faktor risiko di
pemasangan alat
skala 3.
saluran IV
Memonitor perubahan status
Berikan terapi antibiotik
kesehatan dipertahankan pada
bila perlu
Mencuci tangan
1: Sangat Menimpang dari rentang normal 2: Banyak menimpang dari rentang normal 3: Cukup menyimpang dari rentang normal 4: Sedikit menyimpang dari rentang normal 5 : Tidak menyimpang dari rentang kelapa Indikator : Asupan Gizi dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3. Asupan makanann dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3. o
Pastikan penanganan aseptik dari semua
ditingkatkan ke skala 3.
o
6.
pada skala 2 ditingkatkan ke
dipertahankan pada skala 2
o
Pertahankan lingkungan aseptik selama
skala 2 ditingkatkan ke skala 3.
5.
ditingkatkan ke skala 3.
lingkungan dipertahankan
tindakan keperawatan
Rasio berat badan
dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3.
4
Risiko jatuh
Nic :
Domain 11 keamanan /
Definisi : jumlah banyaknya pasien
Manajemen lingkungan :
perlindungan
jatuh
keselamatan
Kelas 2 cedera fisik
Setelah dilakukan tindakan
Definisi : memonitor dan
Def : Rentan terhadap peningkatan
keperawatan selama 3x24 jam
memenipulasi lingkungan fisik
risiko jatuh, yang dapat
kejadian jatuh klien tidak akan
untuk meningkatkan
menyebabkan bahaya fisik dan
terjadi dengan kriteria hasil :
keamanan.
gangguan kesehatan.
1. Jatuh dari tempat tidur
Faktor resiko
dipertahankan pada skor
membahayakan
10 lebih di tingkatkan ke
dilingkungan
skor 7-9
1. Jenis kelamin laki laki usia kurang dari 1 tahun 2. Lingkungan yang tidak terorganisai
1. indentifikasi hal-hal yang
2. gunakan peralatan perlindungan (pagar)
Skala : 1. 10 lebih
penjegahan jatuh :
2. 7-9
1. indentifikasi prilaku dan
3. 4-6
faktor yang mempengaruhi
4. 1-3
risiko jatuh.
5. Tidak ada
2. kunci kursi roda, tempat tidur atau berankar. 3. Sediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan pandangan 4. Hindari meletakkan
sesuatu secara tidak teratur di permukaan lantai
1
21/3/2018
1.1 mengkaji ABCD nutrisi pasien.
S : ibu pasien mengatakan anaknya muntah jika
16.30
diberi bubur saring.
WITA
O : A : BB 4,9 Kg, TB 92 cm, LILA 8 cm, BBI 9,5 kg B : Hb 10,4 gr/dl C : konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering, kulit kering, rambut berwarna kekuningan. D : diit susu formula 3x70 cc, bubur saring 3x/hari. A : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi dengan kriteria
18.15
1.2 mengobservasi perhari BB pasien, catat
WITA
adanya peningkatan dan penurunan.
hasil 1.
Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
2. 19.00 WITA
1.3 memberikan penjelasan ke keluarga
Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily
pasien tentang gizi seimbang
Allowance) 3.
Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
4. 21.00 WITA
1.4 melakukan kolaborasi dengan ahli gizi terkait pemilihan kebutuhan gizi pasien
Kurang berminat terhadap makanan
P : lanjutkan intervensi 1.1 kaji ABCD nutrisi pasien 1.2 observasi perhari BB pasien, catat adanya peningkatan dan penurunan BB. 1.3 Berikan penjelasan ke keluarga pasien tentang gizi seimbang. 1.4 Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi terkait pemilihan kebutuhan gizi pasien.
2
16.30
2.1 Memposisikan pasien untuk
WITA
memaksimalkan ventilasi
S : ibu pasien mengatakan anaknya batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit hingga sekarang. O : suara ronchi (+) A : ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum
18.15 WITA
2.2 Melakukan Fisioterapi dada, semana mestinya
teratasi dengan indicator 1.
Batuk yang tidak efektif
2.
Seputum dalam jumlah yang berlebihan
3.
Suara nafas tambahan
P : lanjutkan intervensi 2.1 posisikan pasien untuk memaksimalkan 22.00 WITA
2.3 Mendengarkan suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya sura tambahan.
ventilasi 2.2 Rencanakan melakukan fisioterapi dada (Kolaborasi dengan fisioterapi). 2.3 dengarkan suara nafas tambahan
3
16.30 WITA
3.1 Membersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
S : ibu pasien mengatakan anaknya sering mengalami demam. O : T 37,5 0C, N 102x/menit, RR 23x/menit, BB 4,9 Kg, BBI 9,5 Kg A : infeksi belum teratasi dengan indicator 1.
17.00
3.2 Membatasi pengunjung bila perlu
WITA
Malutrisi
P : lanjutkan intervensi 3.1 Bersihkan lingkungan pasien setiap hari 3.2 Batasi pengunjung bila perlu 3.3 Membatasi pengunjung 3.4 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
17.10 WITA
3.4 Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
tangan sebelum dan sesuda berkunjung. 3.5 Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 3.6 Pastikan penanganan aseptic dari saluran IV 3.7 Berikan terapi antibiotic
3.8 Ukur vital sign setiap hari.
17.30
3.5 Mencuci tangan setiap sebelum dan
WITA
sesudah tindakan keperawatan
3.6 Mempastikan penanganan aseptik dari semua saluran IV
3.7 Memberikan terapi antibiotik bila perlu
17.30
3.8 Mengukur vital sign setiap hari
WITA
4
16.30 WITA
1. Mengindentifikasi hal-hal yang
S : ibu pasien mengatakan anaknya usia 10 bulan
membahayakan dilingkungan
O : terpasang pagar pelindung, pasien termaksud
EP : memberikan penjelasan kepada
diagnosis respiratorik, resiko jatuh tinggi
keluarga untuk tidak meninggalkan
A : risiko jatuh belum terjadi dengan indikator
pasien sendiri, menjelaskan ke keluarga
risiko
untuk tidak meletakkan barang-barang diatas ranjang pasien.
1. Jenis kelamin laki laki usia kurang dari 1 tahun 2. Lingkungan yang tidak terorganisai P : lanjutkan intervensi
17.00 WITA
2. Menggunakan peralatan perlindungan (pagar).
4.2.Gunakan pagar
gunakan pagar pelindung, agar pasien
4.3.Sediakan pencahayaan yang cukup
17.30 3. Menyediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan pandangan. EP : beritahu keluarga untuk selalu menyalakan lampu pada malam hari, agar pencahayaan cukup.
1
22.00
1. mengkaji ABCD nutrisi pasien.
WITA
22.30
2. mengobservasi perhari BB pasien, catat
WITA
adanya peningkatan dan penurunan.
22.35 WITA
dilingkungan
EP : jelaskan ke keluarga untuk selalu
tidak jatuh.
WITA
4.1.Identifikasi hal-hal yang membahayakan
3. memberikan penjelasan ke keluarga pasien tentang gizi seimbang
2
22.45
1. Memposisikan pasien untuk
WITA
memaksimalkan ventilasi
22.50 WITA
22.45 WITA
2. Melakukan Fisioterapi dada, semana mestinya
3. Mendengarkan suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya sura tambahan.
3
22.00 WITA
21.00
1. Membersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Membatasi pengunjung bila perlu
WITA
21.10 WITA
3. Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
4. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
5. Mempastikan penanganan aseptik dari semua saluran IV
01.00
6. Memberikan terapi antibiotik bila perlu
WITA
06.00
7. Mengukur vital Sign setiap hari
WITA
4
22.00 WITA
1. Mengindentifikasi hal-hal yang membahayakan dilingkungan EP : memberikan penjelasan kepada keluarga untuk tidak meninggalkan pasien sendiri, menjelaskan ke keluarga untuk tidak meletakkan barang-barang diatas ranjang pasien.
22.30 WITA
2. Menggunakan peralatan perlindungan
(pagar). EP : jelaskan ke keluarga untuk selalu
gunakan pagar pelindung, agar pasien tidak jatuh.
22.35 WITA
3. Menyediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan pandangan. EP : beritahu keluarga untuk selalu menyalakan lampu pada malam hari, agar pencahayaan cukup.
1
22/3/2018
1.1 mengkaji ABCD nutrisi pasien.
S : ibu pasien mengatakan anaknya muntah jika
08.30
diberi bubur saring.
WITA
O : A : BB 4,9 Kg, TB 92 cm, LILA 8 cm, BBI 9,5 kg B : Hb 10,4 gr/dl C : konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering, kulit kering, rambut berwarna kekuningan. D : diit susu formula 3x70 cc, bubur saring 3x/hari. A : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi dengan kriteria
08.45
1.2 mengobservasi perhari BB pasien, catat
WITA
adanya peningkatan dan penurunan.
hasil 1. Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal 2. Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily
09.55 WITA
1.3 memberikan penjelasan ke keluarga pasien tentang gizi seimbang
Allowance) 3. Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan 4. Kurang berminat terhadap makanan
10.30 WITA
1.4 melakukan kolaborasi dengan ahli gizi terkait pemilihan kebutuhan gizi pasien
P : lanjutkan intervensi 1.1 kaji ABCD nutrisi pasien 1.2 observasi perhari BB pasien, catat adanya peningkatan dan penurunan BB. 1.3 Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi terkait pemilihan kebutuhan gizi pasien.
2
09.50
2.1 Memposisikan pasien untuk
WITA
memaksimalkan ventilasi
S : ibu pasien mengatakan anaknya batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit hingga sekarang. O : suara ronchi (+) A : ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum
10.45 WITA
2.2 Melakukan Fisioterapi dada, semana mestinya
teratasi dengan indicator 1. Batuk yang tidak efektif 2. Seputum dalam jumlah yang berlebihan 3. Suara nafas tambahan P : lanjutkan intervensi 2.1 posisikan pasien untuk memaksimalkan
11.00 WITA
2.3 Mendengarkan suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya sura tambahan.
ventilasi 2.2 Rencanakan melakukan fisioterapi dada (Kolaborasi dengan fisioterapi). 2.3 dengarkan suara nafas tambahan
3
08.30 WITA
3.1 Membersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
S : ibu pasien mengatakan anaknya sering mengalami demam. O : T 36,7 0C, N 100x/menit, RR 43x/menit, BB 4,9 Kg, BBI 9,5 Kg A : infeksi belum teratasi dengan indicator 1
12.00 WITA
3.2 Membatasi pengunjung bila perlu
Malutrisi
P : lanjutkan intervensi 3.1 Bersihkan lingkungan pasien setiap hari
3.4 Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 3.5 Pastikan penanganan aseptic dari saluran IV 13.00 WITA
3.3 Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
13.30 WITA
3.4 Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
3.5 Mempastikan penanganan aseptik dari semua saluran IV
3.6 Memberikan terapi antibiotik bila perlu
13.35 WITA
3.7 Mengukur vital sign setiap hari
3.6 Berikan terapi antibiotic 3.7 Ukur vital sign setiap hari.
4
08.30 WITA
4.1 Mengindentifikasi hal-hal yang
S : ibu pasien mengatakan anaknya usia 10 bulan
membahayakan dilingkungan
O : terpasang pagar pelindung, pasien termaksud
EP : memberikan penjelasan kepada
diagnosis respiratorik, resiko jatuh tinggi
keluarga untuk tidak meninggalkan
A : risiko jatuh belum terjadi dengan indikator
pasien sendiri, menjelaskan ke keluarga
risiko
untuk tidak meletakkan barang-barang diatas ranjang pasien.
1. Jenis kelamin laki laki usia kurang dari 1 tahun 2. Lingkungan yang tidak terorganisai P : lanjutkan intervensi
08.35 WITA
4.2 Menggunakan peralatan perlindungan (pagar).
WITA
4.2 Gunakan pagar
gunakan pagar pelindung, agar pasien
4.3 Sediakan pencahayaan yang cukup
4.3 Menyediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan pandangan. EP : beritahu keluarga untuk selalu menyalakan lampu pada malam hari, agar pencahayaan cukup.
1
14.45 WITA
dilingkungan
EP : jelaskan ke keluarga untuk selalu
tidak jatuh.
09.45
4.1 Identifikasi hal-hal yang membahayakan
1.1 mengkaji ABCD nutrisi pasien.
15.00
1.2 mengobservasi perhari BB pasien, catat
WITA
adanya peningkatan dan penurunan.
15.10 WITA
2
1.3 memberikan penjelasan ke keluarga pasien tentang gizi seimbang
14.45
2.1 Memposisikan pasien untuk
WITA
memaksimalkan ventilasi
15.45 WITA
14.50 WITA
2.2 Melakukan Fisioterapi dada, semana mestinya
2.3 Mendengarkan suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya sura tambahan.
3
15.00 WITA
15.30 WITA
3.1 Membersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
3.4 Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
15.45 WITA
20.00
3.5 Mempastikan penanganan aseptik dari semua saluran IV
3.6 Memberikan terapi antibiotik bila perlu
WITA
21.00
3.7 Mengukur vital Sign setiap hari
WITA
4
22.00 WITA
4.1 Mengindentifikasi hal-hal yang membahayakan dilingkungan EP : memberikan penjelasan kepada keluarga untuk tidak meninggalkan pasien sendiri, menjelaskan ke keluarga untuk tidak meletakkan barang-barang diatas ranjang pasien.
22.30 WITA
4.2 Menggunakan peralatan perlindungan (pagar). EP : jelaskan ke keluarga untuk selalu gunakan pagar pelindung, agar pasien tidak jatuh.
22.35 WITA
4.3 Menyediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan pandangan. EP : beritahu keluarga untuk selalu
menyalakan lampu pada malam hari, agar pencahayaan cukup.
1
23/3/2018
1.1 mengkaji ABCD nutrisi pasien.
S : ibu pasien mengatakan anaknya muntah jika
08.30
diberi bubur saring.
WITA
O : A : BB 4,9 Kg, TB 92 cm, LILA 8 cm, BBI 9,5 kg B : Hb 10,4 gr/dl C : konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering, kulit kering, rambut berwarna kekuningan. D : diit susu formula 3x70 cc, bubur saring 3x/hari. A : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi dengan kriteria
08.45
1.2 mengobservasi perhari BB pasien, catat
WITA
adanya peningkatan dan penurunan.
hasil 1.
Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
2. 09.55 WITA
1.3 melakukan kolaborasi dengan ahli gizi
Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily
terkait pemilihan kebutuhan gizi pasien
Allowance) 3.
Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
4.
Kurang berminat terhadap makanan
P : lanjutkan intervensi 1.1 kaji ABCD nutrisi pasien 1.2 observasi perhari BB pasien, catat adanya peningkatan dan penurunan BB.
2
09.50
2.1 Memposisikan pasien untuk
WITA
memaksimalkan ventilasi
S : ibu pasien mengatakan anaknya batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit hingga sekarang. O : suara ronchi (+) A : ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum
10.45 WITA
2.2 Melakukan Fisioterapi dada, semana mestinya
teratasi dengan indicator 1.
Batuk yang tidak efektif
2.
Seputum dalam jumlah yang berlebihan
3.
Suara nafas tambahan
P : lanjutkan intervensi 2.1 posisikan pasien untuk memaksimalkan 11.00 WITA
2.3 Mendengarkan suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya sura tambahan.
ventilasi 2.2 Rencanakan melakukan fisioterapi dada (Kolaborasi dengan fisioterapi). 2.3 dengarkan suara nafas tambahan
3
08.30 WITA
3.1 Membersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
S : ibu pasien mengatakan anaknya sering mengalami demam. O : T 36,7 0C, N 100x/menit, RR 43x/menit, BB 4,9 Kg, BBI 9,5 Kg A : infeksi belum teratasi dengan indicator 1.
12.00 WITA
3.4 Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Malutrisi
P : lanjutkan intervensi 3.1 Bersihkan lingkungan pasien setiap hari 3.4 Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 3.5 Pastikan penanganan aseptic dari saluran IV 3.6 Berikan terapi antibiotic
13.00
3.5 Mempastikan penanganan aseptik dari
WITA
semua saluran IV
3.7 Ukur vital sign setiap hari.
13.30
3.6 Memberikan terapi antibiotik bila perlu
WITA
13.35
3.7 Mengukur vital sign setiap hari
WITA
4
08.30 WITA
4.1 Mengindentifikasi hal-hal yang
S : ibu pasien mengatakan anaknya usia 10 bulan
membahayakan dilingkungan
O : terpasang pagar pelindung, pasien termaksud
EP : memberikan penjelasan kepada
diagnosis respiratorik, resiko jatuh tinggi
keluarga untuk tidak meninggalkan
A : risiko jatuh belum terjadi dengan indikator
pasien sendiri, menjelaskan ke keluarga
risiko
untuk tidak meletakkan barang-barang diatas ranjang pasien.
1. Jenis kelamin laki laki usia kurang dari 1 tahun 2. Lingkungan yang tidak terorganisai
08.35 WITA
4.2 Menggunakan peralatan perlindungan (pagar). EP : jelaskan ke keluarga untuk selalu
09.45 WITA
P : lanjutkan intervensi 4.1 Identifikasi hal-hal yang membahayakan dilingkungan
gunakan pagar pelindung, agar pasien
4.2 Gunakan pagar
tidak jatuh.
4.3 Sediakan pencahayaan yang cukup
4.3 Menyediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan pandangan. EP : beritahu keluarga untuk selalu menyalakan lampu pada malam hari, agar pencahayaan cukup.
1
14.45
1.1 mengkaji ABCD nutrisi pasien.
WITA
15.00
1.2 mengobservasi perhari BB pasien, catat
WITA
adanya peningkatan dan penurunan.
15.10 WITA
2
1.3 kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diit
14.45
2.1 Memposisikan pasien untuk
WITA
memaksimalkan ventilasi
15.45 WITA
2.2 Melakukan Fisioterapi dada, semana mestinya
14.50 WITA
2.3 Mendengarkan suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya sura tambahan.
3
15.00 WITA
15.30 WITA
15.45 WITA
20.00
3.1 Membersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
3.4 Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
3.5 Mempastikan penanganan aseptik dari semua saluran IV
3.6 Memberikan terapi antibiotik bila perlu
WITA
21.00
3.7 Mengukur vital Sign setiap hari
WITA
4
22.00 WITA
4.1 Mengindentifikasi hal-hal yang membahayakan dilingkungan EP : memberikan penjelasan kepada
keluarga untuk tidak meninggalkan pasien sendiri, menjelaskan ke keluarga untuk tidak meletakkan barang-barang diatas ranjang pasien.
22.30 WITA
4.2 Menggunakan peralatan perlindungan
(pagar). EP : jelaskan ke keluarga untuk selalu gunakan pagar pelindung, agar pasien tidak jatuh.
22.35 WITA
4.3 Menyediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan pandangan. EP : beritahu keluarga untuk selalu menyalakan lampu pada malam hari, agar pencahayaan cukup.
Fisioterapi dada adalah suatu metode terapi untuk membuka jalan nafas dan mengencerkan dahak dengan cara penguapan, pemanasan, pemijatan, postural drainage, latihan bernafas dan suction. Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural, clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan, misalnya penyakit paru obstruksi kronis (bronkitis kronis, asma, dan emfisema). Tindakan drainase postural merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan sekret di saluran pernapasan. Tindakan drainase postural diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan vibrasi. Clapping dilakukan dengan menepuk dada posterior dan memberikan getaran (vibrasi) tangan pada daerah dada. Dalam memberikan fisioterapi pada anak harus diingat keadaan anatomi dan fisiologi anak seperti pada bayi yang belum memiliki mekanisme batuk yang baik sehingga mereka tidak dapat membersihkan
jalan
nafas
secara
sempurna.
Sebagai
tambahan
dalam
memberikan fisioterapi harus didapat kepercayaan dari anak-anak karena anakanak sering tidak kooperatif. 1.
Perkusi Perkusi atau disebut juga clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk. Tujuannya dalah secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkus.
2.
Vibrasi Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada dinding dada klien.Vibrasi ini digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekskresi danh melepaskan mukus yang kental.
1.
Indikasi: a. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada : 1)
Pasien yang memakai ventilasi
2)
Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
3)
Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis
4)
Pasien dengan batuk yang tidak efektif .
b. Mobilisasi sekret yang tertahan : 1)
Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
2)
Pasien dengan abses paru
3)
Pasien dengan pneumonia
4)
Pasien pre dan post operatif
5)
Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
2.
Kontarindikasi: a. Mutlak 1)
kegagalan jantung
2)
status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif
b. Relatif 1)
infeksi paru berat
2)
patah tulang atau luka baru bekas operasi
3)
tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.
1.
Stetoskop
2.
Selimut
3.
Bantal
4.
Segelas air hangat
5.
Sputum pot
6.
Handuk kecil
7.
Tempat duduk atau kursi
Dalam melakukan fisioterapi dada perawat perlu mengetahui anatomi dari sistem saluran pernapasan. Sebelum dilakukan fisioterapi dada perlu dilakukan auskultasi untuk melihat dimana letak secret berhubungan dengan postural drainage.
Sistem pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru. 1.
Hidung Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan d engan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
2.
Faring Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.
3.
Laring Laring terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea serta membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis.
4.
Trakea Trakea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kirakira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak lengkap yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa beberapa jaringan otot
5.
Bronkus Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh sel yang sama. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
6.
Paru Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
1.
Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah yang mudah terjadi cedera, seperti mammae, sternum, dan ginjal
2.
Saat melakukan tindakan perkusi dan vibrasi pada anak harus diperhatikan tekanannya jangan sampai menimbulkan fraktur
3.
Sebelum melakukan fisioterapi dada sebaiknya apabila anak belum minum air
hangat
anjurkan
mengencerkan sekretnya.
untuk
minum
air
hangat
untuk
membantu
1.
Cuci tangan
2.
Jelaskan prosedur pada anak
3.
Kaji status anak; analisa kelayakan prosedur; modifikasi rencana bila diperlukan
4.
Sediakan bantal, percussion device (pada bayi), nebulizer jika dibutuhkan.
5.
Pilih postural drainage yang tepat yaitu dengan melakukan auskultasi bagian paru anak untuk melihat letak sputum.
6.
Atur posisi anak dengan menempatkan anak pada diatas pangkuan dan letakkan handuk atau bantal dibawah punggung anak
7.
Lakukan teknik perkusi dan clapping dengan cara memposisikan telapak tangan seperti mangkuk selama kurang lebih selama 1- 2 menit
8.
Minta anak menarik nafas dan lakukan vibrasi saat mengeluarkan nafas, ulangi sampai pernapasan 3 kali. Jika anak sudah mengerti perintah berikan pujian.
9.
Minta anak untuk tarik nafas dalam dan batuk untuk mengeluarkan secret. Jika dalam posisi berbaring tidak bisa batuk ganti dalam posisi duduk (untuk anak yang sudah mengerti perintah).
10. Auskultasi kembali untuk memastikan pembersihan secret 11. Reposisi, perkusi dan vibrasi area dada pada posisi drainage sesuai ketentuan hasil auskultasi tersebut dimana letak secret. Tindakan dapat diulangi setelah anak istirahat
1.
Postural drainage yang diberikan disesuaikan dengan letak secret di saluran nafas
2.
Untuk bayi teknik perkusi dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu masker oksigen kecil
1.
Banyaknya sputum
2.
Warna sputum
3.
Respon anak
4.
Lamanya tindakan
Curley, M.A.Q dan Harmon, P.M. (2001). Critical Care Nursing of Infant and Childrens . Philadelphia: W.B Saunders Company.
Greenberg, V.R. (2008). Pediatric Nursing Procedures . Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Hidayat, A.A. (2007). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak . Jakarta: EGC.
Potter, P. A. dan Perry, A. G. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and Practice , 6th Ed. St. Louise: Elsevier Mosby, Inc.
Tindakan untuk melepaskan sekret dari saluran nafas bagian bawah
1.
Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret
2.
Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret
Klien dengan akumulasi sekret pada saluran nafas bagian bawah
Perawat
1.
Kertas tissue
2.
Bengkok
3.
Perlak/alas
4.
Sputum pot berisi desinfektan
5.
Air minum hangat
a.
Mengecek program terapi
b. Mencuci tangan c.
Menyiapkan alat
a.
Memberikan salam dan sapa nama pasien
b.
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c.
Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
a.
Menjaga privacy pasien
b.
Mengatur posisi sesuai daerah gangguan paru
c.
Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring)
d.
Melakukan clapping dengan cara tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian
e.
Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan sebentar, kedua tangan perawat di punggung pasien
f.
Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi, pada saat yang bersamaan tangan perawat melakukan vibrasi
g.
Meminta pasien menarik nafas, menahan nafas, dan membatukkan dengan kuat
h.
Menampung lender dalam sputum pot
i.
Melakukan auskultasi paru
j.
Menunjukkan sikap hati-hati dan memperhatikan respon pasien
a.
Melakukan evaluasi tindakan
b.
Berpamitan dengan klien
c.
Membereskan alat
d.
Mencuci tangan
e.
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Pokok Bahasan
: Gizi Nutrisi buruk pada Anak
Sub Pokok Bahasan
: 1.
Pengertian Gizi
2.
Faktor Penyebab Gizi Buruk
3.
Tipe Gizi Buruk
4.
Akibat Gizi Buruk
5.
Pencegahan Gizi Buruk
Sasaran
: Orang tua anak Y
Tempat
: Melati (Infeksi) RSUD AWS Samarinda
Tanggal
: Sabtu, 23 Maret 2018 Pukul 10.00 WITA
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, ibu dan anak dapat mengetahui tentang Gizi Nutrisi Buruk Pada anak
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan ibu-ibu akan dapat : 1.
Menyebutkan Pengertian Gizi
2.
Menyebutkan Faktor Penyebab Gizi Buruk
3.
Menyebutkan Tipe Gizi Buruk
4.
Menyebutkan Akibat Gizi Buruk
5.
Menyebutkan Pencegahan Gizi Buruk
1.
Topik
: Gizi Nutrisi Buruk Pada Anak
2.
Sasaran
: Ibu An. Y
3.
Metode
: Ceramah, diskusi dan tanya jawab
4.
Media
: Leaflet
5.
Uraian Tugas Dalam Pelaksanaan Penyuluhan Pendidikan Kesehatan Gizi Nutrisi Buruk Pada Anak a.
Moderator 1) Membuat acara 2) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing 3) Menjelaskan tujuan dan topik 4) Menjelaskan kontrak waktu 5) Menyerahkan jalannya peyuluhan pada pemateri 6) Mengarahkan alur diskusi 7) Memimpin jalannya diskusi 8) Menutup acara
b.
Pemateri Mempresentasikan materi untuk penyuluhan.
c.
Fasilitator Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan serta menanggapi pertanyaan peserta.
6.
Setting Tempat a
Keterangan : : ibu menyusui (Sasaran) : perseptor klinik dan akademik : penyaji (Mahasiswa) : Mahasiswa
Catatan : Setting tempat disesuaikan dengan kondisi.
1
Pembukaan
5 menit
Salam pembukaan
Memperkenalkan diri
Menjelasakan
Mendengarkan dan
tujuan
menyimak
acara pembukaan
intruksional umum dan intruksional khusus 2
3
Isi
15 menit
Penutup
10 menit
Menjelaskan tentang : 1.
Pengertian Gizi
2.
Faktor Penyebab Gizi Buruk
3.
Tipe Gizi Buruk
4.
Akibat Gizi Buruk
5.
Pencegahan Gizi Buruk
Menyimpulkan materi
Menanyakan kembali
Menyimak
mendengarkan
penjelasan
Bertanya
Mendengarkan
yang telah disampaikan
dan
Memberikan reinforcement positif.
pertanyaan
Salam penutup
Memberi
kesempatan
1.
pada
Memberikan reinforcement positif.
Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan pendidikan kesehatan dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai berikut : a.
Menjelaskan kembali Pengertian gizi
b.
Menyebutkan Faktor Penyebab Gizi Buruk
c.
Menyebutkan Tipe Gizi Buruk
menjawab
Menjawab salam
audience untuk bertanya.
dan
2.
d.
Menjelaskan Akibat Gizi Buruk
e.
Menjelaskan Pencegahan Gizi Buruk
Kriteria Evaluasi a.
Evaluasi struktur 1) Menyiapkan SAP 2) Menyiapkan alat dan perlengkapan penyuluhan 3) Menyiapkan materi dan media 4) Kontrak waktu dengan sasaran 5) Menyiapkan tempat 6) Menyiapkan pertanyaan
b.
Evaluasi Proses 1) Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama pendidikan kesehatan berlangsung. 2) Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum di mengerti. 3) Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi meteri. 4) Sasaran tidak meninggalkan tempat saat pendidikan kesehatan berlangsung. 5) Tanya jawab berlangsung dengan baik.
c.
Evaluasi Hasil 1) Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan 80% lebih dengan benar. 2) Pendidikan kesehatan dikatakan cukup berhasil atau cukup baik apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan antara 50%-80% dengan benar. 3) Pendidikan kesehatan dikatakan kurang berhasil atau tidak baik apabila sasaran hanya mampu menjawab kurang dari 50% dengan benar.
Terlampir