LAPORAN RONDE KEPERAWATAN DI RUANG ICU RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SUKOHARJO
Di Susun Oleh : 1. Aji Pramudia Nugroho 2. Purnami Setyaningsih 3. Siti Kholifah 4. Susana Ses Manu 5. Titik Lestari 6. Muslim 7. Varianti Lestari Humu 8. Rovita Sri Karmila 9. Nella Nopita Lapasisi 10. Winda Lestari
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2018/2019
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Managemen adalah proses bekerja melalui staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Disini dituntut tugas manajer keperawatan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 1996). Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperatan adalah pembenahan manajemen keperawatan karena dengan adanya factor kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Ronde keperawatan adalah suatu bagian kegiatan asuhan keperawatan dengan membahas kasus tertentu dengan harapan adanya transfer pengetahuan dan aplikasi pengetahuan secara teoritis kedalam praktek keperawatan secara langsung yang dilakukan oleh perawat konselor, kepala ruangan, MA, kabid keperawatan dengan melibatkan seluruh tim keperawatan.
Karakteristik dari
ronde keperawatan meliputi : pasien dilibatkan secara langsung, pasien merupakan fokus kegiatan, perawat yang terlibat melakukan diskusi, konselor memfasilitasi kreatifitas dan membantu mengembangkan kemampuan perawat dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
B. TUJUAN
a. Tujuan umum Pelaksanaan
ronde
keperawatan
menjadikan
mahasiswa
mampu
menyelesaikan masalah pasien dengan berpikir kritis.
2
b. Tujuan khusus Setelah dilaksanakan ronde keperawatan mahasiswa mampu : -
Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.
-
Meningkatkan kemampuan validasi data pada klien.
-
Meingkatkan
kemampuan
untuk
memodifikasi
rencana
asuhan
keperawatan. -
Menumbuhkan
pemikiran
tentang
tindakan
keperawatan
yang
berorientasi pada masalah pasien dan berbasis pada hasil penelitian terkini. -
Meningkatkan kemampuan dalam hasil kerja ronde
-
Menumbuhkan kemampuan berdiskusi dengan tenaga kesehatan lainnya.
C. MANFAAT
1. Bagi pasien a. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa penyembuhan. b. Memberikan perawatan secara professional dan efektif pada pasien. c. Memnuhi kebutuhan pasien 2. Bagi perawat a. Meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotor perawat. b. Meningkatkan kerjasama antar tim c. Menciptakan kerja perawat yang professional 3. Bagi rumah sakit a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit b. Menurunkan lama hari perawatan pasien.
BAB II 3
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP RONDE KEPERAWATAN.
1. Pengertian ronde keperawatan Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat selain itu melibatkan pasien dalam membahas dan melakukan asuhan keperawatan. Saat-saat dalam kasus tertentu, ronde keperawatan dilaksanakan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam 2002 dalam Nursalam 2011). Ronde memiliki ciri-ciri a. Pasien dilibatkan b. Keluarga pasien dilibatkan c. Pasien adalah focus kegiatan d. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama. e. Konselor memfasilitasi kreativitas. f.
Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP, dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2. Manfaat ronde keperawatan a. Masalah pasien dapat teratasi b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi c. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional d. Terciptanya kerjasama antar tim kesehatan e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar. 3. Tujuan ronde keperawatan a. Tujuan umum Menyelesaikan masalah pasien melalui berpikir kritis b. Tujuan khusus
4
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis. 2) Meningkatkan validasi data pasien 3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan 4) Menumbuhkan pikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien 5) Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan keperawatan 6) Meningkatkan kemampuan justifikasi 7) Meningkatkan kemampuaan menilai hasil kerja 4. Kriteria pasien a. Mempunyai masalah keperawatanyang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan. b. Pasien dengan kasus baru atau langka 5. Metode Metode yang digunakan metode diskusi 6. Peralatan a. Sarana diskusi : buku dan bolpoin b. Status / dokumentasi keperawatan c. Materi yang disampaikan secara lisan 7. Langkah-langkah melaksanakan ronde keperawatan
PP Tahap Praronde Penetapan pasien
-
Persiapan pasien ; Informed consent Hasil pengkajian / validatasi data 5
-
Tahapan maslah
Penyajian maslah
-
Di Nurse Station -
-
Tahap ronde
Apa diagnosis keperawatan? Apa data yang mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? apa hambatan yang ditemukan?
Validasi data
di Bed Klien PP, Konselor, KARU
Tahap Pasca Ronde
Lanjutan diskusi dinurse station
Lanjutan diskusi kesimpulan dan rekomendasi
Keterangan :
6
1. Pra Ronde a. Menentukan kasus dan topic (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka). b. Menentukan tim ronde c. Mencari sumber atau literature d. Membuat proposal e. Mempersiapkan pasien : inform consent dan pengkajian f.
Diskusi tentang diagnosis keperawatan data yang mendukung asuhan keperawatan yang dilakukan serta segala hambatan yang terjadi.
2. Pelaksanaan ronde a. Penjelasan pasien tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan. b. Diskusi tentang antar anggota tentang kasus tersebut. c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang ,masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan. 3. Pasca ronde a.
Evalusai, revisi dan perbaikan
b.
Kesimpulan dan rekomendasi penegak diagnosis, intervensi keperawatan selanjutnya.
8. Peran masing-masing anggota tim Kegiatan ronde merupakan kegiatan manyelesaikan masalah pasien oleh perawat dengan melibatkan keluarga pasien, berbagai tim kesehatan lainnya. Ronde perawat memiliki perannya masing-masing agar kegiatan ronde ini berjalan lancar.
7
Peran anggota : No.
Perawat 1.
Perawat primer
Peran a. Menjelaskan
data
pasien
yang
mendukung masalah pasien. b. Menjelaskan
diagnosis
keperawatan. c. Menjelaskan
intervensi
yang
dilakukan d. Menjelaskan hasil yang didapat. e. Menjelaskan
rasional
(alasan
ilmiah) tindakan yang diambil f.
Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
2.
Perawat
a. Memberi justifikasi
konselor
b. Memberi reinforcement c. Memvalidasi masalah keperawatan
kebenaran dan
dari
intervensi
serta
rasional
tindakan d. Mengarahkan dan koreksi e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
9. Kriteria evaluasi a. Struktur : 1. Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya) 2. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan. 3. Persiapan dilakukan sebelumnya
8
b. Proses 1. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir 2. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan rond e sesuai peran yang telah ditetapkan c. Hasil 1. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan 2. Masalah pasien dapat teratasi 3. Perawat dapat : a. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis b. Meningkatkan cara berpikir yang sistematis c. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien f. Meningkatkan kemampuan memodifikasi asuhan keperawatan g. Meningkatkan kemampuan justifikasi h. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja (Nursalam 2015).
B. KONSEP STEMI 1. Definisi
Infark miocard akut (IMA) merupakan gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan mengalami infark (Guyton & Hall, 2007). IMA diklasifikasikan berdasarkan EKG 12 lead dalam dua kategori, yaitu ST-elevation infark miocard (STEMI) dan non ST-elevation infark
9
miocard (NSTEMI). STEMI merupakan oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG. Sedangkan NSTEMI merupakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG (Guyton & Hall, 2007). STEMI terjadi karena sumbatan yang komplit pada arteri koroner. Jika tidak dilakukan pengobatan dapat menyebabkan kerusakan miokardium yang lebih jauh. Pada fase akut pasien beresiko tinggi untuk mengalami fibrilasi ventrikel atau takhikardi yang dapat menyebabkan kematian. Bantuan medis harus segera dilakukan. 2. Etiologi Infark miokard disebabkan oleh oklusi arteri koroner setelah terjadinya rupture vulnerable atherosclerotic plaque. Pada sebagian besar kasus, terdapat beberapa faktor presipitasi yang muncul sebelum terjadinya STEMI, antara lain aktivitas fisik yang berlebihan, stress emosional, dan penyakit dalam lainnya. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya IMA pada individu. Faktor-faktor resiko ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat dirubah. a. Faktor yang tidak dapat dirubah : 1) Usia Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses yang progresif, biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis sampai lesi mencapai ambang kritis dan mulai menimbulkan kerusakan organ pada usia menengah maupun usia lanjut. Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden infark miokard pada pria meningkat lima kali lipat (Kumar, et al ., 2007). 2) Jenis kelamin
10
Infark miokard jarag ditemukan pada wanita premenopause kecuali jika terdapat diabetes, hiperlipidemia, dan hipertensi berat. Setelah menopause, insiden penyakit yang berhubungan dengan atherosclerosis meningkat bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan pria. Hal ini diperkirakan merupakan pengaruh dari hormon estrogen (Kumar, et al ., 2007). 3) Ras Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang kulit putih.
4) Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner (saudara, orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan kemungkinan timbulnya IMA. b. Faktor resiko yang dapat dirubah : 1) Hiperlipidemia Merupakan peningkatan kolesterol dan/atau trigliserida serum di atas batas normal. Peningkatan kadar kolesterol di atas 180 mg/dl akan meningkatkan resiko penyakit arteri koronaria, dan peningkatan resiko ini akan lebih cepat terjadi bila kadarnya melebihi 240 mg/dl. Peningkatan kolosterol LDL dihubungkan dengan meningkatnya resiko penyakit arteri koronaria, sedangkan kadar kolesterol HDL yang tinggi berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit ini. 2) Hipertensi Merupakan faktor risiko mayor dari IMA, baik tekanan darah systole maupun diastole memiliki peran penting. Hipertensi dapat meningkatkan risiko ischemic heart disease (IHD) sekitar 60% dibandingkan dengan individu normotensive. Tanpa perawatan,
11
sekitar 50% pasien hipertensi dapat meninggal karena IHD atau gagal jantung kongestif, dan sepertiga lainnya dapat meninggal karena stroke (Kumar, et al ., 2007). 3) Merokok Merupakan faktor risiko pasti pada pria, dan konsumsi rokok mungkin merupakan penyebab peningkatan insiden dan keparahan atherosclerosis pada wanita. Penggunaan rokok dalam jangka waktu yang lama meningkatkan kematian karena IHD sekitar 200%. Berhenti merokok dapat menurunkan risiko secara substansial (Kumar, et al ., 2007). 4) Diabetes mellitus Menginduksi
hiperkolesterolemia
dan
juga
meningkatkan
predisposisi atherosclerosis. Insiden infark miokard dua kali lebih tinggi pada seseorang yang menderita diabetes daripada tidak. Juga terdapat peningkatan risiko stroke pada seseorang yang menderita diabetes mellitus 5) Gaya hidup monoton, berperan pada timbulnya penyakit jantung koroner. 6) Stres Psikologik, stres menyebabkan peningkatan katekolamin yang bersifat aterogenik serta mempercepat terjadinya serangan. 3. Manifestasi Klinik Pada infark miokard dikenal istilah TRIAS, yaitu: a. Nyeri : 1) Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus menerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas. 2) Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
12
3) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri). 4) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin. 5) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher. 6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah. 7) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor. 4. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : Pemeriksaan enzim jantung :
1) CPK-MB/CPK 2) Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
3) LDH/HBDH Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
4) AST/SGOT Meningkat ( kurang nyata / khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari EKG Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian adalah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
13
5. Komplikasi a. Disfungsi ventrikel Setelah STEMI, ventrikel kiri mengalami perubahan bentuk, ukuran, dan ketebalan baik pada segmen yang infark maupun non infark. Proses ini dinamakan remodeling ventricular. Secara akut, hal ini terjadi karena ekspansi infark, disrupsi sel-sel miokardial yang normal, dan kehilangan jaringan pada zona nekrotik. Pembesaran yang terjadi berhubungan dengan ukuran dan lokasi infark. b. Gagal pemompaan (pump failure) Merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru. c. Aritmia Insiden aritmia setelah STEMI meningkat pada pasien setelah gejala awal. Mekanisme yang berperan dalam aritmia karena infark meliputi ketidakseimbangan sistem saraf otonom, ketidakseimbangan elektrolit, iskemia, dan konduksi yang lambat pada zona iskemik. d. Gagal jantung kongestif Hal ini terjadi karena kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti vena pulmonalis, sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan mengakibatkan kongesti vena sistemik. e. Syok kardiogenik Diakibatkan oleh disfungsi ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang massif, biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan akibat perubahan hemodinamik progresif hebat yang ireversibel dengan manifestasi seperti penurunan perfusi perifer,
14
penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru-paru, hipotensi, asidosis metabolic, dan hipoksemia yang selanjutnya makin menekan fungsi miokardium. f.
Edema paru akut Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik di rongga interstisial maupun dalam alveoli. Edema paru merupakan tanda adanya kongesti paru tingkat lanjut, di mana cairan mengalami kebocoran
melalui
dinding
kapiler,
merembes
keluar,
dan
menimbulkan dispnea yang sangat berat. Kongesti paru terjadi jika dasar vascular paru menerima darah yang berlebihan dari ventrikel kanan yang tidak mampu diakomodasi dan diambil oleh jantung kiri. Oleh karena adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang serta udara tidak dapat masuk, akibatnya terjadi hipoksia berat. g. Disfungsi otot papilaris Disfungsi iskemik atau ruptur nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis, sehingga memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama sistolik. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran retrograde dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat yaitu pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.
6. Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung c. Resiko syok berhubungan dengan hipotensi d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
15
BAB III PERSIAPAN
a. Topik
: Diskusi tentang masalah keperawatan pada Ny.P
b. Sasaran
: Ny.P, umur 42 tahun yang di rawat di ruang ICU dengan
STEMI dan Sirosis hepatis. c. Data Pasien
: Pasien tampak pusing, sesak, mual dan nyeri dada skal 4.
Keluarga pasien mengatakan sudah 2 hari tidak mau makan dikarenakan sulit untuk menelan makanan, riwayat stroke 1 tahun yang lalu.. d. Waktu
: 08.00 WIB
e. Hari/ Tanggal : Rabu, 5 Desember 2018 f.
Materi
:
1) Perawatan STEMI dan Sirosis hepatis 2) Menentukan diagnosa keperawatan masalah- masalah keperawatan yang muncul paa klien. h. Metode 1. Diskusi 2. Ceramah i. Media 1. Alat tulis 2. Status keperawatan
Kegiatan Ronde Keperawatan Waktu
Tahap
Kegiatan
Pelaksana
Kegiatan
Tempat
pasien
1 hari
pra-
sebelu
ronde.
m
Praronde o
Penanggung
Menjawab
Menentukan
jawab :
pertanyaan dan
kasus dan topik
Mahasiswa
menanda
Ruang ICU
16
ronde
o
o
o
Menentukan tim
Stikes
tangani inform
ronde
Kusuma
consent ronde.
Menentukan
Husada
literature
Surakarta
Mempersiapkan
Kel 7
pasien o
Diskusi pelaksanaan
5 menit
Ronde
o
Pembukaan
Kepala
o
Salam pembuka
ruangan
o
Memperkenalka
(karu)
n tim ronde
Nella Nopita
Menyampaikan
Lapasisi,
identitas dan
S.Kep
masalah pasien
Pasien
Menjelaskan
Varianti
tujuan ronde
Lestari
o
o
Ruang ICU
Humu S.kep Keluarga Susana
P Ses
Manu S.Kep
17
20
o
menit o
Penyajian
KaTim
masalah
Rovita Sri
Memberi salam
Karmila,
dan
S.Kep
Mendengarkan
Ruang ICU
memperkenalkan pasien dan keluarga kepada tim ronde o
Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan pasien
o
Menjelaskan masalah pasien dan rencana
PA:
tindakan yang
Aji Pramudia
telah
Nugroho,
dilaksanakan dan
S.Kep
serta menetapkan
Winda
prioritas yang
Lestari,
perlu dilakukan
S.Kep
o
Validasi data
Muslim,
o
Mencocokan dan
S.kep
menjelaskan
Purnami
kembali data
Setyaningsih
yang telah
S.kep
disampaikan o
Diskusi antar
Memberikan
anggota tim dan
respond dan
18
pasien tentang
menjawab
masalah
pertanyaan
keperawatan
o
tersebut
Karu perawat
Pemberian
konselor :
justifikasi oleh
Titik Lestari,
perawat primer
S.Kep
atau konselor atau kepala ruangan tentang
Karu, PA,
masalah pasien
perawat
serta rencana
konselor
tindakan yang akan dilakukan. o
Menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan.
Karu Konselor
5 menit
Pasca
o
ronde
o
Evaluasi dan
Karu, Dokter
rekomendasi
Siti Kholifah
intervensi
S.kep,
keperawatan
perawat
Penutup
konselor,
-
Mendengark Ruang an
-
Conference
Menambahk an
-
Diskusi
pembimbing.
19
Kreteria evaluasi
1. Struktur. a.
Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang Dahlia
b.
Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c.
Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Proses a.
Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b.
Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan.
3. Hasil a.
Pasien puas dengan hasil kegiatan
b.
Masalah pasien dapat teratasi
c.
Perawat dapat :
Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan, menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien.
Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
Meningkatkan kemampuan justifikasi
Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
Pengorganisasian
1. Kepala ruangan
: Nella Nopita Lapasisi, S.Kep
2. Dokter
: Siti Kholifah, S.Kep
3. Penyaji/KaTim
: Rovita Sri Karmila, S.Kep
4. PA I
: Aji Pramudia Nugroho, S.Kep
5. PA II
: Winda Lestari, S.Kep
6. PA III
: Purnami Setyaningsih, S.kep
7. PA IV
: Muslim, S.Kep
20
8. Konselor
: Titik Lestari, S.Kep
9. Pasien
: Varianti Lestari Humu,S.Kep
10. Keluarga Pasien
: Susana Ses Manu, S.Kep, Ns
SOP RONDE KEPERAWATAN
No
Aktivitas 1
1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9.
1.
2.
Nilai 2 3
Keterangan 4
Persiapan Karu menghubungi supervisor/konselor Karu menentukan tim ronde Tim ronde: menetapkan ketua tim ronde, sekretaris, penyaji dan anggota tim Tim ronde : menentukan kasus dan topic Tim ronde : menentukan literatur Tim ronde : mempersiapkan pasien dan informed consent Tim ronde : menghubungi supervisor untuk diskusi Tim ronde : mendiskusikan kasus pasien berdasarkan literature Tim ronde : mendiskusikan pelaksanaan ronde Pelaksanaan Pembukaan (kurang lebih 15 menit) a. Ketua tim ronde membuka dengan mengucapkan salam b. Ketua tim ronde menyampaikan data pasien c. Ketua tim ronde menjelaskan tujuan ronde dan prosedur pelaksanaan ronde Penyajian masalah ( kurang lebih 15 menit) a. Penyaji memberikan salam b. Penyaji menyampaikan data pasien, riwayat penyakit dan masalah keperawatan, tindakan yang telah dilakukan
21
3.
c. Anggota tim menambahkan data Validasi data (kurang lebih 15 menit) a. Ketua tim/konselor/kepala ruangan mengklarifikasi dan menjelaskan kembali data yang telah disampaikan b. Diskusi antar anggota tim dan pasien/keluarga tentang masalah keperawatan pasien c. Pemberian justifikasi oleh supervisor/kepala ruangan d. Menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan Penutup a. Evaluasi dan rekomendasi intervensi keperawatan b. Menutup c. Dokumentasi
22
BAB IV PELAKSANAAN
Hari / Tanggal
: Rabu / 5 Desember 2018
Ruangan
: ICU
Pasien Kelolaan
:
No Kamar/Kelas
1
ICU
Nama
Ny.P
Dx Medis
STEMI dan Sirosis Hepatis
Kasus Ny. P usia 42 tahun di rawat di Ruang ICU hari 1 dengan diagnosa medis STEMI dan Sirosis Hepatis. Paisen mengatkan pusing, sesak, mual dan nyeri dada skal 4. Keluarga pasien mengatakan sudah 2 hari tidak mau makan dikarenakan sulit untuk menelan makanan, riwayat stroke 1 tahun yang lalu. Keluarga cemas memikirkan kondisi Ny.P. Pasien mendapatkan terapi medis berupa : infuse RL, 20 tpm, tranfusi PRC 1 kolf, ketorolac 1A/12 J, Omeprazol 1 gr/24 J, Inj. Arixtra 0,5/24 J. Perawat memberikan terapi sesuai advice dokter dan keluhan pasien belum berkurang, pasien terlihat gelisah, sesak dan terengah-engah saat berbicara. Dari hasil pengkajian : pasien terpasang infuse PRC 1 kolf pada tangan kiri, darah tidak lancar, sklera dan kulit ikterik, terpasang O2 4 lpm. TD : 100/60 mmHg, N : 100X/M, S : 370 C, RR : 28 X/M, SPO2 : 94 %, GDS : 98, Hb: 8,3. Hasil EKG : ST Elevasi di lead II, IV, AV. Hasil Ro Thorax : cardiomegali. Kegiatan : Membagi tugas kepada mahasiswa ada yang sebagai kepala ruang, ketua tim ronde, pelaksana. 1. Kepala ruangan
: Nella Nopita Lapasisi, S.Kep
2. Dokter
: Siti Kholifah, S.Kep
23
3. Penyaji/KaTim
: Rovita Sri Karmila, S.Kep
4. PA I
: Aji Pramudia Nugroho, S.Kep
5. PA II
: Winda Lestari, S.Kep
6. PA III
: Purnami Setyaningsih, S.kep
7. PA IV
: Muslim, S.Kep
8. Konselor
: Titik Lestari, S.Kep
9. Pasien
: Varianti Lestari Humu,S.Kep
10. Keluarga Pasien
: Susana Ses Manu, S.Kep, Ns
Tugas Kepla Ruang : 1. Kepala Ruang menghubungi supervisor yaitu Pak Supriyanto 2. Kepala ruang menentukan tim ronde.
Tugas tim ronde : 1. Menetapkan ketua tim ronde, sekertaris, penyaji dan anggota tim ronde 2. Menentukkan kasus dan topik 3. Menentukan literatur 4. Mempersiapkan pasien dan informed consent 5. Menghubungi supervisor untuk diskusi 6. Mendiskusikan kasuspasien berdasarkan literatur 7. Mendiskusikan pelaksanaan ronde Kegiatan : Pembukaan : 1. Ketua tim ronde membuka dengan mengucapkan salam. 2. Ketua tim ronde Menyampaikan data pasien 3. Ketua tim ronde Menjelaskan tujuan ronde dan prosedur pelaksanaan ronde Validasi data : 1. Ketua tim / kepala ruang mengklarifikasi dan menjelaskan kembali data yang telah disampaikan
24
2. Diskusi antar anggota tim dan pasien / keluarga tentang masalah keperawatan yang telah disampaikan 3. Pemberian justifikasi oleh supervisor / kepala ruang tentang masalah keperawatan serta rencana tindakan yang akan dilakukan 4. Menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan Penutup : 1. Evaluasi dan rekomendasi intervensi keperawatan 2. Menutup 3. Dokumentasi
25
BAB V EVALUASI A.
Tindakan yang sudah dilakukan
-
Bina hubungan saling percaya
-
Memonitor KU dan TTV
-
Manajemen nyeri
-
Melakukan pemeriksaan EKG
-
Melakukan pemeriksaan darah rutin
-
Memonitor cairan dan nutrisi pasien
-
Memberikan terapi oral
-
Memberikan injeksi
-
Motivasi klien untuk mobilisasi duduk dan mobilisasi berjalan
-
Mengajarkan teknik distraksi ketika pasien merasa nyeri
-
melibatkan keluarga dalam perawatan dan membantu aktivitas pasien.
-
Melakukan pendidikan kesehatan tentang diet pada pasien
-
Melakukan diskusi tentang rencana tindak lanjut untuk pasien S dengan keluarga
-
Melakukan kolaborasi ulang pada ahli gizi
-
Melakukan kolaborasi ulang untuk pemeriksaan HB
B. RENCANA TINDAKAN SELANJUTNYA
-
Tindakan pemasangan NGT
-
Tindakan Pemasangan Masker NRM
26