BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Letak lintang adalah suatu keadaaan dimana janin melintang (sumbu
panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu) di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada
pada sisi yanglain. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip,
hasilnya adalah letak lintang oblik. Letak lintang oblik biasanya hanya
terjadi sementara karena kemudian akan berubah menjadi posisi
longitudinal atau letak lintang saat persalinan. Di Inggris letak lintang
oblik dinyatakan sebagai letak lintang yang tidak stabil. Kelainan letak
pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam
persalinan (distosia). (Wiknjosastro, 2007)
Letak lintang terjadi pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3 %)
baik diMayo Clinic maupun di University of Iowa Hospital, USA. Di
ParklanndHospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin tunggal
yang lahir selamalebih dari 4 tahun. (Cunningham, 2006)
Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian
letak lintang, antara lain: RSU dr. Pirngadi Medan 0,6%; RS Hasan Sadikin
Bandung1,9%; RSUP dr. Cipto Mangunkuskumo selama 5 tahun 0,1%;
sedangkanGreenhill menyebut 0,3% dan Holland 0,5-0,6%. Insiden pada
wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinanan 10 kali lebih besar
dari nullipara. (Wiknjosastro, 2007)
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal,
sebaiknya diatasi dengan memberikan health education yang tepat sesuai
umur kehamilan dan berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan untuk
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar oleh. Persalinan
letak lintang memberikan prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun
janinnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin
pada letak lintang disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep
dan ruptur uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta
trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin, Berdasarkan uraian
di atas maka penulis perlu menguraikan permasalahan dan penatalaksanaan
pada kehamilan dengan janin letak lintang.
1. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan
patologis pada ibu hamil dengan janin letak lintang dengan
menerapkan manajemen kebidanan sesuai dengan kompetensi bidan
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa Pendidikan Bidan semester VII mampu :
1. Melakukan pengkajian/ pengumpulan data pada ibu hamil dengan
janin letak lintang (subyektif dan obyektif).
2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada ibu hamil
dengan janin letak lintang
3. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada ibu hamil
dengan janin letak lintang
4. Melakukan tindakan segera pada ibu hamil dengan janin letak
lintang
5. Merencanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan janin letak
lintang
6. Meimplementasi atau melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada
ibu hamil dengan janin letak lintang
7. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan janin letak
lintang
2. Manfaat
1. Bagi penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama
pendidikan.
2. Bagi Bidan
1. Sebagai bahan masukan daam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dalam hal memberikan perawatan
2. Sebagai bahan untuk meningkatkan manajemen asuhan kebidanan pada
ibu hamil dengan janin letak lintang
3. Bagi Puskesmas
Sebagai dorongan untuk menambah kualitas tenaga kesehatan khususnya
Bidan daam menciptakan SDM yang berkualitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Teori
2.1.1 Pengertian
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong
berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih
tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul. (Martohoesodo, 1999)
Letak lintang dalam kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin
melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu
sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada
sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin, sedangkan bahu berada
pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan
(dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior) atau di bawah
(dorsoinferior).
2.1.2 Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari
berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu
misteri. Faktor – faktor tersebut adalah :
1. Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus,
anensefalus, plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.
2. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil,
atau sudah mati.
3. Gemelli (kehamilan ganda)
4. Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum
5. Lumbar skoliosis
6. Monster
7. Kandung kemih serta rektum yang penuh.
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas
disertai dinding uterus dan perut yang lembek.
(Mochtar, 1998)
2.1.3 Diagnosis
1. Inspeksi : Perut membuncit ke samping
2. Palpasi
Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu
sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
3. Auskultasi : Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
4. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba
tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan
cara bersalaman.
Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri.
Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada
dengan klavikula.
Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan
ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat
pecah.
(Mochtar, 1998)
2.1.4 Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala,
tetapi kelainan – kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti
misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih
tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kematian ibu dan janin pada letak lintang,
disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura
uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma
akibat versi ekstraksi untuk mengeluarkan janin.
Prognosis pada kehamilan letak lintang sangat dipengaruhi oleh
riwayat pemeriksaan kehamilan, kecepatan penegakkan diagnosa dan
sarana-prasarana kesehatan yang ada. Semakin lambat diagnosa letak
lintang ditegakkan, maka kemungkinan bayi akan tetap berada dalam
posisi lintang pada saat persalinan akan semakin besar. Sebagai
perbandingan jika diagnosa dibuat pada UK 20-25 minggu, ± 2,6 % akan
tetap pada posisi lintang dan jika diagnosa dibuat pada UK 36-40
minggu, ± 11,8 % akan tetap pada posisi lintang . Di negara dengan
sarana-prasarana yang sudah maju, angka kematian ibu dan janin pada
kasus letak lintang sudah cukup rendah. Namun, pada negara
tertinggal, berbagai komplikasi masih terjadi akibat tidak adanya
fasilitas seksio sesaria. Persalinan letak lintang memberikan
prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
(Martohoesodo, 1999)
1. Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau
sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini,
dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.5
2. Bagi janin
Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang dapat disebabkan oleh :
Prolasus funiculi
Trauma partus
Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
Ketuban pecah dini
2.1.5 Mekanisma Persalinan
Menurut Mochtar (1998) anak normal dan cukup bulan tidak mungkin
lahir secara spontan dalam letak lintang. Janin hanya dapat lahir
spontan, bila kecil atau premature, sudah mati dan menjadi lembek
atau panggul luas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simpisis dan
dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian
bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian
disusul badan bagian atas dan kepala. Pada cara Douglas bahu masuk
ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki,
sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjunya disusul oleh
lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme
lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang
maksimal dari tubuh janin (Wiknjosastro, 2006 : 625).
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Pada kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan
posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar,
kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan. Pada
multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut
dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal
posisi lutut dada sampai persalinan.
Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan
korset dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai
letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada
permulaan persalinan, sehingga apabila terjadi perubahan letak,
segera dapat ditentukan prognosis dan penanganannya. Pada
permulaan persalinan, masih dapat diusahakan mengubah letak
lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih
kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah.
Pada primigravida, jika versi luar tidak berhasil sebaiknya segera
dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut:
a. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik,
sehingga pada primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan
serviks sukar menjadi lengkap
b. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-
uterin pada waktu his, maka lebih sering terjadi ketuban pecah
sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan
terjadinya prolapsus funikuli.
c. Pada primigravida versi ekstraksi sulit dilakukan.
2. Pada persalinan
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung
kepada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetri yang bersangkutan
baik, tidak didapat kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa
besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk
melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya
ketuban tetap utuh dan melarang ibu meneran atau bangun. Apabila
ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus
funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria. Jika ketuban
pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung
tekanan dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan
versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesaria.
Dalam hal ini, persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna
mengetahui apakah pembukaan terjadi dengan lancar atau tidak.
Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar,
apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada
dalam letak lintang.
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan
kurang dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4
cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria,
jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan
embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat
obstetri baik dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti
jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan
SC, jika janin mati dilakukan embriotomi. (Dasuki, 2000)
Pada letak lintang kasep, bagian janin terendah tidak dapat
didorong ke atas, dan tangan pemeriksa yang dimasukkan ke dalam
uterus tertekan antara tubuh janin dan dinding uterus. Demikian
pula ditemukan lingkaran Bandl yang tinggi. Berhubung adanya
bahaya ruptur uteri, letak lintang kasep merupakan kontraindikasi
mutlak melakukan versi ekstraksi. Bila janin masih hidup,
hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera
Versi dalam merupakan alternatif lain pada kasus letak lintang.
Versi dalam merupakan metode dimana salah satu tangan penolong
masuk melalui serviks yang telah membuka dan menarik salah satu
atau kedua tungkai janin ke arah bawah. Umumnya versi dalam
dilakukan pada kasus janin letak lintang yang telah meninggal di
dalam kandungan dengan pembukaan serviks lengkap. Namun, dalam
keadaan tertentu, misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika
dilakukan oleh penolong yang kompeten dan berpengalaman, versi
dalam dapat dilakukan untuk kasus janin letak lintang yang masih
hidup untuk mengurangi risiko kematian ibu akibat ruptur uteri.
Namun, pada kasus letak lintang dengan ruptur uteri mengancam,
korioamnionitis dan risiko perdarahan akibat manipulasi uterus,
maka pilihan utama tetaplah seksio sesaria.
2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Letak Lintang menurut Varney
I. Pengakajian
No Register : untuk mempermudah pencarian data, sistem pencatatan dan
pelaporan
Tanggal : untuk mengetahui waktu pemeriksaan
Oleh : untuk mengetahui siapa pemeriksa pasien
Tempat : untuk mengetahui dimana pemeriksa pasien
1. Data Subjektif
a. Identitas
Nama : untuk dapat mengenal ibu dan tidak tertukar dengan
pasien lain
Umur : mengetahui KSPR pasien. Resiko tinggi pada <16 tahun
atau >35 tahun. Kelaianan letak paling sering terjadi pada
wanita paritas tinggi (grande multipara)
Agama : agar intervensi kita sesuai dengan agamanya
Pendidikan : berpengaruh pada cara pemberian informasi
Pekerjaan : untuk mengetahui status ekonomi, status gizi, pola
aktivitas, deteksi dini PMS dan lingkungan kerja terhadap
kehamilan.
Alamat : Untuk mengetahui dimana ibu menetap sehingga bisa
diketahui seberapa jauh pengaruh lingkungan terhadap pola
kesehatan ibu. Jangkauan terhadap yankes.
b. Keluhan Utama : Perut sebelah kiri/kanan sering terasa nyeri
seperti ada tekanan dari dalam, dan bila diraba sedikit
menonjol, sedangkan sisi lainnya sering terasa ada gerakan janin
(ditendang-tendang).
c. Riwayat Menstruasi:
HPHT : untuk menghitung usia kehamilan dan tanggal
perkiraan persalinan
Siklus : 25-32 hari (± 28 hari). Untuk memastikan lagi
kebenaran HPHT
Lamanya : 3 – 7 hari. Untuk memastikan lagi kebenaran HPHT.
"Sua"Kehamilan "Persalinan "Anak "Nifas "
"mi " " " " "
"ke " " " " "
" "Ke "
4. Riwayat kesehatan ibu
Ibu tidak menderita penyakit menurun seperti darah tinggi,
dan kencing manis, tidak menderita penyakit menular seperti TBC dan
penyakit kuning, dan tidak menderita penyakit menahun seperti jantung.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun seperti darah
tinggi dan kencing manis, tidak menderita penyakit menular seperti TBC dan
penyakit kuning, dan tidak menderita penyakit menahun seperti jantung.
Dalam keluarga tidak ada keturunan kembar
6. Riwayat KB : Ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.
7. Riwayat psikososial : ibu dan keluarga senang dan mengharapkan kehamilan
ini
8. Pola kegiatan sehari-hari
a. Pola istirahat/tidur : tidur siang 1-2 jam, tidur malam 5-6 jam
b. Pola aktivitas : Ibu tetap mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa
hanya dikurangi sedikit, tidak ada gangguan
c. Pola nutrisi
Makan : 2x sehari, kurang nafsu makan
Minum : 7-8 gelas per hari, tidak ada gangguan.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB sebelum hamil : 48 kg
BB saat hamil : 51 kg
TB : 158 cm
LILA : 26,5 cm
TTV : - TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- Suhu : 37,2°C
- RR : 22x/menit
2. Pemeriksaan fisik
Muka : tidak ada odem, tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : tidak pucat, ada caries pada gigi geraham
atas sebelah kanan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid
Dada : puting susu menonjol, belum
keluar kolostrum
Abdomen :tidak ada bekas operasi pada abdomen, tampak melebar ke
kiri
Leopold I : TFU setinggi pusat, teraba keras datar
keras memanjang seperti papan
Leopold II : teraba bagian kanan lunak, bulat, tidak ada
lentingan, bagian kiri keras, bulat, melenting
Leopold III : tidak teraba
Mc Donald : 22 cm
DJJ : 134x/menit, terdengar di punctum maksimum sebelah
kiri pusat
Ektermitas atas dan bawah : simetris tidak ada odema
KSPR : Skor awal : 2
Letak lintang : 8
Total skor : 10
3. Pemeriksaan Laboratorium :
- PMTCT : NR (Non Reaktif)
- Gol. Darah : B Albumin : Negatif
Hb : 11, 6 gr/dl Reduksi : Negatif
C. ANALISIS
Diagnosa : G1P0000 UK 21-22 Minggu janin tunggal, hidup, intra uterin,
dengan letak lintang.
Masalah :
- Nyeri perut bagian bawah
- Nafsu makan turun
D. PENATALAKSANAAN
Senin, 23 Desember 2013
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi ibu serta janinnya
2. Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat terjadi pada letak
lintang, ibu mengerti tentang komplikasi yang mungkin akan terjadi
dan dapat mengulang kembali
3. Menganjurkan ibu untuk sering menungging dan ajarkan posisi
menungging yang benar, yaitu dengan posisi lutut dan dada menempel
pada lantai dilakukan sebanyak 2-3 kali/hari masing-masing
dilakukan selama 10-15 menit ibu bersedia untuk mengikuti saran
bidan
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan nafas panjang saat nyeri
dan isirahat serta mengalihkan perhatian terhadap nyeri yang
dialami yang disebabkan letak lintang yaitu dengan melakukan
pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel, ibu bersedia
mengikuti saran bidan
5. Menganjurkan ibu makan sedikit-sedikit tapi sering dan menghindari
makanan yang merangsang seperti makanan berlemak dan pedas untuk
mengurangi mual muntahnya, ibu bersedia mengikuti saran bidan.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui
kondisi janin dan mengetahui penyebab letak lintang, ibu bersedia
melakukan pemeriksaan USG di RSI Benowo keesokan harinya.
7. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan, ibu mengerti dan dapat
mengulang kembali.
8. Memberikan terapi sesuai usia kehamilan, ibu diberi tablet Fe 1x1
30 tab, Kalk 1x1 30 tab, Bc 1x1 20, ibu bersedia meminum obat tepat
waktu.
9. Melakukan konsul ke Balai Pengobatan Umum dan Balai Pengobatan
Gigi, dari BP Umum tidak ada terapi dan advis sesuai saran bidan,
dari BPG disarankan untuk tambal (pro tumpat) dan pro ekso setelah
bersalin
10. Menganjurkan untuk kontrol ulang 1 bulan lagi yaitu pada tanggal 23
Januari 2014, ibu bersedia kontrol ulang pada tanggal 23 Januari
2014 di Lamongan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus Ny. "W" keluhan yg dirasakan nyeri perut bagian bawah pusat
sejak 3 hari yang lalu, nyeri muncul sebentar- sebentar lalu hilang
terutama saat terasa gerak janin, tidak disertai demam, sesuai dengan teori
Cunningham,. 2006 dalam buku Obstetri William yang menyatakan keluhan pada
kehamilan dengan letak lintang adalah perut sebelah kiri/kanan sering
terasa nyeri seperti ada tekanan dari dalam, dan bila diraba sedikit
menonjol, sedangkan sisi lainnya sering terasa ada gerakan janin (ditendang-
tendang).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan abdomen tampak melebar ke
kiri
Leopold I : TFU setinggi pusat, teraba keras datar keras memanjang
seperti papan
Leopold II : teraba bagian kanan lunak, bulat, tidak ada lentingan, bagian
kiri keras, bulat, melenting
Leopold III : tidak teraba
Mc Donald : 22 cm
DJJ : 134x/menit, terdengar di punctum maksimum sebelah kiri pusat
Hal ini sesuai dengan teori Dasuki, D, 2000 dalam
buku Distosia dalam Standar Pelayanan Medis Bahwa pada kehamilan letak
lintang didapatkan :
Fundus uteri kosong atau bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu
sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
Palpasi akan teraba kepala janin pada salah satu sisi dan bokong
pada sisi yang lain, tetapi tidak ada bagian presentasi yang
berada di pelvis. Pada palpasi kepala janin atau bokong
ditemukan di salah satu bagian fossa iliaca.
Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
Dari pemeriksaan diatas, didapat diagnosa yaitu Ny W G1P0000 UK 21-22
Minggu janin tunggal, hidup, intra uterin, dengan letak lintang dengan
masalah nyeri perut bagian bawah dan nafsu makan turun
Penatalaksanaan yang dilaksanakan pada Ny. W adalah menganjurkan ibu untuk
sering menungging dan ajarkan posisi menungging yang benar, yaitu dengan
posisi lutut dan dada menempel pada lantai dilakukan sebanyak 2-3 kali/hari
masing-masing dilakukan selama 10-15 menit sesuai dengan teori Cunningham,.
2006 dalam buku Obstetri William penatalaksanaan kehamilan letak lintang
pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi
lutut dada.
Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan nafas panjang saat nyeri dan
isirahat serta mengalihkan perhatian terhadap nyeri yang dialami yang
disebabkan letak lintang yaitu dengan melakukan pekerjaan rumah seperti
menyapu dan mengepel.
Menganjurkan ibu makan sedikit-sedikit tapi sering dan menghindari makanan
yang merangsang seperti makanan berlemak dan pedas untuk mengurangi mual
muntahnya dan Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG untuk
mengetahui kondisi janin dan mengetahui penyebab letak lintang.
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1. Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada
sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada
kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.
2. Kehamilan pada Ny. "W" G1P0000 UK 21-22 minggu merupakan kehamilan
letak lintang karena pada pemerikssaan abdomen didapatkan hasil abdomen
tampak melebar ke kiri
Leopold I : TFU setinggi pusat, teraba keras datar keras memanjang
seperti papan
Leopold II : teraba bagian kanan lunak, bulat, tidak ada lentingan,
bagian kiri keras, bulat, melenting
Leopold III : tidak teraba
DJJ : 134x/menit, terdengar di punctum maksimum sebelah kiri pusat
Nasehat yang bisa diberikan Bidan untuk ibu adalah karena usia kehamilan
ibu masih dibawah 28 minggu, maka sering melakukan posisi lutut
dada/menungging agar bayi cepat memutar adalah nasehat yang paling tepat.
2. SARAN
1. Bagi ibu hamil.
a. Disarankan agar ibu hamil tetap secara rutin melaksanakan ANC,
dimulai sejak diketahui terlambat haid, dan senantiasa mematuhi
setiap anjuran dan nasehat yang diberikan setiap kali
memeriksakan kehamilannya, mengetahui tanda-tanda bahaya pada
saat hamil salah satunya adalah letak lintang
b. Ibu dianjurkan untuk sering melakukan posisi lutut
dada/menungging agar bayi cepat memutar adalah nasehat yang
paling tepat.
2. Bagi bidan atau petugas kesehatan lainnya.
Skrining awal atau penapisan dan deteksi dini dengan pengontrolan
sangat diperlukan bagi setiap ibu hamil. Diharapkan petugas
kesehatan dapat memberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan yang
optimal dan berkualitas pada pasien sehingga pasien mampu memahami
tanda bahaya dalam kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C.,
&Wenstrom, K. D. 2006. Obstetri William (21 ed., Vol. 1). Jakarta:
EGC
Dasuki, D. 2000. Distosia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito
Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak serta
Bentuk Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri :
Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta.
Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-9. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2.