ANALISA SEBARAN POTENSI MINERAL GRAFIT DI KELURAHAN SABILAMBO KECAMATAN KOLAKA KABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI DERAJAT SARJANA (S1)
DIAJUKAN OLEH:
ABDURRAHMAN HASIM F1B214002
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI JULI 2018
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian Analisa Sebaran Potensi Potensi Mineral Grafit Grafit Di Kelurahan Sabilambo Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara
Diajukan oleh: Abdurrahman Hasim F1B214002
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Jahidin, S.Si., M.Si NIP. 19810724 200604 1 001
Suryawan Asfar, S.T., M.Si NIP. 19851010 200912 20091 2 1 006
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Jahidin, S.Si., M.Si NIP. 19810724 200604 20060 4 1 001
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam yang ada di Indonesia adalah keberadaan bahan galian tambang yang tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keterdapatan endapan bahan galian yang beraneka ragam, baik berupa bahan galian logam maupun non logam. Keanekaragaman bahan galian tambang di Sulawesi Tenggara sangat di pengaruhi oleh kondisi geologinya, yang memungkinkan adanya potensi mineral-mineral berharga yang belum diketahui. Kondisi geologi yang mempengaruhi bahan galian tambang di Sulawesi Tenggara, salah satunya adalah formasi batuan. Menurut Simanjuntak dkk. (1993) formasi batuan penyusun lengan tenggara Sulawesi terdiri dari aluvium, Formasi Alangga,
Formasi
Buara,
Formasi
Boepinang,
Formasi
Eemoiko,
Formasi
Langkowala, Kompleks Pompangeo, Formasi Matano, Kompleks ultramafik, Formasi Meluhu, Formasi
Laonti, dan Kompleks Mekongga. Di antara formasi
batuan tersebut, batuan metamorf mendominasi susunan formasi batuan di lengan tenggara Sulawesi dengan perkiraan sebesar 50%. Salah satu potensi mineral yang kemungkinan terdapat di wilayah lengan tenggara Sulawesi adalah mineral grafit, yang berada dalam Kompleks Pompangeo dan Kompleks Mekongga. Kompleks Pompangeo dan Kompleks Mekongga terdiri dari formasi batuan metamorf. Menurut Ailin, dkk. (2017) mineral grafit dapat
terbentuk pada proses metamorfosa batuan sedimen dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Menurut Hasria, dkk. (2017) pada zona alterasi di pegunungan Mendoke yang berasosiasi dengan batuan metamorf, terdapat proses karbonisasi yang merupakan tahap awal terbentuknya grafit, yang berada di urat kuarsa dan alterasi sekis mika. Berbagai
permasalahan
yang
timbul
mengenai
keterdapatan
mineral
grafit
berhubungan erat dengan sebarannya pada batuan metamorf. Oleh karena itu dengan berdasarkan dari beberapa literatur yang ada, maka peneliti mencoba mengasumsikan bahwa terdapat endapan mineral grafit pada Kompleks Pompangeo dan Kompleks Mekongga, sehingga perlu dilakukan analisa sebaran endapan batuan metamorf di Kabupaten Kolaka. Berdasarkan data dari USGS (United States Geological Survey) pada tahun 2015 total produksi grafit diseluruh dunia ± 1.160.000 ton. Dari jumlah tersebut China merupakan negara dengan produksi grafit terbesar di dunia dengan jumlah produksi ± 780.000 ton, diikuti oleh India diposisi kedua dengan jumlah produksi ± 170.000 ton dan Brazil di posisi ketiga dengan jumlah produksi ± 80.000 ton. Setiap tahun produksi dari mineral grafit ini selalu ditingkatkan, mengingat permintaan penggunaan mineral grafit yang semakin meningkat. Mineral grafit memiliki kegunaan dalam bidang industri. Pada era modern saat ini, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan industri akan barang tambang semakin meningkat. Di mulai pada abad ke 18 ketika komputer pertama kali ditemukan dan hingga saat ini pada abad ke 21 muncul teknologi baru yaitu teknologi robotik. Salah satu bahan galian yang dibutuhkan dalam perkembangan teknologi industri masa depan adalah mineral
grafit. Di harapkan dengan penelitian ini mineral grafit dapat berguna secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan industri yang semakin berkembang. Analisa kandungan unsur yang terkandung dalam sampel batuan dapat dilakukan dengan beberapa metode analisis yaitu metode analisis XRD (X-Ray Diffraction), XRF ( X-Ray Fluoresence), ICP-MS ( Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry), dan SEM-EDX (Scanning Electron Microscope - Energy Dispersive X-Ray). Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga perlu adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pemilihan metode analisa ini. Metode XRD digunakan untuk menganalisis struktur kristal dan dimensi pada sampel mineral grafit (Popova, 2017). Sehingga metode ini tidak dapat digunakan dalam menganalisis kandungan unsur yang terdapat dalam sampel batuan. Metode XRF bertujuan untuk menganalisis kandungan unsur-unsur atau jejak unsur-unsur dalam sampel batuan dengan sensitivitas yang sangat tinggi, namun metode ini tidak dapat menganalisis unsur karbon (Obi, 1990). Namun metode XRF tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena metode ini tidak dapat menganalisis unsur karbon, sedangkan salah satu unsur utama yang terdapat dalam mineral grafit adalah unsur karbon. Metode ICP-MS merupakan metode yang sangat efisien dalam menganalisa sampal padat. Metode ini memiliki sensitivitas yang tinggi, sehingga mampu untuk menganalisis komponen-komponen unsur yang terdapat dalam mineral grafit (Pickhardt dan Becker, 2001). Namun metode ini tidak digunakan dalam penelitian
ini karena pertimbangan ketersediaan alat analisis yang masih kurang dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Berdasarkan pertimbangan dari beberapa metode diatas, maka penelitian ini akan menggunakan metode analisis SEM-EDX. Metode SEM-EDX merupakan metode analisis yang digunakan untuk melihat topografi yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya, morfologi yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek, komposisi yaitu data semi kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di dalam objek, serta informasi kristalografi yaitu informasi mengenai bagaimana susunan dari butir-butir di dalam objek yang diamati (UPT LTSIT Universitas Lampung, 2016). Selain itu, digunakannya metode SEM-EDX karena ketersedian alat analis ini yang dimiliki oleh Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian mengenai analisa sebaran endapan mineral grafit di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara dengan menggunakan metode SEM-EDX. Sehingga dari penelitian ini dapat diketahui sebaran mineral grafit, yang kemudian dapat dimanfaatkan dalam bidang industri di masa depan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana sebaran endapan mineral grafit yang dilihat berdasarkan sebaran batuan metamorf di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara?
2) Bagaimana kandungan unsur karbon pada batuan metamorf di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara? 3) Bagaimana jenis endapan mineral grafit yang dilihat berdasarkan kandungan unsur karbon pada batuan metamorf di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan analisis geokimia yang dilakukan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Menentukan sebaran endapan mineral grafit yang dilihat berdasarkan sebaran batuan metamorf di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. 2) Menentukan kandungan unsur karbon pada batuan metamorf di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. 3) Menentukan jenis endapan mineral grafit yang dilihat berdasarkan kandungan unsur karbon pada batuan metamorf di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan analisis geokimia yang dilakukan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai sebaran mineral grafit yang terdapat di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. 2) Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk data potensi sumber daya alam yang ada di Sulawesi Tenggara. 3) Menginformasikan kepada masyarakat bahwa terdapat bahan galian grafit di wilayah Sulawesi Tenggara, khususnya Kabupaten Kolaka.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Geologi Regional
Gambar 1. Peta geologi lembar Kolaka (Simanjuntak, dkk. 1993)
1. Geomorfologi Daerah Penelitian
Menurut Simanjuntak, dkk. (1993) lengan tenggara Sulawesi terdiri dari 5 satuan morfologi, yaitu morfologi pegunungan, morfologi perbukitan tinggi, morfologi perbukitan rendah, morfologi pedataran, serta morfologi karst. Daerah penelitian termasuk dalam satuan morfologi pegunu ngan. Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di kawasan terdiri atas Pegunungan Mekongga, Pegunungan Mendoke
dan
Pegunungan
Rumbia
ini,
Tangkelemboke, Pegunungan
yang terpisah di
ujung selatan Lengan
Tenggara. Puncak tertinggi pada rangkaian pegunungan Mekongga adalah Gunung Mekongga yang
mempunyai
ketinggian
2790
mdpl.
Pegunungan
Tangkelamboke mempunyai puncak Gunung Tangkelamboke dengan ketinggian 1500
mdpl. Satuan
morfologi
ini mempunyai
topografi yang kasar
dengan
kemiringan lereng tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini mempunyai pola yang hampir sejajar berarah barat laut – tenggara. Arah ini sejajar dengan pola struktur sesar regional di kawasan ini. Pola ini mengindikasikan bahwa pembentukan morfologi pegunungan itu erat hubungannya dengan sesar regional (Simanjuntak, dkk. 1993). Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat oleh batuan ofiolit. Ada perbedaan yang khas di antara kedua penyusun batuan itu. Pegunungan yang disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang panjang dan lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam. Sementara itu, pegunungan yang dibentuk oleh batuan
malihan, punggung
gunungnya terputus pendek-pendek dengan lereng yang tidak rata walaupun bersudut tajam (Simanjuntak, dkk. 1993).
2. Stratigrafi Daerah Penelitian
Formasi batuan penyusun pada daerah penelitian adalah kompleks Mekongga (Pzm) yang terdiri atas sekis, gneiss kuarsit. Gneiss berwarna kelabu sampai kelabu kehijauan; bertekstur heteroblas, xenomorf sama butiran, terdiri dari mineral granoblas berbutir halus sampai sedang (Simanjuntak, dkk. 1993).
Gambar 2. Kolom stratigrafi lembar Kolaka (Essays UK, 2013)
3. Struktur Geologi Daerah Penelitian
Pada lengan tenggara Sulawesi, struktur utama yang terbentuk setelah tumbukan adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar Lawanopo, sistem sesar Konawe, sesar Kolaka, juga banyak sesar lainnya serta liniasi. Adanya mata air panas di Desa Toreo, sebelah tenggara Tinobu serta pergeseran pada bangunan dinding rumah maupun jalan sepanjang sesar ini menunjukan bahwa sistem sesar Lawanopo masih aktif sampai sekarang.Lengan Sulawesi tenggara juga merupakan kawasan pertemuan lempeng, yakni lempeng benua berasal dari Australia dan lempeng samudrea dari Pasifik. Kedua lempeng dari
jenis yang berbeda ini bertabrakan, kemudian ditindih oleh endapan Molasa Sulawesi (Simanjuntak, dkk. 1993). Sebagai akibat subduksi dan tumbukan lempeng pada Oligosen Akhir-Miosen Awal, kompleks ofiolit tersesar – naikkan ke atas mintakat benua. Molasa sulawesi yang terdiri atas batuan sedimen klastik dan karbonat terendapkan selama akhir dan sesudah tumbukan, sehingga molasa ini menindih tak selaras Mintakat Benua Sulawesi Tenggara dan Kompleks Ofiolit tersebut. Pada akhir kenozoikum lengan ini di koyak oleh Sesar Lawanopo dan beberapa pasangannya termasuk Sesar Kolaka (Simanjuntak, dkk. 1993).
Gambar 3. Peta struktur geologi Pulau Sulawesi (Hall dan Wilson, 2000)
B. Sejarah Penemuan Mineral Grafit
Grafit (graphite) dinamai oleh Abraham Gottlob Werner pada tahun 1789, diambil dari bahasa Yunani, yaitu graphos yang artinya untuk menulis karena sifatnya yang lunak meninggalkan bekas hitam ketika digores. Grafit diketahui telah dikenal pada 4000 SM pada Zaman Neolitikum oleh budaya Marica (Budaya Boian) di Rumania dan Bulgaria, Eropa Tenggara sebagai bahan pembuat cat untuk menghias keramik (Wikipedia, 2016) Awal tahun 1564, penduduk dari desa kecil Seathwaite di utara Inggris menemukan batu hitam (endapan grafit murni) dekat bukit Grey Knotts. Penduduk tersebut kemudian memotong batu hitam tersebut menjadi bentuk stik, digunakan untuk menandai domba-domba mereka. Inilah cikal bakal pensil grafit pertama (sebelumnya pensil terbuat dari lead , yaitu timah atau timah hitam yang beracun). Grafit bersifat lunak, sehingga untuk mencegah patah, mereka mengapit grafit dengan dua keping kayu pipih yang panjang. Grafit adalah material yang tahan panas, hal itu diketahui pada saat pemerintahan Elizabeth I (1533-1603), sehingga grafit digunakan sebagai cetakan bola meriam untuk kepentingan perlengkapan militer saat itu (Wikipedia, 2016).
C. Genesa Pembentukan Mineral Grafit
Grafit adalah salah satu dari dua unsur mineral yang terbentuk secara alami dan tersusun atas unsur karbon (C) disamping intan, walaupun antara grafit dan intan memiliki komposisi kimia yang sama namun secara fisik berbeda. Intan mengandung unsur karbon dan memiliki bentuk kristal tetrahedral kerangkanya tersusun dari
bahan yang paling keras dalam tanah. Dibandingkan dengan grafit memiliki bentuk kristal hexagonal, mengelilingi lapisan yang saling berhubungan, sangat lembut, memiliki struktur berbentuk cincin sebagai sumber kekuatan. Grafit adalah mineral yang terbentuk ketika karbon (C) mengalami perubahan suhu dan tekanan di kerak b111t77umi dan di mantel atas. Tekanan yang terjadi dalam kisaran 75.000 pound per inci persegi dan suhu dalam kisaran 750o Celcius. Tekanan dan suhu tersebut yang diperlukan untuk menghasilkan grafit. Ini sesuai dengan fasies metamorf granulite (Ailin, dkk. 2017). Berdasarkan cara terjadinya dan bentukan jebakan, membagi grafit menjadi 3 tipe grafit, yaitu:
1. Grafit urat ( Vein Graphite)
Grafit pada urat – urat mengandung 75% - 100% graphitic carbon, biasanya hancur, bentuk memipih dan terkesan saling mengikat. Mineral pengotor yang dijumpai adalah kuarsa, piroksin, feldspar, pirit, dan kalsit. Ketebalan urat bervariasi dari beberapa milimeter sampai puluhan feet dengan panjang jurus mencapai ribuan feet serta panjang penunjaman dapat mencapai 1500feet. Beberapa ahli geologi berpendapat bahwa grafit ini terjadi karena proses hidrotermal, namun beberapa ahli lainnya mengemukakan bahwa grafit ini terjadi karena proses pneumatolitik (Ailin, dkk. 2017).
Gambar 2. Contoh vein graphite di Sri Lanka. (Ailin, dkk. 2017)
2. Grafit amorf (Amorphous Graphite)
Grafit jenis ini terbentuk dari lapisan batubara yang terkena proses metamorfosa, kental, umumnya massif dan berukuran kriptokristalin. Sedangkan ukuran, bentuk, kandungan karbon dan mineral pengotor tergantung pada awal terbentuknya lapisan batubara. Grafit ini umumnya mengandung 85% grafit (Ailin, dkk. 2017).
3. Grafit flake (F lake Graphite)
Grafit ini bernilai baik bila material yang mengandung karbon terkena metamorfosa setingkat pembentukan garnet (metamorfosa dengan suhu dan tekanan yang tinggi). Kandungan karbon dalam grafit flake tergantung dari kandungan unsur karbon pada awal sedimentasi. Batuan metasedimen grafitik mengandung 90% grafit dan 3% gneiss serta sekis, mineral pengotor yang terdapat dalam grafit ini adalah
mineral-mineral yang umum dijumpai pada batuan metasedimen tingkat tinggi seperti kuarsa, feldspar, mika, amphibol, dan garnet (Ailin, dkk. 2017).
Gambar 3. Flake graphite (Ailin, dkk. 2017).
D. Pemanfaatan Mineral Grafit
Grafit dibedakan menjadi dua yaitu grafit alami dan sintetik. Penggunaan grafit secara tradisional digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pensil, tungku perapian, alat pengering (klins), tempat pembakaran (incineators), reactor dan lapisan rem (brake linings). Sedangkan dengan memakai teknologi baru dan berkembang grafit digunakan sebagai Li-ion Battery pada telepon genggam (handphone), mobil, sepeda, bahan bakar ( fuel cells), dan reaktor nuklir (Ailin, dkk. 2017)
Gambar 4. Penggunaan grafit secara tradisional (Ailin, dkk. 2017)
Gambar 5. Penggunaan Li-ion Battrey pada mobil listrikdan sepeda (Ailin, dkk.).
E. Metode Analisis SEM-EDX
Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah suatu jenis mikroskop elektron yang menciptakan berbagai gambaran dengan memusatkan suatu berkas cahaya energi elektron tinggi ke permukaan suatu sampel dan sinyal pendeteksian dari interaksi electron dengan permukaan sampel. Jenis sinyal terkumpul dalam suatu SEM bervariasi dan dapat meliputi elektron sekunder, karakteristik sinar-rontgen, dan hamburan balik electron. Pada penggunaan mikroskop elektron merupakan berkas cahaya elektron yang dipusatkan untuk memperoleh perbesaran jauh lebih tinggi dibanding suatu mikroskop cahaya konvensional. SEM dapat mengamati struktur maupun bentuk permukaan yang berskala lebih halus, dilengkapi dengan EDX (Electron Dispersive X-ray) dan dapat mendeteksi unsur-unsur dalam sampel dan juga permukaan yang diamati memalui penghantar elektron. (Ailin, dkk. 2017)
Gambar 6. Alat Scanning Electron Microscope - Energy Dispersive X-Ray (UPT LTSIT Universitas Lampung, 2016)
Sampel batuan yang akan dianalisis dihaluskan terlebih dahulu. Setelah dihaluskan ditempelkan pada tempat sampel yang sudah dilekatkan cabon tape, sisa sampel yang tidak melekat dibersihkan pada carbon tape. Kemudian dimasukkan kedalam holder sampel SEM. Sistem kerja alat ini adalah dengan system vakum, Sebelum proses analisis berlangsung, penghilangan molekul udara didalam alat akan dilakukan karena jika ada molekul udara yang lain, elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai sasaran. Ini disebabkan karena elektron sangat kecil dan ringan (Julinawati, dkk. 2015) Di dalam alat ini terdapat sebuah pistol elektron yang memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda, kemudian lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel dan sinar elektron yang terfokus memindai ( scan) 10 keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai. Ketika sinar elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan akan terbaca ke monitor dan memperoleh hasil dalam bentuk gambar permukaan sampel pada SEM dan bentuk grafik/diagram pada EDX yang menunjukkan persentase unsur-unsur dari sampel yang di analisa (Julinawati, dkk. 2015) .
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni 2018. Penelitian ini akan dilakukan di 2 lokasi yaitu: 1) Desa Sabilambo, Kecamatan Kolaka, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai lokasi pengambilan sampel batuan. 2) Laboratorium Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo sebagai lokasi kegiatan analisa sampel batuan dengan metode SEM-EDX (Scanning Electron Microscope - Energy Dispersive X-Ray).
Gambar 7. Peta lokasi penelitian
B. Bahan atau Materi Penelitian
Bahan atau materi penelitian merupakan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yang terbagi menjadi 2 yaitu: 1) Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari penelitian. Data primer pada penelitian ini terdiri dari data litologi batuan yang berada dilokasi penelitian, data sebaran mineral grafit, dan data hasil analisis kandungan unsur dari pengujian di laboratorium. 2) Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari internet, serta jurnal ilmiah baik jurnal nasional maupun jurnal internasional.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 1. dibawah ini.
Tabel 1. Instrumen Penelitian
No.
Instrumen Penelitian
GPS (Global 1. Positioning System)
Kegunaan
Untuk memplot titik koordinat pada lokasi pengambilan sampal
Foto
No.
Instrumen Penelitian
2.
Kompas Geologi
Untuk mengukur kedudukan batuan
3.
Palu Geologi
Untuk mengambil sampel
4.
Kantung Sampel
Untuk tempat penyimpanan sampel
5.
SEM-EDX
Untuk menganalisa kandungan unsur yang terdapat pada sampel batuan
6.
Laptop
Untuk mengolah data hasil analisis
Kegunaan
No.
Instrumen Penelitian
7.
ATK (Alat Tulis Kantor)
Sebagai alat tulis
8.
Kamera
Untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian
Kegunaan
Foto
Foto
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap dalam melakukan kegiatan penelitian. Prosedur penelitian yang akan dilakukan yaitu:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian. Tahap ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: a) Studi literatur Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian, maka terlebih dahulu mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan topik kegiatan penelitian. Beberapa literatur yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari website dan jurnal ilmiah. b) Perizinan Perizinan dilakukan ketika akan melaksanakan kegiatan pengambilan data di lokasi penelitian dan pengujian sampel batuan di laboratorium. Surat izin yang dibutuhkan yaitu surat pengantar dari Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo dan surat pengantar dari Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
(BALITBANG)
Provinsi
Sulawesi
Tenggara. c) Persiapan perlengkapan Perlengkapan yang digunakan ketika akan melakukan kegiatan pengambilan data di lokasi penelitian. Alat-alat yang dibutuhkan antara lain GPS (Global
Positioning
System),
kompas
geologi,
palu
geologi,
kantung
sampel,
perlengkapan ATK (Alat Tulis Kantor), dan k amera.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: a) Pengambilan titik koordinat Pengambilan titik koordinat dilakukan di lokasi penelitian di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, pengambilan titik koordinat dilakukan dengan GPS. b) Pengukuran kedudukan batuan Pengukuran kedudukan batuan dilakukan untuk melihat penyebaran batuan metamorf pada singkapan batuan dengan menggunakan kompas geologi. c) Pengambilan sampel batuan Pengambilan sampel batuan dilakukan dengan menggunakan palu geologi. Kemudian sampel batuan tersebut disimpan dikantung sampel yang telah disediakan.
3. Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: a) Penginputan titik koordinat Titik koordinat yang telah diambil pada saat pengumpulan data akan diinput ke dalam peta lokasi kegiatan, agar lokasi pengambilan data bisa tergambar langsung di dalam peta.
b) Deskripsi sampel batuan Sampel batuan yang diambil pada lokasi penelitian akan dideskripsi terlebih dahulu secara megaskopik dimana dari hasil deksripsi akan menggambarkan sifat fisik dari sampel batuan tersebut.
4. Tahap Analisis Data
Sampel batuan yang diambil di lokasi penelitian selanjutnya akan di analisa di Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo dengan menggunakan SEM-EDX. Metode SEM-EDX merupakan metode analisis yang digunakan untuk melihat unsur dan senyawa yang terkandung di dalam objek berupa sampel batuan. Setelah sampel batuan di analisa, maka akan diketahui persentase karbon yang terdapat dalam sampel batuan tersebut.
Perizinan Studi literatur Persiapan perlengkapan
Persiapan
Tahap Pertama
Penginputan titik koordinat Deskripi Sampel
Pengolahan data
Tahap Ketiga Hasil analisa
Mulai Tahap Kedua
Pengumpulan data
Tahap Keempat
Analisis data
;’ Pengambilan titik koordinat
Menggunakan SEM-EDX
Pengambilan sampel batuan
Gambar 13. Diagram alir prosedur penelitian
F. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2. dibawah ini.
Tabel 2. Jadwal Penelitian
Rencana Waktu Penelitian (2018) No.
Tahap Penelitian
Juli 1
1.
Persiapan
2.
Pengumpulan Data
3.
Pengolahan Data
4.
Analisis Data
2
3
Agustus 4
1
2
3
September 4
1
2
3
4
DAFTAR PUSTAKA
Ailin, Anastasia, Yarangga C., Danisworo A., dan Harjanto, 2017, Studi Grafit Berdasarkan Analisis Petrografi dan Sem/Edx pada Daerah Windesi Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat, Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. A.N. Popova, 2017, Coke and Chemistry, Crystallographic Analysis of Graphite by X-Ray Diffraction, 60(9), pp. 361-365. Hall, R., dan Wilson, M.E.J., 2000, Journal of Asian Earth Sciences, Neogene Sutures In Eastern Indonesia, 18, 781-808. Hasria, Idrus A., dan Warmada I.W., 2017, Journal of Geoscience Engineering, Environtment, and Technology, The Metamorphic Rocks-Hosted Gold Mineralization At Rumbia Mountains Prospect Area In The Southeastern Arm Of Sulawesi Island Indonesia, 02(03) , 217-223. Ilyin A., Guseinov N., Nikitin A., dan Tsyganov I., 2010, Physica E, Characterization Of Thin Graphite Layers And Graphene By Energy Dispersive X-Ray Analysis. Julinawati, Niaci S., dan Sholih R.A., 2015, Karakterisasi Batuan Aceh MenggunakanScanning Electron Microscope – Energy Dispersive X-Ray (Sem Edx) dan X-Ray Difraction (Xrd). OBI F.C., 1990, Nigerian Journal of Technology, Use Of X-Ray Fluorescence Spectrometry To Determine Trace Elements In Graphite, 14(1). Pickhardt C., dan Becker J.S., 2001, Original Paper, Trace analysis of high-purity graphite by LA – ICP – MS , 370, 534-550. Simanjuntak T.O, Surono, Sukidom, 1993, Peta Geologi Lembar Kolaka Sulawesi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. UK Essays, 2013, Geological Observation of Kabaena Island, http://www.ukessays. com/essays/sciences/geological-observation-kabaena-island-9985.php (akses tanggal 5 Juni 2018). UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung, 2016, Scanning Electron Microscope (SEM-EDX), http://uptltsit.unila.ac.id/ 2016/10/02/scanning-electron-microscope-sem-edx/ (diakses tanggal 1 Juni 2018).
Wikipedia, 2016, Graphite, http://en.wikipedia.org/wiki/Graphite (diakses tanggal 7 Juni 2018).