Revisi
1.
Diagnosa Keperawatan Nyeri kronik berhubungan dengan sel kanker pada paru NOC Kontrol Nyeri
Kriteria hasil:
Mengenali kapan nyeri terjadi
Menggambarkan factor penyebab
Menggunakan tindakan pencegahan
Menggunakan analgesik yang digunakan
Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada professional kesehatan
Tingkat nyeri
Kriteria hasil :
Nyeri yang dilaporkan tidak ada
Mengerang dan menangis tidak ada ketegangan otot
Iritabilitas tidak ada
Bisa istirahat
Tidak ada nyeri atau memperberat nyeri
NIC
Kriteria hasil : Manajemen nyeri
Lakukan pengkajian nyeri secara kompehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi durasi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenal ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
Gali bersama pasien faktorfaktor yang bisa memperingan ekspresi nyeri pada wajah
STANDART OPERATING PROSEDUR ( S O P) KEMOTERAPI
A. Pengertian Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker. B. Tujuan 1.
Menurunkan ukuran kanker sebelum operasi
2.
Merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi
3.
Mengobati beberapa macam kanker darah
4.
Menekan jumlah kematian penderita kanker tahap dini
5.
Menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk sementara waktu
6.
Meringankan gejala
7.
Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker Indikasi:
Adanya sel karsinoma dalam organ tubuh
C. Persiapan alat 1. Obat sitostatika 2. Cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit 3. Pengalas plastik dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya 4. Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu 5. Spuit disposible (5cc, 10cc, 20cc, 50cc) 6. Infus set dan vena kateter kecil 7. Alkohol 70% dengan kapas steril 8. Bak spuit besar 9. Label obat 10. Plasttik tempat pembuangan bekas 11. Kardex (catatan khusus) D. Pelaksanaan 1. PraInteraksi
1)
Mengecek program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat sebelumnya
2)
Mencuci tangan
3)
Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat
4)
Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi 1) Memberikan salam dan sapa nama pasien 2) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3) Menanyakan persetujuan/kesiapan (inform concent) pasien maupun keluarga 3. Tahap Kerja
Persiapan Obat 1.
Perawat mencuci tangan
2.
Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain
3.
Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu
4.
Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit
5.
Sebelum membuka ampul, pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada puncak ampul
6.
Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan terkontaminasi dengan kulit
7.
Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup dengan tidak mengambil 2 kali
8.
Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa steril diujung jarum spuit
9.
Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9% atau D5% dengan volume cairan yang telah ditentukan
10. Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam flabot atau botol infus
11. Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau dengan syringe pump 12. Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan 13. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan
Pemberian Obat 1. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, vo lume cairan, cara pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian 2. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kacamata, sarung tangan dan sepatu 3. Lakukan teknik aseptik dan antiseptic 4. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infuse 5. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara intra vena) 6. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9% 7. Beri obat kanker secara perlahan-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai program 8. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 09% 9. Semua alat yang sudah di pakai dimasukkan ke dalam kantong plastik dan di ikat serta diberi etiket 10. Buka gaun, topi, masker, kacamata kemudian rendam dengan detergent 11. Bila disposible masukkan dalam kantong plastik kemudian di ikat dan diberi etiket, kirim ke incinerator/bakaran
4. Tahap Terminasi 1)
Melakukan evaluasi tindakan
2)
Berpamitan dengan klien
3)
Membereskan alat
4)
Mencuci tangan
5)
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Contoh Protokol Pencampuran Regimen Kemoterapi
PENANGANAN SITOSTATIK (C Y T T O X I C
HANDLI N G)
A. DATA PASIEN KASUS 1 1. Nama Pasien
: Ny. Ismiyati
2. Umur/BB/TB
: 47 tahun/ 65 kg/ 152 cm
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. LPT
: 1,65m
B. Diagnosa
: Ca Thymoma Stadium 4
Kesimpulan hasil pemeriksaan : Resep yang diberikan : R/Paxus 100 mg II
Paxus 30 mg III Carboplatin 600 mg I Paloxi amp I Pantozol 40 mg I Difenhidramin 10 mg I Dexametason 5 mg IV
1. Standar Kemoterapi (1)
Regimen Terapi Pada Kasus 1 Kanker a. Premedikasi
Obat yang diberikan sebelum melakukan kemoterapi, seperti dibawah ini : 1.
Dexametason - Tujuan pemberian
:
untuk
mengurangi
samping mual muntah setelah kemoterapi. - Dosis
: 5 gram secara intravena
efek
- Pemberian 2.
: 6 jam sebelum kemoterapi
Difenhidramin - Tujuan pemberian : mencegah reaksi hipersensitivitas - Dosis : 10 gram secara intravena - Pemberian : 30-60 menit sebelum kemoterapi
3.
Pantozol (Pantoprazol) (Pantoprazol) - Tujuan pemberian : mencegah atau mengurangi efek samping mual muntah muntah pasca kemoterapi - Dosis : 40 mg secara intravena
(2) Regimen Kemoterapi yang Diberikan
1.
Kasus 1 (Ny Ismiyati) a.
Paxus (Paclitaxel) 1 vial-nya mengandung 100 mg/16,7 ml
Obat antikanker ini bekerja dengan cara mengikat tubulin, tetapi tidak seperti pada alkaloid vinca yang menggangu perakitan tubulin, obat golongan taxan menyebabkan terjadinya perakitan dan
menghambat
pembongkaran
mikrotubulus
sehingga
pembentukannya tidak stabil Indikasi : Kanker Payudara, Kanker Ovarium. Dosis : 135-175mg/m2 setiap 21 hari (dipiro). Efek samping Neutropenia (90%), Leucopenia(90%), Trombositopenia, Mual Muntah (52%) ,Anemia (78%). b. Carboplatin Kalbe
Mekanisme Kerja : Bekerja dengan cara berikatan silang dengan DNA sehingga menyebabkan hambatan pada proses replikasi dan transkripsi Dosis: 400mg/pada pasien yang belum pernah diterapi sebelumnya Efek samping : myellosupresi, diare, nausea dan vomiting, penurunan klirens kreatinin.
Revisi
1.
Pemeriksaan Khusus a. Fiber Opticus Bronchoscopy (FOB)
Bronkoskopi adalah Gold Standard untuk mendiagnosis tumor paru. Apabila dilakukan bronkoskopi akan dapat :
Melihat perubahan pada bentuk cincin trakea samapi ke karina.
Melihat adanya perubahan pada bronkhus utama.
Melihat adanya massa di bronkhus serta percabangannya.
Pengambilan sampel massa atau bronkus dengan biopsi, brushing, bronchoalveolar lavage (BAL).
Melakukan transbronkial biopsy.
Gambar 4 : Gambaran bronkoskopi massa berada di B5 b. Biopsi Aspirasi Jarum/FNAB
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena amat mudah berdarah sebaiknya dilakukan aspirasi biopsi jarum.
c. Carcinoembryonic Antigen (CEA)
CEA paling sering diperiksa dalam darah (serum), namun dapat juga diperiksa dalam cairan tubuh misalnya ascites, cairan pleura, peritoneal, serebrospinal dan biopsi jaringan1,8,9. Kadar normal CEA dalam darah orang dewasa dan tidak merokok yaitu <3 ng / ml dan untuk perokok <5,0 ng / ml2,7,8. Kemoterapi dan radiasi dapat meningkatkan kadar k adar CEA secara temporer akibat kematian sel-sel tumor dan pelepasan CEA ke dalam aliran darah. Revisi Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap (Completed Blood Count) meliputi : -
Hemoglobin Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laborator laboratorium ium klinik, yaitu : Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl Anak anak : 11-13 gram/dl Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/d Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
-
-
Hematokrit Nila Ni laii nor orma mall he hema mattok okrrit un unttuk pr priia be berrki kisa sarr 40 40,7 ,7% % - 50 50,,3% se seda dang ngk kan un unttuk wan aniita berrki be kissar 36 36,1 ,1% % - 44 44,,3% Leukosit Nila Ni laii nor orma mall leuk ukos osit it be berrki kissar 4. 4.00 000 0 - 10 10.0 .000 00 sel el/u /ull da darrah ah.. Pen enur urun unan an ka kada darr le leuk ukos osiit bis isaa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll,
-
-
-
-
-
-
2.
sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll Trombosit (Platelet) Nila Ni laii nor orma mall trom omb bos osiit be berrkis isar ar an anttar araa 15 150 0.0 .000 00 - 40 400 0.0 .000 00 sel el/u /ull da darrah ah.. Tr Trom omb bos osiit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll. Eritrosit Nila Ni laii nor orma mall eritros osit it pa pada da pr priia be berrki kissar 4, 4,7 7 jut utaa - 6, 6,1 1 juta sel/ul da darrah, seda dang ngka kan n pa pada da wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perrok pe okok ok,, pr preeek ekllam amssi, dl dlll, sed edaang ngka kan n er eriitr tros osiit yang rend ndah ah bi bissa di dite temu muka kan n pa pada da an aneemi mia, a, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll Laju Endap Darah (LED) LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jarrin ja ing gan (ne nekr kros osis is)), pen eny yak akiit ko kola lag gen en,, rhe heum umaato toiid, mal alig igna nan nsi si,, da dan n kon ond disi str treess fis isiiolo log gis (misalnya kehamilan). Nilai normal LED pada metode Westergreen : Laki-laki : 0 – 15 mm/jam, perempuan : 0 – 20 20 mm/jam Hitung Jenis Leukosit Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan pros pr oses es pe peny nyaaki kitt.. Ni Nila laii nor orm mal : Eo Eossin inof ofiil 11-3% 3%,, Net etrrof ofil il 55 55--70 70% %, Lim imffos osit it 20 20--40% 0%,, Monosit 2-8% Platelet Distribution Width (PDW) Kadar PDW yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil. Red Cell Distribution Width (RDW) RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil Faal Ginjal Nilai Normal SGOT : - Perempuan : < 31 U/L - Laki-laki : < 35 U/L Nilai Normal SGPT : - Perempuan : < 31 U/L - Laki-laki : < 41 U/L Enzim SGOT dan SGPT dapat meningkat karena adanya gangguan fungsi hati, dan penanda kerusakan sel lainnya, yang salah satu penyebabnya adalah proses infeksi yang disebabkan oleh virus.
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal n ormal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia) Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, mono nuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT) Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, pa nkreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.
3. Albumin Nilai normal albumin serum dalam darah adalah 3,4-5,4 g / dL. Sedangkan kisaran normal albumin urin adalah sekitar 0 – 8 8 mg / dl.