BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kopi adalah salah satu komoditi yang banyak dikembangkan di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi khususnya jenis arabika merupakan komoditas perkebunan sumber devisa bagi negara. Kualitas kopi arabika lebih tinggi dari pada kopi rubusta sehingga harga di pasaran dunia juga lebih tinggi (Anonim, 1987). Selain itu, tanaman kopi jenis arabika saat ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83 U$D/Kg. Luas areal tanaman kopi di Indonesia mencapai 1.266.235 ha dengan produksi nasional sebesar 682.590 ton pada tahun 2009 (Ditjenbun, 2009). Kasus penolakan biji kopi Indonesia di Jepang sebanyak 10 kontainer yang berisi 200 ton akibat melebihi batas maksimal residu pestisida, membuat pemerintah berupaya berupa ya untuk meningkatkan men ingkatkan kualitas kualita s kopi lokal. l okal. Kopi asal asa l Indonesia dianggap mengandung unsur aktif pestisida isocarab dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan. Menurut Sri-Sukamto (1986), karat daun adalah salah satu penyakit utama yang disebabkan Hemilia vastatrix B. et. Br pada kopi arabika. Pada tahun 1885 perkembangan perkebunan kopi di Indonesia berhenti akibat penyakit ini. Antara tahun 1986 dan 1990 produksi kopi merosot menjadi 25% dari semula. Sehingga perlu dilakukan usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun. Usaha tersebut dengan pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan, dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi kopi Arabika, serta budidaya tanaman kopi. Selain itu, juga dilakukan usaha pengendalian
terpadu
yang
ramah
lingkungan
salah
satunya
dengan
meminimalisir penggunaan pestisida.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
|1
1.2
Tujuan
a) Untuk mengetahui alternative pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kopi yang dilakasanakan secara terpadu b) Untuk mengurangi penggunaan pestisida dalam kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kopi.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
|2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Tanaman Kopi 2.1.1
Botani Tanaman Kopi
Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) dari literatur Hasbi (2009) adalah sebagai berikut :
2.1.2
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dycotiledoneae
Ordo
: Rubiales
Famili
: Rubiaceae
Genus
: Coffea
Spesies
: Coffea sp.
Sejarah Tanaman Kopi
Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti sejak kapan tanaman kopi dikenal dan masuk dalam peradaban manusia. Menurut catatan sejarah, tanaman ini mulai dikenal pertama kalinya di benua Afrika tepatnya di Ethiopia. Pada mulanya tanaman kopi belum dibudidayakan secara sempurna oleh penduduk, melainkan masih tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi (Najiyati dan Danarti, 1997). Tumbuhan kopi diperkirakan berasal dari hutan-hutan tropis di kawasan Afrika. Kopi Arabika berasal dari kawasan pegunungan tinggi di Barat Ethiopia maupun di kawasan utara Kenya, kopi Robusta di Ivory Coast dan Republik Afrika Tengah. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan kopi mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya (Siswoputranto, 1992). Di Indonesia tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada periode antara tahun 1696-1699. Tanaman kopi mula-mula hanya bersifat cobacoba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
|3
menguntungkan sebagai komoditi perdagangan, maka VOC menyebarkan ke berbagai daerah agar penduduk menanamnya (Najiyati dan Danarti, 1997). Sejarah perkembangan kopi di Indonesia pernah mengalami goncangan yaitu pada tahun 1876 terjadi ledakan penyakit Hemelia vastatrix (HV) yang menyerang daun dan sangat membahayakan. Berbagai usaha mengatasi hal tersebut telah dilakukan, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Kemudian VOC mendatangkan Liberika dan Robusta yang diharapkan lebih tahan terhadap penyakit HV (Najiyati dan Danarti, 1997).
2.1.3
Karakteristik Biologi
1. Syarat Tumbuh
Iklim yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl, suhu : 15º C – 25 ºC, curah hujan : 1.750 – 3000 mm/thn, lamanya bulan kering 3 bulan (Asmacs, 2008). Syarat tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah : letaknya terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter, lahan bebas hama dan penyakit, mudah melakukan pengawasan, pH tanah : 5,5 – 6,5, top soil : minimal 2 %, struktur tanah : subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm (Asmacs, 2008). 2. Sistem Percabangan
Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda. 3. Sistem Perakaran
Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa. Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
|4
Tetapi, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah. 4. Bunga dan Buah
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi. Pada setiap ketiak daun menghasilkan 8 – 18 kuntum, setiap buku menghasilkan 16 – 36 kuntum bunga. Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan bergerombol. Waktu yang dibutuhkan untuk bunga hingga jadi buah matang 6 – 11 bulan.
2.2 Cara Budidaya 2.2.1
Pengolahan Tanah
a. Untuk tanah pegunungan/ miring buat teras. b. Kurangi/ tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga 1: 8 dari jumlah tanaman kopi c. Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan, lalu diamkan satu minggu dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan sebelum tanam 2.2.2
Penanaman
a. Jarak Tanam Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :
Segi empat
: 2,5 x 2,5 m
Pagar
: 1,5 x 1,5 m
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
|5
Pagar ganda
: 1,5 x 1,5 x 3 cm
b. Lobang Tanam
Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.
Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.
Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.
Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.
2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang.
Tanah urugan jangan dipadatkan.
c. Penanaman
2.2.3
Penanaman dilakukan pada musim hujan
Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.
Pemeliharaan
a. Penyiangan
Kegiatan
pemeliharaan
menyingkirkan
ataupun
mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan gulma yang terdapat disekitar tanaman kopi
Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi.
Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah
Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 kali setahun
Penyiangan bertujuan dalam memudahkan tindakan pemeliharaan seperti pemupukan, pemangkasan dan pemanenan
b. Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung 1) Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar
tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
|6
2) Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau
memanfaatkan tanaman pelindung yang ada. 3) Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap,
sengon, dll.
Pengaturan pohon pelindung 1. Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 kali tinggi pohon kopi 2. Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan. 3. Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.
c. Pemangkasan Kopi Pemangkasan tanaman kopi pada dasarnya ada dua sistem, yaitu pemangkasan batang tunggal (single stem) dan pemangkasan batang ganda (multiple stem). Perbedaan pokok pada sistem tersebut adalah pada banyaknya batang yang diperlihara dan cara penyediaan cabang-cabang buah baru.
Pangkasan Bentuk 1. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m 2. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas 3. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan
Pangkasan Produksi 1. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas. 2. Pembuangan
cabang
cacing
dan
cabang
balik
yang
tidak
menghasilkan buah. 3. Pembuangan cabang-cabang yang terserang hama penyakit. 4. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal musim hujan.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
|7
Pangkasan Rejupinasi (pemudaan) 1. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun menurun 2. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggio 40 – 50 cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal. 3. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk 4. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1-2 tunas yang pertumbuhannya baik dan lurus ke atas. 5. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya tinggi.
d. Penyulaman Penyulaman dilakukan untuk tanaman yang mati setelah 2-3 minggu tanama di lapangan. Kemudian di dangir disekitar tanaman dengan jarak 30cm sekeliling batang untuk pembersihan gulma (sekali setahun pada awal musim hujan). e. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran urea ,TSP, dan KCl) masing-masing ½ dari dosis urea 100 gr , TSP 50 gr dan KCl 50 gr, dan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 tahun.
2.2.4
Panen
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah masak. Tanda-tanda kematangan buah kopi yaitu: a. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. b. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe). c. Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen senyawa gula di dalam daging buah.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
|8
d. Buah kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis. Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula masih belum terbentuk maksimal. Sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara alami akibat proses respirasi tanaman kopi. Ada beberapa cara pemetikan diantaranya: 1) Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak. 2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak. 3) Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat pemetikan. 4) Secara racutan/ rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir. Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan petikan buah kopi dilakukan pada buah yang sudah masak dengan warna merah tua agar menghasilkan kopi yang berkualitas dan pada waktu panen atau saat pemetikan agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting yang rusak.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
|9
BAB III PEMBAHASAN
3.1
Studi Kasus
Berbagai media melaporkan bahwa 10 peti kemas berisi 200 ton biji kopi Indonesia ditolak oleh Badan Karantina Jepang disebabkan oleh karena biji kopinya mengandung isocarab dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan (silahkan lihat a.l. di situs http://m.bisnis.com/articles/kopi-ditolak jepang-pemerintah-janji-bina-petani-andindustri). Untuk membantu petani dan pemerintah, Kelompok Sdr ditugasi membuat strategi Pengendalian Terpadu perlindungan tanaman kopi.
3.2
Pembahasan Kasus :
Dalam mengamankan produk pangan termasuk kopi dari pencemaran bahan kimia, masing-masing negara menetapkan peraturan yang berbeda-beda. Tetapi pemerintah Jepang sejak bulan Juli 2006 telah menetapkan 200 jenis bahan kimia yang tidak boleh terkandung pada komoditi kopi melebihi ambang batas yang diizinkan yang dikenal sebagai uniform level sebesar 0,01 ppm. Ketentuan pemerintah Jepang ini dinilai paling ketat dibanding negara-negara lain. Apabila pada komoditi kopi kedapatan unsur aktif salah satu dari 200 jenis bahan kimia melebihi tingkat keseragaman yang diizinkan, maka kopi tersebut ditolak masuk ke Jepang dan harus dihancurkan atau diekspor kembali ke Negara pengirim. Asosiasi Kopi Jepang pernah menanyakan langkah-langkah apa yang dilakukan pemerintah dan eksportir kopi Indonesia untuk mencegah terulangnya kembali penolakan ekspor kopi ke Jepang. Bahkan pembeli kopi Jepang langsung melakukan penelitian ke lapangan terhadap penggunaan isocarab dan carbaryl, sehingga residu pestisida tersebut terkandung pada biji kopi. Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa petani menggunakan isocarab dan carbaryl
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 10
dimaksudkan untuk membunuh semut yang terdapat pada biji kopi pada saat dipanen. Sebelumnya Badan Karantina Jepang juga pernah menahan 2 peti kemas berisi 36 ton kopi arabika Mandhailing, karena mengandung unsur aktif pestisida cypermenthrin melebihi ambang batas yang diizinkan. Unsur aktif pestisida cypermenthrin yang terkandung dalam kopi arabika tersebut sebesar 0,30 ppm, sementara ambang batas yang diizinkan di Jepang adalah 0,05 ppm. Menghadapi masalah ketentuan residu kimia Ini, eksportir kopi Indonesia mengalami kesulitan, karena Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk kopi baru merumuskan aspek makro saja (unsur yang kasat mata berdasarkan kadar cacat). Sedangkan aspek mikro yang tidak kasat mata belum dirumuskan dalam SNI, dan memerlukan pemeriksaan laboratorium. Satu-satunya aspek mikro yang sering diminta pembeli dan sudah dapat dipenuhi oleh laboratorium di Indonesia adalah Sanitary and Phyto Sanitary (SPS). Sementara untuk aspek mikro lainnya, berupa unsur racun dan sisa bahan aktif pestisida belum banyak laboratorium yang mampu mendeteksinya. Oleh sebab itu, untuk mencegah kasus penolakan kopi Indonesia oleh Negara lain akibat adanya residu kimia yang melebihi ambang batas akibat penggunaan pestisida yang berlebihan terulang kembali. Maka, perlu adanya suatu tindakan preventif yang diberlakukan pada saat produksi kopi pada kegiatan budidaya dan pemeliharaan buah kopi di kebun. Yaitu dengan mengusahakan suatu pengendalian terhadap hama dan penyakit pada tanaman kopi secara terpadu yang lebih ramah lingkungan yang tidak hanya menggantungkan pada pengendalian dengan menggunakan cara kimiawi atau menggunakan pestisida saja. Untuk point selanjutnya akan dibahas mengenai tahapan penerapan pengendalian hama dan penyakit terpadu pada tanaman kopi guna mencegah terjadinya akumulasi residu kimia (zat aktif pestisida) pada biji kopi atau mengurangi penggunaan pestisida sebagai salah satu teknik pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kopi.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 11
Hama dan Penyakit Utama yang Menyerang Tanaman Kopi
Selama pertumbuhan tanaman kopi mengalami gangguan-gangguan secara biotik berupa gangguan hama, gangguan penyakit dan gangguan yang berasal dari gulma. Gangguan biotik sebaiknya dikendalikan apabila tingkat gangguannya telah melampaui ambang ekonomi. Hal ini untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
serta
mengurangi
terjadinya
pencemaran
lingkungan
sehingga
keseimbangan ekosistem lingkungan tetap terjaga. Berikut ini hama dan penyakit utama pada tanaman kopi : 3.3.1
Kutu Daun / Coccus viridis (Homoptera : Coccidae)
1. Gejala Serangan
Pertumbuhan daun terhambat kemudian layu, akhirnya tanaman mati. Kutu selain menyerang daun dan merusak pucuk, juga merusak daun yang masih muda. 2. Cara Hidup
Kutu berbentuk lonjong dan simetris berwarna coklat agak kehitamhitaman. Kutu betina meletakkan telur pada daun muda, rata-rata dapat di produksi ratusan butir telur dalam setiap daur hidupnya. Masa perkembangan biakan kutu pada musim kemarau. Kutu dapat hidup bersama dengan semut rang-rang. Tanaman inang lain yaitu tanaman teh, kina, randu, jambu, jeruk dan kamboja 3. Pengendalian
Secara mekanis, yaitu menghilangkan sarang semut rang-rang. Kutu daun dan semut rang-rang dapat hidup bersimbiosis sehingga dengan membersihkan sarang semut rang-rang yang juga tempat tinggal kutu daun maka kutu daun dapat ikut terbawa
Penambahan tanaman pelindung pada tanan kopi. agar kelembapan kebun menjadi agak tinggi
Penggunaan insektisida pada sarang-sarang semut rang-rang
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 12
Sumber: www.anakunhas.com (2011)
3.3.2
Bubuk
Buah
Kopi/
Stephanoderes
hampei
(Coleoptera:
Curculionidae)
1. Gejala Serangan
Buah kopi muda yang terserang menjadi kuning, mengalami pembusukan, akhirnya gugur. Sedangkan serangan pada buah kopi tua, dari luar buah kopi tampak tumbuh dengan baik (tidak ada perubahan warna dan buah tidak gugur), padahal di bagian dalamnya keropos. 2. Cara Hidup
Mula-mula bubuk dewasa menggerek bagian ujung buah pada satu keping biji kopi. Betina meletakkan telur dalam rongga pada keping biji yang di gerek. Produksi telur tiap betina rata-rata 15-56 butir. Setelah telur menetas, larva merusak keping biji, shingga kerusakan buah menjadi lebih berat. Larva dapat pindah dari satu buah ke buah yang lain.Akibatnya banyak buah yang nampak dari luar sangat baik, tetapi didalamnya kosong. Stadium telur 9-14 hari, stadium larva 19-25 hari, stadium pupa 515 hari. Daur hidup bubuk buah kopi kurang lebih 95-196 hari. 3. Pengendalian
Melakukan pembudidayaan tanaman dengan baik, sejak pengolahan tanah, pemilihan bibit, dan pengaturan pohon pelindung dengan aturan pemangkasannya
Secara
mekanis,
dengan
memetik
buah
yang
terserang
dan
mengumpulkan buah yang jatuh sebelum waktunya
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 13
Pemetikan massal pada buah bila terlihat serangan hebat dengan memetik buah yang tertinggal pada saat panen
Penggunaan insektisida
Sumber: www.anakunhas.com (2011)
3.3.3
Cacing Akar / Pratylenchus coffeae (Acarina: Tylenchida)
1. Gejala Serangan
Pada bagian akar yang diserang tampak berwarna coklat menjadi kehitam-hitaman kemudian akar mati. Kerusakan terjadi karena cairan sel akar serabut dan akar yang masih muda di isap cacing akar. Kalau beberapa akar mengalami gejala demikian, akibat serangan, meskipun tanaman masih hidup, tapi menderita. Hal tersebut tampak pada buah yang tidak normal, sedikit, dan kecil-kecil. 2. Cara Hidup
Cacing akar bersifat polifag, berukuran sangat kecil, yaitu jantan 0.42-0,61 mm, sedangakan betina 0,46-0,65 mm. Betina mampu meletakkan telur dalam jaringan akar. Selama 5 minggu , total telur yang diletakkan kurang lebih 60 butir. Bila
telur
menetas,
larva
menyerang
akar.
Serangan
hebat
mengakibatkan tanaman kopi mati. Periode telur 15-17 hari, sedang periode larva 15-16 hari. Tanaman inang lain nanas dan tanaman untuk pupuk hijau.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 14
3. Pengendalian
Tanah Menggunakan pemupukan yang berimbang
Sanitasi, yaitu pencabutan tanaman yang terkena gejala serangan cacing akar
Penggunaan nematisida
untuk pembibitan maupun tanah perkebunan di desinfeksi terlebih dahulu.
Sumber: www.anakunhas.com (2011)
3.3.4
Karat Daun / Hemileia vastatrix
Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix B. et. Br. Merupakan penyakit utama pada tanaman kopi arabika. 1. Gejala Serangan
Pada sisi bawah daun terdapat bercak bercak berwarna kuning muda kemudian berubah menjadi kuning tua. Pada bercak terdapat tepung berwarna jingga cerah yang terdiri atas jamur karat. Bercak yang tua berwarna coklat tua sampai hitam mengering, Daun yang terserang akan gugur, sehingga pohon menjadi gundul. 2. Daur Hidup
Jamur membentuk spora dalam jumlah banyak kemudian terjadi penetrasi kedalam jaringan daun. Infeksi terjadi melalui permukaan bawah daun.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 15
Perkecambahan spora memerlukan air. Lama waktu perkecambahan tergantung dari suhu. Pada suhu optimum 21-15°C diperlukan waktu 1-3 jam untuk berkecambah. Faktor yang berpengaruh :
Air berperan penting dalam penyebaran penyakit
Angin berperan dalam penyebaran spora
Umur daun menetukan kerentanan terhadap penyakit dan yang paling rentan adalah yang membuka penuh
Pohon atau cabang yang berbuah lebat leibh rentan.
3. Perkembangbiakan dan Penyebaran
Dalam pembiakan dan penyebarannya, H. Vastatrix menggunakan uredospora yang awalnya berbentuk bulat, kemudian berubah menjadi memanjang dan bentuknya mirip dengan juring buah jeruk. Uredospora yang telah masak berwarna jingga, pada sisi luarnya dibagian yang cembung mempunyai duri-duri. Penyebaran uredospora dari pohon ke pohon terjadi karena benturan bantuan percikan air menyebabkan uredospora sampai pada sisi bawah daun. Infeksi jamur terjadi lewat mulut-mulut daun yang terdapat pada sisi bawah daun. Dalam proses infeksinya uredospora mula-mula membentuk buluh kecambah, kemudian membentuk apresorium di depan mulut kulit, selanjutnya jamur mengadakan penetrasi kedalam jaringan jamur. Menurut Sri dan Sukamto (1998) Disamping bantuan air, beberapa agensia lain yang berpotensi membantu menyebarkan uredosspora adalah angin, spesies trips tertentu, burung dan manusia
Pada kopi robusta,
penyakit ini tidak menjadi masalah, sedangkan pada kopi arabika penyakit ini menjadi masalah utama. 4. Pengendalian
Menggunakan varietas kopi yang tahan
Menggunakan mokrobia yang bersifat berlawanan, yaitu bakteri Bacillus thuringienesis dan jamur Verticilium hemileiae
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 16
Sumber: www.anakunhas.com (2011)
3.3.5
Akar Cokelat ( Jamur Phellinus noxius )
1. Gejala Penyakit
Daun-daun tanaman yang sakit menguning, layu dan rontok. Jika akar tanaman sakit dibongkar, pada akar tunggangnya tertutup kerak yang terdiri atas butir-butir tanah yang melekat sangat kuat sehingga tidak dapat terlepas, walalupun sudah dicuci dan disikat. Diantara butir butir tanah tampak adanya jaringan jamur yang berwarna cokelat tua sampai cokelat kehitaman Kerak terjadi karena miselium yang membukus akar berlendir, sehingga butir-butir tanah terikat kuat. Akar yang sakit menjadi busuk kering dan lunak, mempunya garis-garis cokelat gambir yang terdiri atas miselium jamur. 2. Daur Hidup
Jamur menular ke tanaman sehat karena adanya kontak antara akar sehat dengan akar yang sakit. Jamur menular sangat lambat karena umumnya hanya terdapat pada akar tunggang. Dengan demikan akar tanaman yang sehat jarang berkontak dengan bagaian-bagian yang sakit Infeksi hampri selalu terjadi di tempat-tempat yang mempunyai sisa sisa tunggul pohon hutan. Pada tonggak yang terpendam dalam tanah, jamur mampu bertahan hidup sampai 14 Tahun.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 17
Tanaman inang lain : karet, teh, kakao, kelapa, kelapa sawit kina, kapuk, kapas, nangka, dadap, kapur, kapur barus, kluwih, almtoro, dan kayu manis 3. Pengendalian
dilakukan pembongkaran pada tanaman sakit, sisa-sisa akar diambil dan dibakar
Membuat saluran isolasi di tempat yang terinfeksi
Melakukan peremajaan, dengan membongkar tanaman yang sudah tua hingga tidak dijmupai tunggul pohon-pohon tua
3.3.6
Jamur Upas ( Jamur Upasia Salmonicolor)
1. Gejala Serangan
Infeksi terjadi pada percabagangan atau sisi bawah cabang dan ranting. Mula-mula jamur membentuk miselium tipis, mengkilat seperti sutera atau perak, disebut stadium rumah laba-laba, pada stadium tersebut belum masuk kedalam kulit. Pada bagian ranting yang tidak terlindung, stadium rumah laba-laba berkembang menjadi stadium bongkol kemudian membentuk banyak sporodakium berwarna merah, disebut stadium anamorf 2. Daur Hidup
Jamur upas membentuk basidiospora, berbentuk seperti buah peer, bersifat polifag.
Tanaman inang lain : karet, teh kakau, kina jeruk, mangga, nangka, jati, kelengkeng dan melinjo
3. Pengendalian
Sanitasi, yaitu : mengurangi kelembapan kebun, dengan memangkas pohon pelindung atau ranting-ranting kopi yang tidak produktif membersihkan sumber infeksi yang ada di sekitar, misalnya tanaman pupuk hijau yang sakit
Penggunaan fungisida, dengan cara melumasikan fungisida pada batang atau cabang besar yang terserang jamur
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 18
3.4
Penerapan Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Kopi
Terdapat empat prinsip penerapan pengendalian hama dan penyakit terpadu pada perkebunan kopi, yaitu: 1. Budidaya tanaman sehat 2. Pelestarian musuh alami 3. Pengamatan agroekosistem secara rutin, dan 4. Menjadikan petani sebagai ahli PHT dan manajer di kebunnya.
3.4.1
Kultur teknis/ Budidaya Tanaman Sehat
Komponen kultur teknis yang dapat diterapkan pada pertanaman kopi, antara lain
mencakup penyiangan, pemupukan, pemangkasan produksi dan
sanitasi bagian tanaman yang tidak produktif maupun pengaturan naungan, dan lain sebagainya. 1. Sanitasi Kebun
Pembuatan rorak agar lingkungan kebun makin terjaga. Pembangunan saluran pengairan, terutama pada kebun yang lokasinya berdekatan dengan sumber air, sehingga pada musim kemarau tanaman terhindar dari kekeringan; Memangkas semua cabang dan ranting yang tua/kering atau yang tidak produktif dan mengumpulkan sisa-sisa tanaman kemudian dijadikan bahan pembuatan pupuk organik (kompos) serta melakukan penyiangan gulma. Penyiangan bersih pada akhir musim hujan dengan pengolahan tanah ringan dapat mempertahankan lengas tanah lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan
tanaman
(Zaenudin,
1987).
Tanaman
yang
memperoleh cukup nutrisi dan tidak ada persaingan dengan gulma memiliki kemampuan berproduksi tinggi (Soehardjan, 1998). Pemangkasan wiwilan dan cabang primer selain supaya produksi tetap stabil, juga dapat mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman kopi (Hartobudoyo, 1975). 2. Kultur Teknis
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 19
a. Petik Bubuk Sanitasi dengan cara petik bubuk dan memungut buah-buah yang terserang ditanah dengan tujuan untuk memutus siklus hidup serangga hama dengan cara meniadakan makanannya. Memetik semua buah yang berlubang yang dilakukan 15-30 hari menjelang panen raya. Seluruh buah yang terserang dikumpulkan kemudian disiram dengan air panas untuk membunuh serangga. b. Rampasan Buah Pada akhir panen raya, semua buah kopi yang tersisa pada ranting dipetik. c. Lelesan Semua buah yang jatuh ke tanah dikumpulkan dan dijadikan bahan baku pembuatan pupuk (kompos). d. Pemupukan Memupuk tanaman dengan pupuk yang seimbang menggunakan jenis dan dosis sesuai anjuran untuk mempercepat pemulihan tanaman. Pemupukan berimbang yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan mengurangi intensitas serangan. Untuk mendapat pertumbuhan yang baik dan berproduksi tinggi, tanaman kopi arabika dianjurkan untuk dipupuk dua kali pada awal dan akhir musim hujan dengan pupuk kandang, urea, SP-36 dan KCl yang jumlahnya sesuai umur tanaman (Anonim, 1997). Penggunaan pupuk organik seperti kotoran kambing dan pupuk bokasi sebagai sumber hara sekaligus untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah e. Pengaturan Pohon Pelindung Memangkas pohon pelindung yang terlalu rimbun untuk memperbaiki temperatur dan kelembaban atau kondisi agroklimat. Pengaturan naungan melalui pemangkasan dilaksanakan sesuai musim, pada musim kemarau tidak dilakukan pemangkasan dan menjelang musim hujan dilakukan
pemangkasan,
secara
tidak
langsung
pemangkasan
akan
mengurangi sumber inokulum penyebab penyakit.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 20
3.4.2
Pelestarian Musuh Alami
Jamur Verticillium sp dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit bercak daun ( Hemiliea vastratrix) pada tanaman kopi. Beberapa laporan (a.l., Mawardi, 1996; Ginting & Mujim, 2005) menunjukkan bahwa
Verticillium
sering memarasiti H. vastatrix. Verticillium hidup dari uredospora dan uredium patogen (Mawardi, 1996; Ginting et al., 2002; Yun et al., 1991). Dengan demikian, Verticillium berpotensi untuk mengurangi potensi inokulum. Hal ini diharapkan mengurangi keterjadian penyakit (disease incidence) karena telah diketahui bahwa
kepadatan uredospora mempengaruhi keterjadian
penyakit
(Semangun, 2000). Dalam inokulum
patosistem
sekunder
penyakit
karat daun kopi, uredospora
sebagai
merupakan penyebab parahnya penyakit. Infeksi primer
biasanya kurang berpengaruh, namun akan menghasilkan inokulum sekunder berupa uredospora tersebut. Jika populasi antagonis Verticillium tinggi pada daun dan memarasiti uredia dan uredospora, (inkulum sekunder)
akan
menurun sehingga
maka kepadatan uredospora infeksi
sekunder juga
akan
menurun secara drastis (Agrios, 2005; Semangun, 2000). Dengan demikian, fungisida tidak akan perlu diaplikasikan untuk mengendalikan penyakit karat daun pada kopi. Pengendalian secara biologi dengan menggunaan agensia pengendali hayati cendawan entomopatogen Beauveria bassiana Vuill. (untuk hama Bubuk buah kopi), Aplikasi jamur Beauveria bassiana dilakukan pada saat buah masih muda. Kebutuhan untuk 1 Ha kebun kopi yaitu 2,5 kg media biakan jamur B. bassiana selama 3x aplikasi per musim panen. Penyemprotan dilakukan pada sore hari dengan arah semprotan dari bawah daun.
3.4.3
Pengamatan Agroekosistem secara Rutin
Pengamatan hama secara teratur merupakan inti penerapan konsep PHT. Hasil pengamatan selanjutnya menjadi dasar pengambilan keputusan dalam kegiatan usaha taninya.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 21
3.4.4
Petani Menjadi Ahli PHT dan Manajer di Kebunnya
Dalam menjalankan usaha tani, petani diharapkan mampu mengambil keputusan yang tepat dan benar dalam menerapkan PHT sehingga memberikan hasil yang optimal. Dengan berkelompok, petani dapat memusyawarahkan masalah hama dan penyakit yang ditemui dalam usaha tani kopi untuk mengambil tindakan pengendalian yang tepat.
Gambar 1. Diagram Alur Tahapan Penerapan PHT Kopi Rakyat
(Sumber: Santana dkk)
Alternatif lain untuk mengendalikan OPT adalah menggunakan pestisida nabati. Sebagai contoh hasil penelitian tahun 2003 menunjukkan bahwa larutan ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni, Meliaceae) 0,1 – 0,2 % efektif menekan penyakit karat daun (Yunianto, 2003). Dalam pengendalian hama dan penyakit terpadu penggunaan pestisida sintetis masih diperbolehkan jika pengendalian diatas tidak dapat menangani serangan OPT dilapangan. Namun, hal tersebut harus dilakukan secara bijaksana sesuai dengan ambang batas yang diizinkan. Misal pada pengendalian penyakit karat daun pengendalian secara kimia dilakukan setelah serangan karat daun mencapai ambang toleran 20% daun kopi terserang. Aplikasi dilakukan dengan penggunaan fungisida kontak atau sistemik.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 22
Pemakaian fungisida kontak disarankan tidak lebih dari dua kali setahun. Sedangkan fungisida kontak
digunakan dengan interval 2-3 minggu. Sampai
sekarang fungisida kontak yang berbahan aktif tembaga masih cukup efektif dan fungisida sistemik dengan bahan aktif Triademefon (Gama, 2011).
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 23
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Tanaman perkebunan kopi menjadi salah satu sumber devisa negara terutama kopi jenis Arabika. Perlu adanya peningkatan produktivitas baik secara kualitas ataupun kuantitasnya. Usaha yang perlu diperhatikan yaitu Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu. Karena ada kasus yang menyebutkan bahwa adanya penolakan biji kopi Indonesia diakibatkan terjadinya batas maksimal residu pestisida yang berbahan unsur aktif pestisida yaitu isocarab dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan. Pada dasarnya penggunaan pestisida mengacu pada pengendalian hama dan penyakit terpadu. Namun, sejauh ini masih sulit untuk menerapkan suatu sistem pengendalian tanpa melibatkan pengendalian secara kimiawi. Oleh karena itu, upaya perencanaan terpadu yang ramah lingkungan harus terus dikembangkan sehingga dapat meminimalisir penggunaan pestisida pada penanganan OPT pada tanaman kopi. Sehingga dampak dari penggunaan pestisida yang tidak terkontrol seperti penolakan produk kopi Indonesia di pasar Internasional tidak terulang kembali.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 24
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1991. Budidaya Tanaman Kopi. Aksi Agraris Kanisius, Kanisius. Yogyakarta. Anonimous, 2003.
Bercocok Tanam Kopi. Aksi Agraris Kanisius, Kanisius.
Yogyakarta. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008, Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Deni. Biologi Tanaman Kopi. http://dotten.multiply.com/journal/item/38 diakses pada tanggal 27 Oktober 2012 Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian. 2010. “EKSPOR KOPI KE JEPANG HA RUS LEBIH HATI-HATI OKKP-D
SIAPMEMFASILITASI”.http://pphp.deptan.go.id/mobile/?content=infor masi_mobile&id=1&sub=1&kat=0&fuse=1338.
Diakses
6
November
2012 Embriani. 2012. Penyakit Karat Daun Hemileia vastatrix pada Tanaman Kopi. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/proteksi/karat%20d aun.pdf . Diakses 28 Oktober 2012. Ginting, Cipta. 2008. “ Pengaruh Infestasi Vertzczllium Lecanii Terhadap Keparahan Penyakit Karat Daun Kopi pada Tanaman dan Keterjadian Koloninya
pada
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8208132137.pdf .
Daun”.
Diakses
28
Oktober 2012. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20868/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 27 Oktober 2012 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22512/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 27 Oktober 2012
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 25
Hulupi, R. 1999, Bahan Tanaman Kopi yang Sesuai untuk Kondisi Agroklimat di Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember. Vol 15 (I) 64 – 85
Manurung,V.U. 2008. Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypotenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi. Fakultas Pertanian USU. Medan diakses pada tanggal 27 Oktober 2012 Sarwono dkk. 2000. Pengendalian Penyakit Karat Daun Hemileia vastatrix B. et. Br pada Tanaman Kopi Arabika dengan Bubur Bordo Berdasarkan Ambang Kendali. Staf Peneliti BPTP Jawa Timur. Zuhri, Sepudin. 2012. Kopi Ditolak Jepang: Pemerintah Janji Bina Petani & Industri.
http://www.bisnis.com/articles/kopi-ditolak-jepang-pemerintah-
janji-bina-petani-and-industri. Diakses 28 Oktober 2012.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi
| 26