LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HAND, FOOT AND MOUTH DISEASE (HFMD)
1. Konsep Medis 1.1 Pengertian Hand, foot and mouth disease (HFMD) atau kaki, tangan dan mulut (KTM) adalah penyakit virus dengan tanda-tanda klinis yang jelas pada mulut dan lesi khusus pada ekstremitas bagian bawah. Penyebab paling sering adalah coxackievirus, bagian dari picornaviridae family (Jayakar, e-journal 2009) Hand, foot and mouth disease adalah exandemateus (penyakit virus dengan gejala ringan pada anak-anak dengan demam kontinue atau remiten yang berlangsung selama 3 hari) yang tidak teratur. Sering terjadi pada anak-anak atau pada dewasa yang disebabkan oleh virus coxackie A16. Pada beberapa kasus disebabkan oleh coxackie virus A15dan AIO dan yang lebih jarang lagi tipe A6, B2, dan enterovirus 71 (Yirdiz Batirbaygil, 1988) Hand, foot and mouth disease atau penyakit tangan, kaki dan mulut adalah penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain dengan ujud kelainan yang khas yaitu enanthem dan vesikel di mulut dan eksanthem dan vesikel di tangan dan kaki (Kow Tong Chen, dkk; 2008) Menurt Widodo Judarwanto (2009) Penyakit KTM (kaki, tangan dan mulut) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam familli Picorna Viridae (Pico= kecil) genus enterovirus (Non Polio). Penyakit yang dapat disebabkan oleh kelompok virus ini diantaranya: -
Vesicular stomatitisdengan exanthem (KTM): Cox-16, EV 71
-
Vesicular pharyngitis (Herpangina)- EV 70
-
Acute lymphonodular pharyngitis- Cox A-10
1.2 Epidemiologi dan penularan penyakit Menurut Widodo Judarwanto (2009) epidemiologi penyakit KTM adalah sebagai berikut: 1) Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi pada musim panas. KTM adalah penyakit yang umum atau biasa dan sering terjadi pada masyarakat
1
yang crowded atau padat dengan higiene, sanitasi yang burukdan menyerang anak-anak usia 2 minggu-5 tahun (kadang samapai 10 tahun). Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Selama terjadi peningkatan infeksi EV 71 dalam jumlah yang banyak, seseorang akan mengalami penurunan anti bodi. 2) Penularannya bisa terjadi secara horisontal transmision yaitu dari anak ke anak atau pun dari ibu ke fetus (Jayakar, e-journal: 2009). Penyebarannya dapat melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet aerosol, pilek, air liur (saliva), tinja, vesikel, atau ekskreta. Sedangkan penularan secara tidak langsung melalui barang handuk, baju, peralatan makan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi tersebut.Penyakit ini tidak meiliki vektor namun ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoak. 3) Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain atau enterovirus lainnya. Menurut Kow-Ton-Cen, pada saat terserang oleh EV71 dalam jumlah yang banyak seseorang akan mengalami penurunan antibodi. 4) Masa inkubasi penyakit ini termasuk pendek yaitu antara 2-5 hari atau 2-6 hari. Gejala sistemik muncul dalam 24-48 jam, lesi tersebar pada kulit dan mukosa oral. Exandem akan muncul dengan makula, kemudian berubah menjadi papula dan vesikulalesi ini tersebar dalam 10-14 hari (Yirdiz Batirbaygil, 1988). 1.3 Penyebab HFMD/KTM disebabkan oleh beberapa virus yang berbeda yang sebelumnya termasuk dalam enterovirus (Health and Human services agensy). Yang paling sering adalah Coxackie Virus 16 dan kadang-kadang enterovirus 71atau enterovirus yang lain.Yang termasuk didalam entero virus adalah rhinovirus, Cardiovirus, Aphtoviru. Di dalam jenis aphtovirus. (Widodo Judarwanto; 2009). 1.4 Patofisiologi Penyebaran virus terjadi melalui kontak dengan cairan oral atau nasal, materi fekal maupun droplet
aerosol (fekal-oral atau oral-oral rute). Virus
implantasi ke mukosa bucal oral (pipi bagian dalam) dan tengorokan dan
2
bereplikasi di daerah tersebut kemudian
menyebar ke usus (ileum) dan
bereplikasi di usus, dari usus virus invasi ke darah dan kelenjar getah bening dalam 24 jam menuju organ target. Terjadi viremia dan menyebar ke mukosa mulut, dan seluruh tubuh termasuk tangan dan kaki. Pada hari ke 7 setelah terinfeksi virus, tubuh membentuk antibodi meningkat dan virus tereliminasivirus dikeluarkan melalui feses (Jayakar, E-jurnal: 2009; JabatanKesehatan Negeri Serawak: 2006). Enterovirus 71 merupakan virus yang menyerang neuropati. Batang otak merupakan organ target untuk diinfeksi oleh virus ini. Tandanya sama dengan akut flaxid paralisis walaupun tidak menyerang percabangan neuron motorik tetapi melalui mekanisme neuropatological. Kemungkinan ada 2 rute yaitu virus masuk melalui central nervus sistem (CNS) dan melalui perpindahan dari darah ke blood brain barier (BBB) atau ditransmisikan dari CNS menuju ke syaraf perifer melalui axon. Edema paru dapat terjadi pada anak-anak yang terserang enterovirus 71 terjadi brainstem ensephalitis, dimana akan diaktifkan sitokin abnormal sebagai respon terhadap inflamasi. Sitokin yang abnormal ini akan menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah seperti yang terjadi pada akut inflamatori distress sindrom (ARDS) (Kow-Tong Cen, dkk, 2008). 1.5 Manifestasi klinis Menurut CaliforniaHealth and Human Services Agensy dan Jayakar, Ejournal: (2009), tanda dari HFMD akan muncul dalam waktu 12-36 jam, yaitu sebagai berikut: 1) Diawali dengan demam dengan suhu 38,30C dengan durasi 2-3 hari 2) Exathem (erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi pada mukosa oral) 3) Nyeri telan atau pharingitis 4) Kehilangan nafsu makan 5) Pilek dan gejala seperti flu 6) Malaise. 7) Muncul bintik-bintik merah kecil didalam mulut Gambar 1. Lokasi lesi dan pipi bagian dalam, gusi dan lidah. Bintik merah disertai lepuhan atau luka/lesi.
3
8) Papulo vesikel tampak kemerahan dan tidak gatal pada kulit dapat terjadi di tangan, kaki dan bokong kadang-kadang terjadi di lengan dan betis. Papulo vesikel yang tidak gatal ditangan kanan dan kaki. Penyakit ini akan membaik dalam 7-10 hari. Ciri-ciri lesi pada tangan dan kaki (Yirdiz Batirbaygil, 1988): 1) Bentuknya seperti macula berukuran 3-10mm, yang mana akan berubah dengan cepat menjadi vesikula. 2) Tanda ini lebih nampak pada falang distal di jari-jari dan ulna dan akan timbul nyeri. 3) Pada kaki timbul pada pinggir kaki lateral. Menurut dr. Widodo Judarwanto (2009) Gejala dan tanda bahaya sebagai berikut:
Hiperpireksiasuhu lebih dasri 390C.
Demam tidak turun-turun (prolong fever).
Tachicardia (jantung berdenyut cepat).
Tachipnea atau apnea.
Tidak ingin makan, muntah atau diare sehingga kekurangan cairan atau dehidrasi.
Lethargi atau lemah dan kesadaran menurun.
Nyeri pada leher, lengan dan kaki.
Kejang.
1.6 Pemeriksaan Diagnostik 1) Pemeriksaan Laboratorium a.
Darah Lengkap Pada
pemeriksaan
darah
lengkap,
ditemukan
peningkatan
jumlah
Leukosit>10.000 u/L b.
Pemeriksaan PCR (polimerase chain reaction) ditemukan ada peningkatan
c.
Pemeriksaan feses, usapan rektal, cairan serebrospinal dan usapan ulcus di mulut atau tenggorokkan, vesikel di kulit atau biopsi otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk deteksi virus, deteksi RNA dan serodiagnosis (Travira air, 2009).
4
2) Pemeriksaan Radiologi MRI (Magnetic resonance Imaging): untuk mengetahui adanya barinstem ensephalitis (Kow-Tong chen, dkk, 2008). 1.7 Penatalaksanaan Menurut Judarwanto Widodo (2009) ada 2 penatalaksanaan bagi penderita HFMD yaitu: 1) Farmakologi a.
Tidak ada pengobatan khusus dan spesifik. Belum ada vaksinasi yang tersedia.
b.
Pengobatannya secara simptomatik. Antiseptik diberikan di daerah mulut. Pemberian obat demam dengan penghilang rasa sakit analgesik misalnya paracetamol. Pemberian anti biotik untuk mencegah terhadap infeksi sekunder pada anak kecil, dehidrasi merupakan masalah utama karena anak tidak dapat menyusui. Pemberian anastesi topikal untuk mengurangi nyeri pada ulkus dan mengatasi athralgia (Batir baygil, 1988).
c.
Pada penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah atau neonatus dapat diberikan imuniglobulin IV (IgIV) pada pasien dengan immunocompromis atau neonatus.
2) Suportif a. Istirahat yang cukup. b. Pemberian cairan yang cukup untuk rehidrasi dan meningkatkan nutrisi yang optimal. c. Menurut Travira Air (2009) Bila ada muntah, diare, atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain akan perlu dirawat. Pada bayi dan anak yang lebih mudah sebaiknya dirujuk ke rumah sakit.
5
1.8 Komplikasi (Travira air, 2009) Dalam
keadaan
daya
tahan
tubuh
yang
sangat
rendah
atau
immunocompromise dapat terjadi komplikasi yang berbahaya dan mengancam jiwa. Namun hal ini sangat jarang terjadi, diantaranya komplikasi yang dapat terajdi adalah: -
Meningitis atau infeksi otak (aseptik meningitis, meningitis serosa,/ non bakterial).
-
Encephalitis
-
Myocarditis, ganguan jantung (Coxackie virus carditis) atau pericarditis
-
Paralisis akut flaxid (seperti penyakit polio)
1.9 Pencegahan dan Pengendalian penyakit (Judarwanto Widodo, 2009) 1) Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat yang memiliki sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit ini adalah dengan menjaga kebersihan (higiene dan sanitasi) lingkungan perorangan seperti mencuci tangan, peralatan makan yang tidak dicuci dangan baik, handuk dan pakaian yang telah terkontaminasi dan digunakan secara bersamaan. 2) Perlu menggunakan universal precaution.
6
2.
Konsep Keperawatan
1) Pengkajian (1) Biodata a. Usia: HFMD menyerang anak usia 2-5 tahun kadang sampai usia 10 tahun, orang dewasa pun dapat mengalaminya namun kemungkinannya sangat kecil (Judarwanto widodo, 2009). b. Jenis kelamin: tidak ada perbedaa antara laki-laki dan perempuan c. Lingkungan: penyakit ini sering terjadi pada musim panas dan pada masyarakat yang padat penduduknya dengan sanitasi lingkungan hyang buruk (2) Riwayat Penyakit Sekarang Demam dengan suhu 38,00Catau > 390C, nyeri telan (Pharingitis), nafsu makan menurun, pilek atau flu, malaise, terdapat lesi di telapak tangan, kaki, bibir, lidah, gusi, dan tenggorokkan seperti sariawan, takikardi, tachipnea atau apnea, dehidrasi, letargie, kejang, muntah, diare (Jayakar, e- Jurnal, 2009; Widodo Judarwanto, 2009). (3) Riwayat penyakit dahulu Dahulu ibu pernah mengalami HFMD saat hamil atau anak pernah mengalami HFMD dapat terkena lagi dengan enterovirus lainnya. (4) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi Status gizi anak yang terserang HFMD sangat bervariasi. Kebanyakan dari kasus yang ada/ ditemukan akan terjdi penurunan gizi dan terjadi perubahan status gizi dikarenakan adanya lesi di mulutnya dan tenggorokkan yang menyebabkan anak menjadi malas makan (Batir baygil, 1988) b. Pola pemenuhan kebutuhan higiene perseorangan Perilaku yang berhubungan dengan keberasihan diri seperti mencuci tangan setiap kali melakukan kegiatan atau bermain. Frekuensi mandi, penggunaan handuk dan pakaian, alat makan, pakaian dan mainan (Travira Air, 2009)
7
c. Pola pemenuhan kebutuhan eliminasi Dalam keadaan yang berat anak dapat mengalami dehidrasi dan diare (Widodo Judarwanto, 2009) hal ini akan menyebabkan gangguan pada sistem Eliminasi urinedan sistem eliminasi alvi anak dapat mengalami diare d. Pola pemenuhan kebutuhan aktivitas istirahat Anak usia toodler merupakan masa bermain. Saat sakit aktivitas bermain dibatasi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, selan itu anak mengalmai peningkatan suhu tubauh, anak menjadi gelisah, rewel, malaise dan lethargi akibatnya anak cenderung gelisah sehingga kebutuhan tidur tidak terpenuhi (Three Rivers 2009). (5) Fase tumbuh kembang anak disesuaikan dengan usia anak, contoh anak usia 3 tahun (Wong, 2008) 1. Tahap psikoseksual (Freud): dalam fase anal-uretral a. Aktivitas daerah anal (mengeluarkan tinja) menjadi sumber kepuasan libido yang penting. b. Mulai menunjukkan keakuannya. c. Sikapnya egoistik. d. Mulai belajar kenal dengan tubuhnya sendiri. e. Tugas utama: latihan kebersihan (toilet training). f. Sisa konflik menimbulkan kepribadian: anal retentive (menyimpan atau menahan) dan anal eksklusive (bersuka ria) 2.
Tahap psikososial (Erikson): Autonomi vs malu dan ragu-ragu a. Perkembangan keterampilan motorik dan bahasa (dipelajari dari lingkungan dan keuntungan yangdiperoleh dari kemampuannya untuk mandiri). b. Over protective, menuntut harapan yang terlalu tinggi menyebabkan anak akan merasa malu-malu dan ragu-ragu.
3.
Motorik kasar a. Naik turun tangga sendiri dengan dua kaki pada setiap langkah. b. Berlari dengan seimbang dengan langkah lebar Menangkap obyek tanpa jatuh
8
Menendang bola tanpa gangguan keseimbangan 4.
Motorik halus 1. Membangun menara dengan enam sampai tujuh kotak. 2. Menyusun dua atau lebih kotak menyerupai kereta. 3. Membalik halaman buku satu sekali waktu. 4. Dapat mencoret-coret pencil pada kertas
5.
Sosialisasi a. Tahap permainan paralel b. Mempunyai lapang perhatian berlanjut c. Mendorong orang untuk menunjukkan sesuatu pada mereka d. Berpakaian sendiri dengan pakaian sendiri e. Mempunyai cara sendiri untuk melakukan sesuatu
(6) Pemeriksaan fisik Keadaan umum anak tampak sakit ringan sampai sedang, namun dalam keadaan dapat juga tampak sakit berat. Anak tampaklemah, rewel, merah di tangan kaki dan lesi di mulut dan tenggorokkan 1.
Tanda-tanda vital: suhu tinggi 38,00C atau bisa> 390C, nadi tachikardi, pernapasan terkadang normal, namun dalam keadaan gawat dapat terjadi Tachipnea atau apnea, TD dapat normal dapat juga meningkat
2.
Kepala: bentuk kepala normal,tidak ada nyeri tekan, pertumbuhan rambut merata
3.
Mata: sklera putih, konjungtiva merah (ini terjadi pada anak yang demam tinggi), pada palpasikelenjar lakrimalis diperiksa adanya nyeri tekan/ tidak.
4.
Hidung: inspeksi adanya sekret dan pernapasan cuping hidung
5.
Mulut: terdapat
macula, papula dan vesikel. Vesikel yang telah pecah
menyebabkan stomatitis. Tampak kemerahan pada pangkal lidah dan uvula 6.
Leher: bentuk leher simetris, tidak ada bnejolan, tidak ada nyeri tekan
7.
Dada: bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat suara nafas tambahan/ ada suara nafas tambahan jika anak pilek berkepanjangan;Dapat terjadi pernapasan cepat dan dalam jika anak mengalami edema paru
9
8.
Perut: inspeksi normal ( tidak tegang, tidak icterus, tidak adanya pelebaran pembuluh darah abdomen), BU normal 5-35x/menit atau meningkat bisa juga menurun, pada palpasi tidak ada pembesaran hepar. Perkusi timpani.
9.
Anggota gerak atas dan bawah Inspeksi ada merah-merah di telapak tangan dan kaki, saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan . Lesi di telapak tangan dan kaki mulai dari bentuk macula sampai vesikula. Pada keadaan berat lesi bisa sampai pada tungkai kaki.
10. Integumen: terdapat merah-merah di tangan dan kaki, bisa juga di lengan dan betis dan di bokong 11. Genitalia: tidak mengalami kelainan/normal. 2) Diagnosa keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum 3) Hipertermi berhubungan dengan viremia 4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam 5) Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada mukosa oral 6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis. 7) Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus 8) Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orangtua tentang penyakit anak 9) Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual akibat hospitalisasi, tindakan traumatik 10) Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD (penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi
10
Intervensi keperawatan 1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum Tujuan: jalan napas anak kembali efektif selama diberikan perawatan dengan kriteria hasil: a. RR dalam batas normal (usia 3-4 tahun RR 20-30x/menit) b. Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi c. Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi d. Produksi sputum berkurang e. Batuk efektif
Intervensi: 1) Jelaskan pada orangtua penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan tindakan yang akan dilakukan seperti memberikan nebulazer, suction atau fisioterapi nafas R/ jalan napas anak tidak efektif disebabkan oleh stasis atau penumpukan sekret di jalan napas tersebut sehingga menghambat aliran udara yang masuk ke paru. Selain itu penjelasan dapat menigkatkan pengetahuan orang tua sehingga kooperatif dalam tindakan yang akan dilakukan 2) Anjurkan orang tua untuk memberi minum susu hangat atau air hangat R/ uap panas yang diperoleh dari air hangat atau susu hangat dapat membantu mengencerkan secret 3) Lakukan kolaborasi nebulizer dengan terapi mukolitik dan bronkodilator. R/ mukolitik membantu mengencerkan sekret dan bronkodilator dapat melebarkan bronkus/jalan nafas. 4) Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru dan membawanya ke saluran nafas yang lebih besar. 5) Lakukan penghisapan/suction R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu batuk efektif. 6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antivirus atau agen mukolitik atau broncodilator
11
R/ antivirus membantu menghambat replikasi virus di jalan napas. 7) Observasi RR, suara nafas tambahan dan karakteristik sputum. R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan sehingga perlu dilakukan tindakan.
2. Hipertermi berhubungan dengan viremia Tujuan: suhu tubuh anak normal setelah diberikan dengan kriteria hasil : a. Pasien panasnya turun (36,5-37,5oC) b. Kulit tidak tampak kemerahan c. Akral hangat d. Nadi normal (70-110x/menit) Intervensi: 1) Jelaskan kepada orang tua penyebab demam dan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi demam. R/ penyebab demam adalah proses infeksi dimana ada reaksi perlawanan pertahanan tubuh terhadap virus yang masuk sehingga memicu terjadinya peningkatan suhu tubuh selain itu pengetahuan yang cukup dapat membantu orang tua lebih kooperatif dalam tindakan yang dilakukan. 2) Berikan kompres dengan menggunakan air hangat R/ kompres air hangat membantu melebarkan pembuluh darah sehingga meningkatkan pengeluaran panas melalui evaporasi 3) Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat. R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi. 4) Anjurkan orang tua untuk menggunakan kipas angin atau meningkatkan suhu AC R/ membantu pengeluaran panas secra konveksi 5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antivirus dan antipiretik (1015mg/kgBB) R/ antipiretik membantu menghambat pembentukan atau produksi panas yang berlebihan sedangkan antivirus dapat menghambat reprilasi virus dalam tubuh 6) Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 – 37,5oC, akral hangat, badan tidak panas
12
R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan dan membantu menentukan terapi selanjutnya. 3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam Tujuan: Anak tidak mengalami kekurangan cairan setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: a. Mukosa bibir lembab b. Mata tidak cowong c. Turgor kulit elastis d. Produksi urine 1-2 cc/kg BB/jam e. Nadi 70-110x/mnt f. Fontanela anterior tidak cekung ( pada bayi fonanela mayor masih belum menutup) Intervensi: 1) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan oral yang adekuat bagi anak. R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat demam. 2) Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan air atau susu. R/ASI penting untuk mencegah kekurangan cairan,sebagai sumber nutrisi dan sebagai antibodi untuk mencegah infeksi lanjut. 3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan untuk dehidrasi. R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi keseimbangan cairan. Kebutuhan cairan dihitung denga menggunakan rumus holiday segar 10 kg I =100cc/kg BB, 10 kg II = 50 cc/kg/BB dan sisanya 20cc/ kg BB. Jumlah ditotal merupakan kebutuhan cairan dalam 24 jam. 4) Observasi intake dan output mukosa, turgor kulit, fontanela, nadi, mata tidak cowong. R/ untuk mengetahui status hidrasi anak dan menentukan kebutuhan penambahan cairan dan kemungkinan terjadinya syok.
13
4.
Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada mukosa oral Tujuan: Anak mengungkapkan nyeri pada mulut berkurang setelah diberikan perawatan dengan kriteria hasil: Keluhan nyeri berkurang saat memmbuka mulut, saat mengunyah dan menelan
Intervensi 1) Jelaskan penyebab nyeri pada mukosa mulut dan tenggorokan anak dan tindakan yang akan dilakukan untuk membantu mengurangi nyeri R/ adanya invasi virus ke mukosa oral, yang mana akan membentuk vesikel atau lepuhan pada mulut, saat lepuhan ini pecah akan menyebabkan stomatitis atau sariawan yang mengakibatkan adanya rasa nyeri 2) Anjurkan orang tua untuk memberikan mainan yang disukai anak. R/ Distraksi dengan mengalihkan perhatian pasien dari rasa sakit, misalnya dengan menonton tv, membaca buku kesukaannya 3) Anjurkan orang tua untuk menjaga agar mukosa mulut anak tetap lembab dengan cara berkumur atau mengolesi air putih pada mukosa bibir atau oral R/ Mukosa bibir yang lembab membantu menghambat terkupasnya mukosa bibir 4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic topikal dan antivirus per oral R/ Obat analgesic membantu mengahmbat transmisi nyeri sehingga nyeri yang dirasakan anak berkurang. Selain itu antivirus yang diberikan peroeal membantu menghambat replikasi virus pada mukosa oral 5) Observasi keluhan nyeri pasien. R/ Keluhan dapat membantu menentukan terapi selanjutnya 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis Tujuan: Anak menunjukkan perbaikan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: a. BB dalam batas normal: Menurut Behrman: - Pada usia < 1 tahun rumus usia (bulan)+ 9
14
2 -
Pada usia > 1 tahun rumus usia (tahun)x2+8
b. Hasil lab normal : Hb 11.5-16.5 g/dL, Albumin 3.5-5.0 g/dL. c. Pasien dapat menghabiskan porsi makan yang telah disediakan Intervensi 1) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan pada orang tua pasien. R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga dan protein untuk proses penyembuhan. 2) Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan dengan makanan yang disukai anak. R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi. Makanan yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan. 3) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan antijamur. R/ Mengurangi nyeri stomatitis dan perkembangan stomatitis. 4) Observasi BB dengan alat ukur yang sama, jumlah makanan yang dihabiskan serta keluhan pasien . R/ Peningkatan berat badan menandakan indikator keberhasilan tindakan.
6. Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus Tujuan anak menunjukan penyembuhan jaringan progresif setelah dilakukan tindakan keperawatan denga kriteria hasil: a. Pasien mengungkapkan tubuh tidak gatal b. Tidak ada lecet c. Eritema berkurang Intervensi: 1) Jelaskan kepada anak dan keluarga tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah. R/ Pengetahuan yang cukup membantu meningkatkan pengetahuan sehingga keluarga lebih kooperatif saat dilakukan tindakan. 2) Anjurkan orang tua untuk menjaga kebersihan area kulit yang mengalami erupsi, dan membersihkan area tersebut dengan sabun
15
R/ Kebersihan mambantu menjaga luka tetap bersih dan mencegah kontaminasi. 3) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat secara topikal. R/ membantu mengurangi bakteri atau kuman yang menginvasi. 4) Observasi keadaan kulit dan keluhan pasien. R/ Untuk mengetahui perkembangan luka dan menentukan terapi selanjutnya.
7.
Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orangtua tentang penyakit anak . Tujuan : Ansietas pada orangtua berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: wajah orang tua tampak rileks, orang tua dan anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan perawatan, anak tidak menangis ketika didekati perawat.
Intervensi: 1) Jelaskan kepada orangtua tentang penyebab HFMD. R/ penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain dengan ujud kelainan yang khas yaitu enanthem (erupsi pada kulit) dan vesikel di mulut dan eksanthem (erupsi pada mukosa oral) dan vesikel di tangan dan kaki. 2) Jelaskan kepada orang tua mengenai kondisi anaknya R/ meningkatkan pengetahuan orang tua dan orang tua menjadi kooperatif dalam tindakan yang dilakukan 3) Libatkan orang tua dalam proses perawatan anak R/ keterlibatan dalam proses perawatan membantu orang tua memahami peerkembangan kesehatan anak 4) Fasilitasi orang tua untuk bertemu dengan dokter yang merawat R/ membantu memberikan dukungan kepada orang tua dan membantu mengurangi kecemasan orang tua 5) Observasi tingkat kecemasan orangtua meliputi ekspresi dan tingkah laku orang tua. R/ Mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
16
8.
Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual akibat hospitalisasi, tindakan traumatik . Tujuan : Ansietas pada anak berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: a. Wajah anak tampak rileks b. Anak tidak menangis saat didatangi petugas c. Anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan perawatan
Intervensi : 1) Bina hubungan saling percaya dengan anak. R/ meningkatkan rasa nyaman pada anak. 2) Berikan dukungan kepada anak dengan mengajak anak kenalan R/ Dukungan dapat menurunkan kecemasan. 3) Anjurkan orangtua untuk membawakan mainan kesukaan anak. R/ Membawakan mainan kesukaan anak membantu anak untuk mengalihkan ketakutan anak ke mainan. 4) Ciptakan lingkungan yang kondusif. a. Kenalkan dengan teman sekamar b. Orientasikan lingkungan kamar c. Kenalkan dengan petugas R/ menurunkan ansietas anak dan anak tidak merasa asing dengan lingkungan. 5) Libatkan orangtua dalam pelaksanaan tindakan keperawatan R/ keikutsertaan orangtua dalam memonitor anak, dapat mengurangi kecemasan anak berhubungan tindakan keperawatan yang diberikan. 6) Observasi tingkat kecemasan anak. R/ mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
9. Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD (penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi
17
Tujuan: Pasien atau keluarga mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit (penularan, penanganan dan pencegahan) setelah dilakukan tindakan dengan kriteria hasil: a. Pasien atau keluarga mampu menjelaskan cara penularan, penanganan awal dan pencegahan HFMD. b. Pasien atau keluarga dapat melaksanakan tindakan penanganan dan pencegahan selanjutnya dengan menyebut contoh konkritnya. Intervensi : 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakitnya. R/mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya. 2) Berikan penjelasan pada pasien /keluarga tentang penyakitnya (penularan dan penanganan). R/ penularan HFMD dapat melalui kontak langsung dengan pasien yang menderita HFMD maupun melalui kontak tidak lansung seperti penggunaan barang-barang pribadi seperti pakaian, handuk, maunan, peralatan makan atau minum dll. 3) Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan. R/ lingkungan rumah yang bersih membantu mencegah penularan virus. 4) Observasi pemahaman tentang materi penulayang diberikan. R/ keluarga mampu menjelaskan kembali materi yang diberikan, menunjukkan pemahaman tentang penyakit.
18
DAFTAR PUSTAKA
Travira Air & Safety Dept. Health, Safety, Environtment information FLU SINGAPURA. 4 Januari 2009. http://xa.yimg.com/kq/groups/21873903/207936553/name/Flu+Singapura,.p df Diakses senin, 30 April 2012, pukul 00.30 WIB
Jabatan Kesehatan Negeri Serawak. 2006. http://jknsarawak.moh.gov.my/en/uploads/Poster%20%28English%29.pdf Diakses Selasa, 1 Mei 2012 Pukul 07.00 WIB
e-Journal of the Indian Society of Teledermatology, 2009;Vol 3, No.4 e-Jurnal Masyarakat India Teledermatology, 2009; Vol 3, No.4. Prof. Jayakar Thomas, MD., DD., MNAMS., PhD., FAAD.,Prof Jayakar Thomas, MD, DD.., MNAMS., PhD., Faad., http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.i nsted.in/ejournal/review34.pdf. Akses jam 19.42 2 mei 2012
Dr. Widodo Judarwanto.SP.A. Kesehatan Anda dan Keluarga. Sent. April, 2009. http://xa.yimg.com/kq/groups/15673815/389249912/name/18+QHSE+Tips+_ Flu+singapura_.pdf diakses selasa 1 Mei 2012
Carpenito, Lynda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Alih bahasa: Monica Ester. 2006. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa: Monica Ester. 2004. Edisi 4. Jakarta: EGC
19