TUGAS PRESENTASI KASUS
“
PERIKONDRITIS
”
Tutor: dr. Disusun Oleh: Kelompok E
Nurvita Pranasari
G1A010054
Febrilia Mutiara Sari
G1A010056
Indra Jati Laksana
G1A010057
Rahmat Vanadi. N
G1A010058
JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
2013
I.
PENDAHULUAN
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah. Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah. Salah satu penyakit pada telinga bagian luar adalah perikondritis. Perikondritis merupakan radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar. Praktek tindik telinga telah meningkat popularitasnya. Selama dua tahun terakhir
terjadi
perikondrial
peningkatan
setelah
tindik
kejadian telinga.
perikondritis
Perikondritis
auricular
dapat
dan
disebabkan
abses oleh
mikroorganisme. Mikroorganisme penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar (Sosialisman, 2004).
B. Etiologi dan Faktor Predisposisi Perikondritis dapat disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa (Adams et al., 1997). Faktor presdiposisi : 1) Inadekuat pada terapi selulitis daun telinga (pinna) dan otitis eksterna akut 2) Accidental atau surgical (sesudah aspirasi atau insisi hematoma daun telinga) 3) Infeksi sekunder dari laserasi atau hematoma 4) Infeksi superfisialis matus akustikus 5) Luka bakar atau frostbite 6) Penusukan anting-anting pada tulang rawan (high ear piercing), dapat terjadi septikemia bakteri streptococcus β hemoliticus (Adams et al., 1997)
C. Epidemiologi Praktek tindik telinga telah meningkat popularitasnya. Selama dua tahun terakhir terjadi peningkatan kejadian perichondritis auricular dan abses perichondrial setelah tindik telinga (Hanif et al ., 2001).
D. Patomekanisme Trauma pada aurikula apat berupa trauma tajam yang menimbulkan luka, dan trauma tumpul. Dan terjadilah reaksi inflamasi dengan 5 tanda cardinal berupa dolor atau nyeri, rubor atau kemerahan, kalor atau panas, tumor atau
benjolan, dan fungsiolesa atau terganggunya fungsi dari organ yang mengalami inflamasi (Mitchell, 2009). Proses terjadinya peradangan pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi inflamasi, dimana pembuluh darah akan dilatasi sehingga saat inspeksi akan terlihat merah dan saat palpasi teraba hangat. Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah sekitar luka, sehingga akan terjadi benjolan, cariran yang terkumpul tersebut akan menekan saraf, maka pada saat perabaan juga biasanya terdapat rasa nyeri, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi (Mitchell, 2009). Proses inflamasi tersebut juga berlaku pada trauma tumpul, namun pada trauma tumpul yang relatif tidak menimbulkan luka, tidak terjadi proses pengeluaran benang-benang fibrin (Mitchell, 2009).
E. Penegakan Diagnosis 1)
Anamnesis Pasien dengan perikondritis pada umumnya datang ke dokter dengan keluhan daun telinga terasa sakit, warna merah dan tegang (Soepardi et al., 2007).
2)
Pemeriksaan Fisik Pada keadaan perikondritis dapat ditemukan pinna merah dan tender, kemudian bengkak ( generalized swelling of the pinna), serta terdapat abses pada daun telinga (Soepardi et al., 2007). Tampak daun telinga membengkak, merah, panas, dirasakan nyeri, dan nyeri tekan. Pembengkakan ini dapat menjalar ke bagian belakang daun telinga, sehingga sangat menojol. Terdapat demam, pembesaran kelenjar limfe regional, leukositosis. Serum yang terkumpul di lapisan subperikondrial menjadi purulen, sehingga terdapat fluktuasi difus atau terlokalisasi (Soepardi et al., 2007).
3)
Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium, dapat diambil sampel dari abses daun telinga untuk dikultur, digunakan untuk mengetahui jenis bakteri penyebab sehingga dapat diberikan terapi yang tepat. Pada p emeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis (Soepardi et al., 2007).
F. Penatalaksanaan 1. Untuk membuang nanah, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke kartilago. 2. Antibiotik a. Bila ringan : kloksasilin oral 3x500 mg/hari b. Bila berat : gentamisin IV 2x80 mg/hari atau aminoglikosida yang lain 3. Antiinflamasi/analgesik : asam mefenamat, piroksikam atau diklofenak 4. Insisi bila supurasi 5. Eksisi bila nekrosis tulang rawan
III.
KESIMPULAN
1. Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar.Varicella dapat ditularkan melalui droplet, kontak langsung, airborne, dan transmisi kongenital. 2. Mikroorganisme penyebab tersering perikondritis adalah Pseudomonas aeruginosa. 3. Faktor predisposisi dari perikondritis adalah inadekuat pada terapi selulitis daun telinga (pinna) dan otitis eksterna akut, accidental atau surgical , infeksi sekunder dari laserasi atau hematoma, infeksi superfisialis matus akustikus, dan luka bakar. 4. Pengobatan perikondritis dapat diberikan antibiotik seperti kloksasilin atau gentamicin.
Dr. Indra Mutiara Prana Vanadi SIP : BMS/010/54/56/57/58/2013 Jalan Sabar No.1 Rt 6 Rw 9 Kelurahan Karangsanca 083 86233 4750
Purwokerto, 30 November 2013
R/ Kloksasilin tab mg 500 no. XXI S 3 dd tab 1 p.c
β R/ Asam Mefenamat tab mg 500 no. XXI S p.r.n 3 dd tab 1 p.c
β Pro : Ny. Olla Usia : 27 Tahun Alamat : Desa Kebasen
SURAT RUJUKAN
Kepada
Purwokerto, 3 Desember 2013
Yth. Ts. Dr. Nur Mei, Sp.THT Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan RSMS Margono Soekarjo Jln Dr. Gumberg No.1 Purwokerto
Dengan hormat, Dimohon konsul dan pengobatan selanjutnya penderita Ny. Olla, 27 tahun L/P, diagnosis : Perikondritis aurikular, hasil pemeriksaan laboratorium terlampir. Penderita telah kami beri terapi sementara Kloksasilin 500 mg dengan dosis 3x1 Atas kesediaan dokter, kami ucapkan terima kasih
Wassalam, Dr. Indra Mutiara Prana Vanadi Jalan Sabar No.1 Karangsanca
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Sosialisman, Helmi. 2004. Kelainan Telinga Luar . In : Soepardi E.A., Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala Leher Edisi 5. Jakarta ; Balai Penerbit FKUI Mitchell, Richard N., dkk. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit . Jakarta : EGC Hanif J., Frosh A., Marnane C., Ghufoor K., Rivron R., Sandhu G. 2001. Lesson of the week: "High" ear piercing and the rising incidence of perichondritis of the pinna. British Medical Journal. Vol 322 : 906-907. Soepardi E.A., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti R.D. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Jakarta : FKUI. Adams L George, Boies L, et al. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6 . Jakarta: EGC. Soepardi, Efiaty Arsyad, et al.2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi 6. FKUI.